isi jadi makalah musco[1]
DESCRIPTION
muskuloTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera pada satu bagian system musculoskeletal biasanya menyebabkan
cedera atau disfungsi struktur disekitarnya dan struktur yang dilindungi atau
disangganya. Bila tulang patah, otot tak bisa berfungsi, bila saraf tak dapat
menghantarkan implus ke otot seperti pada paralisis, tulang tak dapat
bergerak, bila permukaan sendi tak dapat berartikulasi dengan normal, baik
tulang maupun otot tak dapat berfungsi dengan baik. Jadi, meskipun fraktur
secara primer hanya mengenai tulang, namun juga mengakibatkan cedera
pada otot, pembuluh darah dan saraf di sekitar daerah fraktur.
Penanganan cedera system musculoskeletal meliputi pemberian
dukungan pada bagian yang cedera samapai penyembuhan selesai. Dukungan
dapat di peroleh secara eksternal dengan pemberian balutan, plester, bidai,
atau gips. Selain itu, dukungan dapat langsung dipasang ke tulang dalam
bentuk pin atau plat. Kadang, traksi harus diberikan untuk mengoreksi
deformitas atau pemendekkan.
Setelah efek cedera segera dan nyeri telah hilang, usaha penanganan di
fokuskan pada pencegahan fibrosis dan kekauan pada struktur tulang dan
sendi yang cedera. Latihan yang baik dapat melindungi terhadap terjadinya
kecacatan tersebut. Pada beberapa keadaan, dukungan yang diberikan
memungkinkan aktivitas awal. Proses penyembuhan dan pengembalian fungsi
dapat dipercepat dengan berbagai bentuk terapi fisik.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana anatomi fisiologi dari system musculoskeletal ?
2. Apa definisi dari cedera musculoskeletal ?
3. Apa saja macam-macam cedera musculoskeletal ?
4. Apa definisi kontusio, sprain, strain dan dislokasi sendi ?
1
5. Apa etiologi kontusio, sprain, strain dan dislokasi sendi ?
6. Apa tanda dan gejala kontusio, sprain, strain dan dislokasi sendi ?
7. Bagaimana patofisiologi kontusio, sprain, strain dan dislokasi sendi ?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis dari kontusio, sprain, strain dan
dislokasi sendi ?
9. Bagaimana Web of Caution (WOC) dari cedera muskuloskelatal ?
10. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari cedera musculoskeletal ?
11. Bagaimana asuhan keperawatan cedera musculoskeletal ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi dari system musculoskeletal.
2. Untuk mengetahui definisi dari cedera musculoskeletal.
3. Untuk mengetahui macam-macam cedera musculoskeletal.
4. Untuk mengetahui definisi kontusio, sprain, strain dan dislokasi sendi.
5. Untuk mengetahui etiologi kontusio, sprain, strain dan dislokasi sendi.
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala kontusio, sprain, strain dan
dislokasi sendi.
7. Untuk mengetahui patofisiologi kontusio, sprain, strain dan dislokasi
sendi.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari kontusio, sprain, strain
dan dislokasi sendi ?
9. Untuk mengetahui Web of Caution (WOC) dari cedera
muskuloskelatal.
10. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari cedera
musculoskeletal.
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan cedera musculoskeletal.
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Muskuloskeletal terdiri dari kata : ( Muskulo : otot, Skeletal : tulang ).
Muskulo atau muskular adalah jaringan otot-otot tubuh (ilmu = Myologi).
Skeletal atau osteo adalah tulang kerangka tubuh (ilmu = Osteologi ).
1. Sistem Muskuloskeletal
a. Otot (muscle)
b. Tulang (skeletal)
c. Sendi
d. Tendon : jaringan ikat yang menghubungkan otot dan tulang .
e. Ligamen : jaringan ikat yang mempertemukan kedua ujung tulang
f. Bursae : kantong kecil dari jaringan ikat, antara tulang dan kulit,
antara tulang dan tendon atau diantara otot .
g. Fascia : jaringan penyambung longgar di bawah kulit atau
pembungkus otot, saraf dan pembuluh darah.
2. Sistem Skeletal
Sistem skeletal dibentuk oleh 206 buah tulang, yang terbagi dalam 2
bagian besar :
Axial dan appendicular
a. Axial skeletal: Tulang kepala, tengkorak otak 8 buah, tengkorak
wajah 14 buah ,tulang telinga 6 buah , tulang Hyoid (Tulang lidah di
pangkal leher) 1 buah , tulang belakang dan pinggul 26 buah,
kerangka dada 25 buah.
b. Appendicular skeletal/ rangka pendukung gerak:
a) Ekstremitas atas, tulang yang membentuk anggota gerak atas =
64 buah .
b) Ekstremitas bawah, tulang yang membentuk anggota gerak
bawah = 62 buah.
