ir. anshori djausal, m.t. universitas...
TRANSCRIPT
Ekologi Jalan raya untuk
memahami dan melengkapi
pengetahuan interaksi
antara Jalan Raya dan sumber
Daya Alam serta Lingkungan
Hidup. Dan berupaya
mengembangkan solusi
melalui riset, pendidikan dan
peningkatan kesadaran
masyarakat.
Roads and Wildlife
PENGANTAR
Second Nature
Roadkill, kecelakaan di jalan raya
Fragmentasi Habitat
Kehilangan Habitat
Polusi udara dan tanah
Polusi air
Polusi suara
Spesies invasif
Photo
by P
atric
ia W
hite
, Defe
nders
of W
ildlife
ROADKILL
Roadkill - Kecelakaan lalulintas di Jalan rayamerupakan dampaklangsung terhadap satwa. Satwa mati tergilas ataupuntertabrak oleh kendaraanbaik satwa melata, amphibimaupun satwa besar.
Jalan Raya, Rel Kereta, Kanal, jalur Sutet, dan Pipa memasuki danmembelah habitat satwa . Jalan adalah yang paling banyakmemberikan dampak luas, setiap tahun jalan bertambah ribuan km, Tentunya dampak terhada p lingkungan juga sangat besar, fragmentasi habitat, kehilangan habitat, menghancurkan habitat,
KEHILANGAN HABITAT
Second Nature
Air pollutants Hujan asam Racun
Logam berat
Jalan adalahpermukaan yang kedap air
Erosi
• Kendaraan bermotor adalah sumberutama polusi udara
Second Nature
Suara mobil dan truk adalah gangguan utama
Penyebab stress pada satwa
Merubah perilaku satwa
Second Nature
Perencanaan terpadu konservasi habitat conservation, dan transportasi
Mitigasi, mengurangi dampak jalan terhadapsatwa liar
Membangun kembali jalur habitat, habitat corridor
Second Nature
Mempelajari jalur habitat untukmenentukan lokasi terbaik untukpenyeberangan
Memperbaiki jalan yang ada denganmenambahkan penyeberangan satwa
Monitoring penyeberangan Memasang tanda lalu lintas tentang satwa
liar Mengurangi kecepatan pada lokasi habitat
satwa
Penyeberangan sebagai
upaya konservasi habitat
berarti dapat
menghubungkan kembali
habitat yang terpisah,
mengatasi fragmentasi
habitat. Menghindari
tertabraknya satwa oleh
kendaraan yang lewat, yang
bukan saja celaka buat satwa
tapi juga kepada pengendara
serta kerusakan kendaraan.
Fig. 2. Runner up of the "On Dangerous Roads"
Competition organized by Varangy Akciócsoport
Egyesület for the 2010 Infra-Eco Network of Europe
Conference showing an overpass used by wildlife. An
ongoing project in the Netherlands is studying the
effectiveness of an overpass for amphibians, in
combination with fences along the road. This
overpass is equipped with a cascading series of
small ponds fed with water pumped into the highest
pond in the center of the overpass.
Penyeberangan Satwa
Liar, dapat juga
berupa terowongan,
viaduct untuk
binatang yang besar.
Bisa juga gorong
gorong untuk ikan
atau binatang air
lainnya, misalnya
berang-berang atau
kodok. Kanopi
tanaman untuk
burung dan kupu-
kupu.
TANDA PENYEBERANGAN SATWA LIAR
Tanda penyeberangan satwa liar dapat
ditempatkan dimana sering menyeberang atau
mencoba menyeberang berpindah dari seberang
jalan atau migrasi.
Ir. Anshori Djausal, M.T., Universitas Lampung
Ir. Eufrat, M.T., Konsultan
Ir. Andius, M.T., Universitas Lampung
Martinus, S.T., M.Sc., Universitas Lampung
Pengantar Diskusi
Mengapa Kawasan TNBBS Penting ?
1. Memiliki tipe ekosistem yang cukup lengkap dan tidak terputus
meliputi ekosistem marine dan ekosistem terestrial
2. Habitat bagi 514 jenis tumbuhan berkayu, 126 anggrek, 26 jenis rotan,
15 jenis bambu dan flora langka.
3. Tempat Populasi harimau di TNBBS sekitar 40-43 ekor (O’brien dkk,
2003); badak 60 – 80 ekor (RPU) dan gajah 498 ekor (Hedges, et. al,
2005).
