isbm belajar
TRANSCRIPT
MAKALAH HAKIKAT, CIRI, DAN KOMPONEN PEMBELAJARAN 14.53 Febrian Chandra 0
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan menyampaikan informasi atau pengetahuan
dari seorang guru kepada siswa. Berdasarkan hal tersebut maka dalam pembelajaran terdapat
ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri pembelajaran pada dasarnya merupakan tanda-tanda upaya guru
mengatur unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses belajar dan tujuan belajar dapat tercapai.
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kondisi yang sengaja diciptakan, dimana dalam
kegiatan tersebut terjadi interaksi antara pendidik dan peserta didik guna mewujudkan tujuan
pembelajaran itu sendiri. Belajar mengajar mempunyai hakikat, ciri, dan komponen.
Pembelajaran harus menghasilkan belajar pada peserta didik dan harus dilakukan suatu
perencana yang sistematis, sedangkan mengajar hanya salah satu penerapan strategi
pemnbelajaran di antara strategi-strategi pembelajaran yang lain dengan tujuan utamanya
menyampaikan informasi kepada peserta didik. Perbedaan tersebut pun telah menggeser
paradigma pendidikan, yang semula guru sebagai pusat kepada siswa sebagai pusat. Kegiatan
pendidikan yang semula lebih berorientasi pada mengajar (guru lebih banyak berperan) telah
berpindah konsep menjadi pembelajaran (merencanakan kegiatan-kegiatan yang orientasinya
kepada siswa agar terjadi belajar dalam dirinya).
Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi
belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ketujuan.disini tentu saja tugas guru
berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak
didik.
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari
kegiatan mengajar. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak
didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.tujuan pengajaran tentu saja akan tercapai jika
anaak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya.
B. PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas dapat disusun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana hakikat didalam pembelajaran?
2. Apa saja ciri-ciri pembelajaran ?
3. Bagaiman komponen-komponen dalam pembelajaran ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pembelajaran
1. Pengertian
Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar.Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat perubahan terjadi
tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. Konsep tersebut adalah teoretis, dan dengan demikian tidak
secara langsung dapat diamati.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah
mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta
didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta
didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan
sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung
peningkatan kemampuan belajar peserta didik.
Dalam pembelajaran juga terdapat komponen – komponen pembelajaran yang saling
berhubngan satu sama lainnya. Oleh karena itu perencanaan pembelajaran dalam proses
pembelajaran sangat penting untuk menunjang kegiatan belajar secara optimal.
Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan
terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka pembelajaran dapat
dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah
laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik. Adapun yang dimaksud dengan proses
pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain
bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses
belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan mengakses isi
pelajaran itu sendiri.Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa
pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan peserta
didik, dimana penekanannya adalah pada proses pembelajaran oleh peserta didik(student of
learning), dan bukan pengajaran oleh guru(teacher of teaching).
Konsep seperti ini membawa konsekuensi kepada fokus pembelajaran yang lebih
ditekankan pada keaktifan peserta didik sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan sejauh
mana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
Keaktifan peserta didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari segi kejiwaan.
Apabila hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka
kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan peserta didik
tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya.
Fungsi-fungsi pembelajaran yaitu sebagai berikut:
Pembelajaran sebagai sistem
Pembelajaran sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain
tujuan pembelajaran , materi pembelajaran , strategi dan metode pembelajaran, media
pembelajaran/alat peraga , pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut
pembelajaran (remedial dan pengayaan).
Pembelajaran sebagai proses
Pembelajaran sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka
membuat siswa belaja, meliputi :
1. Persiapan, merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan
mengajar (lesson plan) dan penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain alat peraga, dan
alat evaluasi, buku atau media cetak lainnya.
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah
dibuatnya. Banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran
yang telah dipilih dan dirancang
3. penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru , persepsi, dan sikapnya terhadap siswa.
4. Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca pembelajaran ini dapat
berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula berupa pemberian layanan remedial teaching bagi
siswa yang berkesulitan belajar.
2. Pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
Pendekatan sistem yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan perkembangan dalam
psikologi belajar sistematik, yang dilandasi dengan prinsip-prinsip psikologi behavioristik dan
humanistik. Aspek-aspek pendekatan sistem pembelajaran, meliputi aspek filosofis dan aspek
proses. Aspek filosofis ialah pandangan hidup yang melandasi sikap si perancang, sistem yang
terarah pada kenyataan. Sedangkan aspek proses ialah suatu proses dan suatu perangkat alat
konseptual. Ciri-ciri pendekatan sistem pembelajaran, yaitu ada dua ciri utama, yakni :
1. Pendekatan sistem sebagai suatu pandangan tertentu mengenai proses pembelajaran
dimana berlangsung kegiatan belajar mengajar, terjadinya interaksi antara siswa dan guru, dan
memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar secara efektif
2. Penggunaan metodologi untuk merancang sistem pembelajaran yang meliputi prosedur
perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penilaian keseluruhan proses pembelajaran yang
tertuju pada konsep pencapaian tujuan pembelajaran. Pola pendekatan sistem pembelajaran,
menurut Oemar Hamalik (2002: 9), melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. identifikasi kebutuhan pendidikan (merumuskan masalah)
2. analisis kebutuhan untuk mentransfomasikan menjadi tujuan pembelajaran (analisis masalah)
3. merancang metode dan materi pembelajaran (pengembangan suatu pemecahan)
4. pelaksanaan pembelajaran (eksperimental)
5. menilai dan merevisi.
Untuk mencapai pembelajaran efektif dan efisien dibutuhkan pengelolaan komponen
pembelajaran secara baik. Dalam pendekatan sistem bahwasanya untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara maksimal harus didukung dengan komponen pembelajaran yang baik, yang
meliputi tujuan, siswa, guru, metode, media, sarana, lingkungan pembelajaran dan evaluasi.
Masing-masing komponen memberikan pengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Akan
tetapi dari beberapa komponen-komponen tersebut guru merupakan komponen terpenting dalam
pembelajaran, karena guru bersifat dinamis, sehingga dapat mengelola dan menggerakkan
komponen-komponen yang lain.
B. CIRI CIRI PEMBELAJARAN
Oemar Hamalik (1999) memaparkan tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran,
yaitu:
1. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan unsur-unsur
sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
2. Kesalingtergantungan, antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu
keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya
kepada sistem pembelajaran.
3. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi
dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem pemerintahan, semuanya
memiliki tujuan. Sistem alami seperti: ekologi, sistem kehidupan hewan, memiliki unsur-unsur
yang saling ketergantungan satu sama lain, disusun sesuai dengan rencana tertentu, tetapi tidak
mempunyai tujuan tertentu. Tujuan sistem menuntun proses merancang sistem. Tujuan utama
sistem pembelajaran agar siswa belajar. Tugas seorang perancang sistem adalah mengorganisasi
tenaga, material, dan prosedur agar siswa belajar secara efisien dan efektif.
Selanjutnya ciri-ciri pembelajaran lebih detail adalah sebagai berikut:
1. Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk siswa dalam suatu perkembangan tertentu.
2. Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik yang direncanakan dan
didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Fokus materi ajar, terarah, dan terencana dengan baik.
4. Adanya aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungya kegiatan pembelajaran.
5. Aktor guru yang cermat dan tepat.
6. Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan siswa dalam proporsi masing-masing.
7. Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
8. Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.
Yang menjadi kunci untuk menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata
ajaran dan guru itu sendiri. Kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai,
dikembangkan dan diapresiasi. Mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan
hasil-hasil pendidikan yang diinginkan.
Pada prinsipnya pembelajaran harus melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan (perumusan masalah).
2. Analisis kebutuhan untuk mentransformasikannya menjadi tujuan-tujuan pembelajaran (analisis
masalah).
3. Merancang metode dan materi pembelajaran (pengembangan suatu pemecahan).
4. Pelaksanaan pembelajaran (eksperimental).
5. Menilai dan merevisi.
ciri-ciri belajar menurut Edi Suardi sebagai berikut :
1. Belajar mengajar memiliki tujuan.
Tidak hal yang dilakukan tanpa memiliki tujuan, begitu pula dengan belajar yakni untuk
membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud dengan
kegiatan belajar mengajar itu sadar akan tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat
perhatian.
2. Ada suatu proses (jalannya interaksi) yang direncanakan, di desain untuk mencapai secara
optimal.
Selain memiliki tujuan belajar juga memiliki ciri suatu kegiatan yang direncanakan maka dalam
melakukan interaksi perlu ada prosedur, atau langkah-langkah sistematik dan relevan.
3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
Dalam hal ini materi harus di desain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan.
4. Ditandai dengan aktivitas anak didik.
Sebagai konsekuensi. Bahwa anak didik merupakan syarat untuk bagi berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar.
5. Dalam kegiatan belajar mengajar.
Guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha
menghidupkan dan memberi motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif.
6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan dispilin.
Disiplin dalam kegiatan belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang
diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik
dengan sadar.
7. Ada batas waktu.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak didik),
batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditingkatkan. Setiap tujuan akan diberi waktu
tertentu, kapan tujuan itu sudah harus tercapai.
8. Evaluasi.
Dari seluruh kagiatan diatas,masalah evaluasi bagian penting yang tidak bisa diabaikan, setelah
guru melakukan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus guru lalkukan untuk mengetahui
tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah dilakukan.
C. KOMPONEN PEMBELAJARAN
Sebagai suatu sistem, kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen sebagai
berikut :
1. Tujuan
Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita –cita yang bernilai normatif. Dengan
kata lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik. Tujuan
tersebut mempunyai jenjang dari yang luas dan umum sampai pada yang sempit dan khusus.
Semua tujuan itu berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, dan tujuan yang berada di
bawah akan menunjang tujuan di atasnya.
2. Bahan Pelajaran
Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber
belajar ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. Dengan demikian,
bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengajaran. Karena
bahan adalah salah satu inti dalam proses belajar mengajar yang akan disampaikan kepada anak
didik.
3. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan, karena akan menentukan
sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Segala sesuatu yang diprogramkan akan
dilaksanakan dan akan melibatkan semua komponen pengajaran. Kegiatan belajar mengajar yang
baik ditentukan dari baik atau tidaknya program pengajaran yang telah dilakukan pula, karena
akan berpengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai.
4. Metode
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
kegiatan belajar mengajar, penggunaan metode bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed., Mengemukakan lima faktor yang
mempengaruhi penggunaan metode, yaitu :
Tujuan yang berbagai – bagai jenis dan fungsinya.
Anak didik yang berbagai – bagai tingkat kematangannya.
Situasi yang berbagai – bagai keadaannya.
Fasilitas yang berbagai – bagai kualitas dan kuantitasnya.
Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda – beda.
- Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran
yang berfungsi sebagai perlengkapan, sebagai alat bantu mempermudah usaha mencapai tujuan,
dan alat sebagai tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ala dan alat bantu. Alat adalah
berupa suruhan, perintah, larangan, dan lain – lain. Sedangkan alat bantu adalah berupa globe,
papan tulis, kapur, dan lain – lain.
- Sumber Pelajaran
Dalam mengemukakan sumber – sumber belajar ini, para ahli sepakat bahwa segala sesuatu
dapat dipergunakan sebagai sumber belajar sesuai dengan kepentingan guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
- Evaluasi
Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentuka
nilai dari sesuatu. Menurut Wayan Nurkancana dan P.P.N Sumartana, evaluasi pendidikan dapat
diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sebagai sesuatu dalam dunia
pendidikan. Menurut Ny. Drs. Roestiyah N.K, evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data
seluas – luasnya, sedalam – dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna
mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan
kemampuan belajar siswa.
Ketika evaluasi dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi mempunyai
fungsi sebagai barikut :
1. Untuk memberikan umpan balik kepaa guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar
mengajar.
2. Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap siswa.
3. Untuk menentukan situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan yang
dimiliki oleh siswa.
4. Untuk mengenal latar belakang siswa yang mengalami kesulitan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pembelajaran yang terpusat pada guru mengakibatkan peserta didik kurang aktif, oleh karena
itu perlu digeser sedemikian rupa sehingga menjadi lebih terpusat pada peserta didik. Demikian
pula adanya asumsi bahwa seluruh peserta didik di kelas mempunyai karakteristik sama
membawa konsekuensi pada pemberian perlakuan belajar yang serba sama pula pada mereka,
sehingga mengurangi kesempatan mereka untuk berkembang sesuai perbedaan yang dimilikinya.
Menurut Murphy, seorang psikolog kenamaan, berpandangan bahwa proses belajar terjadi karena
adanya interaksi antara organisme yang dasarnya bersifat individual dengan lingkungan khusus
tertentu
Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen
yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta
evalwasi. Penjelasan dari setiap komponen tersebut adalah sebagai berikut:Tujuan, Bahan
pelajaran, Kegiatan belajar mengajar, Metode , Alat, Sumber pelajaran,dan Evalwasi.
REFERENSI
Bahri, Syaiful dan Zain, Aswan, Strategi Belajar Mengajar. PT Rineka Cipta, Jakarta, Cet.IV.
2010
Setiawan, Toni, Pendekatan Keterampilan Prose Bagaimana Mengaktifkan Proses Belajar,
Gramedia, 1985.
http://zuwaily.blogspot.com/2013/09/ciri-ciri-pembelajaran-dalam-pendidikan.html#.VMAkJUfF8rMhttps://a410080251.wordpress.com/konsep-strategi-belajar-mengajar/hakikat-ciri-dan-komponen-belajar-mengajar/http://inmuchlis.blogspot.com/2011/11/hakikat-ciri-dan-komponen-belajar.html
PROSEDUR PEMBELAJARAN BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk membantu terjadinya proses
belajar pada diri siswa. Oleh karena itu, pembelajaran harus dirancang dan dilaksanakan secara
sistematis dan sistemik. Anda sebagai guru tentu di tuntut untuk melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan prosedur yang tepat.
Secara umum, prosedur pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Ketiga kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan berurutan dalam membentuk
kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu merancang
dan melaksanakan pembelajaran dengan baik. Mengingat pentingnya penguasaan guru terhadap
kemampuan merancang dan melaksanakan pembelajaran, diharapkan mampu merancang prosedur
umum pembelajaaran. Secara lebih khusus, diharapkan mampu memberikan contoh kegiatan, seperti :
prapembelajaran, awal pembelajaran, inti pembelajaran, akhir pembelajaran dan tindak lanjut
pembelajaran.
Untuk membantu dalam menguasai semua kemampuan tersebut, dalam makalah ini akan disajikan
pembahasan dan contoh yang berkenaan denga prosedur pembelajaran dalam tiga kegiatan belajar,
yaitu: Kegiatan Prapembelajaran dan Awal Pembelajaran, Kegiatan inti Pembelajaran, Kegiatan Akhir
dan Tindak Lanjut Pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kegiatan pra dan awal pembelajaran?
2. Bagaimana kegiatan inti dalam pembelajaran ?
3. Bagaiamana kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaiman kegiatan pra dan awal pembelajaran, kegiatan inti dalam pembelajaran
, kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran,
BAB II
PEMBAHASAN
Kegiatan Pra dan Awal Pembelajaran
A. Kegiatan Pra Pembelajaran
Kegiatan prapembelajaran atau disebut juga kegiatan prainstruksional adalah kegiatan
pendahuluan pembelajaran yang diarahkan untuk menyiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran.
Kegiatan pembelajaran biasanya bersifat umum dan tidak berkaitan langsung dengan kompetensi atau
materi yang akan di bahas dalam kegiatan inti pembelajaran.
Upaya yang dapat dilakukan guru pada tahap prapembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan sikap dan suasana kelas yang menarik
Kondisi belajar dapat di pengaruhi oleh sikap guru di depan kelas. Guru harus memperlihatkan sikap
yang menyenangkan supaya siswa tidak merasa tegang, kaku, bahkan takut mengikuti pelajaran. Kondisi
yang menyenangkan ini harus diciptakan mulai dari awal pembelajarn sehingga siswa akan mampu
melakukan aktivitas belajar dengan penuh percaya diri tanpa ada tekanan yang dapat menghambat
kreativitasnya. Di samping itu, guru juga perlu mempersiapkan dan menata alat-fasilitas kelas yang
memudahkan siswa beraktivitas belajar dalam kelas, misalnya menyiapkan buku dan alat tulis yang akan
digunakan siswa serta alat peraga yang akan digunakan guru. Hal kecil juga dapat berpengaruh terhadap
kondisi belajar misalnya kebersihan dan kerapian tempat belajar. Memberikan salam di awal pertemuan
dan berdoa sebelum pelajaran dimulai juga merupakan kegiatan prapembelajaran yang dapat
menciptakan suasana kelas yang menyenangkan.
2. Memeriksa Kehadiran Siswa
3. Menciptakan Kesiapan Belajar Siswa
Kesiapan (readineas) belajar siswa merupakan salah satu prinsip belajar yang sangat berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, guru perlu membantu mengembangkan
kesiapan belajar dan menumbuhkan semangat siswa dalam belajarnya.
Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan guru dalam menciptakan kesiapan dan semangat
siswa dalam belajar, di antaranya adalah sebagai berikut
a. Membantu atau membimbing siswa dalam mempersiapkan fasilitas/sumber belajar yang diperlukan
dalam kegiatan belajar.
b. Menciptakan kondisi belajar untuk meningkatkan perhatian siswa dalam belajar.
c. Menunjukan minat dan penuh semangat yang tinggi dalam mengajar.
d. Mengontrol (mengelola) seluruh aktivitas siswa mulai dari awal sampai akhir pembelajaran.
e. Menggunakan berbagai media pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran dan minat siswa.
f. Mengembangkan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa dapat melakukannya.
4. Menciptakan Suasana Belajar yang Demokratis
Untuk menciptakan suasana belajar yang demokratis guru harus membimbing siswa agar berani
menjawab, berani bertanya, berani berpendapat atau berani mengeluarkan ide-ide, dan berani
memperlihatkan unjuk kerja (performace). Guru harus selalu memberikan kesempatan pada siswa untuk
melakukan kreativitas. Pemberian kesempatan seperti ini akan memungkinkan guru untuk
mengembangkan bakat dan keunggulan yang dimiliki oleh siswa.
B. Kegiatan Awal Pembelajaran
Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan untuk menyiapkan mental siswa dalam memasuki kegiatan
inti pembelajaran. Selain itu, kegiatan awal dilaksanakan untuk membangkitkan motivasi dan perhatian
siswa dalam mengikuti pembelajaran, memberikan gambaran yang jelas tentang batas-batas tugas atau
kegiatan yang akan dilaksanakan, dan menunjukan hubungan antara pengalaman anak dengan materi
yang akan dipelajari.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam tahap kegiatan awal pembelajaran.
1. Menimbulkan motivasi dan perhatian siswa
Membangkitkan motivasi dan perhatian siswa merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan pada
setiap tahapan kegiatan pembelajaran. Khususnya pada tahap awal pembelajaran, siswa perlu
difokuskan perhatiannya pada materi yang akan dibahas. Untuk itu, guru hendaknya melakukan
kegiatan yang dapat menarik perhatian siswa. Misalnya, dengan menyampaikan cerita yang
menimbulkan pertanyaan, menunjukan gambar atau peraga.
2. Memberi Acuan
Kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam memberi acuan, di antaranya dalah sebagai berikut.
a. Memberitahukan tujuan (kemampuan) yang diharapkan atau garis besar materi yang akan dipelajari.
b. Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang ditempuh siswa.
3. Membuat Kaitan
Siswa akan tertarik terhadap pelajaran yang diberikan apabila mereka melihat kaitan atau hubungan
dengan apa yang telah dikenal atau sesuai dengan pengalaman mereka terdahulu atau sesuai dengan
minat dan kebutuhan mereka. Beberapa cara di antaranya yang dapat dilakukan guru dalam membuat
kaitan.
a. Mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya.
b. Menunjukan manfaat materi yang dipelajari
c. Meminta sisiwa mengemukakan pengalaman berkaitan dengan materi yang akan dibahas
4. Melaksanakan Tes Awal
Tes awal dilakukan apabila materi yang akan dibahas merupakan materi baru dan kita ingin
mengetahui seberapa banyak siswa telah menguasai materi yang akan dibahas tersebut.
Ada beberapa hal yang hal yang harus dilakukan oleh guru sejalan dengan tugasnya di sekolah,
khususnya dalam melaksanakan kegiatan awal pembelajaran di antaranya adalah guru hendaknya:
a. Memahami latar belakang (termasuk kemampuan siswa)
b. Dapat membangkitkan (menarik) perhatian siswa sehingga perhatian siswa terpusat pada pelajaran yang
akan diikutinya
c. Dapat memberikan bimbingan belajar secara kelompok maupun individu
d. Dapat menciptakan interaksi edukatif yang efektif sehingga siswa merasakan adanya suasana belajar
yang aman dan menyenangkan
e. Memberikan penguatan pada siswa
f. Menanamkan disiplin pada siswa
Kegiatan Inti dalam Pembelajaran
A. Pembahasan Materi Pembelajaran Dalam Pembelajaran Klasikal
Kegiatan pembelajaran klasikal cenderung digunakan apabila dalam proses pembelajaran guru lebih
menyajikan materi (eksploratif). Penyajian dalam pembelajaran klasikal lebih menekankan pada
kegiatan pemberian informasi atau penjelasan materi yang belum dipahami siswa. Salah satu
keunggulan pembelajaran klasikal adalah memberi kemudahan bagi guru dalam mengorganisasi materi
pelajaran, karena bahan pelajaran tersebut seragam diberikan pada siswa. Pembelajaran klasikal dapat
digunakan apabila materi pelajaran lebih bersifat informatif atau fakta. Selain itu pembelajaran klasikal
terutama di tujukan untuk memberikan informasi atau sebagai pengantar dalam proses pembelajaran.
Alternatif metode yang sering digunakan dalam pembelajaran klasikal adalah metode ceramah dan
tanya jawab berfariasi atau metode lain yang di anggap sesuai dengan karekteristik materi pelajaran.
1. Prinsip-prinsip Pembelajaran Klasikal
a. Sistematik
Dalam pembelajaran klasikal, bahan pembelajaran harus disajikan secara berurutan dan selalu
berorientasi pada tujuan yang telah di tetapkan. Sajian bahan pelajaran dapat di sampaikan mulai dari
yang mudah sampai pada yang sulit atau dari yang sifatnya konkret sampai pada yang abstrak.
b. Perhatian dan aktivitas
Prinsip ini menuntut bahwa dalam pembelajaran klasikal guru harus selalu memberikan perhatian
terhadap aktivitas siswa secara menyeluruh dalam kelas. Di samping itu, guru harus mampu
membangkitkan perhatian siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Perhatian dan motivasi siswa
dalam pembelajaran klasikal sangat memegang peranan penting.
Cara dan sikap yang tepat yang ditunjukan guru dapat membangkitkan motivasi dan rasa percaya
diri siswa sehingga siswa akan berani bertanya atau menjawab pertanyaan bahkan mengeluarkan
gagasan-gagasan.
c. Media pembelajaran
Salah satu keunggulan penggunaan media pembelajaran adalah dapat mengurangi verbalisme siawa
terhadap informasi yang diberikan oleh guru. Banyak objek di sekitar siswa yang dapat dijadikan media
atau sumber belajar siswa, apalagi pembelajaran yang dianggap efektif adalah pembelajaran yang
berbasis kontekstual. Artinya semua objek yang ada di lingkungan siswa yang dianggap sesuai dengan
karakteristik materi dan tujuan pembelajaran dapat digunakan guru menjadi media maupun sumber
belajar siswa.
d. Latihan atau penugasan
Untuk memantapkan dan memperkuat terhadap penguasan siswa terhadap materi pelajaran, guru
perlu memberikan latihan atau tugas-tugas. Latihan dan penugasan ini tidak boleh berlebihan. Latihan
yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa akan menyebabkan siswa frustasi sehingga tujuan
pemberian latihan dan tugas tidak tercapai.
2. Kegiatan Inti dalam Pembelajaran klasikal
Pertama, menyajikan (presentasi) bahan pelajaran dengan ceramah bervariasi. Penjelasan guru
tentang materi pelajaran harus dapat disimak oleh seluruh siswa dalam kelas. Selama menjelaskan guru
hendaknya tidak terus menerus berbicara tetapi selang beberapa menit selalu memberi kesempatan
pada siswa untuk bertanya atau guru sendiri mengajukan pertanyaan kepada siswa. Setelah merasa
yakin memahami materi yang dijelaskan, guru melanjutkan kembali ke materi berikutnya.
Kedua, melakukan asosiasi dan memberikan ilustrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap bahan pelajaran dengan cara menghubungkan atau mengaitkan materi yang sedang di pelajari.
Melalui kegiatan ini diharapkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran akan semakin meningkat.
Pada akhir pembelajaran kasikal, guru dapat meminta siswa untuk melakukan kegiatan berikut:
a. Aplikasi bahan pelajaran yang telah dipelajari dengan cara tertulis atau lisan. Kegiatan yang dapat
dilakukan di antaranya siswa di minta untuk mengerjakan soal-soal atau menjawab pertanyaan.
b. Menyimpulkan bahan pelajaran yang telah dipelajari. Kesimpulan ini sebaiknya di buat siswa di bawah
bimbingan guru.
B. Pembahasan materi pelajaran dalam pembelajaran kelompok
Pembelajaran kelompok merupakan suatu proses pembelajaran yang di desain dalam bentuk
kelompok dengan jumlah siswa antara 4 sampai 6 orang sesuai denagn kebutuhan dan tujuan belajar.
Dalam pembelajaran kelompok sangat memeungkinkan siswa untuk mengumpulkan informasi dan
membangun pengetahuan secara bekerjasama. Misalnya dengan kegiatan diskusi, pemecahan masalah,
inkuiri.
Pembelajaran kelompok sering disebut dengan pembelajaran kooperatif (cooperatif learning).
Berdasarkan teori yang melandasi pembelajaran kelompok, siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep yang dianggap sulit sebelumnya melalui belajar secara kelompok dan
bekerjasama. Melalui kegiatan kelompok secara langsung siswa akan belajar berfikir logis, kritis, dan
kooperatif dalam memberikan alternatif penyelesaian masalah melalui kesepakatan kelompok.
1. Prinsip-prinsip pembelajaran kelompok
a. Adanya topik dan permasalahan
Tujuan utama dalam pembelajaran kelompok yaitu membentuk siswa untuk memiliki kemampuan
bekerja sama serta memiliki sikap toleransi bertanggung jawab. Dengan demikian, tugas guru pada
prinsipnya adalah mengarahkan/mengkondisikan kegiatan bekajar sehingga siswa mampu bekerja sama
dalam memecahkan permasalahan.
b. Pembentukan kelompok
Pembelajaran kelompok harus didasarkan pada pengelompokan siswa sesuai dengan karakteristik
siswa dan tujuan pembelajaran. Karakteristik siswa yang perlu di perhatikan dalam pembentukan
kelompok diantaranya adalah kepandaian, jenis kelamin, kelancaran berbicara, dan kekuatan (kondisi)
fisik.
c. Kerja sama
Adanya kerja sama merupakan salah satu prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam pembelajaran
kelompok.
d. Prhatian
Guru harus memperhatikan siswa secara kelompok sekaligus memperhatikan siswa sebagai individu
dalam kelompok. Setiap perhatian yang diberikan oleh guru akan dapat membangkitkan perhatian dan
keterlibatan siswa dalam kegiatan kelompoknya. Meskipun kegiatan dilakukan dalam kelompok,
perhatian guru tetap diarahkan kepada siswa secara individu.
e. Motivasi
Untuk menunjang keberhasilan belajar secara kelompok, guru harus memberikan motivasi dan
bimbingan terhadap siswa secara individu dalam kelompok. Motivasi belajar siswa akan muncul apabila
guru dapat memberikan suasana belajar yang kondusif, menyenangkan, dan efektif.
f. Sumber belajar dan fasilitas
Kelengkapan sumber belajar merupakan salah satu aspek yang memberiakan daya dukung yang kuat
terhadap keberhasilan belajar kelompok. Misalnya untuk kerja kelompok siswa memerlukan fasilitas
untuk kerja (praktik). Ketersediaan sumber belajar dan fasilitas yangdiperlukan akan menunjang
keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal.oleh karena itu, sumber belajar dan
fasilitas belajar harus diupayakan oleh pihak sekolah guna menunjang optimalisasi belajar secara
kelompok.
g. Latihan dan tugas
Untuk memperkuat hasil belajar kelompok, guru harus memberikan tugas dan latihan-latihan pada
semua siswa secara individu yang diorganisasi secara efektif dalam belajar kelompok.
