isbn : 978-602-6864-15-4 petunjuk teknis pendampingan...
TRANSCRIPT
ISBN : 978-602-6864-15-4 PETUNJUK TEKNIS
Pendampingan Kawasan Perkebunan Pala Peningkatan Produksi dan Produktivitas Oleh : Wawan Sulistiono Himawan Bayu Aji Slamet Hartanto Penerbit : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara Balai Besar Pengkajian dan PengembanganTeknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2 0 1 9
i
KATA PENGANTAR Propinsi Maluku Utara merupakan salah satu daerah
sentra pengembangan Pala yang ditetapkan oleh Dirjen
Perkebunan Kementerian Pertanian. Daerah pengembangan
tanaman pala berkelanjutan meliputi Kabupaten Halmahera
Selatan, Halmahera Utara dan Halmahera Tengah. Beberapa
kegiatan tersebut yaitu intensifikasi, peremajaan, dan rehabilitasi.
Untuk mendukung keberhasilan program tersebut, maka dirasa
perlu melakukan pendampingan teknis.
Agar terwujudnya pemahaman dan pandangan yang sama untuk pelaksanaan pendampingan perkebunan pala tahun 2018, maka perlu disusun petunjuk teknis (JUKNIS) di tingkat Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara. Petunjuk teknis ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi penanggung jawab pelaksanaan pendampingan perkebunan pala baik peneliti dan penyuluh pertanian di Maluku Utara. Petunjuk Teknis ini berciri spesifik lokasi dan sesuai potensi sumberdaya serta kebutuhan di daerah sentra pala terutama di Sagea, Kecamatan Weda Utara, Kabupaten Halmahera Tengah Maluku Utara.
Maluku Utara, Januari 2019 Kepala Balai BPTP Maluku Utara Dr. Ir. Bram Brahmantiyo, MSi
ii
DAFTAR ISI Kata Pengantar ..........................................................................i Daftar Isi ................................................................................. ii Daftar Tabel ............................................................................ iii Daftar Ganbar ......................................................................... iv I. Pendahuluan .........................................................................1
1.1. Latar Belakang .............................................................1 1.2. Sasaran ........................................................................2 1.3. Tujuan ...........................................................................3 1.4. Keluaran........................................................................3
II. Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan ...................................... 4
Prinsip Pendekatan Pelaksanaan kegiatan ............................ 4
III. Metodologi Pelaksaan Kegiatan ......................................... 6 3.1. Ruang Lingkup ............................................................. 6 3.2. Lokasi, jenis, dan Volume ............................................. 8
IV. Pelaksanaan Pendampingan .............................................. 9
4.1. Perumusan Masalah Petani Pala .................................. 9 4.2. Inovasi Teknologi .......................................................... 9 4.3. Survai Pala Hutan untuk Penguatan Sistem Usaha Tani
Pala ........................................................................... 18
iii
DAFTAR TABEL Tabel 1 .................................................................................. 10 Tabel 2 .................................................................................. 19
iv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Bibit pala bersertifikat Varietas Ternate 1............... 13 Gambar 2. Pembuatan rorak dan memasukkan bahan organik ke dalam rorak ......................................................... 13 Gambar 3. Pemberian mikoriza arbuskular pada lubang rorak . 14 Gambar 4. Penjelasan fungsi rorak pada kelompok tani .......... 15 Gambar 5. Sistem pembuatan rorak untuk 5 tau pemeliharaan pada tanaman belum menghasilkan ....................... 15 Gambar 6. Calon batang (a) atas dan bawah (b) untuk epicotyl grafting ................................................................ 16 Gambar 7. Workshop pendampingan pala dan pelatihan epi epicotyl grafting .................................................... 17 Gambar 8. Teknik penyambungan bibit pala pada epicotyl grafting ............................................................................. 17 Gambar 9. Kebun pala hutan di Desa Sagea, Kecamatan Weda Utara, Halmahera Tengah ...................................... 18
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman Pala (Myristica sp) di Maluku Utara merupakan
salah satu komoditas perkebunan yang menempati luas lahan
ke 3 setelah kelapa dan cengkeh sehingga berberan penting
terhadap perkembangan ekonomi daerah-keluarga tani.
