inventarisasi emisi gas rumah kaca pada...
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR – RE 141581
INVENTARISASI EMISI GAS RUMAH KACA
PADA SEKTOR PERTANIAN DAN PETERNAKAN
DI KOTA SURABAYA
MANGGAR CAHYO LINTANGRINO
3312100071
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Rachmat Boedisantoso, M.T
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2016
TUGAS AKHIR – RE 141581
GREENHOUSE GAS EMISSION INVENTORY
FROM AGRICULTURAL AND LIVESTOCK
SECTOR IN SURABAYA CITY
MANGGAR CAHYO LINTANGRINO
3312100071
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Rachmat Boedisantoso, M.T
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2016
i
Inventarisasi Emisi Gas Rumah Kaca Pada Sektor Pertanian Dan Peternakan Di Kota Surabaya
Nama Mahasiswa : Manggar Cahyo Lintangrino NRP : 3312 100 071 Jurusan : Teknik Lingkungan FTSP-ITS Pembimbing : Dr. Ir. Rachmat Boedisantoso,
M.T.
ABSTRAK Dalam membantu penurunan Gas Rumah Kaca (GRK)
global, setiap kota di Indonesia wajib untuk membuat Rencana Aksi Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) dalam rencana pembangunan daerahnya. Pemerintah menargetkan penurunan GRK sebesar 0,008 gigaton pada tahun 2020 untuk sektor pertanian. Sektor pertanian yang terdiri dari pertanian dan peternakan sendiri menghasilkan gas rumah kaca berupa CO2, CH4, dan N2O. Menurut penelitian sektor pertanian menyumbang 10- 12% dari total gas rumah kaca antropogenik , yang terdiri gas N2O dan CH4, Sedangkan, sektor peternakan menyumbang sekitar 18 %-51% gas rumah kaca antropogenik, yang sebagian besar terdiri dari gas CH4. Meskipun, menghasilkan GRK yang sedikit dibandingkan sektor energi, GRK yang dihasilkan sektor pertanian memiliki potensi pemanasan global lebih besar 23 hingga 296 kalinya.
Kota surabaya memiliki potensi GRK yang cukup besar karena memiliki populasi ternak sebesar 36.696 ekor ternak dan ditambah dengan populasi ternak yang datang dari luar kota untuk memenuhi kebutuhan daging di Surabaya. Lahan pertanian Kota Surabaya sebesar 1777,941 Ha, sehingga diperlukan inventarisasi emisi untuk mengetahui beban GRK dari sektor tersebut. Inventarisasi merupakan langkah awal untuk menentukan kebijakan selanjutnya dalam mengendalikan kualitas udara. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian lapangan mengenai Inventarisasi Emisi Gas Rumah Kaca pada Sektor Pertanian dan Peternakan di Kota Surabaya.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan beban emisi GRK dan pemetaannya pada sebuah peta dasar Kota Surabaya.
ii
Metode perhitungan yang digunakan pada penelitian ini adalah IPCC Guidelines 2006, dimana data yang dibutuhkan adalah data aktivitas kegiatan dan faktor emisi. Data aktivitas kegiatan berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan menggunakan metode kuesioner seputar peternakan dan pertanian. Faktor emisi didapatkan dari literatur-literatur, dalam hal ini adalah IPCC Guidelines 2006. Beban emisi yang telah dihitung dari masing-masing lahan pertanian maupun peternakan kemudian disajikan dengan menggunakan sistem informasi geospasial,yaitu pemetaan beban emisi pada setiap kecamatan menggunakan peta dasar.
Didapatkan beban emisi Kota Surabaya dari sektor peternakan sebesar 89,92 Gg Ton CO2-Eq/tahun, dan sektor pertanian sebesar 6,1 Gg Ton CO2-Eq/tahun. Total beban emisi GRK Kota Surabaya adalah sebesar 93 Gg Ton CO2-Eq/tahun. Kecamatan Semampir menyumbang emisi paling besar pada sektor peternakan yaitu 63,5 Ton CO2-Eq/tahun, dan pada sektor pertanian Kecamatan Pakal menyumbang emisi paling besar yaitu 1,4 Gg Ton CO2/tahun.
Kata kunci : Faktor Emisi, Gas Rumah Kaca, Inventarisasi Emisi, Pertanian, Peternakan
iii
Green House Gas Inventory Emision In Agriculture and
Livestock In Surabaya
Student Name : Manggar Cahyo Lintangrino ID Number : 3312 100 071 Department : Teknik Lingkungan FTSP-ITS Adviser : Dr. Ir. Rachmat Boedisantoso,
M.T.
ABSTRACT
In order to reduce global green house gasses, every city in Indonesia must have Rencana Aksi Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) in their development plan. Goverment plans to reduce about 0,008 gigaton per 2020 for agricultural sector which consist of farming and live stock that emits CO2, CH4 and N2O. According to last research, farming is contributing 18% - 51% of anteropogenic green house gasses (mainly CH4). Even though farming emits less emission than energi, it has bigger global warming potential of about 23 – 296 times than energy.
Surabaya City has big potential to emit GHG due to high numbers of live stock (36.696) and 1777,941 Ha farming land. Because of that, emission inventory is needed to understand the GHG produced from this sector. Emission inventory is the first stsep to create policy to control ambient air quality. Based on that fact, this research about “Emission Inventory of Green House Gas from Farming and Live Stock Sector in Surabaya City” is done.
The purpose of this research is to determined the GHG produced from farming and live stock sector and then a mapping is produced in base map of Surabaya City. Methods used in this research is IPCC Guidelines 2006, where the data needed is activity data (obtained with questionnaire and default emission factor from IPCC Guidelines 2006) and then the data is informed
iv
with gis method,which is mapping of ghg emission in every residence using base map.
From the calculation is found that Surabaya City emit 89,92 Gg Ton CO2-eq/year from livestock sector and 6,1 Gg CO2-Eq/year from agriculture sector. The total burden of GHG emissions amounted Surabaya is 93 Gg Ton CO2-eq/year Total of Semampir residence is the biggest contributor with 63,5 Ton CO2 Eq/year from livestock sector and Pakal resisdence is the biggest contributor with 1,4 Gg Ton CO2/year from farming sector.
Keyword : Faktor Emisi, Gas Rumah Kaca, Inventarisasi Emisi, Pertanian, Peternakan
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................... i ABSTRACT .................................................................................. iii KATA PENGANTAR ...................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................. vii DAFTAR TABEL ............................................................................ x DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xiii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................ 1
Latar Belakang ............................................................ 1 1.1. Rumusan Masalah ....................................................... 3 1.2. Tujuan Penelitian ......................................................... 3 1.3. Manfaat Penelitian ....................................................... 3 1.4. Ruang Lingkup ............................................................ 4 1.5.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 5 Emisi Gas Rumah Kaca Global Dan Nasional ............ 5 2.1. Gas Rumah Kaca dari Sektor Pertanian dan 2.2.
Peternakan .................................................................. 6 Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)11 2.3. Inventarisasi Emisi ..................................................... 12 2.4. Metodologi Perhitungan Emisi ................................... 14 2.5.
Fermentasi Enterik Ternak .................................. 16 2.5.1 Pengelolaan Kotoran Ternak (Manure 2.5.2
Management) ..................................................... 17
Perhitungan Beban Emisi Sektor Pertanian .............. 19 2.6. Emisi Metan dari Budidaya Padi Sawah ............. 19 2.6.1 Emisi CO2 dari Penggunaan Pupuk Urea............ 20 2.6.2
viii
Emisi Dinitrogen Oksida (N2O) dari Pengelolaan 2.6.3Tanah ................................................................. 20
Sistem Informasi Geospasial ..................................... 22 2.7.BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 24
Kerangka Penelitian ................................................... 25 3.1. Ide Penelitian ............................................................. 27 3.2. Studi Pustaka ............................................................. 27 3.3. Persiapan Penelitian .................................................. 28 3.4. Pelaksanaan Penelitian ............................................. 28 3.5.
Survey Pendahuluan ........................................... 28 3.5.1 Pengumpulan Data .............................................. 28 3.5.2
Analisis Data .............................................................. 35 3.6. Penyajian Data dan Pembahasan ............................. 50 3.7. Kesimpulan dan Saran .............................................. 50 3.8.
BAB 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ................. 51 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 55
Data Aktivitas dan Faktor Emisi ................................. 55 5.1. Perhitungan Beban Emisi GRK ................................. 69 5.2.
Perhitungan Emisi GRK Sektor Peternakan ........ 69 5.2.1 Perhitungan Beban Emisi GRK Dari Sektor Pertanian5.3.
................................................................................... 74 Pemetaan Penyebaran Beban Emisi ......................... 79 5.4. Upaya Pengendalian GRK Sektor Pertanian dan 5.5.
Peternakan ................................................................ 87 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 92
Kesimpulan ................................................................ 93 6.1.
Saran ......................................................................... 93 6.2.DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 95
ix
LAMPIRAN DOKUMENTASI ....................................................... 99 LAMPIRAN KUESIONER .......................................................... 101 LAMPIRAN PERHITUNGAN (WORKSHEET) .......................... 104
x
“Halaman Ini Sengaja Dikosongkan”
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Emisi GRK Nasional Tahun 2000-2005 .............. 5
Tabel 2.2 Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap GRK Nasional ............................................................. 6
Tabel 2.3 Nilai Potensi Pemanasan Global dan Waktu Tinggal Gas Rumah Kaca Dari Lahan Pertanian ......................................................................... 11
Tabel 2.4 Data Aktivitas untuk Perhitungan Emisi GRK pada Sektor Pertanian dan Peternakan ............ 14
Tabel 2.5 Faktor Emisi Metana Subsektor Fermentasi Enterik .............................................................. 17
Tabel 2.6 Faktor Emisi Metana Subsektor Pengelolaan Kotoran Ternak ................................................. 18
Tabel 2.7 Faktor emisi N2O Subsektor Pengelolaan Kotoran Ternak .............................................................. 19
Tabel 2.8 Faktor Emisi N2O Langsung Subsektor Pengelolaan Tanah .......................................... 21
Tabel 2.9 Faktor Emisi N2O Tidak Langsung Subsektor Pengelolaan Lahan .......................................... 21
Tabel 2.10 Emisi NH3 yang dihasilkan per ton N pupuk sintetis .............................................................. 22
Tabel 3.1 Jumlah Sampel sektor peternakan .................... 30
Tabel 3.2 Sumber Data dari Data Aktivitas ....................... 34
Tabel 3.3 Nrate Pada Sistem Pengelolaan Kotoran Ternak ......................................................................... 37
Tabel 3.4 Fraksi N yang Diekskresikan Ternak ................ 39
Tabel 3.5 Persen N yang Tervolatilisasi Dari Sistem Pengelolaan Kotoran Ternak ............................ 39
Tabel 3.6 Faktor Koreksi Rezim Air Selama Periode Budidaya .......................................................... 41
xii
Tabel 3.7 Faktor Skala Untuk Rezim Air Sebelum Budidaya ........................................................................ 42
Tabel 3.8 Faktor Konversi Penggunaan Bahan Organik... 44
Tabel 3.9 Faktor Skala Jenis Tanah ................................. 44
Tabel 3.10 Faktor Skala Varietas Padi ............................. 45
Tabel 3.11 Kandungan N dalam pupuk ............................ 48
Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan Kota Surabaya ......... 51
Tabel 4.2 Populasi Ternak Kota Surabaya ....................... 52
Tabel 5.1 Populasi Hewan ternak di Surabaya Tahun 2015 ........................................................................ 55
Tabel 5.2 Populasi Ternak Pada Tempat Penampungan Hewan Tahun 2015 .......................................... 58
Tabel 5.3 Berat rata-rata hewan ternak di Kota Surabaya 59
Tabel 5.4 Data Sekunder Jenis Sawah, Luas Area Panen, dan Produksi Padi Kota Surabaya Tahun 2015 62
Tabel 5.5 Pupuk yang diaplikasikan Pada Lahan Sawah Tahun 2015 ...................................................... 64
Tabel 5.6 Nilai Faktor Emisi, Faktor Skala, dan Faktor Koreksi Sektor Pertanian ................................. 68
Tabel 5.7 Beban Emisi Sektor Peternakan Kota Surabaya Tahun 2015 ...................................................... 72
Tabel 5.8 Beban Emisi GRK Sektor Pertanian Kota Surabaya ......................................................... 77
Tabel 5.9 Jenis Tanaman Pakan Sebagai Mitigasi Emisi Metana ............................................................. 89
Tabel 5.10 Reduksi Emisi Metana dengan Pakan Tambahan, Bahan Kimia dan Mekanik ............. 91
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Karbon ................................................. 8
Gambar 2.2 Siklus Nitrogen ............................................. 10
Gambar 3.1 Pembagian Blok Sawah Kota Surabaya ....... 33
Gambar 4.1 Lokasi Lahan Sawah (hijau muda) di Kota Surabaya ..................................................... 52
Gambar 4.2 Lokasi Persebaran Hewan Ternak Kota Surabaya ..................................................... 53
Gambar 5.1 Peta Persebaran Jenis Tanah di Surabaya ... 67
Gambar 5.2 Kontribusi Tiap Jenis Gas Terhadap Emisi GRK Kota Surbaya sektor Pertanian dan Peternakan Tahun 2015 .............................. 79
Gambar 5.3 tampilan input beban emisi GRK pada program ArcGIS 10.2.1 .............................................. 82
Gambar 5.4 Peta Persebaran Beban Emisi GRK Sektor Peternakan Kota Surabaya 2015 ................. 84
Gambar 5.5 Peta Persebaran Beban Emisi GRK Sektor Pertanian Kota Surabaya 2015 .................... 85
Gambar 5.6 Peta Persebaran Beban Emisi GRK Total Sektor Peternakan dan Pertanian Kota Surabaya 2015 ............................................ 86
xiv
“Halaman Ini Sengaja Dikosongkan”
1
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang 1.1.Pemanasan global merupakan isu global sehinga
dibuatnya Kesepakatan Paris 2015 yang menggantikan Protokol Kyoto. Kesepakatan tersebut merupakan sebuah kesepakatan global antara negara maju dan negara berkembang untuk mengatasi masalah pemanasan global dan perubahan iklim. Dengan adanya kesepakatan tersebut, setiap negara baik negara maju, maupun berkembang harus berkontribusi dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) mereka, termasuk Indonesia (Sukadri, 2015).
Indonesia yang merupakan negara yang turut menyumbang emisi dari berbagai sektor, salah satunya sektor pertanian yang didalamnya mencakup pertanian dan peternakan. Hal ini tercantum dalam Peraturan Presiden No 61 tahun 2011 Pasal 2, tentang Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang disingkat RAN-GRK. Target penurunan GRK dari sektor pertanian sebesar 0,008 gigaton pada tahun 2020. GRK terdiri dari gas-gas karbon, terutama gas Karbondioksida (CO2) dan Metana (CH4). GRK merupakan gas alam sederhana, yang dihasilkan secara alami oleh mahkluk hidup, baik hewan, maupun tumbuhan (Rusbiantoro, 2008).
Sektor pertanian melepaskan emisi GRK ke atmosfer dalam jumlah yang cukup signifikan, yaitu berupa CO2, CH4, dan N2O (Paustian dkk, 2004). Menurut penelitian sektor pertanian menyumbang 10-12% dari total gas rumah kaca antropogenik , yang terdiri gas N2O dan CH4, Sedangkan, sektor peternakan menyumbang sekitar 18%-51% gas rumah kaca antropogenik, yang sebagian besar terdiri dari gas CH4 (Schils dkk., 2007;Goodland dan Anhang, 2009). Menurut US-EPA (2006), emisi sektor pertanian Indonesia pada tahun 2005 mencapai 141 juta ton karbon ekuivalen (Mt CO2e). Produksi GRK Indonesia termasuk kecil dibandingkan negara lain seperti Amerika Serikat yang mencapai 442 Mt CO2e, China 1.171 Mt CO2e, Brasil 598 Mt CO2e, dan India 442 Mt CO2e pada tahun yang sama.
2
Emisi GRK diprediksi akan terus bertambah pada masa mendatang karena meningkatnya kebutuhan akan pangan yang disebabkan oleh penggunaan lahan marginal, dan peningkatan konsumsi daging (Surmaini, 2010) . Maka dari itu, produksi GRK dari sektor pertanian dan peternakan perlu diperhatikan. Langkah awal dalam pengambilan strategi untuk menurunkan emisi GRK adalah dengan menyelenggarakan inventarisasi emisi (Sanna, 2014).
Inventarisasi emisi adalah pencatatan secara komprehensif tentang parameter pencemar udara dari sumber-sumbernya dalam suatu wilayah dan periode waktu tertentu (Sa’duddin, 2015). Menurut Peraturan Pemerintah RI no 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Pasal 6 Ayat 4 memuat ketentuan diperlukannya kegiatan inventarisasi emisi. Kegunaan penghitungan beban emisi dalam inventarisasi emisi adalah sebagai dasar penetapan kebijakan pemerintah bagi suatu kota untuk menentukan target penurunan beban dengan cara yang efektif dan tepat sasaran
Pemerintah mewajibkan setiap kota untuk menyusun rencana aksi daerah penyusunan emisi gas rumah kaca (RAD-GRK), tidak terkecuali Kota Surabaya. Inventarisasi emisi GRK sektor pertanian dan peternakan dilakukan di Kota Surabaya bertujuan untuk melengkapi data beban emisi yang ada di Surabaya. Kota surabaya sebagai kota metropolitan menjadi percontohan bagi skala kota besar lainnya untuk membuat kebijakan dalam hal inventarisasi emisi GRK. Kota Surabaya memiliki potensi GRK yang cukup besar karena memiliki populasi ternak sebesar 36.696 ekor ternak dan ditambah dengan populasi ternak yang datang dari luar kota untuk memenuhi kebutuhan daging di Surabaya, serta lahan pertanian sebesar 0,04% yaitu 1.461 Ha (Dinas Pertanian kota Surabaya, 2014). Dibandingkan dengan kota besar metropolitan lainnya dalam sektor pertanian dan peternakan, pada tahun 2014. Kota Jakarta sebesar 778 Ha yaitu 0,012 dari luas kota (SLHD DKI Jakarta, 2014), sedangkan untuk populasi hewan ternak sebesar 39.995 ekor (kementrian pertanian, 2015). Untuk Kota Denpasar luas sawah sebesar 2.506 Ha yaitu 0,2% dari luas kota (Dinas Pertanian Kota Denpasar, 2014), sedangkan untuk populasi hewan ternak sebesar 183.897 ekor (Disnak Kota Denpasar, 2014). Sehingga
3
jika dibandingkan Surabaya memiliki persentase pertanian dan peternakan yang cukup besar untuk menimbulkan gas rumah kaca.
Untuk mempermudah penetapan kebijakan mengenai pengendalian GRK, maka pembacaan hasil inventarisasi emisi perlu dipetakan. Pemetaan beban emisi GRK menggunakan Sistem Informasi Geospasial, yaitu pemetaan menggunakan peta dasar menurut wilayah dengan skala warna sehingga mempermudah pembacaan. Dengan adanya pemetaan beban GRK emisi hasil inventarisasi, maka dapat dilakukan pengendalian GRK yang efisien pada wilayah tersebut. Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penelitian untuk mengetahui beban GRK dari sektor peternakan Kota Surabaya.
Rumusan Masalah 1.2.Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi
1. Berapa beban emisi GRK yang dihasilkan dari sektor pertanian dan peternakan di Kota Surabaya?
2. Bagaimana memetakan sebaran emisi GRK berdasarkan sumber pertanian dan peternakan di Kota Surabaya?
Tujuan Penelitian 1.3.Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menentukan besar beban emisi GRK berdasarkan sumber pertanian dan peternakan di Kota Surabaya
2. Memetakan sebaran emisi GRK berdasarkan sumber pertanian dan peternakan di Kota Surabaya
Manfaat Penelitian 1.4.Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut,
1. Sebagai data beban emisi GRK, yang meliputi CO2,CH4 dan N2O dalam CO2-eq dari sektor pertanian dan peternakan di Kota Surabaya
4
2. Sebagai informasi tingkat penyebaran emisi GRK dari sektor pertanian dan peternakan di Kota Surabaya
3. Sebagai rekomendasi untuk menentukan strategi penurunan GRK di Kota Surabaya pada sektor pertanian dan peternakan
4. Sebagai referensi untuk melaksanakan inventarisasi emisi dari sektor pertanian dan peternakan di tahun berikutnya maupun di kota lain
Ruang Lingkup 1.5.Ruang lingkup bertujuan untuk membatasi masalah yang akan dikaji. Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah
1. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2016 – Mei 2016
2. Batas wilayah kajian dari penelitian ini adalah wilayah Kota Surabaya
3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sektor pertanian dan sektor peternakan
4. Gas rumah kaca yang dihitung pada sektor peternakan adalah CH4 dan N2O dalam CO2-eq
5. Gas rumah kaca yang dihitung pada sektor pertanian adalah CO2, CH4 dan N2O dalam CO2-eq
6. Perhitungan beban emisi GRK pada sektor pertanian tidak termasuk aktivitas pembakaran lahan
7. Metode Perhitungan : Pedoman IPCC 2006 8. Metode Pemetaan : Software Quantum GIS
5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Emisi Gas Rumah Kaca Global Dan Nasional 2.1.Emisi GRK secara nasional dalam tahun 2000-2005
diperlihatkan pada Tabel 2.1 Emisi GRK di sektor pertanian relatif tetap, namun total emisi nasional termasuk 20 top emitter dunia.
Sektor 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Laju (%/th)
Energi 280,94 306,77 327,91 333,95 327,12 369,80 5,7
Industri 42,81 49,81 43,72 46,12 47,97 48,73 2,6
Pertanian 75,42 77,50 77,03 79,83 77,86 80,18 1,1
Limbah 157,33 160,82 162,80 164,07 165,80 166,83 1,2
LUCF 649,25 560,55 1.287,49 345,49 617,42 674,83 fluktuasi
Peat fire 172,00 194,00 678,00 246,00 440,00 451,00 fluktuasi Total dengan LUCF
1.377,75
1.349,45 2.576,95 1.215,46
1.721,18 1991,37
fluktuasi
Total tanpa LUCF 556,50 594,90 611,46 623,97 663,76 665,54
3,2
LUCF : Land Use Change and Forestry Sumber : MOE (2009)
Bagi dunia pertanian, perubahan cuaca dapat
menyebabkan perubahan pola bertani karena adanya pergeseran iklim, terutama curah hujan, angin dan intensitasnya. Pemanasan global dapat menyebabkan mencairnya lapisan es dari kutub utara maupun kutub selatan. Dengan demikian akan terjadi peningkatan volume air laut yang berdampak pada meningkatnya permukaan laut. Pemanasan global juga menyebabkan lebih intensifnya penguapan dari permukaan bumi sehingga suhu lingkungan menjadi lebih tinggi dan produksi gas terutama H2O meningkat. Apabila pemanasan tersebut menyebabkan
Tabel 2.1 Emisi GRK Nasional Tahun 2000-2005
6
kebakaran hutan (massa organik), maka akan mengakibatkan adanya peningkatan produksi gas CO2 ke udara dan seterusnya. Oleh karena itu, produksi gas-gas yang mempunyai efek rumah kaca harus dapat ditekan melalui upaya mitigasi yang tepat. Kegiatan pertanian memberikan kontribusi emisi GRK sekitar 5% dari emisi nasional GRK, dan uraian masing-masing kegiatan pertanian yang memberikan kontribusi terhadap emisi nasional GRK seperti diperlihatkan pada Tabel 2.2.
Sumber emisi CO2-eq (juta ton) Komposisi %
Padi/sawah 53.84 60.8 ternak 21.32 24.1
tanah pertanian 3.27 3.7 pembakaran massa organik 10.1 11.4 Sumber : Haryanto (2009)
Gas Rumah Kaca dari Sektor Pertanian dan Peternakan 2.2.GRK yang perlu mendapat perhatian pada sektor pertanian
adalah karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan nitro oksida (N2O). CO2 sebagian besar dilepaskan dari proses pembusukan oleh mikroba, pembakaran serasah tanaman, dan dari bahan organik tanah (Janzen 2004; Smith 2004). Metana (CH4) dihasilkan apabila dekomposisi bahan organik terjadi pada kondisi kekurangan oksigen, terutama pada proses fermentasi pencernaan ruminansia, kotoron ternak, dan lahan sawah (Mosier 2001). N2O dihasilkan dari transformasi mikroba pada tanah dan kotoran ternak dan meningkat apabila ketersediaan nitrogen melebihi kebutuhan tanaman, terutama pada kondisi basah (Smith dan Conen 2004;Oenema dkk 2005).
a. Metana Metana (CH4) terbentuk dari metabolisme jasad renik dalam kondisi tergenang (anaerob) di dasar rawa, sawah, lambung manusia atau hewan, dan dalam tumpukan sampah di TPA. Sumber metana umumnya adalah antropogenik, yaitu hasil kegiatan
Tabel 2.2 Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap GRK Nasional
7
manusia di bidang pertanian, peternakan, dan pembakaran biomassa, berturut-turut memberikan sumbangan 21%, 15%, dan 8% emisi dunia. Emisi metana dari lahan pertanian umumnya berasal dari sawah.
b. Karbondioksida Sumber karbon tetap yang ada pada mahkluk hidup, dan fosil tersimpan dalam bentuk karbondioksida, ditemukan pada atmosfer dan terlarut dalam air. Untuk mengetahui siklusnya pada ekosistem, dijelaskan melalui proses fotosintesis dan aliran energi. Karbon bersama-sama dengan oksigen dan hidrogen dan dengan kehadiran cahaya matahari dikonversi menjadi glukosa (C6H12O6). Selanjutnya tanaman yang menghasilkan glukosa tersebut dimakan oleh hewan sebagai sumber energi, senyawa karbon dihasilkan kembali oleh hewan dari proses respirasi (CO2) , dan sebagian lainnya menjadi penyusun tulang. Karbon yang terkandung pada kotoran hewan, dan yang terdapat pada protoplasma tumbuhan dan hewan-hewan biasanya dilepaskan oleh mikroorganisme dekomposer ke atmosfer. Siklus yang sama terjadi pada lingkungan air permukaan maupun laut. Karbon yang terdapat di atmosfer berdifusi dengan air, selanjutnya Fitoplankton menggunakan karbon terlarut tersebut atau dalam bentuk karbonat dan dikonversi menjadi karbohidrat. Fitoplankton kemudian dikonsumsi oleh invertebrata dan ikan yang melepaskan karbondioksida dalam air, karbondioksida dalam air selanjutnya dilepaskan ke atmosfer dengan cara difusi. Pembusukan bahan organik pada permukaan laut yang paling dalam menggantikan karbondioksida yang digunakan oleh fitoplankton. Karbon yang terdapat pada bangkai hewan yang mati berjuta-juta tahun yang lalu dan menjadi fosil tersimpa dalam bentuk batubara, minyak dan gas, serta gambut. Selanjutnya batubara serta minyak dan gas
8
digunakan manusia dalam kegiatannya sehingga menghasilkan karbondioksida dan gas ini dilepaskan ke atmosfer (Smith, 1974). Siklus karbon dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Siklus Karbon Sumber: Smith (1974)
Dalam kondisi berlebihan, CO2 ikut berperan dalam peningkatan efek rumah kaca. Menurut perhitungan, CO2 mempunyai pengaruh paling besar terhadap pemanasan global dibandingkan dengan GRK lainnya. Sekitar 50% pemanasan global disebabkan oleh CO2 dan sisanya oleh GRK terbesar berasal dari penebangan dan pembakaran hutan, terutama dari negara-negara sedang berkembang di sekitar khatulistiwa (KLH, 2012).
