isi (1)

Upload: stella-oktavia

Post on 08-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ISI (1)

TRANSCRIPT

21

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKonstitusionalisme adalah faham mengenai pelembagaan pembatasan kekuasaan pemerintahan secara sistematis dalam sebuah konstitusi. Sedangkan konstitusi sendiri merupakan sebuah hukum dasar yang digunakan sebagai pedoman bernegara. Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dalam konstitusi berisi aturan yang membahas hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya serta hubungan antar lembaga negara. Di Indonesia konstitusi berupa Undang-Undang Dasar 1945 yang telah mengalami beberapa perubahan (Amandemen). Amandemen dilakukan senbanyak empat kali yaitu tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. Perubahan ini dilakukan karena sifat UUD yang dinamis sesuai dengan perubahan pola perilaku masyarakat. Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi di Indonesia secara otomatis mengatur sistem ketatanegaraan negara baik sebelum dan sesudah amandemen. Sebelum dilakukannya amandemen terjadi pergantian konstitusi dari UUD RIS, UUD Sementara 1950, dan kembali pada UUD 1945. Perubahan konstituusi di era sebelum reformasi tersebut terjadi karena ketimpangan dalam aplikasinya. Banyak penyalahgunaan konstitusi oleh pemerintah yang menyebabkan ketidakadilan bahkan sampai pada era setelah reformasi.Penyimpangan UUD sebagai konstitusi negara terjadi disepanjang orde lama (demokrasi terpimpin), orde baru, dan setelah reformasi. Penyimpangan tersebut sedikit banyak berisikan tentang kesewenangan pemerintah yang menyalahgunakan kekuasaan, dan aturan yang tidak masuk akal. Segala aspek yang terkena dampak baik dari aspek ekonomi, sosial, politik, maupun budaya. Seperti contoh penyimpngan menetapkan presiden menjadi Presiden seumur hidup, terjadi pemusatan kekuasaan di tangan Presiden, pemilu dilaksanakan secara tidak demokratis, erjadi monopoli penafsiran Pancasila, pemerintah campur tangan terhadap kekuasaan kehakiman,dll. Tentunya penyimpangan-penyimpangan ini sangat merugikan pihak-pihak lain seperti masyarakat, pers, perekonomian, dll. Akibat serta dampak dari penyimpangan tersebut berupa :a. Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar disedot ke pusat.b. Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibredel.c. Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan, terutama di Aceh dan Papua.d. Kekacauan, baik dibidang politik, keamanan, maupun ekonomi sehingga tidak tercapainya stabilitas politik dan pemerintahan yang disebabkan oleh sering bergantinya kabinet.Akibat dari penyimpangan konstitusi banyak mengundang reaksi dari berbagai kalangan contohnya seperti ormas, yang menuntut pemerintah untuk menyelesaikan perkara dengan upaya yang tepat. i Hal-hal inilah yang mendasari penulis mengambil judul tersebut. Dalam makalah ini akan dibahas secara rinci tentang pengertian konstitusionalisme, Penyimpangan, dampak serta penyelesaian terhadap penyimpangan tersebut. Diharapkan pembaca mampu memahami lagi secara mendalam mengenai konstitusi serta penyimpangan yang terjadi . Karena banyak sekali kita ketahui saat ini konstitusi hanya dikenal sebagai hukum dasar tanpa memaknai fungsi serta aspek-aspek lainnya. 1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apa saja bentuk penyimpangan terhadap UUD 1945 ?1.2.2 Dampak apa yang terjadi dari penyimpangan tersebut ?1.2.3 Bagaimana reaksi ormas dalam menanggapi penyimpangan ?1.2.4 Upaya apa saja yang dilakukan untuk membenahi penyimpangan ?

1.3 Tujuan1.3.1 Mahasiswa dapat memahami secara mendalam mengenai kosntitusi1.3.2 Mahasiswa mengetahui bentuk penyimpangan terhadap konstitusi UUD 19451.3.3 Mengetahui dampak yang terjadi akibat penyimpangan1.3.4 Mengetahui tanggapan pihak lain (ormas) terhadap penyimpangan1.3.5 Memahami upaya yang dilakukan dalam menangani penyimpangan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian KonstitusiMenurut Cart J. Friedrich (2010) mengemukakan bahwa konsititusi adalah kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, tetapi yang dikenakan beberapa pembatasan yang diharapkan akan menjamin bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapatkan tugas untuk memerintah.(Budiardjo, Miriam : 2010)Menurut F. Lassalle (2012) membagi konsitusi dalam dua pengertian, yaitu pengertian sosiologis atau politis, konstitusi adalah sinthese faktor-faktor kekuatan yang nyata dalam masyarakat. Jadi, konstitusi menggambarkan hubungan antara kekuasaan-kekuasaan yang terdapat dengan nyata dalam suatu negara. Kekuasaan tersebut di antarannya: raja, paremen, kabinet,pressure groups,partai politik dan lain-lain; itulah yang sesungguhnya konstitusi. Sedangkan pengertian yuridis, konstitusi adalah suatu naskah yang memuat semua bangunan negara dan sendi-sendi pemerintahan.(Huda, Nimatul : 2012)Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua pengertian, yaitu dalam pengertian luas menurut Bolingbroke, konstitusi berarti keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti halnya hukum pada umumnya, hukum dasar tidak selalu merupakan dokumen tertulis atau tidak tertulis atau dapat pula campuran dari dua unsur tersebut.sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-undang Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis/Konvensi.Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan bearnegara mempunyai sifat; (a) Merupakan kebiasaan yang berulangkali dalam prektek penyelenggaaraan Negara (b) Tidak bertentangan dengan hukum dasar tertulis/Undang-undang Dasar dan bearjalan sejajar (c) Diterima oleh rakyat negara. Bersifat melengkapi sehingga memungkinkan sebagai aturan dasar yang tidak terdapat dalam Undang-undang Dasar.Konstitusi sebagiai hukum dasar memuat aturan-aturan dasar atau pokok-pokok penyelenggaraan bernegara, yang masih bersifat umum atau bersifat garis besar dan perlu dijabarkan lebih lanjut kedalam norma hukum dibawahnya. Sedangkan dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti piagam dasar atau UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar negara. Contohnya adalah UUD 1945.