Disamping itu produksi pala Maluku Utara berada di urutan ke
dua Nasional setelah Aceh yaitu sebesar 24,22% terhadap total
produksi Nasional. Total Produksi pala Maluku Utara sebesar
4.436 ton.
Tanaman Pala Maluku Utara sudah dikenal sejak abab ke -
16 sebagai pala Banda. Budidaya pala seluruhnya diusahakan
oleh perkebunan rakyat. Usaha pala di memiliki banyak
keistimewaan antara lain: (a) memiliki pohon induk sebagai
sumber benih, pohon disebut pohon induk terpilih (PIT) yang
sudah di sertifikasi; (b) pohon pala merupakan tanaman
berdaun selalu hijau (evergreen) sehingga dapat digunakan
sebagai tanaman pelindung dan ditanam secara agroforestry
sehingga bermanfaat sebagai tanaman penjaga ekosistem; (c)
Pemanfaatan berbagai produk pala sangat beragam. Pala selain
dimanfaatkan biji pala dan fulinya, juga dapat dimanfaatkan
daging buah pala untuk permen pala, sirup pala, manisan pala.
Komoditas pala merupakan sumber pendapatan keluarga
tani dan mampu menopang perekonomian daerah,
pengembangan wilayah dan pengentasan kemiskinan. Oleh
karena itu program pengembangan pala terus dilakukan di
Propinsi Maluku Utara. Program tersebut mencakup
pengembangan wilayah dengan dibuat sentra pengembangan
tanaman pala berkelanjutan serta pengembangan pertanaman
itu sendiri yang mencakup intensifikasi, peremajaan tanaman
tua, dan ekstensifikasi. Di Maluku Utara sentra pengembangan
Tanaman pala menurut Dirjen Perkebunan Kementerian
2
Pertanian R.I. adalah Halmahera Tengah, Halmahera Utara, dan
Halmahera Selatan.
Namun demikian dalam budidaya dan pengembangan pala
di daerah tersebut umumnya memiliki permasalahan. Beberapa
permasalahan antara lain belum menggunakan bibit unggul
bersertifikat, pemeliharaan dan bercocok tanam belum intensif,
banyaknya pala tidak berbuah yaitu pala jantan dalam satu
lahan, populasi tanaman sangat padat karena jarak tanam
terlalu rapat sehingga kelembaban tinggi.
Mempertimbangan beberapa masalah dan potensi pala
tersebut, maka diperlukan upaya pendampingan kawasan
perkebunan pala. Sebagai tindak lanjut di lapangan diperlukan
petunjuk teknis pendampingan perkebunan pala. Tujuan
petunjuk teknis ini untuk mencapai kesamaan kerja di lapangan
dan efektifitas pengembangan kawasan pala untuk
meningkatkan produktivitas serta peran petani.
1.2. Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah:
1. Terealisasinya pendampingan kawasan perkebunan pala
pada kawasan desa sentra Pala di Halmahera Tengah
dengan melibatkan Gapoktan, Penyuluh, aparat Desa dan
keluarga taninya.
2. Terealisasinya pertemuan kelompok tani/Gapoktan
diawal pendampingan untuk mengetahui permasalah
budidaya pala di lokasi pendampingan dan model
pendampingan dan inovasi teknologi yang diterapkan.
3. Teralisasinya bimbingan teknis budidaya dan pemecahan
permasahan pala di lokasi pendampingan
4. Terealisasinya demplot inovasi teknologi pala pada luas
kebun minimal 0,5 ha untuk setiap satu kelompok tani.
3
Diharapkan terdapat 3 kelompok tani dalam kegiatan
tersebut yang diwakili ketua kelompok.
5. Teralisasi pengukuran keberhasilan pendampingan
dengan alat ukur statistika untuk tingkat adopsi inovasi
teknologi dan penerimaan petani.