9
c. Nitrogen Oksida Nitrogen digunakan oleh organisme hidup untuk menghasilkan sejumlah molekul organik kompleks seperti asam amino, protein, dan asam nukleat.Simpanan nitrogen di atmosfer tersimpan sebagian besar dalam bentuk N2, sebagian kecil lainnya sebagai senyawa organik di tanah dan laut. Tumbuhan hanya dapat menangkap nitrogen dalam bentuk padat yaitu: ion amonium (NH4
+) dan ion nitrat (NO3
– ). Sebagian besar tanaman mengambil nitrogen yang dibutuhkan sebagai nitrat inorganik dari larutan tanah. Hewan mendapatkan nitrogen yang dibutuhkan untuk metabolisme, pertumbuhan, dan reproduksi dengan mengkonsumsi senyawa organik yang mengandung nitrogen. Nitrogen di atmosfer diubah menjadi senyawa organik menjadi amonia dengan 2 cara, yaitu dengan fiksasi oleh energi yang tinggi misalnya radiasi kosmik, dan petir, dan yang kedua adalah fiksasi dengan cara biologis oleh bakteri yang bersimbiosis dengan akar tanaman, yaitu Cyanobacteria, Rhizobia, Azotobacteria dengan reaksi:
N2 → 2N + 3H2 → 2 NH3 Selanjutnya amonia diubah menjadi bentuk inorganik melalui siklus biogeokimia yaitu amonifikasi. Dekomposer ditemukan pada lapisan atas tanah, dan mengubah ammonia (NH3 ) menjadi garam amonium (NH4
+ ). Proses ini disebut mineralisasi dan dilakukan oleh berbagai bakteri, actinomycetes, dan fungi. Amonium yang dilepaskan bereaksi dengan bakteri autotrof yaitu bakteri Nitrosomonas, yang dikenal dengan reaksi nitrifikasi:
2 NH3 + 3O2 → 2 NO2– + 2H+ + 2 H2O+165 kcal
Bakteri Nitrosomonas menggunakan amonium pada tanah sebagai sumber energi karena mereka dapat
10
mengoksidasi amonium menjadi nitrit dan air. Ion nitrit selanjutnya dapat dioksidasi menjadi nitrat untuk menghasilkan energi oleh bakteri nitrobacter.
2NO2– + O2 → 2NO3
–
Pada kondisi nitrat yang melimpah (lebih banyak dari yang diserap oleh akar tanaman) maka nitrat tersebut akan menjadi gas. Proses ini disebut proses denitrifikasi, dimana nitrogen dalam bentuk nitrat berubah menjadi bentuk gas N2 atau N2O. Proses ini dibant oleh bakteri pseudomonas , dan terjadi pada kondisi fakultatif anaerob (bakteri lebih senang pada kondisi aerob).
Sumber : Pidwirny, M. (2006) Proses denitrifikasi dan nitrifikasi berkaitan erat dengan penggunaan pupuk, baik pupuk organik maupun anorganik terutama nitrogen. Makin banyak pupuk yang digunakan, khususnya pupuk anorganik, makin besar pula emisi N2O. Jenis tanah, kondisi
Gambar 2.2 Siklus Nitrogen
11
tanah, suhu, curah hujan, dan jenis tanaman akan berpengaruh terhadap laju emisi N2O. Tambahin siklus N
Tabel 2.3 menunjukkan periode konsentrasi dan nilai potensi pemanasan global untuk ketiga gas rumah kaca tersebut. Karbondioksida memiliki waktu tinggal di atmosfer paling lama di antara ketiga gas rumah kaca tersebut yaitu 5 hingga 2000 tahun. Meskipun demikian, N2O memiliki nilai potensi pemanasan global paling tinggi yaitu 298 kali potensi CO2. Jadi meskipun jumlah N2O yang teremisikan ke atmosfer lebih kecil daripada CO2, namun karena potensi pemanasan globalnya yang lebih besar maka akan menyebabkan efek pemanasan global yang lebih tinggi daripada CO2 atau CH4. (IPCC,2006)
Tabel 2.3 Nilai Potensi Pemanasan Global dan Waktu Tinggal Gas Rumah Kaca Dari Lahan Pertanian
Gas
Waktu Tinggal
di Atmosfer (tahun)
Potensi Pemanasan
Global (CO2-eq)
*
Potensi Pemanasan
Global (CO2-eq)
**
Potensi Pemanasan
Global (CO2-eq)
*** CO2 5-2000 1 1 1
CH4* 12 21 23 25
N2O** 144 310 296 298
Sumber: *IPCC 2nd Assesment report , 1995 ** IPCC 3nd Assesment report , 2001 *** IPCC 3nd Assesment report , 2007
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) 2.3.IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) adalah
organisasi yang bisa memberikan kebijakan berkaitan dengan perubahan iklim dengan tujuan memberikan sumber informasi objektif mengenai perubahan iklim. IPCC tidak mempunyai tugas melakukan penelitian mengenai perubahan iklim atau memonitor data-data iklim ataupun parameter-parameter terkait dengan perubahan iklim (Risnandar, 2008).
12
IPCC merupakan lembaga ilmiah yang dibentuk oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dan Lembaga PBB dalam program lingkungan (UNEP /United Nation Environment Program). Perubahan iklim secara global merupakan suatu hal yang sangat kompleks dan memerlukan penanganan serius. Perubahan iklim global memerlukan kebijakan menyeluruh dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial ekonomi masyarakat. Perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan membutuhkan organisasi yang netral yang bisa memberikan pencerahan mengenai adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Terkait dengan keputusan mengenai suatu kebijakan IPCC berada dalam posisi netral sehingga diharapkan segala hal yang diputuskan oleh IPCC dapat diterima dan diakui oleh semua negara (Risnandar, 2008).
Inventarisasi Emisi 2.4.
Inventarisasi emisi merupakan kumpulan informasi secara kuantitas tentang pencemaran udara dari keseluruhan sumber yang berada pada suatu wilayah geografis selama periode waktu tertentu. Inventarisasi emisi menyediakan informasi dari semua sumber emisi beserta lokasi, ukuran, frekuensi, durasi waktu, serta konstribusi relatif emisi. Inventarisasi emisi tersebut nantinya dapat digunakan sebagai dasar acuan untuk tindakan pencegahan terhadap pencemaran udara pada masa yang akan datang serta membantu dalam menganalisa aktivitas yang berperan dalam peningkatan pencemaran di area geografis dalam studi yang dilakukan (Canter, 1996). Selain itu, inventarisasi emisi bermanfaat untuk (Kementerian Lingkungan Hidup, 2013):
a. Mengukur beban pencemaran udara b. Mengukur perkembangan atau perubahan kualitas udara c. Sebagai data dasar untuk perencanaan/ pengelolaan
udara yang lebih bersih d. Untuk keperluan pembuatan peraturan perundangan di
bidang lingkungan e. Sebagai data dasar untuk pemodelan kualitas udara
khususnya model dispersi udara f. Terkait dengan long-range transport, studi inventarisasi
13
emisi bermanfaat untuk memahami penyebaran pencemar udara yang melewati batasan wilayah (transboundary)
Metodologi dasar dari inventarisasi emisi menggunakan rata-rata emisi untuk setiap aktivitas yang didasarkan pada kuantitas penggunaan material seperti bahan bakar. Penting untuk diperhatikan bahwa inventarisasi emisi menampilkan perhitungan rata-rata emisi dalam periode waktu tertentu dan tidak mengindikasikan emisi yang aktual dalam satuan hari (Wilton, 2001).
Sasaran utama dari inventarisasi emisi adalah untuk menganalisa sumber buangan yang mengemisikan kontaminan ke dalam atmosfer. Inventarisasi emisi dapat memberikan indikasi tentang kondisi udara di lingkungan dan gambaran kualitas udara yang ada. Dalam kaitannya dengan instrumen pengelolaan kualitas udara, inventarisasi emisi dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber permasalahan mengenai kualitas udara dan membantu dalam mengidentifikasi alternatif pengelolaan untuk menyelesaikan permasalahan pencemaran udara (Kementerian Lingkungan Hidup, 2013). Inventarisasi emisi merupakan komponen penting dari sekian banyak strategi pengelolaan kualitas udara, antara lain pemantauan, pembuatan tujuan kualitas udara, analisa dampak meteorologi, serta analisa biaya manfaat.
U.S.EPA (2005) mengungkapkan bahwa inventarisasi emisi diperlukan guna penentuan perijinan suatu kegiatan yang dapat berdampak terhadap lingkungan pada suatu wilayah tertentu seperti penentuan terhadap pencapaian status suatu wilayah. Selain itu inventarisasi emisi diperlukan sebagai sumber informasi publik yang bersifat terbuka mengenai status kondisi kualitas udara dan sebagai alat untuk melacak emisi-emisi sepanjang waktu. Perhitungan emisi yang dihasilkan dapat dihitung berdasarkan data dasar atau indeks dari operasi suatu sistem seperti jumlah dan kandungan material dari energi yang digunakan, proses alamiah, sistem penanganan kontrol emisi yang digunakan, perhitungan keseimbangan massa, dan perhitungan berdasarkan faktor emisi. Inventarisasi emisi biasanya mencakup dua komponen data penting yaitu mencakup data kategori polutan dan data kategori sumber emisi (U.S.EPA,
14
2005).
Metodologi Perhitungan Emisi 2.5.Dalam pelaksanaan inventori yang berprinsip kepada
transparan, akurat, komplit, konsisten dan komparabel, UNFCCC mengadopsi metodologi yang digunakan oleh IPCC. IPCC Guidelines 2006 dibanding pedoman sebelumnya yaitu IPCC Guidelines 1996:
o Lebih akurat: metode sudah diperbaharui dan nilai default sudah diperbaiki berdasarkan kajian terkini.
o Lebih komplit dan konsisten dari aspek jenis sumber dan rosot, khususnya sektor penggunaan lahan dan kehutanan.
o Mengurangi sumber kesalahan: kategorsi sumber emisi sudah ditata ulang sehingga memperkecil kemungkinan double counting.
o Lebih jelas dan relevan. Data aktivitas untuk perhitungan emisi GRK yang harus disediakan oleh sektor pertanian adalah seperti terlihat pada Tabel 2.5 dibawah ini.
No Aktivitas Sumber Emisi Jenis Data 1 Enteric fermentation Populasi ternak (sapi
potong, sapi perah, kerbau, kambing, babi, kuda, domba, ayam kampung, ayam pedaging, ayam petelur, itik) Faktor emisi enterik fermentasi
Tabel 2.4 Data Aktivitas untuk Perhitungan Emisi GRK pada Sektor Pertanian dan Peternakan
15
No Aktivitas Sumber Emisi Jenis Data 2 Pengolahan Limbah
Ternak (manure management)
Populasi ternak (sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, babi, kuda, domba, ayam kampung, ayam pedaging, ayam petelur, itik) Berat rata-rata ternak Faktor emisi pengolahan pupuk kandang
3 Pemupukan Urea Konsumsi Urea Luas Area Tanam Dosis Urea Faktor Emisi Urea
4 Emisi Langsung dan Tidak
Langsung N2O dari Tanah
Luas Area Tanam
Komposisi Pupuk N (Urea,NPK,AS) Dosis Pupuk Kandang Dosis Pupuk N an-organik Kandungan N pada pupukkandang dan pupuk an-organik Faktor emisi sawah irigasi Faktor emisi lahan kering
5 Lahan Sawah Luas sawah menurut pengairan luas areal panen
Persen luas lahan sawah berdasarkan jenis tanah
16
No Aktivitas Sumber Emisi Jenis Data Faktor koreksi jenis tanah Faktor skala rejim air
Faktor emisi padi
Sumber :Pedoman rencana aksi penurunan gas rumah kaca nasional (2012)
Metode perhitungan GRK yang ada pada pedoman IPCC berbeda dalam kompleksitas mulai dari metode sederhana Tier 1 yang didasarkan pada default faktor emisi/serapan global atau regional, Tier 2 metode berdasarkan faktor emisi/serapan lokal; dan Tier 3 metode yang melibatkan pemodelan lebih rinci atau pendekatan berbasis inventarisasi. Metode perhitungan yang diikuti dalam Pedoman IPCC untuk menghitung beban emisi GRK adalah melalui perkalian antara informasi aktivitas manusia dalam jangka waktu tertentu (data aktivitas, DA) dengan emisi/serapan per unit aktivitas (faktor emisi/serapan, FE). Oleh karena itu,
Emisi GRK = DA x FE
dimana:
DA :Data aktivitas, yaitu informasi terhadap pelaksanaan suatu kegiatan yang melepaskan atau menyerap gas rumah kaca yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia, sedangkan
FE : Faktor Emisi, yaitu besaran yang menunjukkan jumlah emisi gas rumah kaca yang akan dilepaskan atau diserap dari suatu aktivitas tertentu (KemenLH, 2012).
Fermentasi Enterik Ternak 2.5.1Metana dihasilkan oleh hewan memamah biak
(herbivora) sebagai hasil samping dari fermentasi enterik , suatu proses dimana karbohidrat dipecah menjadi molekul sederhana oleh mikroorganisma untuk diserap ke dalam aliran darah. Ternak ruminansia (misalnya; sapi, domba, dan lain-lain) menghasilkan
17
metana lebih tinggi daripada ternak non ruminansia (misalnya; babi, kuda).
Estimasi emisi metan adari peternakan dihitung dengan menggunakan IPCC 2006. Metode untuk memperkirakan emisi CH4 dan N2O dari peternakan memerlukan informasi subkategori ternak, populasi tahunan, dan untuk Tier lebih tinggi, konsumsi pakan dan karakterisasi ternak. Data aktivitas yang diperlukan untuk Tier 1 adalah populasi ternak dan faktor emisi fermentasi enterik untuk berbagai jernis ternak. Faktor emisi metana untuk subsektor fermentasi enterik dapat dilihat pada Tabel 2.6
Tabel 2.5 Faktor Emisi Metana Subsektor Fermentasi Enterik
No Jenis Ternak FE Metana Kg/ekor.tahun
1 Sapi Pedaging 47
2 Sapi Perah 61
3 Kerbau 55
4 Domba 5
5 Kambing 5
6 Babi 1
7 Kuda 18 Sumber : IPCC (2006)
Pengelolaan Kotoran Ternak (Manure Management) 2.5.2Kotoran ternak baik padat maupun cair memiliki potensi
untuk mengemisikan gas metana dan nitro oksida (N2O) selama proses penyimpanan, pengolahan, dan penumpukan/pengendapan. Faktor utama yang mempengaruhi jumlah emisi adalah jumlah kotoran yang dihasilkan dan bagian kotoran yang didekomposisi secara anorganik. Emisi ditentukan oleh jenis dan pengolahan kotoran ternak.
Emisi gas N2O dari kotoran ternak dapat terbentuk secara langsung dan tidak langsung pada saat penyimpanan dan pengolahan kotoran sebelum diaplikasikan ke lahan. Emisi
18
langsung N2O terjadi melalui proses nitrifikasi dan denitrifikasi nitrogen yang terkandung di dalam kotoran ternak, sedangkan emisi tidak langsung N2O dihasilkan dari penguapan nitrogen yang umum terjadi dalam bentuk ammonia dan NOx. Jumlah emisi N2O ditentukan oleh jumlah kandungan nitrogen dan karbon pada kotoran. Faktor emisi metana dari subsektor pengelolaan kotoran ternak dapat dilihat pada Tabel 2.7, sedangkan faktor emisi N2O dapat dilihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.6 Faktor Emisi Metana Subsektor Pengelolaan Kotoran Ternak
No Jenis Ternak FE Metana Kg/ekor.tahun
1 Sapi Pedaging 1.00 2 Sapi Perah 31.00 3 Kerbau 2.00 4 Domba 0.20 5 Kambing 0.22 6 Babi 7.00 7 Kuda 2.19 8 Ayam Buras 0.02 9 Ayam Ras 0.02 10 Ayam Petelur 0.02 11 Bebek 0.02
Sumber : IPCC (2006)
19
Tabel 2.7 Faktor emisi N2O Subsektor Pengelolaan Kotoran Ternak
No Sistem Pengelolaan Kotoran Ternak
FE untuk emisi
langsung N2O-N
FE untuk emisi N2O
dari penguapan
N 1 Padang rumput - - 2 Tebar Harian 0 0.01 3 Tumpuk Kering 0.02 0.01
4 Unggas dengan penadahan 0.01 0.01
5 Ungas tanpa penadahan 0.01 0.01 Sumber : IPCC (2006)
Perhitungan Beban Emisi Sektor Pertanian 2.6.Emisi GRK dari sektor pertanian diduga dari emisi: (1)
metan (CH4) dari budidaya padi sawah (2) karbon dioksida (CO2) karena penambahan bahan kapur dan pupuk urea, (3) dinitrogen oksida (N2O) dari tanah, termasuk emisi N2O tidak langsung dari penambahan N ke tanah karena penguapan/pengendapan dan pencucian, dan (4) non-CO2 dari biomas yang dibakar pada aktivitas pertanian.
Emisi Metan dari Budidaya Padi Sawah 2.6.1Dekomposisi bahan organik secara anaerobik pada lahan
sawah mengemisikan gas metan ke atmosfer. Jumlah CH4 yang diemisikan merupakan fungsi dari umur tanaman, rejim air sebelum dan selama periode budidaya, dan penggunaan bahan organik dan anorganik. Selain itu, emisi CH4 juga dipengaruhi oleh jenis tanah, suhu, dan varietas padi. Emisi CH4 dihitung dengan mengalikan faktor emisi harian dengan lama budidaya padi sawah dan luas panen dengan menggunakan persamaan di bawah ini. Faktor emisi metan dari budidaya padi di sawah dihitung dengan rumus berikut,
EFi = (EFc x SFw x SFp x SFo x SF s,r) dimana:
20
EFi =faktor emisi harian yang terkoreksi untuk luas panen tertentu, kg CH4/hari
Efc =faktor emisi baseline untuk padi sawah (faktor emisi lokal Indonesia untuk budidaya padi di sawah adalah 1,61 kg CH4/Ha.hari)
SFw =Faktor skala yang menjelaskan perbedaan rejim air selama periode budidaya
SFo =Faktor skala yang menjelaskan jenis dan jumlah bahan organik yang diberikan pada periode budidaya padi sawah
SFs,r =Faktor skala untuk jenis tanah, varietas padi sawah dan lain-lain, jika tersedia
(KemenLH,2012)
Emisi CO2 dari Penggunaan Pupuk Urea 2.6.2Penggunaan pupuk urea pada budidaya pertanian
menyebabkan lepasnya CO2 yang diikat selama proses pembuatan pupuk. Urea (CO(NH2)2) diubah menjadi amonium (NH4
+), ion hidroksil (OH-), dan bikarbonat (HCO3-) dengan
adanya air dan enzim urease. Mirip dengan reaksi tanah pada penambahan kapur, bikarbonat yang terbentuk selanjutnya berkembang menjadi CO2 dan air. Faktor emisi untuk urea adalah 0,2 ton C/ ton urea (KemenLH, 2012)
Emisi Dinitrogen Oksida (N2O) dari Pengelolaan 2.6.3Tanah
Dinitrogen oksida diproduksi secara alami dalam tanah melalui proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Nitrifikasi adalah oksidasi amonium oleh mikroba aerobik menjadi nitrat, dan denitrifikasi adalah reduksi nitrat oleh mikroba anaerob menjadi gas nitrogen (N2). Dinitrogen oksida ini adalah gas antara dalam urutan reaksi denitrifikasi dan hasil dari reaksi nitrifikasi yang lepas dari sel-sel mikroba ke dalam tanah dan akhirnya ke atmosfer. Salah satu faktor pengendali utama dalam reaksi ini adalah ketersediaan N anorganik dalam tanah.
Perkiraan emisi N2O menggunakan penambahan N kedalam tanah (misalnya, pupuk sintetis atau organik, deposit kotoran ternak, sisa tanaman, limbah lumpur), atau mineralisasi N dalam bahan organik tanah melalui drainase/pengelolaan tanah
21
organik, atau budidaya/perubahan penggunaan lahan pada tanah mineral (misalnya, Forest Land/ Grass Land/ Settlement dikonversi menjadi lahan pertanian).
Emisi dari N2O yang dihasilkan dari penambahan N antropogenik atau mineralisasi N dapat terjadi secara langsung (yaitu, langsung dari tanah dimana N ditambahkan/ dilepaskan), dan tidak langsung melalui : (i) volatilisasi NH3 dan NOx dari tanah yang dikelola dan dari pembakaran bahan bakar fosil serta biomassa, yang kemudian gas-gas ini berserta produknya NH4
+ dan NO3
– diendapkan kembali ke tanah dan air; dan (ii) pencucian dan run off dari N terutama sebagai NO3
- dari tanah yang dikelola (KemenLH, 2012). Faktor emisi N2O Langsung untuk tanah terkelola dapat dilihat pada Tabel 2.9, sedangkan faktor emisi N2O tidak langsung dapat dilihat pada Tabel 2.10.
Tabel 2.8 Faktor Emisi N2O Langsung Subsektor Pengelolaan Tanah No Faktor Emisi Nilai 1 EF1 untuk faktor emisi untuk emisi N2O
penambahan pupuk,residu tanaman, bahan organik, dan mineralisasi N dari tanah kg N2O-N per kg N input.
0.01
2 EF1FR untuk faktor emisi N2O dari input N untuk sawah irigasi (kg N2O-N/kg N input)
0,003
Sumber : IPCC (2006)
Tabel 2.9 Faktor Emisi N2O Tidak Langsung Subsektor Pengelolaan Lahan
No Faktor Nilai 1 EF4 (Volatilisasi dan
redeposit N) (Kg N2O-N / kg NH3-N + NOX-N tervolatilisasi)
0,01
22
No Faktor Nilai 2 EF5 (Volatilisasi dan
redeposit N karena aliran air) (Kg N2O-N / kg N run off)
0,0075
3 FracGASM [Volatilisasi dari semua pupuk N organik,urin dan kotoran yangdideposit ternak], kg N NOx–N per kg N yang digunakan atau dideposit
0,2
4 Frac Leach (jumlah N yang hilang karena pencucian/ run off pada area yang tergenang) [kg N teraplikasi]
0,3
Sumber : IPCC (2006)
Untuk produksi NH3 yang tervolatilisasi karena penambahan N pupuk sintetis (berdampak pada emisi N2O secara tidak langsung) dapat dilihat pada Tabel 2.10
Tabel 2.10 Emisi NH3 yang dihasilkan per ton N pupuk sintetis
Jenis Pupuk Kg NH3/ton N pupuk
Urea 242
ZA (amonium sulfat) 182
NPK 48
Sumber : USEPA,2003
Sistem Informasi Geospasial 2.7.Sistem Informasi Gesoasial (SIG) merupakan suatu
sistem (berbasiskan komputer) yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi geografis serta dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis objek-objek serta fenomena–fenomena dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat
23
kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografis: masukan, keluaran, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), analisis dan manipulasi data (Aronof, 1989).
Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam bentuk titik, bentuk garis dan bentuk area (polygon). Titik merupakan kenampakan tunggal dari sepasang koordinat x,y yang menunjukkan lokasi suatu obyek berupa ketinggian, lokasi kota, dan lain-lain. Garis merupakan sekumpulan titik-titik yang membentuk suatu kenampakan memanjang seperti sungai, jalan, dan lain-lain. Sedangkan area adalah kenampakan yang dibatasi oleh suatu garis yang membentuk suatu ruang homogen, misalnya: batas daerah, batas penggunaan lahan, dan lain sebagainya.
Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan model data vektor. Data raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat (grid)/sel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. Data vektor adalah data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area poligon (Barus dan Wiradisastra, 2000).
24
“Halaman Ini Sengaja Dikosongkan”
25
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu susunan langkah teknis terstruktur yang dijadikan sebagai acuan pelaksanaan penelitian, mulai dari tahap timbulnya masalah hingga analisis dan pembahasan. Penyusunan metodologi penelitian dibuat secara detail untuk memudahkan pelaksanaan penelitian dengan lebih efektif dan terarah, serta tidak menyimpang dari tujuan awal pelaksanaan penelitian. Metode penelitian meliputi ide awal penelitian, tahapan pelaksanaan penelitian, pembahasan hasil percobaan, sampai pada penarikan kesimpulan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan.
Kerangka Penelitian 3.1.Kerangka penelitian merupakan gambaran umum
pelaksanaan penelitian, yang disusun secara berurut berdasarkan tahapan pelaksanaan penelitian untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan. Tujuan dibuatnya kerangka penelitian adalah sebagai gambaran umum tahapan pelaksanaan penelitian dan memberikan informasi terkait dengan penelitian guna memudahkan pelaksanaan penelitian untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kerangka penelitian inventarisasi emisi gas rumah kaca pada sektor peternakan di Kota Surabaya dimulai dengan rumusan masalah yang menghasilkan ide penelitian. Selanjutnya, melakukan pencarian dan studi dari pustaka yang ada, sehingga dapat menyimpulkan hipotesis awal. Berikutnya, melakukan persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, penyajian data dan pembahasan, serta diakhiri oleh kesimpulan dan saran. Kerangka penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1
Ide Penelitian Inventarisasi Emisi Gas Rumah Kaca Pada Sektor Peternakan
Sebagai Langkah Awal Strategi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Nasional Kota Surabaya
A
26
Studi Pustaka • Definisi inventarisasi emisi • Metode perhitungan emisi GRK pada
sektor pertanian dan peternakan • Pemetaan emisi GRK • Penelitian terdahulu
Persiapan Penelitian
Pelaksanaan Penelitian • Survey pendahuluan • Pengumpulan data primer dan
sekunder
Analisis Data
Perhitungan Beban emisi
GRK Pertanian (metode
IPCC Guidelines
2006)
Perhitungan Beban emisi
GRK Peternakan
(metode IPCC
Guidelines 2006)
A
B
27
gambar 3.1 Diagram alir kerangka penelitian
Ide Penelitian 3.2.Ide dari penelitian ini adalah Inventarisasi Emisi Gas
Rumah Kaca pada Sektor Pertanian dan Peternakan di Kota Surabaya. Ide penelitian ini muncul didasarkan pada semakin meningkatnya gas rumah kaca yang menjadi sumber pemanasan global, dan indonesia merupakan peringkat ke-5 dalam penyumbang emisi GRK terbesar. Dengan diresmikannya kesepakatan paris tahun 2015 yang akan datang, setiap negara diwajibkan untuk menurunkan produksi gas rumah kacanya. Selain itu hal ini telah diatur pada Peraturan Presiden No 61 tahun 2011 Pasal 2, Tentang rencana aksi penurunan emisi gas rumah kaca. Produksi GRK dari sektor pertanian dan peternakan memang lebih sedikit dibandingkan dari sektor energi, tetapi GRK yang dikeluarkannya memiliki potensi lebih besar sehingga perlu untuk dikelola bahkan dikurangi.