2.2 Istilah KonstitusiKata Konstitusi berarti pembentukan, berasal dari kata kerjaConstituer (bahasaPrancis) yangberarti membentuk. Yangdibentukadalah sebuah negara.Maka, Konstitusi mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu Negara. Istilah konstitusi menurut Chairul Anwar adalah fundamental laws tentang pemerintahan suatu negara dan nilai-nilai fundamentalnya. Sedangkan menurut sri soemantri, konstitusi berarti suatu naskah yang membuat suatu bangunan negara dan sendi-sendi sistem pemerintahan negara. Dari kedua pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa konstitusi memuat aturan aturan pokok ( fundamental ) mengenai sendi-sendi yang diperlukan untuk berdirinya suatu negara.(Anwar, Chairul : 1999)Menurut K. C. Wheare, konstitusi adalah kumpulan hukum, institusi dan adatkebiasaan, yang ditarik dari prinsip- prinsip rasio tertentu yangmembentuk sistemumum, dengan mana masyarakat setuju untuk diperintah.(K. C Wheare : 2003)

2.3 Sifat dan Fungsi KonstitusiKonstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan ketatanegaraan suatu Negara karena konstitusi menjadi barometer kehidupan bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu. Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda baik dalam hal tujuan, bentuk dan isinya, tetapi umumnya mereka mempunyai kedudukan formal yang sama, yaitu sebagai :a. Konstitusi sebagai Hukum Dasar, karena ia berisi aturan dan ketentuan tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara.b. Konstitusi sebagai Hukum Tertinggi, artinya bahwa aturan-aturan yang terdapat dalamkonstitusi, secara hierarki mempunyai kedudukan lebih tinggi terhadap aturan-aturan lainnya, sehingga aturan-aturan yang lain harus sesuai dengan undang-undang dasar.Menurut Jimly Asshiddiqie dalam Winarno, 2008 konstitusi memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :1. Fungsi penentu atau pembatas kekuasaan Negara.2. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antarorgan Negara.3. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara organ dengan warga Negara.4. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.5. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli (dalam demokrasi adalah rakyat) kepada organ Negara.6. Fungsi simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu (symbol of unity), sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan (identity of nation) serta sebagai center of ceremony.7. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik dalam arti sempit yaitu bidang politik dan dalam arti luas mencakup bidang social ekonomi.8. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat. (Winarno: 2008)

2.4 Tujuan KonstitusiTujuan konstitusi secara global adalah:1. Mengadakan tata tertib dalam berbagai lembaga kenegaraan, baik dalam hal kewenangannya maupun cara bekerjanya.2. Mengadakan tata tertib dalam hal hak-hak asasi manusia yang harus dijaminperlindungannya.3. Konstitusi menggambarkanstruktur negara danbekerjanyalembaga-lembaga negara.4. Konstitusimenjelaskankekuasaandankewajibanpemerintah.5. Konstitusimembatasikekuasaanpemerintah,karenaitujugaberfungsi mencegah kekuasaan yg sewenang-wenang.6. Konstitusimenetapkan dan melindungi hak-hakdasarwarga Negara(Wirjono, Prodjodikoro :1983)

2.5 Pentingnya Konstitusi Dalam NegaraKonstitusi memiliki arti penting bagi negara karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk negara. Konstitusi menjadi barometer kehidupan negara yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pahlawan.Dalam sebuah konstitusi, tercakup pandangan hidup dan inspirasi bangsa yang memilikinya.A. Hamid S. Attamimimenyatakan bahwa konstitusi sebagai pemberi pegangan dan pemberi batas dan sekaligus pegangan dalam mengatur bagaimana kekuasaan negara itu akan dijalankan.Struyckendalam bukunya berjudulHet Staatsrecht van Het Koninkrijk dre Nederlande rmenyatakan bahwa undang-undang dasar sebagai konstitusi tertulis merupakan dokumen formal yang berisi sebagai berikut:1. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau.2. Tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa.3. Pandangan tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.4. Suatu keinginan di mana perkembangan kehidupan ketatane garaan bangsa hendak dipimpin.Keempat hal yang termuat dalam konstitusi tersebut menun jukkan arti pentingnya suatu konstitusi yang menjadi barometer kehidupan bernegara dan berbangsa. Konstitusi juga memberikan arah dan pedoman bagi generasi penerus bangsa dalam menjalankan suatu negara. Konstitusi memiliki kedudukan istimewa dan menjadi sumber hukum utama. Oleh karena itu, tidak boleh ada satu peraturan perundang-undangan pun yang bertentangan dengannya.Konstitusi sangat diperlukan oleh suatu negara. Oleh karena itu, semua negara yang baru merdeka akan menyusun konstitusi. Konstitusi merupakan dokumen nasional yang bersifat mulia dan istimewa dan sekaligus merupakan dokumen hukum dan politik. Konstitusi berisi kerangka dasar, susunan, fungsi, dan hak lembaga negara, pemerintahan, hubungan antara negara dan warganya, serta pengawasan jalannya pemerintahan.(Attamimi, A. Hamid S : 1990)

