irwan punya retensi urine & bph
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
1/44
BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
DAN
RETENSI URINE
Pembimbing :dr. Susilo Rachman.,Sp.B
dr. Asriel Aziz., Sp.B
Disusun Oleh:
Irwan Dwi Prabowo
04 70 0240
SMF ILMU BEDAH
RSUD Dr. R. KOESMA TUBAN
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya
2011-2013
1
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
2/44
1. LAPORAN KASUS
2. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. T
b. Umur : 72 thn
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Tawang rejo, Tambak boyo
e. Pekerjaan : Tayup (Bag. Penabuh Gamelan)
f. Agama : Islam
g. Suku bangsa : Jawa
h. MRS : tanggal 19 agustus 2011
i. Ruangan : Ruangan Bougenville
j. No. Rekam medis : 09.43.13
3. Anamnesa tanggal 19 austus 2011
4. KU : Tidak bisa kencing sendiri
a. RPS : Pasien tidak bisa kencing bila selang kateter dilepas
5. RPD : Sudah hampir 7 bulan pasien mengalami kesulitan BAK, bila
ingin BAK harus mengejan dan keluar sedikit-sedikit dan nyeri, sering
tidak puas setelah selesai BAK.
2
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
3/44
i. Sejak 7 bulan yang lalu pasien memakai kateter karena
kencing tidak bisa keluar dan setiap bulan kateter di ganti 2
kali di Puskesmas setempat, bila kateter dilepas pasien
tidak bisa kencing.
6. Pemeriksaan fisik tanggal 19 agustus 2011
a. -. Status Generalis
b. KU : Cukup
c. Kesadaran : Compos mentis
d. Status Gizi : Cukup
e. Tensi : 120/80 mmHg
f. Nadi : 80 x/menit
g. Suhu : 36,2 C
h. RR : 20 x/menit
i. Kepala : A/I/C/D : -/-/-/-
j. Leher : Limfedenopati : -
1. Peningkatan JVP : -
2. Pembesaran tyroid : -
3
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
4/44
k. Thorax : Bentuk simetris, tidak ada retraksi,
1. Sonor, suara nafas vesikuler,
2. Rh -/-, Wh -/-
l. Abdomen : Supel, nyeri tekan
1. Massa -, timpani, BU +
m. Ekstremitas : Perfusi hangat kering merah, tidak ada oedema
n. -.Status Urologis
7. Ginjal : Palpasi Bimanual
a. Ginjal tidak teraba, nyeri tekan -,
ii. Buli-buli : Inspeksi tidak menonjol pada suprapubik,
a. Palpasi : tidak ada tahanan, nyeri tekan -,
8. Regio Genitalia
i. Inspeksi : terpasang folley cateter no 16, urine
kuning jernih
ii. Palpasi : dilakukan Rt dalam posisi litotomy
a. Tonus Spinter ani masih terasa kuat, mukosa
rectum licin dan halus, tidak ditemukan
hemorroid, ditemukan prostat di arah jam 12
4
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
5/44
dengan konsistensi padat, permukaan rata
dengan ukuran kira-kira 4 cm, batas atas
tidak teraba, saat jari dikeluarkan tidak
tampak darah dan faeces.
9. Resume
a. Pasien Tn. Tasiran umur 72 tahun datang dengan keluhan tidak
bisa kencing hampir 7 bulan, setiap bulan kateter di ganti 2 kali,
pada pemeriksaan fisik dilakukan RT ( rectal toucher ) di temukan
pembesaran prostat di arah jam 12 dengan konsistensi padat,
permukaan rata dengan ukuran kira-kira 4 cm, batas atas tidak
teraba.
10. Diagnosa banding
a. Prostatitis
b. Karsinoma prostat
11. Pemeriksaan penunjang
12. Laboratorium tanggal 19 agustus 2011
i. -. Hb : 13,9 gr/dl
ii. -. Leukosit : 7.500 sel/ul
iii. -. Eritrosit : 4.620.000 juta sel/ul
5
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
6/44
iv. -. LED : 8/28/jam
v. -. Hitung jenis : -/-/-/87/10/3
vi. -. Trombosit : 266.000 sel/ul
vii. -. PCV : 42,1 %
viii. -. BT : 1 menit 30 detik
ix. -. CT : 9 menit 50 detik
x. -. SGOT : 15 ui/IL
xi. -. SGPT : 24 ui/IL
xii. -. BUN : 19,3
xiii. -. Serum Kreatinnin : 0,89
xiv. -. GDR : 102,6
13. EKG Abnormal nonspesifik ST tinggi
14. Diagnosa : BPH, ISK e.c folley cateter
15. Usulan terapi
16. Diet TKTP dan banyak minum
17. Pergantian folley cateter
18. Prostatectomy
6
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
7/44
19. Medikamentosa -. Infus RL 20tpm
a. -. Inj. Antibiotik
20. Follow Up
a. Tanggal 20.08.2011
21. S : Nyeri dirasakan pada kemaluan karena di pasang selang, BAK +, BAB
+, pusing -, Sesak -
: Sudah 7 bulan BAK
menggunakan kateter
ii. Warna urine : kuning jernih
iii. Tensi : 120/80 mmHg
iv. Nadi : 80 x/menit
v. Suhu : 36,2 C
vi. RR : 20 x/menit
b. A : Retensi urine e.c BPH
c. P : -. Infus RL
d. -. Pasien di puasakan
e. -. Injeksi Antibiotik
f. -. Kaji nyeri
7
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
8/44
g. -. Obs. TTV
h. Tanggal 21.08.2011
22. S : Kemeng dirasakan pada daerah kemaluan, sedikit cekot-cekot, mual -,
muntah, pusing
: Warna urine : kuning jernih
ii. Tensi : 110/70 mmHg
iii. Nadi : 80 x/menit
iv. Suhu : 36 C
v. RR : 18 x/menit
23. A : Retensi urine e.c BPH
a. P : -. Infus RL
b. -. Pasien di puasakan
c. -. Injeksi Antibiotik
d. -. Kaji nyeri