1.3. Tujuan
Tujuan pendampingan kawasan perkebunan pala di Sagea
Halmahera Tengah adalah:
1. Mengoptimalkan sumberdaya dalam pengembangan dan
peningkatan produksi pala
2. Mengoptimalkan penggunaan inovasi teknologi yang
aplikatif di lokasi pendampingan
3. Terjadi perubahan ketrampilan, pengetahu dan sikap
petani terhadap inovasi teknologi budidaya pala
1.4. Keluaran
Keluaran dari pendampingan kawasan perkebunan pala di
Sagea Halmahera Tengah adalah:
1. Sumber daya lokal perkebunan pala di tingkat petani di
manfaatkan secara optimal seperti pupuk organik,
pembuatan lubang pemupukan organik, pemanfatan
benih pala bersertifikat, dan peran penyuluhan dan
dukungan keluarga tani
2. Inovasi teknologi aplikatif yang dapat membantu
penyelesaian masalah budidaya pala dan meningkatkan
produktivitasnya
3. Peningkatan secara nyata pada pengetahuan,
ketrampilan dan sikap yang tercermin dari hasil analisa
persepsi petani terhadap adopsi teknologi.
4
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
a. Lokasi kegiatan:
- Lokasi kegiatan merupakan daerah sentra produksi pala
serta memiliki kesesuaiam untuk budidaya pala di
Maluku Utara dengan pendapatan masyarakat masih
relatif rendah. Disamping itu, lokasi kegiatan merujuk
dari program bidang perkebunan Dinas Pertanian
Provinsi Maluku Utara.
- Relatif berada pada satu desa, hamparan, status lahan
sebagai hak milik, terdapat dukungan infrasruktur,
terdapat kelembagaan petani aktif, terdapat dukungan
penyuluh dan aparat Desa.
b. Kelompok tani/petani sasaran
- Petani sasaran sebagai tempat demplot, temu teknis,
worshop dalam program pendampingan adalah
anggota kelompok tani yang sudah ditetapkan dengan
surat keputusan Bupati/Walikota atau Kepala Dinas
Kabupaten yang menangani bidang perkebunan.
- Kelompok tani yang sudah ada dan aktif, dan memiliki
kebun pala
- Jumlah anggota minimal 20 orang
- Mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi untuk
memperbaiki budidaya dan meningkatkan produksi
serta terbuka dalam menerima masukan inovasi
teknologi
c. Spesifikasi teknis
Spesifikasi teknis pendampingan perkebunan pala
untuk demplot salah satu inovasi teknologi adalah :
5
a) Lahan perkebunan pala
- Perkebunan pala milik petani kelompok yang
memiliki tanaman belum menghasilkan
- Perkebunan pala milik petani dengan tanaman
pala menghasilkan atau tanaman produktif
umur 5-20 tahun
- Kebun pala merupakan lahan hamparan
- Lokasi kebun dapat diakses untuk
pendampingan perlakuan dan pengamatan
b) Iovasi teknologi
- Inovasi teknologi yang digunakan adalah yang
memiliki tingkat aplikatif (mudah dan sesuai
dengan sumberdaya petani/lahan).
- Sasaran demplot adalah kebun petani contoh
dari masing-masing ketua kelompok.
c) Penyediaan bibit
- Merupakan varietas unggul yang sudah
direlaase Menteri Pertanian, yaitu Ternate 1,
Tidore 1, Tobelo 1 dan Makian.
- Bibit tersertifikasi (benih sebar) dengan umur
minimal 8 bulan (8-13 bulan). Bibit telah diuji
mutu bibit oleh UPT perbenihan Provinsi
(BP2STP).
- Ukuran polibag 15 x 20 cm
- Bibit sehat (bebas dari hama dan penyakit)
6
III. METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan pendampingan kawasan
perkebunan pala meliputi persiapan, identifikasi wilayah
dan merumuskan inovasi teknologi aplikatif di kawasan
pendampingan, penerapan inovasi teknologi
pendampingan, pendampingan dan evaluasi. Ruang lingkup
tersebut dijabarkan dibawah ini:
1. Persiapan
Pada kegiatan persiapan, tahapan kerja adalah:
a. Sinkronisasi kebijakan
Kegiatan ini dilakukan dengan mempelajari
program pengembangan kawasan perkebunan
oleh kementerian pertanian (Dirjen Perkebunan)
yang sesuai dengan wilayah kerja Maluku Utara.