Studi Pustaka 3.3.Studi literatur dilakukan guna mengumpulkan informasi
dan data yang mendukung topik penelitian yang dilakukan. Studi literatur ini juga memuat informasi yang dapat mendukung analisis dan pembahasan terhadap penelitian dan perhitungan yang akan dilakukan. Studi literatur dilakukan dengan memanfaatkan jurnal ilmiah, buku teks, laporan tugas akhir, prosiding, peraturan pemerintah dan sumber lain yang valid dan
Penyajian Data dan Pembahasan Pemetaan distribusi hasil sebaran emisi dengan
metode SIG
Kesimpulan dan Saran
B
28
legal, yang berhubungan dengan inventarisasi emisi gas rumah kaca.
Persiapan Penelitian 3.4.Persiapan penelitian dilakukan dengan mempersiapkan
alat (software) dan perijinan yang dibutuhkan guna menunjang penelitian. Software yang digunakan dalam inventarisasi emisi GRK ini adalah model yang dikeluarkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) bernama IPCC Inventory Software. Sedangkan perijinan yang diperlukan untuk menunjang penelitian adalah perijinan permintaan data pada BPS kota Surabaya, dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Surabaya, Litbang Pertanian Kota Surabaya.
Pelaksanaan Penelitian 3.5.Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Februari di kota
Surabaya dan dimulai dari survey pendahuluan dan pengumpulan data primer dan sekunder
Survey Pendahuluan 3.5.1Pada survey pendahuluan dilakukan survey pada lokasi
peternakan di Kota Surabaya, hal yang di lihat pada survey pendahuluan antara lain kondisi eksisting yang ada di lapangan, lokasi peternakan dan juga lahan sawah.
Pengumpulan Data 3.5.2Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan teknik survey primer berupa Kuesioner dan pengumpulan data langsung dari lapangan serta teknik survey sekunder berupa studi literatur dan data dari instansi terkait.
a. Data Primer Data primer didapatkan melalui kuisioner, wawancara kepada para ahli, dan survey lapangan. Detail pertanyaan dalam kuesioner untuk sektor peternakan meliputi: - Kategori Ternak (kerbau/sapi perah/ sapi/ ayam/
babi, dsb) - Jumlah Ternak (dalam satuan ekor) - Berat rata-rata ternak (dalam satuan Kg)
29
- Jumlah kotoran yang diekskresikan per ekor jenis ternak (dalam satuan Kg)
- Jenis sistem pengelolaan kotoran ternak sedangkan Detail pertanyaan dalam kuesioner untuk sektor pertanian meliputi: - Jenis lahan sawah (irigasi, tadah hujan, dsb) - Rejim air sebelum penanaman - Jenis pupuk/bahan organik lain yang ditambahkan
sebelum penanaman - Jumlah pupuk/bahan organik lain yang
ditambahkan sebelum penanaman - Frekuensi tanam dan frekuensi panen
Semua data dilakukan menggunakan kuesioner kepada setiap peternakan dan lahan sawah yang ada di Kota Surabaya. Perhitungan jumlah kuesioner menggunakan metode Krecjie & Morgan dengan rumus sebagai berikut:
Dimana
S = Jumlah sampel yang dibutuhkan X2 = 1,642 (tingkat kepercayaan dari Tabel nilai
chi-square, untuk galat 10%) N = Jumlah Populasi P = Proporsi Populasi (0,5 untuk jumlah sampel
maksimal) d = Galat (10 %) (Krejcie & Morgan, 1970)
diketahui jumlah populasi didasarkan pada para pengusaha peternakan, pengusaha peternakan sapi/kerbau berjumlah 292 peternak dan pengusaha ternak unggas berjumlah 336 peternak. Didapatkan total populasi berjumlah 629, sehingga menurut rumus Krejcie dan Morgan jumlah sampel untuk peternakan sebesar 61 sampel, dan dibulatkan menjadi 76 sampel. Jumlah
30
sampel lalu dibagi pada setiap kategori dan kecamatan seperti dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jumlah Sampel sektor peternakan
Kecamatan Kategori Jumlah Peternak
Jumlah Sampel menurut peternak
Jumlah Sampel
Pembulatan
Tenggilis Mejoyo - - - -
Wiyung Sapi Perah 2 0 1
Jambangan Kambing 11 1 1
Sapi Potong 1 0 1
Sukolilo Kambing 33 3 3
Wonocolo Sapi Perah 18 2 2
Semampir Sapi Perah 2 0 1
Asemrowo Kambing 5 0 1
Bulak Domba 38 4 4
Kambing 50 5 5
Genteng - - -
Karangpilang Sapi Perah 2 0 1
Kambing 10 1 1
Sukomanunggal Kambing 2 0 1
Rungkut - - -
Dukuh Pakis - - -
Pakal Sapi Potong 12 1 1
Kambing 14 1 1
Tandes Sapi Potong 11 1 1
Kerbau 5 0 1
Kambing 12 1 1
31
Kecamatan Kategori Jumlah Peternak
Jumlah Sampel menurut peternak
Jumlah Sampel
Pembulatan
Domba 6 1 1
Ayam Buras 44 4 4
Entog 18 2 2
Itik 1 0 1
Sambikerep Kambing 1 0 1
Bubutan - - -
Benowo Kambing 2 0 1
Gunung Anyar Sapi Potong 1 0 1
Kambing 15 1 1
Tambaksari - - -
Wonokromo - - -
Gubeng
Sapi Perah 3 0 1
Ayam Buras 46 4 4
Entog 1 0 1
Itik 1 0 1
Bebek 57 6 6
Tegalsari - - -
Gayungan - - -
Krembangan - - -
Lakarsantri Sapi Potong 2 0 1
Kambing 7 1 1
Kenjeran Sapi Perah 2 0 1
Simokerto - - -
Pabean Cantian - - - Mulyorejo Kambing 24 2 2
32
Kecamatan Kategori Jumlah Peternak
Jumlah Sampel menurut peternak
Jumlah Sampel
Pembulatan
Ayam Buras 146 14 14
Entog 2 0 1
Itik 6 1 1
Angsa 8 1 1
Bebek 6 1 1
Sawahan Kambing 2 0 1
Total 629 61 76
Pada sektor pertanian dilakukan metode wawancara kepada para ahli dari dinas pertanian, kepala gupuk tani, dan wawancara langsung kepada petani dilapangan yang dibagi menjadi blok-blok pada setiap kecamatan. Hal ini didasarkan pada satu luasan lahan sawah dapat digarap oleh banyak petani dengan sistem gotong royong, sehinga pembagian kuesioner didasarkan pada blok-blok sawah. Wawancara dan survey lapangan dilakukan pada blok sawah yang paling besar untuk dijadikan sampel pada setiap kecamatan dimana terdapat lahan sawah. Pembagian blok dapat dilihat pada gambar 3.1.
33
b. Data Sekunder Data sekunder didapatkan dari literatur dan data dari Instansi terkait. - Studi Literatur
Data sekunder yang dibutuhkan untuk penelitian ini berasal dari pedoman inventarisasi gas rumah kaca nasional buku II volume 3, dan IPCC guide 2006. Data yang dibutuhkan dari literatur berupa Faktor emisi Metana dan faktor emisi N2O.
- Data dari instansi terkait Berupa data sekunder dari dinas pertanian dan peternakan mengenai luas area peternakan dan pertanian (lahan sawah) dan persebarannya di kota Surabaya, serta peta lokasi tiap peternakan dan pertanian (lahan sawah) menurut latitude, dan longitude-nya.
Sumber data aktivitas yang dibutuhkan baik sekunder maupun dapat dilihat pada Tabel 3.4
Gambar 3.1 Pembagian Blok Sawah Kota Surabaya
34
Tabel 3.2 Sumber Data dari Data Aktivitas
No
Aktivitas Sumber Emisi Jenis Data Sumber Data
1 Enteric fermentation Populasi ternak (sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, babi, kuda, domba, ayam kampung, ayam pedaging, ayam petelur, itik)
Dinas Pertanian
Faktor emisi enterik fermentasi
IPCC 2006
2 Pengolahan Limbah Ternak (manure management)
Populasi ternak (sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, babi, kuda, domba, ayam kampung, ayam pedaging, ayam petelur, itik)
Dinas Pertanian
Berat rata-rata ternak
Kuesioner dan wawancara
Faktor emisi pengolahan pupuk kandang
IPCC 2006
3 Pemupukan Urea Konsumsi Urea AP3I /Kuesioner
Luas Area Tanam Dinas Pertanian
Dosis Urea Dinas Pertanian
Faktor Emisi Urea
IPCC 2006
4 Emisi Langsung dan Tidak Langsung N2O dari Tanah
Luas Area Tanam Kementrian pertanian/BPS
Komposisi Pupuk N (Urea,NPK,AS)
AP3I
Dosis Pupuk Kandang
Expert Judgement/Kuesioner
Dosis Pupuk N an-organik
Expert Judgement/Kuesioner
35
No
Aktivitas Sumber Emisi Jenis Data Sumber Data
Kandungan N pada pupuk kandang dan pupuk an-organik
Studi Pustaka
Faktor emisi sawah irigasi
IPCC 2006
Faktor emisi lahan kering
IPCC 2006
5 Lahan Sawah Luas sawah menurut pengairan
BPS/Dinas Pertanian
luas areal panen BPS/Dinas Pertanian
Persen luas lahan sawah berdasarkan jenis tanah
BB Litbang Sumberdaya pertanian
Faktor koreksi jenis tanah
Litbang Pertanian
Faktor skala rejim air
Wawancara dan Kuesioner
Faktor emisi padi Litbang Pertanian/IPCC 2006
Sumber : Kementrian Lingkungan Hidup (2012)
Analisis Data 3.6.Analisis dan pembahasan dari hasil penelitian ini dilakukan
berdasarkan dari tujuan awal penelitian, yaitu menghitung beban emisi yang dihasilkan dari sektor peternakan dan pertanian. Perhitungan beban emisi menggunakan prosedur analisis data dari pedoman inventarisasi gas rumah kaca buku II Volume 3: sektor AFOLU yang dikeluarkan Kementrian Lingkungan Hidup tahun 2012.
a. Estimasi GRK dari fermentasi enterik Fermentasi enterik mengemisikan gas CH4. Untuk menghitung emisi CH4 Tahunan dari Fermentasi Enterik adalah sebagai berikut:
Emissions = EF(T) x N(T) x106
dimana: Emissions =Emisi metana dari fermentasi enterik (Gg
CH4/tahun)
36
EF(T) =Faktor emisi populasi jenis ternak tertentu (kg CH4/ekor.tahun) (dapat dilihat pada Tabel 2.5)
N(T) =Jumlah populasi jenis/kategori ternak tertentu (ekor)
T = Jenis / Kategori ternak
b. Estimasi GRK dari pengelolaan kotoran ternak Pengelolaan ternak mengemisikan gas CH4, dan N2O.
i. Untuk menghitung emisi CH4 tahunan dari pengelolaan kotoran ternak adalah sebagai berikut:
∑
dimana: CH4 manure =Emisi metana dari pengelolaan kotoran
ternak (Gg CH4/tahun) EF(T) =Faktor emisi pengelolaan kotoran dari
jenis ternak tertentu (kg CH4/Ekor.tahun) (dapat dilihat pada Tabel 2.6)
N(T) =Jumlah populasi jenis/kategori ternak tertentu (ekor)
T = Jenis / Kategori ternak
ii. Untuk menghitung emisi N2O tahunan langsung dari pengelolaan kotoran ternak adalah sebagai berikut:
[∑[∑
]
]
Dimana: N2O D(mm) =Emisi N2O dari pengelolaan kotoran
ternak (kg N2O /tahun) N(T) =Jumlah populasi jenis / kategori ternak
tertentu
37
Nex(T) = Rata-rata tahunan ekskresi N per ekor jenis/ kategori ternak (Kg N/ternak.tahun), dengan Perhitungan dilakukan sebagai berikut,
Nrate = Nilai default laju eksresi N, (kg N/1000 kg berat ternak.hari). nilai Nrate pada ternak dapat dilihat pada Tabel 3.3
Tabel 3.3 Nrate Pada Sistem Pengelolaan Kotoran Ternak
Kategori ternak Nrate
Sapi Perah 0.47
Sapi Potong 0.34
Kerbau 0.32
Babi 0.42
Domba 1.17
Kambing 1.37
Ayam 0.82
Bebek 0.83 Sumber : IPCC,2006 TAM =Berat rata-rata ternak untuk jenis ternak
T, (kg/ekor) MS(T,S) =Fraksi dari total eksresi nitrogen
tahunan dari jenis ternak tertentu yang dikelola pada sistem pengelolaan kotoran ternak
EF3(S) =Faktor emisi langsung N2O dari sistem pengelolaan kotoran ternak tertentu (Kg N2O-N/Kg N)(dapat dilihat pada Tabel 2.7)
S =Sistem pengelolaan kotoran ternak
38
44/28 =Konversi emisi (N2O)-N)(mm) ke dalam bentuk N2O (mm)
iii. Untuk menghitung emisi N2O tahunan tidak
langsung dari pengelolaan kotoran ternak adalah sebagai berikut:
N2OG (mm) = Emisi tidak langsung N2O akibat dari penguapan N dari pengelolaan kotoran ternak, kg N2O/tahun
Nvolatilization-MMS =Jumlah kotoran ternak yang hilang akibat volatilisasi NH3 dan NOx, kg N per tahun, dengan perhitungan sebagai berikut:
[∑[∑
(
)
]
]
Dimana:
N(T) = Jumlah populasi jenis / kategori ternak tertentu
Nex(T) = Rata-rata tahunan ekskresi N per ekor jenis/ kategori ternak (Kg N/ternak.tahun)
MS(T,S) = Fraksi N yang dieksresikan per jenis kategori ternak tertentu berdasarkan jenis pengelolaan limbah ternak. Fraksi N yang diekskresikan ternak dapat dilihat pada Tabel 3.4
39
Tabel 3.4 Fraksi N yang Diekskresikan Ternak
Kategori Ternak Fraksi N yang diekskresikan ternak
Kg N /ternak.tahun
Sapi perah 0.2
Peternakan lain 0.07
Kerbau 0.07
Domba 0.1
Kambing 0.1
Unta 0.07
Babi 0.3
Kuda 0.07
Unggas 0.3 Sumber : IPCC,2006
FracgasMs = Persen limbah N yang tervolatisasi
untuk jenis ternak tertentu yang tervolatisasi menjadi NH3 dan NOx pada sistem pengelolaan limbah ternak S, (kg N2O-N/kg N pada sistim pengelolaan limbah ternak S), FracgasM dapat dilihat pada Tabel 3.5
Tabel 3.5 Persen N yang Tervolatilisasi Dari Sistem Pengelolaan Kotoran Ternak
Kategori ternak Sistem Pengelolaan ternak
Fraksi Nitrogen dari MMS yang tervolatilisasi
Frac GasM
Babi Kolam anaeroik 40%
pit storage 25%
40
Kategori ternak Sistem Pengelolaan ternak
Fraksi Nitrogen dari MMS yang tervolatilisasi
Frac GasM
deep bedding 40%
liquid/slurry 48%
solid storage 45%
Sapi perah
Kolam anaeroik 35%
liquid/slurry 40%
pit storage 28%
Dry lot 20%
solid storage 30%
Daily Spread 7%
Unggas
tanpa penadahan 55%
kolam anaerobik 40%
dengan penadahan 40%
Peternakan lain
Dry Lot 30%
Solid Storage 45%
deep bedding 30% Sumber : IPCC, 2006
EF =Faktor emisi N2O dari deposisi atmosfir nitrogen di tanah dan permukaan air, kg N2O-N/(kg NH3-N + NOx-N tervolatisasi) ; default value IPCC adalah 0.01 kg N2O-N/(kg NH3-N + NOx-N tervolatisasi)
c. Estimasi GRK dari lahan sawah Budidaya lahan sawah mengemisikan gas CH4. Untuk menghitung emisi CH4 tahunan dari budidaya lahan sawah adalah sebagai berikut:
41
∑ ( )
Dimana: CH4Rice =Emisi metan dari budidaya padi sawah, (Gg
CH4 / tahun) EFIJK =Faktor emisi untuk kondisi I, j, dan k (kg CH4 /
hari), dengan perhitungan sebagai berikut: EFi = (EFc x SFw x SFp x SFo x SF s,r)
EFi =faktor emisi harian yang terkoreksi untuk luas panen tertentu, kg CH4/Ha.hari
Efc =faktor emisi baseline untuk padi (faktor emisi lokal untuk Indonesia adalah 1,61 kg CH4/Ha.hari)
SFw =Faktor skala yang menjelaskan perbedaan rejim air selama periode budidaya. Faktor skala rejim air selama budidaya tergantung pada jenis lahan sawah, dan sistem pengairan lahan sawah tersebut, semakin sering air tergenang semakin besar faktor emisi. Hal tersebut dikarenakan kondisi rejim air mempengaruhi proses anaerobik pada lahan sawah. Faktor skala rejim air selama budidaya dapat dilihat pada Tabel 3.6
Tabel 3.6 Faktor Koreksi Rezim Air Selama Periode Budidaya
Kategori SubKategori
SF (IPCC
Guideli-nes
1996)
SF Koreksi
berdasark-an riset terkini
Dataran
Rendah Irigasi
Penggenangan Terus
menerus 1 1
Penggenangan
Intermitten
Single
Aeration 0.5 0.46
Multiple 0.2 (0.38-0.53)
42
Kategori SubKategori
SF (IPCC
Guideli-nes
1996)
SF Koreksi
berdasark-an riset terkini
Aeration
Tadah
Hujan
Rawan Banjir 0.8 0.49
Rawan Kekeringan 0.4 (0.19-0.75)
Air
Dalam
Kedalaman Air 50-100 cm 0.8 -
Kedalaman Air <50 cm 0.6 -
Sumber : IPCC, 2006
SFp = Faktor skala yang menjelaskan rezim air sebelum budidaya. Rejim air sebelum budidaya merupakan lamanya genangan air sebelum lahan ditanami padi. Makin lama lahan tergenang air sebelum penanaman, maka lahan makin dalam kondisi anaerob sehingga faktor makin besar. faktor skala rejim air sebelum budidaya dapat dilihat pada Tabel 3.7
Tabel 3.7 Faktor Skala Untuk Rezim Air Sebelum Budidaya
No Rejim Air Sebelum
Penanaman Faktor Skala
(SFp) Kisaran
Bias
1 Tidak tergenang sebelum
penanaman
<180 hari
1.0 0.88-1.14
43
No Rejim Air Sebelum
Penanaman Faktor Skala
(SFp) Kisaran
Bias
2 tidak tergenang sebelum
penanaman >180 hari
0.68 0.58-0.80
3 tergenang sebelum
penanaman >30 hari
1.90 1.65-2.18
Catatan: Periode tergenang sebelum penanaman kurang dari 30 hari tidak dipertimbangkan dalam penggunaan SFp Sumber : IPCC, 2006
SFo =Faktor skala yang menjelaskan jenis dan jumlah bahan organik yang diterapkan pada periode budidaya padi sawah. Faktor skala jumlah bahan organik dapat dihitung sebagai berikut
Sfo=(1+ROAi+CFOAi)0.59
dimana :
Sfo = faktor skala untuk jenis bahan organik yang digunakan
ROAi = jumlah bahan organik yang digunakan, dalam berat kering atau berat segar (ton/ha)
CFOAi = faktor konversi bahan organik
Faktor konversi untuk penggunaan berbagai jenis bahan organik dengan menggunakan default IPCC (2006) sebagaimana pada Tabel 3.8
44
Tabel 3.8 Faktor Konversi Penggunaan Bahan Organik
No Bahan Organik Faktor Konversi CFOA
1
Jerami di tambahkan dalam
jangka waktu pendek (< 30 hari) sebelum
penanaman
1
2
Jerami di tambahkan dalam
jangka waktu lama (> 30 hari) sebelum
penanaman
0.29
3 Kompos 0.05
4 Pupuk Kandang 0.14
5 Pupuk Hijau 0.5 Catatan: Aplikasi jerami adalah apabila jerami dibenamkan ke dalam tanah, tidak diletakkan dipermukaaan tanah atau dibakar di lahan sawah Sumber : Yan dkk., 2005 dalam IPCC (2006)
SFs,r =Faktor skala untuk jenis tanah, varietas padi
sawah dan lain-lain, jika tersedia. Faktor skala dari jenis tanah dapat dilihat pada Tabel 3.9, dan faktor skala varietas padi dapat dilihat pada Tabel 3.10
Tabel 3.9 Faktor Skala Jenis Tanah
No Jenis Tanah SFs Jenis Tanah
1 Alfisols 1.93
2 Andisols 1.02
3 Entisols 1.02
4 Histosols 2.39
45
No Jenis Tanah SFs Jenis Tanah
5 Inceptisols 1.12
6 Oksisols 0.29
7 Ultisols 0.29
8 Vertisols 1.06
Tabel 3.10 Faktor Skala Varietas Padi
No Varietas
Rata-rata emisi
kg CH4/Ha.musim
Faktor koreksi
1 Gilirang 496.9 2.46
2 Fatmawati 365.9 1.81
3 Aromatic 273.6 1.35
4 Tukad Unda 244.2 1.21
5 IR 72 223.2 1.1
6 Cisadane 204.6 1.01
7 IR 64 202.3 1
8 Margasari 187.2 0.93
9 Cisantana 186.7 0.92
10 Tukad Petanu 157.8 0.78
11 Batang Anai 153.5 0.76
12 IR 36 147.5 0.73
13 Memberamo 146.2 0.72
14 Dodokan 145.6 0.72
15 Way Apoburu 145.5 0.72
16 Muncul 127 0.63
46
No Varietas
Rata-rata emisi
kg CH4/Ha.musim
Faktor koreksi
17 Tukad Balian 115.6 0.57
18 Cisanggarung 115.2 0.57
19 Ciherang 114.8 0.57
20 Limboto 99.2 0.49
21 Wayrarem 91.6 0.45
22 Maros 73.9 0.37
23 Mendawak 255 1.26
24 Mekongga 234 1.16
25 Memberamo 286 1.41
26 IR 42 269 1.33
27 Fatmawati 245 1.21
28 BP360 215 1.06
29 BP205 196 0.97
30 Hipa 4 197 0.98
31 Hipa 6 219 1.08
32 Rokan 308 1.52
33 Hipa 5 Ceva 323 1.6
34 Hipa 6 Jete 301 1.49
35 Impari 1 271 1.34
36 Impari 6 Jete 272 1.34
37 Impari 9 Elo 359 1.77 TIJK =Lama budidaya padi sawah untuk kondisi I, j,
dan k (hari) AIJK =Luas panen padi sawah untuk kondisi I, j, dan
k (ha/tahun)
47
IJK =Mewakili ekosistem berbeda: i: rezim air, j: jenis dan jumlah pengembalian bahan organik tanah, dan k: kondisi lain di mana emisi CH4 dari padi sawah dapat bervariasi
d. Estimasi GRK dari Penggunaan Pupuk Urea
Penggunaan pupuk urea mengemisikan gas CO2. Untuk menghitung emisi CO2 tahunan dari penggunaan pupuk urea adalah sebagai berikut:
CO2-Emission = (MUreax EFUrea)
dimana :
CO2-Emission = Emisi C tahunan dari aplikasi Urea, (Ton CO2/tahun)
MUrea = Jumlah pupuk Urea yang diaplikasikan (ton/tahun)
EFUrea = Faktor emisi, ton C per (Urea). Default IPCC (Tier 1) untuk faktor emisi urea adalah 0.20 atau setara dengan kandungan karbon pada pupuk urea berdasarkan berat atom (20% dari CO(NH2)
e. Estimasi N2O dari Pengelolaan Tanah Pengelolaan tanah mengemisikan gas N2O. Untuk menghitung emisi N2O tahunan dari Pengelolaan tanah adalah sebagai berikut:
i. Untuk menghitung emisi N2O tahunan langsung dari pengelolaan tanah adalah sebagai berikut:
N2O-N N input ={[(FSN+FON+FCR+FSOM)xEF1]+[(FSN+ FON + FCR+FSOM)x EF11FR]}
dimana: N2O-Direct =Emisi tahunan N2O langsung dari tanah
yang dikelola (kg N2O-N/Tahun)
48
N2O-N input=Emisi tahunan N2O langsung dari input N ke tanah yang dikelola (kg N2O-N/ tahun) atau pengembalaan (kg N2O-N/tahun)
FSN =Jumlah tahunan pupuk sintetik N yang diaplikasikan ke tanah (kg N/tahun). Kandungan N pada pupuk sintetik dapat dilihat pada Tabel
FON = Jumlah tahunan dari pupuk kandang,
kompos, urin dan kotoran ternak, dan N organik lainnya yang diaplikasikan ke tanah (kg N/tahun). Kandungan N pada pupuk organik dapat dilihat pada Tabel
Tabel 3.11 Kandungan N dalam pupuk
Jenis Pupuk Kandungan N
Pupuk Urea 46%
Pupuk NPK 15%
Pupuk ZA 21%
Pupuk Kandang 16%
Kompos 0.50%
N sisa Jerami 0.50% FCR = Jumlah tahunan dari sisa tanaman (kg
N/tahun) FSOM = Jumlah tahunan dari N pada tanah yang
dimineralisasi, yang berhubungan dengan hilangnya bahan organik tanah akibat perubahan penggunaan lahan atau pengelolaan tanah mineral,kg N per tahun.
EF1 =Faktor emisi untuk emisi N2O dari input N
untuk lahan kering, kg N2O-N/ (kg N input)(dapat dilihat pada Tabel 2.8)
49
EF1FR =Faktor emisi untuk emisi N2O dari input N
untuk sawah irigasi kg N2O-N /(kg N input)
ii. Untuk menghitung emisi N2O tahunan tidak langsung dari pengelolaan tanah adalah sebagai berikut:
N2O(ATD)-N =[(FSNx FracGASF)+((FON+FPRP) x
FracGASM)] x EF4 + [(FSN+FON+FPRP+FCR) x FracLeach)] x EF5
Dimana: FracGASF = Fraksi pupuk N sintetis yang
bervolatisasi sebagai NH3 dan NOx (kg N tervolatisasi/kg N yang digunakan) dapat dilihat pada Tabel 2.10
FPRP = Jumlah tahunan dari input urin dan kotoran N yang dideposit di padang rumput atau padang pengembalaan (kg N/tahun)
FracGASM = Fraksi pupuk organik N (FON) yang tervolatisasi sebagai NH3 dan NOx (kg N tervolatisasi per kg of N yang diaplikasikan) dapat dilihat pada Tabel 2.9
FracLEACH =fraksi dari semua N yang ditambahkan/
yang mengalami pencucian/ aliran kg / Kg N yang ditambahkan
EF4 =Faktor emisi N2O dari deposit N pada
tanah dan permukaan air, [kg N–N2O per (kg NH3–N + NOx–N volatilised)] (dapat dilihat pada Tabel 2.8)
50
EF5 =faktor emisi untuk emisi N2O dari deposit N akibat pencucian dan aliran permukaan N, kg N2O–N (dapat dilihat pada Tabel 2.8)
Penyajian Data dan Pembahasan 3.7.Penyajian dan pembahasan dari hasil penelitian ini
dilakukan berdasarkan dari tujuan awal penelitian, yaitu mengetahui beban emisi GRK pada sektor peternakan di Kota Surabaya dengan menggunakan metode SIG. Total beban emisi diketahui dengan menjumlahkan beban pada masing-masing subsektor dalam sektor peternakan lalu diplotkan pada peta dasar menggunakan Software Autocad per tiap batas wilayah dalam hal ini adalah kecamatan pada peta dasar.