2. Kegiatan inti dalam pembelajaran kelompok
Pada kegiatan pendahuluan guru dapat menyampaikan tujuan yang diharapkan dan topik
pembelajaran yang akan dibahas dalam kegiatan kelompok. Langkah berikutnya guru mengelompokan
siswa sesuai kriteria yang telah ditentukan dan memberikan penjelasan pada siswa tentang tahapan
belajar. Setelah semua siswa memahami tugas dan kegiatan yang harus dilakukan dalam kelompok,
selanjutnya siswa melakukan diskusi sebagai kegiatan inti pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
Pertama, merumuskan masalah berdasarkan topik pembahasan dan tujuan pembelajaran.
Perumusan masalah harus dilakukan oleh siswa dibawah bimbingan guru.
Kedua, mengidentifikasi masalah atau sub-submasalah berdasarkan permasalahan yang telah
dirumuskan.
Ketiga, analisis masalah berdasarkan sub-submasalah. Dalam tahap ini siswa dikondisikan secara
individu dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan atau persoalan-persoalan sampai mencapai satu
kesepakatan untuk menjawab persoalan kelompok.
Keempat, menyusun laporan oleh masing-masing kelompok.
Kelima, presentasi kelompok atau melaporkan hasil diskusi kelompok kecil pada seluruh kelompok
dilanjutkan diskusi kelas yang langsung dibimbing oleh guru. Dalam tahap ini sekaligus melaksanakan
penguatan pemahaman konsep dan prinsip yang diperoleh dari diskusi.
Pada akhir kegiatan, siswa dibawah bimbingan guru menyimpulkan hasil diskusi berdasarkan
rumusan masalah dan sub-submasalah.
C. Pembahasan materi Pelajaran dalam Pembelajaran Perseorangan
Kegiatan pembelajaran perseorangan dapat membantu proses pembelajaran yang mengarah pada
optimalisasi kemampuan siswa secara individu. Implemenyasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
yang di dalamnya mencakup implementasi diversifikasi kurikulum, menurut adanya penyesuaian
pembelajaran dengan potensi siswa. Diversifikasi kurikulum merupakan sustu kurikulum yang dapat
memperluas, memperdalam, dan menyesuaikan dengan keragaman kondisi dan kebutuhan, baik yang
menyangkut kemampuan atau potensi siswa maupun yang menyangkut potensi lingkungan. Salah satu
pendekatan pembelajaran yang memungkinkan dapat memfasilitasi penyesuaian dengan potensi siswa
(diversifikasi kurikulum) adalah pembelajaran perseorangan.
Kegiatan pembelajaran perseorangan di tujukan unyuk menampung kegiatan pengayaan dan
perbaikan. Pembelajaran perseoranggan pada dasarnya dilandasi oleh prinsip-prinsip belajar tuntas
(mastery learning).
Pembelajaran perseorangan pada umumnya lebih banyak diterapkan dalam pemberian tugas dan
atau latihan. Dalam pelaksanaannya, setelah menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan
pengarahan tentang tahapan atau teknik belajar yang harus di tempuh oleh siswa (kegiatan awal
pembelajaran), langkah selajutnya (kegiatan inti pembelajaran) yang dilakukan guru adalah sebagai
berikut.
Pertama, menjelaskan secara singkat tentang materi pelajaran yang akan di tugaskan atau yang
akan dilatihkan pada siswa.
Kedua, memberikan lembaran kerja atau tugas. Pada tahap ini, guru memberikan bimbingan atau
arahan/petunjuk yang sistematis secara lisan dan tertulis. Selain itu guru juga hendaknya memberikan
stimulus atau dorongan supaya siswa dapat melakukan interaksi dan asosiasi, sehingga tugas atau
latihan tersebut dapat dilakukan secara optimal.
Ketiga, memantau dan menilai siswa. Pada kesempatan ini guru berkeliling memantau kegiatan
yang dilakukan siswa, dan memberikan bantuan atau bimbingan, apabila ada siswa yang menggalami
kesulitan dalam mengerjakan tugas atau latihan.
Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru memeriksa dan menilai tugas atau latihan yang telah
dikerjakan oleh siswa serta memberika balikan terhadap pekerjaan siswa. Guru juga dapat membuat
kesimpulan bersama-sama siswa tentang materi pelajaran yang telah ditugaskan.
Kegiatan Akhir dan Tindak lanjut Pembelajaran
A. Kegiatan Akhir Pembelajaran
Tujuan adanya kegiatan akhir pembelajaran adalah untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap
kompetensi yang diharapkan. Dengan demikian guru akan mengetahui kompetensi yang sudah dan yang
belum dikuasi siswa. Kegiatan yang dilakukan guru adalah separti memberikan tes, baik lisan maupun
tulisan. Guru juga memberikan kegiatan lain seperti:
a. Meninjau kembali penguasaan siswa
b. Untuk meninjau kembali pennguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari siswa, guru dapat
melakukan dua cara yaitu merangkum (menyimpulkan) pokok materi atau membuaat ringkasan materi
pelajaran. Kedua kegiatan tersebut sebaiknya dilakukan oleh siswa dibawah bimbingan guru sehingga
pada saat siswa membuat rangkuman atau ringkasan jika ada kesalahan guru bisa membetulkan untuk
menyempurnakan rangkuman yang telah dibuat siswa. Adapun kriteria dalam membuat
rangkuman/ringkasan yaitu :
a. Berorientesi pada acuan hasil belajar dan kompetensi dasar.
b. Singkat, jelas, dan bahasa (tulis/lisan) mudah dipahami.
c. Kesimpulan/ringkasan tidak keluar dari topik yang telah dibahas.
d. Dapat menggunakan waktu sesingkat mungkin.
Selain untuk memantapkan penguasaan siswa terhadap pokok-pokok materi yang dipelajari,
rangkuman/ringkasan akan sangat berguna sekali bagi siswa yang tidak memiliki buku sumber.
1. Melaksanakan Penilaian
Kegiatan penilain dalam pembelajaran merupakan kegiatan mutlak yang haarus dilaksanakan oleh
guru dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu memiliki kemampuan dalam menilai hasil belajar
siswa. Penilaian belajar dalam kegiatan akhir pembelajaran (postest), tujuannya adalah untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan siswa setelah mengikuti pelajaran tersebut.
Waktu yang tersedia untuk kegiatan akhir/tindak lanjut relatif singkat, maka guru perlu
mengidentifikasi teknik yang dianggap tepat untuk efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanakan
penilaian. Dalam prosesnya guru dapat melaksanakan penilaian secara lisan yang ditujukan pada
beberapa siswa yang dianggap representatif (mewakili) seluruh siswa. Teknik lain yang dapat digunakan
adalah secara tertulis yang dikerjakan oleh siswa di rumah, kecuali kalau waktunya memungkinkan
dapat dilaksanakan di sekolah. Perlu diperhatikan sebelum melaksanakan kegiatan penilaian akhir, guru
harus mengkondisikan siswa. Supaya siswa secara maksimal dapat mengorganisasi (pemahaman)
kembali tentang materi pelajaran yang telah dibahas. Kegiatan penilaian dalam pembelajaran yang perlu
dikembangkan oleh guru meliputi penilaian proses dan penilaian produk. Penilaian proses seperti yang
telah dijelasklan pada kegiatan inti dalam pembelajaran. Sedangkan penilaian produk lebih menekankan
pada kegiatan penilaian untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar yang diperoleh siswa. Dua jenis
penilaian tersebut sangat penting dalam pembelajaran. Mengkaji hasil penilaian akhir ,yaitu setelah
melaksanakan kegiatan penilain guru harus mengkaji apakah hasil belajar tersebut sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Apabila penilaian dilaksanakan secara lisan, maka dalam tahapan ini guru perlu
memutuskan secara spontan dalam menganalisis/mengidentifikasi hasil belajar tersebut. Kemudian
gabungkan dengan hasil penilaian proses, maka guru akan memperoleh gambaran kegiatan tindak lanjut
yang bagaimana yang harus diberikan pada siswa.
B. Melaksanakan Kegiatan Tindak Lanjut Pembelajaran
Berdasarkan hasil kegiatan akhir, guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Kegiatan tidak lanjut pembelajaran dilaksanakan di luar jam pelajaran, sebab
kegiatan akhir alokasi waktunya relatif sedikit. Melaksanakan kegiatan tindak lanjut pembelajaran pada
prinsipnya adalah untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa. Adapun kegiatan-kegiatan yang harus
dikerjakan di antaranya:
1. Memberikan tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah.
Pemberian tugas dan latihan perlu disesuaikan dengan waktu dan kemampuan yang dimilikinya.
Pemberian tugas tidak boleh melampaui batas kemampuan siswa, sebab memberikan tugas yang
berlebihan dapat membuat siswa prustasi, jenuh bahkan akan dapat menurunkan motivasi serta minat
belajarnya. Oleh karena itu pemberian tugas pada siswa harus berdasarkan pada perencanaan yang
efektif dan terpadu. Artinya setiap pemberian tugas harus berorientasi pada kompetensi yang harus
dicapai dan bermanfaat bagi siswa. Tugas yang diberikan pada siswa harus bersifat fleksibel dan perlu
diintegritaskan (terpadu) dengan mata-mata pelajaran yang lain.
Ada berapa tahapan yang perlu diperhatikan dalam memberikan tugas yang harus dikerjakan oleh
siswa adalah sebagai berikut:
Pertama, guru hendaknya menentukan dan menjelaskan secara singkat tentang topik tugas yang
dikerjakan oleh siswa.
Kedua, guru perlu menjelaskan tentang tahapan tugas-tugas yang harus dikerjakan berdasarkan
lembaran tugas. Berikan gambaran alternatif penyelesaian tugas tersebut.
Ketiga, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila belum mengerti tentang tugas
tersebut. Guru menegaskan kriteria dan batas waktu penyelesaian tugas tersebut.
Keempat, guru menjelaskan tentang proses penyelesaian tugas, dapat dilaksanakan di rumah atau di
sekolah sesuai dengan karakteristik tugas yang bersangkutan.
Kelima, siswa diminta untuk menyerahkan tugas sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Keenam, Pembahasan dan pemeriksaan setiap tugas harus diperiksa dan berikan umpan balik
terhadap tugas tersebut supaya siswa mengetahui hasil pekerjaannya. Pembahasan hasil tugas dapat
dilakukan bersama-sama siswa melalui presentasi dan diskusi hasil tugas. Hasilnya akan menjadi
motivasi bagi siswa untuk bisa lebih baik.
2. Membahas kembali bahan pelajaran yang belum dikuasai oleh siswa.
Dalam tahapan ini guru menjelaskan kembali tentang materi pelajaran yang dianggap sulit oleh
siswa. Akan ada 2 kemungkinan kegiatan yang akan dilakukan oleh guru yaitu
Pertama,membahas kembali materi yang belum dikuasai siswa dengan memerlukan waktu yang relatif
singkat (sedikit), hal seperti ini masih dapat dilaksanakan dalam jam pelajaran.
Kedua, menjelaskan kembali pada pertemuan berikutnya dengan menggunakan waktu yang relatif
lama, maka hal seperti ini harus dilaksanakan di luar jam pelajaran. Supaya memperoleh hasil belajar
yang optimal pada kemungkinan yang ke 2 yang diuraikan di atas, maka guru perlu membuat desain
tindaklanjut pembelajaran yang mencakup rumusan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, kegiatan
belajar, evaluasi serta sumber belajar yang diperlukan. desain tersebut t harus didasarkan pada
identifikasi hasil penilaian akhir siswa.
3. Membaca materi pelajaran tertentu
Kegiatan tindak lanjut dapat pula menugaskan siswa untuk membaca buku sumber pelajaran lain
dengan topik yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Supaya siswa mengerjakan tugas tersebut secara
optimal, guru sebaiknya mengajukann pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa atau siswa
ditugaskan untuk membuat laporan hasil bacaannya. Tetapi kegiatan ini sulit dilaksanakan pada kelas
rendah karena siswa belum dapat membaca.
4. Memberikan motivasi atau bimbingan belajar.
Memberikan motivasi dan bimbingan belajar pada hakikatnya merupakan keharusan yang dilakukan
guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Dalam tahapan tindak lanjut sangat diperlukan adanya
motivasi dan bimbingan dari guru. Misalnya untuk siswa yang harus melaksanakan perbaikan maupun
pengayaan atau mengerjakan tugas, maka guru perlu memberikan petunjuk atau pengarahan pada
siswa yang bersangkutan. Sehingga hasil program perbaikan, pengayaan atau tugas dapat diperoleh
secara optimal. Pelaksanaan tindak lanjut pembelajaran dapat dilakukan berdasarkan hasil penilaian
formatif. Dari hasil formatif guru dapat mengidentifikasi kelompok siswa mana yang harus diberikan
bimbingan dalam pengayaan, dan kelompok siswa mana yang harus diberikan bimbingan dalam
perbaikan.
5. Mengemukakan tentang topik yang akan dibahas pada waktu yang akan datang.
Dalam kegiatan akhir/tindak lanjut pembelajaran di antaranya guru harus mengemukakan atau
memberikan gambaran pada siswa tentang topik bahasan atau kompetensi yang akan dipelajari pada
pertemuan yang akan datang. Cara ini perlu dilakukan untuk membimbing atau mengarahkan siswa
dalam kegiatan belajar yang dilakukan di luar jam pelajaran. Dengan harapan siswa tersebut akan
mempelajari terlebih dahulu sebelum dibahas/dipelajari di sekolah. untuk mendukung kegiatan tersebut
guru perlu memberikan alternatif kegiatan belajar secara sistematis yang perlu dilakukan siswa di luar
jam pelajaran. Terutama untuk mengerjakan tugas-tugas, latihan, dan kegiatan aplikasi lainnya atau
dalam memperoleh informasi melalui media maupun sumber balajar lainnya untuk dibahas dalam
pertemuan tersebut.
6. Menutup kegiatan pembelajaran
Setelah guru mengganggap kegiatan akhir selesai dilaksanakan secara optimal dan sesuai dengan
waktu yang direncanakan, maka langkah selanjutnya guru harus menutup pelajaran. Apabila pelajaran
berlangsung pada jam yang paling akhir maka harus dibiasakan siswa menutup pelajaran dengan
berdoa. Kegiatan akhir dan tindak lanjut harus dilaksanakan atas dasar peerencanaan yang telah dibuat
oleh guru. Namun demikian, penyesuaian tetap perlu dilakukan oleh guru sesuai dengan situasi dan
kondisi yang terjadi dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu merencanakan serta melaksanakan
kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran secara efektif, efisien, fleksibel, dan sistematis sehingga
siswa yang memperoleh hasil pelajaran yang optimal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam prosedur pembelajaran ada 3 kegiatan yaitu : Kegiatan Pra dan Awal Pembelajaran, Kegiatan Inti
dalam Pembelajaran, Kegiatan Akhir dan Tindak lanjut Pembelajaran.
Kegiatan pra dan awal pembelajaran terdiri dari : Kegiatan prapembelajaran dan kegiatan awal
pembelajaran.
Kegiatan inti dalam pembelajaran terdiri dari : pembahasan materi pembelajaran dalam pembelajaran
klasikal, pembahasan materi pelajaran dalam pembelajaran kelompok dan pembahasan materi
pelajaran dalam pembelajaran perseorangan.
Kegiatan akhir dan tinndak lanjut pembelajaran terdiri dari ; kegiatan akhir pembelajaran dan
melaksanakan kegiatan tindak lanjut pembelajaran.
B. Saran
Sebagai calon pendidik seharusnya kita memahami prosedur pembelajaran sehingga proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan baik dan peserta didik mampu menguasai materi yang di sampaikan
oleh guru. Dalam prosedur pembelajaran seorang pendidik harus mampu mengambil tindakan yang
tepat sesuai dengan kemampuan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah W, Sri. 2011. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Saturday, 18 October 2014
Prosedur Umum Pembelajaran
A. Kegiatan Pendahuluan Pembelajaran
Kegiatan Awal / Pendahuluan dalam Pembelajaran sering pula di sebut dengan pra-instruksional.
Kegiatan Awal berfungsi untuk menciptakan awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Secara garis besar, berikut ini ada beberapa hal yang
harus dilakukan guru atau pembimbing di sekolah dalam kegiatan pendahuluan, antara lain :
1. Harus dapat membangkitkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar
2. Dapat menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif sehingga memungkinkan anak akan belajar
dengan baik
3. Dapat digunakan untuk memberitahukan gambaran umum materi yang akan dipelajari
Kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran terbagi dalam dua kategori / bentuk, yaitu kegiatan awal
pembelajaran dan kegiatan pra pembelajaran. Kegiatan menyiapkan siswa yang berkaitan langsung
dengan materi pelajaran yang akan dipelajari disebut kegiatan awal pembelajaran. Sedangkan
Kegiatan menyiapkan siswa yang tidak langsung berkaitan dengan materi pembelajaran.
disebut kegiatan pra pembelajaran.
Kegiatan utama yang dilakukan oleh seorang guru dalam pendahuluan pembelajaran, antara lain :
1. Penciptaan Kondisi Awal Pembelajaran
Proses pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila guru sejak awal dapat mengkondisikan kegiatan
belajar secara efektif. Upaya yang perlu dilakukan untuk mewujudkan kondisi awal pembelajaran yang
efektif tersebut meliputi :
a) Mengecek atau memeriksa kehadiran siswa (presence, attendance)
Sebelum kegiatan inti pembelajaran dimulai sebaiknya guru mengecek atau memeriksa terlebih dahulu
kehadiran siswa. Jika jumlah siswa dalam satu kelas terhitung banyak maka perlu cara yang lebih praktis
agar tidak terlalu menyita atau menghabiskan waktu, salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah
dengan menanyakan atau meminta siswa yang hadir di kelas untuk menyebutkan siswa yang tidak hadir,
kemudian guru menanyakan alasan ketidakhadiran siswa yang tidak hadir tersebut.
b) Menumbuhkan kesiapan belajar siswa (readiness)
Kesiapan belajar siswa merupakan salah satu prinsip belajar yang sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan guru dalam menciptakan kesiapan belajar
siswa, khususnya yang dilakukan pada awal pembelajaran diantaranya:
Membantu atau membimbing siswa dalam mempersiapkan fasilitas dan sumber belajar yang diperlukan
dalam kegiatan belajar.
Menciptakan kondisi belajar yang kondusif dan konstruktif dalam kelas.
Menunjukkan sikap penuh semangat (antusiasme) dan minat mengajar yang tinggi.
Ada tiga hukum dalam proses belajar, diantaranya :
Hukum Kesiapan (law of readiness)
- Ketika seseorang siap melakukan suatu tindakan, maka melakukannya akan memuaskan.
- Ketika seseorang siap melakukan suatu tindakan, maka tidak melakukannya akan menjengkelkan.
- Ketika seseorang belum siap melakukan suatu tindakan tetapi dipaksa melakukannya, maka
melakukannya akan menjengkelkan.
Hukum pentingnya latihan (law of exercise)
Hukum latihan menyatakan bahwa kita belajar dengan berbuat dan lupa jika tidak berbuat. Semakin
banyak kita berlatih, maka kita akan semakin paham dan ingat tentang sesuatu yang kita pelajari dan
begitu pula sebaliknya.
Hukum penguatan (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada
makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat
menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang
diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
Siswa yang belajar sungguh-sungguh akan mendapat nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu
mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operan conditioning atau
penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa
takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong untuk belajar yang lebih giat. Di sini nilai
jelek dan takut tidak naik kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat, inilah yang disebut
penguatan negatif.
c) Menciptakan suasana belajar yang demokratis
Dalam rangka menciptakan suasana belajar yang demokratis, maka diperlukan keterampilan guru dalam
mengelola kelas. Guru harus menciptakan suasana belajar yang demokratis untuk membangun
keberanian siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan yang di ajukan, berpendapat di depan kelas
atau forum diskusi tertentu, unjuk kerja dalam tim / kelompok, dan sebagainya.
d) Membangkitkan Motivasi belajar siswa
Motivasi terbagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsic (motivasi yang berasal dari dalam / diri sendiri) dan
motivasi ekstrinsik (motivasi yang berasal dari luar/ orang lain). Dengan adanya motivasi ini, dapat
menjadikan siswa lebih bersemangat dalam belajar, apalagi siswa telah menyadari bahwa apa yang
dipelajari akan memberi manfaat dalam kehidupannya. Contohnya: Siswa SMP yang mempelajari
tentang system reproduksi pada manusia, siswa tersebut akan termotivasi atau timbul keingintahuannya
tentang hal itu karna suatu saat nanti apa yang ia pelajari mengenai system reproduksi pasti akan
berguna untuk kehidupannya di masa yang akan datang.
e) Membangkitkan perhatian siswa
Dalam proses pembelajaran, guru dituntut harus dapat membangkitkan perhatian para siswanya supaya
terfokus hanya pada materi yang sedang di paparkan oleh guru / teman nya di depan kelas. Adapun
kegunaan dari membangkitkan perhatian siswa di sela-sela atau selama proses pembelajaran ialah untuk
memusatkan energi dan psikis anak dalam kegiatan belajar. Perhatian akan terpusat apabila ada
kepentingan langsung dengan siswa dan punya karakteristik yang berbeda dengan yang lain. Oleh
karena itu, dalam membangkitkan perhatian siswa, maka guru dapat memberikan beberapa penyegaran
berupa lelucon atau permainan yang bervariasi untuk sekedar hiburan supaya siswa tidak merasa bosan
terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung dengan durasi 5 -10 menit saja dan kemudian
kembali ke pokok materi yang akan di pelajari pada pertemuan itu.
2. Memberi Acuan
Memberikan acuan dimaksudkan untuk member suatu gambaran awal tentang materi ajar secara
spesifik dan singkat yang akan dipelajari pada pertemuan saat itu. Ada bebrapa komponen dalam
memberikan acuan, antara lain:
a) Memberitahu tujuan yang diharapkan
Dalam memberikan acuan terhadpa materi yang akan dipelajari pada pertemuan tertentu, guru harus
memberitahu tujuan atau indicator yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran. Misalnya: dalam
materi system pernafasan, maka indicator atau tujuan yang diharapkan guru dapat di capai oleh
siswanya adalah siswa mampu menjelaskan mengenai system pernafasan yang ada pada manusia, siswa
mampu menyebutkan secara urut bagaimana proses pernafasan terjadi dalam tubuh kita (manusia), dan
sebagainya.
b) Menyampaikan alternatif kegiatan yg akan ditempuh siswa
Selanjutnya, setelah guru memberitahukan tujuan yang hendak di capai dalam proses pembelajaran,
maka guru harus menyampaikan alternative kegiatan yang bisa dilakukan terkait dengan materi yang
akan di pelajari pada pertemuan itu. Misalnya menjelaskan tata cara diskusi apabila materi yang akan
dibahas terlalu banyak teori / kajian teoritis para tokoh ahli, aturan dalam parktikum apabila materi yang
akan dibahas mengharuskan adanya eksperimen, menjelaskan referensi-referensi yang akan digunakan
dalam proses pembelajaran (seperti buku, situs internet, bahan bacaan lainnya) dan lain- lain.
3. Membuat Kaitan
Hal-hal yang menyebabkan kita sebagai seorang guru harus membuat kaitan terhadap materi
pembelajaran yang akan di pelajari, antara lain:
Agar materi ajar lebih menarik, maka guru harus membuat kaitan materinya dengan pengetahuan yang
mereka miliki, berdasarkan pengalaman yang dihadapi atau sesuai dengan minatnya.
Mengingat kembali, mengulang kembali
Dengan mengkaitkan materi yang akan dipelajari pada pertemuan saat ini dengan materi pada
pertemuan sebelumnya, maka siswa akan mengalami proses dimana ia akan mengingat kembali atau
mengulang kembali materi yang dipelajari (membuka materi yang lalu sebagai dasar atau acuan materi).
Menumbuhkan tanggapan lama yang telah dimiliki siswa sebelum memberikan bahan baru
Mengajukan pertanyaan terhadap apa yang telah dipelajari
Karena siswa sudah memahami materi dasar / materi yang telah di sampaikan sebelumnya, maka siswa
dapat aktif mengajukan berbagai pertanyaan mengenai apa yang telah ia pelajari sebelumnya yang
dirasa masih mengganjal dalam benaknya / belum ia pahami.
Menunjukkan manfaat materi yang dipelajari
Maksudnya ialah mengkaitkan materi yang telah dipelajari dengan kehidupan pribadi maupun sosialnya
di masyarakat, apakah menuai banyak manfaat untuk dirinya atau tidak. Apabila bermanfaat, maka
menerapkan apa yang sudah dipelajari dalam kehidupan nyatanya. Misalnya: belajar tentang nilai
agama, maka apa yang ia ketahui baik itu sanksi dari nilai agama, perilaku yang baik dan tidak baik yang
sesuai dengan norma agama dapat di praktekkan dalam kehidupan sosialnya.
Meminta siswa bercerita tentang pengalaman yang berkaitan dengan materi
Setiap orang / siswa memiliki pengalaman yang berbeda satu sama lain. Ada beberapa siswa yang
mungkin mengalami atau bahkan sudah sangat memahami materi yang akan dibahas dapat berbagi
cerita / pengalamannya mengenai materi terkait. Dan kemudian bisa di cocokkan dengan teori yang
selama ini berkembang supaya terjadi interaksi antara guru dan murid yang aktif.
4. Melakukan Tes Awal
Adapun kegunaan melakukan tes awal pada kegiatan pendahuluan pembelajaran, yaitu:
a) Untuk mengetahui penguasaan awal dari materi yang akan dipelajari.
b) Digunakan untuk menentukan dari mana awal materi akan dibahas
B. Kegiatan Inti Pembelajaran
Kegiatan inti pada dasarnya merupakan kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran atau proses
untuk pencapaian kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik, dengan menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan
materi pelajaran.
