interpretasi soft tissue (hand out)
DESCRIPTION
soft tissue radiologiTRANSCRIPT
INTERPRETASI RADIOGRAFI THORAX DAN ABDOMEN
Oleh :Prof. Dr. Bambang Sektiari L., DEA., Drh.
Departemen Klinik Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan Unair
I. Interpretasi Radiografi Regio Thorax
Interpretasi radiografi pada regio thorax merupakan suatu tahapan diagnostik
yang akan sangat membantu jika dilakukan dengan mengembangkan suatu metode
interpretasi yang sistematis, walaupun cavum thorax merupakan regio yang cukup
komplek namun regio ini memberikan hasil radiografi yang cukup ideal dikarenakan
adanya variasi kontras yang cukup kuat antara pulmo yang berisi udara dengan jantung
dan pembuluh darah besar, jaringan lunak serta sistem ossifikasi yang menyusun struktur
anatomi thorax.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam melakukan
suatu evaluasi dan interpretasi dari regio thorax antara lain :
A. Teknik dan kualitas film
a. Cara membaca radiografi : Radiograf sebaiknya diposisikan di atas illuminator
dengan posisi sesuai dengan posisi pada saat proses pengambilan foto, agar tidak
membingungkan dan tidak mempersulit proses analisis tridimensional yang
dilakukan selama interpretasi radiografi yang bersifat bidimensional.
b. Kualitas radiografi : kualitas ini ditentukan oleh interval kontras yang terbentuk,
ada tidaknya artefak, kesalahan-kesalahan teknis dan kerusakan yang mungkin
terjadi pada film.
B. Evaluasi pasien
Evaluasi terhadap pasien meliputi beberapa hal antara lain :
a. Kondisi umum : spesies hewan, ukuran, kondisi fisik, ketebalan dan kebersihan
bulu, kulit dan jaringan sub cutan.
b. positioning pasien : Pada posisi lateral (sinister atau dexter), thorax inlet dan
cranial abdomen harus tercover. Ekstremitas cranial harus ekstensi dan diusahakan
tubuh tidak terotasi. Pada posisi ventro-dorsal (dorso-ventral) positioning pasien yang
betul ditandai dengan superimposisi sternum line dengan vertebrae thorax dan regio
sinister dan dexter dapat dibandingkan dengan mudah.
c. Kondisi sistem skeletal (axial skeletal maupun apendicular skeletal)
d. Detail-detail abdomen dan organ-organ yang terletak pada cranial abdomen serta
pergeseran-pergeseran yang mungkin terjadi.
e. Data-data pasien yang tertera pada sudut radiografi sudah lengkap atau belum.
C. Evaluasi Cavum thorax dan organ serta komponen intra thorax.
a. Pleura dan space interpleura.
Pada umumnya pleura visceral maupun pleura parietal tidak terdeteksi pada
radiografi. Sedangkan space interpleura merupakan ruang antar pleura yang
kemungkinan dapat terdeteksi pada radiografi jika terisi oleh gas maupun cairan.
b. Mediastinum : berdasarkan posisi dan letaknya terhadap jantung maka ruang
antara pleura mediastinalis dengan medistinum dapat dibagi menjadi tiga bagian
yakni : mediastinum precardial, mediatinum pericardial dan mediastinum post
cardial. Sedangkan berdasarkan pada variasi kontras dan densitas yang dihasilkan
pada radiograf maka organ maupun jaringan yang terdeteksi antara lain : thymus,
trachea, janrtung, Vena Cava Caudalis, Vascularisasi regio cranial (Vena Cava
Cranial, Pembuluh Subclaviar, brachiocephalic dll.).
c. Pembuluh mediastinalis mayor dan Saluran nafas
1. Jantung : Merupakan pembuluh darah terbesar dalam cavum thorax
dengan batas-batas yang jelas walaupun terdapat area kontak dan
superimposisi dengan paru yang terisi oleh udara. Bayangan jantung pada
anjing bervarisi tergantung dari breed. Gambaran jantung anjing yang
masih dalam breed yang sama, tidak terlalu berbeda . Sedangkan pada
kucing di samping tergantung dari breed namun variasi individual juga
sangat besar.