2.6 Perubahan Konstitusi di NegaraIndonesiaDalam UUD 1945 menyediakan satu pasal yang berkenaan dengan cara perubahan UUD, yaitu pasal 37 yang menyebutkan:1. Untuk mengubah UUD sekurang-kuranngnya 2/3 daripada anggota MPR harus hadir;2. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah angggota yang hadir. Pasal 37 tersebut mengandung tiga norma, yaitu:1. Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai lembaga tertinggi negara;2. Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang dipenuhi sekurang-kurangnya adalah 2/3 dari sejumlah anggota MPR;3. Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.Jika dihadapkan pada klasifikasi yang disampaikan KC. Wheare, merupakan bentuk konstitusi bersifat tegar, karena selain tata cara perubahannya tergolong sulit, juga karena dibutuhkannya prosedur khusus. Menurut KC. Wheare, tingkat kesulitan perubahan-perubahan konstitusi memilki motif-motif tersendiri yaitu:1. Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak, tidak secara serampangan dan dengan sadar (dikehendaki);2. Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya sebelum perubahan dilakukan;3. Agar hak-hak perseorangan atau kelompok seperti kelompok minoritas agama atau kebudayaanya mendapat jaminan.Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, Konstitusi atau Undang-undang Dasar 1945 yang diberlakukan di Indonesia, telah mengalami perubahan-perubahan dan masa berlakunya di Indonesia, yakni dengan rincian sebagai berikut:a) Undang-undang dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949)b) Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus 1950)c) Undang-undang Dasar Semntara Rrepublik Indonesia 1950 (17 Agustus 1950-5Juli 1959)d) Undang-undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999)e) Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999-18 Agustus 2000)f) Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000-9 Nopember 2001)g) Undang-undang Dasar 1945 dan peereubahan I, II, dan III (9 Nopember 2001-10 Agustus 2002)h) Undang_undang Dasar 1945 dan perubahan I,II, III dan IV (10 Agustus 2002).(Analisa CSIS : 2002)

2.7 Sejarah Lahirnya Konstitusi Di IndonesiaSebagai Negara yang berdasarkan hukum, tentu saja Indonesia memiliki konstitusi yang dikenal dengan undang-undang dasar 1945. Eksistensi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi di Indonesia mengalami sejarah yang sangat panjang hingga akhirnya diterima sebagai landasan hukum bagi pelaksanaan ketatanegaraan di Indonesia.Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar 1945 dirancing sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juni 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa jepang dikenal dengan dokuritsu zyunbi tyoosakai yang beranggotakan 21 orang, diketuai Ir. Soekarno dan Drs. Moh, Hatta sebagai wakil ketua dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang wakil dari Jawa, 3 orang dari Sumatra dan masing-masing 1 wakil dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda kecil. Badan tersebut (BPUPKI) ditetapkan berdasarkan maklumat gunseikan nomor 23 bersamaan dengan ulang tahun Tenno Heika pada 29 April 1945.Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD45) bermula dari janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dikemudian hari. Janji tersebut antara lain berisi sejak dari dahulu, sebelum pecahnya peperangan asia timur raya, Dai Nippon sudah mulai berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan pemerintah hindia belanda. Tentara Dai Nippon serentak menggerakkan angkatan perangnya, baik di darat, laut, maupun udara, untuk mengakhiri kekuasaan penjajahan Belanda.Sejak saat itu Dai Nippon Teikoku memandang bangsa Indonesia sebagai saudara muda serta membimbing bangsa Indonesia dengan giat dan tulus ikhlas di semua bidang, sehingga diharapkan kelak bangsa Indonesia siap untuk berdiri sendiri sebagai bangsa Asia Timur Raya. Namun janji hanyalah janji, penjajah tetaplah penjajah yang selalu ingin lebih lama menindas dan menguras kekayaan bangsa Indonesia. Setelah Jepang dipukul mundur oleh sekutu, Jepang tak lagi ingat akan janjinya. Setelah menyerah tanpa syarat kepada sekutu, rakyat Indonesia lebih bebas dan leluasa untuk berbuat dan tidak bergantung pada Jepang sampai saat kemerdekaan tiba. Dengan terpilihnya presiden dan wakilnya atas dasar Undang-Undang Dasar 1945 itu, maka secara formal Indonesia sempurna sebagai sebuah Negara, sebab syarat yang lazim diperlukan oleh setiap Negara telah ada yaitu adanya:a. Rakyat, yaitu bangsa Indonesiab. Wilayah, yaitu tanah air Indonesia yang terbentang dari sabang hingga ke merauke yang terdiri dari 13.500 buah pulau besar dan kecil;c. Kedaulatan yaitu sejak mengucap proklamasi kemerdekaan Indonesia; Pemerintah yaitu sejak terpilihnya presiden dan wakilnya sebagai pucuk pimpinan pemerintahan Negara;(Thaib dahlan : 1994) 2.8 Klasifikasi KonstitusiKonstitusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :a) Konstitusi tertulis dan tidak tertulis Konstitusi tertulis merupakan suatu instrument atau dokumen yang dapat dijumpai pada sejumlah hokum dasar yang diadopsi atau dirancang oleh para penyusun konstitusi dengan tujuan untuk memberikan ruang lingkup seluas mungkin bagi proses undang-undang biasa untuk mengembangkan konstitusi itu sendiri dalam aturan-aturang yang sudah disiapkan. Konstitusi tidak tertulis dalam perumusannya tidak membutuhkan proses yang panjang misalnya dalam penentuan Qourum, Amandemen, Referendum dan konvensi.b) Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku Ciri-ciri konstitusi fleksibel yaitu1) Elastic2) Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama. Ciri-ciri konstitusi yang kaku1) Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dan peraturan undang-undang yang lain.2) Hanya dapat diubah dengan cara yang khusus, istimewa dan persyaratan yang berat.c) Konstitusi derajat tinggi dan komstitusi derajat tidak tinggi Konstitusi derajat tinggi ialah konstitusi yang mempunyai derajat kedudukan yang paling tinggi dalam Negara dan berada diatas peraturan perundang-undang yang lain. Konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan serta derajat.d) Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan Jika bentuk Negara itu serikat maka akan didapatkan system pembagian kekuasaan antara pemerintah Negara serikat dengan pemerintah Negara bagian. Dalam Negara kesatuan, pembagian kekuasaan tidak dijumpai karena seluruh kekuasaannya terpusat pada pemerintah pusat sebagaimana diatur dalam konstitusi.e) Konstitusi system pemerintahan presidensial dan konstitusi system pemerintahan parlementer. Konstitusi yang mengatur beberapa ciri-ciri system pemerintrahan presidensial dapat diklasifikasikan kedalam konstitusi system pemerintah presidensial begitu pula sebaliknya(Thaib, Dahlan,et.al : 2001)

