interpretasi data seismik pada formasi plover cekungan bonaparte
DESCRIPTION
INTERPRETASI DATA SEISMIKTRANSCRIPT
1
INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER
CEKUNGAN BONAPARTE LAPANGAN “GL-GANI”
TIMOR LESTE
Dirce Silvina Gaio Nicolau ST1, Ardian Novianto, ST. MT1,Ir. Teguh Jatmiko, MT2
1)Teknik Geofisika, UPN ―Veteran‖ Yogyakarta 2)Teknik Geologi, UPN ―Veteran‖ Yogyakarta
Jl.SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta
ABSTRAK
Metoda seismik merupakan metoda
penyelidikan bawah permukaan dengan memanfaatkan
sifat rambatan gelombang seismik buatan. Prinsipnya
berdasarkan pada sifat dari perambatan gelombang
pada material bumi. Interpretasi penampang seismik
merupakan tahap akhir dalam penyelidikan seismik
dengan tujuan untuk menerjemahkan fenomena fisika
yang terdapat dalam penampang seismik menjadi
fenomena geologi. Lapangan ―gl-gani berada pada
cekungan Bonaparte terletak diantara paparan kontigen
Australia dengan paparan Eurasia (Sundaland), berada
dilepas pantai (offshore) luas area kira-kira 270.000 m2
di bagian Utara margin continent Australia.
Hasil Interpretasi Data Seismik terdapat tiga
bidang refleksi kuat (strong reflection) yang equivalen
Top Basement, Top Plover, dan Top A. Pada peta
Time Structure Top Basement mempunyai elevasi (-
3400ms sampai dengan -3800 ms) pada Top Plover (-
3000ms sampai dengan -3300 ms) dan Top A (-
1850ms sampai dengan -2000 ms) . Pada daerah
penelitian tersebut di bentuk oleh struktur lipatan
antiklin dan sesar yang terdiri dari empat buah (4)
patahan norma berarah baratdaya-timurlaut.
Konsep Petroleum sistem pada daerah
penelitian berupa batuan induk adalah Formasi Malita
Garben , sebagai batuan resevoar adalah Formasi
Plover berupa pasir dan sebagai batuan tudung adalah
intraformational shale dengan jenis struktur antiklin di
kontrol oleh patahan arah migarasi dari struktur rendah
ke tinggian.
Kata kunci : Interpretasi Data , Cekungan Bonaparte,
Struktur, Petroleum System.
1. PENDAHULUAN
Minyak dan gas bumi hingga saat ini masih
memiliki peranan penting dalam pemenuhan
kebutuhan energi umat manusia, meskipun sumber
energi alternatif lainnya sudah banyak ditemukan.
Mengingat masih besarnya peranan tersebut maka
eksplorasi dan eksploitasi masih terus di lakukan.
Kebutuhan dunia terhadap minyak dan gas bumi yang
masih tinggi menjadikan peranan eksplorasi sangat
penting untuk menutupi berkurangnya cadangan tiap
waktunya.
Metoda seismik merupakan metoda
penyelidikan bawah permukaan dengan memanfaatkan
sifat rambatan gelombang seismik buatan. Prinsipnya
berdasarkan pada sifat dari perambatan gelombang
pada material bumi. Interpretasi penampang seismik
merupakan tahap akhir dalam penyelidikan seismik
dengan tujuan untuk menerjemahkan fenomena fisika
yang terdapat dalam penampang seismik menjadi
fenomena geologi. Sebelum melakukan interpretasi
sebaiknya seorang interpreter mengetahui kondisi
geologi daerah penelitian baik stratigrafi maupun
struktur, sehingga akan mempermudah pekerjaannya
maupun untuk pencarian suatu prospek.
Cekungan Bonaparte terletak diantara
paparan kontigen Australia dengan paparan Eurasia
(Sundaland), berada dilepas pantai (offshore) luas area
kira-kira 270.000 m2 di bagian Utara margin continent
Australia. Dan luas cekungan berkisar 15 kilometer
pada umur Phanerozoic, sedimen carbonat dan
siliciclastic dan lingkungan pengendapan laut (marine
dan fluvial). Penelitian ini menggunakan Interpretasi
data seimik untuk mengetahui area yang berpotensi
sebagai zona resevoir. Struktur yang berkembang pada
2
daerah penelitian serta konsep petroleum system pada
cekungan Bonaparte.