Pada posisi ventro-dorsal (dorso-ventral) : Batas dasar jantung cranial
yang tersusun oleh arcus aorticus,auricularis dexter, vena cava cranial dan
truncus a. pulmoner tidak terlihat dengan jelas karena bersuperimposisi
dengan gambaran mediastinum. Batas sinister jantung tersusun oleh
segment a. pulmoner regio cranial, atrium sinister dan ventrikel sinister
yang mendominasi area tersebut. Batas jantung dexter berawal dari
pemunculan lembut dari apex ke dasar kanan jantung. Jantung membentuk
poros dengan sudut 30 º dengan midline dengan proporsi 30 % terletak
sebelah dexter dari midline dan 70 % sebelah sinister midline. Jantung
mendominasi hampir separuh dari cavum thorax diukur dari costae ke 9 ke
arah cranial. Dari dasar jantung hingga apex terletak antara costae ke 3
hingga costae ke 8.
Pada posisi lateral perubahan-perubahan posisi jantung dapat diamati
berdasarkan posisi normal komponen penyusun jantung yang
dianalogikan dengan posisi jarum jam :
Posisi jam 12 .00 : Aorta
Posisi jam 01.00 : Conus Pulmoner
Posisi jam 02.00 : Atrium sinister
Posisi jam 03.00 – 05.00 : Ventrikel sinister
Posisi jam 05.00 – 09.00 : Ventrikel dexter
Posisi jam 09.00 – 11.00 : Atrium dexter
2. Vena Cava Posterior : Muncul dari dexter diafragma disekeliling
processus lobus accesoris dari pulmo.
3. Aorta : Nampak jelas dengan crisp pada arcus dorsalis melewati pulmo
sinister dan dexter dengan dikelilingi oleh lemak mediatinalis mengarah
caudal ke diafragma.
4. Segmen Vasculer Cranial : terletak pada mediastinalis cranial dengan
batas-batas yang kabur dan tidak jelas.
5. Trachea : struktur trachea terlihat dengan jelas oleh ring tracheal yang
menyusunnya dan kandungan udara di dalamnya. Dalam proyeksi lateral,
secara umum trachea nampak paralel dengan poros cervical dan vertebrae
thorax anterior. Kemudian melengkung kearah distal hingga cranial
jantung. disekitar dasar jantung, trachea berakhir menjadi bifurcatio
(corina), yang biasanya pada radiograf nampak radioluscense.
Perpindahan letak trachea dari posisi normalnya mengindikasikan adanya
lesi, inflamasi, neoplasia dan kemungkinan pembesaran limfoglandula
mediastinalis.
6. Bronchial tree : Pada Carina trachea bercabang menjadi bronchi utama
sinister dan dexter, yang kemudian menyebar menjadi bronchi apical,
cardiac, diafragma dan intermediet. Cabang bronchi utama ini nampak
pada radiografi karena kontras dari udara yang ada di dalamnya.
Gambaran bronchi yang lebih kecil tidak nampak jelas pada radiografi
karena dikaburkan oleh pembuluh darah dalam pulmo. Gambaran cabang-
cabang bronchi yang lebih kecil dan pembuluh darah dalam pulmo pada
radiografi normalnya bersifat dense sehingga sering dikelirukan dengan
massa neoplasia kecil. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan
lebih detil dari bronchial tree perlu dilakukan bronchografi.
7. Pembuluh darah besar lain (Vena dan arteri pulmoner) dalam mediastinum
tidak nampak dalam radiograf. Arteri pulmoner muncul dari ventrikel
dexter dan melintas pada dorsal aorta. Arteri ini terletak pada anterior
sinister dari dasar jantung kurang lebih pada posisi jam 13.00 dan 14.00.