3
3. Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Fungsi tulang secara umum:
1. Formasi kerangka (penentu bentuk dan ukuran tubuh).
2. Formasi sendi (penggerak).
3. Perlengketan otot .
4. Pengungkit.
5. Menyokong berat badan .
6. Proteksi (membentuk rongga melindungi organ yang halus dan
lunak, seperti otak, jantung dan paru) .
7. Haemopoesis (pembentukan sel darah (red marrow) .
8. Fungsi Imunologi: RES sumsum tulang membentuk limfosit B dan
makrofag.
9. Penyimpanan Mineral (kalsium & fosfat) dan lipid (yellow marrow)
Fungsi tulang secara khusus:
1. Sinus-sinus paranasalis: menimbulkan nada pada suara.
2. Email gigi: memotong, menggigit dan menggilas makanan.
3. Tulang kecil telinga: mengkonduksi gelombang suara.
4. Panggul wanita: memudahkan proses partus.
Fungsi otot adalah Sebagai alat gerak aktif, menyimpan cadangan
makanan, memberi bentuk luar tubuh.
B. Definisi Cedera Muskuloskeletal
Cedera musculoskeletal adalah suatu cedera yang dapat mencederai fisik
maupun psikis. Cedera jaringan lunak musculoskeletal dapat berupa vulnus
(luka), perdarahan, memar (kontusio), regangan atau robekan parsial
(sparain), putus atau robekan (avulsi atau rupture), gangguan pembuluh darah
dan gangguan saraf.
Cedera pada tulang menimbulkan patah tulang (fraktur) dan dislokasi.
Fraktur juga dapat terjadi di ujung tulang dan sendi (intra-artikuler)yang
sekaligue menimbulkan dislokasi sendi. Fraktur ini juga disebut fraktur
dislokasi.
4
Macam-macam cedera musculoskeletal yaitu :
a. Kontusio
b. Sprain
c. Strain
d. Dislokasi
e. Fraktur
1. Kontusio
a. Definisi
Kontusio merupakan suatu istilah yang digunakan untuk cedera
pada jaringan lunak yang diakibatkan oleh kekerasan atau trauma
tumpul yang langsung mengenai jaringan, seperti pukulan,
tendangan, atau jatuh (Arif Muttaqin,2008: 69). Kontusio adalah
cedera jaringan lunak, akibat kekerasan tumpul misalnya : pukulan,
tendangan atau jatuh (Brunner & Suddart,2001: 2355).
b. Etiologi
Etiologi dari kontusio adalah benturan benda keras, pukulan,
tendangan atau jatuh.
c. Tanda dan Gejala
a) Perdarahan pada daerah injury (ecchymosis) karena rupture
pembuluh darah kecil, juga berhubungan dengan fraktur.
b) Nyeri, bengkak dan perubahan warna.
c) Hiperkalemia mungkin terjadi pada kerusakan jaringan yang
luas dan kehilangan darah yang banyak (Brunner &
Suddart,2001: 2355).
5
d. Patofisiologi
Kontusio terjadi akibat perdarahan di dalam jaringan kulit, tanpa
ada kerusakan kulit. Kontusio dapat juga terjadi di mana pembuluh
darah lebih rentan rusak dibanding orang lain. Saat pembuluh darah
pecah maka darah akan keluar dari pembuluhnya ke jaringan,
kemudian menggumpal, menjadi Kontusio atau biru. Kontusio
memang dapat terjadi jika sedang stres, atau terlalu lelah. Faktor usia
juga bisa membuat darah mudah menggumpal. Semakin tua, fungsi
pembuluh darah ikut menurun (Hartono Satmoko, 1993: 192).
Endapan sel darah pada jaringan kemudian mengalami
fagositosis dan di daur ulang oleh makrofaga.
Warna biru atau ungu yang terdapat pada kontusio merupakan
hasil reaksi konversi dari hemoglobin menjadi bilirubin. Lebih lanjut
bilirubin akan dikonversi menjadi hemosiderin yang berwarna
kecoklatan. Tubuh harus mempertahankan agar darah tetap
berbentuk cairan dan tetap mengalir dalam sirkulasi darah. Hal
tersebut dipengaruhi oleh kondisi pembuluh darah, jumlah dan
kondisi sel darah trombosit, serta mekanisme pembekuan darah yang
harus baik. Pada purpura simplex, penggumpalan darah atau
pendarahan akan terjadi bila fungsi salah satu atau lebih dari ketiga
hal tersebut terganggu (Hartono Satmoko, 1993: 192).
e. Penatalaksanaan Medis
a. Mengurangi/menghilangkan rasa tidak nyaman :
a) Tinggikan daerah injury.
b) Berikan kompres dingin selama 24 jam pertama (20-30
menit setiap pemberian) untuk vasokonstriksi, menurunkan
edema, dan menurunkan rasa tidak nyaman.
c) Berikan kompres hangat disekitar area injury setelah 24 jam
pertama (20-30 menit) 4 kali sehari untuk melancarkan
sirkulasi dan absorpsi.
d) Lakukan pembalutan untuk mengontrol perdarahan dan
bengkak.