2. TINJAUAN GEOLOGI
Gambar 1. Lokasi dan struktur Geologi Cekungan
Bonaparte (Cadman dan Temple, 2003)
2.1 Tektonik dan Struktur Geologi Cekungan
Bonaparte
Cekungan Bonaparte terletak diantara
paparan kontigen Australia dengan paparan Eurasia
(Sundaland), berada dilepas pantai (offshore) luas area
kira-kira 270.000 m2 di bagian Utara margin continent
Australia. Dan luas cekungan berkisar 15 kilometer
pada umur Phanerozoic, sedimen carbonat dan
siliciclastic dan lingkungan pengendapan laut (marine
dan fluvial). Cekungan Bonaparte mengalami dua
proses yaitu umur Paleozoic mengalami fase ekstensi
dan fase kedua umur akhir Triassic mengalami fase
kompressi. Batas - Batas Cekungan Bonaparte terdiri
dari : Utara berbatasan dengan Timor Gap (offshore)
Selatan berbatasan dengan Darwin Australia, Barat
berbatasan dengan laut lepas Indonesia.
Cekungan Bonaparte didominasi oleh
patahan ekstensional (extensional faulting) sedikit
sekali dijumpai struktur kompresional. Cekungan
didominasi oleh rift yang berhubungan dengan patahan
yang membentuk beberapa struktur deposenter, antara
lain deposenter utamanya yaitu Sub-Cekungan Petrel
dan Sub-Cekungan Sahul syncline, juga deposenter
yang lain seperti : dalaman Malita Graben, dalaman
Sahul platform, dalaman Laminaria High. Struktur
yang penting pada cekungan tersebut yaitu terdiri dari
bermacam-macam area tinggian yang membatasi satu
sub cekungan dengan cekungan lainnya, berupa
antiklin yang terpatahkan dan blok tinggian (horst
block), lipatan pada bagian yang turun pada patahan
utama dan mengenal pada tinggian batuan dasar.
Struktur kompresional hanya terjadi pada awal
pembentukan rift pertama yang berarah relative timur
laut-tenggara pada periode Jurassic. Sesar ini akan
aktif kembali pada Createceous dan Neogene
(Shuster,et,al 1998).
Cekungan Bonaparte secara struktur sangat
komplek terdiri dari umur Paleozoic dan Mesozoic
pada sub cekungan daerah Platform. Depocentres
utama cekungan Bonaparte terjadi di lepas pantai
(offshore) sub cekungan Petrel dari ekstensi luar,
cekungan bagian Timor gap merupakan depocentres
orthogonal pada Sahul syncline dan Malita Graben.
Bagian selatan cekungan Bonaparte dibatasi oleh
Darwin dan Plover Shelves. Cekungan margin utara
dari Timor gap (Timor Trough) dimana kedalaman air
laut sekitar 3000 meter termasuk Laminaria dan
Flamingo high, Flamingo Syncline terpisah dengan
Sahul Platform dari Flamingo high, Sahul platform
merupakan regional konstituen (constituents), Klep
dan Thoubadour highs dan terpisah dengan Sikatan
Trough, rendah di bagian Platform.
(Shuster,et,al,1998) ( I.F,Young, T,M. Schmedje, W,F.
Muir 1995).
Terjadinya struktur cekungan Bonaparte
meliputi :
a. Late Jurassic sampai awal Cretaceous
terjadi struktur pengangkatan patahan
b. Cretaceous dan Neogene pengaktifan
kembali (Re activation ) di bawah obligue,
Left lateral, strongly strike - slip domain.
c. Miocene Precent day, patahan esktensional
(extensional faulting ) signifikan Stike -slip
assosiasi dengan palung Timor bagian utara
Malita Graben sampai selatan.
d. Rift, pengankatan terkait dengan patahan
selama akhir Jurassic sampai awal
Createceous, trend Timor sampai barat
adanya patahan dari northeast sampai
southeast,( Menurut Shuster,et,al, 1998,
Keep,et, al, 2003 ).
3
Menurut, Barret,et al, 2004, cekungan
Bonaparte sangat komplek terdiri dari struktur
Paleozoic sampai Mesozoic terdiri dari dua fase
extensi pada umur Paleozoic :
a. Tren dari Northwest sampai umur (akhir) Late
Devonian - (awal) Early Carboniferous pada
sistem pengangkatan ( cekungan Sub Petrel)
b. Tren Northeast dari umur (akhir ) Late
Carboniferous - (awal) Early Permian pada
sistem pengangkatan ( Cekungan sub Proto
Vulcam dan Proto Malita Graben).
c. Regional Late Triassic north - south kompressi.
Struktur antiklin, erosi inversi,dan
pengangkatan (Uplift ).
d. Ekstensi pada umur akhir Jurrassic berhubungan
tren northeast (cekungan sub Vulkam, Malita
dan Calder graben ) dan tren southeast graben
(cekungan Sahul Syncline).
e. Umur Late Miocene sampai Pliocene konvergen
lempengan Australia dan Eurasia mengalami
penurunan pada palung Timor, patahan aktif
kembali dan meluas.