Aorta terletak tenggelam pada posisi midline pada posisi jam 11.00
sampai jam 13,00. Arteri pulmoner mengalami bifurcasio ke arah sinister
dan dexter pada dasar jantung. Cabang dexter berawal dan melintas secara
halus ke arah cranial dan kemudian pada bronchial tree bercabang masuk
ke dalam lobus-lobus pulmoner. Cabang sinister berlanjut ke arah dorsal
hingga dorsal dari bronchial tree dan menyebar pada lobus sinister pulmo.
b. Pembuluh darah pada lobus pulmo
Distribusi arteri, vena dan nervus serta pembuluh limfe ke dalam lobus pulmo
terjadi secara menyatu dan pembuluh utama dalam lobus pulmo merupakan
cabang ke tiga dari arteri dan vena pulmoner.
c. Pulmo
Pemahaman terhadap struktur lobus pulmoner sangat penting, walaupun pada
radiografi normal perbedaan antar lobus tidak tampak. Namun terlihatnya fisura-
fisura pada area tersebut dapat mengindikasikan adanya abnormalitas ataupun
akumulasi cairan dalam cavum pleura. Lobus intermediate dari pulmo dexter
terletak membentang hingga setengah dari thorax sinister dan sering
menampakkan garis demarkasi yang tipis yang disebut sebagai ligamentum
diafragmatico-pericardial (pada proyeksi dorso-ventral). Parenkim pulmo secara
radiologis tidak nampak, namun bentukan lobus nampak oleh adanya kontras
yang terjadi karena udara dalam lobus. Kolaps pulmo ditandai dengan
peningkatan densitas lobus pulmo dengan batas yang jelas dan hilangnya
gambaran bronchial tree ataupu vaskularisasi pada area tersebut. Peningkatan
densitas jaringan pulmo disebut dengan konsolidasi pulmo. Konsolidasi jaringan
pulmo dapat mengindikasikan terjadinya inflamasi, akumulasi cairan, neoplasia
dan kelainan-kelainan yang lain pada pulmo.
D. Penyakit jantung dan pembuluh darah
a. Congestive Heart Failure (CHF)
1. Left Heart Failure : terjadi karena kegagalan jantung mengatur volume
darah balik dari sirkulasi pulmoner. Ditandai dengan terjadinya kongesti
vena pulmoner dan odema pulmoner dan pada radiograf terlihat
cardiomegali bagian sinister atau cardiomegali umum.
2. Right Heart Failure : terjadi karena kegagalan jantung untuk memompa
darah balik dari sirkulasi sistemik. Ditandai denga kongesti vena sistemik,
kongesti visceral dan pada radiograf nampak tanda-tanda ascites, efusi
pleura (pada anjing cenderung ascites dan pada kucing cenderung terjadi
efusi pleura), cardiomegali dexter atau cardiomegali umum.
b. Penyakit jantung kongenital
1. Patern Ductus Arteriosus (PDA) secara radiografi tampak pembesaran
ventrikel sinister, atrium sinister, arteri pulmoner, aorta dan tanda-tanda
CHF sinister.
2. Stenosis Katup Pulmoner secara radiografi tampak cardiomegali dexter,
arteri pulmoner dapat tampak normal atau menyempit dan tanda-tanda
CHF dexter.
3. Stenosi Katup Aortik secara radiografi tampak pembesaran pada ventrikel
sinister, arcus aorticus dan atrium sinister, bayang-bayang jantung tampak
memanjang dan kadang-kadang disertai tanda-tanda CHF sinister.
4. Ventricular Septal Defect (VSD) secara radiografi tampak pembesaran
ventrikel dexter, atrium dexter, arteri pulmoner dan tanda-tanda CHF
sinister.
c. Penyakit jantung dapatan (Aquired Heart Diseasse)
1. Heartworm disease (Dirofilaria immitis) dengan tanda radografi berupa
pembesaran ventrikel dexter, atrium dexter dan arteri pulmoner serta
tampak tanda-tanda CHF dexter. Arteri pulmoner tidak tampak jelas dan
kabur dan ditandai dengan area konsolidasi pada pulmo.
2. Canine Dilated Cardiomyopathy dengan tanda radiografi cardiomegali
umum dengan tanda-tanda CHF sinister, CHF dexter atau CHF umum.
3. Feline Cardiomyopathy terjadi dilatasi dan hipertropi jantung pada kedua
sisi (sama dengan pada anjing).
4. Feline Hypertrophic Cardiomyopathy ditandai dengan pembesaran atrium,
kadang-kadang pembesaran biventrikuler yang disertai tanda-tanda CHF
sinister dan efusi pleura.