Dalam kegiatan inti, proses pembentukan pengalaman belajar siswa berkaitan dengan kemampuan yang
diharapkan dikuasai siswa secara terpadu yang dususun dan direncanakan guru dengan mengacu
kurikulum yang berlaku. (Standar Kompetensi)
Kegiatan utama dalam kegiatan inti pembelajaran (intruksional) diantaranya:
a) Kegiatan mengorganisasi proses pembelajaran dengan berbagai metode / cara / teknik / pendekatan
yang bervariasi yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar berkadar aktivitas tinggi.
b) Diharapkan terjadi perubahan perilaku pada siswa.
c) Pengaturan harus menganut prinsip efektif dan efisien ( dapat mencapai sasaran yang diharapkan dan
dapat dilakukan dengan menggunakan sarana, waktu dan tenaga yang dimiliki)
Adapun faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih strategi pembelajaran dalam kegiatan inti
pembelajaran (intruksional) ini, antara lain :
a) Tujuan
Setiap tuntutan penguasaan materi menuntut kegiatan pembelajaran yang berbeda.
ketrampilan ® latihan
berpendapat ® kesempatan berpendapat
b) Materi
Materi dalam kegiatan inti ini dapat berupa materi abstrak, maksudnya materi yang sifatnya hanya bisa
di angan-angan/ di bayangkan, mengajak siswa untuk berfantasi dan agar siswa dapat cepat
memahaminya maka perlu di berikan contoh. Misal materi abstrak seperti bentuk planet dan benda-
benda ruang angkasa, semua itu hanya bisa di angan-angan karena kita belum tahu persis bagaimana
bentuk planet-planet tersebut karena kita belum berkontak langsung dengan planet itu, kita hanya
mengetahui dan meyakininya secara abstrak (berdasarkan pemikiran pakar melalui melihat gambarnya
pada atlas ataupun miniature planet). Selain itu, materi dalam kegiatan inti ini dapat berupa materi baru
yang memerlukan adanya demonstrasi atau penjelasan lebih detail atau spesifik terhadap obyek yang
dituju. Selain kedua materi diatas, terkadang para guru juga menggunakan jenis materi yang sudah
dikenal dan bisa di kembangkan menggunakan teknik problem solving.
c) Siswa
Adapun hal- hal yang perlu diperhatikan dari segi siswa dalam kegiatan inti pembelajaran, diantaranya
ialah memperhatikan karakteristik dan jumlah siswa ( praktikum, pastikan alat dan bahannya tidak asing
bagi mereka).
d) Guru
Kemampuan guru dalam proses ini juga perlu diperhatikan, jika kurang mampu tarhadap sesuatu hal
dapat meminta bantuan teman lain sejawat.
e) Fasilitas, Ruang dan Waktu
Komponen-komponennya meliputi:
Fasilitas yang tersedia dimanfaatkan serta disesuaikan dengan kondisi siswa.
Waktu yang tersedia harus dimanfaatkan dengan efektif dan efisien dengan memilih strategi yang sesuai.
f) Penggunaan media
Mengkonkretkan yang bersifat abstrak, dapat menghadirkan objek berbahaya, dapat menampilkan
objek yang besar atau yang kecil, memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat. Berikut ini keuntungan
yang di dapat sebagai pengaruh penggunaan media dalam kegiatan inti pembelajaran, yaitu :
- siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungan
- Keseragaman dalam berpresepsi
- Membangkitkan motivasi
- Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang
- Menyajikan metari yang konsisten, dapat diulang
- Menyajikan materi secara serempak bagi seluruh siswa
C. Kegiatan Akhir dan Tindak Lanjut Pembelajaran
Kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran harus direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis,
efektif, efisien, dan flesibel. Kegitan akhir dan tindak lanjut pembelajaran harus merupakan rangkaian
kegiatan pendahuluan dan kegiatan inti pembelajaran.
Menurut Udin S. Winataputra, dkk. (2003) mengemukakan hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan akhir
dan tindak lanjut pembelajaran, yaitu: (a) penilaian akhir; (b) analisis hasil penilaian akhir; (c) tindak
lanjut; (d) mengemukakan topik yang akan dibahas pada waktu yang akan datang; dan (e) menutup
kegiatan pembelajaran.
Mulyasa (2003) mengemukakan dua kegiatan pokok pada akhir pembelajaran, yaitu : (a) pemberian
tugas dan (b) post tes. Sementara itu, Depdiknas (2003) mengemukakan dalam kegiatan akhir perlu
dilakukan penilaian formatif, dengan memperhatikan hal-hal berikut: (a) kembangkan cara-cara untuk
menilai hasil pembelajaran peserta didik; (b) gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan
atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru; dan (c) cari metodologi yang
paling tepat yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka secara garis besar kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran
bertujuan, antara lain :
a) Untuk memantapkan materi yang telah dipelajari
b) Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang telah berlangsung.
c) Untuk mengetahui kompetensi mana yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai dengan memberikan
suatu tes.
Berikut ini akan di jelaskan bentuk-bentuk dari kegiatan akhir pembelajaran yaitu:
a) Meninjau kembali penguasaan siswa
Guru harus meninjau atau mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan dengan cara
memeriksa kelengkapan catatan / ringkasan materi / rangkuman materi yang diajarkan.
b) Melaksanakan Penilaian (Post tes)
Guru juga dapat melakukan suatu penilaian di setiap akhir kegiatan pembelajaran yang berupa Post tes
untuk mengtahui tingkat kepahaman dan keberhasilan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
apakah hasilnya efektif atau tidak agar kedepannya proses pembelajaran dapat lebih menyenangkan
dan lebih baik lagi.
Sedangkan bentuk-bentuk dari melaksanakan kegiatan tindak lanjut pembelajaran setelah di
laksanakannya kegiatan akhir pembelajaran, antara lain:
- Memberi Pekerjaan Rumah (PR)
- Membahas kembali materi yang dianggap sulit
- Menugaskan membaca materi pelajaran tertentu
- Memberi motivasi
- Menyampaikan materi berikutnya
DAFTAR PUSTAKA
Udin S. Winata Putra, dkk.1997. Buku Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sri Anitah W, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sa’adah, Munjiati. 2014. Buku Bahan Ajar Pengajaran Micro (Micro Teaching). Pringsewu: STKIP
Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
Raharyanti, Anjar. 2012. Teori Pembelajaran Thorndike (dalam http://ajenganjar.blogspot.com ) diakses
tanggal 09 Oktober 2014.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Prosedur Pembelajaran (dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com ) diakses
tanggal 09 Oktober 2014.
SITUS WEB:
www.google.com
www.wikipedia.com
www.slideshare.net
Prosedur Pembelajaran
Posted on 2 Agustus 2008 by Akhmad Sudrajat
Pembelajaran adalah sebuah kegiatan yang tidak bisa dilakukan secara sembarangan,
tetapi harus mengikuti prosedur tertentu. Secara umum, prosedur atau langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui 3 tahapan yaitu : (1) kegiatan pendahuluan; (2) kegiatan inti; (3) kegiatan akhir dan tindak lanjut:
A. Pendahuluan
Udin S. Winataputra, dkk. (2003) mengemukakan hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan pendahuluan, yaitu :
1. Menciptakan Kondisi Awal Pembelajaran; meliputi: membina keakraban, menciptakan kesiapan belajar peserta didik dan menciptakan suasana belajar yang demokratis.
2. Apersepsi meliputi: kegiatan mengajukan pertanyaan untuk mengaitkan materi yang akan dibelajarkan dengan materi atau pengetahuan yang telah dikuasai siswa sebelumnya, memberikan komentar atas jawaban yang diberikan peserta didik dan membangkitkan motivasi dan perhatian peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Hal senada disampaikan oleh Depdiknas (2003) bahwa dalam kegiatan pendahuluan, perlu dilakukan pemanasan dan apersepsi, didalamnya mencakup: (1) bahwa pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta didik; (2) motivasi peserta didik ditumbuhkan dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi peserta didik; dan (3) peserta didik didorong agar tertarik untuk mengetahui hal-hal yang baru.
B. Kegiatan Inti
Kegiatan inti pada dasarnya merupakan kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran atau proses untuk pencapaian kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, degan menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik pesertadidikdan materi pelajaran Udin S. Winataputra, dkk. (2003) mengemukakan hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan inti, yaitu : (1) menyampaikan tujuan yang ingin dicapai, baik secara lisan maupun tulisan, (2) menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh, dan (3) membahas materi.
Depdiknas (2003) mengemukakan tiga bentuk kegiatan ini yaitu: (1) eksplorasi; (2) konsolidasi pembelajaran, dan (3) pembentukan sikap dan perilaku.
1. Kegiatan eksplorasi merupakan usaha memperoleh atau mencari informasi baru. Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan eksplorasi, yaitu: (a) memperkenalkan materi/keterampilan baru; (b) mengaitkan materi dengan pengetahuan yang sudah ada pada peserta didik; (c) mencari metodologi yang paling tepat dalam meningkatkan penerimaaan peserta didik akan materi baru tersebut.
2. Konsolidasi merupakan merupakan negosiasi dalam rangka mencapai pengetahuan baru. Dalam kegiatan konsolidasi pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah : (a) melibatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajar baru; (b) melibatkan peserta didik secara aktif dalam pemecahan masalah; (c) meletakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi pelajaran yang baru dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan di dalam lingkungan; dan (d) mencari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta didik.
3. Pembentukan sikap dan perilaku merupakan pemrosesan pengetahuan menjadi nilai, sikap dan perilaku. Yang perlu diperhatikan dalam pembentukan sikap dan perilaku, adalah : (a) peserta didik didorong untuk menerapkan konsep atau pengertian yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari; (b) peserta didik membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari; dan (c) cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan sikap dan perilaku peserta didik.
C. Kegiatan Akhir dan Tindak Lanjut Pembelajaran
Udin S. Winataputra, dkk. (2003) mengemukakan hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran, yaitu: (a) penilaian akhir; (b) analisis hasil penilaian akhir; (c) tindak lanjut; (d) mengemukakan topik yang akan dibahas pada waktu yang akan datang; dan (e) menutup kegiatan pembelajaran.
Mulyasa (2003) mengemukakan dua kegiatan pokok pada akhir pembelajaran, yaitu : (a) pemberian tugas dan (b) post tes. Sementara itu, Depdiknas (2003) mengemukakan dalam kegiatan akhir perlu dilakukan penilaian formatif, dengan memperhatikan hal-hal berikut: (a) kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik; (b) gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru; dan (c) cari metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini disajikan bagan prosedur pembelajaran
Prosedur Umum Pembelajaran
Keberhasilan proses pembelajaran di antaranya sangat dipengaruhi oleh kegiatan
pendahuluan pembelajaran. Fungsi kegiatan pendahuluan pembelajaran atau pra-
instruksional fungsinya adalah untuk menciptakan awal pembelajaran yang efektif agar
siswa siap secara penuh dalam mengikuti kegiatan inti pembelajaran.
Dengan waktu yang rela
Prosedur Pembelajarantif singkat guru harus dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menunjang terhadap
terbentuknya kondisi awal belajar siswa yang efektif.
Beberapa kegiatan pendahuluan yang perlu dilakukan dalam pembelajaran, di antaranya
sebagai berikut.
1. Menciptakan kondisi awal pembelajaran.
Untuk mewujudkan kondisi awal pembelajaran yang baik, perlu adanya upaya yang harus
dilakukan oleh guru, upaya di antaranya:
1. Menciptakan semangat dan kesiapan belajar, upaya ini dapat diwujudkan melalui bimbingan
dari guru pada siswa. Atau melalui cara dan teknik yang digunakan oleh guru dalam
pembelajaran.
2. Menciptakan suasana demokrasi dalam belajar, upaya ini dapat diwujud-kan melalui cara,
dan teknik yang digunakan guru dalam mendorong siswa agar berkreatif, dalam belajar dan
mengembangkan keunggulan yang dimiliki siswa.
2. Melaksanakan apersepsi dan atau penilaian kemampuan awal siswa.
Kegiatan ini lebih menekankan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal yang telah
dimiliki siswa. Serta guru perlu menghubungkan materi pelajaran yang telah dimiliki siswa
dengan materi yang akan dipelajari siswa. Dengan tidak mengenyampingkan pemberian
motivasi belajar terhadap siswa. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan rangkaian yang perlu
dikembangkan pada awal pembelajaran.
Kegiatan Inti dalam Pembelajaran
Kegiatan inti dalam pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, kegiatan inti dalam
pembelajaran merupakan kegiatan yang kompleks dalam proses belajar mengajar yang
mengutamakan pada proses pembentukan pengalaman belajar siswa.
Kegiatan inti dalam pembelajaran harus direncanakan oleh guru berdasarkan pada
kurikulum yang berlaku. Dengan memprioritaskan pada aktivitas siswa yang dibimbing
secara efektif oleh guru.
Langkah-langkah kegiatan inti dalam pembelajaran meliputi:
1. Memberitahukan tujuan/topik pelajaran yang akan dibahas.
2. Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang harus ditempuh siswa.
3. Membahas/menyajikan materi pelajaran.
Dalam langkah ini dikelompokkan menjadi tiga kelompok pembelajaran, meliputi:
1. Pembelajaran klasikal, digunakan apabila materi pembelajarannya lebih bersifat fakta atau
informatif. Terutama ditujukan untuk memberikan informasi atau sebagai pengantar dalam
proses belajar mengajar. Sehingga cenderung metode ceramah dan tanya jawab yang akan
banyak digunakan.
2. Pembelajaran kelompok, digunakan apabila materi pelajarannya lebih mengembangkan
konsep pokok/sub-pokok bahasan yang sekaligus mengembangkan aktivitas sosial, sikap nilai,
kerja sama, dan aktivitas dalam pemecahan masalah melalui kelompok belajar siswa.
Pembelajaran perseorangan, digunakan apabila ingin membantu proses belajar mengajar
yang mengarah pada optimalisasi kemampuan siswa secara individu. Serta untuk
melaksanakan kegiatan pengayaan dan perbaikan hasil proses belajar mengajar.
3. Menyimpulkan bahan pelajaran.
Kegiatan Akhir dan Tindak Lanjut Pembelajaran
Kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran harus direncanakan dan dilaksanakan secara
sistematis, efektif, efisien, dan fleksibel.
Kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran harus merupakan rangkaian kegiatan
pendahuluan dan kegiatan inti pembelajaran.
Kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut
pembelajaran adalah:
1. Melaksanakan penilaian akhir
2. Mengkaji hasil penilaian akhir
3. Melaksanakan kegiatan tindak lanjut, alternatif kegiatan di antaranya:
1. memberikan tugas atau latihan-latihan
2. menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa
3. menugaskan membaca materi pelajaran tertentu
4. memberikan motivasi/bimbingan belajar
4. Mengemukakan topik bahasan yang akan datang
5. Menutup pelajaran.
STRATEGI PEMBELAJARAN "Prosedur Pembelajaran"
STRATEGI PEMBELAJARAN
“Prosedur Pembelajaran”
Dosen : Lina Novita, M.Pd.
KELOMPOK 4
NAMA : Dewi Diani (037112210)
KELAS : II.D
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah adalah untuk anak didik. Tugas utama pendidik (guru) adalah mengusahakan agar setiap
anak didik dapat belajar dengan efektif, baik secara individual ataupun secara kelompok. Artinya,
mereka patut merasa betah atau merasa senang belajar di sekolah dan mereka dapat mencapai prestasi
belajar yang tinggi. Karena itu diperlukanlah peran guru dalam mengelola kelas dengan baik agar dapat
menunjang terciptanya proses belajar yang menyenangkan dan pencapaian prestasi belajar yang tinggi
itu.
Pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya oleh proses
pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan rangkaian aktivitas dan interaksi antara siswa dan
guru yang dikendalikan melalui perencanaan pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran perlu
dilakukan secara sistematis berdasarkan prosedur pembelajaran yang telah dikembangkan. Oleh
karena itu, salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru Sekolah Dasar adalah mampu
memahami dan melaksanakan prosedur pembelajaran dalam pembelajaran kelompok, individual
maupun klasikal. Untuk menerapkan kemampuan tersebut sebaiknya guru mengingat kembali
tentang konsep dan prinsip belajar dan pembelajaran, tentang berbagai jenis pendekatan belajar
dan pembelajaran serta tentang berbagai jenis strategi belajar mengajar, terutama strategi yang
sesuai dengan tuntutan KBK seperti pembelajaran kontekstual, pembelajaran berbasis masalah,
pembelajaran berbasis penemuan (inquiry), pembelajaran berbasis kajian (investigasi) dan
ekspositori.
Secara umum, prosedur pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir. Ketiga kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan berurutan dalam membentuk
kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu merancang
dan melaksanakan pembelajaran dengan baik. Secara lebih khusus, Anda diharapkan mampu
memberikan contoh kegiatan :
a. Prapembelajaran,
b. Awal pembelajaran,
c. Inti pembelajaran,
d. Akhir pembelajaran, dan
e. Tindak lanjut pembelajaran.
Prosedur pembelajaran tersebut merupakan proses yang berurutan dalam membentuk
kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Salah satu aspek yang mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, dalam prosesnya
pengelolaan tersebut harus diarahkan hingga menjadi suatu proses bermakna dan kondusif dalam
pembentukan kemampuan siswa. Oleh karena itu, kegiatan belajar selain dikembangkan secara
sistematis, efektif dan efisien juga perlu variasi kegiatan sebagai alternatif untuk
menumbuhkembangkan motivasi dan aktivitas siswa dalam belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
1. KEGIATAN PRA DAN AWAL PEMBELAJARAN
Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan untuk menciptakan awal pembelajaran yang efektif yang
memungkinkan siswa siap mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Keberhasilan dalam
melaksanakan pendahuluan pembelajaran dapat mendukung proses dan hasil belajar siswa. Kegiatan
menyiapkan siswa yang langsung berkaitan dengan materi yang akan dibahas disebut Kegiatan Awal
Pembelajaran. Sementara itu, kegiatan yang tidak langsung berkaitan dengan materi atau kompetensi
yang kan dibahas disebut Kegiatan Pra-pembelajaran.
A. KEGIATAN PRA PEMBELAJARAN
Kegiatan prapembelajaran atau disebut juga kegiatan prainstruksional adalah kegiatan
pendahuluan pembelajaran yang diarahkan untuk menyiapkan siswa mengikuti pelajaran. Fungsi
kegiatan tersebut utamanya adalah untuk menciptakan awal pembelajaran yang efektif yang
memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan
pendahuluan pembelajaran perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia untuk kegiatan tersebut
relatif singkat sekitar 5 (lima) menit. Oleh karena itu, dengan waktu yang relatif singkat diharapkan guru
dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran yang baik, sehingga aktivitas-aktivitas pada awal
pembelajaran tersebut dapat mendukung proses dan hasil pembelajaran siswa. Kegiatan
prapembelajaran biasanya bersifat umum dan tidak berkaitan langsung dengan kompetensi atau materi
yang akan dibahas dalam kegiatan inti pembelajaran.
Upaya yang dapat dilakukan guru pada tahap prapembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan sikap dan suasana kelas yang menarik
Kondisi belajar dapat dipengaruhi oleh sikap guru di depan kelas. Guru harus memperlihatkan sikap
yang menyenangkan supaya siswa tidak merasa tegang, kaku bahkan takut. Kondisi yang menyenangkan
ini harus diciptakan mulai dari awal pembelajaran sehingga siswa akan mampu melakukan aktivitas
belajar dengan penuh percaya diri tanpa ada tekanan yang dapat menghambat kreativitas siswa. Di
samping itu, perlu adanya kesiapan maupun penataaan alat-fasilitas kelas yang memudahkan siswa
beraktivitas belajar dalam kelas. Hal kecil juga dapat berpengaruh terhadap kondisi belajar misalnya
kebersihan dan kerapihan tempat belajar. Memberikan salam di awal pertemuan dan berdoa sebelum
pelajaran dimulai.
2. Memeriksa kehadiran siswa/mengabsen
Kegiatan yang biasa dilakukan guru pada jam pertama pembelajaran adalah mengecek kehadiran
siswa. Untuk menghemat waktu dalam mengecek kehadiran siswa, guru dapat mengajukan pertanyaan
kepada siswa yang hadir tentang siswa yang tidak hadir dan alasan ketidakhadirannya. Secara tidak
langsung guru telah memberikan motivasi terhadap siswa, berdisiplin dalam mengikuti pelajaran dan
membiasakan diri apabila tidak hadir perlu memberitahukan pada guru yang disampaikan melalui
temannya secara lisan atau tertulis.
3. Menciptakan kesiapan belajar siswa
Kegiatan pembelajaran perlu didasari oleh kesiapan dan semangat belajar siswa. Kesiapan
(readinees) belajar siswa merupakan salah satu prinsip belajar yang sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan guru dalam menciptakan kesiapan dan
semangat dalam belajar siswa, khususnya dalam awal pembelajaran, alternatif yang perlu dilakukan
guru di antaranya:
a) Membantu atau membimbing siswa dalam mempersiapkan fasilitas/sumber belajar yang diperlukan
dalam kegiatan belajar;
b) Menciptakan kondisi belajar untuk meningkatkan perhatian siswa dalam belajar;
c) Menujukan minat dan penuh semangat yang tinggi dalam mengajar;
d) Mengontrol (mengelola) seluruh aktivitas siswa mulai dari awal pembelajaran;
e) Menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan menarik perhatian
siswa;
f) Mengembangkan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa dapat melakukannya.
4. Menciptakan suasana belajar yang demokratis
Pada hakikatnya suasana belajar yang demokratis dapat dikondisikan melalui pendekatan proses
belajar CBSA (Cara Belajar Siswa aktif). Untuk menciptakan suasana belajar yang demokratis guru harus
membimbing siswa agar berani menjawab, berani bertanya, berani berpendapat atau berani
mengeluarkan ide- ide, dan berani memperlihatkan unjuk kerja (performace). Suasana belajar yang
demokratis harus dikondisikan sejak awal pembelajaran, guru harus selalu memberikan kesempatan
pada siswa untuk melakukan kreativitas.
a. Melaksanakan Kegiatan Apersepsi dan atau Melaksanakan Tes Awal
Penilaian awal atau pre tes tujuannya adalah untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana materi
atau bahan pelajaran yang akan dipelajari sudah dikuasai oleh siswa. Kemampuan awal tersebut sebagai
dasar untuk kelanjutan bahan pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa. Pelaksanaan pre tes (tes awal)
perlu dilaksanakan untuk dapat menjajagi bahan pelajaran apa yang sudah dikuasai oleh siswa. Kegiatan
guru dalam apersepsi lebih menitik beratkan pada kegiatan mengulas (secara singkat) tentang bahan
pelajaran yang sudah dipelajari dengan yang akan dipelajari sehingga keterkaitannya dapat dipahami
siswa. Pelaksanaan tes awal perlu memperhatikan waktu yang tersedia supaya dalam prosesnya tidak
mengganggu kegiatan pembelajaran inti. Tes awal dapat dilakukan dengan cara lisan yang ditujukan
pada beberapa siswa yang dianggap representatif (mewakili) seluruh siswa. Terkadang tes awal dalam
prosesnya selalu dipadukan dengan kegiatan apersepsi. Seperti telah dikemukakan diatas bahwa
apersepsi menekankan pada upaya guru dalam menghubungkan materi pelajaran yang sudah dimiliki
oleh siswa dengan materi yang akan dipelajari oleh siswa.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam kegiatan apersepsi di antaranya:
1) Mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya
Pertanyaan yang diajukan harus berhubungan dengan materi yang sudah dipelajari oleh siswa.
Selanjutnya esensi pertanyaan tersebut harus dapat mengarahkan siswa supaya mampu mengingat
kembali tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari. Setiap pertanyaan dalam apersepsi perlu
dikaitkan dengan informasi atau bahan yang berhubungan dengan lingkungan (kontekstual) siswa.
2) Memberikan komentar terhadap jawaban siswa serta mengulas materi pelajaran yang akan dibahas.
Memberikan komentar terhadap jawaban yang diberikan oleh siswa maksudnya adalah supaya guru
dapat memberikan penguatan serta dapat lebih memperjelas jawaban itu sendiri, komentar jawaban
tersebut secara bertahap harus dapat mengarahkan siswa pada pokok-pokok materi yang akan
dipelajari.
3) Membangkitkan motivasi dan perhatian siswa
Membangkitkan motivasi dan perhatian siswa merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan pada
setiap tahapan kegiatan pembelajaran. Khususnya pada tahap awal pembelajaran, siswa perlu
difokuskan perhatiannya yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan motivasi
siswa dalam belajar. Pada umumnya, dalam kegiatan awal pembelajaran sebagian besar siswa masih
belum terfokus perhatiannya, sehingga guru perlu mensiasati agar mulai pada awal pembelajaran siswa
tersebut menjadi memiliki perhatian yang tinggi terhadap pelajaran. Kondisi tersebut disebabkan karena
proses berpikir siswa masih terkait dengan pelajaran sebelumnya atau dengan kegiatan-kegiatan yang
siswa alami sebelumnya.
B. KEGIATAN AWAL PEMBELAJARAN
Kegiatan awal pembelajaran adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menyiapkan siswa yang
langsung berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan untuk
menyiapkan mental siswa dalam memasuki kegiatan inti pembelajaran. Selain itu, kegiatan awal
dilaksanakan untuk membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran,
memberikan gambaran yang jelas tentang batas-batas tugas atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan
menunjukkan hubungan antara pengalaman anak dengan materi yang akan dipelajari. Kegiatan-kegiatan
yang dapat dilakukan guru dalam tahap kegiatan awal pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Menimbukan motivasi dan perhatian siswa
Guru perlu membangkitkan perhatian dan memotivasi siswa sebelum kegiatan berlanjut pada
kegiatan inti. Biasanya pikiran siswa masih teringat pada materi pelajaran yang dibahas sebelumnya
dalam hal ini guru harus jeli menyiasatinya dengan memfokuskan perhatian siswa. Misalnya, dengan
menyampaikan cerita yang menimbulkan pertanyaan, menunjukkan gambar atau alat peraga. Dengan
tumbuhnya motivasi pada siswa, proses pembelajaran akan berlangsung lebih mudah.
2. Memberi acuan
Dalam kaitan dengan kegiatan awal pembelajaran, memberi acuan diartikan sebagai upaya guru
dalam menyampaikan secara spesifik dan singkat gambaran umum tentang hal-hal yang akan dipelajari
dan kegiatan yang akan ditempuh selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang dapat dilakukan
guru dalam memberi acuan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Memberitahukan tujuan (kemampuan) yang diharapkan atau garis besar materi yang akan dipelajari.
Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan guru sebelum membahas pelajaran, adalah
memberitahukan tujuan atau kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa setelah pembelajaran
dilakukan atau garis besar materi yang akan dipelajari siswa. Dengan informasi tersebut, siswa akan
memperoleh gambaran yang jelas tentang kemampuan yang dikuasai dan ruang lingkup materi yang
akan dipelajari.
b. Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh siswa
Dengan menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajarann berlangsung, siswa
akan terarah usahanya untuk mencapai kemampuan atau menguasai topik-topik tersebut. Misalnya, jika
dalam pembelajaran akan digunakan diskusi maka guru harus menyampaikan teknik/prosedur diskusi
tersebut jika yang digunakan eksperimen maka guru harus menyampaikan teknik/prosedur eksperimen
atau jika pembelajaran akan berlangsung dengan kerja kelompok maka guru membentuk kelompok dan
menyampaikan teknik/prosedur kerja kelompok tersebut dan begitu pula dengan strategi-strategi yang
lainnnya. Di samping menyampaikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan selama
pembelajaran berlangsung, guru juga hendaknya menyampaikan informasi tentang sumber-sumber
belajar yang mendukung dan dapat digunakan oleh siswa.
3. Membuat kaitan (apersepsi)
Siswa akan tertarik terhadap pelajaran yang diberikan apabila mereka melihat atau hubungan
dengan apa yang telah dikenal atau sesuai dengan pengalaman mereka terrdahulu atau sesuai dengan
minat dan kebutuhan mereka. Ajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang mempunyai kaitan dan
sudah dipelajari sebelumnya. Bimbing siswa agar mengemukakan pengalaman yang berkaitan dengan
materi yang akan dibahas jika memang ada. Ceritakan tentang manfaat yang diperoleh dari materi yang
akan dipelajari.
4. Melaksanakan tes awal (pre test)
Hal ini dilakukan untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana bahan pelajaran yang akan
dipelajari sudah dikuasai siswa. Tes ini dapat dilakukan secara lisan. Informasi hasil tes dapat digunakan
untuk menentukan dari mana pembahasan materi baru akan dimulai.
