isi juli 2016 edited - stasiun...

27
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] i KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Juli 2016 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Juni 2016, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Juli 2016. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002

Upload: dangdung

Post on 03-Apr-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] i

KATA PENGANTAR

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi Juli 2016 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Juni 2016, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Juli 2016. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.

Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM

PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] ii

TIM REDAKSI

ANGGOTA TIM

ANGGOTA

NANGSIP CAHYANA, S.Si

ANGGOTA

DUATI WARDANI, S.Si

ANGGOTA

YAYAN HERMAWAN

ANGGOTA

DUDI JUHANDINATA,

S.Stat, MM

ANGGOTA

NIZAM MAWARDI, S.Tr ANGGOTA

ADHITYA PRAKOSO, S.Tr

ANGGOTA

ASRI PRATIWI, S.Si

ANGGOTA

PANDE MADE RONY

KURNIAWAN, SST

ANGGOTA

MOHAMMAD TAUFIQ, S.Si

PELINDUNG

PHILIP MUSTAMU, M.Si. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I

HANG NADIM BATAM

PENANGGUNG JAWAB

SURATMAN, S.KOM KEPALA SEKSI

DATA DAN INFORMASI

ANGGOTA

DEBORA TRULY

MARPAUNG, SST.

ANGGOTA

HANA SHOLIHAH, S.Si

ANGGOTA

DEDI HARIANTO

PANJAITAN, S.T.

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] iii

DAFTAR ISI

Kata pengantar ...........................................................................................................................i

Tim Redaksi ...............................................................................................................................ii

Daftar Isi ....................................................................................................................................iii

I. RINGKASAN.................................................................................................................... 1 II. PENGERTIAN .................................................................................................................. 1 III. ANALISA CUACA DAN IKLIM ................................................................................. 2 IV. ANALISA GELOMBANG JUNI 2016 ...................................................................... 11 V. PRAKIRAAN CUACA JULI 2016 ............................................................................. 13 VI. PRAKIRAAN PASANG SURUT JULI 2016 ............................................................ 18 VII. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI

JULI 2016 ........................................................................................................................ 21

DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................. 24

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 1

RINGKASAN

1. Berdasarkan data curah hujan bulan Juni 2016 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Juni 2016 adalah sebagai berikut:

a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam yaitu 191.1 mm. Sedangkan kondisi angin dilaporkan dominan bertiup dari arah Selatan dari dasarian I hingga dasarian III pada kecepatan rata – rata 6 km/jam.

b. Analisis kondisi atmosfer pada bulan Juni 2016 sebagai berikut: MJO berada pada fase 7 hingga 5 dengan dominasi sifat Kuat. Wilayah Indonesia yang berada fase 3 sampai 5 terlewati oleh perambatan MJO pada pertengahan bulan Juni yang dapat menyebabkan penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat. Hal ini juga didukung oleh nilai OLR di wilayah Kepulauan Riau yang bernilai negatif yang mengindikasikan terdapat banyak tutupan awan konvektif. Pasokan uap air di udara yang menjadi bahan pembentukan awan-awan terindikasi masih cukup tersedia diatas wilayah Indonesia selama bulan Jun 2016. Hal ini diketahui dari hangatnya perairan Indonesia termasuk Kepulauan Riau dengan anomali suhu muka laut positif. Oleh karenanya, secara umum keadaan seperti ini banyak menghasilkan uap air untuk pembentukan awan termasuk di wilayah Kepulauan Riau. Indeks Dipole Mode negatif juga menyebabkan bertambahnya pertumbuhan awan – awan konvektif di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau. Kondisi kelembaban udara atas yang cukup tinggi serta kecepatan angin yang lemah menyebabkan potensi pertumbuhan awan mendukung dalam proses pembentukan hujan. Namun secara umum jumlah curah hujan pada bulan Juni 2016 tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan normal curah hujan bulan Mei selama 20 tahun. Namun, total curah hujan di bulan Juni 2016 lebih tinggi bila dibandingkan dengan bulan Mei 2016.

II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Juli 2016 hingga Juni 2017. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Juli 1998 s.d Juni 2016. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.95737 dan RMSE (error) 15.1156 yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Juli 2016 pada dasarian I, II, dan III berada di bawah normal terhadap rata-rata.