5. Insufisiensi katup atrio-ventrikuler sinister atau dexter merupakan
kelainan yang sering ditemukan pada hewan tua, bisa terjadi sendiri-
sendiri atau bersamaan dan ditandai dengan cardiomegali umum. CHF
dexter atau sinister.
6. Insufisiensi katub mitral ( katub Atrio-ventrikular sinister) dengan tanda-
tanda pembesaran jantung sinister (atrium atau ventrikel) dan tanda-tanda
CHF sinister.
d. Penyakit pericardial
1. Efusi pericardial pada kondisi akut seringkali tidak dapat dideteksi malalui
radografi, sedang pada kondisi kronis memberikan gambaran cardiomegali
yang mengesankan bentukan spiral dan disertai hilangnya detail jantung
dan tampak tanda-tanda CHF dexter.
2. Hernia Diafragmatica Pericardial-peritoneal dengan tanda-tanda
menyerupai efusi pericardial dan disertai gambaran gas dalam intestinal
dan seringkali terjadi deformitas sternum dan perpindahan letak organ
visceral yang lain(microliver).
E. Penyakit pada Pleura dan Rongga Mediastinum
a. Penyakit pada rongga mediastinum dapat berupa pneumomediastinum, massa
intra mediastinal dan hidromediastinum.
b. Penyakit pada rongga pleura
1. Pneumothorax dalam gambaran radiografi terlihat peningkatan densitas
lobus pulmoner karena kolaps pulmo (atelectasis) dan disertai gambaran
gas dalam rongga pleura yang berasal dari saluran pencernaan, infiltrasi
udara dari luar, rupture pulmo maupun hasil fermentasi bakteri. Pada
proyeksi lateral tampak gambaran gas disekeliling tepi lobus dan sering
terlihat pergeseran posisi jantung ke arah dorsal.
2. Hidrothorax menunjukkan adanya akumulasi cairan dalam rongga pleura
yang bisa disebakan karena infeksi, kelainan jantung, kerusakan pembuluh
darah atau perdarahan. Radografi hanya bermanfaat untuk konfirmasi
adanya cairan dengan tanda-tanda under exposed pada radiografi disertai
dengan hilangnya detail umum thorax dan terangkatnya lobus pulmo ke
arah dorsal.
F. Interpretasi Radiografi dari Penyakit- Penyakit Pulmoner
Untuk melakukan interpretasi secara tepat dari penyakit-penyakit pulmoner pada
radiografi rongga thorax perlu diperhatikan beberapa hal yaitu :
a. Tanda-tanda radiografi yang ditimbulkan oleh penyakit pulmoner :
1. Harus dapat dibedakan dengan gambaran radiografi yang timbul
karena penyakit-penyakit ekstrapulmoner, misalnya penyakit
ekstrathorax, penyakit pada pleura dan mediastinum.
2. Terjadinya penurunan atau peningkatan radioopasitas.
3. Hilangnya atau kaburnya gambaran anatomi normal system cardio-
pulmoner :
- Hilangnya detail secara umum
- Hilangnya detail pada bagian-bagian tertentu
- Penurunan dari ukuran pembuluh darah
4. Muncul dan menajamnya detail-detail yang seharusnya tidak
tampak, misalnya adanya pembesaran pembuluh darah atau batas-
batas yang tampak melebar.
5. Perpindahan struktur normal dari : cardio-vasculer, trachea dan
bronchus, vaskularisasi pulmoner dan diafragma.
6. Munculnya pola-pola yang berbeda dari perubahan-perubahan
yang terjadi pada pulmo, perubahan-perubahan tersebut dapat
berupa :
- Pola vaskuler : terjadi pembesaran , penyempitan atau kekaburan
struktur vaskuler
- Pola bronchial : terjadi kalsifikasi, dilatasi maupun penebalan
- Pola interstitial : terjadi nodular-nodular terstruktur atau tidak
terstruktur
- Pola alveolar : terjadi peningkatan radioopasitas parenkim pulmo
- Pola campuran
b. beberapa contoh kasus penyakit pulmoner
Walaupun beberapa kasus penyakit pulmoner dapat dideteksi dengan radiografi,
namun seharusnya dikonfirmasi lagi dengan pemeriksaan klinis yang lain, sehingga
diagnosis dapat ditegakkan secara menyeluruh.