6
e) Kaji status neurovaskuler pada daerah extremitas setiap 4
jam bila ada indikasi (Brunner & Suddart,2001: 2355).
Menurut Wahid 2013, penatalaksanaan pada cedera
kontusio adalah sebagai berikut:
a. Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan
pendarahan kapiler.
b. Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan
mempercepat pemulihan jaringan-jaringan lunak yang
rusak.
c. Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan.
2. Sprain
a. Definisi
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi akibat
gerakan menjepit atau memutar. Sprain adalah bentuk cidera berupa
penguluran atau kerobekan pada ligament (jaringan yang
menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang
memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament
atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi.
Fungsi ligamen adalah menjaga stabilitas, namun masih mampu
melakukan mobilitas. Ligamen yang sobek akan kehilangan
kemampuan stabilitasnya. Pembuluh darah akan terputus dan
terjadilah edema, yaitu sendi terasa nyeri tekan dan gerakan sendi
terasa sangat nyeri (Brunner & Suddart,2001: 2355).
7
b. Etiologi
a) Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi
yang normal, seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki.
b) Sprain dapat terjadi di saat persendian anda terpaksa bergeser
dari posisi normalnya karena anda terjatuh, terpukul atau
terkilir.
c. Tanda dan gejala
a) Sama dengan strain (kram) tetapi lebih parah.
b) Edema, perdarahan dan perubahan warna yang lebih nyata.
c) Ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.
d) Tidak dapat menyangga beban, nyeri lebih hebat dan konstan.
d. Patofisiologi
Kekoyakan ( avulsion ) seluruh atau sebagian dari dan
disekeliling sendi, yang disebabkan oleh daya yang tidak semestinya,
pemelintiran atau mendorong atau mendesak pada saat berolah raga
atau aktivitas kerja. Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan
tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki. Pada trauma olah raga
(sepak bola) sering terjadi robekan ligament pada sendi lutut. Sendi-
sendi lain juga dapat terkilir jika diterapkan daya tekanan atau
tarikan yang tidak semestinya tanpa diselingi peredaan (Brunner &
Suddart,2001: 2357).
8
e. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan
Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya;
pengurangan-pengurangan perbaikan terbuka terhadap jaringan
yang terkoyak.
b. Kemotherapi
Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk
meredakan nyeri dan peradangan. Kadang diperlukan Narkotik
(codeine 30-60 mg peroral setiap 4 jam) untuk nyeri hebat.
c. Elektromekanis.
a) Penerapan dingin dengan kantong es 24 0C.
b) Pembalutan / wrapping eksternal. Dengan pembalutan, cast
atau pengendongan (sung).
c) Posisi ditinggikan jika yang sakit adalah bagian ekstremitas.
d) Latihan ROM. Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi
nyeri hebat dan perdarahan. Latihan pelan-pelan dimulai
setelah 7-10 hari tergantung jaringan yang sakit.
e) Penyangga beban. Menghentikan penyangga beban dengan
penggunaan kruk selama 7 hari atau lebih tergantung
jaringan yang sakit.
3. Strain
a. Definisi
Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendon
karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan.
Strain adalah bentuk cedera berupa penguluran atau kerobekan pada
struktur muskulo tendinous. (Wahid, 2013). Strain merupakan
9
tarikan otot akibat penggunaan dan peregangan yang berlebihan atau
stres lokal yang berlebihan (Arif Muttaqin, 2008: 69).
Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan
pada struktur muskulo-tendinous (otot dan tendon). Strain akut pada
struktur muskulo-tendinous terjadi pada persambungan antara otot
dan tendon. Strain adalah “tarikan otot” akibat penggunaan
berlabihan, peregangan berlebihan atau stres yang berlebihan. Strain
adalah robekan mikroskopis tidak komplet dengan perdarahan
kedalam jaringan (Brunner & Suddart, 2001: 2355 ).
b. Etiologi
a) Strains terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara
mendadak seperti pada pelari atau pelompat.
b) Adanya pergerakan yang terlalu cepat atau tidak disengaja serta
meliputi pukulan, tendangan, trauma, gerakan menjepit dan
gerakan memutar.
10
c) Pada strains akut terjadi ketika otot terjulur dan berkontraksi
secara mendadak.
d) Strains kronik terjadi secara berkala oleh karena penggunaan
berlebihan atau tekana berulang-ulang menyebabkan terjadinya
tendonitis (perdangan pada tendon). (Wahid, 2013).
c. Tanda dan Gejala
a) Biasanya perdarahan dalam otot, bengkak, nyeri ketika kontraksi
b) Nyeri mendadak.
c) Edema.
d) Spasme otot.
e) Haematoma. (Wahid, 2013)
d. Patofisiologi
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma
langsung (impact) atau tidak langsung (overloading). Cedera ini
terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang
berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap, terjadi pada
bagian groin muscles (otot pada kunci paha),hamstring (otot paha
bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa
menghindarkan daerah sekitar cedera kontusio dan membengkak
(Chairudin Rasjad,1998).