4. Sebagai daerah tangkapan air (catchment area) dan melindungi sistem
tata air (hidrologi) bagi tiga provinsi
5. Memiliki banyak Obyek Wisata Alam seperti Sukaraja Atas, Danau
Suoh, Kubu Perahu, Tampang-Belimbing dan Makam Keramat Menula
6. Merupakan Kawasan World Heritage Site/Warisan alam dunia dengan
nama Tropical Rainforest Heritage of Sumatera oleh UNESCO tahun
2004
7. Sebagai TN Model tahun 2006
Pemantapan Kawasan
Jalan Tembus
Perambahan Hutan
Illegal Logging
Perburuan Satwa Liar
Konflik Satwa Liar
Community Claim
Tantangan Pengelolaan :
Ruas Jalan Sanggi – Bengkunat menuju kawasan TNBBS
Grafik 1. Jumlah Kendaraan Yang Mengunakan Jalan Sangi-Bengkunat
Dalam 24 Jam
233
191
28 4510
4728 6
899/Hari
2
164
4219
11
75 /Jam
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
Motor Minibus sedan jeep akt Desa Pickup Truck Bus Tronton
Jenis Kendaraan
Ju
mla
h (
un
it)
Survei WWF – TNBBS November 2008
Grafik 2. Tingkat Ganguan Kendaraan Terhadap
Habitat dan Satwa
Spd Motor
Minibus Sedan
JeepAkt Desa
Pickup
Truck
Bus
Tronton
0
10
20
30
40
50
60
Jenis Kendaraan
Tin
gkat
Pen
garu
h
Survei WWF – TNBBS November 2008
Temuan Tapak Satwa di Sekitar jalan Tembus Sanggi-Bengkunat
Berdasarkan Patroli RPU - YABI tahun 2003 - 2008
S
S
S
S
#
##
#
##
#
#
#
#
#
##
#
#
#
##
#
##
#
##
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
###
#
#
######
#
####
#
#
#
#
#
#
####
#
###
##
####
# #
#
#
#
##
##
######
#
####### ######
#####
####
# ###
###
#
#
#
#
##
WONOSOBO
SUKARAJA
WAY HENI
WAY NIPAH
BENGKUNAT
W. S
em
aka
#S
#S
#S
#S
#
#
# #
#
#
##
#
#
#
#
#
#
#
#
# #####
##
#
#
## ##
#######
###
#
#
###
#
#
##
####
##
### #
#################
#
##
#
######
#
###
#
#####
## #
## ##
#####
W. S
em
aka
WONOSOBO
SUKARAJA
WAY HENI
WAY NIPAH
BENGKUNAT
#S
#S
#S
#S
#
#
#
#
#
#
#
#
#
##
#
#
##
#
#
#
#
#
###
##
##
##
##
#
#
#
#
#
#
#
##
##
##
#
###
# ################
#
#
#####
#
#
######
#########
##
######
#######
# ##
######
####
#####
#####
####
#####
##
#
####################
#####
########
#
##
########
#################
#
#
#
W. S
em
aka
WONOSOBO
SUKARAJA
WAY HENI
WAY NIPAH
BENGKUNAT
#S
#S
#S
#S
#
#
#
#
#
#
#
#
##
#
#
#
##
#
#
#
#
##
#
#
#
##
#
#
#
#
##
###
#
#
#
##
#
#
#
##
#
###
##
###
##
#
#
#
##
#
#
W. S
em
aka
WONOSOBO
SUKARAJA
WAY HENI
WAY NIPAH
BENGKUNAT
#S
#S
#S
#S
##
##
#
#
#
#
#
#
##
#
#
# #
#
#
#
#
#
#
#
###
##
#
##
#
#
###
#
#
#
###
##
##
##
##
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
##
#
#
W. S
em
aka
W. Pem
eriha
n
W. B
amban
WONOSOBO
SUKARAJA
WAY HENI
WAY NIPAH
BENGKUNAT
#S
#S
#S
#S
#
#
#
##
##
#
#
#
##
#
##
#
##
#
#
#
#
#
#
#
#
W. S
em
aka
W. Pem
eriha
n
W. B
amban
WONOSOBO
SUKARAJA
WAY HENI
WAY NIPAH
BENGKUNAT
Kawasan TNBBS
Daerah Radius 5 Km dari jalan
Daerah yang beririsan dengan TN
Jalan Sanggi-Bengkunat
# Gajah
# Harimau
# Badak
Legenda
Sumber Data :RPU - Yayasan Badak Indones ia
N
EW
S
W. Semaka
W. Pe merihan
W. Bamban
20072006 2008
200520042003
By RP U-BBS, Yayasan badak Indones ia
Sekitar 18.200 ha (5 km kanan kiri jalan)Sudah tidak ada lagi kubangan Badak aktif,Dan berkurangnya jalur satwa (dari 9 jalur Menjadi 3 jalur)
DAMPAK JALAN TEMBUS DI KAWASAN TNBBS
BAGI PENGELOLAAN HIDUPAN LIAR
1. Terjadi Fragmentasi Habitat (Terputusnya jalur dan koridor
satwa)