Dalam keseluruhan proses pembelajaran, alokasi waktu unntuk kegiatan awal pembelajaran relatif
singkat. Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki kemampuan mendukung proses dan hasil
pembelajaran yang optimal. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru sejalan dengan
tugasnya di sekolah, khususnya dalam melaksanakan kegiatan awal pembelajaran diantaranya adalah
guru hendaknya :
a. Memahami latar belakang (termasuk kemampuan) siswa,
b. Dapat membangkitkan (menarik) perhatian siswa sehingga perhatian terpusat pada pelajaranyang akan
diikutinya,
c. Dapat memberikan bimbingan belajar secara kelompok maupun individu,
d. Dapat menciptakan interaksi edukatif yang efektif sehingga siswa meresakan adanya suasana belajar
yang aman dan menyenangkan,
e. Memberikan penguatan pada siswa,
f. Menanamkan disiplin pada siswa.
2. KEGIATAN INTI DALAM PEMBELAJARAN
Seperti telah dikemukakan, bahwa kegiatan inti pembelajaran merupakan kegiatan yang utama
dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience)
siswa. Pada prinsipnya kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman
dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu.
Kegiatan inti dalam pembelajaran sangat memegang peranan penting untuk mencapai tujuan
pembelajaran maupun dalam membentuk kemampuan siswa yang telah ditetapkan. Proses kegiatan inti
dalam pembelajaran akan menggambarkan tentang penggunaan strategi dan pendekatan belajar yang
digunakan guru dalam proses pembelajaran, karena pada hakekatnya kegiatan inti pembelajaran
merupakan implementasi strategi dan pendekatan belajar.
A. Pembahasan Materi Pelajaran Dalam Pembelajaran Klasikal
Kegiatan pembelajaran klasikal cenderung digunakan apabila dalam proses pembelajarannya guru
lebih banyak menyajikan materi (eksploratif). Penyajian dalam pembelajaran klasikal lebih menekankan
pada kegiatan pemberian informasi atau penjelasan materi yang belum dipahami siswa. Salah satu
keunggulan pembelajaran klasikal adalah memberikan kemudahan bagi guru mengorganisasi materi
pelajaran, karena bahan pelajaran tersebut seragam diberikan pada siswa. Pembelajaran klasikal dapat
digunakan apabila materi pelajaran lebih bersifat informatif atau fakta. Alternatif metode yang sering
digunakan dalam pembelajaran klasikal adalah metode ceramah dan tanya jawab bervariasi atau
metode lain yang dianggap sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.
1. Prinsip-prinsip pembelajaran klasikal
a) Sistematis
b) Perhatian dan aktivitas
c) Media pembelajaran
d) Latihan penugasan
2. Kegiatan inti dalam pembelajaran klasikal
a) Menyajikan (presentasi) bahan pelajaran dengan ceramah bervariasi.
b) Melakukan asosiasi dan memberikan ilustrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap bahan
pelajaran.
B. Pembahasan Materi Pelajaran Dalam Pembelajaran Kelompok
Pembelajaran kelompok merupakan suatu proses pembelajaran yang didesain dalam bentuk
kelompok dengan jumlah siswa antara 4 sampai 6 orang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar.
Pembelajaran kelompok cenderung banyak digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif). Di samping itu, pembelajaran kelompok sangat memungkinkan siswa untuk
mengumpulkan informasi dan membangun pengetahuan secara bekerja sama.
Pembelajaran kelompok sering disebut dengan pembelajaran kooperatif (cooperatif learning).
Berdasarkan teori yang melandasi pembelajaran kelompok, siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep yang dianggap sulit sebelumnya melalui belajar secara kelompok dan bekerja
sama. Melalui kegiatan kelompok, secara langsung siswa akan berpikir logis, kritis, dan kooperatif dalam
memberikan alternatif penyelesaian masalah melalui kesepakatan kelompok.
1. Prinsip-prinsip pembelajaran kelompok
a) Adanya topik dan permasalahan
b) Pembentukan kelompok
c) Kerja sama
d) Perhatian
e) Motivasi
f) Sumber belajar dan fasilitas
g) Latihan dan tugas.
2. Kegiatan inti dalam pembelajaran kelompok
a) Merumuskan masalah berdasarkan topik pembahasan dan tujuan pembelajaran.
b) Mengidentifikasi masalah atau sub-sub masalah berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan.
c) Analisis masalah berdasarkan sub-sub masalah.
d) Menyusun laporan oleh masing-masing kelompok.
e) Presentasi kelompok atau melaporkan hasil diskusi kelompok kecil pada seluruh kelompok dilanjutkan
diskusi kelas yang langsung dibimbing oleh guru.
f) Menyimpulkan hasil diskusi berdasarkan rumusan masalah dan sub-sub masalah.
C. Pembahasan materi pelajaran dalam pembelajaran perseorangan
Kegiatan pembelajaran perseorangan dapat membantu proses pembelajaran yang mengarah pada
optimalisasi kemampuan siswa secara individu. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
yang didalamnya mencakup implementasi diversifikasi kurikulum, menuntut adanya penyesuaian
pembelajaran dengan potensi siswa. Diversifikasi kurikulum merupakan suatu kurikulum yang dapat
memeperluas, memperdalam, dan menyesuaikan dengan keragaman kondisi dan kebutuhan, baik yang
menyangkut kemampuan atau potensi siswa maupun yang menyangkut potensi lingkungan. Salah satu
pendekatan pembelajaran yang memungkinkan dapat memfasilitasi penyesuaian dengan potensi siswa
(diversifikasi kurikulum) adalah pembelajaran perseorangan. Dengan menerapkan pembelajaran
perseorangan, siswa dapat belajar secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Kegiatan
pembelajaran perseorangan ditunjukkan untuk menampung kegiatan pengayaan dan perbaikan
(Depdikbud : 1990 : 39).
Pembelajaran perseorangan pada umumnya lebih banyak diterapkan dalam pemberian tugas adan
atau latihan. Dalam pelaksanaannya, setelah menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan
pengarahan tentang tahapan atau teknik belajar yang harus ditempuh oleh siswa (kegiatan awal
pembelajaran), langkah selanjutnya (kegiatan inti pembelajaran) yang dilakukan guru adalah sebagai
berikut :
1) Menjelaskan secara singkat tentang materi pelajaran yang akan ditugaskan atau yang kan dilatihkan
pada siswa.
2) Memberikan lembaran kerja atau tugas. Pada tahap ini, guru memberikan bimbingan atau
arahan/petunjuk yang sistematis secara lisan dan tertulis. Selain itu, guru juga hendaknya memberikan
stimulus atau dorongan supaya siswa dapat melakukan interaksi dan asosiasi, sehinngga tugas atau
latihan tersebut dapat dilakukan secara optimal.
3) Memantau dan menilai kegiatan siswa. Pada kesempatan ini guru berkeliling memantau kegiatan yang
dilakukan siswa, dan memberikan bantuan atau bimbingan, apa bila ada siswa yang mengalami kesulitan
dalam mengerjakan tugas atau latihan.
Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru memeriksa dan menilai tugas atau latihan yang telah
dikerjakan oleh siswa serta memberikan balikan terhadap pekerjaan siswa. Guru juga dapat membuat
kesimpulan bersama-sama siswa tentang materi pembelajaran yang telah ditugaskan.
3. KEGIATAN AKHIR DAN TINDAK LANJUT PEMBELAJARAN
A. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dalam pembelajaran tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup
pelajaran. Yang lebih penting adalah untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap kompetensi yang
diharapkan. Dengan melakukan kegiatan akhir pembelajaran, guru akan mengetahui kompetensi yang
sudah dan yang belum dikuasai oleh siswa. Kegiatan yang biasa dilakukan guru dalam kegiatan akhir ini
adalah memberikan tes baik lisan maupun tertulis. Selain itu, guru hendaknya melakukan kegiatan akhir
pembelajaran agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi yang sudah
dipelajarinya.
1) Meninjau Kembali Penguasaan Siswa
Untuk meninjau kembali penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari siswa, guru dapat
melakukan dua cara yaitu merangkum (menyimpulkan) pokok materi atau membuat ringkasan materi
pembelajaran. Kegiatan merangkum (menyimpulkan) dan membuat ringkasan sebaiknya dilakukan oleh
siswa di bawah bimbingan guru sehingga pada saat siswa membuat rangkuman atau kesimpulan atau
ringkasan itu salah atau kurang sempurna, guru dapat membetulkan atau menyempurnakan
rangkuman/kesimpulan/ringkasan yang dibuat siswa.
Dalam melaksanakan kegiatan membuat rangkuman/kesimpulan/ringkasan, hendaknya
memperhatikan kriteria berikut :
a. Berorientasi pada acuan hasil belajar dan kompetensi dasar.
b. Singkat, jelas dan bahasa (tulis/lisan) mudah dipahami.
c. Kesimpulan/rangkuman/ringkasan tidak keluar dari topik yang telah dibahas.
d. Dapat menggunakan waktu sesingkat mungkin.
2) Melaksanakan Penilaian
Kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran merupakan kegiatan mutlak yang harus
dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran. Melalui kegiatan penilaian akhir guru akan mengetahui
tercapai tindaknya kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa. Oleh karena itu, guru perlu memiliki
kemampuan dalam menilai hasil belajar siswa. Untuk menbetahui penguasaan siswa terhadap
kompetensi yang diharapkan, guru dapat memberikan tes atau meminta siswa untuk membuat
ringkasan atau kesimpulan dari materi yang telah dibahas.
Memberikan tes merupakan salah satu kegiatan akhiryang sering dilakukan guru. Untuk itu, guru
perlu memiliki kemampuan mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes yang
dilakukan pada akhir pembelajaran disebut tes akhir (post-test), yaitu tes yang ditujukan untuk
mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
B. Kegiatan Tindak Lanjut Pembelajaran
Dari hasil penilaian dan meninjau kembali penguasaan siswa (kegiatan akhir pembelajaran) , guru
akan mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa. Dengan memperhatikan tingkat
penguasaan siswa guru perlu melakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut dapat dilakukan di
luar jam pelajaran dan disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia.
Tujuan dari kegiatan tindak lanjut adalah untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa. Berikut ini
beberapa kegiatan tindak lanjut yang dapat dilakukan guru dalam upaya mengoptimalkan penguasaan
siswa (Ruhimat, 2007). Adapun kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan di antaranya :
1. Memberikan tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah (PR)
Dalam memberikan tugas dan latihan guru perlu memperhatikan waktu yang tersedia dan
kemampuan yang dimiliki siswa. Berikan tugas sesuai dengan kemampuan siswa, karena pemberian
tugas yang berlebihan dapat membuat siswa frustasi, jenuh, bahkan akan menurunkan motivasi
belajarnya. Setiap pemberian tugas kepada siswa harus berorientasi pada kompetensi yang harus
dicapai dan memberikan manfaat bagi siswa.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam memberikan tugas kepada siswa:
Menentukan dan menjelaskan secara singkat tentang topik tugas yang akan diberikan kepada siswa.
Menjelaskan tentang tahapan tugas yang harus dilakukan oleh siswa.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang bagian tugas yang belum dipahaminya.
Memeriksa dan membahas setiap tugas yang diberikan.
2. Membahas kembali materi pelajaran yang belum dikuasai siswa
Sebagai tindak lanjut dari adanya kemampuan yang belum dikuasai siswa, guru hendaknya
merancang kegiatan untuk membantu siswa menguasai kemampuan yang belum dikuasanya. Dalam hal
ini ada dua kemungkinan kegiatan yang dapat dilakukan guru, yaitu:
Membahas materi yang belum dikuasai siswa pada saat itu juga
Membahas materi tersebut pada pertemuan berikutnya.
3. Membaca materi dari sumber lain
Kegiatan ini dapat ditugaskan kepada siswa yang belum ataupun yang sudah menguasai kompetensi
yang telah ditetapkan. Agar siswa dapat melaksanakan tugas tersebut secara maksimal, sebaiknya guru
menyiapkan pertanyaan yang harus dijawab siswa atau meminta siswa membuat laporan hasil
membacanya.
4. Memberikan motivasi atau bimbingan belajar
Guru hendaknya memberikan bimbingan kepada siswa agar mereka mampu memperbaiki
kekurangannya. Bimbingan tersebut dapat berupa arahan atau petunjuk yang jelas kepada siswa
sehingga tugas yang diberikan dapat diselesaikan secara maksimal. Bimbingan ini akan menjadi
dorongan atau motivasi kepada siswa untuk terus belajar.
5. Menginformasikan topik yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya
Hal ini dilakukan untuk membimbing atau mengarahkan siswa dalam kegiatan belajar yang
dilakukan di luar jam pelajaran. Diharapkan siswa akan mempelajari terlebih dahulu materi yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya di rumah sebelum mengikuti pelajaran di sekolah.
Setelah guru menganggap kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran selesai dilaksanakan
secara optimal dan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, maka langkah selanjutnya guru
menutup pelajaran. Jika pelajaran berlangsung pada jadwal yang paling akhir, maka tutuplah pelajaran
dengan berdoa bersama siswa.
Makalah Berbagai Pendekatan Dalam Belajar Mengajar Makalah Berbagai Pendekatan Dalam Belajar Mengajar Selamat datang, kami ucapkan kepada anda yang sudah menemukan Artikel kami. Pada kesempatan ini Kami akan menyuguhkan informasi mengenai Contoh Makalah Berbagai Pendekatan Dalam Belajar Mengajar. Dalam pembelajaran yang ada di lapangan, tentunya banyak pendekatan-pendekatan yang dilakukan untuk mensukseskan tujuan pendidikan. Pendekatan ini dilakukan menurut cara belajar masing-masing jenjang pendidikan. Jenjang TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi menerapkan pendekatan yang berbeda-beda. Di dalam Makalah Berbagai Pendekatan Dalam Belajar Mengajar ini menguraikan tentang Pendekatan Belajar mengajar secara umum dan khusus. Semoga ada informasi yang bisa diambil untuk melengkapi referensi anda dalam mencari Berbagai Pendekatan Dalam Belajar Mengajar. Semoga Makalah Berbagai Pendekatan Dalam Belajar Mengajar dapat bermanfaat. Terima kasih atas kunjungan Anda. BAB I PENDAHULUAN Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik, dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang aktif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dan anak didik. Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang diambil guru dalam melakukan pengajaran. Oleh karena itu, sebelum guru melakukan pengajaran diharapkan telah mengetahui pendekatan yang diambil adalah tepat untuk anak didiknya. Supaya proses belajar mengajar bisa berjalan lancar. Maka dalam hal ini penyusun mengambil judul
“Berbagai Pendekatan Dalam Belajar Mengajar”, karena penyusun melihat pendekatan yang tepat dapat menyampaikan tujuan pembelajaran dan pendekatan dalam belajar mengajar harus dapat diketahui dan dipahami guru. BAB II BERBAGAI PENDEKATAN DALAM BELAJAR MENGAJAR Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaan, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran. Ada beberapa pendekatan yang diajukan dalam pembicaraan ini dengan harapan dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai maslaah dalam kegiatan belajar mengajar. Demi jelasnya ikutilah uraian berikut. A. Pendekatan Individual Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan. B. Pendekatan Kelompok Pendekatan kelompok merupakan pendekatan yang dilakukan guru dengan cara mengelompokkan anak didiknya sesuai dengan kriterianya demi tercapainya kegiatan belajar mengajar. Ketika guru inhin menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan. Fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan kelompok tidak bisa dilakukan seacara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan hal-hal lain yang ikut mempengaruhi penggunaannya. C. Pendekatan Bervariasi Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan. Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula. Misalnya, anak didik yang tidak disiplin dan anak didik yang suka berbicara akan berbeda pemecahannya dan menghendaki pendekatan yang berbeda-beda pula. Demikian juga halnya terhadap anak didik yang membuat keribuatan. Guru tidak bisa menggunakan teknik pemecahan yang sama untuk memecahkan permasalahan yang lain. Kalaupun ada, itu hanya pada kasus tertentu. Perbedaan dalam teknik pemecahan kasus itulah dalam pembicaraan ini didekati dengan “pendekatan bervariasi”. D. Pendekatan Edukatif Apa pun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti dendam, gengsi, ingin ditakuti dan sebagainya. Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keribuatan di kelas ketika guru sedang memberikan pelajaran, misalnya, tidak tepat diberikan sanksi hukum dengan cara memukul badannya hingga luka atau cidera. Ini adalah tindakan sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan pendekatan yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan, karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif adalah setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk
mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, norma sosial dan norma agama. Selain berbagai pendekatan yang disebabkan di depan, ada lagi pendekatan-pendekatan lain. Berdasarkan kurikulum atau Garis-garis Besar Program Pengajaran (GHBP) Pendidikan Agama Islam SLTP Tahun 1994 disebutkan lima macam pendekatan untuk pendidikan agama Islam, yaitu : a. Pendekatan Pengalaman Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun tidak semua pengalaman tidak bersifat mendidik (edukative experience), karena ada pengalaman yang tidak bersifat mendidik (misedukative experience). Suatu pengalaman dikatakan tidak mendidik, jika guru tidak membawa anak ke arah tujuan pendidikan, akan tetapi mengyelewengkan dari tujuan itu, misalnya “mendidik anak menjadi pencopet”. Karena itu, ciri-ciri pengalaman yang edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan yang berarti bagi anak (meaningful), kontinu dengan kehidupan anak, interaktif dengan lingkungan dan menambah integrasi anak. Demikianlah pendapat Witherington. b. Pendekatan Pembiasaan Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah dan kadang-kadang makan waktu yang lama. Tetapi sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sukar pula untuk mengubahnya. Maka adalah penting, pada awal kehidupan anak, menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik saja dan jangan sekali-kali mendidik anak berdusta, tidak disiplin, suka berkelahi dan sebagainya. Tetapi tanamkanlah kebiasaan seperti ikhlas melakukan puasa, gemar menolong orang yang kesukaraan, suka membantu fikir dan miskin, gemar melakukan salat lima waktu, aktif berpartisipasi dalam kegiatan yang baik-baik, dan sebagainya. Maka dari itu pengaruh lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat tidak bisa dielakkan dalam hal ini. c. Pendekatan Emosional Emosi mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Itulah sebabnya pendekatan emosional yang berdasarkan emosi atau perasaan dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan dan pengajaran, terutama untuk pendidikan agama Islam. Pendekatan emosional dimaksudkan di sini adalah suatu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami dan menghayati ajaran agamanya. Dengan pendekatan ini diusahakan selalu mengembangkan perasaan keagamaan siswa agar bertambah kuat keyakinannya akan kebesaran Allah SWT. dan kebenaran ajaran agamanya. Untuk mendukung tercapainya tujuan dari pendekatan emosional ini, metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah metode ceramah, bercerita dan sosiodrama. d. Pendekatan Rasional Karena kemampuhan akal (rasio) itulah akhirnya dijadikan pendekatan yang disebut pendekatan rasional guna kepentingan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Untuk mendukung pemakaian pendekatan ini, maka metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, latihan dan pemberian tugas. e. Pendekatan Fungsional Pendekatan fungsional yang diterapkan di sekolah diharapkan dapat menjembatani harapan tersebut. Untuk memperlicin jalan ke arah itu, tentu saja dipergunakan metode mengajar. Dalam hal ini ada beberapa metode mengajar yang perlu dipertimbangkan, antara lain adalah metode latihan, pemberian tugas, ceramah, tanya jawab dan demontrasi. E. Pendekatan Keagamaan Khususnya untuk mata pelajaran umum, sangat berkepentingan dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ilmu itu tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran umum. Tentu saja guru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Misalnya : surah Yasiin ayat 34 dan 36 adalah bukti nyata bahwa pelajaran biologi tidak bisa dipisahkan dari ajaran agama. Akhirnya pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperbaiki kerdilnya jiwa agama di dalam diri siswa, yang pada akhirnya nilai-nilai agama tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami, di hanyati dan di
amalkanselama hayat siswa di kandung badan. F. Pendekatan Kebermaknaan Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan, secara lisan maupun tulisan. Bahasa Inggris adalah bahasa asing pertama di Indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya dan pembinaan hubungan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Dalam rangka penguasaan bahasa Inggris tidak bisa mengabaikan masalahpendekatan yang harus digunakan dalam proses belajar mengajar. Kegagalan penguasaan bahasa Inggris oleh siswa, salah satu sebabnya adalah kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri. Hal ini perlu dipecahkan, salah satu alternatif ke arah pemecahan masalah tersebut diajukanlah pendekatan baru, yaitu pendekatan kebermaknaan. BAB III KESIMPULAN Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran. Pendekatan yang tepat maka akan berlangsung belajar mengajar yang menyenangkan. Akhirnya, perlu diikhtisarkan bahwa ada berbagai pendekatan yang dapat dipergunakan dalam pendidikan dan pengajaran, yaitu : Pendekatan individual, pendekatan kelompok, pendekatan bervariasi, pendekatan edukatif (pendidikan), pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, pendekatan rasional, pendekatan fungsional, pendekatan keagamaan dan pendekatan kebermaknaan. DAFTAR PUSTAKA Challjah Hasan, Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan, Al-Ikhlas, Surabaya, Cetakan I, 1994. ______ , Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, Cetakan II, 1990. ______ , Psikologi Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, Cetakan, 1992. Thomas Gordon, Guru yang Efektif Cara untuk mengatasi kesulitan dalam kelas, Disadur oleh Drs. Mudjito, M.A., Rajawali Pers, Jakarta Cetakan III, 1990. W. James Popham Eva L. Baker, Bagaimana Mengajar secara Sistemnatis, Yogyakarta, Cetakan IV, 1992.
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Makalah - Berbagai Pendekatan Dalam Belajar Mengajar 11:36 PM Mimin Madya
Untuk Makalah lengkap dan Tampilan teraturDirekomendasi download file nya format word(.doc)Klik link dibawah, tunggu 5 detik klik "skip ad" di sudut kanan atas.
Link : Download Makalah Berbagai Pendekatan Dalam Belajar Mengajar .doc
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang mengerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bemilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik, dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara dua guru dengan anak didik.
Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Semua kendala yang terjadi dan dapat menjadi penghambat jalannya proses belajar mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun yang bersumber dari luar diri anak didik, harus guru hilangkan, dan bukan membiarkannya. Karena keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas.
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaan, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran. Ada beberapa pendekatan yang diajukan dalam pembicaraan ini dengan harapan dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan IndividualDi kelas ada sekelompok anak didik. Mereka duduk di kursi masing masing. Mereka berkolompok dari dua sampai lima orang. Di depan mereka ada meja untuk membaca dan menulis atau untuk meletakkan fasilitas belajar. Mereka belajar dengan gaya yang berbeda-beda. Perilaku mereka juga bermacam-macam. Cara mengemukakan pendapat, cara berpakaian, daya serap tingkat kecerdasan, dan sebagainya, selalu ada variasinya. Masing-masing anak didik memang mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu anak didik dengan anak didik lainnya.
Perbedaan individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pengajaran harus mamperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajamya. Bila tidak, maka strategi belajar tuntas atau mastery learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak pemah menjadi kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan individual dapat diharapkan kepada anak didik dengan tingkat penguasaan optimal.
Pada kasus-kasus tertentu yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar, dapat diatasi dengan pendekatan individual. Misalnya, untuk menghentikan anak didik yang suka bicara. Caranya dengan memisahkanl memindahkan salah satu anak didik tersebut pada tempat yang terpisah dengan jarak yang cukup jauh. Anak didik yang suka bicara ditempatkan pada kelompok anak didik yang pendiam.
Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
B. Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan perlu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo socius, yakni makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa so sial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Tentu saja sikap ini pad a hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupan semua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang mempunyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri.
Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangkan
bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu,pendekatan kelompok tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan hal-hal lain yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
Beberapa pengarang mengatakan, keakraban atau kesatuan kelompok ditentukan oleh tarikan-tarikan interpersonal, atau saling menyukai satu sama lain. Yang mempunyai kecenderungan menamakan keakraban sebagai tarikan kelompok adalah merupakan satu-satunya faktor yang menyebabkan kelompok bersatu.
Keakraban kelompok ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:1. Perasaan diterima atau disukai teman-teman;2. Tarikan kelompok;3. Teknik pengelompokan oleh guru;4. Partisipasilketeriibatan dalam kelompok;5. Penerimaan tujuan kelompok dan persetujuan dalam cara mencapainya;6. Struktur dan sifat-sifat kelompok. Sedang sifat-sifat kelompok itu adalah:a. Suatu multi personalia dengan tingkatan keakraban tertentu;b. Suatu sistem interaksi;c. Suatu organisasi atau struktur;b. Merupakan suatu motif tertentu dan tujuan bersama;c. Merupakan suatu kekuatan atau standar perilaku tertentu;d. Pola perilaku yang dapat diobservasi yang disebut kepribadian.
C. Pendekatan BervariasiKetika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak didik memiliki motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, anak didik yang lain kurang bergairah belajar. Sementara sebagian besar anak belajar, satu atau dua orang anak tidak ikut belajar. Mereka duduk dan berbicara (berbincang-bincang) satu sama lain tentang hal hal lain yang terlepas dari masalah pelajaran.
Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu Relatif lama. Bila tetjadi perubahan suasana kelas, sulit menormalkannya kembali. Ini sebagai tanda adanya gangguan dalam proses belajar mengajar. Akibatnya.jalannya peJajaran kurang menjadi efektif. Efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan punjadi terganggu, disebabkan anak didik kurang mampu berkonsentrasi. Metode yang hanya satu-satunya dipergunakan tidak dapat diperankan, karena memang gangguan itu terpangkal dari kelemahan metode terse but. karena itu, dalam mengajar kebanyakan guru menggunakan beberapa metode dan jarang
sekali menggunakan satu metode.Dalam kegiatan belajar mengajar, guru bisa saja membagi anak didik ke dalam beberapa kelompok belajar. Tetapi dalam hal ini, terkadang diperJukan juga pendapat dan kemauan anak didik. Bagaimana keinginan mereka masing-masing. Boleh jadi dalam suatu pertemuan ada anak didik yang suka belajar dalam kelompok, tetapi ada juga anak didik yang senang belajar sendiri. Bila hal ini terjadi, maka ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu, belajar dalam kelompok dan belajar sendiri, terlepas dari kelompok, tetapi masih dalam pengawasan dan bimbingan guru.
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula. Misalnya, anak didik yang tidak disiplin dan anak didik yang suka berbicara akan berbeda pemecahannya dan menghendaki pendekatan yang berbeda-beda pula. Demikian juga halnya terhadapa anak didik yang membuat keributan. Guru tidak bisa menggunakan teknik pemecahan yang sama untuk memecahkan permasalahan yang lain. Kalaupun ada, itu hanya pada kasus tertentu. Perbedaan dalam teknik pemecahan kasus itulah dalam pembicaraan ini didekati dengan "pendekatan bervariasi. "
Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam pengajaran dengan berbagai motif, sehingga diperiukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.
D. Pendekatan Edukatif
Apa pun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif1ain, seperti dendam, gengsi, ingin ditakuti, dan sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan di kelas ketika guru sedang memberikan pelajaran, misalnya, tidak tepat diberikan sanksi hukum dengan cara memukul badannya hingga luka atau cidera. Ini adalah tindakan sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan pendekatan yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan, karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, noram sosial, dan norma agama.
Cukup banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak didik. Salah satu contohnya, misalnya, ketika lonceng tanda masuk kelas telah berbunyi, anak-anak jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi suruhlah mereka bebaris di depan pintu masuk dan perintahkanlah ketua kelas untuk mengatur barisan. Semua anak perempuan berbaris dalam kelompok jenisnya. Demikian juga semua anak laki-laki, berbaris dalam kelompok sejenisnya. Jadi, barisan dibentuk menjadi dua dengan pandangan terarah ke pintu masuk. Di sisi pintu masuk guru berdiri
sambi! mengontrol bagaimana anak-anak berbaris di depan pintu masuk kelas. Semua anak dipersilakan masuk oleh ketua kelas. Mereka pun satu per satu masuk kelas, mereka satu per satu menyalami guru dan mencium tangan guru sebelum dilepas. Akhirnya, semua anak masuk dan pelajaran pun dimulai.