1. Pneumonia interstitial : tanda-tanda radiografi yang tampak antara lain
adanya perubahan pulmo dengan pola interstitial tidak berstruktur,
hilangnya detail pembuluh darah dan air ways, hilangnya detail dan
struktur mediastinum secara progresif, terjadinya peribronchial cuffing,
pada kasus lanjut ditemukan perubahan dengan pola alveolar disertai
dengan peningkatan opasitas dan hilangnya detail pada hylus yang
mengindikasikan terjadinya lymphadenopathy.
2. Tracheo-bronchitis : tanda-tanda radiografi yang tampak adalah
peningkatan radioopasitas dari dinding upper pulmonary air ways.
Pembuluh darah pada air ways tidak terlihat dan detail-detail dari sebagian
besar pembuluh darah mediastinum menghilang. Struktur alveoli dan
interstitial pulmo tampak normal dan terlihat perubahan dengan tanda-
tanda bronchiectasis.
3. Bronchopneumonia : tanda-tanda radiografi yang tampak adalah adanya
peningkatan opasitas dan hilangnya detail sebagian besar area dari hylus
pulmoner dan dasar jantung. Terjadi peningkatan opasitas parsial dari
lobus pulmoner dan konsolidasi serta hilangnya sebagian gambaran
normal vaskularisasi bronchial baik pada area medistinum atau pada
cabang-cabangnya pada lobus pulmoner. Perubahan pada lobus pulmoner
dapat bersifat campuran antara pola alveolar dan interstitial.
4. Pneumonia Purulen Kronis : tanda-tanda radiografi yang tampak adalah
peningkatan opasitas dan hilangnya detail pada dasar jantung dan hylus
pulmoner, terjadi konsolidasi pulmo dengan gambaran noduler yang tidak
terstruktur dan bersifat multiple, terjadi bronchiectasis dan detail
mediastinum dapat terlihat normal atau mengabur.
II. GAMBARAN RADIOGRAFI DIAFRAGMA
Pada kondisi normal garis diafragma nampak jelas oleh adanya kontras antara
rongga thorax yang berisi udara pada bagian cranial dengan hepar yang tampak
radioopaque pada bagian caudal. Namun karena secara anatomis diafragma berbentuk
elips maka perlu diperhatikan bahwa garis ini memproyeksikan bagian cranial dari
diafragma, sedangkan bagian perifer diafragma membentang jauh ke caudal.
Gambaran radiografi dari garis diafragma bervariasi tergantung dari fase
respirasinya. Hal ini tampak paling jelas pada radiografi dengan proyeksi lateral di mana
pada fase ekspirasi garis diafragma berbentuk elips dan setengah bagian ventral dari
garis ini superimposisi dengan bagian caudal jantung, sedangkan setengah bagian ke
arah dorsal dari garis ini berbentuk menyudut kearah caudal setara dengan procesus
spinosus dari vertebrae thorax X atau XI. Pada fase inspirasi, bentuk elips dari garis ini
hilang dan garis diafragma relative lurus dan tidak superimposisi dengan jantung.
Pada proyeksi dorso-ventral garis diafragma tampak berstruktur agak bilobus dan
tampak bahwa kedua sisi tidak sama. Sisi dexter tampak membentuk sudut yang tajam
dan membentang jauh lebih cranial dibandingkan denga sisi sinister. Perubahan-
perubahan yang sering tejadi pada diafragma atau organ-organ di sekitarnya ditandai
dengan perubahan letak garis diafragma maupun kesulitan dalam mengidentifikasi garis
diafragma (misalnya adesi, rupture atau tekanan cairan atau massa pada rongga thorax
atau abdominal).
III. INTERPRETASI RADIOGRAFI REGIO ABDOMINAL
Interpretasi radiografi region abdominal dapat dilakukan secara sistematik dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Karakter pasien, preparasi pasien, positioning pasien dan kualitas radiografi yang
dihasilkan.
b. Anatomi normal abdomen antara lain, bulu dan kulit, tebal tipisnya jaringan sub
kutan, ada tidaknya cairan, system skeletal dan struktur organ-organ intra-
abdominal.
c. Adanya variasi normal dari struktur anatomis region abdominal :
- Pada organ-organ spesifik : ukuran, permukaan dan bayangan yang
terbentuk.