2. Rentannya Konflik Satwa Liar – Manusia
3. Perubahan perilaku satwa/ behavior change.
4. Perpindahan satwa ke habitat yang jauh dari jalan tembus.
5. Mempermudah akses terhadap illegal logging,perambahan
hutan dan perburuan satwa.
6. Rentan penyebaran penyakit terhadap satwa liar.
Harapan Pengelolaan (Penyelenggaraan Lalu Lintas &
Angkutan Jalan) Dalam Kawasan Taman Nasional
1. Rekonstruksi ruas jalan untuk memberikan akses perlintasan satwa
2. Adanya Kesepakatan waktu penggunaan jalan untuk memberikan
kesempatan satwa menggunakan 2 bagian habitat yang terpisah
(mekanisme buka – tutup)
3. Membatasi jenis dan tingkat kebisingan kendaraan yang melintas
kawasan , (Tronton, Trailler, Truck Besar dan Bus Besar)
4. Kerjasama Pengelolaan Jalan dalam kawasan secara kolaboratif
5. Tidak ada lagi pembukaan jalan baru (jalan umum) dalam Taman
Nasional
Diperlukan sebuah pedoman dalam pengembangan dan manajemen jalan dalam kawasan konservasi dalam hal ini Taman Nasional di Indonesia untuk mengurangi dampak negatif jalan tersebut bagi lingkungan hidup sekitar
Tahap pertama adalah survei awal baik survei dari biodiversitas satwa maupun vegetasi serta survei pendukung lainnya (jalur satwa, jalur air, kontur, dll.) yang diperlukan sebagai syarat untuk membangun jalan dalam Taman Nasional, bagi jalan yang sudah ada diperlukan survei penggunaan jalan dan kontur jalan sendiri.
Tahap kedua adalah mengidentifikasi solusi-solusi dan pilihan-pilihan untuk mengurangi ekses dari pengembangan jalan dalam Taman Nasional.
Tahap ketiga adalah perencanaan dan implementasi dari solusi yang dipilih.
Tahap keempat adalah pembangunan struktur atau konstruksi dan tahap pengawasan serta perawatan struktur.
Tahap kelima adalah tahap pengawasan dan evaluasi apabila ada perbaikan dan ubah suai maka akan dilakukan pada tahap ini.
Survei Awal
Identifikasi
Solusi
Imple-mentasi Evaluasi dan
Monitoring
Konstruksi1 2
3
4 5
Canopy crossing
Over pass◦ Jembatan
Zebra Cross dan Manajemen Jalan Under pass◦ Terowongan
◦ Jembatan bagi kendaraan
◦ Jalan layang bagi kendaraan
Manajemen Waktu
Manajemen Jenis Kendaraan
Bentuk Mitigasi konflik jalan dalam Taman Nasional
Jembatan Kanopi sangatdiperlukan sebagai salahsatu opsi mitigasi, karenahewan-hewan arboreal sangat banyak jenisnya dihutan-hutan di indonesia. Solusi ini menjadi sangatvital bagi Taman Nasionalyang terpotong oleh jalanraya.
Karena, umumnya hewan-hewan arboreal ini sangattidak suka untuk turun kelantai hutan, jadipergerakan merekaterbatas dari pohon kepohon.
Jembatan yang paling lebar pernah dibangun diBanff selebar 50m, kemudian yang standardibangun diberbagainegara eropa dan amerikamemiliki lebar 7m-22m.
Keoptimalan penggunaanjembatan penyeberangandapat pula ditingkatkandengan menambahvegetasi yang tepat padajemabatan penyeberangandan di pintu masuk dankeluar jembatanpenyeberangan serta padabadan jembatan
Penyeberangan tipeunderpass dapat berupajembatan, jalan layangmaupun terowongan box culvert atau bahkansesederhana pipagorong-gorong biasa.
