ir. budiono kartohadiprodjo - digilib.itb.ac.id · kalau ada orang yang tidak senang pada kita, ......
TRANSCRIPT
elama di ITB saya berbicara ini, saya sebenarnya agak aneh sedikit. Dari
pertama dulu diminta pak Kusmayanto mengajar dan memberikan
pelatihan mengenai . Saya tanya, Pa Kus kenapa
kompetensi saya mengajar ? Pak Kus hanya
menanyakan, mau bantu ITB? Saya menyatakan mau karena ITB
merupakan rumah saya. Jadi saya bilang saya akan bantu. Hari ini saya
dikontak juga oleh Pak Adi. Akhirnya saya berkesimpulan adalah
praktiknya. Kebetulan masalah kebangsaan sangat menggelitik bagi saya.
Apa ancamannya, apa peran ITB dalam hal ini?
Ini terakhimya adalah kalau kebangsaan kuat maka kemandirian akan
terwujud. Politik mewujudkan kompetensi antar bangsa. Masalah
keamanan dunia tidak lagi menuju pada . Adanya blok
menimbulkan adanya perlombaan senjata, isu politik, ekonomi, dan
masalah pertahanan tidak bisa dipisahkan.
Kalau ada orang yang tidak senang pada kita, jangan kita katakan dia
musuh. Kita harus sadar. Kalau Indonesia menjadi negara yang sangat
kuat, maka hal itu sangat tidak disukai. Banyak negara yang akan
terganggu. Keinginan orang lain agar kita tidak kuat, tentunya bertentangan
dengan keinginan kita. Yang dapat menyelamatkan bangsa adalah kita. ITB
harus mampu menghasilkan profesional yang cerdas dan bermanfaat.
Profesional yang handal tidak didukung tingkat kehidupan yang memadai.
Ada kemungkinan bahwa bangsa ini menjadi sangat bodoh dilakukan
communication skill
communication skill
a sistematic warfare
Nilai-nilai profesionalisme untuk mewujudkan
kemandirian bangsa
Alumni ITB, Direktur PT. Era Media Informasi
Ir. Budiono Kartohadiprodjo
S
19
1. Filino Harahap
T: Saya kira apa yang dipresentasikan oleh ketiga pembicara ini baik sekali,
kalau kita bisa menyambung-nyambungkannya supaya terjadi
pembelajaran. Pak Dillon dan Pak Raka menoleh ke belakang, mau minta
tolong ke pak Sukarno, melihat perubahan cara pandang.
dari semua presentasi ini, adalah kemajuan dalam bidang informasi dan
transportasi. Masalahnya peran ITB. Sebetulnya kalau kembali kepada hal
penting yang perlu dipraktekkan, adalah bukan memperkaya pengetahuan
substansial dan memperkaya pengetahuan kontekstual, tetapi bagaimana
menyambung apa yang substanstial dengan konteks yang ada. Jadi
ketidak mampuan kita untuk menyambung gagasan dengan konteks, diri
kita dengan lingkungan kita.
Pembelajaran itu kita harus melihat . Pembicara terakhir
membawahkan yang terkait dengan , yaitu
. Kita tidak sembunyi lagi dari . Harusnya
ITB melihat kesana. Untuk melihat kesana apakah ada modalnya? Lalu
bagaimana kita mau menegakkan konsep yang bombastis. Inilah
bagaimana hal ke depan untuk mengatasi masalah ke
depan. Tetapi perang informasi terus mengubah kita di semua aspek
kehidupan.
Superimpose
connection
virtual knowledge information
technology information technology
how do we do sense
Pertanyaan - Jawaban
Pertanyaan Sesi-1
21
2. Suharyadi
3. Kusumaedi (Teknik Sipil ITB Angkatan '70)
4. Indratmo (Mahasiswa Teknik Sipil ITB)
Prof. Dr. I Dewa Gede Raka
T: Ketika saya mendengar permulaan, itu semuanya berpulang ke institusi.
Sebetulnya ada hal yang penting di ITB yaitu lulusannya. Ini dapat
berdampak besar, kalau kita memberi pendidikan kebangsaan kepada
mereka. Perubahan paradigma pendidikan itu yang harus kita lakukan. Kita
harus juga membangun leadership. Terimakasih, semoga ini dapat
diterima.
T: Menanggapi dari pak Gde Raka, dan mas Budiono, mengenai ITB
sebagai institut dibandingkan dengan universitas. Saya ada usul, selama
ini proyek akhir kita selalu terfokus pada bangunan bertingkat. Saya belum
cek apakah juga begitu. Pertama, Coba didik satu atau dua proyek akhir
yang , dibuat satu proyek penelitian, sebagai proyek
akhir masing-masing mahasiswa dan hasilnya disumbangkan ke
pemerintah.