Contoh di atas menggambarkan pendekatan edukatif yang telah dilakukan oleh guru dengan menyuruh anak didik berbaris di depan pintu masuk kelas. Guru telah meletakkan tujuan untuk membina watak anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia. Guru telah membimbing anak didik, bagaimana cara memimpin kawan-kawannya dan anak-anak lainnya, membina bagaimana cara menghargai orang lain dengan cara mematuhi semua perintahnya yang bernilai kebaikan. Betapa baiknya jika semua sekolah (TK, SO atau SLTP) melakukan hal yang demikian itu. Mungkin kewibawaan guru yang dirasakan mulai memudar sekarang ini dapat dimunculkan kembali dan tetap melekat pada pribadi guru. Sekaranglah saatnya mengedepankan pendidikan kepribadian kepada anak didik dan jangan hanya pendidikan intelektual serta keterampilan semata, karena akan menyebabkan anak tumbuh sebagai seorang intelektual atau ilmuwan yang berpribadi kering.
Guru yang hanya mengajar di kelas, belum dapat menjamin terbentuknya kepribadian anak didik yang berakhlak mulia. Demikian juga halnya dengan guru yang mengambil jarak dengan anak didik. Kerawanan hubungan guru dengan anak didik disebabkan komunikasi antara guru dengan anak didik kurang berjalan harmonis. Kerawanan hubungan ini menjadi kendala bagi guru untuk melakukan pendekatan edukatif kepada anak didik yang bermasalah. Guru yang jarang bergaul dengan anak didik dan tidak mau tahu dengan masalah yang dirasakan anak didik, membuat anak didik apatis dan tertutup atas apa yang dirasakannya. Sikap guru yang demikian kurang dibenarkan dalam pendidikan, karena menyebabkan anak didik menjadi orang yang introver (tertutup).
Kasuistis yang terjadi di sekolah biasanya tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam jenis dan tingkat kesukarannya. Hal ini menghendaki pendekatan yang tepat. Berbagai kasus yang terjadi, selain ada yang dapat didekati dengan pendekatan individual,adajuga yang dapat didekati dengan pendekatan kelompok, dan ada pula yang dapat didekati dengan pendekatan bervariasi. Namun yang penting untuk diingat adalah bahwa pendekatan individual harus berdampingan dengan pendekatan edukatif; pendekatan kelompok harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, dan pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan demikian, semua pendekatan yang dilakukan guru harus bemilai edukatif, dengan tujuan untuk mendidik. Tindakan guru karena dendam, marah, kesal, benci, dan sejenisnyabukanlah termasuk perbuatan mendidik, karena apa yang guru lakukan itu menurutkan kata hati atau untuk memuaskan hati.
Selain berbagai pendekatan yang disebutkan di depan, ada lagi pendekatan-pendekatan lain. Berdasarakan kurikulum atau Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Pendidikan Agama Islam SLTP Tahun 1994 disebutkan lima macampendekatan untuk pendidikan agama Islam, yaitu pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, pendekatan rasional, dan pendekatan fungsional. Kelima macam pendekatan ini diajukan, karena pendidikan agama Islam di sekolah umum dilaksanakan melalui kegiatan intra dan ekstra kurikuler yang satu sama lainnya saling menunjang dan saling melengkapi. Kelima pendekatan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendekatan Pengalaman
Experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang terbaik. Pengalaman adalah guru bisu yang tidak pernah marah. Pengalaman adalah guru yang tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapa punjuga. Belajar dari pengalaman adalah lebih baik daripada sekadar bicara, dan tidak pemah berbuat sama sekali. Belajar adalah kenyataan yang ditunjukkan dengan kegiatan fisiko Karena itu, the proses of learning is doing, reacting, undergoing, experiencing. The products of learning are all achieved by the learner through his own activity. (H.C. Witherington dan W.H. Burton, 1986: 57).
Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun tidak semua pengalaman tidak bersifat mendidik (edukative ex perience), karena ada pengalaman yang tidak bersifat mendidik (misedukative experience). Suatu pengalaman dikatakan tidak mendidik, jika guru tidak membawa anak ke arah tujuan pendidikan, akan tetapi menyelewengkan dari tujuan itu, misalnya "mendidik anak menjadi pencopet." Karena itu, ciri-ciripengalaman yang edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan yang berarti bagi anak (meaningful), kontinu dengan kehidupan anak, interaktif dengan lingkungan, dan menambah integrasi anak. Demikianlah pendapat Witherington.
2. Pendekatan Pembiasaan
Pembiasaan adalah alat pendidikan. Bagi anak yang masih kecil, pembiasaan ini sangat penting. Karena denganpembiasaan itulahakhimya suatu aktivitas akan menjadi milik anak di kemudian hari. Pembiasaan yang baik akan membentuk suatu sosok manusia yang berkepribadian yang baik pula. Sebaliknya, pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang buruk pula. Begitulah biasanya yang terlihat dan yang terjadi pada diri seseorang. Karenanya, di dalam kehidupan bermasyarakat,kedua kepribadian yang bertentanganini selalu ada dan tidak jarang terjadi konflik di antara mereka.
Anak kecil tidak seperti orang dewasa yang dapat berpikir abstrak. Anak kecil hanya dapat berpikir konkret Kata-kata seperti kebijaksanaan, keadilan, dan perumpamaan,adalah contoh kata benda abstrakyang sukar dipikirkanoleh anak. Anak kecil belum kuat ingatannya,ia lekasmelupakan apa yang sudah dan baru terjadi. Perhatian mereka lekas dan mudah beralih kepada hal-hal yang baru, yang lain, yang disukainya. (M. Ngalim Purwanto, 1991:224).
3. Pendekatan Emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang. Emosi berhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang mempunyai perasaan pasti dapat merasakan sesuatu, baik perasaan jasmaniah maupun perasaan rohaniah. Perasaan rohaniah di dalamnya ada perasaan intelektual, perasaan estetis, perasaan etis, perasaan sosial, dan perasaan harga diri. Menurut Chalijah Hasan (1994: 39) merasa adalah aktualisasi kerja dari hati sebagai materi dalam struktur tubuh manusia, dan merasa
sebagai aktivitas kejiwaan ini adalah suatu pemyataan jiwa yang bersifat subjektif. Hal ini dilakukan dengan mengemukakan suatu kesan senang atau tidak senang, dan umumnya tidak tergantung pada pengamatan yang dilakukan oleh indra.
Perasaan, menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (l991: 36), sebagai fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut "rasa senang dan tidak senang", mempunyai sifat-sifat senang dan sedih/tidak senang, kuat dan lemah, lama dan sebentar, relatif, dan tidak berdiri sendiri sebagai pemyataan jiwa.
4. Pendekatan Rasional
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh sang Maha Pencipta, yaitu Allah swt. Manusia adalah makhluk yang sempuma diciptakan. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya yang diciptakan oleh Tuhan. Perbedaannya terletak pada akal Manusia mempunyai akal, sedangkan makhluk lainnya seperti binatang dan sejenisnya tidak mempunyai aka!. Jadi, hanya manusialah yang dapat berpikir, sedangkan makhluk lainnya tidak mampu berpikir.
Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, mana kebenaran dan mana kedustaan dari sesuatu ajaran atau perbuatan. Dengan akal pula dapat membuktikan dan membenarkan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Pencipta atas segala sesuatu di dunia ini. Walaupun disadari keterbatasan akal untuk memikirkan dan memecahkan sesuatu, tetapi diyakini pula bahwa dengan akal dapat dicapai ketinggian ilmu pengetahuan dan penghasilan teknologi modern. Itulah sebabnya manusia dikatakan sebagai homo sapien,semacam makhluk yang berkecenderungan untuk berpikir.
5. Pendekatan Fungsional
Ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh anak di sekolah bukanlah hanya sekadar pengisi otak, tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosia!. Anak dapat memanfaatkan ilmunya untuk kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya. Bahkan yang lebih penting adalah ilmu pengetahuan dapat membentuk kepribadian anak. Anak dapat merasakan manfaat dari ilmu yang didapatnya di sekolah. Anak mendayagunakan nilai guna dari suatu ilmu sudah fungsional di dalam diri anak.
Pelajaran agama yang diberikan di kelas bukan hanya untuk memberantas kebodohan dan pengisi kekosongan intelektual, tetapi untuk diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Hal yangdemikian itulah yang pada akhimya hendak dicapai oleh tujuan pendidikan agama di sekolah dalam berbagaijenis dan tingkatan. Karena itu, kurikulum pun disusun sesuai dengan kebutuhan siswa di masyarakat.
E. Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran di sekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Semua mata pelajaran itu pada umumnya dapat dibagi menjadi mala pe/ajaran umum dan mala pelajaran agama_ Berbagai pendekatan dalam pembahasan terdahulu dapat digunakan untuk keduajenis mata pelajaran ini. Tentu saja penggunaannya tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang dicapai. Dalam praktiknya tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Khususnya untuk mata pelajaran umum, sangat berkepentingan dengan pendekatan keagamaan. Hal lni dimaksudkan agar nilai budaya ilmu itu tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran umum. Tentu saja guru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan terpisah dari masalah agama, tetapi ada hubungannya. Cukup banyak dalil agama yang membahas masalah biologi. Persoalannya sekarang terletak, mau atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut mencari dan menggali dalil-dalil dimaksud dan menafsirkannya guna mendukung penggunaan pendekatan keagamaan dalam pendidikan dan pengajaran. Surah Yaasiin, ayat 34, dan ayat 36, adalah bukti nyata bahwa pelajaran biologi tidak bisa dipisahkan dari ajaran agama. Surah Yaasiin ayat 37, 38,39, dan 40 adalah dalil-dalil nyata pendukung pendekatan keagamaan dalam mata pelajaran fisika.
Akhirnya, pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama di dalam diri siswa, yang pada akhirnya nilai-nilai agama tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diya kini, dipahami, dihayati, dan diamalkan selama hayat siswa di kandung badan.
F. Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan maupun tulisan. Bahasa Inggris adalah bahasa asing pertama di Indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan pembinaan hubungan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Dalam rangka penguasaan bahasa Ingrris tidak bisa mengabaikan masalah pendekatan yang harus digunakan dalam proses belajar mengajar. Kegagalan penguasaan bahasa Inggris oleh siswa, salah satu sebabnya adalah kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri. Kegagalan pengajaran tersebut tentu saja tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena akan menjadi masalah bagi siswa dalam setiap jenjang pendidikan yang dimasukinya. Karenanya perlu dipecahkan. Salah satu altematifke arah pemecahan masalah terse but diajukanlah pendekatan baru, yaitu pendekatan kebermaknaan. Beberapa konsep penting yang menyadari pendekatan ini diuraikan sebagai berikut:
1. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan malalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian, struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat, dan perasaan).
2. Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang merupakan konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan pengajaran bahasa yang natural, didukung oleh pemahaman lintas budaya.3. Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda, baik secara lisan maupun tertulis. Suatu kalimatdapat mempunyai makna yang berbeda tergantung pad a situasi saat kalimat itu digunakan. Jadi keragaman ujaran diakui keberadaannya dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis.4. Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut, sebagai bahasa sasaran, baik secara lisan maupun tertulis. Belajar berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran unsur unsur bahasa sasaran.5. Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan belajamya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran memiliki siswa yang bersangkutan. Dengan kata lain, kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran memiliki peranan yang amat penting dalam keberhasilan belajar siswa.6. Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswajika berhubungan dengan pengalaman, minat, tata nilai, dan masa depannya. Karena itu, pengalaman siswa dalam lingkungan, minat, tata nilai, dan masa depannya harus dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengajaran dan pembelajaran untuk membuat pelajaran lebih bermakna bagi siswa.7. Dalam proses belajar-mengajar, siswa merupakan subjek utama, tidak hanya sebagai objek belaka. Karena itu, ciri-ciri dan kebutuhan mereka harus dipertimbangkan dalam segala keputusan yang terkait dengan pengajaran.8. Dalam proses belajar-mengajar guru berperan sebagai fasilitatoryang membantu siswa mengembangkan keterampilan berbahasanya.
PENDAHULUAN
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya.interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernialai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang baik bagi anak didik. Dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan.
Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana , bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam penagajaran.
Ada beberapa pendekatan yang diajukan dalam pembicaraan ini dengan harapan dapat membantu dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar.
1. Pendekatan Individual
Dalam kegiatan belajar mengajar seurang guru sering melihat peserta didiknya belajar dengan gaya yang berbeda-beda. Perilaku mereka juga bermacam-macam, cara mengemukakan
pendapat, cara berpakaian, daya serap, tingkat kecerdasan dan sebagainya, selalu ada variasinya. Masing-masing anak didik memponyai karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu anak didik dengan anak didik lainnya.
Perbedaan individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa setrategi pembelajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya. Bila tidak, maka strategi belajar tuntas atau mastery learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak akan pernah menjadi kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan individualdapat diharapkan kepada anak didik denagan tingkat penguasaan optimal.
Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengolahan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual ini, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajr anak lebih muda dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupunsuatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
1. Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan pelu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupansemua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
Anak didk dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang memponyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan. Tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi dikelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajr yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri.
Ketika guru akan menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangkan bahwa ahl itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akn diberiakan kepada anak didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan kelompok tidak
bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus memnpertimbangkan hah-hal yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
Dalam pengolahan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan anak didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan . Perbedaan individual anak didik, pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan kelompok.
1. Pendekatan Bervariasi
Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak ddidik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak didik mempunyai motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, anak didik yang lain kurang bergairah belajar. Sementara sebagian besar anak belajar, satu atau dua orang ank tidak ikut belajar. Mereka duduk dan berbicara (berbincang-bincang) satu sama lain tentang hal-hal lain yang terlepas dari masalah pelajaran.
Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu yang relatif lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas, sulit menormalkannya kembali. Ini sebagai ada tandanya gangguan dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran menjadi kurang efektif, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan pun jadi terganggu. Disebabkan anak didik kurang mampu berkonsentrasi.metode yang hanya satu-satunya dipergunakan tidak dapat diperankan, karena memang gangguan itu terpangkal dari kelemahan metode tersebut. Karena itu, dalam mengajar kebsnysksn guru menggunakan beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu metode.
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula.Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasiteknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi inisebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan penagajaran.
1. Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena ingin ditakuti dan sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan didalam kelas ketika guru sedang memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat diberi sanksi hukumdengan cara memukul badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sankst hukum yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni
teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.
Cukup banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak didik. Salah satu contohnya, misalnya, ketika lonceng tanda masuk kelas telah berbunyi, anak-anak jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi suruhlah mereka berbaris di depan pintu masuk dan perintahkanlah ketua kelas untuk mengatur barisan. Semua anak perempuan berbaris dalam kelompok sejenisnya. Demikian juga semua anak laki-laki, berbaris dalam kelompok sejenisnya. Jadi, berisan dibentuk menjadi dua dengan pandangan terarah kepintu masuk. Di sisi pintu masuk guru berdiri sambil mengontrol bagaimana anak-anak berbarisdi depan pintu masuk kelas. Semua anak di persilahkan masuk oleh ketua kelas. Mereka pon satu persatu masuk kelas, merka satu persatu menyalami guru. Semua anak-anak masuk dan pelajaran pun dimulai.
Contoh diatas menggambarkan pendekatan edukatif yang di lakukan telah oleh guru dengan menyuruh anak didik berbaris di depan pintu masuk kelas. Guru telah meletakkan tujuan untuk mwmbina watak anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia.
Kasuistis yang terjadi di sekolah biasanya tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam jenis dan tigkat kesukarannya. Hal ini menghendaki pendekatan yang tepat. Berbagai kasus yang terjadi selain dapat di ndekati dengan pendekatan individual, pendekatan kelompok, dan juga pendekatan kelompok. Namun yang penting untuk di ingat adalah bahwa pendekatan individual harus bedampingan dengan pendekatan edukatif. Pendekatan kelompok harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, dan pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan demikian, semua pendekatan yang dilakukan oleh guru harus bernilai edukatif, denagn tujuan mendidik.
Selain berbagai pendekatan yang telah di sebutkan diatas, ada lagi pendekatan-pendekatan lain. Berdasarkan kurikulum atau Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Pendidikan Agama islam SLTP tahun 1994 disebutkan lima macam pedekatan untuk pendidikan agama islam, yaitu pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, pendekatan rasioanal, dan pendekaran fungsional.
Kelima macam pendekatan ini diajukan, karena pendidikan agama islam disekolah umum dilaksanakan melalui kegiatan intra dan ekstra kurikuler yang satu sama lainnya saling menunjang dan saling melengkapi. Kelima pendekatan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Pendekatan pengalaman
Experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang baik. Pengalaman adalah guru yang bisu yang tak pernah marah. Pengalaman adalah guru yang tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapapun juga. Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun tidak
semua pengalaman dapat bersifat mendidik (educative experience). Karena ada pengalaman yang tidak bersifat mendidik. Suatu pengalaman dikatakan tidak mendidik, jika guru tidak membawa anak kearah tujuan pendidikan, akan tetapi menyelewengkan dari tujuan itu, misalnya “mendidik anak menjadi pencopet”. Karena itu ciri-ciri pengalaman yang edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan yang berarti bagi anak, kontinu dengan kehidupan anak, interaktif dengan lingkungan, dan menambah integrasi anak. Pembiasaan adalah alat pendidikan. Yang sangat penting bagi anak yang masih kecil.dikarena kan pembiasaan itu suatu aktivitas pada anak dikemudian hari. Pembiasaan yang baek akan membentuk sosok kepribadian manusia yang baek juga dan sebaliknya pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok kpribadian manusia yang buruk. Begitulah biasanya yang terlihat dan terjadi pada diri seseorang. Dikarenakan didalam kehidupan bermasyakat dan kepribadian ini selalu ada betentangan dan sering terjadi konflik .
1. Pendekatan Pembiasaan
Pembiasaan adalah alat pendidikan. Yang sangat penting bagi anak yang masih kecil.dikarena kan pembiasaan itu suatu aktivitas pada anak dikemudian hari. Pembiasaan yang baek akan membentuk sosok kepribadian manusia yang baek juga dan sebaliknya pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok kpribadian manusia yang buruk. Begitulah biasanya yang terlihat dan terjadi pada diri seseorang. Dikarenakan didalam kehidupan bermasyakat dan kepribadian ini selalu ada betentangan dan sering terjadi konflik.
Cara berfikir anak kecil tidak sama dengan anak dewasa yang berfikir abstrak. Anak kecil hanya berfikir konkrit. Contoh anak kecil sukar barfikir kata benda yang abstrak.anak kecil memang belu mempunyai kewajiban tetapi dia sudah mempunyai hak, seperti hak dipelihara, hak dilindungi, hak diberi makanan yang bergizi, dan hak mendapatkan pendidikan. Salah satu cara untuk memberikan hak dalam bidang pendidikan dengan cara memberikan kebiasaan yang baik dalam kehidupan mereka. Dalam kebiasaan-kebiasaan itu anak akan terbiasa menurut dan mentaati peraturan. Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah dan memakan waktu yang lama. Pada awl kehidupan anak tanamkanlah kebiasaan yang baik dan jangan sekali-kali mendidik anak yang tidak baik contoh berdusta, tidak disiplin, suka berkelahi dan sebagainya. Tanamkanlah pada anak kebiasaan ikhlas contoh melakukan puasa, menolong pada orang yang kesukaran, melakukan sholat lima waktu. Bertolak dari pendidikan kebiasaan itulah yang menyebabkan kebiasaan sabagai pendekatan pembiasaan.
1. Pendekatan Emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri seseoarang. Emosi yang berhungan dengan masalah perasaan. Semua orang mempunyai perasaan baik perasaan jasmaniah maupun rohaniah.
Perasaan bagi manusia pada umumnya adalah dapat menyesuaikan diri denagn keadaan alam sekitar. Orang yang emosional adalah orang yang mudah tergugah perasaannya. Misalnya, menonton film adegan sedih, seseorang akan menangis atau sedih.
Emosional atau perasaan adalah suatu yang peka. Emosi akan memberi tanggapan (respons) bila ada rangsangan (stimulus) dari luar diri seseorang . baik rangsangan verbal maupun nonverbal. Rangsangan verbal itu misalnya ceramah, cerita, sindiran, pujian, ejekan, berita, peritah dan
sebagainya. Sedangkan rangsangan nonverbal dalam bentuk perilaku berupa sikap dan perbuatan.
Emosi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kepribadian seseorang. Itulah sebabnya pendekatan emosinal yang berdasarkan emosi atau perasaan yang dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan dan pengajaran. Dengan pendekatan ini diusahakan selalu mengembangkan perasaan keagamaan siswa agar bertambah kuat keyakinannya akan kebesaran Allah SWT dan kebenaran ajaran agamanya.
1. Pendekatan Rasional
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT yang sempurna. Yang berbeda dengan makhluk lainnya. Perbedaannya pada akal. Manusia mempunyai akal sedangkan mahluk lainnya seperti hewan tidak menpunyai akal.
Manusia bisa membedakan mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Sedangkan makhluk lainnya seperti binatang tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Walaupun keterbatasan akal untuk memikirkan dan memecahkan tetapi bahwa akal itu dapat dicapai ketinggian ilmu pengetahuan.
Akal atau rasio memang mempunyai potensi untuk menaklukan dunia. Sebaiknya akal dijadikan alat untuk membuktikan kebenaran ajaran-ajaran agama.agar keyakinan yang dianut bertambah kokoh, Keampuhan akal rasio dijadikan pendekatan yang disebut pendekatan rasional .
1. Pendekatan Fungsional
Ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh anak disekolah bukan hanya sekedar pengisi otak, tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Anak dapat memanfaatkan ilmunya untuk kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya. Anak dapat merasakan manfaat dari ilmu yang didapatnya disekolah.anak mendayagunakan nilai guna dari suatu ilmu untuk kepentingan hidupnya.maka nilai ilmu sudah fungsional didalam diri anak.
Pendekatan fungsional yang diterapkan disekolah diharapkan dapat menjambatani harapan tersebut.guna untuk memperlicin kearah yang sama.
Dalam hal ini ada beberapa metode mengajar, antar lain adalah metode latihan, pemberian tugas, ceramah, tanya jawab, dan sebagainya
1. Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran.dalam prateknya tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran.khususnya untuk mata pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Tentu sajaguru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan terpisah dari masalah agama,tetapi ada hubunganya. Persoalan nya sekarng terletak mau atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut.
Pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama didalam diri siswa, agar nilai-nilai agamanya tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami,dihayati dan diamalkan secara hayat siswa dikandung badan.
1. Pendekatan kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa inggris bahasa asing yang pertama di indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan.kegagalan penguasaan bahasa inggris oleh siswa salah satu sebabnya kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri. Ada beberapa konsep penting yang menyadari pendekatan ini sebagai berikut :
1. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur ( tata bahasa dan kosa kata).
2. makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang merupakan konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan pengajaran bahasa yang natura.
3. makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda, baik secara lisan maupun tertulis. Suatu kalimat dapat mempunyai makna yang berbeda tergantung pada situasi saat kalimat digunakan.
4. belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut, sebagai bahasa sasaran, baik secara lisan maupun tertulis. Belajar berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa sasaran.
5. motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan peljaran dan kegiatan pembelajaran siswa yang bersangkutan.
6. bahan pelajaran dan kegiatan pembeljaran menjadi lebih penting bermakna bagi siswa jika berhubungan dengan kebutuhan siswa yang berkaitan dengan pengalaman, minat, tata nilai, dan masa depannya.
7. dalam proses belajar mengajar siswa merupakan subjek utama, tidak hanya sebagai objek belaka. Karena itu, ciri-ciri dan kebutuhan mereka harus dipertimbangkan dalam segala keputusan yang berkaitan dengan pengajaran.
8. dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan ketrampilan berbahasanya.
KESIMPULAN:
Akhirnya, perlu diikhtisarkan bahwa ada berbagai pendekatan yang dapat dipergunakan dalam pendidikan dan pengajaran, yaitu pendekatan indivial, pendekatan kelompok, pendekatan bervariasi, pendekatan edukatif, pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, pendekatan keagamaan, dan pendekatan kebermaknaan.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri Djamarah, Syaiful. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hubungan Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik Pembelajaran
HUBUNGAN ANTARA MODEL, PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK DAN TAKTIK PEMBELAJARAN
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan
langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
http://emiliannur.wordpress.com/2010/06/20/hubungan-antara-model-pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-taktik-pembelajaran/
Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar, antara lain :
1. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual,
guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan
pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan berada serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya (http.//www.contextual.org.id). Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan
dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen, 2001: 8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan kepada pemikiranagar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru.
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk
mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk
mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah
yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesama
teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan
ketrampilan sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002:6). Lebih lanjut Schaible,
Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah.
1. Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba(Suwarna,2005).
Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963). Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999) kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.
Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia ada
padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, iaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini dikenali sebagai parcing.
Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana belajar digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
Kajian Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999) membuktikan kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivisme telah mendapat pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan berbanding kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan tradisional. Kajian Caprio (1994), Nor Aini (2002), Van Drie dan Van Boxtel (2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997) turut membuktikan bahawa pendekatan konstruktivisme dapat membantu pelajar untuk mendapatkan pemahaman dan pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan.
1. Pendekatan Deduktif – Induktif 1. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya(Suwarna,2005).
1. Pendekatan Induktif
Ciri uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.
Prince dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional adalah pembelajaran dengan pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Di bidang sain dan teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan. Bransford (dalam Prince dan Felder, 2006) melakukan penelitian dibidang psikologi dan neurologi. Temuannya adalah: ”All new learning involves transfer of information based on previous learning”, artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer informasi berbasis pembelajaran sebelumnya.
Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.
Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan pembelajaran pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif . Beberapa contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual, siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri.
Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi. Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.
Dalam fase pendekatan induktif-deduktif ini siswa diminta memecahkan soal atau masalah. Kemp (1994: 90) menyatakan ada dua kategori yang dapat dipakai dalam membahas materi pembelajaran yaitu metode induktif dan deduktif. Pada prinsipnya matematika bersifat deduktif. Matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus” Soedjadi (2000: 16). Dalam kegiatan memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan dengan menggunakan pola pikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanya digunakan secara bergantian.
(http://rochmad-unnes.blogspot.com/2008/01/penggunaan-pola-pikir-induktif-deduktif.html)
1. Pendekatan Konsep dan Proses 1. Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep. (http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
1. Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan
mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar. (http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, prosesmengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagipeserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagianintegral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalamanyang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalamsetiap proses pendidikan yang dialaminya (http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/1907).
1. Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat
National Science Teachers Association (NSTA) (1990 :1)memandang STM sebagai the teaching and learning of science in thecontext of human experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan
kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the widespread realization that in order to meet the increasingdemands of a technical society, education must integrate acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STMharuslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagaidisiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yangterjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini.
Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1), bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore a understand the many ways that scinence and technology shape culture, values, and institution, and how such factors shape science and technology. STM dengandemikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi.
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini
tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah – langkah (ilmiahhttp://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
Sumber :
Abdul Rahim Rashid. (1998). Ilmu Sejarah: Teori dan amalan dalam pengajaran A
dan pembelajaran Sejarah. Kertas kerja yang dibentangkan dalam Simposium Sejarah, Universiti Malaya, Kuala Lumpur, 30–31 Oktober.
Anwar. (2004). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education). Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Ausubel, D. P. (1963). The psychology of meaningful verbal learning. New York: A
Grune & Stratton Inc.
Bybee, R. W. (1993). Leadership, responsibility and reform in science education. B
Science Educator, 2,1–9.
Depdiknas. (2002). Pengembangan Pelaksanaan Broad-Based Education, High-
Based Education, dan Life Skills di SMU. Jakarta: Depdiknas.
Firdaus M Yunus. (2004). Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, Paulo freire-Y.B
Mangunwijaya. Yogyakarta: Logung Pustaka
(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/)
(http.//www.contextual.org.id)
(http://rochmad-unnes.blogspot.com/2008/01/penggunaan-pola-pikir-induktif-deduktif.html)
(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/
(http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/1907).