Berikut Tabel dibawah inimenyajikan tipe-tipepenyeberanganunderpass dankemungkinan digunakanoleh jenis satwa manasaja.
Kelas
Underpass
Dimensi Fungsi Contoh Struktur Contoh Satwa yang Menggunakan
Kelas D:
Underpass
Kecil
Maksimal
tinggi atau
lebih rendah
dari 1,5m
Memberikan perlindungan pada hewan-
hewan kecil. Juga dapat
diimplementasikan pada penyeberangan
hewan air atau pada gabungan keduanya
penyeberangan air di tengan dan disisi
kanan-kiri adalah penyeberangan kering.
Jembatan Kecil, Box
Culvert Kecil, Pipa
Drainase yang bisa
berfungsi sebagai
penyeberangan
hewan air
Hewan-hewan kecil yang tidak terlalu
sensitif terhadap ruang tertutup:
Amfibi, Reptil, Mamalia Kecil,
Beberapa Mamalia Sedang, Hewan-
hewan air
Kelas C:
Underpass
Sedang
Box Culvert
dengan
Tinggi Lebih
Besar dari
1,5m sampai
2,5m
Dimensi yang cukup besar memberikan
kesempatan bagi hewan sedang dan
sebagiakan kecil hewan besar bisa lewat.
Cukup memberikan perlindungan bagi
hewan yang melintas, serta terowongan ini
bisa digabung dengan penyeberangan air
(multi fungsi).
Box Culvert, Konstruksi
Pipa Baja baik Kotak
Maupun Arch, serta
Jembatan Kecil.
Hewan yang cukup sensitif dengan
tempat tertutup sehingga jalan keluar
harus terlihat jelas bagi hewan ini.
Contohnya adalah mamalia sedang
Rusa, Kancil dan Babi Serta Karnivora
Besat seperti Harimau dan Beruang.
Juga tentunya dimanfaatkan hewan-
hewan lain yang menggunakan
penyeberangan yang lebih kecil.
Kelas B:
Underpass
Besar
Box Culvert
dengan
tinggi
minimal: 2,5m
sampai 6m,
dan
Jembatan
Sedang
Memberikan jalur penyeberanganbagi
mamalia besar yang sangat berhati-hati
memerlukan jarak pandang yang cukup
jauh serta ruang untuk bermanuver. Juga
mungkin dengan perlindungan apabila
dikamuflase dengan vegetasi tertentu.
Box Culvert Standar,
Pipa Metal Besar dan
jembatan dengan
tinggi minimal 2.5m
dan lebar minimal
10m. Jembatan juga
bisa memberikan jalur
penyeberangan air
yang cukup.
Hampir seluruh mamalia besar seperti
Rusa, Babi, Gajah, Kerbau serta
Karnivora besar sepert Harimau dan
Beruang. Juga tentunya
dimanfaatkan hewan-hewan lain
yang menggunakan penyeberangan
ang lebih kecil.
Kelas A:
Underpass
Sangat Besat
Jembatan
Layang Bagi
Kendaraan
Memberikan jalur penyeberangan yang
ideal dengan vegetasi yang sesuai dapat
menjadi pilihan penyeberangan untuk
semua hewan. Tentunya juga bisa
digabung dengan jalur penyeberangan air.
Jalan Layang,
Jembatan Besar
Seluruh Hewan Terestial Termasuk
Badak dan Hewan Air
“Zebra Cross” untuk penyeberangan satwa dapatdiimplementasikan pada area-area tertentu dalam Taman Nasional. Ide utama tipe penyeberangan ini adalah parapengemudi kendaraan harus berhati-hati terhadap hewanliar yang menyeberang.
Cara paling umum yang dilakukan adalah denganmemberikan rambu-rabu peringatan khususpenyeberangan satwa dan rambu pembatasan kecepatankendaraan.
Manajemen jalan dapat dilakukan dengan beberapa hal:Pembatasan KecepatanPembatasan Jenis KendaraanPembatasan Waktu
Jenis mitigasi ini bisa dimanfaatkan oleh hewan-hewanterbang serta pada area dimana tipe mitigasi lain tidakmemungkinkan
Diperlukan sebuah guide line atau pedoman dalam pengembangan jalan dalam kawasan konservasi (NSPM)
Tipe-tipe mitigasi yang memungkinkan adalah overpass, underpass, dan manajemen penggunaan jalan
Diperlukan dukungan dari berbagai pihak untuk melaksanakannya
Potensi ekowisata pada koridor jalan
Bellis, M. 2007. Evaluating the effectiveness of wildlife passage structures on the Bennington Bypass. dalam: Proceedings of the 2007 International Conference on Ecology and Transportation. Editor C. L. Irwin, P.Garrett, dan K.P. McDermott. Raleigh, NC: Center for Transportation and the Environment, North Carolina State University, North Carolina, in Press.