Kegiatan selanjutnya adalah koordinasi dengan
Dinas Pertanian-Perkebunan Provinsi Maluku
Utara untuk mendapatkan peta pengambangan
kawasan pala dan program yang telah
dilaksanakan.
b. Menetapkan wilayah pendampingan.
Wilayah pendampingan ditetapkan berdasarkan
masukan dari dinas Pertanian-Perkebunan
Provinsi Maluku Utara terkait program yang sudah
dijalankan dan kelayakan teknis berupa kondisi
fisik perkebunan pala. Wilayah yang didampingi
adalah Kabupaten Halmahera Tengah dengan
Desa Sagea Kecamatan Weda Utara. Lokasi ini
dipilih karena telah menerima program
pengembangan pala berupa penyaluran saprodi
seperti bibit, pupuk dan sarana pembibitan.
7
2. Identifikasi masalah di wilayah pendampingan.
Identifikasi masalah di desa Pendampingan adalah:
a. Melakukan pertemuan kelompok tani dalam satu
desa kawasan pendampingan pala dan membuat
rincian permasalahan budidaya pala.
b. Menyusun upaya penyelesaian masalah dengan
invasi teknologi, penyampaian materi dan
pendampingan.
c. Membuat peta jalan pendampingan kawasan
pala.
3. Penerapan teknik pendampingan dan inovasi
teknologi.
Penerapan teknologi yang digunakan dan cara
pelaksanaanya sebagai berikut:
a. Memberikan materi dan workshop pengetahuan
terhadap pengetahuan budidaya yang diperlukan
untuk merubah pengetahuan petani dan
kelompok tani
b. Menerapkan demplot inovasi untuk masalah
lapangan budidaya yang mewakili semua
kelompok tani di kawasan desa tempat
pendampingan. Luas lahan demplot seluas 0,5 ha
untuk setiap kelompok tani pada tanaman belum
menghasilkan
c. Menyalurkan materi dan paket inovasi teknologi
yang dibutuhkan seperti pupuk pelengkap cair,
perangsang pertumbuhan, alat pertanian kecil
untuk penerapan teknologi seperti handsprayer,
bibit bersertifikat.
4. Pendampingan dan evaluasi
Pendampingan tentang teknologi dilakukan setelah
penerapan inovasi dan penyerahan sarana input
8
produksi inovasi. Pendampingan tentang teknologi
yang diberikan dilakukan secara berkala pada
kegiatan tahap berikutnya. Evaluasi dilakukan pada
akhir kegiatan dengan kuisioner tingkat adopsi
teknologi yang dihadiri oleh semua kelompok tani.
Pendampingan dan pelaksanaan melibatkan
penyuluh setempat.
3.2. Lokasi, Jenis, dan Volume Kegiatan
a. Lokasi kegiatan pendampingan perkebunan pala tahun
2018 di kawasan sentra pengembangan pala di
Kabupaten Halmahera Tengah Kecamatan Weda Utara
Desa Sagea.
b. Jenis dan volume pendampingan:
Jenis pendampingan terbagi atas tiga kegiatan yaitu: a)
penyampaian materi dalam bentuk penyuluhan dan
workshop sesuai kebutuhan petani dua kali pertemuan
materi, b) demplot inovasi teknologi dilakukan di tiap
lahan ketua kelompok tani atau yang mewakili, c)
Penyaluran sarana produksi penerapan inovasi
teknologi ke Ketua kelompok dan anggota: hand sprayer
untuk ketua kelompok, pupuk pelengkap sair dan
perangsang pertumbuhan ke setiap anggota kelompok
yang aktif (3 Kelompok).