PENGERTIAN

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu: 1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 2

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Agustus 1901 s/d 31 Agustus 1930, 1 Agustus 1931 s/d 31 Agustus 1960, 1 Agustus 1961 s/d 31 Agustus 1990, dan seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm

Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm

Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm

Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

ANALISA CUACA DAN IKLIM

A. KERAGAMAN HUJAN

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun. El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun. Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasipada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 3

3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.

B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN JUNI 2016

1. Monsun Pada bulan Juni matahari mulai berada pada penjalarannya menuju titik bumi paling utara BBU (Belahan Bumi Utara) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 0.5° yaitu dari 22.5°LU menuju 23.0°LU. Pada tanggal 21 Juni matahari akan berada pada titik paling utara bumi dengan sudut deklinasi maksimum yaitu 23.5°LU atau biasa disebut ‘summer soltice’ setelah itu akan bergerak kembali menuju equator. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah.

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png

Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Juni 2016

Pusat–pusat tekanan rendah ini menarik massa udara menuju wilayah tersebut sehingga mempengaruhi kondisi pola cuaca di Indonesia termasuk Kepulauan Riau. Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan Juni 2016 berkisar antara 28.00-32.00C (Gambar.1) dengan anomali positif 0.5-2.50C (Gambar.2). Hal ini menunjukkan perairan di Indonesia masih dalam kondisi yang cukup hangat, terutama di perairan Selatan Pulau Jawa. Oleh karenanya, secara umum keadaan seperti ini banyak menghasilkan uap air untuk pembentukan awan. Untuk wilayah Kepulauan Riau sendiri anomali suhu muka laut berkisar 0.5 – 1.50C.

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 4

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png

Gambar 2. Peta Anomali Suhu Muka Laut Bulan Juni 2016

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest

Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Juni 2016

Pada bulan Juni 2016, tekanan udara di BBS lebih tinggi daripada daerah di sekitar equator dan BBU. Secara umum terjadi pergerakan massa udara dari BBS (bertekanan tinggi) menuju ke wilayah equator dan daerah BBU (bertekanan rendah) yang menyebabkan pola angin dominan di wilayah Kepulauan Riau bertiup dari arah tenggara hingga barat daya dan membentuk pola belokan angin (shearline). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara dan menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan konvektif yang menyebabkan terjadinya hujan lebat dan petir.

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 5

Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG

Gambar 4. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Juni Angin yang bertiup di wilayah Kepulauan Riau secara umum berasal dari arah Tenggara hingga Barat Daya yang bertiup dengan kecepatan 2-15 m/detik (sekitar 3 - 33 km/jam) ini menyebabkan mudahnya perkembangan awan di Kepulauan Riau.

Sumber:http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest

Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan Juni 2016

2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation) Pada bulan Juni 2016, ENSO berada pada kondisi normal ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Mei-0.16°C (Normal) dan nilai rata-rata harian SOI (Southern Oscillation Index) selama bulan Mei sebesar+5.7 (Normal). Hal tersebut mengindikasikan tidak adanya peningkatan maupun penurunan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan diwilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau.

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 6

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Gambar 6. Grafik indeks SST Nino3.4

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

Gambar 7. Grafik indeks ENSO / SOI

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 7

3. MJO (Madden-Julian Oscillation)

a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Sumber:http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest

Gambar 8. Rata-rata OLR Juni 2016

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut. Suatu wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang kecil/rendah. Pada bulan Juni 2016, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat diwilayah Sumatera bagian Utara dan sebagian besar wilayah Kalimantan 180-220 W/m2, sementara untuk wilayah Kepulauan Riau, nilai OLR yang ditunjukkan oleh gambar 8 sekitar 200-220 W/m2. Hal ini menunjukkan tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Juni 2016 cukup banyak.

b. Fase MJO MJO pada bulan Juni 2016 berada pada fase 7 hingga 5 dengan dominasi sifat lemah hingga kuat pada perambatannya. Wilayah Indonesia yang berada pada fase 3 sampai 5 terlewati oleh perambatan MJO pada pertengahan bulan Juni. Secara teori, kondisi MJO ini berdampak pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat. Dengan sifatnya yang kuat, semakin berdampak pada penambahan curah hujan di wikayah Indonesia bagian barat.