- Ada tidaknya perpindahan organ-organ visceral
- Perbedaan radioopasitas antar organ atau jaringan
Untuk tujuan diagnostik dan untuk mendapatkan informasi secara lengkap dan
detail dari gambaran radiografi yang dihasilkan, maka penggunaan cairan kontras sangat
dianjurkan.
A. Anatomi Radiografi Regio Abdominal
a. Rongga peritoneal : detail dari gambaran radiografi rongga peritoneal
tergantung dari rasio lemak dan cairan, umur, kondisi hidratasi dan
kandungan atau isi pada cavum abdominal
b. Retroperitoneal : tampak lebih jelas dengan peningkatan deposit lemak.
c. Liver : - terproyeksi sedikit di caudal dari arcus costalis
- lobus sinister lateral lebih tervisualisasi
- lobus quadratus tampak sedikit berbeda
- terangkat kearah dorsal oleh akumulasi lemak pada ligamentum
falciformis.
d. Lien / limpa :
- pada proyeksi ventro-dorsal, corpus lien tampak sebagai bentukan
radioopaque berbentuk triangular menempel pada dinding abdomen
sinister di area costae terakhir.
- Pada proyeksi lateral, bagian distal lien tampak di medio-ventral
abdomen di bagian dorsal dari m. rectus sebagai sebuah bentukan
triangular radiopaque dan bagian cranial terletak di area ventral ari
ginjal sinister. Posisi ini dapat berubah tergantung dari adanya
perubahan-perubahan pada splenic dan distensi dari gaster.
e. Ginjal :
- terletak pada ruang retroperitoneal antara vertebrae thorax XII - XIII
dan vertebrae lumbal IV – V.
- Ginjal dexter lebih cranial dibandingkan ginjal sinister dan terletak di
dalam fossa renalis pada lobus caudatus liver.
- Ginjal sinister lebih caudal dan ventral dibandingkan ginjal dexter.
- Batas caudal ginjal dexter dan batas cranial ginjal sinister sering
tampak superimposisi pada proyeksi lateral.
- Ginjal kucing lebih mobile dibandingkan anjing.
- Ukuran ginjal anjing berkisar antara 2,5 – 3,5 kali panjang vertebrae
lumbal II dengan bentuk bulat memanjang dengan permukaan yang
halus. Ukuran ginjal kucing berkisar antara 2,5 – 3 kali panjang
vertebrae lumbal II dengan bentuk lebih bulat. (Pada proyeksi ventro-
dorsal ).
f. Lymphoglandula abdominal : pada kondisi normal tidak terdeteksi pada
radiografi.
g. Pelvic inlet : colon, prostate, uterus dan vesica urinaria.
h. Gaster :
- Fundus dan corpus meliputi anterior sinister kuadrant fossa hepatica
- Curvatura mayor melintang pada bagian caudal sesuai dengan
distensibilitas gaster.
- Gambaran batas pylorus sedikit mengarah pada dexter dari midline.
- Pylorus dan cardia secara relative terfiksasi pada posisi tetap.
- Gas dalam gaster bergerak sesuai dengan positioning pasien.
- Pada proyeksi lateral, aksis gaster terletak sejajar dengan costae
- Batas cranial gaster dan diafragma sinister bergerak kea rah cranial
pada recumbency latero-sinister
i. Duodenum
- Bagian cranial duodenum dan junction pyloro-duodenalis didapatkan
pada area costae IX –X
- Flexura cranial duodenum meliputi kuadrant cranial dexter dari
abdomen dan berkontak dengan liver
- Pars descenden duodenum terfiksasi oleh mesoduodenum sepanjang
dinding dexter abdomen mengarah ke caudal hingga vertebrae lumbal
V – VI. Perlekatan pancreas dapat ditemukan pada permukaan dorso-
medial (sisi mesenterical).
- Flexura caudal, duodenum transversal kurang terfiksasi dan berputar
ke arah midline pada vertebrae lumbal V – VI.
- Pars ascenden dari midline berjalan kea rah cranial sinister yang
berhimpit dengan colon descenden yang selanjutnya bergerak kearah
ventral pada junction duodeno-jejenum.
i. Jejenum – Ileum
Jejenum dan ileum merupakan bagian terbesar dari small intestinal.