9
IV. PELAKSANAAN PENDAMPINGAN
4.1. Perumusan Masalah Petani Pala
Kegiatan ini dimulai dengan pertemuan petani untuk
kegiatan semacam RRA (Rapid Rural Appraisal). Pertemuan
gabungan kelompok tani menggali permasalahan dan
potensi pala. Disamping itu mengidentifikasi jenis bantuan
yang telah diterima oleh dari Dinas Perkebunan Provinsi
sebelumnya, yaitu (1) bibit pala, (2) sarana pembibitan dan
(3) pupuk organik granul.
Masalah yang dihadapi petani di catat dan di kumpulkan untuk dicari pemecahannya. Bahan tersebut digunakan untuk menentukan teknik pendampingan. Potensi sumber daya perkebunan pala ditingkat petani, juga digali. (Tabel 1).
4.2. Inovasi Teknologi.
a) Bibit bermutu
Penyaluran bibit pala bersertifikat sebanyak 1000 bibit.
Varietas pala yang disalurkan adalah varietas Ternate 1.
Bibit pala tersebut untuk 3 kelompok tani di lokasi
pendampingan Desa Sagea, Kecamatan Weda Utara,
Kabupaten Halmahera Tengah. Tujuan penyaluran bibit
adalah:
1. Memberi contoh varietas yang bermutu dalam
upaya peningkatan produksi dan produktivitas pala.
2. Membantu petani untuk program peremajaan
kebun pala
3. Membantu petani dalam perbenihan
/mengusahakan bibit perbenihan pala
10
Tabel 1.
No. Permasalahan Nama Petani &
Kelompak tani/Desa
Pemecahan masalah Teknik pendampingan
1. Banyak pala tidak berbuah, pala jantan diantara hamparan pala (40-60%).
Bapak Ramli Samsudin. Gosora/ Sagea
Bibit bermutu, bersertifikat yang jelas kuailitasnya dari PIT blok penghasil tinggi.
1. Penyaluran bibit pala bermutu bersertifikat dari PIT, Varietas Ternate 1.
2. Workshop-pelatihan membuat bibit sambung epicotly grafting.
2. Bagaimana menentukan pala berbuah sejak ditanam (bibit).
Bapak Ramli Samsudin. Gosara/ Sagea
1. Bibit bermutu bersertifikat. 2. Membuat inovasi
pembibitan pala berbuah
3. Bagaimana teknik pemupukan pala yang tepat serta tanah yang sesuai untuk bertanam pala.
Samsudin Wahid.Gebam Lestari/Sagea
1. Pemupukan organik menggunakan sumber daya lokal.
2. Membuat wadah pupuk organik-rorak-
3. Uji kesuburan tanah di lahan pala.
4. Kesuaian lahan berdasarkan AEZ.
1. Demplot teknologi rorak untuk serasah bahan organik di kebun petani sebanyak 3 lokasi.
2. Dempot introduksi pemberian mikoriza untuk merangsang perkembangan akar tanaman pala belum menghasilkan.
11
4. Penanggulangan hama penggerek batang.
Salim Ibrahim. Maju bersama/Sagea
Penyampaian materi budidaya pala sehat dan hama penting pala dan penanggulangannya.
1. Workshop penyampaian materi perlindungan tanaman.
2. Penyaluran alat dan bahan pendukung pengendalian hama dan penyakit dan pertumbuhan tanaman seperti Gandasil B, Dithane M 45, dan hand sprayer.
5. Penanggulangan penyakit kering pucuk (kering dari atas) .
Harid Muslim. Fogogoru/Sagea
Penyampaian materi budidaya pala sehat dan penyakit penting pala dan penanggulangannya .
6. Pala hutan lebih mampu bertahan dari serangan hama dan penyakit. Produksinya tinggi 3000 buah per panen per pohon, 10.000 per panen per tahun.
Harid Muslim (Fogogoru), Ramli Samsudin (Gosara), Salim Ibrahim (Maju Bersama), Sagea.