Stratigrafi cekungan Bonaparte berturut -
turut dari umur tua sampai umur muda dari
Precambrian sampai Quaternary (Williamson &
Lavering) sebagai berikut :
Batuan sedimen tertua .
Secara umum terbentuk pada umur
Permian, Triassic, Jurassic, Creataceous sampai
umur muda Tertiary. umur Permian dibagi lagi yaitu
: Lower dan Upper (umur bawah dan
atas). Kemudian Umur Triassic dibagi
menjadi: umur Lower, Middle, Upper.
Formasi Johnson (Base Eocene)
Satuan endapan formasi Johnson ini
pembentukan dominan mengandung batulempung
interbended, Calcilutities, napal dan batulempung
gampingan.
Formasi Wangarlu (Turonian MFS)
Satuan endapan formasi Wangarfu adalah :
terdiri dari batulempung(Claystone) yang cukup
konsisten, juga mengandung batulempung silika.
Formasi Echuca Shoal (Base Aptian )
Satuan formasi Echuca shoal pembentukan pada
umur Barrimian terdiri dari material batulempung dan
jejak material karbonat.
Formasi Elang (Base Flamingo)
Formasi Elang Callovian selaras dengan Formasi
Flamingo tersusun batulempung batulempung
agillaceous dan batupasir ,(sandy sandstone) batuan
berpasir.
Gambar 2. Stratigrafi Cekungan Bonaparte (Charton
2002).
3. DASAR TEORI
3.1. Metode Seismik Pantul
Keunggulan metode seismik atas metode
geofisika yang lain disebabkan banyak faktor, yang
paling penting diantaranya adalah akurasi tinggi,
resolusi tinggi dan daya tembus kuat yang mampu
dihasilkan olehnya (Telford, 1976).
Metode seismik pantul digunakan secara
luas terutama oleh kegiatan eksplorasi minyak. Teknik
dasar metode ini terdiri atas pembangkitan gelombang
seismik dan pengukuran waktu yang dibutuhkan oleh
gelombang untuk menjalar dari sumber ke geophone
setelah dipantulkan oleh reflector. Dengan
pengetahuan tentang waktu tempuh dan kecepatan
gelombang, seorang geophycisist dapat merekonstruksi
4
penjalaran gelombang pantul yang membawa
informasi mengenai struktur bawah permukaan.
Tujuan dari metode seismik pantul adalah untuk
menarik kesimpulan tentang batuan, terutama tentang
perlapisannya, dari waktu tiba yang terukur dan (dalam
penggunaan yang terbatas) dari variasi amplitude dan
frekuensi (Telford, 1976).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
gelombang seismik sangat membantu dalam
memahami penyebab variasi nilai kecepatan yang
berkaitan dengan gejala geologi bawah permukaan.
Faktor-faktor tersebut antara lain: litologi, densitas,
tekanan, kedalaman, temperatur, kandungan fluida,
dan beberapa faktor lainnya. Litologi, porositas, dan
tekanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi
kecepatan, sedangkan faktor lainnya diperhitungkan
berkaitan dengan evaluasi formasi batuan (Sheriff.,
1982).
3.2. Jenis Jenis Struktur Geologi
Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang
dijumpai pada batuan sebagai produk dari gaya gaya
yang bekerja pada batuan, yaitu: (1). Kekar (fractures)
dan Rekahan (cracks); (2). Perlipatan (folding); dan
(3). Patahan/Sesar (faulting). Ketiga jenis struktur
tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis
unsur struktur, yaitu:
a. Kekar (Fractures)
Kekar adalah struktur retakan/rekahan
terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja
pada batuan tersebut dan belum mengalami
pergeseran. Banyak teori yang dikemukan untuk
menjelaskan terjadinya kekandasan pada batuan bila
mengalami suatu gaya tekanan, terutama dalam hal
pembentukan rekahan-rekahan gerus (shear fracture)
dan hubungannya dengan besarnya sudut yang mereka
bentuk di alam.
b. Patahan/Sesar (Faults)
Sesar atau patahan adalah rekahan pada
batuan yang telah mengalami ―pergeseran yang
berarti‖ pada bidang rekahnya. Suatu sesar dapat
berupa bidang sesar (Fault Plain) atau rekahan
tunggal. Tetapi sesar dapat juga dijumpai sebagai
semacam jalur yang terdiri dari beberapa sesar minor.
Jalur sesar atau jalur penggerusan, mempunyai
dimensi panjang dan lebar yang beragam, dari skala
minor sampai puluhan kilometer. Kekar yang
memperlihatkan pergeseran bisa juga disebut sebagai
sesar minor.