e. -. Obs. TTV
f. Tanggal 23.08.2011
g. Operasi
h. Tanggal 24.08.2011
i. S : Nyeri pada bekas operasi, flatus -, BAB
8
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
9/44
: Warna urine : Merah
ii. Drain : darah
iii. Tensi : 110/80 mmHg
iv. Nadi : 84 x/menit
v. Suhu : 36,5 C
vi. RR : 20 x/menit
j. A : Post op prostatectomy hari ke I
k. P : -. Pasien dipuasakan
l. -. Kaji nyeri
m. -. Rawat luka
n. -. Obs. TTV
o. -. Tx tetap
p. Tanggal 25.08.2011
q. S : Nyeri pada bekas operasi, flatus +, BAB , Pusing +
: Warna Urine : Merah
r. Drain : Darah
s. Tensi : 130/90 mmHg
i. Nadi : 80 x/menit
ii. Suhu : 36,5 C
iii. RR : 20 x/menit
t. A : Post op prostatectomy hari ke II
9
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
10/44
u. P : -. Pasien dipuasakan
v. -. Kaji nyeri
w. -. Rawat luka
x. -. Obs. TTV
y. -. Tx tetap
z. Tanggal 26.08.2011
aa. S : Nyeri pada bekas operasi sudah berkurang, flatus +, BAB ,
Pusing -
: Warna Urine : Merah
bb. Drain : Darah
cc. Tensi : 130/90 mmHg
i. Nadi : 80 x/menit
ii. Suhu : 36,2 C
iii. RR : 20 x/menit
dd. A : Post op prostatectomy hari ke III
ee. P : -. Pasien dipuasakan
ff. -. Rawat luka
gg. -. Obs. TTV
hh. -. Tx tetap
ii. Tanggal 27.08.2011
10
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
11/44
jj. S : Nyeri pada bekas operasi sudah berkurang, flatus +, BAB ,
Pusing
: Warna Urine : Merah
kk. Drain : Darah
ll. Tensi : 120/80 mmHg
i. Nadi : 80 x/menit
ii. Suhu : 36,3 C
iii. RR : 20 x/menit
mm. A : Post op prostatectomy hari ke IV
nn. P : -. Diet TKTP
oo. -. Rawat luka
pp. -. Obs. TTV
qq. -. Tx oral
rr. -. Mobilisasi
ss. Tanggal 30.08.2011
tt. S : Nyeri pada bekas operasi sudah berkurang, flatus +, BAB +,
Pusing
: Warna Urine : Merah
11
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
12/44
uu. Drain : Darah
vv. Tensi : 120/80 mmHg
i. Nadi : 80 x/menit
ii. Suhu : 36,3 C
iii. RR : 20 x/menit
ww. A : Post op prostatectomy hari ke V
xx. P : -. Diet BH
yy. -. Rawat luka
zz. -. Obs. TTV
aaa. -. Tx oral
bbb. -. Mobilisasi
ccc. Tanggal 31.08.2011
ddd. S : Nyeri pada bekas operasi sudah berkurang, flatus +,
BAB +, Pusing
: Warna Urine : Jernih
eee. Drain : Kosong
fff. Tensi : 120/80 mmHg
i. Nadi : 80 x/menit
ii. Suhu : 36 C
iii. RR : 20 x/menit
ggg. A : Post op prostatectomy hari ke VI
12
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
13/44
hhh. P : -. Diet MB
iii. -. Rawat luka
jjj. -. Obs. TTV
kkk. -. Tx oral
lll. -. Mobilisasi
mmm. Tanggal 01.09,2011
nnn. S : Nyeri pada bekas operasi -, flatus +, BAB +, Pusing
: Warna Urine : Jernih
ooo. Drain : Kosong
ppp. Tensi : 120/80 mmHg
i. Nadi : 80 x/menit
ii. Suhu : 36 C
iii. RR : 20 x/menit
qqq. A : Post op prostatectomy hari ke VII
rrr. P : -. Diet MB
sss.-. Rawat luka
ttt. -. Obs. TTV
uuu. -. Tx oral
vvv. -. Mobilisasi
13
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
14/44
www. Tanggal 02.09,2011
xxx. S : Nyeri pada bekas operasi -, flatus +, BAB +, Pusing
: Warna Urine : Jernih
yyy. Drain : Kosong
zzz. Tensi : 120/80 mmHg
i. Nadi : 80 x/menit
ii. Suhu : 36 C
iii. RR : 20 x/menit
aaaa. A : Post op prostatectomy hari ke VIII
bbbb. P : -. Diet MB
cccc. -. Rawat luka
dddd. -. Obs. TTV
eeee. -. Tx oral
ffff. -. Off DC
gggg. -. Mobilisasi jalan-jalan
hhhh. Tanggal 03.09,2011
iiii. S : Nyeri pada bekas operasi -, flatus +, BAB +, Pusing
: Drain : Kosong
jjjj. Tensi : 120/80 mmHg
14
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
15/44
i. Nadi : 80 x/menit
ii. Suhu : 36 C
iii. RR : 20 x/menit
kkkk. A : Post op prostatectomy hari ke IX
llll.P : -. Off Drain
24. KRS
25.RETENSI URINE
15
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
16/44
a. Kegawat daruratan urologi yang paling sering dijumpai diklinik
kesehatan adalah sumbatan urine akut. Sumbatan urine akut dapat
terjadi pada saluran kemih bagian atas maupun bagian bawah.
Saluran kemih bagian atas akan memberikan manifestasi klinik
berupa kolik atau anuria, sedangkan saluran kemih bagian bawah
akan memberi manifestasi klinik berupa retensi urine.(2)
b. Proses miksi normal:
26. Pada saat kosong, buli-buli terletak dibelakang simpisis pubis dan saat
penuh berada diatas simpisis pubis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi.
Buli-buli yang terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf aferen dan
menyebabkan aktifitas pusat miksi dimedula spinalis segmen sakral S2-4.
Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot destruksor, terbukanya leher
buli-buli, dan relaksasi spinter uretra sehingga terjadilah proses miksi.(2)
a. Retensi urine merupakan ketidak mampuan seseorang untuk
mengeluarkan urine yang terkumpul didalam buli-buli hingga
kapasitas maksimal buli-buli terlampaui.(2) .