e. Penatalaksanaan Medis
a) Istirahat. Akan mencegah cidera tambah dan mempercepat
penyembuhan.
b) Meninggikan bagian yang sakit,tujuannya peninggian akan
mengontrol pembengkakan.
c) Pemberian kompres dingin. Kompres dingin basah atau kering
diberikan secara intermioten 20-48 jam pertama yang akan
mengurangi perdarahan edema dan ketidaknyamanan.
d) Kelemahan biasanya berakhir sekitar 24 – 72 jam sedangkan
mati rasa biasanya menghilang dalam 1 jam. Perdarahan
biasanya berlangsung selama 30 menit atau lebih kecuali jika
11
diterapkan tekanan atau dingin untuk menghentikannya. Otot,
ligament atau tendon yang kram akan memperoleh kembali
fungsinya secara penuh setelah diberikan perawatan konservatif.
4. Dislokasi
a. Definisi
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja
yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat
yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah
karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:
sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari
mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang
membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000).
Dislokasi adalah terlpasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang
bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang
seharusnya. (Wahid, 2013).
12
b. Etiologi
1) Cedera olahraga
Olahraga yang biasa menyebabkan dislokasi adalah sepak bola
dan hoki serta olahraga yang beresiko jatuh, misalnya :
terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan
pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada
tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola
dari pemain lain.
2) Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya
menyebabkan dislokasi.
3) Terjatuh
a) Terjatuh dari tangga.
b) Faktor predisposisi (pengaturan posisi).
c) Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
d) Trauma akibat kecelakaan.
e) Trauma akibat kecelakaan.
f) Terjadi infeksi di sekitar sendi (Wahid, 2013).
c. Tanda dan Gejala
Nyeri terasa hebat. Pasien menyokong lengan itu dengan
tangan sebelahnya dan segan menerima pemeriksaan apa saja .Garis
gambar lateral bahu dapat rata dan kalau pasien tak terlalu berotot
suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.
a) Nyeri.
13
b) Perubahan kontur sendi.
c) Perubahan panjang ekstremitas.
d) Kehilangan mobilitas normal.
e) Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi.
f) Deformitas.
g) Kekakuan. (Wahid, 2013).
d. Patofisiologi
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus
terdorong kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid
teravulsi.Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur. Mesti
jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan
menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah, lengan ini
hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi dan bawah karakoid).
e. Penatalaksanaan Medis
a) Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan
menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
b) Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan
dikembalikan ke rongga sendi.
c) Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau
traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
d) Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan
mobilisasi halus 3-4 kali sehari yang berguna untuk
mengembalikan kisaran sendi.
e) Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa
penyembuhan. (Wahid, 2013).
14
15
Adanya pukulan, tendangan
Terputusnya banyak pembuluh darah
Pendarahan jaringan lunak
Ekimiosis, memar
Kontusi
MK : Nyeri
Berolahraga Peregangan berlebihan
Terjadi tarikan otot
Strain
Rasa nyeri
MK: Gangguan Rasa Nyaman
Tidak bisa bergerak bebas
MK: Kerusakan mobilitas fisik
Permukaan sendi tulang yang membentuk sendi tak lagi anatomis
Subluksasi = dislokasi permukaan persendian
Pasien merasa cemas dengan keadaannya
MK : Ansietas
Cedera struktur ligamen disekitar sendi
Sprain
C. WOC Cedera Muskuloskeletal
16
Terputusnya kontinuitas tulang
D. Pemeriksaan Diagnostik Cedera Muskuloskeletal
1. Anamnesis
Dilihat adanya hematoma dan memar atau pendarahan pada jaringan.
Ada trauma, mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi
dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi baru, ada rasa sendi keluar,
bila trauma minimal, hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekuens atau
habitual.
a. Pemeriksaan klinis
a) Sinar – X. Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan
perubahan hubungan tulang. Sinar-X multipel diperlukan untuk
pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar-X
korteks tulang dapat menunjukkan adanya pelebaran,
penyempitan dan tanda iregularitas. Sinar – X sendi dapat
menunjukkan adanya cairan, iregularitas, penyempitan, dan
perubahan struktur sendi.
b) CT Scan (Computed Tomografi Scan). Menunjukkan rincian
bidang tertentu dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak
atau cedera ligamen atau tendon. CT Scan digunakan untuk
mengindentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah
yang sulit dievaluasi, seperti asetabulum. Pemeriksaan
dilakukan bisa dengan atau tanpa kontras dan berlangsung
sekitar satu jam.
c) Deformitas
a. Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya deltoid
yang raata pada dislokasi bahu.
b. Pemendekan atau pemanjangan (misalnya dislokasi anterior
sendi panggul)
c. Kedududukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya
dislokasi posterior sendi panggul kedudukan panggul
endorotasi, flaksi dan edukasi.