Kesimpulan dan Saran 3.8.Penarikan kesimpulan dilakukan setelah melakukan
analisis data dan pembahasan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan berdasarkan pada tujuan yang dirumuskan pada awal penelitian. Kesimpulan harus didasarkan pada fakta yang diperoleh selama penelitian dan hasil perhitungan. Pemberian saran dilakukan untuk perbaikan dan pengembangan penelitian selanjutnya mengenai inventarisasi emisi GRK pada sektor pertanian ataupun pada sektor lain
51
BAB 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Kota Surabaya memiliki lahan sawah seluas 3.506,19 Ha pada tahun 2001 (Badan Pertanahan Nasional Kota Surabaya, 2001), dan terus menurun menjadi sebesar 1.777,941 Ha pada tahun 2011 (Bappeko Surabaya, 2011), dan sebesar 1.461 Ha pada tahun 2014 (Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2014). Luas penggunaan lahan sawah di Kota Surabaya dapat dilihat pada Tabel 2.12, dan gambar 2.1 .
Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan Kota Surabaya
No Klasifikasi Luas (Ha) 1 Hutan Produksi - 2 Perkebunan - 3 Persawahan 1777,94 4 Penggembalaan Ternak - 5 Pekarangan 15889,16 6 Permukiman 13880,16 7 Tambak 5023 8 Industri 2412,5 9 Perdagangan Jasa 3588,37
10 Fasilitas Umum 1194,15 Sumber : Profil Keanekaragaman Hayati Kota Surabaya (2011)
52
Gambar 4.1 Lokasi Lahan Sawah (hijau muda) di Kota Surabaya
Sumber : Bappeko Surabaya, 2012
Untuk populasi hewan ternak di Kota Surabaya berfluktuasi tergantung kebutuhan pasar, karena populasi ternak di Surabaya tidak hanya dari peternakan Surabaya saja, tetapi terdapat juga daging impor dari daerah lain dalam keadaan hidup, dan dipotong di Surabaya. Populasi ternak di Surabaya dapat dilihat pada Tabel 2.11. Meskipun terdapat populasi ternak, tetapi menurut data Bappeko tidak terdapat lahan untuk mengggembalakan ternak seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.10. Penyebaran populasi ternak di Kota Surabaya menurut populasinya dapat dilihat pada gambar 2.2. Dinas peternakan Kota Surabaya hanya memetakan peternakan Sapi, karena membutuhkan lahan yang luas. Untuk peternakan unggas sendiri tidak dipetakan karena peternakan unggas hanya berskala rumah tangga.
Tabel 4.2 Populasi Ternak Kota Surabaya
No Jenis Ternak
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
1 Sapi Potong 365 1126 740 218 116
53
2 Sapi Perah 627 1427 285 517 498
3 Kerbau 33 42 42 31 27 4 Kambing 5942 4161 3223 3097 2299 5 Domba 484 847 827 710 187 6 Babi 0 0 0 0 0 7 Kuda 0 0 0 0 4
8 Ayam Buras 29504 34481 39192 34097 28213
9 Ayam Petelur 298 565 566 0 172
10 Ayam Pedaging 40654 629 1176 0 1145
11 Itik 5524 6959 3263 4602 3518 12 Entok 1783 1352 1884 1264 517
Sumber : Disnak (2015)
Gambar 4.2 Lokasi Persebaran Hewan Ternak Kota Surabaya
Sumber : Disnak (2013)
54
“Halaman Ini Sengaja Dikosongkan”
55
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Aktivitas dan Faktor Emisi 5.1.Data aktivitas untuk menghitung beban emisi pada sektor
pertanian dan peternakan didapatkan dari data sekunder dan data primer. Pada sektor peternakan data sekunder yang dibutuhkan adalah populasi ternak di Kota Surabaya dan data primer meliputi berat rata-rata ternak dan sistem pengelolaan kotoran. Populasi yang dimaksud adalah populasi yang diternakan didalam kota, dan populasi ternak yang terdapat pada penampungan hewan di tempat pemotongan hewan. Data populasi ternak didapatkan dari dinas pertanian, BLH, dan perusahaan daerah rumah potong hewan terkait di Kota Surabaya. Populasi hewan ternak di Kota Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.1, sedangkan populasi hewan ternak pada tempat penampungan hewan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.1 Populasi Hewan ternak di Surabaya Tahun 2015
Kecamatan Kategori Jumlah Populasi
Ternak (ekor)
T N(T)
Tenggilis Mejoyo - -
Wiyung Sapi Perah 59
Jambangan Kambing 65
Sapi Potong 3
Sukolilo Kambing 158
Wonocolo Sapi Perah 272
Semampir Sapi Perah 6
Asemrowo Kambing 13
56
Kecamatan Kategori Jumlah Populasi
Ternak (ekor)
Bulak Domba 140
Kambing 240
Genteng - -
Karangpilang Sapi Perah 20
Kambing 60
Sukomanunggal Kambing 5
Rungkut - -
Dukuh Pakis - -
Pakal Sapi Potong 57
Kambing 127
Tandes
Sapi Potong 64
Kerbau 27
Kambing 88
Domba 23
Ayam Buras 607
Entog 331
Itik 8
Sambikerep Kambing 5
Bubutan -
Benowo Kambing 5
Gunung Anyar Sapi Potong 4
Kambing 94
Tambaksari - -
Wonokromo - -
Gubeng Sapi Perah 109
Ayam Buras 402
57
Kecamatan Kategori Jumlah Populasi
Ternak (ekor)
Entog 5
Itik 8
Bebek 340
Tegalsari -
Gayungan -
Krembangan -
Lakarsantri Sapi Potong 5
Kambing 27
Kenjeran Sapi Perah 26
Simokerto - -
Pabean Cantian - -
Mulyorejo
Kambing 122
Ayam Buras 1224
Entog 2
Itik 46
Angsa 64
Bebek 74
Sawahan Kambing 15 Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2016
58
Tabel 5.2 Populasi Ternak Pada Tempat Penampungan Hewan Tahun 2015
Kecamatan Kategori
Jumlah Populasi Ternak
(ekor/hari)
Jumlah Populasi Ternak
(ekor/tahun)
T N(T) N(T)
Tenggilis Mejoyo Ayam Potong 2320 846800
Wiyung Ayam Potong
Jambangan Ayam Potong 250 91250
Sukolilo Ayam Potong 250 91250
Wonocolo Ayam Potong 0
Semampir
Ayam Potong 950 346750
Sapi 42552
Kambing 8726
Babi 40195
Asemrowo Ayam Potong 0
Bulak Ayam Potong 1500 547500
Genteng Ayam Potong 0
Karangpilang Ayam Potong 0
Sukomanunggal Ayam Potong 0
Rungkut Ayam Potong 170 62050
Dukuh Pakis Ayam Potong 285 104025
Pakal Ayam Potong 0
Tandes Ayam Potong 0
Sambikerep Ayam Potong 0
Bubutan Ayam Potong 1808 659950
Benowo Ayam Potong 9100 3321500
Gunung Anyar Ayam Potong 250 91250
59
Kecamatan Kategori
Jumlah Populasi Ternak
(ekor/hari)
Jumlah Populasi Ternak
(ekor/tahun)
Tambaksari Ayam Potong 759 277035
Wonokromo Ayam Potong 4900 1788500
Gubeng Ayam Potong 3455 1261075
Tegalsari Ayam Potong 1060 386900
Gayungan Ayam Potong 0
Krembangan Ayam Potong 1100 401500
Lakarsantri Ayam Potong 150 54750
Kenjeran Ayam Potong 2150 784750
Simokerto Ayam Potong 600 219000
Pabean Cantian Ayam Potong 540 197100
Mulyorejo Ayam Potong 250 91250
Sawahan Ayam Potong 50 18250
Sumber : BLH dan Perusahaan Daerah RPH Kota Surabaya, 2016
Berat rata-rata ternak diketahui dari hasil kuesioner yang disebar ke setiap kecamatan di Kota Surabaya. Berikut berat rata-rata tiap kategori ternak berdasarkan hasil kuesioner dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Berat rata-rata hewan ternak di Kota Surabaya Kecamatan Kategori Berat rata-rata (Kg)
T
Tenggilis Mejoyo - 0
Wiyung Sapi Perah 375
Jambangan Kambing 25 Sapi Potong 300 Sukolilo Kambing 24 Wonocolo Sapi Perah 400
60
Kecamatan Kategori Berat rata-rata (Kg)
Semampir Sapi Perah 150 Asemrowo Kambing 23
Bulak Domba 25 Kambing 25
Genteng - 0
Karangpilang Sapi Perah 500 Kambing 23
Sukomanunggal Kambing 23 Rungkut - 0 Dukuh Pakis - 0
Pakal Sapi Potong 300 Kambing 16
Tandes
Sapi Potong 375 Kerbau 375
Kambing 25 Domba 25
Ayam Buras 2.3 Entog 2.0
Itik 1.5 Sambikerep Kambing 23 Bubutan - 0 Benowo Kambing 15
Gunung Anyar Sapi Potong 375 Kambing 40
Tambaksari - 0 Wonokromo - 0
Gubeng
Sapi Perah 375 Ayam Buras 2
Entog 3 Itik 1.5
Bebek 1.5
61
Kecamatan Kategori Berat rata-rata (Kg)
Tegalsari - 0 Gayungan - 0 Krembangan - 0
Lakarsantri Sapi Potong 300 Kambing 23
Kenjeran Sapi Perah 375 Simokerto - - Pabean Cantian - -
Mulyorejo
Kambing 23 Ayam Buras 2.2
Entog 1.5 Itik 1.5
Angsa 2.0 Bebek 1.5
Sawahan Kambing 23 Unggas di penampungan 2.2
Sapi Potong di penampungan 500 Babi di penampungan 100
Sumber: Hasil Wawancara dan Kuesioner
Sistem pengelolaan ternak didapatkan dari hasil kuesioner dan wawancara pada tiap-tiap peternak yang disebar pada semua kecamatan di Kota Surabaya. Dari hasil kuesioner tersebut didapatkan bahwa sistem pengelolaan dari ternak sapi 100% dikelola dengan cara ditumpuk hingga kering/Dry Lot. Sistem pengelolaan Kotoran kambing 100% dikelola dengan cara ditumpuk hingga kering/Dry Lot. Kotoran Unggas 37% dikelola dengan cara penadahan, sedangkan 63% tanpa penadahan.
Faktor emisi yang digunakan dalam menghitung beban emisi GRK pada sektor peternakan dari dapat dilihat pada Tabel 2.5 dan 2.6, sedangkan untuk menghitung GRK N2O langsung
62
dari pengelolaan ternak menggunakan faktor emisi 0,02 Kg N2O-N/Kg N untuk ternak sapi dan kambing, karena pengelolaan kotoran dengan cara ditumpuk hingga kering. Untuk ternak unggas digunakan faktor emisi 0,01 Kg N2O-N/Kg N baik yang penadahan, maupun yang tanpa penadahan. Untuk menghitung N2O tidak langsung digunakan faktor emisi yang sama yaitu 0,01 Kg N2O-N/Kg N yang tervolatilisasi.
Perhitungan beban emisi sektor pertanian membutuhkan data luas area panen, lama budidaya padi, rezim air sebelum dan selama budidaya, varietas padi, produksi padi, jenis tanah lahan sawah, jenis dan banyaknya pupuk, baik sintetis maupun organik yang diaplikasikan pada lahan sawah. Data luas area panen , jenis sawah, produksi padi, dan pemakaian pupuk didapatkan dari dinas pertanian kota surabaya, yang dapat dilihat pada Tabel 5.4 dan 5.5
Tabel 5.4 Data Sekunder Jenis Sawah, Luas Area Panen, dan Produksi Padi Kota Surabaya Tahun 2015
Kecamatan Jenis sawah
Luas Lahan sawah (Ha)
Luas Area Panen
(Ha/tahun)
Produksi Padi
ton/tahun
Tenggilis Mejoyo - 0 0
Wiyung Tadah Hujan 58 185 1175.97555
Jambangan Irigasi 5 21 136.16559
Sukolilo Irigasi 68 96 606.55581
Wonocolo Irigasi 3 8 49.51476
Semampir - 0 0
Asemrowo - 0 0
63
Kecamatan Jenis sawah
Luas Lahan sawah (Ha)
Luas Area Panen
(Ha/tahun)
Produksi Padi
ton/tahun
Bulak Irigasi 34 40.8
878.88699 Tadah Hujan 81 97.2
Genteng - 0 0
Karangpilang Irigasi 28 34.3
414.686115 Tadah Hujan 25 30.7
Sukomanunggal - 0 0
Rungkut Tadah Hujan 16 24 154.733625
Dukuh Pakis - 0 0
Pakal Tadah Hujan 424 438 2779.015905
Tandes Irigasi 26 31 198.05904
Sambikerep Tadah Hujan 133 155 984.105855
Bubutan - 0 0
Benowo Tadah Hujan 93 155 984.105855
Gunung Anyar Tadah Hujan 10 12 74.27214
Tambaksari - 0 0
Wonokromo - 0 0
Gubeng - 0 0
Tegalsari - 0 0
Gayungan Irigasi 3 6 37.13607
64
Kecamatan Jenis sawah
Luas Lahan sawah (Ha)
Luas Area Panen
(Ha/tahun)
Produksi Padi
ton/tahun
Krembangan - 0 0
Lakarsantri Tadah Hujan 464 408 2593.335555
Kenjeran Tadah Hujan 5 5 30.946725
Simokerto - 0 0
Pabean Cantian - 0 0
Mulyorejo Tadah Hujan 13 13 80.461485
Sawahan - 0 0 Sumber : Dinas Pertanian, 2016
Tabel 5.5 Pupuk yang diaplikasikan Pada Lahan Sawah Tahun 2015
Kecamatan
Pupuk yang digunakan Pupuk Urea
Pupuk NPK
Pupuk ZA
Pupuk Kandang Kompos
Kg Kg Kg Kg Kg
Tenggilis Mejoyo 0 0 0 0 0
Wiyung 30438 3389 3637 0 338
Jambangan 2624 292 314 0 29
Sukolilo 35686 3973 4264 0 396
Wonocolo 1574 175 188 0 17
Semampir 0 0 0 0 0
Asemrowo 0 0 0 0 0
Bulak 60 6719 7211 0 670
65
Kecamatan
Pupuk yang digunakan Pupuk Urea
Pupuk NPK
Pupuk ZA
Pupuk Kandang Kompos
Kg Kg Kg Kg Kg
Genteng 0 0 0 0 0
Karangpilang 28 3096 3323 0 309
Sukomanunggal 0 0 0 0 0
Rungkut 8 935 1003 0 93
Dukuh Pakis 0 0 0 0 0
Pakal 223 24772 26586 0 2469
Tandes 14 1519 1630 0 151
Sambikerep 70 7770 8339 0 774
Bubutan 0 0 0 0 0
Benowo 49 5433 5831 0 541
Gunung Anyar 5 584 627 0 58
Tambaksari 0 0 0 0 0
Wonokromo 0 0 0 0 0
Gubeng 0 0 0 0 0
Tegalsari 0 0 0 0 0
Gayungan 2 175 188 0 17
Krembangan 0 0 0 0 0
Lakarsantri 244 27109 29094 0 2701
Kenjeran 3 292 314 0 29
Simokerto 0 0 0 0 0
Pabean Cantian 0 0 0 0 0
Mulyorejo 7 760 815 0 76
66
Kecamatan
Pupuk yang digunakan Pupuk Urea
Pupuk NPK
Pupuk ZA
Pupuk Kandang Kompos
Kg Kg Kg Kg Kg
Sawahan 0 0 0 0 0 Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2016
Jenis tanah didapatkan dari BLH Kota Surabaya berupa peta geografi jenis tanah yang dioverlay dengan peta persebaran lahan sawah. Peta dapat dilihat pada gambar 5.1. Peta ini menunjukan sawah di surabaya (warna merah muda) sebagian berada pada tanah aluvial yang termasuk dalam kategori tanah entisol kecuali pada sebagian daerah Tandes, Benowo dan Pakal pada tanah Hidromorf yang termasuk dalam kategori Vertisol.
67
Gambar 5.1 Peta Persebaran Jenis Tanah di Surabaya
68
Dari hasil wawancara dan kuesioner bidang pertanian didapatkan bahwa untuk sawah irigasi rezim air selama budidaya adalah penggenangan secara terus menerus. Air irigasi diambil dari sungai besar di Surabaya, yaitu Sungai Jagir dan drainase setempat sehingga jarang terjadi kekeringan. Untuk sawah tadah hujan rezim air selama budidaya ini dipengaruhi topografi wilayah dan musim. Sebagian besar para petani di Surabaya hanya menanam padi pada awal musim penghujan dan pada akhir musim penghujan sehingga pada sawah tadah hujan sering terjadi penggenangan karena banjir. Rezim air pada lahan sawah di Surabaya biasanya digenangi air agar mudah ditanam sekitar satu minggu. Budidaya padi berlangsung selama 105-115 hari, dan rata-rata panen padi di surabaya adalah rata-rata 2 kali dalam 1 tahun jika tidak terjadi serangan hama atau banjir besar. Padi yang digunakan para petani di Surabaya adalah padi jenis Ciherang.
Faktor emisi dan faktor skala, serta faktor koreksi yang digunakan dalam menghitung beban emisi GRK pada sektor pertanian menggunakan data hasil penelitian di Indonesia oleh Setyanto dkk tahun 2002, sedangkan untuk faktor emisi N2O langsung maupun tidak langsung masih menggunakan default IPCC 2006 karena belum tersedianya faktor emisi lokal N2O langsung maupun tidak langsung dari lahan sawah Indonesia.
Tabel 5.6 Nilai Faktor Emisi, Faktor Skala, dan Faktor Koreksi Sektor Pertanian
Variabel Faktor Emisi Faktor Skala Faktor Koreksi
CH4 Lahan Sawah 16,1 kg CH4/Ha.hari* Varietas Padi
Ciherang = 0,57
Rezim Air
Irigasi terus menerus = 1 Tadah Hujan Banjir = 0,46
69
Variabel Faktor Emisi Faktor Skala Faktor Koreksi
Rezim Air sebelum penanaman
Tergenang kurang dari 30 Hari = Tidak diperhitungkan
Jenis Tanah
Entisol = 1,02 Vertisol = 1,06
Emisi N2O Langsung (Lahan Kering) 0,01 Kg N2O-N/Kg N-input
Emisi N2O Langsung (Lahan Sawah) 0,003 Kg N2O-N/Kg N-input
Emisi N2O tidak langsung
Volatilisasi = 0,01 Kg N2O-N/(Kg NH3-N+NOX-N tervolatilisasi) Pencucian = 0,0075 Kg N2O-N/(Kg NH3-N+NOX-N run off)
Sumber : Setyanto dkk, 2002., dan IPCC, 2006
Perhitungan Beban Emisi GRK 5.2.Beban emisi GRK pada sektor peternakan dihitung pada
setiap kecamatan yang nantinya digunakan untuk pemetaan. Metode perhitungan menggunakan metode IPCC, 2006. Beban emisi dinyatakan dalam satuan jenis gas (Gg CH4, Gg N2O, Gg CO2 , per tahun) yang dikonversi ke dalam CO2- Ekuivalen dengan menggunakan nilai global warming potential (GWP), yaitu 25 untuk CH4, dan 298 untuk N2O.
Perhitungan Emisi GRK Sektor Peternakan 5.2.1Dalam sektor peternakan, beban emisi berasal dari
fermentasi enterik rumen dari hewan ternak, dan dari pengelolaan kotoran ternak
1. Beban Emisi dari Fermentasi Enterik
70
Emisi yang dihasilkan oleh fermentasi enterik berupa gas metana, perhitungan dengan cara mengalikan jumlah populasi ternak dengan faktor emisi sesuai dengan kategori ternak, sebagai contoh: Pada kecamatan Wiyung jumlah ternak sapi perah sebanyak 59 ekor, faktor emisi fermentasi enterik untuk ternak sapi adalah 61 kg CH4 /ekor.tahun, sehingga beban emisi didapatkan 0,0036 Gg CH4/tahun.untuk mengkonversi ke dalam CO2-Ekuivalensi 0,0036 dikalikan dengan nilai GWP untuk CH4 yaitu 21, sehingga didapatkan beban emisi 75,58 Ton CO2-Eq /tahun.
2. Beban Emisi dari Pengelolaan Kotoran
GRK yang dihasilkan dari sektor pengelolaan kotoran berupa CH4 dan N2O baik secara langsung, maupun tidak langsung. Menghitung emisi CH4 dari pengelolaan limbah ternak sama halnya dengan menghitung emisi CH4 pada fermentasi enterik, hanya faktor emisi yang digunakan adalah faktor emisi CH4 untuk pengelolaan kotoran. Perhitungan beban emisi N2O dapat dilihat sebagai berikut:
Menghitung emisi langsung N2O dari pengelolaan kotoran ternak sapi perah di kecamatan wiyung
=0,47 N/1000 kg berat ternak.hari x 375 kg /1000 x 365 hari = 64,36 kgN/ekor.tahun
[∑ [∑ (
)
] ]x44/28
= 59 ekor 64,36 kgN/ekor.tahun x0.02 (ekskresi N pada ternak sapi perah) x0.02 (faktor emisi) kg N2O-N/kgN = 23,86 kg N2O/tahun x 296 /1000
71
= 7,065 Ton CO2/tahun
Menghitung emisi N2O tidak langsung dari pengelolaan kotoran ternak sapi perah di kecamatan Wiyung
[∑ [∑ (
)
] ]x44/28
=759,5 kg N/tahun x 20%(fraksiNitrogen karena pengelolaan dengan cara ditumpuk hingga kering untuk sapi perah) x 0.01 (faktor emisi)x 44/28
= 2,386 kg N2O/tahun x 296
= 0,7065 Ton CO2/tahun
Beban emisi dari sektor peternakan baik dari peternakan Kota Surabaya, maupun dari tempat penampungan hewan pada rumah pemotongan dapat dilihat pada Tabel 5.7. Dari Tabel tersebut didapatkan bahwa pada sektor peternakan kota Surabaya menyumbang 86.922,28 ton CO2eq pada tahun 2015, dapat terlihat bahwa kecamatan yang menyumbang emisi gas rumah kaca terbesar adalah kecamatan semampir yaitu sebesar 63.581,37 ton CO2/tahun, sedangkan kecamatan yang menyumbang beban emisi GRK yang paling kecil adalah kecamatan gayungan sebesar 0 ton CO2/tahun.
72
Tabel 5.7 Beban Emisi Sektor Peternakan Kota Surabaya Tahun 2015
Kecamatan
Subsektor Peternakan (Ton CO2/tahun)
Total Emisi GRK Ton CO2/tahun
Fermentasi Enterik
Pengelolaan Kotoran
Fermentasi Enterik
(penampungan hewan)
Pengelolaan Kotoran
(penampungan hewan)
Tenggilis Mejoyo 0.00 0.00 0 1486.80 1486.80 Wiyung 89.98 53.55 0 0.00 143.52 Jambangan 11.65 1.39 0 177.19 190.23 Sukolilo 19.75 2.91 0 177.19 199.86 Wonocolo 414.80 249.26 0 0.00 664.06 Semampir 9.15 4.97 52094 11472.99 63581.37 Asemrowo 1.63 0.23 0 0.00 1.86 Bulak 47.50 6.86 0 1063.15 1117.51 Genteng 0.00 0.00 0 0.00 0.00 Karangpilang 38.00 20.10 0 0.00 58.10 Sukomanunggal 0.63 0.09 0 0.00 0.71 Rungkut 0.00 0.00 0 120.49 120.49 Dukuh Pakis 0.00 0.00 0 202.00 202.00 Pakal 82.85 4.75 0 0.00 87.60 Tandes 126.20 9.77 0 0.00 135.97 Sambikerep 0.63 0.09 0 0.00 0.71
73
Kecamatan
Subsektor Peternakan (Ton CO2/tahun)
Total Emisi GRK Ton CO2/tahun
Fermentasi Enterik
Pengelolaan Kotoran
Fermentasi Enterik
(penampungan hewan)
Pengelolaan Kotoran
(penampungan hewan)
Bubutan 0.00 0.00 0 1281.51 1281.51 Benowo 0.63 0.07 0 6449.77 6450.46 Gunung Anyar 16.45 2.78 0 177.19 196.42 Tambaksari 0.00 0.00 0 537.95 537.95 Wonokromo 0.00 0.00 0 3472.95 3472.95 Gubeng 166.23 100.12 0 2448.79 2715.13 Tegalsari 0.00 0.00 0 751.29 751.29 Gayungan 0.00 0.00 0 0.00 0.00 Krembangan 0.00 0.00 0 779.64 779.64 Lakarsantri 9.25 0.74 0 106.31 116.30 Kenjeran 39.65 23.60 0 1523.85 1587.09 Simokerto 0.00 0.00 0 425.26 425.26 Pabean Cantian 0.00 0.00 0 382.73 382.73 Mulyorejo 15.25 4.71 0 177.19 197.15 Sawahan 1.88 0.27 0 35.44 37.58 Total 1092.08 486.25 52094.27 33249.68 86922.28 Total (gg CO2/tahun) 1.092 0.486 52.094 33.250 86.922
74
Perhitungan Beban Emisi GRK Dari Sektor Pertanian 5.3.Dalam sektor pertanian, beban emisi berasal dari budidaya
padi , penggunaan pupuk urea, dan pengelolaan tanah pada lahan sawah. Berikut contoh perhitungan beban emisi GRK pada kecamatan Wiyung
1. Beban Emisi dari Budidaya Padi Menghitung faktor skala untuk bahan organik (bahan organik yang digunakan adalah kompos,menurut data sekunder dinas pertanian 2015 penggunaan kompos adalah 0,0058 ton/Ha, dan faktor konversi untuk kompos adalah 0,05 sehingga
Sfo =(1+ROAi+CFOAi)0.59
= (1+ 0,0058 ton/ha.0,05)0.59 = 1,032
Menghitung faktor emisi harian EFi = (EFc x SFw x SFp x SFo x SF s,r)
=1,61 kg CH4/ha.hari x 0,49(tadah hujan banjir) x 1.032 (bahan organik) x 1,02 (jenis tanah entisol) x 0,57(varietas padi Ciherang)
=0,47 kg CH4/ha/hari Menghitung emisi metan dari lahan sawah
= 0,47 kg CH4/ha/hari x 230 hari (lama
buudidaya) hari x 185 ha x 10-6 =0,02 Gg CH4/tahun = 423,2 Ton CO2-Eq / tahun
2. Beban Emisi dari Penggunaan Urea
Menghitung emisi CO2 dari pengunaan pupuk urea, dengan pemakaian urea menurut data dinas pertanian 2015, adalah 0,524 ton/Ha, sehingga CO2-Emission = (MUreax EFUrea)
= (0,524 ton/Ha.tahun x 58 Ha x 0.20) = 6,08 ton C/tahun
75
3. Beban Emisi dari Pengelolaan Tanah Menghitung konsumsi N dari pupuk sintesis FSN lahan sawah =(30438 kg urea x 0.46)+(3637 kg ZA x
0.21) +(3389 kg NPK x 0.15) =15273,47 kg N/tahun
FSN =Jumlah tahunan pupuk sintetik N yang diaplikasikan ke tanah (kg N/tahun)
FON Bahan organik padi = (338 kg/tahun x 0.16)
=1,68 kg/tahun
FON = Jumlah tahunan dari pupuk kandang, kompos, urin dan kotoran ternak, dan N organik lainnya yang diaplikasikan ke tanah (kg N/tahun)
FCR Padi = (1175,98 ton x 0.30 x 0.005) =1763,963 Kg N/tahun
FCR = Jumlah tahunan dari sisa tanaman(di atas tanah dan di bawah tanah), termasuk tanaman yang memfiksasi N dan dari pembaharuan hijauan atau padang rumput (kg N/tahun)
Menghitung emisi langsung N2O
N2ODirect ={[(FSN + FON+FCR) x EF1] + [(FSN + FON+FCR) x EF11FR]}
={[(15273,47 + 1,68 + 1763,963)x 0.003]}+ {[(15273,47 + 1,68 + 1763,963)x 0.01]}
= 221,5 Kg N2O =66,09 ton CO2-Eq/tahun
Menghitung emisi tidak langsung N2O
N2OIndirect ={[(FSN UreaxFracGAS urea)+ (FSN NPKxFracGAS NPK)+ (FSN ZAxFracGAS ZA)+ ((FON x FracGASM)] x EF4} + [(Ftotal x FracLeach) x EF5]
76
={[(15273,47)x0.1)+(15273,47)x0.1)+ (15273,47)x0.1)+(1763,963x0.2)] x0.01} + [(15273,47 + 1,68 + 1763,963) x 0,0075] = 15,27 + 38,33 Kg N2O = 15,8 Ton CO2-Eq/tahun
Beban emisi dari sektor peternakan baik dari peternakan Kota Surabaya, maupun dari tempat penampungan hewan pada rumah pemotongan dapat dilihat pada Tabel 5.8. Dari Tabel tersebut dapat terlihat dari sektor pertanian,Kota Surabaya menyumbang total emisi GRK sebesar 6074,25 ton CO2eq pada tahun 2015. Kecamatan yang menyumbang emisi gas rumah kaca terbesar adalah Kecamatan Pakal yaitu sebesar 1302,53 ton CO2/tahun, sedangkan kecamatan yang menyumbang beban emisi GRK yang paling kecil adalah Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Semampir, Asemrowo, Genteng, Sukomannggal, Dukuh Pakis, Tambaksari, Wonokromo, Gubeng, Krembangan, Simokerto, Pabean Cantian, dan Sawahan sebesar 0 ton CO2/tahun.