Dalam hal ini patahan pada perangkap dapat
dibagi atas beberapa macam yaitu:
Patahan Normal
Patahan normal biasa sekali terjadi sebagai
suatu unsur perangkap.Biasanya minyak lebih sering
terdapat didalam hangging wall dari pada di
dalam foot wall , terutama dalam kombinasi
dengan adanya lipatan.
Patahan Naik
Patahan naik juga dapat bertindak sebagai
suatu unsur perangkap dari biasanya selalu berasosiasi
dengan lipatan yang ketat ataupun asimetris. Patahan
naik itu dapat dibagi lagi dalam dua asosiasi, yaitu
patahan naik dengan lipatan asimetris dan patahan naik
yang membentuk suatu sesar sungkup atau suatu
mappe.
Patahan Tumbuh
Patahan tumbuh adalah suatu patahan
normal yang terjadi secara bersamaan dengan
akumulasi sedimen, dibagian foot wall, sedimen tetap
tipis sedangkan dibagian hangging wall selain terjadi
penurunan, sedimentasinya berlangsung terus sehingga
dengan demikian terjadi suatu lapisan yang sangat
tebal. Sering kali patahan tumbuh ini menyebabkan
adanya suatu roll over . Dalam patahan tumbuh roll
over ini sangat penting karena asosiasinya dengan
terdapatnya minyak bumi.
Patahan Transversal
Patahan transversal atau horisontal yang
disebut pula wrench -faults atau strike - slipe fault
dapat juga bertindak sebagai perangkap. Harding
(1974) menekankan pentingnya unsur patahan
transversal sebagai pelengkap perangkap struktur.
Pada umumnya perangkap patahan transversal
merupakan pemancungan oleh penggerakan patahan
terhadap kulminasi setengah lipatan dan pelengkungan
struktur pada bagian penunjang yang terbuka.
5
Gambar 3. Klasifikasi sesar, Anderson (1951) dalam G.H Davis dan S.J. Reinold, 1996
C. Lipatan (Folds)
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan
yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga batuan
bergerak dari kedudukan semula membentuk
lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya
lipatan dapat dibagi dua, yaitu:
1. Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang
cekung ke arah atas.
2. Lipatan antiklin adalah lipatan yang
cembung ke arah atas.
3. 3. Fasies Seismik
Karakter unik dari rekaman seismik refleksi
memungkinkan dilakukannya penerapan langsung
konsep geologi berdasarkan kenampakan fisik
stratigrafi dari rekaman tersebut. Refleksi primer
gelombang seismik terjadi akibat perbedaan impedansi
akustik permukaan batuan yang umumnya berupa
permukaan lapisan dan atau bidang bidang
ketidakselarasan. Oleh karenanya, pola rekaman
seismik refleksi mencerminkan pola perlapisan batuan
dan ketidakselarasan..
Seismik hanya mampu mendeteksi batas
litologi bila terdapat perubahan impedansi akustik
sepanjang batas 2 batuan yang berbeda yang tebalnya
lebih dari batas deteksi gelombang seismik.
Analisis fasies seismik yaitu delineasi dan
interpretasi geometri, kontinuitas, amplitudo,
frekuensi, kecepatan interval, bentuk eksternal pola
refleksi sekaligus asosiasi fasies seismik tersebut
dalam kerangka sekuen pengendapan. Analisis fasies
seismik adalah deskripsi dan interpretasi geologi dari
parameter refleksi yang meliputi konfigurasi,
kontinuitas, amplitudo, frekuensi dan kecepatan
interval. Satu unit fasies seismik adalah suatu unit
seismik 3 dimensi yang tersusun atas kumpulan pola
refleksi yang parameternya berbeda dengan unit fasies
di sekitarnya (Mitchum, 1977 dalam Sukmono, 1999).
a. Konfigurasi Internal
Jenis konfigurasi internal seismik meliputi
konfigurasi parallel dan subparallel yang menunjukkan
kecepatan pengendapan yang konstan pada suatu
paparan yang subside secara seragam atau pada basin
plain yang stabil. Umumnya konfigurasi internal
berasosiasi dengan bentuk eksternal sheet, sheet drape,
fill.
Konfigurasi divergen mengindikasikan penebalan
lateral lebih disebabkan oleh pnebalan dari refleksi itu
sendiri, bukan karena onlap, toplap atau erosi.
Konfigurasi Chaotik diakibatkan oleh sistem
pengendapan energi tinggi atau akibat deformasi kuat
sedangkan konfigurasi reflection-free dapat
mencerminkan tubuh batuan beku yang masif, kubah
garam, tubuh batupasir atau shale yang homogen dan
tebal Untuk batugamping, konfigurasi reflection-free
mengindikasikan proses sementasi yang baik sehingga
batuan tersebut bersifat sangat padat.