27. Retensi urine bisa terjadi secara akut atau kronis, bisa juga terjadi secara
total atau partial. Retensi urine juga harus bisa dibedakan dengan anuria
atau oligouria
28. Pada anuria, keadaan dimana orang tersebut tidak dapat mengeluarkan
kencing sama sekali atau < 100 cc / 24 jam karena produksinya di ginjal
tidak ada, sedang oligouria adalah berkurangnya produksi air kencing,
dikatakan oligouria bila urine < 400 cc / 24 jam. (1)
16
http://oligouria.la/http://oligouria.la/ -
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
17/44
29.
a. Berdasarkan lokasi penyebab retensi urine dapat dibagi menjadi :
30. Supra Vesika
31. Penyebab supra vesika adalah hal-hal yang disebabkan persarafan kandung
kemih misalnya trauma medula spinalis, atau kerusakan saraf simpatis dan
parasimpatis akibat trauma operasi atau neuropati DM.
32. Obat-obatan antikholinergik, smooth muscle relaksasi, simpatikomimetik
juga dapat menyebabkan retensi urine.(1)
33. Vesika
34. Penyebab vesika adalah kelainan kandung kemih yang diakibatkan
obstruksi lama atau infeksi kronis yang menyebabkan fibrosis buli-buli
sehingga kontraksi buli-buli melemah.(1)
35. Infra Vesika
36. Penyebab infra vesika adalah penyebab mekanik seperti klep uretra
posterior kongenital, meatus stenosis kongenital, striktur uretra, batu
uretra, dan prostat hipertropi.(1)37. Gambaran Kl inis
a. Gejala klinis yang terlihat pada retensi urine akut adalah pasien
mengeluh tidak bisa miksi, kencingnya tertahan, terdapat benjolan
kistrus pada perut bagian bawah disertai rasa nyeri hebat.(2). Pada
retensi urine kronik seringkali pasien tidak merasa nyeri pada supra
pubik, atau cuma sedikit nyeri walaupun buli-buli terisi penuh.(1)
17
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
18/44
38. Pemeriksaan Fisik
39. Pemeriksaan pada daerah supra pubik ditemukan:
40. Inspeksi : buli-buli mengembang.
41. Palpasi : nyeri tekan pada buli-buli.
42. Perkusi suara redup pada daerah supra pubik.
43. Auskultasi : tidak terdengar suara bising usus pada daerah supra pubik.
44. Pada genital eksterna mungkin ditemukan:
45. Teraba batu di uretra anterior(2)
46. Terlihat batu pada meatus uretra eksternum(2)
47. Teraba spongifibrosis disepanjang uretra anterior(2)
48. Terlihat fistel atau abses pada uretra(2)
49. Fimosis atau parafimosis(2)
50. Terlihat darah keluar dari uretra karena cidera uretra(2).
51. Pada pemeriksaan colok dubur setelah buli-buli dikosongkan bertujuan
untuk mencari adanya hiperplasi prostat/karsinoma prostat, dan
pemeriksaan reflek bulbokavernosus untuk mendeteksi adanya buli-buli
neurogenik(2).
52. Pemeriksaan Penun j ang
53. Pemeriksaan foto polos abdomen menunjukkan bayangan buli-buli penuh,
mungkin terllihat bayangan batu opak pada uretra atau pada buli-buli.
Pada pemeriksaan uretrografi tampak adanya striktur uretra.(2)
54. USG
a. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa massa
ginjal, mendektesi residu urine, batu ginjal dan tumor buli-buli.(2)55. IVP
a. Untuk mengetahui adanya kelainan pada sistem tractus urinary,
dengan melihat fungsi ginjal dan ureter.
18
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
19/44
56. Penatalaksanaan
a. Urine yang tertahan didalam buli-buli harus segera dikeluarkan
untuk menghindari masalah seperti: mudah terjadi infeksi saluran
kemih, kontraksi buli-buli menjadi lemah dan timbul hidroureter
dan hidronefrosis yang selanjutnya menimbulkan gagal ginjal.(2)
b. Urine dapat dikeluarkan dengan cara kateterisasi atau sistosomi.
Tindakan penyakit primer dikerjakan setelah keadaan pasien stabil.
Untuk kasus-kasus tertentu mungkin tidak perlu pemasangan
kateter terlebih dahulu melainkan dapat langsung dilakukan
tindakan definitif terhadap penyebab retensi urine, misalnya batu di
meatus uretra eksternum atau meatus stenosis dilakukan
meatotomi, fimosis atau parafimosis dilakukan sirkumsisi atau
dorsumsisi.(2)
c. Apabila penyebab retensinya kronis, maka perlu kateter di
pertahankan 5-7 hari, sambil di cari penyebabnya.(2)
19
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
20/44
57.BENIGNA PROSTATIC HIPERPLASIA
a. Disebut juga hipertropi prostat jinak (Benign Prostat Hiperplasia =
BPH) istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi
adalah hyperplasia kelenjar periuretra yang mendesak prostat yang
asli ke perifer. Insidens di Negara berkembang meningkat karena
adanya peningkatan umur harapan hidup.(1,3,4)
58. Anatomi
a. Kelenjar prostat adalah salah salah satu organ genitalia pria yang
terletak disebelah inferior bull - buli dan membungkus uretra
posterior. Bagian bawah kelenjar prostat menempal pada diafragma
urogenital atau sering disebut otot dasar Panggul.(1)
b. Batas-batas prostat:
59. Dasar : berhubungan dengan leher vesika uronaria(9)
60. Apex : berhadapan dengan diafragma urogenitalia(9)
61. Posterior : dipisahkan dengan rectum oleh septum(9)
62. Anterior : plexus venosus dan lemak memisahkan dengan sympisis
pubis(9).
63.
a. Prostat diarterialisasi oleh A. Vesikalis Caudalis dan A. Perinealis.
Prostat mendapat inervasi otonomik simpatik dan parasimpatik dari
pleksus prostatikus. Pleksus prostatikus (pleksus pelvikus)
menerima masukan serabut parasimpatik dari korda spinalis S2-4
dan simpatik dari nervus hipogastrikus (T10-L2).(2) Stimulasi
20
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
21/44
64. parasimpatik meningkatkan sekresi kelenjar pada epitel prostate,
sedangkan rangsangan simpatik menyebabkan pengeluaran cairan prostat
ke dalam uretra posterior, seperti pada saat ejakulasi. Sistem simpatik
memberikan inervasi pada otot polos prostat, kapsila prostat dan leher
buli-buli. Ditempat-tempat itu banyak terdapat reseptor adrenergic-a.
Rangsangan simpatik menyebabkan dipertahankan tonus otot polos
tersebut.(2)
a. Kelenjar ini pada laki - laki dewasa kurang lebih sebesar buah
kenari, dengan berat normal pada orang dewasa sekitar 20 gram.