77
Tabel 5.8 Beban Emisi GRK Sektor Pertanian Kota Surabaya
Kecamatan Subsektor pertanian (Ton CO2/Tahun) Total Emisi
GRK Ton CO2/tahun Budidaya Sawah Pemupukan Pengelolaan Lahan
Tenggilis Mejoyo 0.00 0.00 0.00 0.00 Wiyung 503.80 6.09 88.02 597.90 Jambangan 116.71 0.52 7.83 125.06 Sukolilo 533.53 7.14 97.93 638.60 Wonocolo 44.46 0.31 4.48 49.25 Semampir 0.00 0.00 0.00 0.00 Asemrowo 0.00 0.00 0.00 0.00 Bulak 491.45 12.07 18.58 522.10 Genteng 0.00 0.00 0.00 0.00 Karangpilang 274.34 5.56 8.63 288.53 Sukomanunggal 0.00 0.00 0.00 0.00 Rungkut 65.36 1.68 2.81 69.84 Dukuh Pakis 0.00 0.00 0.00 0.00 Pakal 1192.77 44.50 65.36 1302.64 Tandes 172.29 2.73 4.20 179.21 Sambikerep 422.10 13.96 21.27 457.33 Bubutan 0.00 0.00 0.00 0.00 Benowo 422.10 9.76 16.89 448.75
78
Kecamatan Subsektor pertanian (Ton CO2/Tahun) Total Emisi
GRK Ton CO2/tahun Budidaya Sawah Pemupukan Pengelolaan Lahan
Gunung Anyar 32.68 1.05 1.60 35.33 Tambaksari 0.00 0.00 0.00 0.00 Wonokromo 0.00 0.00 0.00 0.00 Gubeng 0.00 0.00 0.00 0.00 Tegalsari 0.00 0.00 0.00 0.00 Gayungan 33.35 0.31 0.58 34.24 Krembangan 0.00 0.00 0.00 0.00 Lakarsantri 1154.65 48.70 68.48 1271.83 Kenjeran 13.62 0.52 0.76 14.90 Simokerto 0.00 0.00 0.00 0.00 Pabean Cantian 0.00 0.00 0.00 0.00 Mulyorejo 35.40 1.36 1.97 38.74 Sawahan 0.00 0.00 0.00 0.00 Total 5508.59 156.28 409.38 6074.25 Total (gg CO2/tahun) 5.509 0.156 0.409 6.074
79
Beban Emisi GRK Total Dari Sektor Pertanian dan 5.4.Pertanian Kota Surabaya Dari kedua sektor yang telah dibahas, total beban emisi di
terbesar Kota Surabaya dihasilkan oleh kecamatan semampir, dan terbesar kedua dihasilkan pada kecamatan benowo. Total beban emisi di Kota Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.9, sedangkan untuk kontribusi GRK di Kota Surabaya, gas CH4 adalah gas yang berkontribusi paling besar yang menyumbang emisi GRK di Kota Surabaya. Kontibusi Gas CH4, N2O, maupun CO2 di Kota Surabaya dari sektor peternakan dan pertanian dapat dilihat pada gambar 5.2.
Gambar 5.2 Kontribusi Tiap Jenis Gas Terhadap Emisi GRK Kota Surbaya sektor Pertanian dan Peternakan Tahun 2015
0.18%
84.42%
15.40%
Kontribusi Tiap Jenis Gas Terhadap Total Emisi GRK Kota Surabaya 2015
CO2
CH4
N2O
80
Kecamatan Total Emisi GRK sektor Pertanian Ton CO2/tahun
Total Emisi GRK sektor Peternakan
Ton CO2/tahun
Total Emisi GRK Ton CO2/tahun
Tenggilis Mejoyo 0.00 1486.80 1486.80 Wiyung 597.90 143.52 741.43 Jambangan 125.06 190.23 315.29 Sukolilo 638.60 199.86 838.45 Wonocolo 49.25 664.06 713.31 Semampir 0.00 63581.37 63581.37 Asemrowo 0.00 1.86 1.86 Bulak 522.10 1117.51 1639.61 Genteng 0.00 0.00 0.00 Karangpilang 288.53 58.10 346.64 Sukomanunggal 0.00 0.71 0.71 Rungkut 69.84 120.49 190.33 Dukuh Pakis 0.00 202.00 202.00 Pakal 1302.64 87.60 1390.23 Tandes 179.21 135.97 315.19 Sambikerep 457.33 0.71 458.04 Bubutan 0.00 1281.51 1281.51 Benowo 448.75 6450.46 6899.21 Gunung Anyar 35.33 196.42 231.75
81
Kecamatan Total Emisi GRK sektor Pertanian Ton CO2/tahun
Total Emisi GRK sektor Peternakan
Ton CO2/tahun
Total Emisi GRK Ton CO2/tahun
Tambaksari 0.00 537.95 537.95 Wonokromo 0.00 3472.95 3472.95 Gubeng 0.00 2715.13 2715.13 Tegalsari 0.00 751.29 751.29 Gayungan 34.24 0.00 34.24 Krembangan 0.00 779.64 779.64 Lakarsantri 1271.83 116.30 1388.13 Kenjeran 14.90 1587.09 1601.99 Simokerto 0.00 425.26 425.26 Pabean Cantian 0.00 382.73 382.73 Mulyorejo 38.74 197.15 235.89 Sawahan 0.00 37.58 37.58 Total 6074.25 86922.28 12148.50 Total (gg CO2/tahun) 6.074 86.922 12.149
82
Pemetaan Penyebaran Beban Emisi 5.5.
Berdasarkan hasil perhitungan beban emisi GRK dari sektor peternakan dan pertanian, didapatkan beban yang disumbang dari masing-masing kecamatan. Dengan hasil tersebut dilakukan pemetaan untuk keseluruhan wilayah surabaya. Pemetaan dilakukan menggunakan software ArcGIS 10.2.1.
Dalam ArcGIS telah disediakan peta dasar Kota Surabaya yang telah dibagi sesuai batas administrasi kecamatan. data beban emisi dari Tabel 5.7 dan 5.8 diinput ke dalam program dalam bentuk Tabel sesuai dengan masing-masing kecamatan seperti pada gambar 5.3.
Gambar 5.3 tampilan input beban emisi GRK pada program ArcGIS 10.2.1
83
Ditentukan akan dibuat 6 range, pewarnaan untuk mempermudah pembacaan pemetaan dan perbedaan beban pada tiap kecamatan, maka dipilih 5 skala level pada program. Program ArcGIS akan secara otomatis membagi pewarnaan pada peta menjadi 6 range. Hasil pemetaan pada sektor peternakan dapat dilihat pada gambar 5.4, sedangkan hasil pemetaan pertanian dapat dilihat pada gambar 5.5
Berdasarkan hasil pemetaan, pada sektor peternakan terlihat kecamatan semampir menyumbang beban emisi paling besar. Hal ini dikarenakan kecamatan semampir adalah pusat rumah potong hewan di Surabaya, sehingga hewan ternak yang memiliki faktor emisi besar terkonsentrasi di kecamatan tersebut. Sedangkan di daerah Surabaya Pusat, beban emisi yang dihasilkan didominasi antara 0 hingga 202 ton CO2Eq. Hal ini disebabkan karena tidak terdapatnya lahan untuk memelihara hewan ternak karena merupakan pusat kota berpenduduk padat,
Berdasarkan hasil pemetaan, pada sektor pertanian terlihat kecamatan Pakal dan Lakarsantri merupakan penyumbang emisi GRK terbesar. hal ini dikarenakan dua kecamatan tersebut memiliki luas lahan untuk pertanian padi yang besar, dan memiliki luas panen yang paling besar, sehingga beban emisi yang dihasilkannya pun besar. Sedangkan didaerah Surabaya Pusat beban emisi yang dihasilkan didominasi antara 0 hingga 13 ton CO2Eq hal ini disebabkan karena pada daerah tersebut tidak terdapat lahan sawah.Keseluruhan beban emisi GRK ketika dijumlahkan antara beban emisi dari sektor Pertanian dan Peternakan menghasilkan bahwa penyumbang emisi GRK terbesar di Kota Surabaya berada pada Kecamatan Semampir dan Benowo.
84
Gambar 5.4 Peta Persebaran Beban Emisi GRK Sektor Peternakan Kota Surabaya 2015
85
Gambar 5.5 Peta Persebaran Beban Emisi GRK Sektor Pertanian Kota Surabaya 2015
86
Gambar 5.6 Peta Persebaran Beban Emisi GRK Total Sektor Peternakan dan Pertanian Kota Surabaya 2015
87
Upaya Pengendalian GRK Sektor Pertanian dan 5.6.Peternakan
Dalam menunjang Peraturan Presiden no 61 tahun tahun 2011, yaitu menurunkan emisi GRK sebanyak 26% pada tahun 2020 untuk sektor pertanian dan peternakan, maka perlu dilakukan adanya strategi untuk dapat mempertahankan beban emisi agar tidak meningkat, bahkan menurunkan beban emisi GRK.
Hal pertama yang harus dilakukan dalam menentukan strategi peurunan emisi GRK Kota Surabaya adalah dengan menetapkan target penurunan emisi GRK Kota Surabaya. Kota Surabaya dapat memulai menetapkan target untuk penurunan emisi dari sektor pertanian dengan mengacu pada Peraturan Presiden no 61, yaitu sebanyak 26% atau sebesar 1.579,31 ton CO2 eq untuk sektor pertanian dan sebesar 22.599,8 ton CO2 untuk sektor peternakan hingga tahun 2020.
Hal-hal yang dapat dilakukan sebagai strategi untuk dapat menurunkan beban emisi tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Pemanfaatan pupuk organik, dan penggunaan bio-pestisida Penggunaan pupuk organik seperti pupuk kandang dan kompos selain dapat mengurangi limbah peternakan dan pertanian, beban emisi GRK yang dihasilkan juga tidak besar, karena komposisi N pada pupuk organik kecil.
2. Penggunaan varietas padi yang lebih rendah menghasilkan CH4 GRK yang dikeluarkan oleh tanaman padi terutama CH4. Namun kemampuan dalam melepaskan CH4 berbeda-beda. Perbedaan tersebut bergantung pada karakteristik varietas padi, antara lain sifat, umur, dan aktivitas akar. CH4 dilepaskan oleh Jaringan akar yang mempunyai rongga-rongga udara (arenkim). Varietas padi dengan jumlah anakan lebih banyak meningkatkan jumlah arenkim, sehinggan emisi CH4 yang dihasilkan lebih banyak. Varietas padi yang berumur panjang
88
menghasilkan CH4 yang lebih besar. Varietas yang memiliki kapasitas pengoksidasi akar yang baik, memiliki potensi untuk menekan emisi CH4. Padi penghasil CH4 rendah dapat dilihat pada Tabel 3.10.
3. Manajemen sawah dengan penggenangan semi irigasi/ pengairan intermitten Kondisi air di lahan sawah berpengaruh terhadap volume emisi GRK yang dikeluarkannya. Pada kondisi tergenang gas CH 4 lebih tinggidaripada kondisi kering. Pengairan secara intermitten (terputus-putus) merupakan sistem pengairan yang paling effisien dalam menurunkan emisi CH4, hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.6. Pengairan intermitten dapat menekan emisi 41% hingga 45%, dibandingkan dengan pengairan terus menerus yang selama ini dilakukan pada wilayah Surabaya (kartikawati et al,2011).
4. Perbaikan kualitas pakan ternak Perbaikan kualitas pakan ternak dapat mengurangi produksi CH4 hingga 20%. Proses fermentasi pakan berserat di dalam pencernaan hewan ternak mengeluarkan gas metana (CH4), sehingga pemberian pakan yang tepat dapat memantu penurunan GRK yang dihasilkan. emisi CH4 lebih besar karena hijauan pakan yang diberikan berkualitas rendah. Semakin tinggi jumlah pemberian pakan berkualitas rendah maka semakin tinggi produksi CH4. Pengurangan emisi metana dari ternak ruminansia juga dapat dilakukan dengan memodifikasi komposisi tanaman pakan ternak, yaitu melalui peningkatan kecernaan dan kandungan gula dari rumputdan meningkatkan kandungan senyawa yang mempengaruhi pemecahan protein dalam rumen, tetapi tetap meningkatkan produksi daging dan susu berbarengan dengan berkurangnya pengeluaran nitrogen melalui tinja. Hasil penelitian Balitnak telah diinventarisasi jenis-jenis tanaman pakan yang dapat digunakan dalam mitigasi gas metana (Tabel 5.9), sedangkan suplemen atau pakan tambahan untuk mitigasi metana pada ternak dapat dilihat pada tabel 5.10 (Herawati, 2012)
89
Tabel 5.9 Jenis Tanaman Pakan Sebagai Mitigasi Emisi Metana
Ramban Leguminosa
Biji lerak (Sapindus rarak) Lamtoro (Leucaena leucocephala) Biji lerak mengandung saponin tinggi; Untuk menekan
Kandungan protein cukup tinggi (22%); Meningkatkan efisiensi
pertumbuhan protozoa rumen; Gunakan 0,2 hingga
pakan; Meningkatkan pertumbuhan ternak; Gunakan 30% dalam
0,5% dalam konsentrat campuran hijauan
Daun kedelai (Glycine max) Turi (Sesbania grandiflora) Kandungan protein cukup tinggi (16%); Gunakan10%
Kandungan protein cukup tinggi (24%); Meningkatkan
dalam campuran konsentrat pertumbuhan ternak; Meningkatkan kecernaan serat; Gunakan 20%
dalam campuran hijauan
Bunga sepatu (Hisbiscus rosasinensis) Kaliandra (Calliandra callothyrsus) Daun bunga sepatu mengandung saponin; Untuk
Kandungan protein tinggi (24%); Meningkatkan suppliprotein
menurunkan populasi protozoa rumen; Gunakan 5%
pasca rumen; Layukan sebelum diberikan kepada ternak
dalam campuran pakan hijauan
Daun Jarak pagar (Jatropha curcas) Gamal (Gliricidia sepium) Dapat menekan pertumbuhan bakteri; Gunakan kurang
Kandungan protein tinggi (23%); Layukan sebelum diberikan
0,1% dari hijauan untuk meningkatkan kesukaan ternak; Gunakan 30% dalam
campuran hijauan
Daun jambu biji (Psidium guajava) Centro (Centrosema pubescens) Dapat menekan pertumbuhan protozoa rumen Mengandung protein tinggi (24%)
Mempunyai kemampuan Meningkatkan pertumbuhan ternak
90
Ramban Leguminosa antibakteri
Gunakan hingga 5% dalam campuran hijauan Digunakan sebagai campuran hijauan
Papaya (Carica papaya) Stylo (Stylosanthes guyanensis) Daun papaya mengandung papain; Dapat digunakan
Kandungan protein cukup tinggi (15%); Dapat meningkatkan
sebagai anti bakteri; Gunakan1-5% dalam campuran
pertumbuhan ternak; Gunakan sebagai pakan hijauan hingga 50%
hijauan
Pisang (Musa paradisiaca) Kalopo (Calopogonium mucunoides) Daun pisang mengandung saponin dan wax; Untuk
Kandungan protein cukup tinggi (14%); Meningkatkan
menekan pertumbuhan protozoa rumen; Gunakan10%
pertumbuhan ternak; Gunakan 30% dalam campuran hijauan
dalam campuran hijauan
Daun singkong (Manihot esculenta) Kandungan protein cukup tinggi (20%); Layukan untuk mengurangi kandungan HCN; Meningkatkan pertumbuhan ternak; Gunakan hingga 30% dalam
campuran hijauan Sumber: Balitnak, 2011 dalam Herawati,2012
91
Tabel 5.10 Reduksi Emisi Metana dengan Pakan Tambahan, Bahan Kimia dan Mekanik
Teknologi
Reduksi Kadar
metana (%)
Efisiensi Pakan
Produksi ternak Biaya
Pakan Suplemen Feed Block Supplement 10 meningkat +15% murah
Unsaturated fatty acid 10 meningkat +15% murah
probiotik 8 meningkat +9% murah minyak ikan + Zn Menurun meningkat +61,2% murah
Ionophore-Salinomycin Menurun meningkat +26,6% mahal
Mineral +by pass nutrient Menurun meningkat +22% murah
Defaunating agent Menurun meningkat +20% murah
Leguminosa Menurun meningkat meningk
at murah Teknik mekanik dan kimiawi
pencacahan dan pembuatan pelet menurun meningkat mahal
NaOH 10 meningkat
10-20% mahal Amonia menurun meningkat mahal
Sumber: Suharyadi et al,2012 dalam Herawati, 2012
5. Penggunaan kotoran ternak untuk bio-energi (biogas), dan pupuk organik Pada sektor peternakan, pengurangan jumlah beban emisi GRK adalah dengan memperbaiki sistem pengelolaan ternak. Pengurangan emisi dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan kotoran ternak menjadi bio energi. Pembuatan digester biogas untuk pengelolaan kotoran mengurangi produksi CH4 dari kotoran, karena CH4 dapat dikonversi menjadi energi listrik. Penggunaan sistem pengelolaan kotoran ternak dengan cara ini dapat mengurangi produksi GRK dari Kotoran ternak hingga 80%.
92
“Halaman Ini Sengaja Dikosongkan”
99
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Kunjungan kepada tempat penampungan ayam
Kunjungan kepada peternakan sapi
Pengelolaan ternak dengan cara Dry Loot/ Penumpukan hingga kering
100
Pengairan sawah (irigasi) diambil dari drainase
Kondisi Rejim Air sebelum Penanaman
Kondisi Lahan Sawah di Surabaya ( sering terjadi banjir)
101
LAMPIRAN KUESIONER Kuesioner dan Wawancara Peternakan
Nama Peternakan/RPH :............................
Alamat/Lokasi :...........................
Kategori Ternak:
a. Sapi Potong b. Kambing c. Ayam Buras d. Ayam Petelur e. Lainya....
1. Jumlah Ternak:
a. Sapi Potong ( ) ekor b. Kambing ( ) ekor c. Ayam Buras ( ) ekor d. Ayam Petelur ( ) ekor e. Lainya..............( ) ekor
2. Berat rata-rata ternak:
a. Sapi Potong ( ) kg b. Kambing ( ) kg c. Ayam Buras ( ) kg d. Ayam Petelur ( ) kg e. Lainya............ ( ) kg
3. Sistem Pengelolaan Kotoran ternak
a. Tebar harian b. Ditumpuk hingga kering c. Unggas dengan penadahan (untuk unggas) d. Unggas tanpa penadahan (untuk unggas) e. Lainnya (..................)
102
Kuesioner dan Wawancara Pertanian
Lokasi Pertanian :.................................
Luas Lahan Pertanian :.................................
1. Jenis Lahan sawah a. Irigasi b. Tadah Hujan
2. Pertanyaan berikut hanya untuk sawah tadah hujan, Jika sawah tadah hujan, Apakah sering terjadi banjir? a. Ya b. Tidak
3. Pertanyaan berikut hanya untuk sawah tadah hujan, Jika sawah tadah hujan, Apakah sering terjadi kekeringan? c. Ya d. Tidak
4. Pertanyaan berikut hanya untuk sawah irigasi, Jika sawah Irigasi , Apakah air tergenang terus menerus? a. Ya b. Tidak
5. Lama air tergenang dari sebelum penanaman hingga waktu penanaman? a. Tidak tergenang sebelum penanaman kurang dari 6
bulan b. Tidak Tergenang sebelum penanaman lebih dari 6
bulan c. Tergenang sebelum penanaman lebih dari 1 bulan d. Tidak tergenang air
6. Bahan yang ditambahkan selama budidaya? a. Jerami b. Kompos c. Pupuk kandang d. Pupuk kimia/sintetis
7. Pertanyaan berikut hanya untuk yang menggunakan jerami, jika menggunakan jerami berapa jangka waktu pemberian sebelum penanaman?
103
a. Kurang dari sebulan sebelum penanaman b. Lebih dari sebulan sebelum penanaman
8. Pertanyaan berikut hanya untuk penggunaan pupuk kimia, jika menggunakan pupuk kimia, pupuk jenis apa yang anda gunakan? a. Pupuk Urea b. Pupuk ZA c. Pupuk NPK d. Lebih dari 1 jenis pupuk kimia (sebutkan
...............................)
Bagian 2
Mohon isi titik titik dibawah ini sesuai dengan keadaan lahan pertanian bapak/ibu
1. Berapa kali jumlah panen dalam setahun? ............................................................................................
2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga panen? ............................................................................................
3. Berapa frekuensi penanaman padi (contoh: 3 bulan sekali/ 2 bulan sekali)? ...........................................................................................