2.9 Definisi Penyimpangan KonstitusiPenyimpangan konstitusi adalah suatu tindakan atau perbuatan seseorang yang bertentangan dengan isi / materi dari konstitusi yang berlaku disuatu negara. Penyimpangan konstitusi adalah suatu tindakan atau perbuatan seseorang yang bertentangan dengan isi / materi dari konstitusi yang berlaku disuatu negara. Menurut Paul B. Horton salah satu para ahli teori, penyimpangan yaitupenyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.Analisa terhadappenyimpangan konstitusi bahwa penyimpangan konstitusi suatu tindakan yang dilakukan seorang pejabat pemerintah, dimana tindakan itu bertentangan denganisi aturan UUD 1945 yang berlaku di negara Indonesia.Jadi disimpulkan bahwa penyimpangan konstitusi itu merupakan tindakan seseorang atau kelompok pemerintah yang bertentangan dengan konstitusi.(Horton, Paul B :1984)

BAB IIIPEMBAHASAN3.1 Bentuk Penyimpangan Terhadap UUD 1945Salah satu tujuan penyusunan konstitusi adalah membatasi kekuasaan negara.Dengan adanya konstitusi, penyelenggara negara diharapkan dapat menggunakan kekuasaannya secara bertanggung jawab.Hal itu setidaknya ditunjukkan melalui kesediaan para pemegang kekuasaan negara untuk menaati ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan alam konstitusi.Dalam kenyataannya, ada banyak penyimpangan dalam pelaksanaan konstitusi kita. Berikut akan dikemukakan sejumlah penyimpangan konstitusi yang terjadi :1) Masa awal kemerdekaan (18 Agustus 1945 s/d 27 Desember 1949)Beberapa penyimpangan UUD 1945 pada masa ini antara lain:a. Sistem pemerintahan dan kelembagaan yang ditentukan dalam UUD 1945 belum dapat dilaksanakan.b. MPR dan DPR belum dibentuk.c. Hanya diangkat anggota DPA Sementara.2) Masa Orde Lama (27 Desember1949 s/d 11 Maret 1966)Beberapa penyimpangan UUD 1945 pada masa ini antara lain:Pada masa Orde Lama lembaga-lembaga negara MPR, DPR, DPA dan BPK masih dalam bentuk sementara, belum berdasarkan undang-undang sebagaimana ditentukan oleh UUD 1945. Beberapa penyimpangan yang terjadi pada masa Orde Lama, antara lain:a. Presiden selaku pemegang kekuasaan eksekutif dan legislatif (bersama DPR) telah mengeluarkan ketentuan perundangan yang tidak ada dalam UUD 1945 dalam bentuk penetapan presiden tanpa persetujuan DPR.b. Melalui Ketetapan No. I/MPRS/1960, MPR menetapkan pidato presiden 17 Agustus 1959 berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita (Manifesto Politik Republik Indonesia) sebagai GBHN bersifat tetap. Hal ini tidak sesuai dengan UUD 1945.c. MPRS mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden seumur hidup. Hal ini bertentangan dengan UUD 1945, karena DPR menolak APBN yang diajukan oleh presiden. Kemudian presiden membentuk DPR-Gotong Royong (DPR-GR), yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.d. Presiden membubarkan DPR hasil pemilu 1955, karena DPR menolak APBN yang diajukan oleh presiden. Kemudian presiden membentuk DPR-Gotong Royong (DPR-GR), yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh presiden.e. Pimpinan lembaga-lembaga negara dijadikan menteri-menteri negara, termasuk pimpinan MPR kedudukannya sederajat dengan menteri. Sedangkan presiden menjadi anggota DPA.f. Demokrasi yang berkembang adalah demokrasi terpimpin.g. Berubahnya arah politik luar negeri dari bebas dan aktif menjadi politik yang memihak salah satu blok.Beberapa penyimpangan tersebut mengakibatkan tidak berjalannya sistem sebagaimana UUD 1945, memburuknya keadaan politik, keamanan dan ekonomi sehingga mencapai puncaknya pada pemberontakan G-30-S/PKI.Pemberontakan ini dapat digagalkan oleh kekuatan-kekuatan yang melahirkan pemerintahan Orde Baru.3) Masa Orde Baru (11 Maret 1966 s/d 21 Mei 1998)Beberapa penyimpangan UUD 1945 pada masa ini antara lain:Orde Baru sebagai pemerintahan yang berniat mengoreksi penyelewenangan di masa Orde Lama dengan menumbuhkan kekuatan bangsa, stabilitas nasional dan proses pembangunan, bertekad melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Bentuk koreksi terhadap Orde Lama, yaitu melalui:a. Sidang MPRS yang menghasilkan:1. Pengukuhan Supersemar melalui Tap. No. IX/MPRS/1966. (Lahirnya Supersemar dianggap sebagai lahirnya pemerintahan Orde Baru).2. Penegasan kembali landasan Kebijakan Politik Luar Negeri Republik Indonesia (TAP No. XII/MPRS/1966).3. Pembaharuan Kebijakan Landasan Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan (TAP No. XXIII/MPRS/1966).4. Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya (TAP No. XXV/MPRS/1966).5. Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno (TAP No. XXXIII/MPRS/1966).6. Pengangkatan Soeharto sebagai Presiden sampai dengan terpilihnya Presiden oleh MPR hasil pemilihan umum (TAP No. XLIV/MPRS/1968).b. Pembentukan undang-undang oleh Pemerintah bersama DPR terdiri dari:1. UU No. 3 Tahun 1967 tentang DPA yang diubah dengan UU No. 4 Tahun 1978.2. UU No. 15 Tahun 1969 tentang Pemilu.3. UU No. 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.4. UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, dan UU No. 14 Tahun 1985 tentang MA.5. UU No. 5 Tahun 1973 tentang Susunan dan Kedudukan BPK.c. Pembahasan rancangan undang-undang tentang pemilu yang memutuskan 12 persetujuan, yaitu:1. Jumlah anggota DPR tidak boleh dibesar-besarkan.2. Ada perimbangan antara wakil dari Pulau Jawa dan luar Jawa.3. Diperhatikannya faktor jumlah penduduk.4. Ada anggota yang diangkat dan yang dipilih.5. Setiap kabupaten dijamin satu wakil.6. Persyaratan tempat tinggal calon harus dihapuskan.7. Yang diangkat adalah wakil dari ABRI dan sebagian sipil.8. Jumlah anggota MPR yang diangkat sepertiga dari seluruh anggota MPR.9. Jumlah anggota DPR adalah 460 terdiri dari 360 yang dipilih dan 100 yang diangkat.10. Sistem pemilu adalah perwakilan berimbang sederhana.11. Sistem