1. Menjaga dan memanfattkan potensi pala hutan.
2. Mengukur peran pala hutan terhadap pendapatan keluarga tani.
1. Survai kondisi pala hutan, aspek ekologis dan sosial ekonomi.
2. Penyuluhan, penyampaian peran pala hutan terhadap ekologi, sosial, dan pendapatan petani.
12
7. Waktu tanam bibit yang tepat dan Perlakuan saat penanaman yang tepat agar bibit tidak mudah mati.
Ramli Samsudin. Maju Bersama/ Sagea
Pemanfaatan data curah hujan setempat. Meneruskan teknologi petani yaitu membuat penaung bibit pala saat pindah tanam.
1. Penyuluhan, workshop materi.
2. Koordinasi dengan PPL setempat.
13
Gambar 1. Bibit Pala Bersertifikat Varietas Ternate 1
b). Teknologi pemupukan organik dan rorak Pemupukan organik dilakukan dengan pembuatan
rorak. Rorak merupakan lubang di tanah untuk menimbun
bahan organik yang posisinya di bawah tajuk tanaman.
Pembuatan rorak dilakukan di 3 lokasi kebun petani yang
mewakili 3 kelompok tani. Contoh rorak dalam satu kebun
terdiri atas 12 tanaman.
Gambar 2. Pembuatan rorak dan memasukan bahan organik (daun kering dan batang pisang) ke rorak pada pala belum menghasilkan (a,b)
Dilakukan juga pemberian mikoriza pada lubang rorak.
Tujuan pemberian mikoriza adalah untuk membantu meningkatkan perkembangan perakaran tanaman pala (Gambar 3).
b a
14
Gambar 3. Pemberian mikoriza arbuskula pada lubang rorak
Dalam pelaksanaan demplot rorak, kombinasi mikoriza
(6-12 g) serta bahan organik dimasukan dalam lubang rorak.
Rorak berukuran panjang 1 m lebar 0,5 m dan dalam 40 cm.
Letak rorak dari pagkal batang pala belum menghasilkan
adalah 5m atau di ujung luar kanopi pohon (Gambar 3).
Dalam pembuatan rorak tersebut, kelompok
tani/petani kooperator di beri pengetahuan/wawasan
tentang pentingnya rorak dan cara pembuatan rorak
berikutnya (Gambar 4).
Pentingnya rorak:
1. Rorak berfungsi menahan aliran permukaan sehingga
mengurangi erosi tanah subur (unsur hara) oleh air
2. Rorak berfungsi menimbun bahan organik seperti daun
kering, daging buah pala, gedebog pisang, dan serasah
organik lain sehingga terkumpul dan kebun menjadi
bersih.
3. Meningkatkan dan mewujudkan sanitasi kebun
sehingga menekan serangan hama busuk buah dan
jamur cendawan lainnya.
4. Membuat bahan organik di lubang rorak tersebut
sehingga memacu perkembangan kesuburan tanah,
mikroorganisme tanah, dan merangsang
perkembangan perakaran.
15
5. Meningkatkan pertumbuhan tanaman pala dan
diharapkan meningkatkan produktivitas tanaman.
Gambar 4. Penjelasan fungsi rorak kepada kelompok tani pala
Pengetahuan selanjutnya adalah rorak berjalan atau
pembuatan rorak berikutnya. Hal ini dilakukan bila rorak
yang dibuat sudah penuh bahan organik. Pada umur rorak
sekitar 6-12 bulan diperkirakan sudah penuh bahan organik.
Oleh karena itu segera dibuat rorak berikutnya disisi lain
dari batang tanaman. Kegiatan tersebut begitu seterusnya
hingga pada tahun ke 5 sisi perakaran tanaman pala
terdapat humus tanah/bahan organik yang baik dari rorak.
Gambar 5. Sistem pembuatan rorak untuk 5 tahun
pemeliharaan pada tanaman pala belum menghasilkan
Rorak III
(Tahun
Rorak II
(tahun
Rorak V
(tahun Pangkal
pohon
Rorak I
Rorak IV Kanopi pohon pala
16
Dengan demikian pada saat tahun ke 4-5, perakaran tanaman berkembang bagus dan akan memacu pertumbuhan tanaman untuk berbunga dan berbuah secara baik (Gambar 5).
c). Sambung epicotly grafting Materi sambung epicotly grafting disampikan untuk
menjawab permasalahan banyaknya persentase bibit pala
yang yang tidak berbuah setelah 5 tahun ditanam.