Kelenjar ini terdiri atas jaringan fibromuskuler dan glandular yang
terbagi dalam beberapa daerah atau zona, yaitu zona perifer, zona
sentral, zona transisional, zona preprostatik sprinter, dan zona
anterior (McNeal 1970). (2,7)
b. Secara histopatologik kelenjar prostat terdiri atas komponen
kelanjar dan stroma. Komponen stroma ini terdiri atas otot polos,
fibroblas, pembuluh darah, saraf, dan jaringan penyangga yang
lain. (3)c. Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu
komponen dari cairan ejakulat. Cairan ini dialirkan melalui duktus
sekretorius dan bermuara di uretra posterior untuk kemudian
dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi.
Volume cairan prostat merupakan 25% dari seluruh volume
ejakulat. (2)
21
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
22/44
65. Prostate Anatomy
66.
22
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
23/44
Etiologi
a. Etiologi BPH belum jelas namun terdapat faktor resiko umur dan
hormon androgen. Perubahan mikroskopik pada prostat telah
terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini
berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada,
pria usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50%, usia 80 tahun
sekitar 80% dan 90 tahun hampir 100%.(1,4)
b. Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya BPH:
67. Teori dihidrotestosteron
68. Dihidrotestosteron merupakan metabolit androgen yang sangat penting
pada pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. DHT berikatan dengan reseptor
androgen membentuk kompleks DHT-RA pada inti sel yang kemudian
terjadi sintesis protein growth factor yang menstimulasi pertumbuhan sel
prostat.(2)
69. Ketidak seimbangan esterogen-testosteron
70. Pada usia semakin tua, kadar testosteron menurun sedangkan esterogen
relatif tetap. (2)
71. Interaksi stroma-epitel
72. Cunha (1973) membuktikan bahwa deferensiasi dan pertumbuhan sel
epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui
suatu mediator (growth factor) tertentu.(2)
73. Berkurangnya kematian sel prostat
74. Pada jaringan normal terjadi keseimbangan antara sel yang mati dan laju
proliferasi sel. Berkurangnya jumlah sel yang mati menyebabkan
meningkatnya jumlah sel secara keseluruhan sehingga menyebabkanpertambahan massa prostat.(2)
75. Teori sel stem
76. Didalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem yaitu sel yang mempunyai
kemampuan berpoliferasi sangat ekstensif Terjadinya proliferasi sel-sel
pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatnya aktivitas sel stem
sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.(2)
23
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
24/44
77. Patofisiologi
a. Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga
perubahan pada saluran kemih juga perlahan. Pada tahap awal
terjadi pembesaran prostat, resistensi pada leher buli-buli dan
daerah prostat meningkat, serta otot destrusor menebal dan
merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase
penebalan destrusor disebut fase kompensasi. Apabila keadaan
berlanjut maka destrusor akan lelah akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga
terjadi retensi urine yang selanjutnya dapat menyebabkan
hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.(2)
78.
24
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
25/44
79. Gambaran Klinis
a. Gejala-gejala yang ditimbulkan prostat hiperplasi disebut sebagai
sindroma prostatisme atau disebut juga LUTS (Lower Urinary
Tract Symptoms), (1, 2, 4) yang dibagi menjadi dua yaitu gejala
obstruktif dan gejala iritatif
80. Obstruksi
i. Hesitancy, bila penderita ingin kencing tapi tidak bisa
segera keluar, terjadi karena muskulus destrusor
membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan
tekanan uretra.(2,3,4,6)
ii. Intermittency, kencing tiba-tiba berhenti dan lancar
kembali, terjadi karena destrusor tidak dapat mengatasi
resistensi uretra sampai akhir miksi.(2,3,4,6)
iii. Terminal dribbling, atau menetes setelah miksi. .(2,3,4,6)
iv. Rasa belum puas sehabis miksi terjadi karena jumlah residu
urin yang banyak pada buli-buli. .(2,3,4,6)
v. Pancaran miksi lemah.(2,3,4,6)
81. Iritasi
i. Frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap
pada tiap miksi sehingga interval tiap miksi lebih pendek. .
(2,3,4,6)
ii. Nokturia karena hamabatan normal dari korteks berkurang
dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur. .
(2,3,4,6)
iii. Urgensi, jika ada disebabkan oleh ketidakstabilan destrusorsehingga terjadi kontraksi involunter. .(2,3,4,6)
iv. Disuria atau rasa tidak enak saat kencing.(2,3,4,6)
82. Tingkat keparahan pada penderita BPH dapat diukur dengan skor II'SS,
yang diklasifikasikan dengan skor 0-7 untuk penderita ringan, 8-18 untuk
penderita sedang dan 19-3 5 untuk penderita berat.(2,6)
25
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
26/44
83. Selain mengunakan II'SS, derajat BPH juga dapat didasarkan pada
gambaran klinis:
84. -. Derajat I : colok dubur ; penonjolan prostat, batas atas mudah
diraba, dan sisa volume urine 100 ml(3)
87. -. Derajat IV : terj adi retensi urine total. (3 )
88. Berdasarkan perkiraan berat prostat saat RT:89. -. Grade I : Perkiraan beratnya sampai dengan 30 gram
i. Besarnya kurang lebih sesuai prostat normal atau sedikit
lebih besar.
90. -. Grade II : Perkiraan beratnya antara 30-60 gram
i. Prostat jelas menonjol, batas lateral lebih besar dan
dangkal, sulkus mediana tidak teraba tetapi batas atas masih
dapat teraba.
26
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
27/44
91. -. Grade III : Perkiraan beratnya lebih dari 60 gram
i. Prostat jelas menonjol, batas atas prostat tidak dapat dicapai
oleh ujung jari telunjuk dan pada palpasi bimanual (tangan
kiri
ii. menekan diatas simpisis dan buli-buli kosong) prostat juga
teraba oleh tangan kiri.