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 8

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/

Gambar 9. Fase MJO

4. IOD(Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole)berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0,4°C s.d 0,4°C). Pada akhir bulan Juni 2016 nilai IOD berada pada kondisi negatif yang bernilai -0.910C. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan Juni 2016, secara umum IOD berpengaruh dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian Barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Gambar 10. Grafik IOD

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 9

C. ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2016 Berdasarkan data curah hujan bulan Juni 2016 yang diterima dari stasiundi Pulau Batam yang

mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Juni 2016 adalah sebagai berikut:

Lokasi RR Juni 2016 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan

Hang Nadim 191.1 166.5 Normal

D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN JUNI 2016

a. Hujan

Sifat hujan bulan Juni 2016 di Batam Bawah Normal (B) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 191,1 mm atau 75,8%. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Juni 2016 terdapat 17 hari hujan terukur dan 3 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 191,1mm atau berkisar 75,8% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 48,4 mm, dasarian II terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 87,8 mm, dandasarian III terjadi 4 hari dengan curah hujan 54.9 mm. Curah hujan tertinggi 45,5 mm terjadi pada tanggal 23 Juni 2016.

Gambar 11. Grafik Curah Hujan bulan Juni 2016 di Hang Nadim

05

101520253035404550

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

CURA

H HU

JAN

(mm

)

TANGGAL

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 10

b. Suhu Udara Suhu udara terendah dalam bulan Juni 2016 adalah 23,1°C terjadi pada tanggal 23 Juni 2016

pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,4°C terjadi pada tanggal 29 Juni 2016 siang hari.

Gambar 12. Grafik Suhu Udara bulan Juni 2016 di Hang Nadim

Kelembaban Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 77% -92 %. Kelembaban udara terendah mutlak 54% terjadi pada tanggal 29 Juni 2016 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 99% terjadi tanggal 14 Juni 2016 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan Juni 2016 lebih basah dibandingkan bulan Mei 2016.

Gambar 13. Grafik Kelembaban Udara Bulan Juni 2016 di Hang Nadim

c. Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III Juni 2016 angin permukaan secara umum didominasi dari arah

Selatan dengan kecepatan rata-rata 6 km/jam ,arah dan kecepatan maximum dari Barat Laut dengan kecepatan 32 km/jam terjadi pada tanggal 3 Juni 2016.

22

24

26

28

30

32

34

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

TEM

PERA

TUR

TANGGAL

T- MAXIMUM

T- MINIMUM

T- RATA-RATA

50556065707580859095

100

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

RH (%

)

TANGGAL

RH MAXIMUM

RH MINIMUM

RH RATA-RATA

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 11

ANALISIS GELOMBANG BULAN JUNI 2016

Pada bulan Juni 2016 di wilayah Kepulauan Riau arus laut berkisar 3 -40 cm/s dengan arus terkuat di perairan Natuna.

Gambar 14. Peta Arus Laut Bulan Juni 2016

Untuk tinggi gelombang pada bulan Juni berkisar antara 0,1 – 1,25 m, dengan gelombang tertinggi berada di wilayah perairan Natuna dan tinggi gelombang terendah berada di wilayah perairan Malaka.

Gambar 15. Peta Tinggi Gelombang Bulan Juni 2016

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 12

Arah angin rata-rata bertiup dari arah tenggara hingga selatan dengan kecepatan berkisar antara 3 - 10 knot.

Gambar 16. Peta Arus Laut Bulan Juni 2016

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 13

PRAKIRAAN CUACA JULI 2016

A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin

Pada bulan Juli, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBU (Belahan Bumi Utara) paling ujung dan akan kembali menuju equator dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 4.7° yaitu dari 23.5°LS menuju 18.8°LS (http://www.physicalgeography.net). Hal ini memicu tingginya pemanasan air laut yang mengakibatkan hangatnya perairan di BBU serta sebagian di perairan tropis. Dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada bulan Juli 2016 diprakirakan masih akan banyak terdapat pada wilayah Bumi Bagian Utara (BBU).

Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Juni– Juli – Agustus 2016

Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Juli

Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5 http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html

Gambar 17. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Juli 2016

Pola angin rata-rata bulan Juli secara dominan bertiup dari Bumi BagianSelatan (BBS) menuju Bumi BagianUtara (BBU) dan membentuk pola belokan angin disekitar wilayah ekuator.Seperti yang terlihat pada gambar.16, pola angin yang terbentuk diwilayah Kepulauan Riau berada dekat dengan daerah pertemuan angin (konvergensi) yang terjadi di wilayah barat Kalimantan. Pola angin ini mendukung proses pertumbuhan awan-awan hujan.