17
d) Nyeri.
e) Function laesa, misalnya bahu tidak dapat enderotasi pada
dislokasi anterior bahu.
E. Asuhan Keperawatan Cedera Muskuloskeletal
1. Pengkajian
Keluhan Utama
Ada tiga keluhan utama yang sering dikeluhkan penderita yang
mengalami gangguan muskuloskeletal yaitu :
a. Deskripsi Nyeri PQRST
a) Position : dapat menentukan posisi dan lokasi nyeri
b) Quality : adalah derajat kualitas nyeri seperti rasa menusuk,
panas, dan lain-lain
c) Radiation : penjalaran nyeri
d) Severity : tingkat beratnya nyeri (sering dihubungkan dengan
gangguan Activity Daily Living (ADL).
e) Timing : kapan timbulnya nyeri, apakah siang, malam, waktu
istirahat, dan lain-lain
Perubahan bentuk (Deformitas)
a. Bengkak : biasanya karena radang, tumor, pasca trauma, dan lain-
lain.
b. Bengkok misanya pada varus, bengkok keluar valgus, bengkok
kedalam seperti kaki X Genu varum, kaki seperti O, pendek, dapat
dibandingkan dengan kontralateral yang normal.
Gangguan Fungsi (Disfungsi)
a. Afungsi ( Tak bisa digerakkan sama sekali).
b. Kaku (stiffnesss).
c. Cacat (disability).
d. Gerakan tak stabil (instability)
18
1. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat trauma sebelumnya.
b. Riwayat infeksi tulang dan sendi seperti osteomielitis / arthritis.
c. Riwayat pembengkakan / tumor yang diderita.
d. Riwayat kelainan kongenital muskuloskeletal seperti CTEV.
e. Riwayat penyakit –penyakit diturunkan seperti skoliosis, dan
lain-lain
2. Pemeriksaan Fisik Umum
a. Pemeriksaan umum dan tanda-tanda vital
a) Keadaan umum tampak sehat, sakit, sakit berat.
b) Tanda – tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi nadi,
nafas, dan temperature.
b. Bentuk dan penampilan tubuh sewaktu datang
a) Bentuk tubuh
– Normal
– Athletic
– Cebol
– Bongkok
– Miring
c. Bentuk dan penampilan tubuh sewaktu datang
a) Bentuk tubuh
– Normal
– Athletic
– Cebol
– Bongkok
– Miring
b) Cara penderita datang
– Normal
– Pincang
– Digendong
19
c) Cara berjalan penderita yang normal dan kelainan cara
berjalan
– Fase jalan normal :
1. Meletakkan tumit (Heel strike)
2. Fase menapak (Stance Phase)
3. Ujung jari bertumpu (Toe Off)
4. Mengayun langkah (Swing Phase)
3. Pemeriksaan tonus otot
a. Tonus otot diperiksa biasanya pada otot-otot ekstremitas dimana
posisi ekstremitas tersebut harus posisi relaksasi.
b. Pemeriksaan dengan cara perabaan dan dibandingkan dengan
otot pada sisi lateral tubuh penderita, atau otot lainnya. Dapat
juga dibandingkan dengan otot pemeriksa yang tonusnya
normal.
c. Yang paling sering adalah memeriksa tonus otot –otot femur
pada lesi medulla spinalis.
d. Tonus otot bisa:
- Eutonus tonus normal
- Hipertonus tonus meninggi
- Hipotonus tonus melemah
4. Pemeriksaan atrofi otot
Otot atrofi atau tidak dapat dinilai dengan cara:
a. Membandingkan dengan ukuran otot pada sisi lateralnya.
b. Mengukur lingkaran anggota yang atropi dan dibandingkan
dengan anggota sebelahnya
20
Pemeriksaan Fisik Regional
a. Pemeriksaan Palpasi :
a) Suhu dibandingkan dengan anggota gerak kontralateral.
b) Nadia tau pulsasi terutama pada tumor.
c) Nadi distal (trauma pada fraktur).
d) Nyeri tekan dan nyeri sumbu terutama pada fraktur.
e) Krepitasi fraktur klavikula, OA sendi.
f) Fungsi saraf : sensorik, motorik, dan reflex.
b. Pemeriksaan Sendi
a) Bandingkan kiri dan kanan tentang bentuk, ukuran, tanda
radang, dan lain-lain.
b) Adanya nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri sumbu, dan lain-
lain.
c) Nilai Range of Motion (ROM) secara aktif atau pasif.
d) Adanya bunyi “klik” krepitasi.
e) Adanya kontraktur sendi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan cedera pada
jaringan lunak
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan jaringan
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiarnya dengan
sumber informasi
d. Ansietas yang berhubungan dengan status kesehatan
3. Intervensi Keperawatan
1) Diagnosa 1 :
a. Mengkaji identitas nyeri dan sering atur posisi yang nyaman
untuk mengurangi nyeri.