Bagian ini didukung oleh mesenterium yang panjangdan relatif mobil pada
central abdomen. Tidak nampak jelas pembagian antara jejenum dengan
ileum. Bagian ini berakhir di ileocolic junction. Bagian ini membentuk
gambaran yang berlekuk-lekuk pada bagian ventromedial dari abdomen.
k. Caecum : biasanya terletak pada dexter dan di dalam loop duodenal antara
vertebrae lumbal II – IV. Pergeseran ke arah cranial atau caudal tergantung
pada distensi yang terjadi pada colon.
l. Colon : terdiri dari colon ascenden, transversal dan descenden. Pada plain
radiografi, colon nampak dengan opasitas yang bervariasi. Pada proyeksi
lateral, colon berjalan kurang lebih sejajar dengan vertebrae. Pada proyeksi
ventro-dorsal, colon ascenden terletak pada sisi dexter dari midline dan colon
descenden pada bagian sinister.
m. Rectum : Merupakan bagian terminal dari colon yang berawal dari pelvic
inlet dan berakhir di anus
B. Interpretasi radiografi dari abnormalitas pada abdomen.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui abnormalitas pada
abdomen antar lain :
a. Densitas : yakni dengan cara membandingkan radioopasitas yang terjadi pada
jaringan, organ atau lesi.
b. Pergeseran/perpindahan posisi :
- Pengamatan terhadap lokasi dari suatu struktur, jaringan atau organ
yang mengalami pembesaran atau pengecilan ataupun kelainan lainnya
sangatlah penting. Adanya suatu massa lesional yang bersifat pembesaran
menyebabkan pergeseran dari jaringan atau organ menjauh dari pusat lesi,
sedangkan pengecilan atau atrophy jaringan atau organ akan menyebabkan
pergeseran dari jaringan atau organ dari pusat lesi.
- Pergeseran ke caudal dari gaster dan visceral menyebabkan axis gaster
juga bergeser ke caudal; hal ini disebabkan misalnya karena hepatomegali,
neoplasia dan distensi gaster.
- Pergeseran ke arah cranial dari gaster dan visceral menyebabkan axis
gaster juga bergeser ke arah cranial; hal ini dapat disebabkan misalnya karena
microliver, syndrome portosystemic shunt dan hernia diafragmatica.
- Pergeseran ke arah caudal dari intestinal serta perpindahan ke arah
cranial dari gaster dan colon transversal dapat disebabkan oleh adanya massa
pada sentral abdomen, massa pada mesenterical root, dan pembesaran pada
pancreas.
- Perpindahan ke arah ventral dari visceral dapat disebabkan karena
adanya pembesaran ginjal, adanya massa atau abses pada retroperitoneal.
- Perpindahan kearah dorsal dari visceral dapat disebabkan oleh
splenomegali, massa pada ovarium, monorchid atau cryptorchid.
- Perpindahan visceral ke cranial atau dorso-cranial dapat disebabkan
karena misalnya oleh retensi urine, hyperthropy prostate, pembesaran uterus
atau hernia diafragmatica.
b. Identifikasi massa abdominal : massa dengan batas yang jelas dan opasitas yang
meningkat mudah teridentifikasi, sedangkan massa dengan batas yang tidak jelas
disertai dengan opasitas yang tidak terlalu berubah sulit dikenali dan dapat
dideteksi dengan mengamati pergeseran dari organ-organ visceral yang ada
disekitarnya.
C. Interpretasi radiografi dari peritoneum dan rongga peritoneal
Evaluasi dari regio ini dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap
batas-batas serosa yang berkaitan erat dengan sedikit banyaknya akumulasi lemak.
- Hilangnya visualisasi batas-batas serosa dapat berkaitan dengan
sedikitnya lemak abdominal (anjing muda, emasiasi ), adanya massa atau materi
yang bersifat radioopaque, maupun kompresi isi abdomen (massa intra abdominal).
- Hidroperitoneum yang dihasilkan oleh efusi cairan intra peritoneal,
menyebabkan hilangnya detail-detail serosa yang superimposisi dengan massa
homogen radioopaque.