pencalonan adalah stelsel daftar.12. Daerah pemilihan adalah Daerah Tingkat I.Di samping koreksi tersebut pemerintahan Orde Baru telah melakukan berbagai penyimpangan, antara lain:a. Dalam praktek pemilihan umum, terjadi pelanggaran misalnya:1. Terpengaruhnya pilihan rakyat oleh campur tangan birokrasi.2. Panitia pemilu tidak independen.3. Kompetisi antarkontestan tidak leluasa.4. Penghitungan suara tidak jujur.5. Kampanye terhambat oleh aparat keamanan/perizinan.6. TPS dibuat di kantor-kantor.7. Pemungutan suara dilaksanakan pada hari kerja.8. Pemilih pendukung Golkar diberi formulir A-B, 5 sampai 10 lembar seorang.b. Di bidang politik, antara lain:1. Ditetapkannya calon resmi partai politik dan Golkar dari keluarga presiden atau yang terlibat dengan bisnis keluarga presiden, dan calon anggota DPR/MPR yang monoloyalitas terhadap presiden (lahirnya budaya paternalisti /kebapakan dan feodal gaya baru).2. Tidak berfungsinya kontrol dari lembaga kenegaraan politik dan sosial, karena didominasi kekuasaan presiden/eksekutif yang tertutup sehingga memicu budaya korupsi kolusi dan nepotisme.3. Golkar secara terbuka melakukan kegiatan politik sampai ke desa-desa, sedangkan parpol hanya sampai kabupaten.4. Ormas hanya diperbolehkan berafiliasi kepada Golkar.5. Berlakunya demokrasi terpimpin konstitusional (Eep Saefulloh Fatah, 1997: 26).c. Di bidang hukum, antara lain:1. Belum memadainya perundang-undangan tentang batasan kekuasaan presiden dan adanya banyak penafsiran terhadap pasal-pasal UUD 1945.2. Tidak tegaknya supremasi hukum karena penegak hukum tidak konsisten, adanya mafia peradilan, dan banyaknya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme. Hal ini tidak menjamin rasa adil, pengayoman dan kepastian hukum bagi masyarakat.3. Ada penyimpangan sekurang-kurangnya 79 Kepres (1993-1998) yang dijadikan alat kekuasaan sehingga penyelewengan terlindungi secara legal dan berlangsung lama (hasil kajian hukum masyarakat transparansi Indonesia).d. Di bidang ekonomi, antara lain:1. Perekonomian nasional sebagaimana diamanatkan pasal 33 UUD 1945 tidak terpenuhi, karena munculnya pola monopoli terpuruk dan tidak bersaing. Akses ekonomi kerakyatan sangat minim.2. Keberhasilan pembangunan yang tidak merata menimbulkan kesenjangan antara yang kaya dan miskin serta merebaknya KKN.3. Bercampurnya institusi negara dan swasta, misalnya bercampurnya jabatan publik, perusahaan serta yayasan sehingga pemegang kekuasaan dan keuntungan menjadi pemenang serta mengambil keuntungan secara tidak adil. Sebagai contoh kasus-kasus Kepres Mobil Nasional, Institusi Bulog, subordinasi Bank Indonesia, dan proteksi Chandra Asri.4. Adanya korporatisme yang bersifat sentralis, ditandai oleh urbanisasi besar-besaran dari desa ke kota atau dari daerah ke pusat. Korporatisme ialah sistem kenegaraan dimana pemerintah dan swasta saling berhubungan secara tertutup satu sama lain, yang ciri-cirinya antara lain keuntungan ekonomi hanya dinikmati oleh segelintir pelaku ekonomi yang dekat dengan kekuasaan, dan adanya kolusi antara kelompok kepentingan ekonomi serta kelompok kepentingan politik.5. Perkembangan utang luar negeri dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Menurut Dikdik J. Rachbini (2001:17-22) pada tahun 1980- 1999 mencapai 129 miliar dolar AS, yang berarti aliran modal ke luar negeri pada masa ini mencapai angka lebih dari seribu triliun. Sementara kebijakan utang luar negeri tercemar oleh kelompok pemburu keuntungan yang berkolusi dengan pemegang kekuasaan. Kebijakan pemerintah dianggap benar, sedangkan kritik dan partisipasi masyarakat lemah. Kombinasi utang luar negeri pemerintah dengan swasta (yang memiliki utang luar negeri berlebihan) menambah berat beban perekonomian negara kita.6. Tahun 1997 Indonesia dilanda krisis ekonomi yang ditandai naiknya harga kebutuhan pokok dan menurunnya daya beli masyarakat. Krisis ini melahirkan krisis politik, yaitu ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintahan Soeharto. Krisis ekonomi yang berkepanjangan, besarnya utang yang harus dipikul oleh negara, meningkatnya pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan sosial, menumbuhkan krisis di berbagai bidang kehidupan. Hal ini mendorong timbulnya gerakan masyarakat terhadap pemerintah, yang dipelopori oleh para mahasiswa dan dosen. Demonstrasi besar-besaran pada tanggal 20 Mei 1998 merupakan puncak keruntuhan Orde Baru, yang diakhiri dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden Soeharto kepada B.J. Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.4) Masa setelah perubahanPada Era Global atau Era Reformasi (21 Mei 1998 s/d sekarang)Berbagai penyimpangan telah terjadi selama era Reformasi, antara lain:a. Belum terlaksananya kebijakan pemerintahan Habibie karena pembuatan perudang-undangan menunjukkan secara tergesa-gesa, sekalipun perekonomian menunjukkan perbaikan dibandingkan saat jatuhnya Presiden Soeharto.b. Kasus pembubaran Departemen Sosial dan Departemen Penerangan pada masa pemerintahan Abdurachman Wahid, menciptakan persoalan baru bagi rakyat banyak karena tidak dipikirkan penggantinya.c. Ada perseteruan antara DPR dan Presiden Abdurachman Wahid yang berlanjut dengan Memorandum I dan II berkaitan dengan kasus Brunei Gate dan Bulog Gate, kemudian MPR memberhentikan presiden karena dianggap melanggar haluan negara.d. Baik pada masa pemerintahan Abdurachman Wahid maupun Megawati, belum terselesaikan masalah konflik Aceh, Maluku, Papua, Kalimantan Tengah dan ancaman disintegrasi lainnya.e. Belum maksimalnya penyelesaian masalah pemberantasan KKN, kasus-kasus pelanggaran HAM, terorisme, reformasi birokrasi, pengangguran, pemulihan investasi, kredibilitas aparatur negara, utang domestik, kesehatan dan pendidikan serta kerukunan beragama.