104
LAMPIRAN PERHITUNGAN (WORKSHEET) worksheet perhitungan GRK CH4 pada subsektor fermentasi enterik peternakan di Kota Surabaya
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = emisi Metana dari fermentasi enterik dan pengelolaan kotoran
Kode Kategori = 3A1 dan 3A2
Kecamatan Kategori Jumlah
Populasi Ternak (ekor)
Faktor emisi fermentasi
enterik (Kg
CH4/ekor.tahun)
Emisi CH4 dari fermentasi enterik (Gg CH4/tahun)
Emisi CH4 dari
fermentasi enterik
(Ton CO2-Eq/tahun)
T N(T) EF(Tfe) CH4 enterik = N(T)xEF(T) x 10-6
Tenggilis Mejoyo - - - -
Wiyung Sapi Perah 59 61 0.003599 89.975
Jambangan Kambing 65 5 0.000325 8.125
Sapi Potong 3 47 0.000141 3.525
Sukolilo Kambing 158 5 0.00079 19.75
Wonocolo Sapi Perah 272 61 0.016592 414.8
Semampir Sapi Perah 6 61 0.000366 9.15
105
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = emisi Metana dari fermentasi enterik dan pengelolaan kotoran
Kode Kategori = 3A1 dan 3A2
Kecamatan Kategori Jumlah
Populasi Ternak (ekor)
Faktor emisi fermentasi
enterik (Kg
CH4/ekor.tahun)
Emisi CH4 dari fermentasi enterik (Gg CH4/tahun)
Emisi CH4 dari
fermentasi enterik
(Ton CO2-Eq/tahun)
T N(T) EF(Tfe) CH4 enterik = N(T)xEF(T) x 10-6
Asemrowo Kambing 13 5 0.000065 1.625
Bulak Domba 140 5 0.0007 17.5
Kambing 240 5 0.0012 30
Genteng - - -
Karangpilang Sapi Perah 20 61 0.00122 30.5
Kambing 60 5 0.0003 7.5
Sukomanunggal Kambing 5 5 0.000025 0.625
Rungkut - - -
Dukuh Pakis - - -
Pakal Sapi Potong 57 47 0.002679 66.975
106
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = emisi Metana dari fermentasi enterik dan pengelolaan kotoran
Kode Kategori = 3A1 dan 3A2
Kecamatan Kategori Jumlah
Populasi Ternak (ekor)
Faktor emisi fermentasi
enterik (Kg
CH4/ekor.tahun)
Emisi CH4 dari fermentasi enterik (Gg CH4/tahun)
Emisi CH4 dari
fermentasi enterik
(Ton CO2-Eq/tahun)
T N(T) EF(Tfe) CH4 enterik = N(T)xEF(T) x 10-6
Kambing 127 5 0.000635 15.875
Tandes
Sapi Potong 64 47 0.003008 75.2
Kerbau 27 55 0.001485 37.125
Kambing 88 5 0.00044 11
Domba 23 5 0.000115 2.875
Ayam Buras 607 -
Entog 331 -
Itik 8 -
Sambikerep Kambing 5 5 0.000025 0.625
Bubutan - -
107
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = emisi Metana dari fermentasi enterik dan pengelolaan kotoran
Kode Kategori = 3A1 dan 3A2
Kecamatan Kategori Jumlah
Populasi Ternak (ekor)
Faktor emisi fermentasi
enterik (Kg
CH4/ekor.tahun)
Emisi CH4 dari fermentasi enterik (Gg CH4/tahun)
Emisi CH4 dari
fermentasi enterik
(Ton CO2-Eq/tahun)
T N(T) EF(Tfe) CH4 enterik = N(T)xEF(T) x 10-6
Benowo Kambing 5 5 0.000025 0.625
Gunung Anyar Sapi Potong 4 47 0.000188 4.7
Kambing 94 5 0.00047 11.75
Tambaksari - - -
Wonokromo - - -
Gubeng
Sapi Perah 109 61 0.006649 166.225
Ayam Buras 402 -
Entog 5 -
Itik 8 -
Bebek 340 -
108
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = emisi Metana dari fermentasi enterik dan pengelolaan kotoran
Kode Kategori = 3A1 dan 3A2
Kecamatan Kategori Jumlah
Populasi Ternak (ekor)
Faktor emisi fermentasi
enterik (Kg
CH4/ekor.tahun)
Emisi CH4 dari fermentasi enterik (Gg CH4/tahun)
Emisi CH4 dari
fermentasi enterik
(Ton CO2-Eq/tahun)
T N(T) EF(Tfe) CH4 enterik = N(T)xEF(T) x 10-6
Tegalsari - -
Gayungan - -
Krembangan - -
Lakarsantri Sapi Potong 5 47 0.000235 5.875
Kambing 27 5 0.000135 3.375
Kenjeran Sapi Perah 26 61 0.001586 39.65
Simokerto - - -
Pabean Cantian - - -
Mulyorejo Kambing 122 5 0.00061 15.25
Ayam Buras 1224 -
109
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = emisi Metana dari fermentasi enterik dan pengelolaan kotoran
Kode Kategori = 3A1 dan 3A2
Kecamatan Kategori Jumlah
Populasi Ternak (ekor)
Faktor emisi fermentasi
enterik (Kg
CH4/ekor.tahun)
Emisi CH4 dari fermentasi enterik (Gg CH4/tahun)
Emisi CH4 dari
fermentasi enterik
(Ton CO2-Eq/tahun)
T N(T) EF(Tfe) CH4 enterik = N(T)xEF(T) x 10-6
Entog 2 -
Itik 46 -
Angsa 64 -
Bebek 74 -
Sawahan Kambing 15 5 0.000075 1.875
Subtotal 0.043683 1092.075
110
worksheet perhitungan GRK CH4 pada subsektor fermentasi enterik dalam tempat penampungan hewan
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = emisi Metana dari fermentasi enterik dan pengelolaan kotoran
Kode Kategori = 3A1 dan 3A2
Kecamatan Kategori
Jumlah Populasi Ternak
(ekor/hari)
Jumlah Populasi Ternak
(ekor/tahun)
Faktor emisi fermentasi enterik
(Kg CH4/ekor.tahun)
Emisi CH4 dari fermentasi enterik
(Gg CH4/tahun) Emisi CH4 dari
fermentasi enterik (Ton CO2-Eq/tahun)
T N(T) N(T) EF(Tfe)
CH4 enterik = N(T)xEF(T) x 10-6
Tenggilis Mejoyo Ayam Potong 2320 846800 0 0 0
Wiyung - 0 0 0
Jambangan Ayam Potong 250 91250 0 0 0
Sukolilo Ayam Potong 250 91250 0 0 0
Wonocolo - 0 0 0 0
Semampir
Ayam Potong 950 346750 0 0 0
Sapi 42552 47 2.00 49999
111
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = emisi Metana dari fermentasi enterik dan pengelolaan kotoran
Kode Kategori = 3A1 dan 3A2
Kecamatan Kategori
Jumlah Populasi Ternak
(ekor/hari)
Jumlah Populasi Ternak
(ekor/tahun)
Faktor emisi fermentasi enterik
(Kg CH4/ekor.tahun)
Emisi CH4 dari fermentasi enterik
(Gg CH4/tahun) Emisi CH4 dari
fermentasi enterik (Ton CO2-Eq/tahun)
T N(T) N(T) EF(Tfe)
CH4 enterik = N(T)xEF(T) x 10-6
Kambing 8726 5 0.04 1091
Babi 40195 1 0.040 1005
Asemrowo - 0 0 0 0
Bulak Ayam Potong 1500 547500 0 0 0
Genteng - 0 0 0 0
Karangpilang - 0 0 0 0
Sukomanunggal - 0 0 0 0
Rungkut Ayam Potong 170 62050 0 0 0
112
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = emisi Metana dari fermentasi enterik dan pengelolaan kotoran
Kode Kategori = 3A1 dan 3A2
Kecamatan Kategori
Jumlah Populasi Ternak
(ekor/hari)
Jumlah Populasi Ternak
(ekor/tahun)
Faktor emisi fermentasi enterik
(Kg CH4/ekor.tahun)
Emisi CH4 dari fermentasi enterik
(Gg CH4/tahun) Emisi CH4 dari
fermentasi enterik (Ton CO2-Eq/tahun)
T N(T) N(T) EF(Tfe)
CH4 enterik = N(T)xEF(T) x 10-6
Dukuh Pakis Ayam Potong 285 104025 0 0 0
Pakal - 0 0 0 0
Tandes - 0 0 0 0
Sambikerep - 0 0 0 0
Bubutan Ayam Potong 1808 659950 0 0 0
Benowo Ayam Potong 9100 3321500 0 0 0
Gunung Anyar Ayam Potong 250 91250 0 0 0
Tambaksari Ayam Potong 759 277035 0 0 0
113
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = emisi Metana dari fermentasi enterik dan pengelolaan kotoran
Kode Kategori = 3A1 dan 3A2
Kecamatan Kategori
Jumlah Populasi Ternak
(ekor/hari)
Jumlah Populasi Ternak
(ekor/tahun)
Faktor emisi fermentasi enterik
(Kg CH4/ekor.tahun)
Emisi CH4 dari fermentasi enterik
(Gg CH4/tahun) Emisi CH4 dari
fermentasi enterik (Ton CO2-Eq/tahun)
T N(T) N(T) EF(Tfe)
CH4 enterik = N(T)xEF(T) x 10-6
Wonokromo Ayam Potong 4900 1788500 0 0 0
Gubeng Ayam Potong 3455 1261075 0 0 0
Tegalsari Ayam Potong 1060 386900 0 0 0
Gayungan - 0 0 0 0
Krembangan Ayam Potong 1100 401500 0 0 0
Lakarsantri Ayam Potong 150 54750 0 0 0
Kenjeran Ayam Potong 2150 784750 0 0 0
Simokerto Ayam Potong 600 219000 0 0 0
114
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = emisi Metana dari fermentasi enterik dan pengelolaan kotoran
Kode Kategori = 3A1 dan 3A2
Kecamatan Kategori
Jumlah Populasi Ternak
(ekor/hari)
Jumlah Populasi Ternak
(ekor/tahun)
Faktor emisi fermentasi enterik
(Kg CH4/ekor.tahun)
Emisi CH4 dari fermentasi enterik
(Gg CH4/tahun) Emisi CH4 dari
fermentasi enterik (Ton CO2-Eq/tahun)
T N(T) N(T) EF(Tfe)
CH4 enterik = N(T)xEF(T) x 10-6
Pabean Cantian Ayam Potong 540 197100 0 0 0
Mulyorejo Ayam Potong 250 91250 0 0 0
Sawahan Ayam Potong 50 18250 0 0 0
SUBTOTAL 2.0838 52094
115
worksheet perhitungan GRK CH4 pada subsektor pengelolaan kotoran peternakan Kota Surabaya
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya Kategori = emisi Metana dari fermentasi enterik dan pengelolaan kotoran
Kode Kategori = 3A1 dan 3A2
Kecamatan Kategori
Jumlah Populasi Ternak (ekor)
Faktor Emisi Pengelolaan ternak
(Kg CH4/tahun)
Emisi CH4 dari Pengelolaan Ternak
(Gg CH4/tahun)
Emisi CH4 dari Pengelolaan Ternak (Ton CO2-Eq/tahun)
T N(T) EF(Tmm) CH4 manure = N(T)xEF(T) x 10-6
CH4 manure = N(T)xEF(T) x 10-6
Tenggilis Mejoyo - - - -
Wiyung Sapi Perah 59 31 0.00182900 45.7250
Jambangan Kambing 65 0.22 0.00001430 0.3575
Sapi Potong 3 1 0.00000300 0.0750
Sukolilo Kambing 158 0.22 0.00003476 0.8690
Wonocolo Sapi Perah 272 31 0.00843200 210.8000
Semampir Sapi Perah 6 31 0.00018600 4.6500
Asemrowo Kambing 13 0.22 0.00000286 0.0715
Bulak Domba 140 0.2 0.00002800 0.7000
Kambing 240 0.22 0.00005280 1.3200
Genteng - - -
Karangpilang Sapi Perah 20 31 0.00062000 15.5000
Kambing 60 0.22 0.00001320 0.3300
Sukomanunggal Kambing 5 0.22 0.00000110 0.0275
Rungkut - - -
116
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya Kategori = emisi Metana dari fermentasi enterik dan pengelolaan kotoran
Kode Kategori = 3A1 dan 3A2
Kecamatan Kategori
Jumlah Populasi Ternak (ekor)
Faktor Emisi Pengelolaan ternak
(Kg CH4/tahun)
Emisi CH4 dari Pengelolaan Ternak
(Gg CH4/tahun)
Emisi CH4 dari Pengelolaan Ternak (Ton CO2-Eq/tahun)
T N(T) EF(Tmm) CH4 manure = N(T)xEF(T) x 10-6
CH4 manure = N(T)xEF(T) x 10-6
Dukuh Pakis - - -
Pakal
Sapi Potong 57 1 0.00005700 1.4250
Kambing 127 0.22 0.00002794 0.6985
Tandes
Sapi Potong 64 1 0.00006400 1.6000
Kerbau 27 2 0.00005400 1.3500
Kambing 88 0.22 0.00001936 0.4840
Domba 23 0.2 0.00000460 0.1150
Ayam Buras 607 0.02 0.00001214 0.3035
Entog 331 0.02 0.00000662 0.1655
Itik 8 0.02 0.00000016 0.0040
Sambikerep Kambing 5 0.22 0.00000110 0.0275
Bubutan - -
Benowo Kambing 5 0.22 0.00000110 0.0275
Gunung Anyar
Sapi Potong 4 1 0.00000400 0.1000
Kambing 94 0.22 0.00002068 0.5170
117
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya Kategori = emisi Metana dari fermentasi enterik dan pengelolaan kotoran
Kode Kategori = 3A1 dan 3A2
Kecamatan Kategori
Jumlah Populasi Ternak (ekor)
Faktor Emisi Pengelolaan ternak
(Kg CH4/tahun)
Emisi CH4 dari Pengelolaan Ternak
(Gg CH4/tahun)
Emisi CH4 dari Pengelolaan Ternak (Ton CO2-Eq/tahun)
T N(T) EF(Tmm) CH4 manure = N(T)xEF(T) x 10-6
CH4 manure = N(T)xEF(T) x 10-6
Tambaksari - - -
Wonokromo - - -
Gubeng
Sapi Perah 109 31 0.00337900 84.4750
Ayam Buras 402 0.02 0.00000804 0.2010
Entog 5 0.02 0.00000010 0.0025
Itik 8 0.02 0.00000016 0.0040
Bebek 340 0.02 0.00000680 0.1700
Tegalsari - -
Gayungan - -
Krembangan - -
Lakarsantri Sapi
Potong 5 1 0.00000500 0.1250
Kambing 27 0.22 0.00000594 0.1485
Kenjeran Sapi Perah 26 31 0.00080600 20.1500
Simokerto - - -
Pabean Cantian - - -
Mulyorejo Kambing 122 0.22 0.00002684 0.6710
Ayam 1224 0.02 0.00002448 0.6120
118
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya Kategori = emisi Metana dari fermentasi enterik dan pengelolaan kotoran
Kode Kategori = 3A1 dan 3A2
Kecamatan Kategori
Jumlah Populasi Ternak (ekor)
Faktor Emisi Pengelolaan ternak
(Kg CH4/tahun)
Emisi CH4 dari Pengelolaan Ternak
(Gg CH4/tahun)
Emisi CH4 dari Pengelolaan Ternak (Ton CO2-Eq/tahun)
T N(T) EF(Tmm) CH4 manure = N(T)xEF(T) x 10-6
CH4 manure = N(T)xEF(T) x 10-6
Buras
Entog 2 0.02 0.00000004 0.0010
Itik 46 0.02 0.00000092 0.0230
Angsa 64 0.02 0.00000128 0.0320
Bebek 74 0.02 0.00000148 0.0370
Sawahan Kambing 15 0.22 0.00000330 0.0825
SUBTOTAL 0.0157591
393.98 SUBTOTAL TON CH4/tahun 15.7591
SUBTOTAL TON CO2-eq/tahun 330.9411
119
worksheet perhitungan GRK CH4 pada subsektor pengelolaan kotoran dalam tempat penampungan ternak
Kecamatan Kategori
Jumlah Populasi Ternak
(ekor/hari)
Jumlah Populasi Ternak
(ekor/tahun)
Faktor Emisi Pengelolaan
ternak (Kg
CH4/tahun)
Emisi CH4 dari Pengelolaan Ternak
(Gg CH4/tahun)
Emisi CH4 dari Pengelolaan Ternak (Ton CO2-Eq/tahun)
T N(T) N(T) EF(Tmm) CH4 manure = N(T)xEF(T) x 10-6 CH4 manure = N(T)xEF(T) x 10-6
Tenggilis Mejoyo Ayam Potong 2320 846800 0.02 0.016936 423.4
Wiyung - 0 0 0.02 0 0
Jambangan Ayam Potong 250 91250 0.02 0.001825 45.625
Sukolilo Ayam Potong 250 91250 0.02 0.001825 45.625
Wonocolo - 0 0.02 0 0
Semampir
Ayam Potong 950 346750 0.02 0.006935 173.375
Sapi 42552 1 0.04255205 1063.80125
Kambing 8726 0.22 0.001919683 47.99208539
Babi 40195.16 7 0.28136612 7034.153
Asemrowo Ayam Potong 0 0.02 0 0
Bulak Ayam Potong 1500 547500 0.02 0.01095 273.75
Genteng Ayam Potong 0 0.02 0 0
120
Kecamatan Kategori
Jumlah Populasi Ternak
(ekor/hari)
Jumlah Populasi Ternak
(ekor/tahun)
Faktor Emisi Pengelolaan
ternak (Kg
CH4/tahun)
Emisi CH4 dari Pengelolaan Ternak
(Gg CH4/tahun)
Emisi CH4 dari Pengelolaan Ternak (Ton CO2-Eq/tahun)
T N(T) N(T) EF(Tmm) CH4 manure = N(T)xEF(T) x 10-6 CH4 manure = N(T)xEF(T) x 10-6
Karangpilang Ayam Potong 0 0.02 0 0
Sukomanunggal Ayam Potong 0 0.02 0 0
Rungkut Ayam Potong 170 62050 0.02 0.001241 31.025
Dukuh Pakis Ayam Potong 285 104025 0.02 0.0020805 52.0125
Pakal Ayam Potong 0 0.02 0 0
Tandes Ayam Potong 0 0.02 0 0
Sambikerep Ayam Potong 0 0.02 0 0
Bubutan Ayam Potong 1808 659950 0.02 0.013199004 329.9751006
Benowo Ayam Potong 9100 3321500 0.02 0.06643 1660.75
Gunung Anyar Ayam Potong 250 91250 0.02 0.001825 45.625
Tambaksari Ayam Potong 759 277035 0.02 0.0055407 138.5175
Wonokromo Ayam Potong 4900 1788500 0.02 0.03577 894.25
Gubeng Ayam Potong 3455 1261075 0.02 0.0252215 630.5375
Tegalsari Ayam Potong 1060 386900 0.02 0.007738 193.45
121
Kecamatan Kategori
Jumlah Populasi Ternak
(ekor/hari)
Jumlah Populasi Ternak
(ekor/tahun)
Faktor Emisi Pengelolaan
ternak (Kg
CH4/tahun)
Emisi CH4 dari Pengelolaan Ternak
(Gg CH4/tahun)
Emisi CH4 dari Pengelolaan Ternak (Ton CO2-Eq/tahun)
T N(T) N(T) EF(Tmm) CH4 manure = N(T)xEF(T) x 10-6 CH4 manure = N(T)xEF(T) x 10-6
Gayungan Ayam Potong 0 0.02 0 0
Krembangan Ayam Potong 1100 401500 0.02 0.00803 200.75
Lakarsantri Ayam Potong 150 54750 0.02 0.001095 27.375
Kenjeran Ayam Potong 2150 784750 0.02 0.015695 392.375
Simokerto Ayam Potong 600 219000 0.02 0.00438 109.5
Pabean Cantian Ayam Potong 540 197100 0.02 0.003942 98.55
Mulyorejo Ayam Potong 250 91250 0.02 0.001825 45.625
Sawahan Ayam Potong 50 18250 0.02 0.000365 9.125
SUBTOTAL 13967.2
122
“Halaman Ini Sengaja Dikosongkan”
123
Worksheet Perhitungan GRK N2O Langsung pada Subsektor Pengelolaan Kotoran Peternakan Kota Surabaya
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = emisi N2O langsung dari pengelolaan kotoran ternak
Kode Kategori = 3A2
Kecamatan Kategori Sistem
Pengelolaan Ternak
Jumlah Populasi Ternak (ekor)
Laju Eksresi N Hewan Ternak (Kg N/1000 kg
ternak.hari)
Rata-rata berat ternak
(kg)
ekskresi Ntahunan per
ekor ternak (Kg
N/ekor.tahun)
Fraksi dari Ekskresi N tahunan
Total ekskresi Nitrogen
Faktor Emisi N2O-N langsungSistem
pengelolaan kotoran
(Kg N2O-N/Kg N pengelolaan
Kotoran)
Emisi N2O dari Pengelolaan
Kotoran Kg N2O/tahun
Emisi N2O dari Pengelolaan
Kotoran Ton CO2-Eq/tahun
T s N(T) Nrate(T) TAM
Nex(T)=Nrate(T)xTAMx10-3x365
MS(T,S) NE(mms)=N(T)xN
ex(T)xMS(T,S) EF3(S)
N2OD(mm)=NE(mms)xEF3(S)x44/28
Tenggilis Mejoyo - 0 0 0.00 0 0
Wiyung Sapi
Perah Ditumpuk Hingga Kering 59 0.47 375 64.36 0.2 759.48 0.02 23.87 7.113055322
Jambangan Kambing Ditumpuk Hingga Kering 65 1.37 25.0 12.50 0.1 81.26 0.02 2.55 0.761040382
Sapi
Potong Ditumpuk Hingga Kering 3 0.34 300 37.23 0.07 7.82 0.02 0.25 0.073223964
Sukolilo Kambing Ditumpuk Hingga Kering 158 1.37 24.0 12.02 0.1 189.92 0.02 5.97 1.778763023
Wonocolo Sapi
Perah Ditumpuk Hingga Kering 272 0.47 400 68.62 0.2 3732.93 0.02 117.32 34.9615371
Semampir Sapi
Perah Ditumpuk Hingga Kering 6 0.47 150 25.73 0.2 30.88 0.02 0.97 0.289203891
Asemrowo Kambing Ditumpuk Hingga Kering 13 1.37 22.8 11.41 0.1 14.83 0.02 0.47 0.138938654
Bulak Domba
Ditumpuk Hingga Kering 140 1.17 25.0 10.68 0.1 149.47 0.02 4.70 1.3998699
Kambing Ditumpuk Hingga Kering 240 1.37 25.0 12.50 0.1 300.03 0.02 9.43 2.809995257
Genteng - 0 0 0.00 0.00 0.02 0.00 0
Karangpilang
Sapi Perah
Ditumpuk Hingga Kering 20 0.47 500 85.78 0.2 343.10 0.02 10.78 3.213376571
Kambing Ditumpuk Hingga Kering 60 1.37 22.8 11.41 0.1 68.47 0.02 2.15 0.641255328
124
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = emisi N2O langsung dari pengelolaan kotoran ternak
Kode Kategori = 3A2
Kecamatan Kategori Sistem
Pengelolaan Ternak
Jumlah Populasi Ternak (ekor)
Laju Eksresi N Hewan Ternak (Kg N/1000 kg
ternak.hari)
Rata-rata berat ternak
(kg)
ekskresi Ntahunan per
ekor ternak (Kg
N/ekor.tahun)
Fraksi dari Ekskresi N tahunan
Total ekskresi Nitrogen
Faktor Emisi N2O-N langsungSistem
pengelolaan kotoran
(Kg N2O-N/Kg N pengelolaan
Kotoran)
Emisi N2O dari Pengelolaan
Kotoran Kg N2O/tahun
Emisi N2O dari Pengelolaan
Kotoran Ton CO2-Eq/tahun
T s N(T) Nrate(T) TAM
Nex(T)=Nrate(T)xTAMx10-3x365
MS(T,S) NE(mms)=N(T)xN
ex(T)xMS(T,S) EF3(S)
N2OD(mm)=NE(mms)xEF3(S)x44/28
Sukomanunggal Kambing
Ditumpuk Hingga Kering 5 1.37 22.8 11.41 0.1 5.71 0.02 0.18 0.053437944
Rungkut - 0 0 0.00 0.00 0.02 0.00 0
Dukuh Pakis - 0 0 0.00 0.00 0.02 0.00 0
Pakal
Sapi Potong
Ditumpuk Hingga Kering 57 0.34 300 37.23 0.07 148.55 0.02 4.67 1.391255316
Kambing Ditumpuk Hingga Kering 127 1.37 16.0 7.98 0.1 101.37 0.02 3.19 0.949364103
Tandes
Sapi Potong
Ditumpuk Hingga Kering 64 0.34 375 46.56 0.07 208.59 0.02 6.56 1.953589229
Kerbau Ditumpuk Hingga Kering 27 0.32 375 43.82 0.07 82.82 0.02 2.60 0.775689841
Kambing Ditumpuk Hingga Kering 88 1.37 25.0 12.50 0.1 110.01 0.02 3.46 1.030331594
Domba Ditumpuk Hingga Kering 23 1.17 25.0 10.68 0.1 24.56 0.02 0.77 0.229978626
Ayam Buras
63% dengan penadahan, 37% tanpa penadahan
607 0.82 2.27 0.68 0.3 123.87 0.01 1.95 0.580062641
Entog 331 0.83 2.00 0.61 0.3 60.17 0.01 0.95 0.281748174
Itik 8 0.83 1.50 0.45 0.3 1.09 0.01 0.02 0.005107218
Sambikerep Kambing Ditumpuk Hingga Kering 5 1.37 22.8 11.41 0.1 5.71 0.02 0.18 0.053437944
Bubutan - Ditumpuk Hingga Kering 0 0 0.00 0.00 0.02 0.00 0
Benowo Kambing Ditumpuk Hingga Kering 5 1.37 15.0 7.50 0.1 3.75 0.02 0.12 0.035124941
Gunung Anyar
Sapi Potong
Ditumpuk Hingga Kering 4 0.34 375 46.56 0.07 13.04 0.02 0.41 0.122099327
125
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = emisi N2O langsung dari pengelolaan kotoran ternak
Kode Kategori = 3A2
Kecamatan Kategori Sistem
Pengelolaan Ternak
Jumlah Populasi Ternak (ekor)
Laju Eksresi N Hewan Ternak (Kg N/1000 kg
ternak.hari)
Rata-rata berat ternak
(kg)
ekskresi Ntahunan per
ekor ternak (Kg
N/ekor.tahun)
Fraksi dari Ekskresi N tahunan
Total ekskresi Nitrogen
Faktor Emisi N2O-N langsungSistem
pengelolaan kotoran
(Kg N2O-N/Kg N pengelolaan
Kotoran)
Emisi N2O dari Pengelolaan
Kotoran Kg N2O/tahun
Emisi N2O dari Pengelolaan
Kotoran Ton CO2-Eq/tahun
T s N(T) Nrate(T) TAM
Nex(T)=Nrate(T)xTAMx10-3x365
MS(T,S) NE(mms)=N(T)xN
ex(T)xMS(T,S) EF3(S)
N2OD(mm)=NE(mms)xEF3(S)x44/28
Kambing Ditumpuk Hingga Kering 94 1.37 40.0 20.00 0.1 188.02 0.02 5.91 1.760930361
Tambaksari - 0 0 0.00 0.00 0.02 0.00 0
Wonokromo - 0 0 0.00 0.00 0.02 0.00 0
Gubeng
Sapi Perah
Ditumpuk Hingga Kering 109 0.47 375 64.36 0.2 1403.10 0.02 44.10 13.14106831
Ayam Buras 63% dengan
penadahan, 37% tanpa penadahan
402 0.82 1.95 0.58 0.3 70.43 0.01 1.11 0.329803655
Entog 5 0.83 3.00 0.91 0.3 1.36 0.01 0.02 0.006384022
Itik 8 0.83 1.50 0.45 0.3 1.09 0.01 0.02 0.005107218
Bebek 340 0.83 1.50 0.45 0.3 46.35 0.01 0.73 0.21705675
Tegalsari - 0 0 0.00 0.00 0.02 0.00 0
Gayungan - 0 0 0.00 0.00 0.02 0.00 0
Krembangan - 0 0 0.00 0.00 0.02 0.00 0
Lakarsantri
Sapi Potong
Ditumpuk Hingga Kering 5 0.34 300 37.23 0.07 13.03 0.02 0.41 0.12203994
Kambing Ditumpuk Hingga Kering 27 1.37 22.8 11.41 0.1 30.81 0.02 0.97 0.288564898
Kenjeran Sapi
Perah Ditumpuk Hingga Kering 26 0.47 375 64.36 0.2 334.69 0.02 10.52 3.134566752
Simokerto - 0 0 0.00 0.00 0.02 0.00 0
Pabean Cantian - 0 0 0.00 0.00 0.02 0.00 0
Mulyorejo Kambing
Ditumpuk Hingga Kering 122 1.37 22.6 11.28 0.1 137.57 0.02 4.32 1.288487961
126
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = emisi N2O langsung dari pengelolaan kotoran ternak
Kode Kategori = 3A2
Kecamatan Kategori Sistem
Pengelolaan Ternak
Jumlah Populasi Ternak (ekor)
Laju Eksresi N Hewan Ternak (Kg N/1000 kg
ternak.hari)
Rata-rata berat ternak
(kg)
ekskresi Ntahunan per
ekor ternak (Kg
N/ekor.tahun)
Fraksi dari Ekskresi N tahunan
Total ekskresi Nitrogen
Faktor Emisi N2O-N langsungSistem
pengelolaan kotoran
(Kg N2O-N/Kg N pengelolaan
Kotoran)
Emisi N2O dari Pengelolaan
Kotoran Kg N2O/tahun
Emisi N2O dari Pengelolaan
Kotoran Ton CO2-Eq/tahun
T s N(T) Nrate(T) TAM
Nex(T)=Nrate(T)xTAMx10-3x365
MS(T,S) NE(mms)=N(T)xN
ex(T)xMS(T,S) EF3(S)
N2OD(mm)=NE(mms)xEF3(S)x44/28
Ayam Buras