(ilmiahhttp://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
IOWA State University. (2003). Incorporating Developmentally Appropriate
Learning Opportunities to Assess Impact of Life Skill Development.
Lifeskills4kids. (2000). Introduction & F.A.Q.
Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Lee, Kwuang-wu. 2000. English Teachers’ Barriers to the Use of Computer
assisted Language Learning. The Internet TESL Journal, Vol. VI, No. 12,
December 2000. http:/www..aitech.ac.jp/~iteslj/
(Frequently Asked Questions). [email protected]
Suhandoyo (1993). Upaya Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui
Interaksi Positif dengan Lingkungan. Yogyakarta: PPM IKIP Yogyakarta.
Supriyadi. (1999). Buku Pegangan Perkuliahan Teknologi Pengajaran Fisika.
Yogyakarta: Jurdik Fisika FMIPA UNY
Suyoso. (2001). Ilmu Alamiah Dasar. Yogyakarta:
Trowbidge dan Byebee. (1986). Becoming a Secondary school science Teacher.
London: Merill Publishing Company.
Utah State Board of Education. (2001). Life Skills. http://www.caseylifeskills.org
Rusmansyah.(2000). Prospek Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-
Masyarakat (STM) dalam pembelajaran Kimia di Kalimantan Selatan.
Jenis – Jenis Strategi Pembelajaran Posted on Mei 14, 2012 by ritokurniawan
4 Votes
Jenis – Jenis Strategi Pembelajaran
Oleh Rito Kurniawan Spd
Menurut Sanjaya (2007 : 177 – 286) ada beberapa strategi pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru:
A. Strategi pembelajaran ekspositori
I. Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting atau dominan.
Dengan menggunakan strategi ekspositori terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam menggunakan strategi ini, yaitu:
1. Keunggulan / Kelebihan Strategi Ekspositori
1. Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3. Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam strategi ekspositori ini dilakukan melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan
pembelajaran secara jelas dan terukur. Hal ini sangat penting untuk dipaham, karena tujuan yang spesifik memungkinkan untuk bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran.
2. Kelemahan Strategi EkspositoriDisamping memiliki keunggulan, strategi ekspositori ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
1. Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain.
2. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
3. Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
4. Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi) dan kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
5. Oleh karena itu, gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa secara umum tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain, baik tidaknya suatu strategi pembelajaran isa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Pembelajaran Ekspositori
B. Strategi pembelajaran inquiry
I. Pengertian Strategi Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristik, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu heuriskein yang berarti “saya menemukan”.Strategi pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian karena dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa keunggulan dan kelemahan dari strategi pembelajaran inquiry, yaitu:
1. Keunggulan / Kelebihan Strategi Pembelajaran Inkuiri (Inquiry)Metode pembelajaran inkuiri merupakan strategi belajar yang banyak dianjurkan karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya:
1. Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
2. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.3. Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar baik tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
2. Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri (Inquiry)Disamping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran inquiry juga mempunyai kelemahan, di antaranya yaitu:
1. Jika strategi pembelajaran inquiry sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit terkontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentuk dengan kebiasaan siswa dalam beljar.
3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran inquiry ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung, peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan membimbing siswa untuk belajar.
C. Strategi pembelajaran berbasis masalah
I. Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Di dalam strategi pembelajaran berbasis masalah ini terdapat 3 ciri utama;
Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Dari penjelasan di atas dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam proses pembelajaran, yaitu:
1. KeunggulanSebagai suatu strategi pembelajaran, strategi pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menentukan pengetahuan baru bagi siswa.3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata.5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
2. KelemahanDi samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
D. Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikirStrategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan.Dari pengertian di atas terdapat beberapa hal yang terkandung di dalam strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Pertama, strategi pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal.Kedua, telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari dan berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.Ketiga, sasaran akhir strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.
E. Strategi Pembelajaran kooperatifModel pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu: (a) adanya peserta dalam kelompok, (b) adanya aturan kelompok, (c) adanya upaya belajar setiap kelompok, dan (d) adanya tujuan yang harus dicapai dalam kelompok belajar..Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
F. Strategi pembelajaran kontekstual /Contextual Teaching Learning
1. Pengertian Contextual Teaching Learning (CTL)
Contoxtual Teaching Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat diperoleh dari usaha siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.
Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif yakni, konstruktivisme, bertanya (questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (learning komunity), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (autentic assement).
2. Landasan Filosofi
Landasan filosofi Contoxtual Teaching Learning adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan . Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh Jhon Dewey pada awal abad 20-an yang menekankan pada pengembangan siswa.
Menurut Zahorik, ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual.
Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating learning) Pemerolehan pemngetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari
secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1)
hipotesis (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan
Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan tersebut
3. Inquiry ( menemukan )Inquiry adalah merupakan suatu teknik yang digunakan guru untuk dapat merangsang siswa untuk lebih aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah tentang pengetahuan yang sedang dipelajari.
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis Contoxtual Teaching Learning CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan.
Siklus Inqiry antara lain :
Observasi Bertanya Mengajukan dugaan Pengumpulan data Penyimpulan
Langkah-langkah kegiatan menemukan (Inquiry), yaitu:a) Merumuskan masalah.
Contoh : bagaimanakah silsilah raja-raja bani Abbasiah
b) Mengamati atau melakukan observasi
Contoh : membaca buku atau sumber lain untuk mendapat informasi pendukung
c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, bagan., table, dan lainnya.
Contoh : siswa membuat bagan silsilah raja-raja bani Abbasiah.
d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada teman sekelas, guru atau audien yang lain.
Contoh : karya siswa didiskusikan bersama-sama
4. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
No PENDEKATAN CTL PENDEKATAN TRADISIONAL
1 Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran
Siswa adalah penerima informasi secara pasif
2 Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi.
Siswa belajar secara individual
3 Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau yang disimulasikan
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
4 Perilaku dibangun atas dasar kesadaran diri
Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan
5 Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman
Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan
6 Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri
Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian (angka) rapor
7 Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan
Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman
8 Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata
Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural: rumus diterangkan sampai paham kemudian dilatihkan
9 Pemahaman siswa dikembangkan Pemahaman ada di luar siswa,
atas dasar yang sudah ada dalam diri siswa
yang harus diterangkan, diterima, dan dihafal
10 Siswa menggunakan kemampuan berfikir kritis, terlibat dalam mengupayakan terjadinnya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan membawa pemahaman masing-masing dalam proses pembelajaran
Siswa secara pasif menerima rumusan atau pemahaman (membaca, mendengarkan, mencatat, menghafal) tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran
11 Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia diciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya
Pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau hukum yang berada di luar diri manusia
12 Karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan oleh manusia sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu selalu berkembang.
Bersifat absolut dan bersifat final
13 Siswa diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing
Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
14 Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan
Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa
15 Hasil belajar diukur dengan berbagai cara : proses, bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes, dll.
Hasil belajar hanya diukur dengan hasil tes
16 Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting
Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas
17 Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek
Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek
18 Perilaku baik berdasar motivasi Perilaku baik berdasar motivasi
intrinsic ekstrinsik
19 Berbasis pada siswa Berbasis pada guru
20 Seseorang berperilaku baik karena ia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat
Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan ini dibangun dengan hadiah yang menyenagkan
Pendekatan Kontekstual Contextual Teaching Learning (CTL)
G. Strategi Pembelajaran AfektifStrategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan keluarga.Strategi pembelajaran afektif pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis. Melalui situasi ini diharapkan siswa dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dianggapnya baik.
Hubungan antara Model, Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Taktik PembelajaranJune 20, 2010 by Emiliannur
BAB I
PENDAHULUAN
Belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan tingkah laku, yang terjadi sebagai hasil dari usaha yang disengaja dan pengalaman yang terkontrol dan tidak terkontrol.
Menurut Miarso belajar adalah:
Learning is the process by which relatively enduring change in behavior occurs as a result of controlled and uncontrolled experiences, and also considered as the acquisition of skills, knowledge, ability and attitude which influence the description and diagnose of events and people.
Definisi tersebut menunjukkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif permanen pada tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman yang terkontrol dan tidak terkontrol, dan belajar merupakan proses pemerolehan keterampilan, pengetahuan, kemampuan, dan tingkah laku yang mempengaruhi deskripsi dan diagnosa terhadap peristiwa dan manusia.
Dalam Undang-Undang N0. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, istilah belajar tidak ditemukan. Istilah yang digunakan adalah pembelajaran. Pembelajaran didefinisikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Pada tulisan ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Salah satu contoh dari pendekatan pembelajaran adalah Pendekatan Konflik Kognitif
B. Strategi Pembelajaran
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Variabel strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu:
1. Strategi Pengorganisasian (Organizational Strategy)
Merupakan cara untuk menata isi suatu bidang studi, da kegiatan ini berhubungan dengan tindakan pemilihan isi/materi, penataan isi, pembukaan diagram, format dan sejenisnya.
1. Strategi Penyampaian (Delivery Strategy)
Merupakan cara untuk menyampaikan pembelajaran pada siswa dan/atau untuk menerima serta merespon masukan dari siswa.
1. Strategi Pengolahan (Management Strategy)
Merupakan cara untuk menata interaksi antar siswa dan variabel strategi pembelajaran lainnya.
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya,
strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008).
Contoh dari strategi pembelajaran adalah strategi cooperative learning dan strategi active learning.
C. Metode Pembelajaran
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
1. Metode ceramah adalah metode yang lebih banyak dilakukan oleh guru sementara anak didiknya bersifat pasif;
2. Metode demonstrasi adalah suatu metode yang menggunakan atau memperlihatkan suatu proses, mekanisme, atau cara kerja suatu alat dengan bahan pelajaran
3. Metode diskusi adalah metode yang bertujuan untuk memecahkan atau menemukan solusi masalah yang ditemukan dalam mempelajari materi pembelajaran.
4. Metode tanya jawab adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik.
5. Metode eksperimen adalah metode yang memberikan kesempatan kepada anak didik baik perorangan ataupun perkelompok untuk melakukan suatu percobaan di laboratorium atau lapangan guna membuktikan suatu teori atau menemukan sendiri suatu pengetahuan baru bagi anak didik.
6. Metode pemberian tugas (resitasi) adalah metode yang menugaskan kepada anak didik untuk mengerjakan sesuatu dengan tujuan memantapkan, mendalami dan memperkarya materi yang sudah dipelajari.
D. Teknik Pembelajaran
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
E. Taktik Pembelajaran
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat).
F. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce, 1992). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarah kepada desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.” Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
1. Model interaksi sosial
Model interaksi sosial menekankan pada hubungan personal dan sosial kemasyarakatan diantara peserta didik. Model tersebut berfokus pada peningkatan kemampuan peserta didik. untuk berhubungandengan orang lain, terlibat dalam proses-proses yang demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat. Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field-theory). Model interaksi sosial menitikberatkan pada hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together).
Model interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut:
1. Kerja Kelompok bertujuan mengembangkan keterampilan berperan serta dalam proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal dan discovery skill dalam bidang akademik.
2. Pertemuan kelas bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai diri sendiri dan rasa tanggungjawab baik terhadap diri sendiri maupun terhadap kelompok.
3. Pemecahan masalah sosial atau Inquiry Social bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan cara berpikir logis.
4. Model laboratorium bertujuan untuk mengembangkan kesadaran pribadi dan keluwesan dalam kelompok.
5. Bermain peran bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik menemukan nilai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan.
6. Simulasi sosial bertujuan untuk membantu peserta didik mengalami berbagai kenyataan sosial serta menguji reaksi mereka.
7. Model pengolahan informasi
Model pengolahan informasi ditekankan pada pengambilan, penguasaan, dan pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik.
Model ini didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual. Teori pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi-kondisi eksternal (rangsangan dari lingkungan). Interaksi antar keduanya akan menghasilkan hasil belajar.
1. Model personal-humanistik
Model personal menekankan pada pengembangan konsep diri setiap individu. Hal ini meliputi pengembangan proses individu dan membangun serta mengorganisasikan dirinya sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan realistis untuk membantu membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan lingungannya.
Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi pada pengembangan individu. Perhatian utamanya pada emosional peserta didik dalam mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi peserta didik mampu membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif. Tokoh humanistik adalah Abraham Maslow (1962), R. Rogers, C. Buhler dan Arthur Comb. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta didik merasa bebas dalam belajar mengembangkan dirin baik emosional maupun intelektual. Teori humanistik timbul sebagai cara untuk memanusiakan manusia. Pada teori humanistik ini,
pendidik seharusnya berperan sebagai pendorong bukan menahan sensivitas peserta didik terhadap perasaanya.
1. Model modifikasi tingkah laku (Behavioral)
Model behavioral menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari peserta ddik sehingga konsisten dengan konsep dirinya. Sebagai bagian dari teori stimulus-respon. Model behaviorial menekankan bahwa tugas-tugas harus diberikan dalam suatu rangkaian yang kecil, berurutan dan mengandung perilaku tertentu.Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perlilaku yang tidak dapat diamanti karakteristik model ini adalah penjabaran tugas-tugas yang harus dipelajari peserta didik lebih efisien dan berurutan.
Implementasi dari model modifikasi tingkah laku ini adalah meningkatkan ketelitian pengucapan pada anak. Guru selalu perhatian terhadap tingkah laku belajar peserta didik. Modifikasi tingkah laku anak yang kemampuan belajarnya rendah dengan reward, sebagai reinforcement pendukung. Penerapan prinsip pembelajaran individual dalam pembelajaran klasikal.
BAB III
HUBUNGAN ANTARA MODEL, PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK DAN TAKTIK PEMBELAJARAN
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, penulis menyarankan kepada pembaca khususnya bagi para guru agar mengenal dan lebih mendalami lagi perbedaan antara model, pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.
Alumni Smangadawi. 2009. Pengertian Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran. http://alumni.smadangawi.net/2009/06/28/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran/. Diakses 10 September 2009.
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Hoesnaeni. 2009. Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran. http://hoesnaeni.wordpress.com/2009/01/24/beda-strategi-model-pendekatan-metode-dan-teknik-pembelajaran/. Diakses 10 September 2009.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Zaifbio. 2009. Model-model Pembelajaran. http://zaifbio.wordpress.com/2009/07/01/model-model-pembelajaran/. Diakses 20 Oktober 2009.
Hubungan Pembelajaran dengan Metode Mengajar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengajar bukan hanya menyampaikan bahan pelajaran pada siswa, melainkan yang terpenting
adalah bagaimana bahan pelajaran tersebut dapat disajikan dan dipelajari oleh siswa secara efektif dan
efisien. Dalam pembelajaran sangat diperlukan adanya cara atau teknik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Agar tujuan tersebut tercapai dengan baik maka diperlukan kemampuan dalam memilih
dan menggunakan metode mengajar. Apabila kemampuan tersebut telah dimiliki, maka akan lebih
mudah dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Untuk membantu dalam memiliki kemampuan tersebut, maka dalam makalah ini akan dibahas
tentang :
1. Hubungan tujuan pembelajaran dengan metode mengajar
2. hubungan pengalaman belajar dengan metode mengajar
3. kondisi yang diperlukan dalam pencapaian tujuan belajar.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Pengertian Metode
Metode,adalah cara,yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini
berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik metode
yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan (Winamo Surakhmad) .
Kadang-kadang metode juga dibedakan dengan teknik. Metode bersifat prosedural, sedangkan teknik
lebih bersifat implementatif. Maksudnya merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi
(dilakukan guru)
untuk mencapai tujuan
B. Pengertian Mengajar
Ada beberaapa pengertian yang digunakan untuk mendefinisikan kegiatan mengajar. Antara
lain: .
1. Definisi klasik menyatakan bahwa mengajar diartikan sebagai penyampaian sejumlah pengetahuan
karena pandangan yang seperti ini, maka guru dipandang sebagai sumber pengetahuan dan siswa
dianggap tidak mengerti apa – apa. Pengertian ini sejalan dengan pandangan Jerome S. Brunner yang
berpendapat bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang
sederhana sehingga dapat dipahami oleh siswa.
2. Definisi modern menolak Pandangan klasik seperti diatas, oleh sebab itu pandangan tersebut kini
mulai ditinggalkan. Orang mulai beralih ke pandangan bahwa mengajar tidaklah sekedar menyampaikan
ilmu pengetahuan, melainkan berusaha membuat suatu situasi lingkungan yang memungkinkan siswa
untuk belajar. Para ahli pendidikan yang sejalan dengan pendapat tersebut antara lain : Nasution, yang
merumuskan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik –
baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadilah proses belajar mengajar.
3. Menurut Tyson dan Caroll menyatakan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses
hubungan timbal balik antara guru dengan siswa yang sama – sama aktif melakukan kegiatan.
Sedangkan Tordif berpendapat bahwa mengajar adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang (guru)
dengan tujuan membantu dan memudahkan orang lain (siswa) untuk melakukan kegiatan belajar.
Adapun konsep baru tentang mengajar menyatakan bahwa mengajar adalah membina siswa bagaimana
belajar, bagaimana berfikir dan bagaimana menyelidiki. Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami
bahwa aktivitas yang sangat menonjol dalam pengajaran ada pada siswa. Namun, bukan berarti peran
guru tersisihkan, tetapi diubah, kalau guru dianggap sebagai sumber pengetahuan, sehingga guru selalu
aktif dan siswa selalu pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah seorang pemandu dan
pendorong agar siswa belajar secara aktif dan kreatif.
C. Pengertian sekolah Dasar
Sekolah Dasar adalah tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar pendidikan, dan
didalamnya terjadi proses belajar dan pembelajaran dan interaksi antara guru dan peserta didik,
pendidikan ini diselenggarakan utuk anak yang telah berusia tujuh tahun dengan asumsi bahwa anak
dengan usia tersebut mempunyai tingkat pemahaman dan pendidikan yang sesuai dengan dirinya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hubungan Pembelajaran dengan Metode Mengajar
Pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan, yang banyak melibatkan aktivitas siswa dan
aktivitas guru. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan adanya alternatif metode mengajar
yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam prosesnya guru perlu
menggunakan metode mengajar secara bervariasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah
direncanakan sebelumnya.
1. Prinsip dan Fungsi Metode Mengajar dalam Pembelajaran
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar, prinsip tersebut
terutama berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa, diantaranya:
a) Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh
terhadap materi pelajaran (curriosity).
b) Metode mengajar harus memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang kreatif
dalam aspek seni.
c) Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah.
d) Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin menguji kebenaran sesuatu (sikap
skeptis).
e) Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan (berinkuiri) terhadap
sesuatu topik permasalahan.
f) Metode mengajar harus memungkinkan siswa mampu menyimak.
g) Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri (independent study).
h) Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara bekerja sama (cooperative learning).
i) Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam belajarnya.
Penggunaan metode mengajar dalam pembelajaran ditinjau dari segi prosesnya memiliki fungsi-
fungsi sebagai berikut:
a) Sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b) Sebagai gambaran aktivitas yang harus ditempuh oleh siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran.
c) Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan alat penilaian pembelajaran.
d) sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan bimbingan dalam kegiatan pembelajaran, apakah
dalam kegiatan pembelajaran tersebut perlu diberikan bimbingan secara individu atau kelompok.
Memperhatikan beberapa prinsip dan fungsi metode mengajar di atas, betapa metode mengajar ini
sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru dalam
melaksanakan pembelajaran harus secara analisis dan fleksibel menentukan metode apa yang harus
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efesian.
2. Jenis dan Ranah Tujuan Pembelajaran
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai mengenal beberapa tingkatan antara lain, tujuan yang paling
tinggi yaitu Tujuan Pendidikan Nasional (TPN), kemudian dijabarkan ke dalam Tujuan satuan Pendidikan
(Institusional), Tujuan bidang Studi/Mata Pelajaran, dan Tujuan Pembelajaran (Instruksional).
Tujuan institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan, misalnya SD,
SMP, SMU dan seterusnya. Tujuan bidang studi adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu mata
pelajaran atau suatu bidang studi, sedangkan tujuan instruksional adalah tujuan yang harus dicapai
dalam suatu pokok bahasan tertentu.
Kriteria pokok dalam merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) yang harus dikembangkan
oleh guru adalah sebagai berikut:
a) Harus mengacu pada tujuan pembelajaran umum.
b) Harus jelas dan berdasarkan perilaku yang dapat diamati (observable)
c) Harus dapat diukur (measurable)
d) Harus dirumuskan secara spesifik
e) Harus menggambarkan adanya komponen ABCD, A (Audience/siswa), B (Behavior/perilaku), C
(Condition/kondisi) dan D (Dregree/standar).
Menurut Benjamin S. Bloom (1956), dalam bukunya Taxonomy of Education Objectives, ranah tujuan
pembelajaran terdiri dari kognitif, afektif dan psikomotor.
a. Kognitif
a) Pengetahuan, lebih menitikberatkan pada kemampuan mengetahui, atau untuk mengingat sesuatu.
b) Pemahaman, lebih menekankan pada kemampuan menterjemahkan, memahami sesuatu.
c) Penerapan, lebih menekankan pada kemampuan membuat, mengerjakan atau menggunakan
teori/rumus.
d) Analisis, lebih menekankan pada kemampuan mengkaji, menguraikan, membedakan, mengidentifikasi
dan seterusnya.
e) Sintesis, Lebih menekankan pada kemampuan menggabungkan, mengelompokan, menyusun, dan
membuat rencana program.
f) Evaluasi, Lebih menekankan pada kemampuan menilai berdasarkan norma atau kemampuan menilai
pekerjaan sesuatu.
b. Afektif
a) Penerimaan, lebih menekankan pada kemampuan peka.
b) Partisipasi, lebih menekankan pada turut serta pada suatu kegiatan.
c) Penilaian dan penentuan sikap
d) Organisasi.
e) Pembentukan pola hidup, menekankan pada penghayatan hidup.
c. Psikomotor
a) Persepsi, lebih menekankan pada kemampuan berpendapat.
b) Kesiapan, kemampuan bersiap diri secara fisik.
c) Gerakan terbimbing, kemampuan dalam meniru pekerjaan yang lain atau meniru contoh.
d) Gerakan terbiasa, keterampilan yang berpegang pada pola.
e) Gerakan yang kompleks, keterampilan yang lincah, cepat dan lancar.
f) Penyesuaian.
g) Kreativitas, kemampuan dalam menciptakan pola baru.
Tujuan pembelajaran khusus dapat dikatakan sebagai anabling objectives artinya tujuan
pembelajaran yang harus dicapai selama proses berlangsung sedangkan tujuan pembelajaran umum
dapat dikatakan sebagai target objectives yang artinya tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai
setelah pembelajaran selesai (Gagne: 1978; 97).
3. Pentingnya Metode Mengajar dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran
Metode mengajar memiliki keterkaitan yang kuat dengan tujuan pembelajaran. Keterkaitan tersebut
dapat dilihat dari gambaran perilaku yang harus dimiliki oleh siswa setelah jam pelajaran selesai dengan
cara yang harus ditempuh untuk mencapai perilaku tersebut.
Misalnya pada mata pelajaran IPS di kelas IV, untuk satu tujuan pembelajaran khusus metode apa
yang dianggap tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Contoh : Hubungan TPK dengan metode mengajar
Tujuan Pembelajaran Khusus Alternatif Kegiatan
Siswa dapat menyebutkan
pengertian koperasi dengan
benar
Siswa mendengarkan penjelasan guru
tentang pengertian koperasi. Siswa
bertanya tentang pengertian koperasi
Sehingga alternatif metode mengajar dalam pembelajaran mencapai TPK tersebut cenderung
akan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Setiap pemilihan metode mengajar guru harus
mengkaji terhadap kesesuaian antara perilaku yang diharapkan dalam tujuan dengan metode mengajar.
Dengan metode mengajar tersebut memungkinkan proses belajar mengajar dapat membentuk
kemampuan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
B. Hubungan Pengalaman Belajar dengan Metode Mengajar
Setiap metode mengajar masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda dalam membentuk
pengalaman belajar siswa, tetapi satu dengan yang lainnya saling menunjang. Pengalaman belajar
(learning experience) yang diharapkan adalah terjadi adanya aktivitas belajar yang tinggi dari siswa.
Pendekatan yang digunakan untuk membentuk pengalaman siswa adalah cenderung dengan
pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses merupakan pendekatan belajar mengajar yang
mengarah pada pengembangan kemampuan-kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar
sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi dalam diri siswa.
1. Jenis Metode Mengajar dan Pengalaman Belajar
Beberapa metode mengajar hubungannya dengan pengalaman belajar yang kemungkinan banyak
atau sering digunakan oleh guru. Setiap metode mengajar masing-masing memiliki keunggulan dalam
membentuk kemampuan siswa. Dalam prosesnya penggunaan metode harus dilakukan secara bervariasi
yang memprioritaskan aktivitas siswa.
a. Metode Ceramah (Lecture)
Metode ceramah merupakan suatu cara penyajian bahan atau penyampaian bahan pelajaran
secara lisan dari guru. Dalam metode ini memiliki karakteristik pengalaman belajar (learning experience)
yang dapat diperoleh siswa seperti dibawah ini:
Karakteristik Metode Pengalaman Belajar
1. Lebih bersifat pemberian informasi berupa
fakta dan ingatan.
2. Sistem pembelajaran klasikal.
3. Jumlah siswa relatif banyak.
4. Lebih banyak satu arah.
5. Lebih diutamakan gaya guru dalam
berbicara, intonasi, improvisasi, semangat
dan sistematika pesan.
1. Berlatih mendengarkan,
menyimak.
2. Mengkaji apa yang diceramahkan.
3. Pemahaman konsep.
4. Pemahaman prinsip.
5. Pemahaman fakta.
6. Proses mencatat bahan pelajaran
Keunggulan Kelemahan
1. Ekonomis waktu dan biaya.
2. Sasaran siswa relatif banyak.
3. Bahan pelajaran sudah dipilih.
4. Guru dapat mengulang secara mudah.
5. Lebih diutamakan gaya guru dalam
berbicara, intonasi, improvisasi,
semangat dan sistematika pesan.
1. Sulit untuk siswa yang tidak
terbiasa mendengarkan dan
mencatat.
2. Kemungkinan menimbulkan
verbalisme.
3. Sangat kurang memberikan
kesempatan pada siswa.
4. Guru sebagai buku pelajaran.
5. Cenderung belajar ingatan.
6. Ada otoritas guru.
Untuk menunjang efektifitas penggunaan metode ceramah perlu dipersiapkan kemampuan guru
dan kondisi siswa yang optimal. Kemampuan guru tersebut diantaranya:
a) Teknik ceramah memungkinkan dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa.
b) Memberikan ilustrasi yang sesui dengan bahan pelajaran.
c) Menguasai materi pelajaran.
d) Menjelaskan pokok-pokok bahan pelajaran secara sistematik.
e) Menguasai keseliruhan siswa dalam kelas.
Untuk kondisi siswa yang perlu diperhatikan dalam metode ini diantaranya adalah:
a) Kemampuan mendengarkan dan mencatat bahan pelajaran.
b) Kemampuan awal yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.
c) Kondisi yang berhubungan dengan perhatian dan motivasi dalam belajar.
b. Metode Diskusi
Metode mengajar diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materi
melalui suatu problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan
secara bersama. Dalam metode ini memiliki karakteristik pengalaman belajar (learning experience)
sebagai berikut:
Karakteristik Metode Pengalaman Belajar
1. Bahan pelajaran dengan topik
permasalahan/persoalan
2. Adanya pembentukan kelompok
3. Ada yang mengatur pembicaraan
4. Aktivitas siswa berpendapat
5. Mengarah pada suatu kesimpulan
6. Guru lebih berperan sebagai
pembimbing/motivator
7. Siswa sebagai objek dan subjek dalam
pembelajaran
8. Melatih sistematika logika berfikir
9. Melatih bahasa lisan.
1. Pemahaman terhadap persoalan
belajar bersama ( Cooperative
learning)
2. Pendapat orang lain
3. Pembentukan rasa solidaritas
terhadap pengambilan keputusan
4. Menerapkan cara menyelesaikan
persoalan
5. Menerapkan cara menyampaikan
pendapat.