3.2 Dampak Dari Penyimpangan Terhadap UUD 1945Salah satu dampak dari penyimpangan terhadap UUD 1945 adalah mengakibatkan terjadinya perubahan (amandemen ) terhadap UUD 1945:1. UUD 1945 bersifat sementaraSifat kesementaraan UUD 1945 ini sebetulnya telah disadari sepenuhnya oleh para perumus UUD 1945. Mereka berpacu dengan momentum kekalahan bala tentara jepang dalam perang pasifik .oleh karena itu UUD sementara harus segera diselesaikan dengan harapan bisa dijadikan landasan sementara bagi Negara yang hendak didirikan. Para pemimpin kita tidak mau berlama-lama membuat undang-undang dasar karena harus mengutamakan kemerdekaan bangsa.Kesadaran itu juga disadari sepenuhnya oleh Ir.soekaro yang terpilih sebagai presiden pertama Indonesia. Ketua panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) ini ketika membuka siding pertama PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, mengatakan bahwa UUD 1945 dibuat secara kilat .2. Pasal-Pasal UUD 1945 terlalu luwesSebagai sebuah konstitusi , UUD 1945 selain sederhana juga hanya berisi pokok-pokok. Harapannya segera ditindaklanjuti dengan Undang-Undang.Namun, hal ini justru menetapkan UUD 1945 sebagai sesuatu yang luwes dan multitafsir.UUD 1945 dapat dengan mudah diinterpretasikan oleh siapapun termasuk penguasa. Oleh karena itu, kepentingan pribadi atau golongan bisa dengan mudah menyelinap dalam praktik pemerintahan dan ketatanegaraan kita.misalnya pada pasal 7 UUD 1945 disebutkan, presiden dan wakil presiden memegang jabatannya selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali.3. UUD 1945 memberi kekuasaan yang besar kepada presidenUUD 1945 jelas-jelas memberi kekuasaan terlau besar kepada presiden.Setidaknya 12 pasal dari 37 pasal UUD 1945 (pasal 4 sampai pasal 15)memberikan hak kepada presiden tanpa adanya pertimbangan.Persiden mempunyai hak prerogative dan legislative sekaligus.Dampak dari pelimpahan kekuasaan itu adalah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, munculnya kekuasaan otoriter, korup dan menindas rakyat, serta menciptakan penyelenggaraan Negara yang buruk.Hal itu bisa kita selama kepemimpinan presiden Ir.soekarno dan soeharto.Prinsip kedaulatan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh MPR(pasal 1 UUD 1945), pun membukan praktik penyimpangan. Hal itu di perparah dengan pengangkatan anggota MPR utusan daerah dan golongan oleh presiden berdasar Undang-Undang. Presiden mempunyai keleluasaan memilih anggota MPR yang sesuai dengan kepentingannya .