Sumber: Meteo Publik, BMKG

Gambar 18. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Juni

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 14

2. ENSO(EL-NinoSouthern Oscillation) ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan

curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) menyatakan bahwa EL-Nino memasuki kategori normal pada bulan Juli 2016. Sedangkan, NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dan BMKG mempredikis pada bulan Juni 2016 La-Nina dalam kategori lemah dan POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) memprediksi pada bulan Juli 2016 La-Nina dalam kategori moderate. Sehingga secara umum, ENSO diprediksi kurang memberi pengaruh yang signifikan terhadap penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Batam.

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga akhirJuni menunjukkan berada pada kondisi normal dengan nilai SOI +5.7. Sehingga diprakirakan awal bulan Juli 2016 masih berada pada kondisi normal dengan tidak terjadinya penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia.

Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG

Gambar 19. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

Gambar 20. Grafik SOI Bulan Januari 2014 s.d. Juni 2016

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 15

3. MJO(Madden-Julian Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia,

khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan Juli 2016 berada pada fase 5 - 1dengan sifat kuat hingga lemahsehingga mempengaruhi penambahan curah hujan di wilayah Indonesia (Gambar 19). Namun, anomali OLR bernilai positif di sebagian besar wilayah Indonesia (Gambar 20). Hal tersebut mengindikasikan sedikitnya tutupan awan konvektif di wilayah Indonesia.

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml

Gambar 21. Grafik Fase MJO pada Bulan Juni 2016 dan prakiraan Bulan Juli 2016

Sumber:http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.g if

Gambar 22. Anomali OLR sampai dengan 31 Juni 2016 dan prakiraan 15 hari kedepan 4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, indeks IOD akhir Juni berada pada kondisi kuat negatif dengan nilai terakhir -0.650 C. BMKG menyatakan kondisi kuat negatif IOD ini akan berlangsung hingga bulan November 2016 (gambar 21).

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 16

Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg

Gambar 23. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

5. Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan Juni di Batam berdasarkan data klimatologis selama 23 tahun (1993-2015)

diketahui:

Secara klimatologis selama 16 tahun (1996 – 2011) jumlah curah hujan dibagi menjaditiga

bagiandi Pulau Batam selama Bulan Juli.Batam bagian Timur sekitar 50 – 100 mm, sedangkan Batam bagian Tengah dan Selatan jumlahnya sekitar 150 – 200 mm dan Batam bagian Barat sekitar 200 – 250 mm.

Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada

bulan Juli 2016 lebih kecil dibanding dengan bulan Juni 2016, sehingga peluang curah hujan diprediksi lebih sedikit dibandingkan dengan bulan Juni 2016.

B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI 2016 1. Prakiraan Hujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Juli 2016 hingga Juni 2017. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Juli 1998 s.d Juni 2016. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.95737 dan RMSE (error) 15.1156. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Juli 2016 diprakirakan:

minimum rata-rata maksimum

SUHU UDARA 23.1 27.2 32.8

KELEMBAPAN UDARA 42% 84% 100%

ANGIN 5 Km/jam 10 Km/jam 52 Km/jam

HARI HUJAN 7 18* 25*12 hari disertai petir

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 17

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II dan III di bawah normal terhadap rata-rata.

2. PrakiraanHujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil

prakiraan curahhujan satu bulan pada bulan Juni 2016 di wilayah Barelang sebagai berikut:

Tabel : Prakiraan Curah Hujan Bulan Juni 2016

dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Juni 2016 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut:

Tabel: Prakiraan Sifat Hujan Bulan Juni 2016

SIFAT HUJAN WILAYAHAtas Normal -

Normal Batam, Rempang, dan GalangBawah Normal -

Gambar. 24 Peta Prakiraan Curah dan Sifat Hujan Barelang bulan Juni 2016

Dasarian Pertama Bawah Normal 49.8Dasarian Kedua Bawah Normal 41.4Dasarian Ketiga Bawah Normal 50

Sifat Hujan Jumlah Curah Hujan

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 18

PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) JULI 2016

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya.

Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut HighWater (HT) /

Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :

1. KOTA BATAM i. BATU AMPAR

ii. SEKUPANG

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 19

2. KABUPATEN BINTAN i. TANJUNG UBAN

3. KABUPATEN KARIMUN

i. TANJUNG BALAI KARIMUN

ii. TANJUNG PINANG

4. KABUPATEN LINGGA i. DABO SINGKEP

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 20

5. KABUPATEN ANAMBAS i. SELAT PENITING

6. KABUPATEN NATUNA i. SEDANAU

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 21

PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI JULI 2016

1. STASIUN METEOROLOGI HANG

NADIM BATAM

Location : E104 07, N01 07, June 2016

DATE SUN MOON

Rise Set Rise Set hm Hm hm hm

1 0602 1813 0242 1512 2 0602 1813 0339 1610 3 0602 1813 0438 1709 4 0602 1813 0536 1807 5 0603 1814 0634 1904 6 0603 1814 0729 1957 7 0603 1814 0822 2048 8 0603 1814 0911 2135 9 0603 1814 0958 2220

10 0604 1814 1043 2304 11 0604 1814 1126 2346 12 0604 1815 1209 000 13 0604 1815 1252 0028 14 0604 1815 1337 0112 15 0604 1815 1422 0156 16 0604 1815 1510 0242 17 0604 1815 1600 0331 18 0605 1815 1651 0421 19 0605 1815 1743 0513 20 0605 1815 1835 0605 21 0605 1815 1928 0658 22 0605 1815 2019 0751 23 0605 1815 2110 0842 24 0605 1815 2201 0934 25 0605 1815 2252 1025 26 0605 1815 2344 1117 27 0605 1815 000 1210 28 0605 1815 0037 1305 29 0605 1815 0132 1401 30 0605 1815 0228 1458 31 0605 1815 0325 1556

2. STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPINANG

Location : E104 32, N00 55, June 2016

DATE SUN MOON

Rise Set Rise Set hm Hm hm hm

1 0601 1811 0241 1510 2 0601 1811 0338 1608 3 0601 1811 0436 1707 4 0601 1811 0535 1805 5 0601 1812 0633 1902 6 0602 1812 0728 1955 7 0602 1812 0820 2046 8 0602 1812 0910 2133 9 0602 1812 0956 2218

10 0602 1812 1041 2302 11 0602 1812 1124 2345 12 0602 1813 1207 000 13 0603 1813 1250 0027 14 0603 1813 1335 0110 15 0603 1813 1420 0155 16 0603 1813 1508 0241 17 0603 1813 1558 0329 18 0603 1813 1649 0419 19 0603 1813 1741 0511 20 0603 1813 1833 0603 21 0603 1813 1926 0657 22 0603 1813 2017 0749 23 0603 1813 2108 0841 24 0604 1813 2159 0932 25 0604 1813 2250 1023 26 0604 1813 2342 1115 27 0604 1813 000 1209 28 0604 1813 0035 1303 29 0604 1813 0130 1359 30 0604 1813 0227 1456 31 0604 1813 0324 1554

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 22

3. STASIUN METEOROLOGI RANAI

Location : E108 24, N03 55, June 2016

DATE SUN MOON

Rise Set Rise Set hm hm hm hm

1 0540 1801 0222 1457 2 0540 1801 0318 1556 3 0540 1801 0416 1655 4 0541 1801 0515 1753 5 0541 1801 0612 1849 6 0541 1801 0708 1943 7 0541 1802 0801 2032 8 0541 1802 0851 2119 9 0542 1802 0939 2203

10 0542 1802 1025 2246 11 0542 1802 1109 2328 12 0542 1802 1153 000 13 0542 1802 1236 0010 14 0543 1802 1321 0052 15 0543 1802 1408 0136 16 0543 1802 1456 0221 17 0543 1802 1546 0309 18 0543 1802 1637 0359 19 0543 1802 1729 0451 20 0543 1802 1821 0544 21 0543 1802 1913 0637 22 0544 1802 2004 0730 23 0544 1802 2054 0823 24 0544 1802 2143 0915 25 0544 1802 2233 1008 26 0544 1802 2324 1101 27 0544 1802 000 1155 28 0544 1802 0017 1250 29 0544 1802 0111 1347 30 0544 1802 0207 1444 31 0544 1801 0304 1542