- Peritonitis fokal atau difus menyebabkan hilangnya batas-batas serosa
dengan permukaan peritoneal yang tampak granuler, small intestinal secara moderat
berdilatasi dan kadang-kadang ditemukan adanya udara intraperitoneal.
D. Interpretasi radiografi tractus gastrontestinal
Plain radiografi untuk tujuan diagnostik dari tractus gastrointestinal sebenarnya
kurang memadai. Bahan-bahan kontras sebaiknya digunakan untuk mendapatkan
informasi yang lebih lengkap dan detail dari abnormalitas fungsional maupun
structural dari tractus gastrointestinal. Bahan kontras yang dapat digunakan antara
lain : udara, cairan iodine dan suspensi barium.
Beberapa abnormalitas yang dapat dideteksi melalui radiografi antara lain :
- Oesophagus : megaoesophagus, oesophagitis kronis, corpora aliena
intra oesophagal, stricture oesophagus, intussusepsi gastro-oesophagus, hernia
hiatus
- Gaster : produksi gas berlebih, dilatasi dan volvulus, obstruksi pylorus,
ulcer, neoplasia, perforasi dan corpora aliena.
- Small intestinal : ileus mekanik atau fungsional, trauma atau inflamasi,
corpora aliena dan intussusepsi.
- Large intestinal : megacolon, konstipasi, obstipasi, intussusepsi,
neoplasia dan colitis, diverticulum rectum.
E. Interpretasi radiografi tractus genito-urinarius
Plain radiografi pada tractus ini tidak dapat memberikan informasi yang memadai
dan tidak dapat memberikan visualisasi yang lengkap terhadap perubahan kondisi
fungsional atau structural. Penggunaan larutan iodine secara intra vena dapat
digunakan sebagai media kontras. Injeksi udara dari caudal ke dalam vesica urinaria,
vagina dan uterus mungkin dapat menggunakan larutan tersebut atau penggunaan
keduanya dapat dikombinasikan.
- Ginjal : kelainan yang terjadi akibat penyakit degeneratif mungkin
dapat diinterpretasikan secara radiografi antara lain : penyakit ginjal tahap akhir,
calculi renalis, dystrophy mineralisasi, anomaly congenital, neoplasia, nephritis
dan nephrosis, pyelonephritis dan hydronephrosis.
- Ureter : Secara normal tidak terlihat secara radiografi, namun kelainan
yang dapat diamati antara lain : calculi ureter, anomaly congenital, ureterectasia,
rupture ureter.
- Vesica urinaria : secara normal dalam radiografi terdiribdari tiga
bagian yaitu vertex, corpus dan trigone. Lokasi vesica terletak cranial os. Pubis
(cranial prostate pada hewan jantan). Pada proyeksi lateral biasanya tampak
distensi karena urine di dalamnya. Bentuk tergantung dari spesies (tipis dengan
leher panjang pada kucing). Cytografi kontras dapat berupa negative kontras,
positif kontras atau double kontras. Penyakit yang dapat diinterpretasikan secara
radiografi antara lain cystic calculi, anomaly vesica, neoplasia, cystitis baik akut,
kronis atau emfisematosus, perforasi dan rupture vesica.
- Urethra : penyakit yang dapat diinterpretasikan secara radiografi antara
lain stenosis, calculi dan rupture urethra.
- Prostate : sering tidak terdeteksi dan terdeteksi jika mengalami
hiperplasi, hypertrophy, inflamasi atau neoplasia.
- Organ reproduksi betina : perlu difahami struktur anatomi normal.
Pada kondisi non gravid (normal), tidak tidak dapat teridentifikasi secara
radiografi. Sedangkan pada kondisi gravid, endometritis, pyometra atau neoplasia
akan tampak pembesaran dari uterus.
Daftar Pustaka
1. Thrall DE, 2002, Textbook of Veterinary Diagnostic Radiology, 3th ed. Saunders W
B Co. Pennsylvania
2. Kealy JK, 1987.; Diagnostic Radiology of the Dog and Cat.., 2nd ed. W.B. Saunders W
B Co. Pennsylvania
3. Owens JM, 1982. Radiographic Interpretation for the Small Animal Clinician. Ralston
Purina Co. Missouri.
ooooooooo Bamsekti ooooooooo