b. Anjurkan relaksasi atau distraksi untuk menurunkan nyeri
c. Kolaborasi dengan dokter dalam terapi analgetik untuk
mengurangi atau menghilangkan nyeri
21
2) Diagnosa 2 :
a. Kaji derajat imobilitas dan dorong partisipasi pada aktifitas
terapeutik.
b. Bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, krup dan tongkat
c. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan pasien
3) Diagnosa 3 :
a. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang perawatan
pascahoispitalisasi
b. Terangkan aktivitas yang diperbolehkan dan dihindari
c. Beri penyuluhan kepada pasien atau keluarga sesuai dengan
tingkat pemahaman pasien, ulangi informasi bila diperlukan
d. Beri waktu kepada pasien untuk mengajukan beberapa
pertanyaan dan mendiskusikan permasalahannya
4) Diagnosa 4 :
a. Catat palpitas, peningkatan denyut jantung atau frekuensi
pernapasan
b. Pahami rasa takut atau ansietas klien
c. Kaji tingkat ansietas klien
d. Ajarkan dan anjurkan teknik relaksai pada klien
e. Kolaborasi pemberian pengobatan dengan dokter.
22
BAB 3
APLIKASI TEORI
Kasus
Tn. W umur 32 tahun seorang pesepak bola profesional datang ke rumah
sakit pada tanggal 3 september 2015, dengan keluhan utama nyeri hebat pada
kaki sebelah kanan akibat tendangan dari lawan tandingnya. Juga terdapat
bengkak pada area tersebut. Setibanya di Rumah Sakit Islam, pasien di
periksa dan dilakukan X-ray untuk mengetahui penyebab pasti dari nyeri
hebat yang diderita pasien. Setelah pemeriksaan X-ray, ternyata ditemukan
keadaan dimana posisi tulang Tn.W bergeser, maka Tn. W didiagnosa
mengalami dislokasi atau terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi.
1. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 3 September 2015
1. Identitas
Nama : Tn. W
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Golongan darah : O
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. W
Umur : 28 tahun
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Hubungan dengan pasien : Istri
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama :
Pasien mengatakan nyeri hebat pada kaki sebelah kanan dan bengkak.
2) Riwayat penyakit sekarang
23
Pasien mengatakan nyeri hebat pada bagian kaki sebelah kanan dan
bengkak. Serta juga ditemukan pada hasil X-ray bahwa posisi tulang
pasien bergeser pada area tersebut. Serta pasien mengatakan terganggu
saat beraktifitas terutama saat berjalan dan tidak paham mengenai
tindakan yang harus dilakukan dalam kondisi tersebut.
3) Riwayat penyakit dahulu:
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kejadian serupa.
3. Pemerikasaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran Tn. W bersifat composmentis dan terlihat adanya
pembengkakan serta ditemukan pada hasil X-ray bahwa posisi tulang
pasien bergeser pada area tersebut.
2) Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg (normal)
Nadi : 60/menit (normal)
Suhu : 360C (normal)
RR : 15x/menit (normal)
3) Pemeriksaan fisik head to toe
Pemeriksaan kepala
Inspeksi :
Bentuk : simetris
Rambut: warna rambut hitam dan beruban, tidak ada ketombe
Palpasi: tidak terdapat benjolan, dan nyeri tekan
Pemeriksaan mata
Inspeksi
Konjungtiva : tidak anemis
Sclera : tidak anemis
Pupil : terlihat pelebaran pupil. Lensa mata normal.
24
Pemeriksaan hidung
Inskpeksi: bentuk hidung simetris, tidak ada polip maupun
peradangan, tidak ada sekret.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.
Pemeriksaan mulut
Inspeksi : bibir hitam, sudut bibir pecah-pecah, gusi tidak berdarah.
Pemeriksaan telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan. Fungsi pendengaran normal.
Pemeriksaan leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran getah bening
Palpasi : tidak ada pembesaran getah bening kelenjer tiroid
Pemeriksaan thorak
Jantung
Inspeksi : iktus terlihat
Palpasi : iktus teraba.
Perkusi : redup
Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2 normal.
Paru- paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi
Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler.
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi.
Auskultasi : bising usus tidak normal 36 x / menit.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : bunyi tympani untuk semua daerah abdomen
Pemeriksaan Kaki
Inspeksi : pada kaki sebelah kanan terdapat bengkak.
Palpasi : terdapat nyeri tekan.
Hasil X-ray : ditemukan kondisi tulang bergeser dari posisi normal.
25
2. Analisis Data
No Data Problem Etiologi
1 DS :
Pasien mengatakan nyeri
hebat pada bagian kaki
sebelah kanan dan bengkak.
P : nyeri berat
Q : nyeri tumpul
R : kaki kanan
S : nyeri dengan skala 8
DO :
Adanya nyeri tekan saat
dipalpasi.
Terlihat pembengkakan pada
area kaki sebelah kanan.
Ditemukan pada hasil X-ray
bahwa posisi tulang pasien
bergeser pada area tersebut
Gangguan rasa
nyaman (Nyeri)
Cedera pada
jaringan lunak
2 DS :
Pasien mengatakan merasa
terganggu jika beraktifitas,
terutama saat berjalan.