63% dengan penadahan, 37% tanpa penadahan
1224 0.82 2.22 0.66 0.3 243.98 0.01 3.83 1.14250952
Entog 2 0.83 1.50 0.45 0.3 0.27 0.01 0.00 0.001276804
Itik 46 0.83 1.50 0.45 0.3 6.27 0.01 0.10 0.029366502
Angsa 64 0.83 2.00 0.61 0.3 11.63 0.01 0.18 0.054476988
Bebek 74 0.83 1.50 0.45 0.3 10.09 0.01 0.16 0.047241763
Sawahan Kambing Ditumpuk Hingga Kering 15 1.37 22.8 11.41 0.1 17.12 0.02 0.54 0.160313832
SUBTOTAL 276.412 82.37
SUBTOTAL CO2-Eq 81.818
127
Worksheet Perhitungan GRK N2O Tidak Langsung pada Subsektor Pengelolaan Kotoran Peternakan Kota Surabaya
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = emisi N2O langsung dari pengelolaan kotoran ternak
Kode Kategori = 3A2
Kecamatan Kategori Sistem Pengelolaan
Ternak Total Ekskresi Nitrogen
dari MMS (Kg N/tahun)
Fraksi Nitrogen dari MMS yang tervolatilisasi
Total Nitrogen yang terlepas menjadi NH3 dan NOX
(Kg N/tahun)
Faktor Emisi N2O dari Deposisi Nitrogen
Emisi N2O tidak langsung dari MMS
Kg N2O/tahun
Emisi N2O tidak langsung dari
MMS Ton CO2-Eq/tahun
T s NE(MMS) FracGas(MS) Nvolatilization-MMS=NE(MMS)xFracGas(MS) EF4
N2OG(mm)=Nvolatilization-
MMSxEF4x44/28
Tenggilis Mejoyo - 0.00 0 0.01 0.000 0.000
Wiyung Sapi Perah Ditumpuk Hingga Kering 759.48 20% 151.896 0.01 2.387 0.711
Jambangan Kambing Ditumpuk Hingga Kering 81.26 30% 24.377 0.01 0.383 0.114
Sapi Potong Ditumpuk Hingga Kering 7.82 20% 1.564 0.01 0.025 0.007
Sukolilo Kambing Ditumpuk Hingga Kering 189.92 30% 56.977 0.01 0.895 0.267
Wonocolo Sapi Perah Ditumpuk Hingga Kering 3732.93 20% 746.586 0.01 11.732 3.496
Semampir Sapi Perah Ditumpuk Hingga Kering 30.88 20% 6.176 0.01 0.097 0.029
Asemrowo Kambing Ditumpuk Hingga Kering 14.83 30% 4.450 0.01 0.070 0.021
Bulak Domba Ditumpuk Hingga Kering 149.47 30% 44.840 0.01 0.705 0.210
Kambing Ditumpuk Hingga Kering 300.03 30% 90.009 0.01 1.414 0.421
Genteng - 0.00 0.000 0.01 0.000 0.000
Karangpilang Sapi Perah Ditumpuk Hingga Kering 343.10 20% 68.620 0.01 1.078 0.321
Kambing Ditumpuk Hingga Kering 68.47 30% 20.541 0.01 0.323 0.096
Sukomanunggal Kambing Ditumpuk Hingga Kering 5.71 30% 1.712 0.01 0.027 0.008
Rungkut - 0.00 0.000 0.01 0.000 0.000
Dukuh Pakis - 0.00 0.000 0.01 0.000 0.000
Pakal
Sapi Potong Ditumpuk Hingga Kering 148.55 20% 29.710 0.01 0.467 0.139
Kambing Ditumpuk Hingga Kering 101.37 30% 30.410 0.01 0.478 0.142
Tandes
Sapi Potong Ditumpuk Hingga Kering 208.59 20% 41.718 0.01 0.656 0.195
Kerbau Ditumpuk Hingga Kering 82.82 30% 24.847 0.01 0.390 0.116
128
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = emisi N2O langsung dari pengelolaan kotoran ternak
Kode Kategori = 3A2
Kecamatan Kategori Sistem Pengelolaan
Ternak Total Ekskresi Nitrogen
dari MMS (Kg N/tahun)
Fraksi Nitrogen dari MMS yang tervolatilisasi
Total Nitrogen yang terlepas menjadi NH3 dan NOX
(Kg N/tahun)
Faktor Emisi N2O dari Deposisi Nitrogen
Emisi N2O tidak langsung dari MMS
Kg N2O/tahun
Emisi N2O tidak langsung dari
MMS Ton CO2-Eq/tahun
T s NE(MMS) FracGas(MS) Nvolatilization-MMS=NE(MMS)xFracGas(MS) EF4
N2OG(mm)=Nvolatilization-
MMSxEF4x44/28
Kambing Ditumpuk Hingga Kering 110.01 30% 33.003 0.01 0.519 0.155
Domba Ditumpuk Hingga Kering 24.56 30% 7.367 0.01 0.116 0.034
Ayam Buras 63% dengan
penadahan, 37% tanpa penadahan
123.87 46% 56.423 0.01 0.887 0.264
Entog 60.17 46% 27.406 0.01 0.431 0.128
Itik 1.09 46% 0.497 0.01 0.008 0.002
Sambikerep Kambing Ditumpuk Hingga Kering 5.71 30% 1.712 0.01 0.027 0.008
Bubutan - Ditumpuk Hingga Kering 0.00 0.000 0.01 0.000 0.000
Benowo Kambing Ditumpuk Hingga Kering 3.75 30% 1.125 0.01 0.018 0.005
Gunung Anyar
Sapi Potong Ditumpuk Hingga Kering 13.04 20% 2.607 0.01 0.041 0.012
Kambing Ditumpuk Hingga Kering 188.02 30% 56.406 0.01 0.886 0.264
Tambaksari - 0.000 0.01 0.000 0.000
Wonokromo - 0.000 0.01 0.000 0.000
Gubeng
Sapi Perah Ditumpuk Hingga Kering 1403.10 20% 280.621 0.01 4.410 1.314
Ayam Buras
63% dengan penadahan,
37% tanpa penadahan
70.43 46% 32.080 0.01 0.504 0.150
Entog 1.36 46% 0.621 0.01 0.010 0.003
Itik 1.09 46% 0.497 0.01 0.008 0.002
Bebek 46.35 46% 21.113 0.01 0.332 0.099
Tegalsari - 0.00 0.000 0.01 0.000 0.000
Gayungan - 0.00 0.000 0.01 0.000 0.000
Krembangan - 0.00 0.000 0.01 0.000 0.000
Lakarsantri Sapi
Potong Ditumpuk Hingga Kering 13.03 20% 2.606 0.01 0.041 0.012
129
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = emisi N2O langsung dari pengelolaan kotoran ternak
Kode Kategori = 3A2
Kecamatan Kategori Sistem Pengelolaan
Ternak Total Ekskresi Nitrogen
dari MMS (Kg N/tahun)
Fraksi Nitrogen dari MMS yang tervolatilisasi
Total Nitrogen yang terlepas menjadi NH3 dan NOX
(Kg N/tahun)
Faktor Emisi N2O dari Deposisi Nitrogen
Emisi N2O tidak langsung dari MMS
Kg N2O/tahun
Emisi N2O tidak langsung dari
MMS Ton CO2-Eq/tahun
T s NE(MMS) FracGas(MS) Nvolatilization-MMS=NE(MMS)xFracGas(MS) EF4
N2OG(mm)=Nvolatilization-
MMSxEF4x44/28
Kambing Ditumpuk Hingga Kering 30.81 30% 9.243 0.01 0.145 0.043
Kenjeran Sapi Perah Ditumpuk Hingga Kering 334.69 20% 66.937 0.01 1.052 0.313
Simokerto - 0.00 0.000 0.01 0.000 0.000
Pabean Cantian - 0.00 0.000 0.01 0.000 0.000
Mulyorejo
Kambing Ditumpuk Hingga Kering 137.57 30% 41.272 0.01 0.649 0.193
Ayam Buras
63% dengan penadahan,
37% tanpa penadahan
243.98 46% 111.132 0.01 1.746 0.520
Entog 0.27 46% 0.124 0.01 0.002 0.001
Itik 6.27 46% 2.856 0.01 0.045 0.013
Angsa 11.63 46% 5.299 0.01 0.083 0.025
Bebek 10.09 46% 4.595 0.01 0.072 0.022
Sawahan Kambing Ditumpuk Hingga Kering 17.12 30% 5.135 0.01 0.081 0.024
SUBTOTAL 33.237 9.905
130
Worksheet Perhitungan GRK N2O Langsung pada Subsektor Pengelolaan Kotoran Dalam Tempat Penampungan Ternak
Kecamatan
Kategori Sistem
Pengelolaan Ternak
Jumlah Populasi Ternak (ekor)
Laju Eksresi N Hewan Ternak (Kg N/1000 kg
ternak.hari)
Rata-rata
berat ternak
(kg)
ekskresi Ntahunan per ekor ternak
(Kg N/ekor.tahun)
Fraksi dari Ekskresi N tahunan
Total ekskresi Nitrogen
Faktor Emisi N2O-N langsungSistem
pengelolaan kotoran
(Kg N2O-N/Kg N pengelolaan
Kotoran)
Emisi N2O dari Pengelolaan Kotoran
Kg N2O/tahun
Emisi N2O dari Pengelolaan
Kotoran Ton CO2-Eq/tahun
T s N(T) Nrate(T) TAM
Nex(T)=Nrate(T)xTAMx10-3x365
MS(T,S) NE(mms)=N(T)xN
ex(T)xMS(T,S) EF3(S)
N2OD(mm)=NE(mms)xEF3(
S)x44/28
Tenggilis Mejoyo
Ayam Potong
penadahan 846800 0.82 2.21 0.66 0.30 168209.50 0.01 2643 788
Wiyung Ayam Potong
penadahan 0 0.82 2.21 0.66 0.30 0.00 0.01 0 0
Jambangan Ayam Potong
penadahan 91250 0.82 2.21 0.66 0.30 18126.02 0.01 285 85
Sukolilo Ayam Potong
penadahan 91250 0.82 2.21 0.66 0.30 18126.02 0.01 285 85
Wonocolo Ayam Potong
penadahan 0 0.82 2.21 0.66 0.30 0.00 0.01 0 0
Semampir
Ayam Potong
penadahan 346750 0.82 2.21 0.66 0.30 68878.89 0.01 1082 323
Sapi ditumpuk hingga kering 42552 0.47 500 85.78 0.07 255493.15 0.01 4015 1196
Kambing ditumpuk hingga kering 8726 1.37 22.82 11.41 0.01 995.74 0.01 16 5
Babi ditumpuk hingga kering 40195.16 0.42 100 15.33 0.30 184857.54 0.01 2905 866
Asemrowo Ayam Potong
penadahan 0 0.00 0.00 0.01 0 0
Bulak Ayam Potong
penadahan 547500 0.82 2.21 0.66 0.30 108756.14 0.01 1709 509
Genteng Ayam Potong
penadahan 0 0.82 2.21 0.66 0.30 0.00 0.01 0 0
Karangpilang Ayam Potong
penadahan 0 0.82 2.21 0.66 0.30 0.00 0.01 0 0
Sukomanunggal
Ayam Potong
penadahan 0 0.82 2.21 0.66 0.30 0.00 0.01 0 0
Rungkut Ayam Potong
penadahan 62050 0.82 2.21 0.66 0.30 12325.70 0.01 194 58
Dukuh Pakis Ayam Potong
penadahan 104025 0.82 2.21 0.66 0.30 20663.67 0.01 325 97
Pakal Ayam Potong
penadahan 0 0.82 2.21 0.66 0.30 0.00 0.01 0 0
131
Kecamatan
Kategori Sistem
Pengelolaan Ternak
Jumlah Populasi Ternak (ekor)
Laju Eksresi N Hewan Ternak (Kg N/1000 kg
ternak.hari)
Rata-rata
berat ternak
(kg)
ekskresi Ntahunan per ekor ternak
(Kg N/ekor.tahun)
Fraksi dari Ekskresi N tahunan
Total ekskresi Nitrogen
Faktor Emisi N2O-N langsungSistem
pengelolaan kotoran
(Kg N2O-N/Kg N pengelolaan
Kotoran)
Emisi N2O dari Pengelolaan Kotoran
Kg N2O/tahun
Emisi N2O dari Pengelolaan
Kotoran Ton CO2-Eq/tahun
T s N(T) Nrate(T) TAM
Nex(T)=Nrate(T)xTAMx10-3x365
MS(T,S) NE(mms)=N(T)xN
ex(T)xMS(T,S) EF3(S)
N2OD(mm)=NE(mms)xEF3(
S)x44/28
Tandes Ayam Potong
penadahan 0 0.82 2.21 0.66 0.30 0.00 0.01 0 0
Sambikerep Ayam Potong
penadahan 0 0.82 2.21 0.66 0.30 0.00 0.01 0 0
Bubutan Ayam Potong
penadahan 659950.201
1 0.82 2.21 0.66 0.30 131093.40 0.01 2060 614
Benowo Ayam Potong
penadahan 3321500 0.82 2.21 0.66 0.30 659787.25 0.01 10368 3090
Gunung Anyar Ayam Potong
penadahan 91250 0.82 2.21 0.66 0.30 18126.02 0.01 285 85
Tambaksari Ayam Potong
penadahan 277035 0.82 2.21 0.66 0.30 55030.61 0.01 865 258
Wonokromo Ayam Potong
penadahan 1788500 0.82 2.21 0.66 0.30 355270.06 0.01 5583 1664
Gubeng Ayam Potong
penadahan 1261075 0.82 2.21 0.66 0.30 250501.64 0.01 3936 1173
Tegalsari Ayam Potong
penadahan 386900 0.82 2.21 0.66 0.30 76854.34 0.01 1208 360
Gayungan Ayam Potong
penadahan 0 0.82 2.21 0.66 0.30 0.00 0.01 0 0
Krembangan Ayam Potong
penadahan 401500 0.82 2.21 0.66 0.30 79754.50 0.01 1253 373
Lakarsantri Ayam Potong
penadahan 54750 0.82 2.21 0.66 0.30 10875.61 0.01 171 51
Kenjeran Ayam Potong
penadahan 784750 0.82 2.21 0.66 0.30 155883.80 0.01 2450 730
Simokerto Ayam Potong
penadahan 219000 0.82 2.21 0.66 0.30 43502.46 0.01 684 204
Pabean Cantian
Ayam Potong
penadahan 197100 0.82 2.21 0.66 0.30 39152.21 0.01 615 183
Mulyorejo Ayam Potong
penadahan 91250 0.82 2.21 0.66 0.30 18126.02 0.01 285 85
Sawahan Ayam Potong
penadahan 18250 0.82 2.21 0.66 0.30 3625.20 0.01 57 17
SUBTOTAL 43277 12810
132
Worksheet Perhitungan GRK N2O Tidak Langsung pada Subsektor Pengelolaan Kotoran Dalam Tempat Penampungan Ternak
Kecamatan
Kategori Sistem Pengelolaan
Ternak
Total Ekskresi Nitrogen dari MMS
(Kg N/tahun)
Fraksi Nitrogen dari MMS yang
tervolatilisasi
Total Nitrogen yang terlepas menjadi NH3 dan NOX
(Kg N/tahun)
Faktor Emisi N2O dari Deposisi Nitrogen
Emisi N2O tidak langsung dari MMS Kg N2O/tahun
Emisi N2O tidak
langsung dari MMS
Ton CO2-Eq/tahun
T s NE(MMS) FracGas(MS) Nvolatilization-MMS=NE(MMS)xFracGas(MS) EF4 N2OG(mm)=Nvolatilization-MMSxEF4x44/28
Tenggilis Mejoyo Ayam Potong penadahan 168209.50 55% 92515.223 0.01 925.15 275.70
Wiyung Ayam Potong penadahan 0.00 55% 0.000 0.01 0.00 0.00
Jambangan Ayam Potong penadahan 18126.02 55% 9969.313 0.01 156.66 46.68
Sukolilo Ayam Potong penadahan 18126.02 55% 9969.313 0.01 156.66 46.68
Wonocolo Ayam Potong penadahan 0.00 55% 0.000 0.01 0.00 0.00
Semampir
Ayam Potong penadahan 68878.89 55% 37883.389 0.01 595.31 177.40
Sapi ditumpuk hingga kering 255493.15 20% 51098.629 0.01 802.98 239.29
Kambing ditumpuk hingga kering 995.74 30% 298.722 0.01 4.69 1.40
Babi ditumpuk hingga kering 184857.54 40% 73943.016 0.01 1161.96 346.26
Asemrowo Ayam Potong penadahan 0.00 55% 0.000 0.01 0.00 0.00
Bulak Ayam Potong penadahan 108756.14 55% 59815.877 0.01 939.96 280.11
Genteng Ayam Potong penadahan 0.00 55% 0.000 0.01 0.00 0.00
Karangpilang Ayam Potong penadahan 0.00 55% 0.000 0.01 0.00 0.00
Sukomanunggal Ayam Potong penadahan 0.00 55% 0.000 0.01 0.00 0.00
Rungkut Ayam Potong penadahan 12325.70 55% 6779.133 0.01 106.53 31.75
Dukuh Pakis Ayam Potong penadahan 20663.67 55% 11365.017 0.01 178.59 53.22
Pakal Ayam Potong penadahan 0.00 55% 0.000 0.01 0.00 0.00
Tandes Ayam Potong penadahan 0.00 55% 0.000 0.01 0.00 0.00
Sambikerep Ayam Potong penadahan 0.00 55% 0.000 0.01 0.00 0.00
Bubutan Ayam Potong penadahan 131093.40 55% 72101.370 0.01 1133.02 337.64
Benowo Ayam Potong penadahan 659787.25 55% 362882.987 0.01 5702.45 1699.33
Gunung Anyar Ayam Potong penadahan 18126.02 55% 9969.313 0.01 156.66 46.68
133
Kecamatan
Kategori Sistem Pengelolaan
Ternak
Total Ekskresi Nitrogen dari MMS
(Kg N/tahun)
Fraksi Nitrogen dari MMS yang
tervolatilisasi
Total Nitrogen yang terlepas menjadi NH3 dan NOX
(Kg N/tahun)
Faktor Emisi N2O dari Deposisi Nitrogen
Emisi N2O tidak langsung dari MMS Kg N2O/tahun
Emisi N2O tidak
langsung dari MMS
Ton CO2-Eq/tahun
T s NE(MMS) FracGas(MS) Nvolatilization-MMS=NE(MMS)xFracGas(MS) EF4 N2OG(mm)=Nvolatilization-MMSxEF4x44/28
Tambaksari Ayam Potong penadahan 55030.61 55% 30266.834 0.01 475.62 141.74
Wonokromo Ayam Potong penadahan 355270.06 55% 195398.532 0.01 3070.55 915.02
Gubeng Ayam Potong penadahan 250501.64 55% 137775.903 0.01 2165.05 645.18
Tegalsari Ayam Potong penadahan 76854.34 55% 42269.886 0.01 664.24 197.94
Gayungan Ayam Potong penadahan 0.00 55% 0.000 0.01 0.00 0.00
Krembangan Ayam Potong penadahan 79754.50 55% 43864.976 0.01 689.31 205.41
Lakarsantri Ayam Potong penadahan 10875.61 55% 5981.588 0.01 94.00 28.01
Kenjeran Ayam Potong penadahan 155883.80 55% 85736.090 0.01 1347.28 401.49
Simokerto Ayam Potong penadahan 43502.46 55% 23926.351 0.01 375.99 112.04
Pabean Cantian Ayam Potong penadahan 39152.21 55% 21533.716 0.01 338.39 100.84
Mulyorejo Ayam Potong penadahan 18126.02 55% 9969.313 0.01 156.66 46.68
Sawahan Ayam Potong penadahan 3625.20 55% 1993.863 0.01 31.33 9.34
SUBTOTAL 21429.04 6385.86
134
Worksheet Perhitungan GRK CH4 pada Subsektor Pembudidayaan Padi Di Lahan Sawah
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = Emisi CH4 dari lahan sawah
Kode Kategori = 3C7
Sheet =
Sheet 1 dari 2
1 2
3 Ha/tahun
4 hari
5 Kg
CH4/Ha.hari 6
7
8
9 10 11 12 13 14 15
16
17 18
19 Gg
CH4/tahun
20
A t EF
SFw SFp ROA CFO
A
Sfo=(1+ROA+CFO
A)0,59 SFs,r
EF=EFcxSFwxSFpxSF
oxSFs,r
CH4rice=AxtxEFx10-6
Tenggilis Mejoyo
- 0 0 1.61 -
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.00 0.0000 0.0
Wiyung Tadah Hujan
185 230 1.61 Banjir 0.49
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.47 0.0202 503.8
Jambangan Irigasi 21 230 1.61
terus menerus 1
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.97 0.0047 116.7
Sukolilo Irigasi 96 230 1.61
terus menerus 1
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.97 0.0213 533.5
Wonocolo Irigasi 8 230 1.61
terus menerus 1
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.97 0.0018 44.5
Semampir - 0 0 1.61 -
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.00 0.0000 0.0
Asemrowo - 0 0 1.61 -
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.00 0.0000 0.0
Bulak
Irigasi 40.8 230 1.61
terus menerus 1
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.97 0.0091 226.8
Tadah Hujan
97.2 230 1.61 banjir 0.49
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.47 0.0106 264.7
135
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = Emisi CH4 dari lahan sawah
Kode Kategori = 3C7
Sheet =
Sheet 1 dari 2
1 2
3 Ha/tahun
4 hari
5 Kg
CH4/Ha.hari 6
7
8
9 10 11 12 13 14 15
16
17 18
19 Gg
CH4/tahun
20
A t EF
SFw SFp ROA CFO
A
Sfo=(1+ROA+CFO
A)0,59 SFs,r
EF=EFcxSFwxSFpxSF
oxSFs,r
CH4rice=AxtxEFx10-6
Genteng - 0 0 1.61 -
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.00 0.0000 0.0
Karangpilang
Irigasi 34.3 230 1.61
terus menerus 1
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.97 0.0076 190.8
Tadah Hujan
30.7 230 1.61 banjir 0.49
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.47 0.0033 83.5
Sukomanunggal - 0 0 1.61 -
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.00 0.0000 0.0
Rungkut Tadah Hujan
24 230 1.61 banjir 0.49
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.47 0.0026 65.4
Dukuh Pakis - 0 0 1.61 -
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.00 0.0000 0.0
Pakal Tadah Hujan
438 230 1.61 banjir 0.49
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.47 0.0477 1192.8
Tandes Irigasi 31 230 1.61
terus menerus 1
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.97 0.0069 172.3
Sambikerep Tadah Hujan
155 230 1.61 banjir 0.49
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.47 0.0169 422.1
Bubutan - 0 0 1.61 -
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.00 0.0000 0.0
Benowo Tadah Hujan 155 230 1.61 banjir 0.49
tergenang kurang dari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.47 0.0169 422.1
136
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = Emisi CH4 dari lahan sawah
Kode Kategori = 3C7
Sheet =
Sheet 1 dari 2
1 2
3 Ha/tahun
4 hari
5 Kg
CH4/Ha.hari 6
7
8
9 10 11 12 13 14 15
16
17 18
19 Gg
CH4/tahun
20
A t EF
SFw SFp ROA CFO
A
Sfo=(1+ROA+CFO
A)0,59 SFs,r
EF=EFcxSFwxSFpxSF
oxSFs,r
CH4rice=AxtxEFx10-6
30 hari
Gunung Anyar Tadah Hujan
12 230 1.61 banjir 0.49
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.47 0.0013 32.7
Tambaksari - 0 0 1.61 -
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.00 0.0000 0.0
Wonokromo - 0 0 1.61 -
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.00 0.0000 0.0
Gubeng - 0 0 1.61 -
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.00 0.0000 0.0
Tegalsari - 0 0 1.61 -
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.00 0.0000 0.0
Gayungan Irigasi 6 230 1.61
terus menerus 1
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.97 0.0013 33.3
Krembangan - 0 0 1.61 -
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.00 0.0000 0.0
Lakarsantri Tadah Hujan
408 230 1.61 banjir 0.49
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033
Vertisol 1.06 0.49 0.0462 1154.6
Kenjeran Tadah Hujan
5 230 1.61 banjir 0.49
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.47 0.0005 13.6
Simokerto - 0 0 1.61 -
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.00 0.0000 0.0
137
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = Emisi CH4 dari lahan sawah
Kode Kategori = 3C7
Sheet =
Sheet 1 dari 2
1 2
3 Ha/tahun
4 hari
5 Kg
CH4/Ha.hari 6
7
8
9 10 11 12 13 14 15
16
17 18
19 Gg
CH4/tahun
20
A t EF
SFw SFp ROA CFO
A
Sfo=(1+ROA+CFO
A)0,59 SFs,r
EF=EFcxSFwxSFpxSF
oxSFs,r
CH4rice=AxtxEFx10-6
Pabean Cantian - 0 0 1.61 -
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.00 0.0000 0.0
Mulyorejo Tadah Hujan
13 230 1.61 banjir 0.49
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.47 0.0014 35.4
Sawahan - 0 0 1.61 -
tergenang kurang dari 30 hari
tidak diperhitungkan Ciherang 0.57 Kompos 0.0058 0.05 1.033 Entisol 1.02 0.00 0.0000 0.0
SUBTOTAL 0.2203 5509
1 = Kecamatan
2= Jenis Sawah
3 = Luas Area Panen
4= Lama Budidaya Padi Dalam 1 Tahun
5= Faktor Emisi Ekosistem Sawah
6= Rejim Air Selama Budidaya
7= Faktor Skala Rejim Air Selama Budidaya
8= Rejim Air Sebelum Penanaman
9= Faktor Skala Rejim Air Sebelum Budidaya
10= Varietas Padi
11= Faktor Skala Varietas Padi
12=Bahan Organik Yang Ditambahkan
13 =Jumlah Bahan Organik Yang Ditambahkan
14= Faktor Konversi Bahan Organik
15= Faktor Skala Pupuk
16= Jenis Tanah Lahan Sawah
17= Faktor Skala Jenis Tanah
18= Faktor Emisi Laha Sawah
19 =Emisi CH4 Tahunan Lahan Sawah
20= Emisi CH4 Tahunan Lahan Sawah dalam ton CO2Eq/Tahun
138
“Halaman Ini Sengaja Dikosongkan”
139
Worksheet Perhitungan GRK CO2 pada Subsektor Pemupukan Urea
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = Emisi CO2 dari Pemupukan Urea
Kode Kategori = 3C3
Kecamatan Jenis Sawah Luas Lahan
Sawah (Ha)
Pemakaian urea tahunan (ton urea/tahun)
Faktor emisi urea (ton C/ton urea)
Emisi CO2 tahunan dari pemupukan urea (ton CO2/tahun)
Tenggilis Mejoyo - 0 0.000 0.2 0
Wiyung Tadah Hujan 58 30.438 0.2 6.088
Jambangan Irigasi 5 2.624 0.2 0.525
Sukolilo Irigasi 68 35.686 0.2 7.137
Wonocolo Irigasi 3 1.574 0.2 0.315
Semampir - 0 0.000 0.2 0.000
Asemrowo - 0 0.000 0.2 0.000
Bulak Irigasi 34 17.843 0.2 3.569
Tadah Hujan 81 42.508 0.2 8.502
Genteng - 0 0.000 0.2 0.000
140
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = Emisi CO2 dari Pemupukan Urea
Kode Kategori = 3C3
Kecamatan Jenis Sawah Luas Lahan
Sawah (Ha)
Pemakaian urea tahunan (ton urea/tahun)
Faktor emisi urea (ton C/ton urea)
Emisi CO2 tahunan dari pemupukan urea (ton CO2/tahun)
Karangpilang Irigasi 28 14.694 0.2 2.939
Tadah Hujan 25 13.120 0.2 2.624
Sukomanunggal - 0 0.000 0.2 0.000
Rungkut Tadah Hujan 16 8.397 0.2 1.679
Dukuh Pakis - 0 0.000 0.2 0.000
Pakal Tadah Hujan 424 222.512 0.2 44.502
Tandes Irigasi 26 13.645 0.2 2.729
Sambikerep Tadah Hujan 133 69.797 0.2 13.959
Bubutan - 0 0.000 0.2 0.000
Benowo Tadah Hujan 93 48.806 0.2 9.761
Gunung Anyar Tadah Hujan 10 5.248 0.2 1.050
Tambaksari - 0 0.000 0.2 0.000
141
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = Emisi CO2 dari Pemupukan Urea
Kode Kategori = 3C3
Kecamatan Jenis Sawah Luas Lahan
Sawah (Ha)
Pemakaian urea tahunan (ton urea/tahun)
Faktor emisi urea (ton C/ton urea)