92. Pemeriksaan Fisik
93. Fisik Umum
94. -. Pria lanjut usia
95. -. TTV
96. -. Tanda-tanda penyakit lain
97. Fisik Urologis
98. -. Ginjal: Bila teraba perlu dicurigai adanya hidronefrosis karena
stasis urin. Bila penderita merasa nyeri saat ditekan mungkin terdapat
pielqnefritis.(6)
99. -. Buli-buli: inspeksi akan terlihat menonjol pada suprapubik karena
adanya retensi urine, pada palpasi akan terasa tahanan, nyeri tekan dan
perasaan ingin miksi.(6)
100. -. Penis dan uretra: Untuk menceri kemungkinan penyebab
lain misalnya ada stenosis, striktur uretra, batu uretra, karsinoma maupun
phimosis.(6)
101. -. Scrotum: Untuk mencari ada tidaknya hernia, orchitis
ataupun epididimistis.(6)
102. -. Pemeriksaan colok dubur (Rectal Toucher)
27
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
28/44
103.
104. Tujuan :
105. Menentukan konsistensi prostat.
106. Kostitensi prostat benigna biasanya rata, bila konsistensi
berdungkuldungkul atau terdapat bagian yang lebih keras maka harus
dipikirkan adanya karsinoma.(6)
107. Menentukan besar prostat.
108. Besar prostat normal ditandai dengan batas-batas yang jelas, yaitu
sulkus lateralis mudah teraba, batas atas (pole atas) juga mudah teraba.
Dan ditengahnya terdapat sulkus mediana yang juga mudah teraba.(6)
109. Menentukan sistem saraf unit vesikouretra.
110. Tonus sphinter yang normal, tidak longgar waktu jari telunjuk
dimasukkan dan reflek bulbo kavernosa (BCR) yang positif menandakan
persarafan unit vesiko uretra intak. Bila dengan mendadak glan penis
ditekan dengan tangan kiri dan pada jari telunjuk yang directum terasa
kontraksi sphinter ani maka dikatakan bahwa BCR positif.(6)
111. Pemeriksaan penunjang
28
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
29/44
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
30/44
Selain untuk mengetahui pembesaran prostat pemeriksaan
ultrasonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukur
sisa urine dan keadaan patologi lain seperti divertikel, tumor dan
batu. Dengan USG transrektal dapat diukur besar prostat untuk
menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar prostat dapat
dilakukan pula dengan USG suprapubik(1,4)
115. Pemeriksaan uroflowmetri
116. Jumlah urine yang cukup untuk
pemeriksaaan flowmetrogram yang representatif paling sedikit 150 ml dan
maksima1400 ml, idealnya 200-300 ml. Penilaian hasil Flow rate
maksimal : > 15 ml/detik = non obstruktif(6)
117. 10-15 ml/detik =
borderline(6)
1.
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
31/44
119. Komplikasi
120. Dilihat dari sudut pandang perjalanan penyakitnya, hyperplasia
prostat dapat menimbulkan komplikasi yang dibagi menjadi akut dan
kronis sebagai berikut :
121. Akut:
122. -. Retensi urine akut -. Hidroureter -.Hidronefrosis
123. -. Inkontinensia paradoks -. Hematuria -. Sistisis
124. -. Pielonefritis (ISK)
125. Kronis:
126. -. Divertikel -. Sakulasi
127. -. Batu kandung kemih -. Renal failure -.Hernia
128. -. Hemorroid
129. Terapi
130. Berdasarkan derajat IPSS, terapi BPH dibagi menjadi 3, yaitu:
131. Konservatif:
132. Observasi/watchful waiting bila skor IPSS antara 0-7 dan hasil
flowmetri non obstruktif (2)
133. Medikamentosa:
134. Bila skor IPSS antara 8-18
a. Penghambat a adrenergik
b. Obat yang sering dipakai adalah prazosin, doxazosin, terazosin,
afluzosin atau yang lebih selektif ala (tamsulosin). Dosis mulai 1
mg/ hari sedangkan tamsulosin adalah 0,2-0,4 mg/hari.
Penggunaan antagonis a-l-adrenergik karena secara selektif
mengurangi obstruksi pada buli-buli tanpa harus merusakkontraktilitas destrusor. Obat ini menghambat reseptor yang
banyak ditemukan pada otot polos di trigonum, leher vesika,
prostate dan kapsul prostat sehingga terjadi relaksasi di daerah
prostat. Hal mi akan menurunkan tekanan pada urethra pars
prostatika sehingga gangguan aliran air seni dan gejalanya
berkurang. Biasanya pasien merasakan berkurangnya keluhan
setelah 1-2 minggu setelah memakai obat. Efek samping yang
31
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
32/44
timbul adalah pusing, capek, sumbatan hidung dan rasa lemah. (1)
c. Penghambat 5a-reduktase
d. Obat yang dipakai adalah finasteride (Proscar) dengan dosis 1 x 5
mg/ hari. Obat golongan ini dapat menghambat pembentukan DHT
sehingga prostate yang membesar akan mengecil. Namun lebih
lambat daripada golongan a bloker dan manfaatnya hanya jelas
pada prostate yang sangat besar. Efektifitasnya masih
diperdebatkan karena baru menunjukkan perbaikan sedikit dari
keluhan pasien setelah 6-12 bulan pengobatan bila dimakan terus
menerus. Salah satu efek samping obat ini adalah melemahkan
libido, ginekomastia dan dapat menurunkan nilai PSA (masking
effect). (1)
e. Fitoterapi
f. Pengobatan fitoterapi yang ada di Indonesia adalah Eviprostat.