Gambar 4. Konfigurasi internal fasies seismik
Mitchum, 1997 dalam Sukmono 1999)
6
b. Bentuk Esternal
Pemahaman mengenai bentuk eksternal tiga dimensi
dan asosiasi daerah dari fasies seismik adalah penting
untuk analisa fasies seismik tersebut. Bentuk sheet,
wedge, banks umumnya terbentuk pada fasies paparan.
Sheet drape mencerminkan pengendapan yang
seragam dan berenergi rendah pada laut dalam. Bentuk
lensa umumnya berasosiasi dengan progradasi
clinoform, sedangkan bentuk mound umumnya
berasosiasi dengan deep sea fans, lobes, slump masses,
contourite, carbonate buildup, reefs, volcanic mound,
sedangkan bentuk fill dicirikan oleh lapisan yang
mengisi permukaan dibawahnya yang mempunyai
relief negatif dan berasosiasi dengan erosional
channels, canyon fills, structural-trough fills, fan,
slumps dan lain-lain
3.4. Petroleum System
Dalam Petroleum system ini masih melalui
suatu proses dimana proses ini meliputi proses
Generation, Migration, Accumulation , Preservation
dan Timing. Dalam mencari minyak dan gas bumi
diperlukanya suatu eksplorasi. Eksplorasi merupakan
kegiatan mencari dan menemukan sumberdaya
hidrokarbon dan memperkirakan potensi hidrokarbon
dialam sebuah cekungan. Namun untuk melakukan
suatu eksplorasi perlu adanya suatu sistem. System ini
disebut dengan Basic Petroleum System yaitu proses
untuk menemukanya kandungan hidrokarbon dibawah
permukaan.
Didalam Basic Petroleum
System terdapat komponen-komponen penting yang
harus ada. Komponen komponen tersebut adalah:
Batuan Induk (Source Rock)
Batuan Resevoar (Reservoir Rock)
Migrasi (Migration)
Batuan Tudung (Seal Rock)
Perangkap (Trap)
4. METODOLOGI
Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis
membuat suatu rencana kerja yang meliputi beberapa
tahapan, dapat dilihat pada diagram alir :
Gambar 5. Diagram Alir
4.1 Data Penelitian
Data yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah data seismik 2D Post-stack terdiri dari 72 lines
data sumur berupa sumur Makikit, Baleia dan Kurita.
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Interpretasi Data Seismik
Penelitian ini menginterpretasi masing-
masing penampang seismic section sebanyak 72 lines
bertujuan untuk mengetahui struktur serta geometri
pada Formasi Plover Cekungan Bonaparte Lapangan
―GL-GANI‖ ini di lakukan menggunakan perangkat
lunak (software) Petrel 2009. Interpretasi seismik di
lakukan untuk mengetahui struktur geologi bawah
permukaan dan jenis perangkap reservoir sebagai
tempat akumulasi hidrokarbon. kegiatan yang
dilakukan dalam tahap ini meliputi perencanaan
interpretasi, penelusuran refleksi dan penyajian hasil
interpretasi.
5.2 Data Seismik
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data seismik 2D Post-stack terdiri dari 72 lines
data sumur berupa sumur Makikit, Baleia dan Kurita.
7
Gambar 6. Base Map lintasan seismik daerah
penelitian
Lintasan seismik yang dilalui oleh sumur
Kurita, Makikit dan Baleia yaitu pada seismik 2D line
59 , seismik 2D line 38 ,seismik 2D line 35 , seimik
2D line 9 dan seismik 2D line 41 .
Gambar 7. Lintasan seismik melalui sumur Makikit,
Baleia dan Kurita
5.3 Data Sumur
Data sumur pada daerah penelitian sebanyak
tiga 3 sumur, yaitu sumur Makikit, Baleia dan Kurita.
Semua well menggunakan satu 1 checkshot yang
berguna sebagai korelasi antara waktu kedalaman.
Gambar V.2 menampilkan korelasi struktur Top
Plover dan Bottom Plover antara sumur Makikit,
Baleia dan Kurita.
KET: Data Marker = Sumur Makikit, Baleia dan Kurita
Gambar 8. Korelasi struktur pada sumur Makikit,
Baleia dan Kurita
Pada sumur Makikit, Baleia dan Kurita.
Semua well menggunakan satu 1 checkshot yang
berguna sebagai korelasi antara waktu kedalaman.
Gambar V.3 menampilkan korelasi stratigarfi Top
Plover dan Bottom Plover antara sumur Makikit,
Baleia dan Kurita.