4. STASIUN METEOROLOGI TANJUNG BALAI KARIMUN

Location : E103 23, N01 03, June 2016

DATE SUN MOON

Rise Set Rise Set hm hm hm hm

1 0605 1816 0245 1515 2 0605 1816 0342 1613 3 0605 1816 0441 1712 4 0606 1816 0540 1810 5 0606 1816 0637 1907 6 0606 1817 0733 2000 7 0606 1817 0825 2051 8 0606 1817 0914 2138 9 0606 1817 1001 2223

10 0607 1817 1046 2307 11 0607 1817 1129 2349 12 0607 1817 1212 000 13 0607 1818 1255 0032 14 0607 1818 1340 0115 15 0607 1818 1425 0159 16 0607 1818 1513 0246 17 0607 1818 1603 0334 18 0608 1818 1654 0424 19 0608 1818 1746 0516 20 0608 1818 1838 0608 21 0608 1818 1931 0701 22 0608 1818 2022 0754 23 0608 1818 2113 0846 24 0608 1818 2204 0937 25 0608 1818 2255 1028 26 0608 1818 2347 1120 27 0608 1818 000 1213 28 0608 1818 0040 1308 29 0608 1818 0135 1404 30 0608 1818 0231 1501 31 0608 1818 0328 1559

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 23

5. STASIUN METEOROLOGI DABO SINGKEP

Location : E104 34, S00 28, June 2016

DATE SUN MOON

Rise Set Rise Set hm hm hm hm

1 0601 1810 0241 1509 2 0601 1810 0338 1607 3 0602 1810 0437 1706 4 0602 1811 0535 1804 5 0602 1811 0633 1901 6 0602 1811 0728 1955 7 0602 1811 0821 2045 8 0602 1811 0910 2133 9 0603 1811 0956 2218

10 0603 1812 1041 2302 11 0603 1812 1124 2345 12 0603 1812 1207 000 13 0603 1812 1250 0027 14 0603 1812 1334 0110 15 0603 1812 1420 0155 16 0604 1812 1507 0241 17 0604 1812 1557 0330 18 0604 1812 1648 0420 19 0604 1812 1740 0512 20 0604 1812 1833 0604 21 0604 1812 1925 0657 22 0604 1812 2017 0749 23 0604 1812 2108 0841 24 0604 1812 2159 0932 25 0604 1812 2250 1023 26 0604 1812 2342 1115 27 0604 1812 000 1208 28 0604 1812 0036 1303 29 0604 1812 0131 1359 30 0604 1812 0227 1456 31 0604 1812 0324 1553

6. STASIUN METEOROLOGI TAREMPA

Location : E106 15, N03 12, June 2016

DATE SUN MOON

Rise Set Rise Set hm hm hm Hm

1 0550 1808 0231 1505 2 0550 1808 0328 1604 3 0550 1808 0426 1703 4 0550 1809 0525 1801 5 0551 1809 0622 1857 6 0551 1809 0718 1951 7 0551 1809 0811 2041 8 0551 1809 0901 2128 9 0551 1809 0948 2212

10 0552 1809 1034 2255 11 0552 1809 1118 2337 12 0552 1809 1201 000 13 0552 1810 1245 0019 14 0552 1810 1330 0101 15 0552 1810 1416 0145 16 0553 1810 1504 0231 17 0553 1810 1554 0319 18 0553 1810 1645 0409 19 0553 1810 1737 0501 20 0553 1810 1829 0554 21 0553 1810 1921 0647 22 0553 1810 2012 0740 23 0553 1810 2102 0832 24 0553 1810 2152 0924 25 0553 1810 2242 1017 26 0554 1810 2334 1109 27 0554 1810 000 1203 28 0554 1809 0026 1258 29 0554 1809 0121 1355 30 0554 1809 0217 1452 31 0554 1809 0314 1550

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031] 24

DAFTAR ISTILAH Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang

membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.

Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.

Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu

Dasarian : Periode sepuluh harian Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)

: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.

DMI (Dipole Mode Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.

Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy,

maka cenderung banyak hujan. El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara

umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang. ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.

Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.

Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas ITCZ (Intertropical Convergence Zone)

: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).

Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan

curah hujan di Indonesia meningkat. MJO (Madden-Novemberan Oscillation)

: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.

Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)

OLR (Outgoing Longwave Radiation)

: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.

Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)

Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.

SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina. Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang

sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)

Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan

fenomena cuaca