Substansinya misalnya Pygeum africanum, Saw palmetto,
Serenoa
g. repeus, dll. Efeknya diharapkan terjadi setelah pemberian selama
1-2 bulan. (1)
h. Hormonal(1)
135. Operatif:
136. Indikasi Operasi :
137. -. IPSS skor antara 19-35(6)
138. -. Retensi urine berulang(6)
139. -. Retensi urine kronis (selalu > 300m1)(6)
140. -. Residual urine > 100m1(6)
141. -. BPH dengan komplikasi
32
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
33/44
142. -. Terapi medikamentosa tidak berhasil(6)
143. -. Flowmerti obstruktif(6),
144. Teknik Operasi :
145. Prostatektomi terbuka
i. Retropubic infravesica (Terence Millin)
b. Keuntungan :
c. -. Tidak ada indikasi absolut, baik untuk adenoma yang besar
pada subservikal(7)
d. -. Mortaliti rate rendah(7)
e. -. Langsung melihat fossa prostat(7)
f. -. Dapat untuk memperbaiki segala jenis obstruksi leher
buli(7)
g. -. Perdarahan lebih mudah dirawat(7)
h. -. Tanpa membuka vesika sehingga pemasangan kateter tidak
perlu selama bila membuka vesika(7)
i. Kerugian :
j. -. Dapat memotong pleksus santorini(7) -. Mudah berdarah(7)
k. -. Dapat terjadi osteitis pubis(7)
l. -. Tidak bisa untuk BPH dengan penyulit intravesikal(7)
m. -. Tidak dapat dipakai kalau diperlukan tindakan lain yang
harus dikerjakan dari dalam vesika(7)
n. Komplikasi :
o. -. Perdarahan(7)
p. -. Infeksi(7)
q. -. Osteitis pubis(7)i. -. Trombosis(7)
ii. Suprapubic Transvesica / TVP (Freeyer)
r. Keuntungan :
s. -. Baik untuk kelenjar besar (7)
t. -. Banyak dikerjakan untuk semua jenis pembesaran
prostat(7)
u. -. Operasi banyak dipergunakan pada hiperplasia prostat
33
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
34/44
dengan penyulit : 1. Batu buli
a. 2. Batu ureter distal
2. Divertikel
3. Uretrokel
4. Adanya sistsostomi
5. Retropubik sulit karena kelainan os pubis(7)
v. Kerugian :
w. -. Kerusakan spingter eksterna minimal(7)
x. -. Memerlukan pemakain kateter lebih lama sampai luka pada
dinding vesica sembuh(7)
y. -. Sulit pada orang gemuk(7)
z. -. Sulit untuk kontrol perdarahan(7)
aa. -. Merusak mukosa kulit(7)
bb. -. Mortality rate 1 -5 %(7)
cc. Komplikasi :
dd. -. Striktura post operasi (uretra anterior 2- 5%, bladder neck
stenosis 4%)(7)
ee. -. Inkontinensia (
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
35/44
rr. -. Langsung biopsi untuk karsinoma(7)
ss. Kerugian :
tt. -. Impotensi(7)
uu. -. Inkontinensia(7)
vv. -. Bisa terkena rectum(7)
ww. -. Perdarahan hebat(7)
xx. -. Merusak diagframa urogenital(7)
146. Prostatektomi tertutup
i. Trans Urethral Resection Prostatectomy(TUR P)
b. Yaitu reseksi endoskopik transuretra. Jaringan yang direseksi
hampir seluruhnya terdiri dari jaringan kelenjar sentralis. Jaringan
perifer ditinggalkan bersama kapsulnya. Metode ini cukup aman,
efektif dan berhasil guna, bisa terjadi ejakulasi retrograd dan pada
sebagaian kecil dapat mengalami impotensi. Hasil terbaik
diperoleh pasien yang sungguh membutuhkan tindakan bedah.
Mortalitas TUR sekitar 1% dan morbiditas sekitar 8%. (7)
c. Saat ini tindakan TUR P merupakan tindakan operasi paling
banyak dikerjakan di seluruh dunia. Reseksi kelenjar prostat
dilakukan transuretra dengan mempergunakan cairan irigan
(pembilas) agar supaya daerah yang akan direseksi tetap terang dan
tidak tertutup oleh darah. Cairan yang dipergunakan adalah berupa
larutan non ionik, yang dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran
listrik pada saat operasi.
d. Cairan yang sering dipakai dan harganya cukup murah adalah H20
steril (aquades). (7)e. Salah satu kerugian dari aquades adalah sifatnya yang hipotonik
sehingga cairan ini dapat masuk ke sirkulasi sistemik melalui
pembuluh darah vena yang terbuka pada saat reseksi. Kelebihan air
dapat menyebabkan terjadinya hiponatremia relatif atau gejala
intoksikasi air atau dikenal dengan sindroma TUR P. Sindroma ini
ditandai dengan pasien yang mulai gelisah, kesadaran somnolen,
tekanan darah meningkat, dan terdapat bradikardi. (7) Jika tidak
35
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
36/44
segera diatasi, pasien akan mengalami edema otak yang akhirnya
jatuh dalam keadaan koma dan me,ninggaL Angka mortalitas
sindroma TUR P ini adalah sebesar 0,99%. Karena itu untuk
mengurangi timbulnya sindroma TUR P dipakai cairan non ionik
yang lain tetapi harganya lebih mahal daripada aquades, antara lain
adalah cairan glisin , membatasi jangka waktu operasi tidak
melebihi 1 jam, dan memasang sistostomi suprapubik untuk
mengurangi tekanan air pada buli-buli selama reseksi prostat.
f. Keuntungan :
g. -. Luka incisi tidak ada(7)
h. -. Lama perawatan lebih pendek(7)
i. -. Morbiditas dan mortalitas rendah(7)
j. -. Prostat fibrous mudah diangkat(7)
k. -. Perdarahan mudah dilihat dan dikontrol(7)
l. Kerugian :
m. -. Tehnik sulit(7)
n. -. Resiko merusak uretra (7)
o. -. Intoksikasi cairan(7)
p. -. Trauma spingter eksterna dan trigonum(7)
q. -. Tidak dianjurkan untuk BPH yang besar(7)
r. -. Alat mahal(7)
s. -. Ketrampilan khusus(7)
36
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
37/44
i. Trans Urethral Incision of Prostate (TUIP)
t. Metode ini di indikasikan untuk pasien dengan gejala obstruktif,
tetapi ukuran prostatnya mendekati normal. Pada hiperplasia
prostat yang tidak begitu besar dan pada pasien yang umurnya
masih muda umumnya dilakukan metode tersebut atau incisi leher
buli-buli atau bladder neck incision (BNI) pada jam 5 dan 7. Terapi
ini juga dilakukan secara endoskopik yaitu dengan menyayat
memakai alat seperti yangg dipakai pada TUR P tetapi memakai