DO :
Pasien terlihat kesulitan
berjalan
Hambatan
mobilitas fisik
Kerusakan
jaringan
3 DS :
Pasien mengatakan tidak
mengetahui tentang
penyakitnya dan tindakan
untuk selanjutnya jika pasien
sudah di rumah
1. Kurang
pengetahuan
Tidak familiar
dengan sumber
informasi
26
DO :
Pasien terlihat kebingungan
dengan penyakitnya
Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan cedera pada
jaringan lunak
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan jaringan
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiarnya dengan
sumber informasi.
3. Intervensi
No.
Dx
NOC (Tujuan) NIC (Rencana
Keperawatan)
Rasional
1 Setelah dilakukan
tidakan
keperawatan
selama 1x24 jam
Klien merasa
nyaman
meningkat atau
nyeri berkurang.
Kriteria Hasil :
Klien tidak
mengeluh karena
nyeri berkurang
1.Mengkaji identitas
nyeri dan sering atur
posisi yang nyaman
untuk mengurangi nyeri.
2.Anjurkan relaksasi
atau distraksi untuk
menurunkan nyeri
1.Dengan
memposisikan klien
senyaman mungkin
agar mengurangi
tekanan dan
mencegah otot-otot
menjadi tegang
sehingga
menurunkan rasa
nyeri
2. Relaksasi dan
distraksi dapat
menurunkan
ketegangan otot
dan menurunkan
nyeri.
27
3.Kolaborasi dengan
dokter dalam terapi
analgetik untuk
mengurangi atau
menghilangkan nyeri
3.Pemberian
analgetik dapat
menurunkan nyeri.
2 Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24 jam
meningkatkan
mobilitas pada
tingkat yang
paling mungkin
Kriteria Hasil :
Klien mampu
bergerak dengan
kekuatan otot
meningkat
1.Kaji derajat imobilitas
dan dorong partisipasi
pada aktifitas terapeutik.
2.Bantu dalam
mobilisasi dengan kursi
roda, krup dan tongkat
3.Dekatkan alat-alat
yang dibutuhkan pasien
1.Partisipasi dari
pasien sangat
dibutuhkan.
2.Alat bantu dapat
membantu pasien
dalam melakukan
mobilisasi
3.Membantu dan
memudahkan
dalam melakukan
mobilisasi
3 Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24 jam
pengetahuan klien
meningkat
Kriteria Hasil:
Klien tidak
bertanya0tanya
lagi tentang
penyakitnya dan
klien dapat
1.Kaji tingkat
pengetahuan klien
tentang perawatan
pascahoispitalisasi
2.terangkan aktivitas
yang diperbolehkan dan
dihindari
1.Sebagai
modalitas dalam
pemberian
pendidikan
kesehatan tentang
perawatan di
rumah.
2.Tidak
diperbolehkan
untuk melakukan
aktifitas yang berat
28
menjelaskan
kembali tentang
penyakitnya. 3.Beri penyuluhan
kepada pasien atau
keluarga sesuai dengan
tingkat pemahaman
pasien, ulangi informasi
bila diperlukan
4.Beri waktu kepada
pasien untuk
mengajukan beberapa
pertanyaan dan
mendiskusikan
permasalahannya
3.Pemahaman yang
baik akan
mengurangi resiko
komplikasi.
4.Dengan adanya
tanya jawab
membantu pasien
dalam memahami
permasalahannya
terutama mengenai
perawatan
pascahospitalisasi
4. Implementasi
No.
Dx
Tanggal
dan JamPelaksanaan
Evaluasi
Tindakan/resp
on Klien
Nama dan
Paraf
Petugas
1 4
Septemb
er 2015
Pukul
08.00
1.Mengkaji identitas
nyeri dan sering atur
posisi yang nyaman
untuk mengurangi
nyeri
2.Menganjurkan
relaksasi atau distraksi
1. Pasien
merasa
nyaman pada
posisinya
meskipun
nyeri masih
terasa
2.Nyeri masih
terasa dengan
29
untuk menurunkan
nyeri
3.Mengolaborasikan
dengan dokter dalam
terapi analgetik untuk
mengurangi atau
menghilangkan nyeri
skala 6
3.Nyeri
berkurang
dengan skala 4
2 4
Septemb
er 2015
Pukul
08.30
1.Mengkaji derajat
imobilitas dan dorong
partisipasi pada
aktifitas terapeutik.