Keunggulan Kelemahan
1. Siswa bertukar pikiran
2. Siswa dapat menghayati masalah
3. Merangsang siswa berpendapat
4. Mengembangkan rasa solidaritas
5. Membina kemampuan berbicara
6. Siswa belajar memahami pikiran orang
lain
7. Memberikan keempatan belajar.
1. Relatif memerlukan waktu yang
banyak
2. Apabila siswa tidak mamahami
konsep dasar, diskusi tidak efektif
3. Terdapat perbedaan kemampuan
perbendaharaan bahasa
4. Guru tidak dapat membimbing maka
diskusi tidak efektif.
Kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang keberhasilan diskusi diantaranya
adalah:
a) Mampu merumuskan permasalahan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
b) Mampu membimbing siswa untuk merumuskan dan mengidentifikasi permasalahan serta menarik
kesimpulan.
c) Mampu mengelompokan siswa sesuai dengan kebutuhan permasalahan dan pengembangan
kemampuan siswa.
d) Mampu mengelola melalui pembelajaran diskusi.
e) Menguasai permasalahan yang didiskusikan.
Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatiakan untuk menunjang pelaksanaan diskusi di
antaranya:
a) Memiliki motivasi, perhatian, dan minat dalam berdiskusi
b) Mampu melaksanakan diskusi
c) Mampu belajar secara bersama
d) Mampu mengeluarkan isi pikiran atau pendapat/ide
e) Mampu memahami pendapat orang lain.
c. Metode Simulasi (simulation)
Metode simulasi merupakan metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran
kelompok. Mengajar dengan simulasi objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya. Tetapi
kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura.
Ada beberapa jenis model simulasi di antaranya adalah bermain peran (role playing) merupakan
permainan dalam bentuk dramatisasi, sekelompok siswa melaksanakan kegiatan tertentu yang telah
diarahkan oleh guru. Simulasi ini menitikberatkan pada tujuan untuk mengingat atau menciptakan
peristiwa yang bermakna bagi kehidupan sekarang. Sosiodrama adalah suatu kelompok yang belajar
memecahkan masalah yang berhubungan dengan masalah individu sebagai makhluk sosial. Misalnya
hubungan antara anak dengan orang tua, antara siswa dengan teman kelompoknya dan lain-lain.
Metode simulasi memiliki karakteristik yang berbeda dengan metode-metode yang lainnya,
karakteristik tersebut:
Karakteristik Metode Pengalaman Belajar
1. Kegiatan pembelajaran bukan pada
objek sebenarnya
2. Kegiatan secara kelompok
3. Aktivitas komunikasi
4. Alternatif untuk pembelajaran sikap
5. Peran guru sebagai pembimbing
6. Ada topik permasalahan
1. Pengalaman bermain peran
2. Kemampuan kerja sama
3. Sikap komunikasi
4. Membuat keputusan
5. Interaksi antar siswa
6. Berpikir kritis
7. Sosialisasi
7. Ada peran yang perlu dipermainkan 8. Pemahaman kejadian masa lalu
9. Menganalisis kejadian
10. Menginterpretasi
Keunggulan Kelemahan
1. Siswa dapat berinteraksi sosial
dengan lingkungan
2. Siswa terlibat langsung dalam
pembelajaran
3. Siswa dapat memahami
permasalahan sosial
4. Membina hubungan yang komunikatif
5. Siswa belajar memahami pikiran
orang lain.
1. Relatif memerlukan waktu yang
banyak
2. Apabila siswa tidak memahami konsep
simulasi tidak akan efektif
3. Sangat bergantung pada aktivitas siswa
4. Pemanfaatan/bantuan sumber belajar
sulit
5. Adanya siswa yang lambat, kurang
minat dan kurang motivasi, simulasi
kurang berhasil.
Kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang metode simulasi diantaranya:
a) Kemampuan dalam membimbing siswa dalam mengarahkan teknik, prosedur dan peran dalam simulasi.
b) Memberikan ilustrasi.
c) Menguasai pesan yang dimaksud dalam simulasi tersebut.
d) Dapat mengamati secara proses, simulasi yang dilakukan oleh siswa dengan baik.
Adapun kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan dalam penerapan metode simulasi
adalah:
a) Kondisi minat, perhatian dan motivasi siswa dalam bersimulasi.
b) Pemahaman terhadap pesan yang akan disimulasikan.
c) Kemampuan dasar berkomunikasi dan berperan.
d. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan
mempertunjukan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukan
proses tertentu. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam pelaksanaan
demonstrasi guru harus yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan (mengamati) terhadap objek
yang akan didemonstrasikan.
Guru dituntut menguasai bahan pelajaran serta mengorganisasi kelas, jangan sampai guru terlena
dengan demonstrasinya tanpa memperhatikan siswa secara menyeluruh.
Karakteristik, Pengalaman Belajar, Keunggulan dan Kelemahan Metode Demonstrasi yaitu:
Karakteristik Metode Pengalaman Belajar
1. Mempertunjukan objek yang
sebenarnya
2. Ada proses peniruan
3. Ada alat bantu yang digunakan
4. Memerlukan tempat yang strategis
yang memungkinkan siswa aktif.
1. Mengamati sesuatu pada objek
sebenarnya.
2. Berfikir sistematis
3. Pemahaman terhadap proses sesuatu
4. Menerapkan sesuatu cara secara proses
5. Menganalisis kegiatan secara proses
Keunggulan Kelemahan
1. Siswa dapat memahami sesuai objek
sebenarnya
2. Dapat mengembangkan rasa ingin
tahu siswa
3. Siswa dibiasakan untuk kerja secara
sistematis
4. Siswa dapat mengamati sesuatu
secara proses
5. Siswa dapat membandingkan pada
beberapa objek.
1. Dapat menimbulkan berfikir konkrit
saja
2. Bila jumlah siswa banyak efektivitas
demonstrasi sulit dicapai
3. Bergantung pada alat bantu
4. Bila demonstrasi guru tidak sistematis,
demonstrasi tidak berhasil
5. Banyak siswa yang kurang berani.
Kemampuan guru yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan demonstrasi.
Kemampuan tersebut diantaranya:
a) Mampu secara proses tentang topik yang dipraktikkan.
b) Mampu mengelola kelas, menguasai siswa secara menyeluruh.
c) Mampu menggunakan lat bantu yang digunakan.
d) Mampu melasanakan penilaian proses.
kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang demonstrasi adalah:
a) Siswa memiliki motivasi, perhatian dan minat terhadap topik yang akan didemonstrasikan.
b) Memahami tentang tujuan/maksud yang akan didemonstrasikan.
c) Mampu mengamati proses yang dilakukan oleh guru.
d) Mampu mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam demonstrasi.
e. Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan metode mengajar dalam penyajian atau pembahasan materinya
melalui percobaan atau mencobakan sesuatu serta mengamati secara proses.
Dengan eksperimen dimaksudkan bahwa guru dan siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta
mengamati proses dan hasil pekerjaan. Dan setelah eksperimen selesai siswa ditugaskan untuk
membanding-bandingkan dengan hasil eksperimen yang lain diskusikan bila ada perbedaan dan
kekeliruan (Winarno: 1980: 90, Dalam bukunya Metodologi pengajaran Nasional ).
Karakteristik, Pengalaman Belajar, Keunggulan dan Kelemahan Metode Eksperimen yaitu:
Karakteristik Metode Pengalaman Belajar
1. Ada alat bantu yang digunakan
2. Siswa aktif mencoba
3. Guru membimbing
4. Tempat dikondisikan
5. Ada pedoman untuk siswa
6. Ada topik yang dieksperimenkan
7. Ada temuan-temuan
1. Mengamati sesuatu
2. Membuktikan hipotesis
3. Menemukan hasil percobaan
4. Membuat kesimpulan
5. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa
6. Menerapkan konsep informasi dari
eksperimen
Keunggulan Kelemahan
1. Dapat membangkitkan rasa ingin tahu
siswa
2. Dapat membangkitkan rasa ingi
menguji sesuatu
1. Memerlukan alat pembelajaran
2. Memerlikan waktu yang relatif banyak
3. Bila siswa kurang motivasi maka
3. Menimbulkan rasa kurang puas, ingin
lebih baik
4. Isi pembelajaran dapat bersifat aktual
5. Siswa mampu membuktikan sesuatu
6. Dapat mengembangkan sikap kritis
dan ilmiah.
eksperimen tidak akan sukses
4. Sedikit sekolah yang memiliki sarana
untuk eksperimen
5. Siswa belum terbiasa dengan
eksperimen.
Kemampuan guru yang harus diperhatikan agar metode eksperimen berhasil dengan baik
diantaranya:
a) Mampu membimbing siswa dari merumuskan hipotesa sampai pada pembuktian dan kesimpulan serta
membuat laporan eksperimen.
b) Menguasai konsep yang dieksperimen.
c) Mampu mengelola kelas.
d) Mampu memberikan penilain secara proses.
kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang eksperimen adalah:
a) Memiliki motivasi, perhatian dan minat eksperimen.
b) Memiliki kemampuan melaksanakan eksperimen.
c) Memiliki sikap yang tekun, teliti dan kerja keras.
Masih banyak metode lain yang dapat digunakan dalam pembelajran khususnya yang sering
digunakan dalam proses pembelajaran pada jenjang Sekolah Dasar. Dalam membentuk pengalaman
belajar siswa cenderung menggunakan metode-metode yang memiliki kadar CBSA (Cara Belajar siswa
Aktif) dan keterampilan proses, serta metode mengajar digunakan secara multi metode dan bervariasi.
C. Kondisi-kondisi dalam Pencapaian Tujuan Belajar
Pada hakikatnya tujuan pembelajaran harus menjadi acuan dan menentukan segala aktivitas
pembelajaran termasuk penentuan metode mengajar, sebagai perwujudan dari salah satu prinsip utama
dalam pengembangan pembelajaran, yaitu berorientasi pada tujuan (goal oriented).
Dalam mengidentifikasi kondisi-kondisi yang mendukung pencapaian tujuan belajar, harus
memahami tiga atribut pokok yang ada dalam konsep atau pengertian belajar itu sendiri, atribut pokok
dalam pengertian belajar itu adalah:
a) Bahwa belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses atau aktivitas, siswa dikatakan belajar kalau
terdapat aktivitas pada dirinya, baik secara fisik, mental (pikiran), maupun emosional (perasaan).
b) Bahwa hasil belajar yang diharapkan berupa perubahan-perubahan perilaku siswa (behavioral changes),
baik aspek pengetahuannya, sikapnya, maupun keterampilannya.
c) Bahwa pengalaman yang terjadi dalam belajar ditekankan pada interaksi antara siswa dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik/alam maupun lingkungan sosial.
Setelah memahami tiga atribut belajar di atas, selanjutnya perlu dikuasai beberapa prinsip dalam
belajar yaitu:
a) Belajar memerlukan perhatian atau pemusatan pikiran dan perasaan terhadap sesuatu objek yang
dipelajari.
b) Belajar memerlukan motivasi atau penggerak/dorongan.
c) Belajar memerlukan baliakan (feedback) atau tanggapan.
d) Belajar terjadi secara bertahap tidak sekaligus.
e) Belajar pada dasarnya terjadi secara individu.
Apabila atribut pokok dan prinsip-prinsip belajar tersebut sudah dipahami benar maka sekarang
sudah dapat menafsirkan kondisi-kondisi apa saja yang diperlukan agar tujuan belajar yang diharapkan
bisa tercapai dengan baik atau optimal.
Kondisi-kondisi yang dianggap akan berpengaruh terhadap tujuan atau hasil belajar yang dicapai
oleh para siswa dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu kondisi-kondisi yang berasal dari dalam
diri siswa itu sendiri (kondisi internal), baik yang sifatnya fisik maupun psikis, dan kondisi-kondisi yang
datang dari luar diri siswa (kondisi eksternal).
Bagan kondisi yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan belajar
KONDISI INTERNAL
Keadaan fisik Rasa percaya diri
Sikap belajar Konsentrasi
Intelegensi Kebiasaan belajar
Motivasi dan sebagainya
PENCAPAIAN TUJUAN BELAJAR
Faktor Guru
Sarana dan prasarana pembelajaran
Lingkungan sosial siswa di sekolah
Kurikulum sekolah dan sebagainya
KONDISI EKSTERNAL
1. Kondisi-kondisi Internal
a. Sikap Siswa Terhadap Belajar
Apa yang dimaksud dengan sikap belajar ini? Sikap pada dasarnya merupakan kemampuan
seseorang untuk memberikan penilain tentang sesuatu yang membawa dirinya sesuai penilaian itu. Jika
kita memiliki penilain yang kurang baik terhadap sesuatu biasanya kita cenderung untuk mengabaikan
atau menolak sasuatu itu. Begitu pula siswa-siswa kita dalam belajar. Penilaian siswa terhadap proses
belajar akan mengakibatkan terjadinya sikap dalam belajar tersebut, apakah sikap menerima,
mengabaikan (acuh yak acuh), atau bahkan menolak sama sekali. Contoh:
a) Doni kurang senang dengan pelajaran matematika karena menurut penilaiannya pelajaran tersebut
sangat sulit dan memusingkan kepala. Dengan penilain tersebut, setiap pelajaran matematika, sikap
Doni acuh tak acuh, enggan belajar. Kondisi yang seperti ini tentu saja akan merugikan dan pada
akhirnya tujuan belajar tidak dapat tercapai.
b) Susi senang mempelajari pelajaran IPA karena ia menilai pelajaran tersebut banyak memberikan
wawasan pengetahuan tentang alam. Dalam hal ini terjadi sikap menerima pada diri Susi terhadap
pelajaran IPA tersebut. Kondisi tersebut akan membantu tercapainya tujuan belajar yang diharapkan.
b. Motivasi Belajar
Motivasi erat kaitanya dengan sikap belajar. Jika sikap siswa terhadap belajar positif, maka ia akan
termotivasi atau terpacu untuk belajar. Motivasi belajar pada hakikatnya merupakan kekuatan mental
yang mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Apabila motivasi belajar siswa kuat, maka
kegiatan belajarnya akan meningkat, sebaliknya apabila motivasinya lemah maka akan melemahkan
kegiatan belajrnya, dan berakibat mutu hasil belajrnya akan rendah. Artinya tujuan belajar tidak akan
tecapai sebagaimana mestinya.
Kuat lemahnya motivasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang berasal dari
dalam diri siswaitu sendiri (intrinsik) maupun yang berasal dari luar siswa (ekstrinsik). Motivasi belajar
yang sangat diharapkan terjadi, yaitu motivasi yang timbul dari diri siswa itu sendiri, sebab motivasi ini
memiliki kekuatan yang lebih lama, lebih baik, dibandingakan motivasi lainnya. Apabila siswa sudah
memiliki motivasi pribadi dalam belajar maka sebenarnya tugas guru akan lebih ringan, sebab siswa
akan belajar dengan sendirinya, misalnya dengan mencari sendiri, melakukan sendiri, menemukan
sendiri dengan bantuan guru sedikit. Hal ini berarti bahwa tujuan belajar dapat tercapai dengan lebih
efektif
c. Konsentarasi Belajar Siswa
Bagaimana apabila anda mengajar tanpa adanya konsentrasi? Tentu mengajar Anda tidak akan
mencapai sasarannya, bukan? Untuk mencapai tujuan belajar tentu memerlukan konsentrasi dalam
belajar. Konsentrasi dalam hal ini, yaitu kemampuan siswa dalam memusatkan perhatiannya pada
pelajaran. Pemusatan perhatian ini terutama tertuju pada isi bahan belajar atau pada proses
memperoleh bahan tersebut.
Untuk menumbuhkan konsentrasi belajar pada diri siswa, selain menggunakan strategi belajar
mengajar yang bervariasi, perlu memperhitungkan waktu belajar yang digunakan. Menurut beberapa
para ahli psikologi belajar, dalam pengajaran yang bersifat klasiakal kekuatan perhatian yang dimiliki
siswa setelah 30 menit akan menurun. Oleh sebab itu disarankan agar dalam menyajikan bahan ajar
kepada para siswa, untuk memberikan istirahat atau selingan selama beberapa menit saja untuk
memulihkan kembali perhatian siswa terhadap pelajaran yang diberikan.
d. Rasa Percaya Diri Siswa
Kepercayaan diri ini erat kaitannya dengan keberhasilan belajar. Semakin sering memperoleh hasil
yang baik dalam belajar maka semakin tinggi rasa percaya dirinya. Begitu pula sebaliknya, semakin
sering mengalami kegagalan maka rasa percaya diri semakin menurun. Apabila rasa percaya diri ini
menurun, siwa menjadi takut belajar atau tidak mempunyai keberanian. Dengan kondisi seperti ini
sudah jelas tujuan belajar tidak akan tercapai. Biasanya rasa percaya diri siswa akan timbul apabila ada
pengakuan dari lingkungannya, seprti guru, orang tua, atau teman-temannya.
e. Inteligensi
Inteligensi dapat dikatakan sebagai sejumlah kecakapan yang dimiliki siswa. Kecakapan tersebut
digunakannya untuk memecahkan masalah belajar atau masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Keberhasialn dalam belajar banyak dipengaruhi oleh kualitas kecakapan atau inteligensi yang dimiliki
siswa. Tingkat kecakapan siswa dapat diperoleh dari hasil tes inteligensi yang dimiliki siswa. Dengan tes
tersebut maka dapat diketahui siswa mana yang kecakapannya berada pada taraf normal (average), di
bawah noramal (under), atau di atas normal (genius). Bagi siswa yang kecakapannya di atas normal
biasanya memiliki kecepatan belajar yang tinggi sehingga pencapaian tujuan belajar bisa lebih cepat
dibanding dengan siswa-siswa lainnya. Yang harus diperhatikan, inteligensi atau kecakapan tersebut
sifat tetap, tidak berubah, tidak akan berkurang atau bertambah, misalnya siswa yang tadi
kecakapannya normal tidak akan menjadi genius. Oleh karena itu, yang bisa diupayakan oleh para guru
yaitu bagaimana mengoptimalkan kecakapan yang diliki siswa dengan tingkat inteligensi yang
dimilikinya.
2. Kondisi-kondisi Eksternal
a. Guru Sebagai Pembimbing Belajar
Setiap guru dituntut memilikiberbagai kemampuan (kompetensi) baik kemampuan profesinya,
kemampuan pribadinya, atau kemampuan sosialnya. Kemampuan-kemampuan tersebut sangat
mempengaruhi tercapainya tujuan belajar siswa. Sebenarnya siswa memiliki potensi atau kemampuan
untuk belajar sendiri. Mungkin tidak tercapainya tujuan belajar itu karena guru terlalu mendominasi
atau menguasai proses belajar siswa, sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk mencari atau
menemukan sendiri apa yang dipelajarinya dan bagaimana mempelajari sesuatu. Masalah kemandirian
dalam belajar saat ini sering menjadi sorotan. Timbulnya berbagai pendekatan atau strategi belajar
mengajar individual atau berbagai macam paket belajar individual adalah sebagai bukti bahwa
kemandirian dalam belajar ini mendapat perhatian yang lebih besar. Oleh karena itu apabila guru-guru
masih menguasai atau mendominasi proses pembelajaran maka pada hakikatnya guru tersebut sudah
ketinggalan zaman. Guru masa kini sebenarnya bertindak sebagai pembimbing atau fasilitator belajar
yang bertugas mengorganisasi atau mengatur lingkungan agar terjadi proses belajar pada diri siswa.
b. Sarana dan Prasarana Belajar
Sarana beljara biasanya mencakup ketersediaan buku-buku pelajaran, fasilitas laboratorium, dan
alat serta media pembelajaran. Sedangkan prasarana pembelajaran biasanya berkaitan dengan ruangan
belajar, gedung sekolah, ruang ibadah, ruang olahraga dan sebagainya. Bagaimanapun lengkapnya
sarana dan prasarana yang dimiliki belum menjadi jaminan terselenggaranya proses belajar mengajar
yang baik. Yang terpenting adalah bagaimana mengelola sarana dan prasarana terebut untuk
terselenggaranya proses belajar mengajar yang baik sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan apa
yang diharapkan.
c. Lingkungan Sosial Siswa
Setiap siswa yang berada dalam lingkungan sosial di sekolah memiliki kedudukan dan perananya
masing-masing. Jika seorang siswa diterima di lingkungannya maka ia akan dengan mudah dapat
menyesuaikan diri, kondisi seperti ini akan mempermudah dalam mencapai tujuan belajarnya.
Sebaliknya apabila siswa ditolak dilingkungannya, maka banyak hambatan yang akan dilaluinya dalam
mencapai tujuan belajar tersebut.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemilihan Metode mengajar harus mempertimbangkan pengembangan kemampuan siswa yang
lebih kreatif, inovatif dan dikondisikan pada pembelajaran yang bersifat problematis. Pembelajaran yang
memungkinkan siswa belajar secara mandiri dan belajar secara kelompok. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar diantaranya adalah faktor tujuan pembelajaran,
karakteristik materi pelajaran, faktor siswa, alokasi waktu, dan fasilitas penunjang.
Pengalaman belajar (learning experience) merupakan suatu proses atau hasil kegiatan belajar
yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam membentuk pengalaman belajar
siswa cenderung menggunakan metode-metode yang memiliki kadar CBSA (Cara Belajar siswa Aktif) dan
keterampilan proses, serta metode mengajar digunakan secara multi metode dan bervariasi.
Kondisi-kondisi yang perlu diidentifikasi dalam pencapaian tujuan belajar terdiri atas kondisi
internal,yaitu kondisi-kondisi yang berasal dari dalam diri siswa dan kondisi eksternal, yaitu kondisi-
kondisi yang timbul dari luar diri siswa.
Pemilihan dan Penggunaan Metode Pembelajaran
Pemilihan dan Penggunaan Metode Pembelajaran
Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar
A). Metode sebagai alat motivasi intrinsik
Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman. A.M (1988;90) adalah motif – motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
B). Metode sebagai strategi pengajaran
Factor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.
C). Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Antara metode dan tujuan jangan bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran. Bila tidak, maka akn sia – sialah tujuan tersebut.
Pemilihan dan Penentuan Metode
A). Nilai Strategis Metode
Guru sebaiknya memperhatikan dalam pemilihan dan penentuan metode sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di kelas.
B). Efektivitas penggunaan metode
Efektivitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam suatu pelajaran, sebagai persiapan tertulis.
C). Pentingnya pemilihan dan penentuan metode
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreativ bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemulihan dan penetuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran.
D). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
1. Anak didik
2.Tujuan
3. Situasi
4. Fasilitas
5. Guru
Macam-macam Metode Mengajar
1. metode proyek
2. metode eksperimen
3.metode tugas dan resitasi
4. metode diskusi
5. metode sosiodrama
6. metode demonstrasi
7. metode problem solving
8. metode karya wisata
9. metode tanya jawab
10. metode latihan
11.metode ceramah
1. Metode Proyek
Metode Proyek atau unit adalah cara penyajian pengajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan bermakna.
2. Metode Eksperimen
Adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari
3. Metode Tugas dan Resitasi
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri.
4. Metode Diskusi
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
a. Mendorong siswa berpikir kritis. b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas. c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama. d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama
5. Metode Sosiodrama
Pada dasarnya sosiodrama mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan malah sosial.
Tujuan :
1. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.2. Dapat belajar bagaimana membagi tanggungjawab3. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan4. Merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah
6. Metode Demonstrasi
Adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya maupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
7. Metode Problem Solving
Merupakan metode berpikir, karena dapat menggunakan metode lain yang dimulai dengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan
Pada intinya metode problem solving adalah metode yang digunakan untuk mencari atau menemukan penyelesaian suatu permasalahan
8. Metode Karya Wisata
Merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tenmpat atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu.
9. Metode Tanya Jawab
Merupakan cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru
10. Metode Latihan
Merupakan cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan tertentu atau untuk memelihara kebiasaan yang baik.
Metode ini juga digunakan untuk memperoleh ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan ketrampilan
11. Metode Ceramah
Adalah alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar.
Dapat dipahami bahwa metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.
Hubungan Pengalaman Belajar dengan Metode Mengajar Hasil belajar siswa atau prestasi belajar sisiwa akan diperoleh setelah siswa menempuh proses atau pengalaman belajarnya. Learning experience atau pengalaman belajar merupakan suatu proses kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh alternatif metode mengajar yang digunakan oleh guru.
Metode mengajar merupakan suatu cara yang digunkana oleh seworang guru dalam mengajarkan / membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dalam proses pembelajaran. Setiap metode pembelajaran
masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda dalam membentuk pengalaman belajar siswa, tetapi satu dengan yang lainnya saling menunjang.
Pengalaman belajar (Learnig experience) yang diharapkan adalah terjadi adanya aktivitas belajar yang tinggi dari siswa. Pendekatan yang digunakan untuk membentuk pengalaman siswa adalah cenderung dengan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses merupakan pendekatan belajar mengajar yang mengarah pada pengembangan kemampuan - kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan- kemampuan yang lebih tinggi dalam diri siswa (Depdikbud 1990;9).
Metode Pembelajaran 3 ( Hubungan pengalaman dan metode mengajar ) Diposkan oleh MUNAWAR | Label: Mata Kuliah Kependidikan undefinedundefinedundefined
A. Hubungan Pengalaman Belajar dengan Metode Mengajar
Hakikat belajar, yaitu:
1. Belajar merupakan suatu proses.
2. Hasil belajar berupa perubahan sikap.
3. Pengalaman interaksi antara siswa dengan lingkungan.
Prinsip-prinsip dalam belajar, yaitu:
1. Belajar memerlukan perhatian khusus dan perasaan terhadap apa yang dipelajari.
2. Belajar memerlukan motivasi.
3. Belajar memerlukam aktivitas yang maksimal.
4. Belajar memerlukan balikan.
5. Belajar terjadi secara bertahap.
6. Belajar terjadi secara individual.
Kemampuan siswa yang diharapkan dari lulusan Sekolah Dasar yaitu:
1. Mengenali dan berperilaku sesuai ajaran agama.
2. Menjalankan hak dan kewajiban diri, serta beretos kerja.
3. Berpikir logis, kritis dan kreatif.
4. Menyenangi keindahan.
5. Membiasakan hidup bersih, bugar dan sehat.
6. Memiliki rasa cinta terhdap bangsa dan Negara.
Gambar : Pengalaman belajar didapat sesuai dengan metode yang diterapkanSumber gamabar : google.com
Pengalaman belajar (learning experience) yang diharapkan adalah terjadinya aktivitas
belajar yang tinggi dibawah bimbingan guru sehingga pembentukan pengalaman bealajaarnya
dibangun atas kemampuan dan potensi diri sendiri. Pembelajaran adalah suatu proses
berkelanjutan berdasarkan atas pengalaman.
Metode ceramah berdampak terhadap pengalaman belajar siswa, yaitu pengalaman
menyimak, sehingga siswa akan memperoleh pengalaman tentang proses pemahaman suatu
konsep, fakta bahkan prinsip-prinsip.
Dalam metode diskusi, pengalaman yang diperoleh yaitu bekerja sama, pengalaman
mengeluarkan ide, menjadi pemimpin, berkomunikasi, dan pengalaman menyimpulkan hasil
diskusi.
Metode simulasi, pengalaman belajar yang didapat adalah berinteraksi, berkomunikasi
dengan kelompok, bermain peran, bekerja sama, dan menilai proses kegiatan simulasi.
Pengalaman yang didapat dari metode demonstrasi yaitu memperhatikan proses yang
sistematis, mempraktikkan secara proses, menggunakan alat dan bahan yang sebenarnya.