alat pemotong yang menyerupai alat penggaruk, sayatan dimulai
dari dekat muara ureter sampai dekat ke verumontanum dan harus
cukup dalam sampai tampak kapsul prostat. Kelebihan dari metode
ini adalah lebih cepat daripada TUR dan menurunnya kejadian
ejakulasi retrograde dibandingkan dengan cara TUR. (7)
i. Pembedahan denaan laser (Laser Prostatectomy)
u. Penggunaan laser untuk operasi prostat pertama kali diusulkan oleh
Sander (1984). Untuk mengobati ca prostat yang masih lokal
dengan memakai Nd YAG (Neodymium, Yttrium Aluminium
Garnet) Solid state Nd YAG ini pertamakali diperkenalkan tahun
1964 tapi baru tahun 1975 baru dicoba dibidang urologi untuk
mengablasi tumor bull superficial (Hoffstetter). Pc Phee menulis
mengenai penggunaan YAG laser untuk photo irradiasi segmental
pada mukosa buli. (7) YAG laser ini mempunyai panjang
gelombang yang cocok untuk pengobatan prostat oleh karena
mempunyai daya penetrasi yang cukup dalam. Mula-mula laser
untuk prostat ini hanya dipakai untuk pengobatan tambahan setelahTUR P pada ca prostat, yang biasanya diberikan 3 minggu setelah
TUR P (Shanberg 1985, Mc Nicholas 1990).(7)
v. Kemudian Shenberg mengajukan pemakaian Nd YAG ini untuk
melaser prostat pada penderita yang tidak dapat mentoleransi
perdarahan apabila dilakukan TUR. Roth dan Aretz (1991) menjadi
pelopor penggunaan laser Transuretral Ultrasound Guided
Laser
37
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
38/44
w. Induced Prostatectomy (TULIP), yang dibimbing dengan
pemakaian USG untuk dapat menembak prostat yang
disempurnakan dengan menggunakan alat pembelok (deflektor)
sinar laser dengan sudut 90 derajat sehingga sinar laser dapat
diarahkan ke arah kelenjar prostat yang membesar. (7)
x. Nd YAG mempunyai panjang gelombang 1064 nm sehingga
gelombang ini tidak banyak diserap oleh air seperti laser C02 dan
mempunyai sifat divergensi tetapi masih mempunyai daya
penetrasi yang cukup dalam. Apabila laser Nd YAG ini mengenai
jaringan prostat energinya akan berubah menjadi energi termal
yang dapat menguapkan j aringan dengan Nd YAG tanpa konta~
dengan jaringan mempunyai efek laser maksimal pada kedalaman
3mm dibawa mukosa dan efek termal dapat mencapai 100C
sehingga pada kekuatan 40 - 60 watts akan menyebabkan
koagulasi pada kedalaman 3mm sehingga akan terjadi letusan
kecil yang disebut "pop corn effect". Nd YAG ini aman untuk
pengobatan prostat oleh karena pembuluh darah yang agak besar
dan pembuluh darah pada kapsul prostat akan menjadi penahan
panas (heat sink) sehingga tidak akan terjadi penjalaran panas
keluar dari prostat. (7)
y. Tahun 1989 Johnson menemukan alat pembelok Nd YAG
sehingga sinar laser tersebut dapat dibelokkan 90 dengan
menggunakan pembelok dari emas yang ditempelkan diujung
serat laser, sehingga sinar laser dapat diarahkan ke jaringan
prostat dari dalam uretra. Dengan alat pembelok ini 92% darienergi laser masih dapat mencapai jaringan preostat. Costello
(1992) mempelopori penggunaan laser ini utnuk ablasi
pembesaran prostat jinak menggunakan laser yang dibelokkan 90
melalui sistoskopi. (7) Waktu yang diperlukan untuk melaser
prostat biasanya sekitar 2-4 menit untuk masing-masing lobus
prostat (lobus lateralis kanan, kiri dan medius). Pada waktu ablasi
akan ditemukan pop corn effect sehingga tampak melalui
38
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
39/44
sistoskop terjadi ablasi pada permukaan
z. prostat, sehingga uretra pars prostatika akan segera akan menjadi
lebih lebar, yang kemudian masih akan diikuti efek ablasi ikutan
yang kan menyebabkan "laser nekrosis" lebih dalam setelah 4-24
minggu sehingga hasil akhir nanti akan terjadi rongga didalam
prostat menyerupai rongga yang terjadi sehabis TUR. (7)
Keuntungan bedah laser ialah :
147. Tidak menyebabkan perdarahan sehingga tidak mungkin terjadi
retensi akibat bekuan darah dan tidak memerlukan transfusi(7)
148. Teknik lebih sederhana (7)
149. Waktu operasi lebih cepat (7)
150. Lama tinggal di rumah sakit lebih singkat(7)
151. Tidak memerlukan terapi antikoagulan (7)
152. Resiko impotensi tidak ada (7)
153. Resiko ejakulasi retrograd minimal (7)
a. Kerugian :
b. Penggunaan laser ini masih memerlukan anestesi (regional) (7)
154. Invasif Minimal
i. Transurethral Microwave Thermotherapy
b. Merupakan pemanasan dengan gelombang mikro pada frekuwensi
915-1296 Mhz yang dipancarkan melalui antena yang diletakan
didalam uretra. Dengan pemanasan yang melebihi 44C
menyebabkan destruksi jaringan pada zona transisional prostatkarena nekrosis koagulasi.(2)
c. Prosedur ini dapat dikerjakan secara poliklinis tanpa pembiusan.
Cara ini direkomendasikan bagi prostat yang ukurannya kecil.(2)
i. Transurethral ballon dilatation
d. Dengan mengunakan balon kateter yang berkapasitas antara 75-
110F dengan tekanan 3-5 atmosfer, uretra prostatika di delatasi
selamal0-30 menit. Prsedur ini dikerjakan untuk BPH yang kecil
39
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
40/44
dan tanpa pembesaran lobus medius prostat.(6)
i. Transurethral needle ablation
e. Yaitu dengan menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi
untuk menghasilkan ablasi termal pada prostat. Cara ini
mempunyai prospek yang baik guna mencapai tujuan untuk
menghasilkan prosedur dengan perdarahan minimal, tidak invasif
dan mekanisme ejakulasi dapat dipertahankan.(7)
i. Stent urethra dengan prostacath
f. Pada hakekatnya cara ini sama dengan memasang kateter uretra,
hanya saja kateter tersebut dipasang pada uretra pars prostatika.