Sambung epicotly grafting dilakukan dengan menyiapkan
batang bawah dari bibit muda berumur 20-40 hari setelah
berkecambah. Tunas batang atas diambil dari pohon pala
yang berproduksi tinggi yaitu pohon induk terpilih (PIT)
dari kawasan blok penghasil tinggi (BPT).
Gambar 6. Calon batang atas (a) dan bawah untuk epicotly grafting (b)
Teknis penyambungan dilakukan dengan membuat
belahan pada batang bawah setelah batangnya di potong
diatas kotiledon. Kemudian batang atas dibuat sayatan dari
kedua sisi batang dan selanjutnya dimasukkan pada celah
belahan batang bawah. Ciri teknis penyambungan ini adalah
a b
17
menyambung tunas pucuk diatas kotiledon batang bawah
yang berumur muda (20-40 hari setelah kecambah).
Gambar 7. Workshop pendampingan pala dan pelatihan sambung epicotly grafting
Gambar 8. Teknik penyambungan bibit pala pada epicotly grafting
Dalam pelatihan epicotly grafting, peserta diberi
pemahaman dan pengetahuan tentang prinsip
penyambungan ini dan manfaatnya. Manfaat epicotly
grafting antara lain:
1. Penyembuhan luka sambungan lebih cepat, kalus
cepat terbentuk, jaringan batang bawah dan atas
b a
18
cepat bersatu. Hal ini karena umur batang bawah
relatif muda yaitu 20-40 hari setelah berkecambah.
2. Biibit yang dihasilkan lebih cepat yaitu 3-4 bulan lebih
cepat dari teknis perbanyakan benih secara generatif.
Oleh karena itu pada teknis ini tidak memelihara
batang bawah lebih lama.
3. Memberikan harapan pala berbuah sejak di
persemaian lebih besar. Hal ini karena batang atas
berasal dari pala yang berbuah dengan produksi
tinggi.
4.3. Survei Pala Hutan untuk Penguatan Sistem Usaha Tani Pala
Pada kegiatan ini dilakukan untuk menyimpulkan
keberadaan pala hutan dari sisi aspek, ekologi, sosial dan
ekonomi petani. Pala hutan merupakan tanaman pala yang
telah ada dan berumur lebih dari 30 tahun. Petani tidak
menanam pala tersebut. Survei dilakukan untuk
mengetahui beberapa kharakteristik pala hutan antara lain
(Tabel 2).
Gambar 9. Kebun pala hutan di Desa Sagea, Kecamatan Weda
Utara, Halteng
19
Tabel 2.
No. Kharisteristik
Ekologis 1. Populasi tanaman/jarak tanam Rapat dan tidak menentu.
Jarak rapat 5-7 m dan jarak longgar 8-9 m.
2. Umur tanaman Lebih dari 30 tahun 3. Kondisi topografi Lerang dengan kemiringan
70%. 4. Kondisi fisik tanah Tanah berbatu dan dilapisi
humus 5. Campuran pohon lainnya Banyak campuran pohon
lainnya 40-60%. 6. Kondisi kanopi pohon Percabangan/letak cabang
pertama berada di posisi batang yang tinggi.
7. Produksi buah 3000-5000 per pohon 8. Interval panen dalam 1 tahun 1 kali per tahun Sisiologi petani
10. Jarak kebun dari rumah petani .> 10 km 11. Interval waktu petani ke kebun pala
hutan per tahun 1-2 kali per tahun
12. Tenaga kerja saat petani ke lokasi pala
hutan
Kelapa rumah tangga.
13. Luasan kepemilikan lahan 0,5-1 ha.
Berdasarkan Tebal 2, maka keberadaan pala hutan
bagi petani di Desa Sagea sebagai tanaman pendukung
pendapatan petani. Petani juga memiliki kebun pala yang
diusahakan sendiri (ditanam sendiri). Oleh karena itu teknik
budidaya pala yang baik dan benih bermutu sangat
diperlukan untuk pendapatan petani pala.