3.3 Reaksi Ormas Terhadap Penyimpangan UUD 1945Dalam sistem politik demokratis seperti sekarang ini,penyelenggaraan negara serta pemerintahan dipegang oleh organisasi politik atau partai politik, baik yang duduk di lembaga legislatif maupun eksekutif.Semua aspirasi politik disalurkan melalui organisasi politik yang ada. Sementara organisasi kemasyarakatan memfokuskan diri pada pengembangan dan peningkatan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat.Tetapi dalam kenyataannya banyak kalangan rakyat yang menyampaikan berbagai aspirasinya,terutama mengenai kesejahteraan dan keamanan mereka kepada Ormas.Padahal semestinya aspirasi tersebut disampaikan kepada partai politik atau wakil mereka yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pengaduan dan aspirasi yang diamanatkan ke Ormas semakin banyak, sehingga tidak mungkin Ormas menghindar atau berdiam diri.Di sisi lain Ormas melihat kondisi kehidupan bermasyarakat dan bernegara banyak mengalami kemerosotan. Sebagai salah satu bagian dari bangsa ini dan sebagai rasa tanggung jawab untuk ikut mengamankan negara, maka Ormas mulai melakukan kajian serius terhadap berbagai kondisi yang dialami bangsa ini.Dalam kajian tersebut ditemukan ada tiga persoalan mendasar yang dihadapi bangsa ini, yaitu semakin tidak jelasnya sistem politik ketatanegaraaan kita, semakin tidak terarahnya kebijakan ekonomi nasional dan semakin hilangnya orientasi kebudayaan nasional. Hal itu terjadi tidak lain karena bangsa ini telah terlalu jauh meninggalkan cita-cita pendiri bangsa ini. Oleh karna itu Ormas sering memberikan pendapat mereka ke pemerintah agar dapat menjadikan bangsa ini maju dan terhindar dari penyimpangan terhadap konstitusi negara ini.3.4 Upaya Pemerintah Dalam Menanggulangi Penyimpangan UUD 1945Dalam menanggulangi penyimpangan terhadap UUD 1945,pemerintah melakukan amandemen atau perubahan terhadap UUD 45. Dengan maksud untuk menyempurnakan atau menselerasikan terhadap kondisi negara kita.Dan hal tentang perubahan pernah dijelaskan oleh Bung Karno pada tanggal 18 agustus 1945. Adapun tujuan dari perubahan UUD 1945 adalah sebagai berikut:1. Meletakkan dasar bagi perwujudan Indonesia Baru yang berdiri tegak di atas keseimbangan nilai-nilai moral /agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.2. Mewujudkan sebuah kemakmuran yang berkeadilan bagi bangsa Indonesia dengan berdasar pada kesederajatan dan persamaan di bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, dan budaya.3. Menciptakan sebuah Indonesia baru yang demokratis dan Indonesia yang menghargai serta mengakui hak azasi manusia bagi warganya.4. Mewujudkan aturan main kehidupan bernegara yang lebih baik dengan penekanan pada:a. Pembagian kekuasaan (distibution of power) yang lebih tegas di antara lembaga-lembaga negara yang ada serta menghilangkan adanya executive heavy seperti yang terdapat pada UUD terdahulu.b. Pemberian atribusi kewenangan yang jelas pada lembaga tertinggi dan lembaga tinggi negara.c. Memberikan kepastian hukum dan perlindungan yang jelas terhadap hak asasi manusia.d. Menghindari adanya interpretasi ganda dalam pasal-pasal UUD