KET: Data Marker = Sumur Makikit, Baleia dan Kurita
Sumur Makikit
Suur Kurita
Sumur Baleia
NW SE
NW SE
8
Gambar 9. Korelasi stratigrafi pada sumur Makikit,
Baleia dan Kurita
5.4 Interpretasi Horizon
Interpretasi horizon pada penampang
seismik dilakukan pada bagian – bagian seismik yang
mempunyai refleksi seismik atau bidang reflektor yang
jelas (strong reflection) kemenerusan litologi di
penampang seismik. Penarikan horizon seismik yang
di interpretasi dimulai dengan horizon pertama sebagai
Basement horizon kedua sebagai Top Plover dan
horizon ketiga sebagai Top A. Berarah baratdaya-
timurlaut.
Gambar 10. Penampang seismik interpretasi patahan
pada line 28.
Berdasarkan penampang seismik line 28 dan
line 35 (Gambar.V.4 dan Gambar V.5) terdapat dua
konfigurasi refleksi yaitu:
1. Konfigurasi subparalel, mengindikasikan adanya
pengendapan secara seragam.
2. Konfigurasi chaotic, mengindikasikan adanya
perubahan permukaan refleksi dimana terjadi
deformasi sedimen halus secara tiba-tiba.
5.5 Interpretasi Struktur
Berdasarkan penerapan Picking fault Pada
Lapangan ―GL-GANI‖ line 28 dan line 30 terdapat
tiga refleksi yang kuat (strong reflection) yaitu horizon
pertama Basement horizon kedua Top Plover dan
horizon ketiga Top A. Terdapat empat (4) struktur
sesar yang dapat di interpretasikan sebagai sesar
normal (Normal fault) dengan arah relatif utara-selatan
dan baratdaya-timurlaut yang merupakan sesar mayor
dan sesar minor yang terdapat pada daerah penelitian.
Serta struktur lipatan yaitu antiklin. Di dalam
petroleum system sesar-sesar tersebut berperan sebagai
perangkap struktur (structure trap), dimana
hidrokarbon yang mengalami migrasi akan terjebak
didalam perangkap struktur tersebut. Adanya
perangkap struktur di daerah penelitian menyebabkan
hidrokarbon yang terakumulasi di dalamnya. adanya
sesar-sesar mayor serta sesar-sesar minor yang
terbentuk akibat rifting ekstensi yang telah terjadi pada
daerah penelitian. Proses rifting pada daerah penelitian
ini membentuk sesar-sesar mayor dan sesar minor.
Sesar mayor pada umumnya adalah normal fault yang
relatif berarah baratdaya-timurlaut. Akibat adanya
kompresi pada daerah tersebut memungkinkan
terbentuknya suatu struktur perangkap hidrokarbon
yang baik.
5. 7 Peta Time Struktur
Peta Time Structure Top A
Gambar 11. Peta Time Strukur pada Top A
Gambar V.11 adalah peta Time Structure
pada Top A. Peta ini terlihat bahwa daerah dengan
warna kedudukan paling tinggi adalah warna Merah -
Hijau dan warna biru - unggu di interpretasikan
sabagai rendahan. Terdapat keberadaan sesar normal
(normal faulted) dan struktur perangkap hidrokarbon
berupa lipatan antiklin yang mepunyai arah tegasan
dari bagian utara. . Pada Time Structure Top A
mempunayai elevasi -1850 sampai dengan -2050 ms
berada pada sumur Makikit yang berwarna kuning
kemerahan di interpretasikan sebagai struktur lipatan
antiklin.
SW NE Horizon 3
Horizon 2
Horizon 1
9
Peta Time Structure pada Top Plover
Gambar 12. Peta Time Strukur Pada Top Plover
Gambar V.12 merupakan peta Time
structure Top Plover. Peta ini terlihat bawah daerah
dengan struktur kedudukan paling tinggi adalah daerah
bagian barat laut dan semakin rendah dibagian timur
laut dan barat daya, serta adanya sesar normal (normal
faulted) dan perangkap hidrokarbon berupa lipatan
antiklin yang mempunyai arah tegasan dari bagian
utara dan selatan. Pada Time Structure Top Plover
mempunayai kedalaman -3200 sampai dengan -2900
ms berada pada sumur Makikit yang berwarna kuning
kemerahan di interpretasikan sebagai daerah tinggian.
Peta Time Structure pada Basement
Gambar 13. Peta Time Strukur pada Basement
Gambar 13. merupakan peta Time structure
Basement. Peta ini menunjukan daerah dengan
struktur kedudukan paling tinggi adalah
daerah bagian barat laut dan semakin
rendah dibagian timurlaut dan barat
daya. Sesar normal (normal faulted) dan perangkap
hidrokarbon berupa lipatan antiklin yang mepunyai
arah tegasan dari bagian utara. Pada time structure
Basement mempunayai kedalaman -3800 sampai
dengan -3400 ms berada pada sumur Makikit yang
berwarna kuning kemerahan di interpretasikan sebagai
daerah tinggian berupa lipatan antiklin.