Metode eksperimen memberikan pengalaman membanding-bandingkan hasil eksperimen,
mendiskusikan perbedaan, menemukan suatu konsep, membuktikan sesuatu secara proses.
Metode karya wisata, dampak pengalaman yang diperoleh yaitu berinteraksi, bekerja sama, mengamati, dan menilai objek, memberikan pengalaman nyata, praktis dan konkret.
PEMILIHAN METODE MENGAJAR YANG EFEKTIF UNTUK SEKOLAH DASAR
PEMILIHAN METODE MENGAJAR YANG EFEKTIF UNTUK SEKOLAH DASAR
Hubungan Pembelajaran dengan Metode Mengajar
1. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar diantaranya adalah faktor tujuan pembelajaran, karakteristik materi pelajaran, faktor siswa, faktor alokasi waktu, dan fasilitas penunjang.
2. Pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan yang banyak melibatkan aktivitas siswa dan aktivitas guru. Untuk mencapai tujuan pengajaran perlu adanya metode mengajar.
3. Pemilihan metode mengajar harus mempertimbangkan pengembangan kemampuan siswa yang lebih kreatif inovatif dan dikondisikan pada pembelajaran yang bersifat problematis. Pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri dan belajar secara kelompok.
4. Metode mengajar memiliki fungsi sentral dalam pembelajaran diantaranya yaitu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5. Tujuan pembelajaran yang harus dikembangkan berdasarkan ranah tujuan kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah tujuan tersebut akan memungkinkan dicapai pada tujuan yang bersifat umum.
6. Setiap pemilihan metode mengajar harus didasarkan pada hasil kajian antara perilaku yang diharapkan dengan cara yang akan ditempuh dalam pembe-lajaran.
Hubungan Pengalaman Belajar dengan Metode Mengajar
1. Pengalaman belajar (learning experience) merupakan suatu proses atau hasil kegiatan belajar yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Penggunaan metode ceramah esensinya menyajikan bahan pelajaran secara lisan oleh guru, yang akan membentuk pengalaman belajar dalam kemampuan menyimak, dan pemahaman terhadap informasi dari materi pelajaran yang disajikan.
3. Penggunaan metode diskusi esensinya menyajikan bahan pelajaran melalui sesuatu problem yang harus diselesaikan secara bersama dibimbing oleh guru, yang akan membentuk pengalaman belajar siswa dalam menjawab persoalan serta belajar secara kerja sama dan membuat suatu keputusan.
4. Penggunaan metode simulasi esensinya menyajikan bahan pelajaran melalui objek atau kegiatan pembelajaran yang bukan sebenarnya. Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi kemampuan kerja sama, komunikatif, dan mengiterpretasikan sesuatu kejadian.
5. Penggunaan metode demonstrasi esensinya menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung pada objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan sesuatu proses. Pengalaman belajar yang diperoleh melalui metode ini meliputi kemampuan bekerja dan berpikir secara sistematis, dan mengamati objek yang sebenarnya.
6. Penggunaan metode eksperimen esensinya menyajikan bahan pelajaran melalui percobaan serta mengamati sesuatu proses. Pengalaman belajar yang akan diperoleh adalah menguji sesuatu, menguji hipotesis, menemukan hasil percobaan dan mengembangkan rasa ingin tahu siswa. Dalam membentuk pengalaman belajar siswa cenderung menggunakan metode-metode yang memiliki kadar CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dan keterampilan proses, serta metode mengajar digunakan secara multi metode dan bervariasi.
Kondisi-kondisi dalam Pencapaian Tujuan Belajar
Beberapa butir penting yang telah Anda pahami dari kegiatan belajar tiga yaitu:
1. Kondisi-kondisi yang perlu diidentifikasi dalam pencapaian tujuan belajar terdiri atas kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal yaitu kondisi-kondisi yang berasal dari dalam diri siswa, sedangkan kondisi eksternal yaitu kondisi-kondisi yang timbul dari luar diri siswa.
2. Kondisi internal yang mempengaruhi pencapaian tujuan belajar, diantaranya: 1. Sikap siswa terhadap proses belajar yang dilakukannya 2. Motivasi belajar, terutama motivasi intrinsik 3. Konsentrasi selama melakukan kegiatan belajar 4. Kadar inteligensi yang dimiliki siswa 5. Rasa percaya diri untuk belajar
3. Kondisi eksternal yang mempengaruhi pencapai tujuan belajar, diantaranya: 1. Kualitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran 2. Sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran 3. Lingkungan sosial siswa di sekolah.
Kondisi-kondisi dalam Pencapaian Tujuan BelajarPosted on October 15, 2012 by mohafifStandard
1 Vote
Beberapa butir penting yang telah Anda pahami dari kegiatan belajar tiga yaitu:
1. Kondisi-kondisi yang perlu diidentifikasi dalam pencapaian tujuan belajar terdiri atas kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal yaitu kondisi-kondisi yang berasal dari dalam diri siswa, sedangkan kondisi eksternal yaitu kondisi-kondisi yang timbul dari luar diri siswa.
2. Kondisi internal yang mempengaruhi pencapaian tujuan belajar, diantaranya: 1. Sikap siswa terhadap proses belajar yang dilakukannya 2. Motivasi belajar, terutama motivasi intrinsik 3. Konsentrasi selama melakukan kegiatan belajar 4. Kadar inteligensi yang dimiliki siswa 5. Rasa percaya diri untuk belajar
3. Kondisi eksternal yang mempengaruhi pencapai tujuan belajar, diantaranya: 1. Kualitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran 2. Sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran 3. Lingkungan sosial siswa di sekolah
A. Latar Belakang
Peserta didik adalah semua individu yang menjadi audiens dalam suatu lingkup
pembelajaran. Biasanya penyebutan peserta didik ini mengikuti skup/ruang lingkup dimana
pembelajaran dilaksanakan, diantaranya : siswa untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah,
mahasiswa untuk jenjang pendidikan tinggi, dan peserta pelatihan untuk diklat.
Peserta didik adalah masukan mentah (raw input) dalam sebuah proses pembelajaran
yang harus dithreat agar output dan outcomesnya sesuai dengan yang dicanangkan institusi
(khususnya) dan dunia pendidikan Indonesia pada umumnya. Agar keluarannya dapat
beradaptasi dengan kemajuan zaman, maka sudah sepatutnya materi dan cara
pembelajarannyapun disesuaikan dengan dunia nyata juga. Hal tersebut biasa dikenal dengan
model pembelajaran inovatif.
Penilaianpun juga sudah melakukan terobosan atau inovasi. Terbukti, saat ini paper and pen
bukanlah satu-satunya cara untuk menilai keberhasilan belajar peserta didik. Asesmen portofolio,
autentik, dan lain-lain adalah sedikit dari banyak inovasi cara menilai keberhasilan peserta didik
yang lebih menitikberatkan pada proses.
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru guna kepentingan
pembelajaran. Dalam pelaksanaan tugas guru sangat jarang menggunakan satu metode, tetapi
selalu memakai lebih dari satu metode karena karakteristik metode yang memilki kelebihan dan
kekurangan menuntut guru untuk menggunakan metode yang bervariasi . Sebagai seorang guru
tentu saja tidak boleh lengah bahwa ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam penggunaan
metode dalam proses interaksi belajar mengajar individu.
B. Rumusan Masalah
1. Batasan Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran
2. Pemilihan dan Penentuan Metode
3. Metode Dalam Mengajar
4.
1 Kedudukan Metode Mengajar dalam Proses KBM
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui metode-metode dan teknik pembelajaran
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dalam memilih dan mentukan metode yang di gunakan dalam
suatu pembelajaran
3. Agar mahasiswa dapat mempelajari bagaimana metode dalam mengajar
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Batasan Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna,
sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah:
Pendekatan pembelajaran, Strategi pembelajaran, Metode pembelajaran, Teknik pembelajaran,
dan Model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan
dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
1) Pendekatan Pembelajaran
Dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran,
yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum,
di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu.
2) Strategi Pembelajaran
Suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien.
3) Metode Pembelajaran
Dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4) Teknik Pembelajaran
Dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu
metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda
dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula,
dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang
siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun
dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
5)
3 Model Pembelajaran
Bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikansecara khas
oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa
dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
B. Pemilihan dan Penentuan Metode
Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru selayaknya didasari pada berbagai
pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi dan lingkungan yang akan dihadapinya.
Pemilihan strategi pembelajaran umumnya bertolak dari :
a. rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan,
b. analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan, dan
c. jenis materi pelajaran yang akan dikomunikasikan.
Dimana, di dalam strategi pembelajaran terdapat 5 komponen yang akan dilaksanakan, yaitu :
1) Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran secara keseluruhan
memegang peranan penting.
2) Penyampaian Informasi
Penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan paling penting dalam
proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya merupakan salah satu komponen dari strategi
pembelajaran. Artinya tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang menarik atau dapat memotivasi
peserta didik dalam belajar maka kegiatan penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti.
3) Partisipasi Peserta Didik
Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat dari suatu
kegiatan belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
yang diterjemahkan dari’ SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa proses
pembelajaran akan iebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan
secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.
4)
4 Tes
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui
apakah tujan pembelajaran khusus telah tercapai atau belum, dan
apakah pengetahuan, sikap dan keterampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau
belum.
5) Kegiatan Lanjutan
Kegiatan yang dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil kegiatan yang telah
dilakukan seringkali tidak dilaksanakan dengan baik oleh guru. Dalam kenyataannya, setiap kali
setelah tes dilakukan selalu saja terdapat peserta didik yang berhasil dengan bagus atau di atas
rata-rata:
a. hanya menguasai sebagian atau cenderung di rata-rata tingkat penguasaan yang diharapkan
dapat dicapai
b. Peserta didik seharusnya menerima tindak lanjut yang berbeda sebagai konsekuensi dari hasil
belajar yang bervariasi tersebut.
C. Metode Dalam Mengajar
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
1. Metode Ceramah
Ceramah dilakukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat,
diskusi, penugasan, studi kasus, dll).
Metode ceramah dilakukan dengan kombinasi metode yang bervariasi. Selain itu,
ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan siswa
melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman siswa.
Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handout), bahan presentasi yang
ditayangkan dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan /kertas plano, dll.
5
2. Metode Diskusi Umum (Diskusi Kelas)
Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/pengalaman
diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan).
Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk
meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil
diskusi.
Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai
metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan,
dan lain-lain.
3. Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan,
pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi,
dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak
disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak
untuk ditanggapi.
6 Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama.
4. Diskusi Kelompok
Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar
pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk
mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan
pendapat dan juga
meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam
diskusi yang lebih luas.
Tujuan penggunaan metode ini adalah mengembangkan
kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik
mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengan diskusi pleno.
Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan
lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok.
5. Bermain Peran (Role-Play)
Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peranperan yang
ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang
kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap .
Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian
memberikan saran/alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut.
7
Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan
bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.
6. Simulasi
Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk
mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun
fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam
kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi
yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek
penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi
penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi dalam simulasi
ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan).
Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu
metode belajar seakan-akan tengah melakukannya bersama kelompok dampingannya.
Pendamping lainnya berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui
dalam keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Dalam contoh yang
kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam simulasi, peserta lebih
banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar
akan dilakukannya.
7. Sandiwara
8 Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang menyerupai kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus).
Tujuannya adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu
tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah. Dengan begitu,
rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis dikombinasikan secara seimbang.
8. Demonstrasi
Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara
menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah
pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada
peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi
proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk
memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses. Biasanya, setelah demonstrasi
dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri.
9 Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.
9. Praktek Lapangan
Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta
dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini
dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat kerja, maupun di masyarakat.
Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung
dirasakan oleh peserta, sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan
kemampuannya. Sifat metode praktek adalah pengembangan keterampilan.
10. Permainan (Games)
10 Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah ‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam
proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar).
Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam
suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat. Sebaiknya permainan
digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau
sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang
dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang
mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah
rana sikap-nilai.
D. Kedudukan Metode Mengajar dalam Proses KBM
1. Metode Mengajar Sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode mempunyai peranan penting dalam
kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satu pun kegiatan belajar mengajar yang tidak
menggunakan metode pengajaran. Ini berarti bahwa metode adalah alat motivasi ekstrinsik
dalam kegiatan proses belajar mengajar. Menurut Sardiman yang dikutif oleh Djamarah dan Zain
(2006:73) “motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya
perangsang dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat
membangkitkan belajar seseorang.
2. Metode Mengajar Sebagai Strategi Pengajaran
11
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif sama. Daya serap anak didik terhadap pelajaran yang diberikan bermacam-macam, ada cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Untuk sekelompok anak didik boleh jadi mereka mudah menyerap bahan pelajaran dengan metode tanya jawab, tetapi untuk sekelompok anak didik yang lain, mereka lebih mudah menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode demonstrasi atau metode eksperimen.
Karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Roestiyah NK yang dikutip oleh
Djamarah dan Zain (2006:74). “Guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara
efektif dan efisien, mengenal pada tujuan yang diharapkan”. Untuk memiliki strategi itu harus
menguasai teknik-teknik penyajian atau metode mengajar. Dengan demikian metode mengajar
adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
3. Metode Mengajar Sebagai Alat untuk Mencapai Tujuan
Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan menggunakan metode secara
akurat diharapkan mampu mencapai tujuan pembelajaran. Seorang guru harus melakukan
pemilihan dan penentuan metode yang akan digunakan sehingga memungkinkan kegiatan
pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metode mengajar merupakan salah satu aspek yang sangat penting oleh guru dalam
proses belajar mengajar di sekolah. Dengan menggunakan metode mengajar yang tepat
diharapkan siswa dapat memahami secara optimal materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.
Menurut Djayadisastra (1985:13) mengemukakan bahwa “berhasil tidaknya siswa dalam
pembelajaran sangat tergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang dipergunakan
oleh guru”. Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami
kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan
kegiatan belajar mengajar.
B. SARAN
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kalangan mahasiswa/i atau
pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kelengkapan dan
kesempurnaan baik dari segi isi maupun dari segi penyusunan. Oleh karena itu, kami mohon
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun agar pembuatan makalah yang
selanjutnya lebih baik lagi.
makalah pemilihan dan penentuan metode pembelajaran 11 Desember 2014 adesofiana12
BAB II
PEMBAHASAN
1. PEMILIHAN DAN PENENTUAN METODE
Metode yang digunakan guru dalam setiap kali pertemuan kelas telah melalui seleksi yang berkesesuain dengan perumusan tujuan instruksional khusus. Biasanya guru selalu menggunakan metode lebih dari satu. Pemakaian metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang lain sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Berikut akan diuraikan masalah mengenai pemilihan dan penentuan metode mulai dari nilai strategis metode, efektifitas penggunaann metode, pentingnya pemilihan dan penentuan metode, hingga faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pengajaran.[1]
1. Nilai Strategis Metode
Pemilihan dan penetuan metode pembelajaran haruslah memperhatikan nilai strategis metode tersebut. Nilai strategisnya yakni metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar. Hal ini dikarenakan, dalam kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dan peserta didik dalam hal transfer ilmu. Apabila dalam proses mentransfer ilmu guru tidak memperhatikan metode pembelajaran yang digunakan atau metode yang digunakan kurang tepat, maka guru akan mengalami kesulitan dalam mentransfer ilmu. Selain itu kelas menjadi tidak kondusif atau terjadi kejenuhan dalam kegiatan pembelajaran, akhirnya tujuan pembelajaran tidak tercapai. Oleh karena itu, sebelum guru melaksanakan kegiatan belajar sebaiknya guru memperhatikan pemilihan dan penentuan metode pembelajaran yang akan digunakan.
2. Efektivitas Penggunaan Metode
Efektifitas merupakan kesesuaian, sehingga efektifitas penggunaan metode merupakan kesesuian metode pembelajaran dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pembelajran, sebagai persiapan tertulis. Efektifitas penggunaan metode sangatlah perlu diperhatikan ketika guru hendak memilih dan menentukan metode pembelajaran, karena jika kita salah dalam memilih dan menetukan metode pembelajaran, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.
Misalnya, guru telah mempersiapkan rencana secara detail, dengan tujuan pembelajaran anak dapat melakukan atau memperagakan tata cara wudhu. Tetapi ketika di kelas guru menyampaikan materi tersebut menggunakan metode ceramah. Maka hal tersebut tidaklah sesuai, karena tujuan yang ingin dicapai adalah anak dapat melakukan tata cara berwudlu. Sehingga seorang guru haruslah memperhatikan efektifitas penggunaan metode pembelajaran supaya metode tersebut dapat mendukung pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran.
3. Pentingnya Pemilihan dan Penentuan Metode
Pemilihan dan penentuan metode pembelajaran sangatlah penting dilakukan oleh seorang guru. Hal ini dikarenakan tidak semua metode pembelajaran dapat digunakan oleh seorang guru dalam hal kegiatan belajar mengajar serta mendukung pencapian tujuan pembelajaran. Apabila guru salah dalam hal memilih dan menentukan metode yang akan digunakan maka tujuan dari pembelajaran tidak akan tercapai. Misalnya guru menentukan tujuan pengajaran yaitu supaya anak didik dapat menuliskan sebagian ayat-ayat dalam surat Al Fatihah atau anak dapat menulis angka dari 1 sampai 40. Untuk mencapai tujuan tersebut guru tidak tepat jika menggunakan metode diskusi, namun yang tepat jika menggunakan metode latihan.[2]
4. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Metode
Ada beberapa faktor yang dijadikan dasar pertimbangan pemilihan metode mengajar antara lain :
1. Berpedoman pada tujuan
Tujuan adalah keinginan yang hendak dicapai dalam setiap kegiatan interaksi edukatif. Tujuan dapat memberikan pedoman yang jelas bagi guru dalam mempersiapkan segala sesuatunya dalam rangka pengajaran, termasuk pemilihan metode mengajar.
Metode mengajar yang guru pilih tidak boleh dipertentangkan dengan tujuan yang telah dirumuskan, tapi yang dipilih harus mendukung kegiatan interaksi edukatif berproses guna mencapai tujuanya.
Ketidakjelasan perumusan tujuan menjadi kendala dalam memilih metode mengajar. Jadi, kejelasan dan kepastian dalam perumusan tujuan memudahkan bagi guru memilih metode dalam mengajar.
1. Perbedaan Individual Anak Didik
Perbedaan individual anak didik perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode belajar. Aspek-aspek perbedaan anak didik yang perlu di pegang adalah aspek biologis, intelektual dan psikologis.
1. Kemampuan Guru
Kemampuan guru bermacam macam, disebabkan latarbelakang pendidikan dan pengalaman mengajar. Seorang guru dengan latar belakang pendidikan keguruan akan lain kemampuan guru tersebut dibandingkan dengan seseorang dengan latar belakang pendididkan bukan keguruan. Kemampuan guru yang berpengalaman tentu kwalitasnya lebih baik dalam pendidikan dan pengajaran.
1. Sifat Bahan Pelajaran
Setiap mata pelajaran mempunyai sifat masing masing. Ada yang mudah, sedang dan sulit. Ketiga sifat ini tidak bisa diabaikan begitu saja dalam mempertimbangan pemilihan metode belajar. Untuk metode tertentu barangkali cocok untuk mata pelajaran tertentu, tetapi belum tentu pas untuk mata pelajaran yang lan. Mengenal sifat mata pelajaran sebelum pemilihan metode dilaksanakan merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Contoh : dalam pelajaran matematika lebih tepat
1. Situasi kelas
Situasi kelas adalah sisi lain yang patut diperhatikan dan diperimbangkan guru ketika akan melakukan pemilihan terhadap metode mengajar . Guru yang berpengalaman mengerti bahwa
kelas dari hari kehari dan dari waktu kewaktu selalu berubah sesuai kondisi psikologis anak didik. Dinamika kelas yang seperti ini patut diperhitungkan oleh guru.
Ketika guru berusaha membagi anak didik kedalam beberapa kelompok, guru akan menciptakan situasi kelas kepada situasi yang lain. Dari sini akan terlihat metode mengajar mana yang harus dipilih sesuai dengan situasi kelas dan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini terkait dengan situasi kelas, juga mempengaruhi pemilihan metode dalam mengajar.
1. Perlengkapan Fasilitas
Penggunaan metode perlu dukungan adanya fasilitas yang dipilih sesuai dengan karakteristik metode mengajar yang akan digunakan. Ada metode mengajar tertentu yang tidak dapat dipakai, karena ketiadaan fasilitas. Sekolah sekolah yang maju biasanya mempunyai perbagai fasilitas yang lengkap, sehingga sangat membantu guru dalam proses mengajar dikelas. Sedangkan sekolah sekolah didaerah terpencil pada umumnya akan kekurangan fasilitas dalam proses belajar mengajarnya.
1. Kelebihan dan Kelemahan Metode
Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing. Hal ini juga harus diperhatikan oleh guru. Jumlah anak didik di kelas dan kelengkapan fasilitas memiliki andil untuk menentukan tepat tidaknya suatu metode dipergunakan untuk membantu proses mengajar. Metode yang digunakan paling tepat untuk mengajar tergantung dari kecermatan guru dalam meilihnya. Penggabungan metode pun tidak luput di pertimbangkan berdasarkan kelebihan dan kelemahan metode yang manapun juga . Pemilihan yang terbaik adalah mencari titik kelemahan suatu metode untuk kemudian dicarikan metode yang dapat menutupi kelemahan metode tersebut.[3]
1. PENGEMBANGAN METODE PEMBELAJARAN
Dalam pengembangan metode pembelajaran senantiasa berdasakan kepada pengalaman, prinsip yang telah teruji, pengamatan yang seksama, dan percobaan yang terkendali. Berikut adalah macam pengembangan metode dalam pembelajaran[4]:
1. Pengembangan metode variasi belajar mengajar
Pengembangan metode variasi belajar mengajar yakni upaya yang terencana dan sistematis dalam menggunakan berbagai komponen yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar seperti halnya penggunaan media dan bahan pengajaran metode dengan interaksi guru dengan siswa.[5] Semua hal tersebut dipertimbangkan untuk dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga kegiatan belajar mengajar tersebut semakin variatif dan berkembang.
Alasan yang mendasari perlunya mengembangkan proses belajar mengajar yaitu adanya unsur kejenuhan pada peserta didik.
Tujuan pengembangan variasi mengajar ini antara lain untuk meningkatkan motivasi belajar dan mengajar, meningkatkan perhatian siswa kepada guru, meningkatkan keberhasilan kegiatan belajar mengajar, dan menghilangkan kejenuhan dalam belajar mengajar.
Prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam rangka mengembangkan variasi belajar mengajar yang dapat menumbuhkan suasana belajar mengajar yang menyenangkan
1. Dalam mengembangkan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi itu digunakan, selain harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi. Semua itu untuk mencapai tujuan belajar.
2. Menggunakan variasi secara berkesinambungan3. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan oleh guru.
2. Berbagai Komponen Variasi Mengajar3. Variasi Gaya Mengajar
Bagi siswa variasi gaya mengajar yang digunakan oleh guru dilihat sebagai sesuatu yang energik, antusias, bersemangat, dan semuanya memiliki relevansi dengan hasil belajar. Perilaku guru yang demikian, dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi antara guru dan siswa, menarik perhatian siswa, menolong penerimaan bahan pelajaran, dan memberi stimulasi.
Pengaturan Suara
Suara merupakan modal utama yang dapat mendukung terjadinya komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar. Agar suasana belajar mengajar tersebut menyenangkan, maka seorang guru harus menggunakan variasi suara dalam intonasi, nada, volume, dan tingkat kecepatannya.
Penekanan Perhatian
Guna memfokuskan perhatian peserta didik pada suatu aspek kunci, guru dapat menggunakan penekanan secara tegas. Misalnya, dengan mengucapkan kata : “ Mohon anak-anak, jangan mencontek!”. Penekanan seperti itu biasanya dikombinasikan dengan suara yang tegas.
Pemberian Waktu
Dalam keterampilan bertanya, pemberian waktu diberikan setelah guru mengajukan pertanyaan, untuk mengubahnya menjadi pertanyaan yang lebih tinggi guru membutuhkan selang waktu yang memungkinkan. Bagi anak didik, pemeberian waktu dipakai untuk mengorganisai jawabanya agar tepat dan lengkap.
Kontak Pandang
Melalui kontak pandang yang merata pada seluruh siswa, menyebabkan para siswa merasa diperlakukan secara adil dan merata. Guru dapat membantu anak didik dengan menggunakan tatapan matanya menyampaikan informasi, dan dengan pandangannya dapat menarik perhatian siswa.
Gerakan Anggota Badan
Gerak anggota badan dapat memperkuat kesan serta membantu dalam memahami. Gerakan badan sesungguhnya dapat dikatakan sebagai bahasa isyarat atau body language. Namun gerakan anggota badan tersebut harus bertujuan, relevan, dan tidak berlebihan. Hal ini untuk menghindari terjadinya over acting yang berdampak pada timbulnya kesan dibuat-buat atau tidak wajar.
Pindah Posisi
Perpindahan posisi guru dalam ruangan kelas dapat membantu menarik perhatian anak didik, dapat meningkatkan kepribadian guru. Namun perpindahan posisi harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sikap yang atraktif dan berlebihan.[6]
1. Variasi Penggunaan Media dan Bahan Ajaran
Adalah suatu kenyataan yang bersifat alamiah, bahwa setiap anak didik memiliki tingkatan kemampuan yang tidak sama dalam menangkap pelajaran melalui berbagai sarana komunikasi yang dimiikinya.
Menurut para ahli, terdapat tiga komponen dalam variasi penggunaan media, yaitu media pandangan, media dengar, dan media taktil.[7]
1. Penggunaan Media Pandang
Penggunaaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi seperti buku, majalah, televisi, globe, peta dan lain sebagainya. Penggunaan yang lebih luas dari alat-alat tersebut akan memiliki keuntungan dalam hal:
Membantu secara konkret konsep berpikir dan mengurangi respon yang kurang bermanfaat, Meningkatkan perhatian anak didik pada tingkat yang tinggi, Dapat membuat hasil belajar yang riil yang akan membantu kegiatan mandiri anak, Mengembangkan cara berpikir berkesinambungan, Menambah frekuensi kerja lebih dalam dan variasi belajar, dll
1. Penggunaan Audio Visual
Pada umumnya, suara guru merupakan alat utama untuk komunikasi. Penggunaan media yang diselang-seling dengan audio visual atau media pendengaran pandangan akan membantu menumbuhkan suasana belajar yang lebih hidup dan menyenangkan.
1. Media Taktil
Komponen terakhir dari keterampilan menggunakan variasi media dan bahan ajaran adalah penggunaan media yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengaplikasikan sikap psikomotorik anak didik. Dalam hal ini akan melibatkan anak didik dalam kegiatan penyusunan atau pembuatan model, yang hasilnya dapat disebut “ media taktil”. Kegiatan ini dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok kecil.
Contoh: dalam bidang sejarah dapat membuat maket desa zaman majapahit; dalam bidang studi geografi dapat membuat model lapisan tanah; dan mengumpulkan mata uang logam untuk bidang studi matematika.
1. Variasi Interaksi
Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan anak didiknya memiliki rintangan yang bergerak dari interaksi dua arah yaitu:
1. Anak didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru,2. Anak didik mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, dimana guru berbicara
kepada anak didik.
Bila guru yang berbicara dapat melalui beberapa ketegori : persetujuan , penghargaan atau peningkatan, menggunakan pendapat anak didik bertanya, ceramah, memberi petunjuk, dan mengkritik.
Sebaliknya anak didik dapat berbicara melalui pemberian respons dan pengambilan keputusan. Bila guru mengajukan pertanyaaan dapat juga divariasi sesuai dengan domain kognitifdari Bloom (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi).[8] Pertanyaan dapat diajukan ke seluruh siswa atau ditujukan kepada anak didik secara individual.