Kedua, mengenai UU no. 74 tentang sumberdaya air, kemudian mengenai
PP tentang sistem penyediaan air minum, semua supply air minum harus
dapat langsung diminum. Dari 214 PDAM belum ada satupun yang suplai
airnya langsung bisa kita minum. Kami lihat paguyuban Alumni 70 sudah
mengikuti nilai simposium ini. Alumni 70 membangun instalasi pengelolaan
air yang tersebar di seluruh kampus dengan kualitas air langsung bisa
diminum. Kami persilakan untuk mencoba di masing-masing departemen.
T: Pertama, elemen terbanyak di ITB adalah mahasiswa, tetapi kenapa
yang hadir dari kalangan mahasiswa sedikit. Kedua, sebagai mahasiswa,
saya lihat bahwa mahasiswa belum terlalu dirangkul dalam hal riset.
Tadi ada statement bahwa harusnya sebagai lembaga pendidikan, yang
saya rasa rasakan kami harus mengikuti peraturan dalam pelatihan. Yang
saya alami, kita di himpunan rapatnya malam. Jadi diskusi segala macam
bisanya baru malam, karena siang kuliah. Buat kedepan,
bisakah digunakan sampai jam 11 malam?
J: Kenapa mahasiswa sedikit. Mungkin ini bedanya mahasiswa dulu
dengan mahasiswa sekarang. Tidak tahu apakah undangannya sampai
atau tidak. Barangkali zaman juga sudah berubah. Kalau kita berbicara
integrated departement
Campus Center
Jawaban Sesi-1
22
pendidikan, yang perlu kita kembangkan adalah suasana. Untuk
merancang suasana kita harus pelajari. Unit kegiatan mahasiswa adalah
arena untuk pendidikan. Agenda pendidikan itu sebagian besar berada di
tangan mahasiswa sendiri. Institut menyediakan suasananya, fasilitasnya.
J: Menanggapi pak Haryadi, saya sepenuhnya mendukung apa yang
Bapak sampaikan. Pertama, kita sering sekali lupa peran lulusan kita.
Setelah keluar dari ITB, sepertinya hubungannya terputus. Sebab itu saya
katakan, kalau kita mau menjalankan misi nilai kebangsaan untuk bangsa
ini, kita perlu membangun alumni kita. Alumni kita jumlahnya akan terus
bertambah. Bisakah kita bersama-sama menghidupkan kampus dengan
alumni. Apalagi dalam BHMN, universitas maju karena dukungan
alumninya. Kedua, pendidikan kita diarahkan untuk membangun karakter.
Substansi dapat kita peroleh diluar. Ini perlu kita lihat lagi implementasinya.
J: Pak Filino, lulusan belum menjadi asset, tetapi masih potensi.
J: Menanggapi pak Filino, memang ke depan kita harus mengubah sistem.
Sebab ke depan pertarungan sudah kepada . tempat
tumbuhnya adalah manusia. Oleh karena itu yang perlu kita didik adalah
manusianya. Selama ini pembangunan kita ke arah ,
bukan pada . Bangsa ini kalau manusianya tidak
dibereskan, maka tidak akan beres. Ke depan, mengapa saya katakan,
negara tidak usah adil pada pendidikan dan hukum. Kita secara politik tidak
mempunya keberanian untuk itu. Ke depan kita harus membangun bangsa
ini atas dasar .
J: Pak Haryadi, saya pikir, kita membuat paradigma berpikir yang lebih
berkonsentrasi pada isi daripada memperhatikan bungkus. Yang lebih
penting adalah apakah isi dari SKS? Isi adalah tujuan utama. Oleh karena
itu, di dalam membangun perusahaan, saya tidak mengenal anda alumni
mana. Saya tidak peduli mempunyai IP berapa. Yang saya perduli adalah
anda bisa jawab, dan anda bisa apa.
J: Pak Edi, mengenai proyek akhir bisa saja. Tetapi Insinyur itu buat saya
adalah orang yang lulus dari ujian yang diselenggarakan oleh institut. Yang
penting adalah kita ini bisa menggunakan otak akal dalam kehidupan kita.
J: Angkatan 70, saya salut. Pak Indratmo, kalau penelitian jangan tunggu
inisiatif dosen. Kalau menunggu dosen, dosennya diam saja. Jadi
. Kita harus bermental pemimpin, apapun diri kita. Jabatan boleh
Ir. Budiono Kartohadiprodjo
knowledge Knowledge
nature resource based
human resource based
human resource
take
initiative
23