Peta Time (Isocrone)
Gambar 14. Peta Isocrone Top Plover
Gambar 14. Merupakan peta isocrone Top
Plover terdapat kecenderungan ketebalan di bagian
selatan yang mempunyai niali ketebalan dari -60
sampai dengan 900 ms. Peta ini mempunyai lipatan
anticline di bagian tengah dan telah mengalami
deformasi atau pengakatan pada daerah tersebut.
Peta Time (Isocrone)
Gambar 15. Peta Isocrone pada Top A
Gambar V.15. Merupakan peta isocrone
Top A. Peta ini menunjukkan adanya ketebalan di
bagian selatan yang mempunyai nilai ketebalan dari -
1300 sampai dengan -1600 ms. Pada arah timur laut-
barat daya mempunyai nilai ketebalan yang sangat
tebal. Terdapat lipatan anticline di bagian tengah dan
mengalami deformasi atau pengakatan pada bagian
tersebut.
10
5.6. Petroleum System
Konsep petroleum system pada daerah
penelitian terdiri dari petroleum sistem secara lokan
maupun secara regional.
Gambar 16. Petroleum System secara Lokal pada
daerah penelitian cekungan Bonaprte
Gambar 16. menunjukkan petroleum system
secara lokal pada daerah penelitian. Adanya reaktivitas
sesar berupa sesar mayor dan sesar minor yang relatif
berah SW dan NE. Terdapat lipatan antiklin serta
sinklin dan perangkap hidrokarbon berupa lipatan
antiklin.
Gambar V.17. Petroleum system secara Regional
pada daerah penelitian Cekungan Bonaparte
Gambar.17. menunjukkan petroleum system
pada daerah penelitian secara regional. Terdapat
struktur lipatan sinklin di Malita Garbe sebagai jalur
migrasi menuju ke Flamingo High. Terdapat struktur
tinggian akibat rifting ekstensi akibat konvergensi
Lempeng Eurasia dan Lempeng Australia yang
mengakibatkan adanya reaktifitas sesar-sesar dan
lipatan. Petroleum system di di daerah penelitian yang
terdiri dari batuan induk, reservoar dan tudung (cap).
Untuk batuan induk terdapat pada Formasi Malita
Graben, sedangkan batuan resevoar termasuk kedalam
Formasi Plover yaitu batupasir dan batuan tudung
(cap) adalah intraformational shale. Jenis struktur
antiklin di kontrol oleh patahan yang termigrasi dari
struktur rendah ke tinggian.
6. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada hasil
data sumur dan data seismik pada Lapangan ―GL-
GANI‖, maka dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Pada hasil interpretasi seismik terdapat tiga bidang
refleksi kuat (strong reflection) yang equivale Top
Basement, Top Plover, dan Top Top A. Pada peta Time
Structure Top Basement mempunyai elevasi (-3400 ms
sampai dengan -3800 ms) pada Top Plover (-3000ms
sampai dengan -3300 ms) dan Top A (-1850ms sampai
dengan -2000 ms) .
2. Pada daerah penelitian tersebut di bentuk oleh
struktur lipatan antiklin dan sesar yang terdiri dari
empat buah (4) patahan normal dengan relatif berarah
dari barat daya-timurlaut. Arah tegasan dari selatan
dan utara.
3. Formasi Plover terbentuk pada zaman Jurasik
tengah dengan rezim tektonik Rifting (Pemekaran).
Pada Basement terjadi dinamika tumbukan antara tiga
lempeng Eurasia, Lempeng Australia dan lempeng
pasifik.
4. Konsep Petroleum sistem pada daerah penelitian
berupa batuan induk adalah Formasi Malita Garben ,
sebagai batuan resevoar adalah Formasi Plover berupa
pasir dan sebagai batuan tudung adalah
intraformational shale dengan jenis struktur antiklin di
kontrol oleh patahan arah migarasi dari struktur rendah
ke tinggian.
UCAPAN TERIMAKASIH
Bapak Dr.Ir.H.Suharsono, MT selaku Kepala Jurusan
Program Studi Teknik Geofisika, Bapak Ardian
11
Novianto, ST. MT selaku dosen pembimbing 1 dan
Bapak Ir. Teguh Jatmiko, MT selaku pembimbing 2,
Ibu Giyanti, Bapak Parja dan Pak Joko selaku Staf
Tata Usaha Program Studi Teknik Geofisika serta
Geofisika 2008 yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu, atas kebersamaannya selama ini, dukungan
dan motivasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E. M. 1951.The Dynamics of
Faulting.Oliver and Boyd: Edinburgh.