Bentuk stent ada yang spiral dibuat dari logam bercampur emas
yang dipasang diujung kateter (Prostacath). (7) Pemasangan stent
ini merupakan cara mengatasi obstruksi infravesikal yang juga
kurang invasif, yang merupakan alternatif sementara apabila
kondisi penderita belum memungkinkan untuk mendapatkan terapi
yang lebih invasif.(7)
g. Bentuk lain ialah adanya mesh dari logam yang juga dipasang di
uretra pars prostatika dengan kateter pendorong dan kemudian
didilatasi dengan balon sampai mesh logam tersebut melekat pada
dinding uretra.(7)
155. Penyulit terapi pembedahan:
156. Durante operasi
157. -. Perdarahan
158. Perdarahan pada operasi prostat sekarang ini jarang terjadi,Penderita operasi prostat jarang yang sampai memerlukan transfusi. (6)
159. -. Sindroma TUR P
160. Sesuai dengan namanya, penyulit ini hanya terjadi pada TUR P.
Biasanya terjadi bila sinus venosus terbuka dan tidak diketahui sehingga
reseksi diteruskan sehingga sebagian cairan irigan masuk sirkulasi dan
terjadi hiponatremia. (6)
161. -. Perforasi
40
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
41/44
162. Perforasi atau robek dapat terjadi di dinding buli-buli daerah
trigonum ataupun kapsul prostat. Perforasi ini hanya terjadi pada TUR P.
163. Perforasi biasanya terjadi pada saat memasukkan alat reseksi atau
pada saat evakuasi menggunakan evakuator.(6)
164. Paska operasi dini
i. Infeksi saluran kemih sampai septikemia
b. Pada penderita BPH yang mengalami retensi urine pra operasi
biasanya memakai kateter cukup lama sehingga biakan urine sering
kali positif. Untuk mencegah infeksi saluran kencing dan
septikemia maka pada pembedahan prostate perlu diberi
antibiotika. (6) Bentuk ISK pasca operasi prostate adalah prostatitis
akut, pyelonefritis, uretritis, epididimistis. Insidennya berkisar
antara 2-5%(6)
i. Retensi bekuan darah
c. Retensi bekuan darah dapat terjadi sebelum maupun setelah kateter
dilepas. Bila terjadi sebelum kateter dilepas menyebabkan
pembuntuan kateter. Bila bekuan darah terjadi setelah kateter
dilepas dapat menyebabkan retensi urine. (6)
d. Pencegahannya adalah dengan melakukan perawatan perdarahan
sebaikbaiknya saat operasi dan melakukan irigasi kontinyu pasca
operasi menggunakan kateter 3 saluran serta melakukan sedikit
traksi pada kateter tersebut.(6)
i. Retensi urine
e. Setelah kateter dilepas sebagian penderita dapat mengalami retensi
urine. Insidennya sekitar 10%. (6)i. Perdarahan sekunder
f. Yang dimaksud perdarahan sekunder adalah perdarahan atau
hematuria yang terjadi setelah sebelumnya urine jernih. Perdarahan
yang ringan akan berhenti sendiri. Penderita dianjurkan untuk
minum yang banyak, mengurangi aktivitas dan tidak boleh
mengejan.(6)
i. Inkontinensia urine
41
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
42/44
g. Setelah kateter dilepas, pada sebagian penderita dapat terjadi
inkontinensia urine, baik yang urge inkontinensia maupun total
incontinensia. Urge inkontinensia artinya penderita tidak mampu
menahan kencing, begitu terasa ingin kencing maka penderita
ngompol, biasanya sembuh sendiri.(6) Incontinensia totalis adalah
penderita selalu ngompol, jadi buli-buli selalu kosong dan tidak
pernah miksi. Keadaan ini disebabkan oleh rusaknya sphinter
eksternus misalnya tereseksi, bila kerusakan ringan dapat sembuh
h. sendiri, bila kerusakan berat dapat menyebabkan permanen
inkontinensia. (6)
165. Pasca operasi lambat
i. Impotensia
b. Bundel neuro vaskuler yang memelihara penis berjalan disebelah
posterolateral dari kelenjar prostate. Open prostatectomy secara
teoritis tidak menyebabkan impotensia karena manipulasi operasi
disebelah anterior prostat. Pada reseksi prostat transuretra, trauma
termal dan elektrik dapat menyebabkan kerusakan pada bundel
neurovaskuler tersebut.(6)
i. Ejakulasi retrograd
c. Merupakan ejakulat yang tidak keluar melalui uretra tetapi masuk
ke dalam buli-buli. (6)
i. Uretra striktur
d. Penyempitan uretra pasca operasi prostat biasanya terjadi didaerah
meatus dan fossa navikularis serta daerah penoskrotal. Penyebab
terjadinya striktur adalah infeksi disproporsi antara lumen uretradengan alat operasi dan perawatan kateter yang kurang baik.(6).
i. Stenose leher buli-buli
e. Stenose leher buli-buli dapat terjadi karena reseksi yang berlebihan
didaerah tersebut atau oleh karena traksi pada kateter yang terlalu
lama atau terlalu berat. (6)
i. Osteitis pubis
f. Osteitis os pubis dapat terjadi pasca operasi Millin, insidennya
42
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
43/44
sangat jarang. Penderita mengeluh nyeri kronis daerah simphisis
pasca operasi Millin patut dicurigai menderita osteitis pubis.(6)
i. Prostat kambuh
g. Pembedahan prostat pada BPH apapun caranya, tidak membuang
seluruh jaringan prostat, karena itu ada kemungkinan jaringan
prostat hiperplasi lagi. (6).
43
-
7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH
44/44
166. Daftar Pustaka
167. Mansyur Arif, dkk ; Kapita Selekta Kedokteran, 'Bedah Urologi', edisi
III jilid 2. FKUI, Jakarta, 2000: 329-345.
168. Purnomo B.B ;`Dasar-dasar Urologi edisi kedua', CV Infomedika,
Jakarta, 2008: 68-87. 192-196.
169. Sjamsuhidajat R dan Jong WD ;`Buku Ajar Ilmu Bedah', edisi 2,
Penerbit EGC, Jakarta, 2005: 782-788.
170. Widjosono Gardjito, dkk ;`Pedoman Diagnosis dan Terapi UPF
Bedah, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, 1994: 113-115.
171. Grace Pierce A, dkk; At a Glance Ilmu Bedah, edisi ke III.
Erlangga, Jakarta, 2006: 60-61. 168-169.
172. Hardjowijoto Sunaryo Sp.B, Sp.U; BENIGNA PROSTAT
HIPERPLASI (BPH)
173. Birowo Ponco, dkk; Pembesaran Prostat Jinak, subbagian Urologi
bagian Bedah FKUI RS Cipto Mangun Kusumo.
174. Dwindra, dkk; BPH. FKU Riau - RSUD Arifin Achmad Pekanbaru,
Riau.2008.
175. Soekanto, Ayly, dkk; Ikhtisar kuiah anatomi. FKUWKS, Surabaya,
2003:70-71.