Bissonette, J.A., M. E. Lehnert, dan J. W. Haefner. 2000a. Dead on the road: mitigative models to address deer highway mortality. Absrak P. 52. Prosiding dari Simposium: Wildlife and Highways: Seeking solutions to an ecological and socio-economic dilemma. 7th Ann. Meeting of the Wildlife Society, Nashville.
Clevenger, A.P, dan N. Waltho. 2000. Factors influencing the effectiveness of wildlife underpasses in Banff National Park, Alberta, Canada. Conservation Biology. 14:47-56.
Clevenger, A. P., B. Chruszcz, dan K. Gunson. 2001. Drainage culverts as habitat linkages and factors affecting passage by mammals. Journal of Applied Ecology 38:1340-1349.
Clevenger, A. P., dan N. Waltho. 2005. Performance indices to identify attributes of highway crossing structures facilitating movements of large mammals. Biological Conservation. 121:453-464.
Clevenger, A. P., B. Cruszcz, K. Gunson, dan J. Wierzchowski. 2001. Highway mitigation fencing reduces wildlife-vehicle collisions. Wildlife Society Bulletin 29:646-653.
Clevenger, A. P., B. Chruszcz, dan K. Gunson. 2001. Drainage culverts as habitat linkages and factors affecting passage by mammals. Journal of Applied Ecology 38:1340-1349.
Dodd, C.K., W.J. Barichivich, dan L.L. Smith. 2004. Effectiveness of a barrier wall and culverts in reducing wildlife mortality on a heavily traveled highway in Florida. Biological Conservation: 118:619-631.
Foresman, K. 2003. Small mammal use of modified culverts on the Lolo south project of western Montana -an update. Prosiding dari the International Conference on Ecology and Transportation, editor C. Leroy Irwin, Paul Garrett, dan K.P. McDermott. Raleigh, NC: Center for Transportation and the Environment, North Carolina State University, 2003.
Jaeger, J., J. Bowman, J. Brennan, L. Fahrig, D. Bert, J. Bouchard, N. Charbonneau, K. Frank, B. Gruber, dan K. Tluk,von Toschanowitz. 2005. Predicting when animal populations are at risk from roads: an interactive model of road avoidance behavior. Ecological Modeling 185:329-348.
Jackson, S. D., dan T. F. Tyning. 1989. Effectiveness of drift fences and tunnels for moving spotted salamanders Ambystoma maculatum under roads. Pages 93-99 in T.E.S. Langton (ed). Amphibians and Roads, proceedings of the toad tunnel conference. ACO Polymer Products, Shefford, Inggris.
Jackson, S. D. 2003. Proposed design and considerations for use of amphibian and reptile tunnels in New England. University of Massachusetts, Amherst.
Desyana, C. 2009. Kaban: Jalan Trumon-Bulohseuma Buka Isolasi. Koran Tempo Edisi 22 Juni2009.
van Manen, F. T., J. D. Jones, J. L. Kindall, L. M. Thompson, dan B. K. Scheick. 2001. Determining the potential mitigation effects of wildlife passageways on black bears. Pages 435-446 in C. L. Irwin, P. Garrett, and K.P. McDermott, editor. Prosiding dari the 2001 International Conference on Ecology and Transportation, Center for Transportation and the Environment, North Carolina State University, Raleigh, North Carolina.
Waller, J. S. dan C. Servheen. 2005. Effects of transportation infrastructures on grizzly bears in northwestern Montana. Journal of Wildlife Management 69:985-1000.
1. Diperlukan survey lanjutan, biodiversitas, landscape ecology, dan survey pendukung
2. Perlu disusun rencana Mitigasi untuk mengatasi ekses kerusakan dan perbaikan serta pemeliharaan landscape baik untuk satwa dan vegetasi setempat
3. Karena potensi longsor yang tinggi perlu solusi teknologi yang sesuai untuk stabilitas lereng dan drainase jalan yang disesuaikan dng drainase asli
4. Penanganan teknis jalan harus bersamaan dengan penguatan lereng secara vegetatif