3.5 Contoh Kasus Penyimpangan KonstitusiDalam perkembangannya, pelanggaran konstitusi masih berlanjut. Antara lain, pertama, berdasarkan Pasal 28E kebebasan beragama adalah hak konstitusional warga, ketika hak tersebut dilanggar, negara sepertinya melakukan pembiaran. Tindak kekerasan terhadap kelompok-kelompok minoritas, seperti Ahmadiyah, Syiah, GKI Yasmin Bogor, Gereja HKBP Bekasi, dan lain-lain, masih terjadi. Seyogianya Presiden RI tegas memerintahkan aparatnya menegakkan konstitusi.Kedua, penyimpangan terhadap sistem perekonomian nasional masih berlanjut. Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 mengamanatkan, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Maksud para pendiri NKRI, perekonomian Indonesia harus berorientasi kesejahteraan sosial. Namun, dalam pelaksanaannya, pada era Orde Baru, dunia usaha nasional justru didominasi berdasarkan asas Keluarga Cendana.Penyimpangan itu berakibat MPR, lewat Ketetapan Nomor XI/1998, mengamanatkan bahwa upaya pemberantasan kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN) harus dilakukan terhadap mantan presiden Soeharto, keluarga, dan kroni-kroninya. PBB dan Bank Dunia pun dalam laporannya, "Stolen Asset Recovery (StAR) Initiative", mengemukakan, mantan Presiden (saat itu) Soeharto tercatat diduga mencuri kekayaan negara hingga US$ 30 miliar (Republika, 19 September 2007). Tidak diketahui kenapa empat presiden di era reformasi gagal menindaklanjuti perintah MPR 1998 itu.Perekonomian disusun berdasarkan asas kekeluargaan pejabat masih terus berlanjut. Penelusuran terhadap praktek-praktek korupsi oleh sedemikian banyak anggota DPR dan kepala daerah jelas melanggar Pasal 33 ayat (1) konstitusi. Di era Orde Baru dikenal gurita bisnis Keluarga Cendana. Minggu-minggu terakhir ini media massa nasional sarat dengan berita tentang gurita keluarga Ratu Atut yang menguasai bisnis dan pemerintahan daerah Provinsi Banten. Ratu Atut Chosiyah menjadi Gubernur Banten. Adiknya, Tubagus, Wali Kota Serang. Adik iparnya, Airin, Wali Kota Tangerang Selatan. Ibu tirinya, Heriyani, Wakil Bupati Pandeglang. Dan adiknya, Ratu Tatu, Wakil Bupati Kabupaten Serang.Berdasarkan penelusuran Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Masyarakat Transparansi Anggaran (Mata) Banten, Gubernur Atut beserta kerabatnya dari 2011 hingga 2013 menguasai 175 proyek di Provinsi Banten dengan total nilai Rp 1 triliun lebih.Ketiga, penyelenggara negara tidak mematuhi fungsi konstitusionalnya. Menurut Transparency International Indonesia, Indonesia adalah satu di antara puluhan negara terkorup di dunia. Tiga institusi terkorup di Indonesia adalah polisi, parlemen, dan parpol. Menurut Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja (16 September 2013), DPR merupakan lembaga terkorup kedua setelah kepolisian. Dari data KPK 2004-2013, 65 anggota Dewan masuk bui karena korupsi. Menurut data Kementerian Dalam Negeri, dari 2004 hingga 2009 tercatat 291 kepala daerah/wakil kepala daerah terjerat korupsi.Kemudian terjadi ledakan informasi. Ketua Mahkamah Konstitusi AM ditangkap KPK di rumahnya (2 Oktober 2013). Dalam operasi itu, KPK menyita sejumlah uang asing setara dengan Rp 2 miliar lebih. Dengan dugaan fakta-fakta tersebut di atas, tidakkah dapat disebut bahwa legislatif telah tidak mematuhi fungsi pengawasannya, justru mentransaksionalkannya? Eksekutif melupakan fungsinya untuk melayani kepentingan rakyat banyak. Yudikatif melupakan fungsinya sebagai benteng terakhir keadilan.Ketika pemimpin tidak bertradisi mematuhi konstitusi, apa harapan 240 juta rakyat pada Pemilu 2014? Mungkinkah pemilu tersebut dapat menghasilkan legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang mampu melakukan perubahan menuju clean and good governance? Menurut saya, jawabannya tidak. Sebab, mereka sedang menikmati hasil penyimpangan konstitusi.Karena itu, pers nasional, terlebih yang loyalitas utamanya hanya pada kepentingan rakyat banyak, kini terpanggil mempengaruhi rakyat pemilik kedaulatan agar hanya memilih pemimpin-pemimpin yang berkomitmen pada hak-hak konstitusional rakyat: dilindungi, dimajukan, dan disejahterakan.

BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanUUD 1945 telah beberapa kali mengalami periode keberlakuannya.UUD 1945 dalam kurun pertama tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena situasi politik yang tidak stabil.Dalam kurun waktu itu juga di bentuk anggota DPA sementara.Pada 5 Juli 1959, Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden yang menyatakanbahwa UUD 1945 berlaku lagi bagi seluruh bangsa Indonesia setelahsebelumnyaberlaku UUDS 1950.Pada masa orde Lama (1950-1965) ditemukan banyak terjadi penyelewengan terhadap UUD 1945. Penyelewengan serius terhadap UUD 1945 pada masa Orde Lama terjadi dengan memusatnya kekuasaan secara mutlak pada satu tangan, yaitu Kepala Negara. Presiden tidak lagi tunduk kepada MPR, bahkans ebaliknya MPR yang ditundukkan di bawah Presiden.Pada masa Orde Baru, pelaksanaan terhadap UUD 1945 dan Pancasila dilakukan secara murni dan konsekuen. Selainitu, masa Orde Baru juga telah berhasil menyalurkan aspirasi rakyat dalam mengadakan koreksi terhadap penyimpangan padamasa Orde Lama. Dalam kurun waktu 1998 hingga masa Reformasi dilakukan kajian ilmiah terhadap UUD45 yang akhirnya menuntut dilakukannya amandemen dengan tujuan penyempurnaan UUD 1945.

4.2 SaranDengan ditulisnya makalah yang menjelaskan tentang Penyimpangan terhadap pasal-pasal UUD 1945, semoga kita semua bisa benar-benar memahami tentang bagaimana konstitusi yang pernah berlaku di negeri ini. Sehingga, kita paha m terhadap kondisi negara kita. Jika negara kita terdapat penyimpangan terhadap konstitusinya, maka harus ditindak lanjuti oleh pihak yang berkenaan dengan penyimpangan. Dengandemikian, negeri ini akan maju dan penuh dengan keadilan, kemakmuran, aman dari kekacauan dan kesejahteraan rakyat punakan tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairul. 1999. Konstitusi dan kelembagaan Negara. Jakarta: CV. Novindo Pustaka Mandiri.Attamimi, A.Hamid S. 1990.Hukum tentang peraturan per Undang-Undangan dan peraturan kebijakan (hukum tata Negara). Jakarta: Universitas Indonesia.Budiardjo, Miriam. 2010.Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi),Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt.1984. Sociology, edisikelapan. Jakarta :Grafindo.Huda, Nimatul. 2012.Ilmu Negara, Jakarta: PT Raja grafindo Persada.K. C Wheare. 2003.Konstitusi- Konstitusi Modern. Surabaya: PustakaEureka.Michigan McGraw-Hill. 2000.Terjemahannya dalam bahasa Indonesia.Paul B. Horton dan Chester L. Hunt.1993. Sosiologi. TerjemahanAminuddin Ram danTitaSobari. Jakarta: Penerbit Erlangga.Thaib, Dahlan,et.al. 2001.Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet.ke-2.Winarno. 2008.Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta: Bumi Aksara.Wirjono, Prodjodikoro. 1983.Azas- AzasHukum Tata negara di Indonesia.Jakarta: Dian Rakjat,11.