Ainsworth, R. B., 2006. Sequence Stratigrafi-based
analysis of reservoir Connectivity influence of sealing faults-a case study from a
marginal marine depositional
setting.petroleum Geosience, Vol 12, pp
127-141. Baillie, P.W., Fraser, T. H., Hall Robert and Myers
Keith., 2004. Geological Development of
Eastern Indonesia And The Northern
Australia Collision Zone Page 542. Baillie P.W., Duval Gregor, Milne Christian,
Geological Development of the Western End
of the Timor Trough Barrett, A.G., Hinde, A.L. and Kennard, J.M., in press.
Undiscovered resource Assessment
methodologies and application to the
Bonaparte Basin Cadman, S.J. and Temple, P.R., 2003. Bonaparte
Basin, NT, WA, AC & JPDA, Australian
Petroleum Accumulations Report 5, 2nd
Edition, Geoscience Australia, Canberra. Cadman, S.J. and Temple, P.R., 2004. Bonaparte
Basin, NT, WA, AC & JPDA, Australian
Petroleum Accumulations Report 5, 2nd
Edition, Geoscience Australia, Canberra. Charlton, T.R., 2002. The Petroleum Potentential of
East Timor, Appea Journal page 356.
Davis, G. H. and Reynolds, S. J., 1996, Structural
Geology of Rock and Regions, 2nd edition, John and Wiley and Sons, Inc., 776 p.
Gunn, P.J., 1988. Bonaparte Basin Evolution and
struktur framework. In Purcell, P.G. and
Purcell, R.R. (editors), The North West Shelf Australia, Proceedings of Petroleum
Exploration Society of Australia
Symposium, Perth, 275-285.
Hilterman, F.J., 1997. Seismik Amplitude Interpretation, Distinguished Instructor
Shourt Course, EAGE
Herman Darman., 2012. Timor and Arafura Sea
Number, The Indonesian Sedimentologists Forum (FOSI) The Sedimentology
Commission – The Indonesian Association
of Geologists (IAGI).
Katili, J.A. & J.A. Reinemund 1984. Southeast Asia: Tectonic Framework, Earth and Regional
Geological Problems. Int. Union Geol. Sci.,
Publ. 13, p. 1-68.
Kennard, J.M., Deighton, I., Edwards, D.S., Colwell, J.B., O’brien,G.W. and Boreham, C.J., 1999.
Thermal history modeling and transient heat
pulses: new insights into hydrocarbon
expulsion and ‘hot flushes’ in the Vulcan Sub-basin, Timor Sea. The APPEA Journal,
39 (1), 177-207.
Koesoemadinata, 1980. Geologi Minyak dan Gasbumi.
Edisi kedua, Jilid 2. Penerbit ITB MacDaniel, R.P., 1988—The Geological Evolution
and Hydrocarbon potential of the Western
Timor Sea Region. In: Petroleum in
Australia: The First Century. Australia Petroleum Exploration Association, 270-
284.
Magoon, L. B. and Dow,W. G.,eds. 1994. The
Petroleum System—from Source to trap: AAPG Memoir 60
Mavko G, Tapan Mukerji, and Jack Dvorkin 1998. The
Rock Physics Handbook, First Edition, Rock
Physics Laboratory Stanford University. Mory, A.J., 1988—Regional geology of the offshore
Bonaparte Basin. In: Purcell, P.G. and
Purcell, R.R. (eds), The North West Shelf
Australia, Proceedings of Petroleum
Exploration Society of Australia Symposium, Perth, 1988, 287–309.
Mory, A.J., 1991—Geology of the Offshore Bonaparte
Basin, Northwestern Australia.
Geological Survey of Western Australia Report, 29.
Rahadinata, T., 2006. Pengolahan Data Seismik 2D
Lintasan UGM_2D_NOV06 Dengan
Menggunakan Omega, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta: 72 hal.
Ramsay,J.G.,Huber,M.I.,1987, The Techniques of
Modern Structural Geology-Volume 2: Folds and Fractures, 1987, Academic
Press, London
Russel, B. H., 1996. Instalation and Tutorials.
Hampson-Russel Software Service Ltd. USA.
Sismanto, 1996. Pengolahan Data Seismik,
Laboratorium Geofisika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sukmono, S., 1999. Diktat Kuliah Interpretasi Data
Seismik, ITB, Bandung.
Telford, W.M., dan Sheriff, R.E., (1982), Applied Geophysics, Cambridge:
Cambridge University Press.
Telford, W., Geldart, L., Sheriff, R., and Keys, D.,
(1976). Applied Geophysics, Cambridge. University Press, New York.
Twiss, R. J., dan Moores, E. M. 1992. Structural
Geology. New York: W.H. Freeman and
Company. Twiss, R. J. and Moores, E. M., 1992, Tectonics, W.
H. Freeman and Company, New York, 532 p.
Veevers, J.J., Sedimentary Sequences of The Timor Trough, Timor, And The Sahul Shelf, 567-
569.