2.Membantu dalam
mobilisasi dengan
kursi roda, krup dan
tongkat
3.Mendekatkan alat-
alat yang dibutuhkan
pasien
1. Klien
berpartisipasi
aktif dalam
aktifitas
terapeutik
2. Pasien mulai
terbiasa
menggunakan
tongkat untuk
membantu
berjalan
3.Klien merasa
saat nyeri
berkurang,
klien sudah
bisa
melakukan
aktifitas fisik
seperti berjalan
3 4 1. Mengkaji tingkat 1.Klien sudah
30
Septemb
er 2015
Pukul
09.00
pengetahuan klien
tentang perawatan
pascahoispitalisasi
2. Menerangkan
aktivitas yang
diperbolehkan dan
dihindari
3.Memberikan
penyuluhan kepada
pasien atau keluarga
sesuai dengan tingkat
pemahaman pasien,
ulangi informasi bila
diperlukan
4.Memberi waktu
kepada pasien untuk
mengajukan beberapa
pertanyaan dan
mendiskusikan
permasalahannya
memiliki
pengetahuan
tentang
perawatan
pascaoperasi
2.Pasien sudah
mengetahui
dengan baik
aktivitas yang
diperbolehkan
dan dihindari
3.Pasien
maupun
keluarga
memahami
dengan baik
informasi yang
diberikan
4.Pasien
berespon
dengan baik
setiap ada
pertanyaan
yang ingin
ditanyakan
31
5. Evaluasi
No.
DxTanggal Catatan Perkembangan
Nama
& paraf
1 5 September
2015
S: Tn W mengatakan nyeri masih terasa
dengan skala 5
O: Masih terlihat pasien mengalami nyeri
A: Masalah Teratasi Sebagian
P: Lanjutkan intervensi
2 5 September
2015
S: Tn. W mengatakan tidak merasa
terganggu dalam beraktifitas
O: Pasien terlihat dapat melakukan
mobilitas fisik
A: Masalah Teratasi
P: Pasien diberikan HE
3 5 September
2015
S: Tn. W mengatakan sudah mengetahui
informasi mengenai tindakan perawatan
pascahospitalisasi
O: Pasien terlihat tenang
A: Masalah Teratasi
P: Pasien diberikan HE
32
BAB 4
PEMBAHASAN
Tn. W umur 32 dengan keluhan utama nyeri hebat pada kaki sebelah
kanan akibat tendangan dari lawan tandingnya. Juga terdapat bengkak pada
area tersebut. Setelah pemeriksaan X-ray, ternyata ditemukan keadaan
dimana posisi tulang Tn.W bergeser, maka Tn. W didiagnosa mengalami
dislokasi atau terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari
mangkuk sendi).
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka dapat ditegakkan diagnosa
keperawatan yang pertama untuk klien adalah gangguan rasa nyaman (nyeri)
berhubungan dengan cedera pada jaringan lunak yang ditandai dengan pasien
merasa nyeri hebat pada bagian kaki kanan dengan skala 8.
Diagnosa kedua untuk klien adalah Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan kerusakan jaringan yang ditandai dengan pasien
mengalami kesulitan untuk berjalan.
Diagnosa untuk yang ketiga klien adalah Kurang pengetahuan
berhubungan dengan tidak familiarnya dengan sumber informasi yang
ditandai dengan pasien terlihat bingung karena tidak mengetahui tentang
tindakan perawatan pashospitalisasi yang akan dijalaninya.
Dengan intervensi yang tepat, klien bisa segera mendapatkan pengobatan
untuk menyembuhkan penyakitnya. Misalnya jika terjadi dislokasi reduksi
posisi tiulang dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi
jika dislokasi berat. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan
dikembalikan ke rongga sendi. Sendi kemudian dimobilisasi dengan
pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4
kali sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi.
33
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cedera musculoskeletal adalah suatu cedera yang dapat mencederai fisik
maupun psikis. Cedera jaringan lunak musculoskeletal dapat berupa vulnus
(luka), perdarahan, memar (kontusio), regangan atau robekan parsial
(sparain), putus atau robekan (avulsi atau rupture), gangguan pembuluh darah
dan gangguan saraf.
Kontusio merupakan suatu istilah yang digunakan untuk cedera pada
jaringan lunak yang diakibatkan oleh kekerasan atau trauma tumpul yang
langsung mengenai jaringan, seperti pukulan, tendangan, atau jatuh.
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi akibat gerakan
menjepit atau memutar. Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau
kerobekan pada ligament (jaringan yang menghubungkan tulang dengan
tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi.
Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendon karena
penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan.
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari
mangkuk sendi).
B. Saran
Dengan adanya makalah ini tentang cedera musculoskeletal, para
pembaca dapat mengetahui tanda dan gejala penyakitnya dan para perawat
dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik.
34
DAFTAR PUSTAKA
Helmi, Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal Aolikasi Pada Praktik Klinik Keperawatan. EGC: Jakarta
Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. EGC: Jakarta
Lukman, Ningsih Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
Brunner & Suddarth. 2005. Keperawatan Medikal Bedah Volume 3 ed.8. Jakarta: EGC.
Taylor, Cynthia M. 2003. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan edisi 10. Jakarta: EGC.
Corwin, J Elizabeth. 2000. “Buku Saku Patofisiologi”. EGC : Jakarta
Wahid,A. 2013. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta : Sagung Seto
35