Emisi CO2 tahunan dari pemupukan urea (ton CO2/tahun)
Wonokromo - 0 0.000 0.2 0.000
Gubeng - 0 0.000 0.2 0.000
Tegalsari - 0 0.000 0.2 0.000
Gayungan Irigasi 3 1.574 0.2 0.315
Krembangan - 0 0.000 0.2 0.000
Lakarsantri Tadah Hujan 464 243.504 0.2 48.701
Kenjeran Tadah Hujan 5 2.624 0.2 0.525
Simokerto - 0 0.000 0.2 0.000
Pabean Cantian - 0 0.000 0.2 0.000
Mulyorejo Tadah Hujan 13 6.822 0.2 1.364
Sawahan - 0 0.000 0.2 0.000
SUBTOTAL 156.283
142
“Halaman Ini Sengaja Dikosongkan”
143
Worksheet Perhitungan GRK N2O Langsung pada Subsektor Pengelolaan Lahan
Kecamatan Produksi Padi
Ton/tahun
FSN (jumlah N
tahunan pupuk sintetis )
(Kg N/Tahun)
FON (Jumlah N tahunan bahan
organik) (Kg N/Tahun)
FCR (Jumlah N
tahunan sisa tanaman)
(Kg N/Tahun)
F Total
Faktor emisi N2O dari N yang di
aplikasikan untuk sawah
(Kg N2O-N/Kg N-input)
Faktor emisi N2O dari N yang di
aplikasikan untuk lahan
kering (Kg N2O-N/Kg N-
input)
Emisi N2O langsung tahunan dari pengelolaan lahan (Kg N2O-N/tahun)
Emisi N2O langsung tahunan dari
pengelolaan lahan (ton CO2-Eq/tahun)
EFRF EF1 N2O-NN input= (F X EFRF)+(FxEF1)
Tenggilis Mejoyo 0 0 0 0 0.003 0.01 0 0
Wiyung 1175.976 15273.477 1.688 1763.963 17039.129 0.003 0.01 221.509 66.00958616
Jambangan 136.166 1316.679 0.146 204.248 1521.073 0.003 0.01 19.774 5.892636884
Sukolilo 606.556 17906.836 1.979 909.834 18818.649 0.003 0.01 244.642 72.90344533
Wonocolo 49.515 790.007 0.087 74.272 864.367 0.003 0.01 11.237 3.348557455
Semampir 0 0 0 0 0.003 0.01 0 0
Asemrowo 0 0 0 0 0.003 0.01 0 0
Bulak 878.887 2549.837 3.348 1318.330 3871.515 0.003 0.01 50.330 14.99824965
Genteng 0 0 0 0 0.003 0.01 0 0
Karangpilang 414.686 1175.142 1.543 622.029 1798.714 0.003 0.01 23.383 6.9682191
Sukomanunggal 0 0 0 0 0.003 0.01 0 0
Rungkut 154.734 354.760 0.466 232.100 587.326 0.003 0.01 7.635 2.275301423
Dukuh Pakis 0 0 0 0 0.003 0.01 0 0
Pakal 2779.016 9401.138 12.343 4168.524 13582.005 0.003 0.01 176.566 52.61668611
Tandes 198.059 576.485 0.757 297.089 874.330 0.003 0.01 11.366 3.387155614
Sambikerep 984.106 2948.942 3.872 1476.159 4428.972 0.003 0.01 57.577 17.15783885
Bubutan 0 0 0 0 0.003 0.01 0 0
Benowo 984.106 2062.042 2.707 1476.159 3540.908 0.003 0.01 46.032 13.71747803
Gunung Anyar 74.272 221.725 0.291 111.408 333.424 0.003 0.01 4.335 1.29168561
Tambaksari 0 0 0 0 0.003 0.01 0 0
Wonokromo 0 0 0 0 0.003 0.01 0 0
Gubeng 0 0 0 0 0.003 0.01 0 0
144
Kecamatan Produksi Padi
Ton/tahun
FSN (jumlah N
tahunan pupuk sintetis )
(Kg N/Tahun)
FON (Jumlah N tahunan bahan
organik) (Kg N/Tahun)
FCR (Jumlah N
tahunan sisa tanaman)
(Kg N/Tahun)
F Total
Faktor emisi N2O dari N yang di
aplikasikan untuk sawah
(Kg N2O-N/Kg N-input)
Faktor emisi N2O dari N yang di
aplikasikan untuk lahan
kering (Kg N2O-N/Kg N-
input)
Emisi N2O langsung tahunan dari pengelolaan lahan (Kg N2O-N/tahun)
Emisi N2O langsung tahunan dari
pengelolaan lahan (ton CO2-Eq/tahun)
EFRF EF1 N2O-NN input= (F X EFRF)+(FxEF1)
Tegalsari 0 0 0 0 0.003 0.01 0 0
Gayungan 37.136 66.517 0.087 55.704 122.309 0.003 0.01 1.590 0.473824764
Krembangan 0 0 0 0 0.003 0.01 0 0
Lakarsantri 2593.336 10288.038 13.507 3890.003 14191.548 0.003 0.01 184.490 54.97805842
Kenjeran 30.947 110.862 0.146 46.420 157.428 0.003 0.01 2.047 0.609876521
Simokerto 0 0 0 0 0.003 0.01 0 0
Pabean Cantian 0 0 0 0 0.003 0.01 0 0
Mulyorejo 80.461 288.242 0.378 120.692 409.313 0.003 0.01 5.321 1.585678956
Sawahan 0 0 0 0 0.003 0.01 0 0
SUBTOTAL 1067.833 316.079
145
Worksheet Perhitungan GRK N2O Tidak Langsung pada Subsektor Pengelolaan Lahan
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = Emisi N2O dari Pengelolaan Lahan
Kode Kategori = 3C5
Kecamatan
Pupuk Sintetis yang diaplikasikan/tahun
Bahan Organik Kg NH3
tervolatilisasi= ton N
aplikasi x 0.2 (faktor kg
NH3 yang dihasilkan
/ton N yang diaplikasikan)
F Total kg NH3-
N+NOx-N tervolatilisa
si
Total N yang
diaplikasikan
Faktor emisi N2O
(Kg N2O-N/(Kg NH3-N+NOX-N
tervolatilisasi)
Fraksi N yang
mengalami pencucian
karena aliran air
kg N/Kg N yang
diaplikasikan
faktor emisi untuk
emisi N2O dari
deposit N karena
pencucian dan aliran permukaa
n N, kg N2O–N/Kg
N yang mengalam
i pencucian
(runoff)
Emisi N2O (tervollatilisasi
) tidak langsung
tahunan dari pengelolaan
lahan (Kg N2O-N/tahun)
Emisi N2O tidak langsung tahunan dari pengelolaan lahan karena
run-off (Kg N2O-N/tahun)
Emisi N2O tidak
langsung tahunan
dari pengelolaa
n lahan (ton CO2-Eq/tahun)
Pupuk Urea Kg NH3
tervolatilisasi= ton N aplikasi x 242 (faktor kg
NH3 yang dihasilkan /ton
N yang diaplikasikan)
Pupuk NPK Kg NH3
tervolatilisasi= ton N
aplikasi x 48 (faktor kg
NH3 yang dihasilkan
/ton N yang diaplikasikan)
Pupuk ZA Kg NH3
tervolatilisasi= ton N
aplikasi x 182 (faktor
kg NH3 yang dihasilkan
/ton N yang diaplikasikan)
kg NH3-NOx tervolatilisasi
kg NH3-NOx tervolatilisasi
kg NH3-NOx tervolatilisasi
kg NH3-NOx tervolatilisasi
kg NH3-NOx tervolatilisa
si Kg N EF4 Fracleach EF5
N2O(ATD)-N=F total x EF4
N2O(ATD)-N=F totalxFracleach)]
x EF5
Tenggilis Mejoyo 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.01 0.3 0.0075 0 0 0.0000
Wiyung 3388.357 24.398 138.997 0.338 3552.089 17039.129 0.01 0.3 0.0075 35.52088864 38.33804049 22.0100
Jambangan 292.100 2.103 11.982 0.029 306.215 1521.073 0.01 0.3 0.0075 3.062145573 3.422414298 1.9324
Sukolilo 3972.556 28.604 162.962 0.396 4164.518 18818.649 0.01 0.3 0.0075 41.64517979 42.34195973 25.0282
Wonocolo 175.260 1.262 7.189 0.017 183.729 864.367 0.01 0.3 0.0075 1.837287344 1.944825574 1.1271
Semampir 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.01 0.3 0.0075 0 0 0.0000
Asemrowo 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.01 0.3 0.0075 0 0 0.0000
Bulak 6.718 48.375 275.597 0.670 331.360 3871.515 0.01 0.3 0.0075 3.313595783 8.710909066 3.5833
Genteng 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.01 0.3 0.0075 0 0 0.0000
Karangpilang 3.096 22.294 127.014 0.309 152.714 1798.714 0.01 0.3 0.0075 1.527135448 4.047107118 1.6611
Sukomanunggal 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.01 0.3 0.0075 0 0 0.0000
146
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = Emisi N2O dari Pengelolaan Lahan
Kode Kategori = 3C5
Kecamatan
Pupuk Sintetis yang diaplikasikan/tahun
Bahan Organik Kg NH3
tervolatilisasi= ton N
aplikasi x 0.2 (faktor kg
NH3 yang dihasilkan
/ton N yang diaplikasikan)
F Total kg NH3-
N+NOx-N tervolatilisa
si
Total N yang
diaplikasikan
Faktor emisi N2O
(Kg N2O-N/(Kg NH3-N+NOX-N
tervolatilisasi)
Fraksi N yang
mengalami pencucian
karena aliran air
kg N/Kg N yang
diaplikasikan
faktor emisi untuk
emisi N2O dari
deposit N karena
pencucian dan aliran permukaa
n N, kg N2O–N/Kg
N yang mengalam
i pencucian
(runoff)
Emisi N2O (tervollatilisasi
) tidak langsung
tahunan dari pengelolaan
lahan (Kg N2O-N/tahun)
Emisi N2O tidak langsung tahunan dari pengelolaan lahan karena
run-off (Kg N2O-N/tahun)
Emisi N2O tidak
langsung tahunan
dari pengelolaa
n lahan (ton CO2-Eq/tahun)
Pupuk Urea Kg NH3
tervolatilisasi= ton N aplikasi x 242 (faktor kg
NH3 yang dihasilkan /ton
N yang diaplikasikan)
Pupuk NPK Kg NH3
tervolatilisasi= ton N
aplikasi x 48 (faktor kg
NH3 yang dihasilkan
/ton N yang diaplikasikan)
Pupuk ZA Kg NH3
tervolatilisasi= ton N
aplikasi x 182 (faktor
kg NH3 yang dihasilkan
/ton N yang diaplikasikan)
kg NH3-NOx tervolatilisasi
kg NH3-NOx tervolatilisasi
kg NH3-NOx tervolatilisasi
kg NH3-NOx tervolatilisasi
kg NH3-NOx tervolatilisa
si Kg N EF4 Fracleach EF5
N2O(ATD)-N=F total x EF4
N2O(ATD)-N=F totalxFracleach)]
x EF5
Rungkut 0.935 6.730 38.344 0.093 46.102 587.326 0.01 0.3 0.0075 0.461022022 1.32148379 0.5312
Dukuh Pakis 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.01 0.3 0.0075 0 0 0.0000
Pakal 24.770 178.355 1016.114 2.469 1221.708 13582.005 0.01 0.3 0.0075 12.21708358 30.55951052 12.7474
Tandes 1.519 10.937 62.309 0.151 74.916 874.330 0.01 0.3 0.0075 0.749160786 1.967243194 0.8095
Sambikerep 7.770 55.946 318.734 0.774 383.225 4428.972 0.01 0.3 0.0075 3.832245558 9.965187767 4.1116
Bubutan 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.01 0.3 0.0075 0 0 0.0000
Benowo 5.433 39.120 222.874 0.541 267.969 3540.908 0.01 0.3 0.0075 2.679690503 7.967043254 3.1727
Gunung Anyar 0.584 4.206 23.965 0.058 28.814 333.424 0.01 0.3 0.0075 0.288138764 0.750204601 0.3094
Tambaksari 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.01 0.3 0.0075 0 0 0.0000
Wonokromo 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.01 0.3 0.0075 0 0 0.0000
Gubeng 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.01 0.3 0.0075 0 0 0.0000
Tegalsari 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.01 0.3 0.0075 0 0 0.0000
Gayungan 0.175 1.262 7.189 0.017 8.644 122.309 0.01 0.3 0.0075 0.086441629 0.275195075 0.1078
147
Sektor = Agrikultur,Kehutanan dan pengunaan lahan lainnya
Kategori = Emisi N2O dari Pengelolaan Lahan
Kode Kategori = 3C5
Kecamatan
Pupuk Sintetis yang diaplikasikan/tahun
Bahan Organik Kg NH3
tervolatilisasi= ton N
aplikasi x 0.2 (faktor kg
NH3 yang dihasilkan
/ton N yang diaplikasikan)
F Total kg NH3-
N+NOx-N tervolatilisa
si
Total N yang
diaplikasikan
Faktor emisi N2O
(Kg N2O-N/(Kg NH3-N+NOX-N
tervolatilisasi)
Fraksi N yang
mengalami pencucian
karena aliran air
kg N/Kg N yang
diaplikasikan
faktor emisi untuk
emisi N2O dari
deposit N karena
pencucian dan aliran permukaa
n N, kg N2O–N/Kg
N yang mengalam
i pencucian
(runoff)
Emisi N2O (tervollatilisasi
) tidak langsung
tahunan dari pengelolaan
lahan (Kg N2O-N/tahun)
Emisi N2O tidak langsung tahunan dari pengelolaan lahan karena
run-off (Kg N2O-N/tahun)
Emisi N2O tidak
langsung tahunan
dari pengelolaa
n lahan (ton CO2-Eq/tahun)
Pupuk Urea Kg NH3
tervolatilisasi= ton N aplikasi x 242 (faktor kg
NH3 yang dihasilkan /ton
N yang diaplikasikan)
Pupuk NPK Kg NH3
tervolatilisasi= ton N
aplikasi x 48 (faktor kg
NH3 yang dihasilkan
/ton N yang diaplikasikan)
Pupuk ZA Kg NH3
tervolatilisasi= ton N
aplikasi x 182 (faktor
kg NH3 yang dihasilkan
/ton N yang diaplikasikan)
kg NH3-NOx tervolatilisasi
kg NH3-NOx tervolatilisasi
kg NH3-NOx tervolatilisasi
kg NH3-NOx tervolatilisasi
kg NH3-NOx tervolatilisa
si Kg N EF4 Fracleach EF5
N2O(ATD)-N=F total x EF4
N2O(ATD)-N=F totalxFracleach)]
x EF5
Krembangan 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.01 0.3 0.0075 0 0 0.0000
Lakarsantri 27.107 195.181 1111.974 2.701 1336.964 14191.548 0.01 0.3 0.0075 13.36963864 31.93098385 13.4996
Kenjeran 0.292 2.103 11.982 0.029 14.407 157.428 0.01 0.3 0.0075 0.144069382 0.354213261 0.1485
Simokerto 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.01 0.3 0.0075 0 0 0.0000
Pabean Cantian 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.01 0.3 0.0075 0 0 0.0000
Mulyorejo 0.759 5.468 31.154 0.076 37.458 409.313 0.01 0.3 0.0075 0.374580393 0.920954479 0.3861
Sawahan 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.01 0.3 0.0075 0 0 0.0000
SUBTOTAL 121.1083038 184.8 91.2
93
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 6.1.Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan:
Berdasarkan wilayah pertanian dengan luas lahan total budidaya padi sebesar 1.489 Ha dari seluruh kecamatan menghasilkan beban emisi GRK sebesar 6.074,25 ton CO2eq, sedangkan dari sektor peternakan dengan ternak sapi potong, sapi perah, kambing, domba, kerbau, dan unggas dari seluruh kecamatan serta dari tempat penampungan hewan menyumbang beban emisi GRK sebesar 86.922,28 ton CO2eq.
Dalam pemetaan beban emisi dapat diketahui pada sektor pertanian, kecamatan yang menyumbang emisi gas rumah kaca terbesar adalah Kecamatan Pakal yaitu sebesar 1302,64 ton CO2/tahun. Pada sektor peternakan, kecamatan yang menyumbang emisi gas rumah kaca terbesar adalah Kecamatan Semampir yaitu sebesar 63.581 ton CO2/tahun. pada perhitungan total beban antara sektor peternakan dan sektor pertanian, kecamatan yang menyumbang beban GRK paling tinggi adalah kecamatan semampir, yaitu sebesar 63581.37 ton CO2/tahun, dan Kecamatan Benowo sebesar 6899.21 ton CO2/tahun Sehingga Pemerintah dapat berfokus untuk mereduksi emisi GRK pada Kecamatan Pakal dan Lakarsantri untuk sektor pertanian, Kecamatan semampir untuk sektor peternakan, serta Benowo karena gabungan beban GRK dari kedua sektor paling tinggi.
Saran 6.2.Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya
adalah sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan perhitungan dengan faktor emisi yang lebih tinggi atau faktor emisi spesifik wilayah surabaya.
94
2. Pada perhitungan beban emisi sektor peternakan untuk lebih akurat dapat memperhitungkan berat ternak dengan mempertimbangkan umur ternak.
3. Mempertimbangkan faktor pembersihan lahan dengan pembakaran lahan sawah
95
DAFTAR PUSTAKA
Aronoff,S.,1989. Geographic Information Systems: A Management Perspective. Ottawa: WDI Publications.
Badan Pusat Statistik. 2010. Kota Surabaya Dalam Angka 2010.Surabaya:BPS
Barus, B.,dan U. S. Wiradisastra. 2000. Sistem Informasi Geografi Sarana Manajemen Sumberdaya. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
BPLHD Kota Jakarta.2014. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta .Jakarta: Pemprov DKI Jakarta
Canter,L.W. 1996. Environmental Impact Assessment. New York: Mc. Graw Hill.
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur.2014.Data Statistik Populasi ternak Kota Surabaya. http://disnak. jatimprov. go.d/web/layananpublik/datastatistik diakses tanggal 28 desember 2012.
Dinas Pertanian Kota Denpasar.2014. Perkembangan Luas Lahan Sawah dan Lahan Kering Kota Denpasar.http://pertanian.denpasarkota.go.id/index.php/detaildownload/4429/Perkembangan-Luas-Lahan -Sawah-dan-Lahan-Kering-Kota-Denpasar-Tahun-2014. diakses tanggal 28 desember 2015.
Dinas Peternakan Kota Denpasar. .2014. Bank Data Dinas Peternakan , Perikanan dan Kelautan. http://bankdata.denpasarkota.go.id /index.php/arsip-subkategori/39/Dinas-Peternakankoma-Perikanan-&-Kelautan-Kota-Denpasar#. diakses tanggal 28 desember 2015.
Goodland,R.,Anhang,J.2009.Livestock and climate change:What if the key actors in climate change were pigs, chickens and cows?. World watch Institute,Washington,DC,USA. pp.10–19.
Herawati,Tati. 2012. Refleksi Sosial Dari Mitigasi Emisi Gas Rumah Kaca Pada Sektor Peternakan Di Indonesia. Jurnal
96
Balai Penelitian Ternak WARTAZOA Vol 22 No 1.Th. 2012.
IPCC. 2001. Climate Change 2001: Mitigation of Climate Change. Contribution of Working Group III to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change Cambridge. University Press, Cambridge, United Kingdom and New York. http://www.ipcc.ch. Diakses pada tanggal 24 September 2010.
IPCC. 2006. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories: Volume 2 -Energy, Prepared by the National Greenhouse Gas Inventories Programme. IGES: Japan.
IPCC. 2006. Emission from Livestock and Manure Management. Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. Chapter 10. pp. 72 – 82.
Janzen, H.H. 2004. “Carbon cycling: A measureof ecosystem – a soil science perspective”.Agric. Ecosyst. Environ. 104: 399−417.
Kartikawati R., M. Ariani. H.L. Susilawati. P. Setyanto. 2011. Mitigasi GRK dariLahan sawah.Suplemen Sinar tani eds 6-12 April No.3400.
Kementrian Lingkungan Hidup.2012. Pedoman Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional Buku II Volume 3: Metodologi Penghitungan Tingkat Penyebaran Emisi dan Penyerapan Gas Rumah Kaca, Pertanian, Kehutanan, dan Penggunaan Lahan Lainnya.Jakarta : Kementrian Lingkungan Hidup.
Kementrian Lingkungan Hidup.2013.Buku I: Pedoman Umum Penyelenggaraan Inventarisasi Emisi Gas Rumah Kaca Nasional.Jakarta:Kementrian Lingkungan Hidup.
Kementrian Pertanian.2014. Data Populasi Ternak Menurut Provinsi. http://www.pertanian.go.id/ ap_pages/mod/datanak. Diakses tanggal 28 Desember 2015
97
Krecjie. R.V.,Morgan.D.W.1970. Deteremining Sample Size For Research Activities. Educational And Psyhcological Measurement 1970,30, 607-610
MOE. 2009. Technical Report: National Greenhouse Gas Inventory for the Second National Communication. Jakarta: Ministry of Environment and United Nation Development Program.
Mosier, A.R. 2001. Exchange of gaseous nitrogen compound between agricultural system andthe atmosphere. Plant Soil 228: 17−27.
Murray, R.M, A.M. Bryant, R.A. Leng. “Rates of Production of Methane In The Rumen and Large Intestine of Sheep”. Br. Journal of Nutrition., 36 (1976), pp. 1–14.
Oenema, O., N. Warage, G.L. Velthof, J.W. van Gronigen, J. Dolfing, and P.J. Kuikman.2005. “Trends in global nitrous oxide emission from animal production systems”. Nutr. Cycl.Agroecosyst. 72: 51−65.
Paustian, K., B.A. Babcock, J. Hatfield, R. Lal,B.A. McCarl, S. Maclaughin, A. Mosier, C.Rice, G.P. Robertson, and D. Zilbermen. 2004.Agricultural Mitigation of Greenhouse Gases:Science and Policy option. CAST Report R141 2004. 120 pp.
Pidwirny, M. (2006). The Nitrogen Cycle, Fundamentals of Physical Geography, 2nd Edition. http://www.physicalgeography.net/fundamentals/9s.html. Diakses tanggal 13 juni 2016
Risnandar, S.T. 2008. Mengenal IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change). http://kehutanan. risnandarweb.com/. diakses pada tanggal 16 Desember 2015
Rusbiantoro,D.2008. Global Warming For Beginner. Yogyakarta: Penerbit O2 Penembahan Yogyakarta.
Sa’duddin.,Hadi.M,Pramono.2015.”Beban Emisi Sektor Transportasi Yogyakarta”.The 18th FSTPT International Symposium,Unila,Bandar Lampung,28 Agustus.Hal 2.
Sanna,L.,Ferrera,R.,Zara,P.,Duce,P.2014. “GHG emission inventory at urban scale: the sassari case study”. Energy Procedia 59(2014) 344-350.Hal 1.
98
Schils,R.L.M.,Olesen,J.E.,Prado,A.D.,2007.”A Review Of Farm Level Modelling Approaches for Mitigating Greenhouse Gas Emissions from Ruminant Livestock Systems”.Livest.Sci.12,240–251.
Smith, K.A. and F. Conen. 2004. “Impact of land management on fluxes of trace greenhouse gases”. Soil Use Manag. (20): 255−263.
Smith, R.L. 1974.Ecology and Field Biology, Second Edition.New York: Harper & Row Publisher.
Smith, P., Field, C.B. and Raupach, M.R., 2004. Engineered biological sinks on land. The global carbon cycle: integrating humans, climate and the natural world, pp.479-491.
Sukadri,D.2015. Kesepakatan Perubahan Iklim. Kompas (Jakarta) Sabtu, 3 Desember.
Surmaini, E., Runtunuwu,E.,Las,I. 2011.”Upaya Sektor Pertanian Dalam Menghadapi Perubahan Iklim”.Jurnal Litbang Pertanian, 30(1).
Suharyadi.2010. Strategies for Reducing Emission from Animal Husbandry in Indonesia: Farmers’ Adoption to Mitigation Technologies. Paper presented on workshop “Sustainable and Low-Carbon Development in Indonesia and Asia: Dialogues between Policymakers & Scientist on Green Growth”, IPB International Convention Center, 16–17 February 2010
U.S.EPA.2005.Emission Inventory Improvement Program:Preferred and Alternative Methods For Gathering And Locating Spesific Inventory Data. Washington DC: U.S.EPA
US-EPA. 2006. Global Anthropogenic Non-CO2 Greenhouse Gas Emission: 199- 2020. EPA 430-R-06-003, June 2006. Was-hington D.C.
Wilkie, A. C., 2000.” Anaerob Digestion : Holistic vioprocessing of animal manures”. in proceeding of the animal residuals management coference. p.1-12. Virginia.
Wilton,E.2001. Good Practice Guide For Preparing Emission Inventory.Ministry For The Environment-Sustainable Management Fund
148
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Manggar Cahyo Lintangrino anak kedua dari empat bersaudara. Penulis menempuh pendidikan dasar pada tahun 2000-2006 di SD Kebon Baru V Cirebon. Pada 2006-2009 penulis melanjutkan ke SMPK Ketapang III, sedangkan pendidikan tingkat atas ditempuh di SMA Swasta Bunda Hati Kudus, Cibubur pada tahun 2009-2012. Penulis kemudian melan-jutkan pendidikan tinggi di Jurusan Teknik Lingkungan FTSP
ITS pada tahun 2012. Selama di bangku perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus HMTL dan pernah mengemban tugas sebagai ketua bidang seni Departemen Seni dan Olahraga, periode 2014/ 2015. Penulis melakukan kerja praktek di Perusahaan Oil and Gas Star Energy (Kakap). Ltd mengenai inventarisasi emisi fugitif. Selain itu, penulis juga pernah menjadi penilai self assesment proper tahun 2016. Penulis dapat dihubungi melalui email di [email protected].