isi - catatankaysan.weebly.comcatatankaysan.weebly.com/uploads/9/0/6/5/9065677/zppd_panduan_b… ·...
TRANSCRIPT
Isi
Artikel
Burung-gereja erasia 1
Tekukur biasa 3
Kutilang 6
Remetuk laut 9
Takur tengeret 11
Kuntul kecil 13
Kuntul besar 17
Cabai jawa 19
Walet linci 21
Bondol haji 22
Kacamata biasa (burung) 26
Layang-layang asia 29
Perenjak jawa 31
Ayam kampung 34
Burung-madu sriganti 41
Referensi
Sumber dan Kontributor Artikel 43
Sumber Gambar, Lisensi dan Kontributor 44
Lisensi Artikel
Lisensi 46
Burung-gereja erasia 1
Burung-gereja erasia
?Burung-gereja erasia
subspesies P. m. malaccensis yang merupakan spesies introduksi di Manado, Sulawesi Utara.
Status konservasi
Risiko Rendah �IUCN 3.1)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Passeridae
Genus: Passer
Spesies: P. montanus
Nama binomial
Passer montanus
(Linnaeus, 1758)
Sinonim
� Fringilla montana (Linnaeus, 1758)
� Loxia scandens (Hermann, 1783)
� Passer arboreus (Foster, 1817)
Burung-gereja erasia (Passer montanus) atau dalam bahasa Inggris dikenal juga sebagai Eurasian Tree Sparrow
adalah spesies burung pengicau dalam famili Passeridae.
Burung-gereja erasia 2
Deskripsi
Panjang tubuh sekitar 14 cm . Pada jantan, bagian atas kepala berwarna merah bata, tenggorakan berwarna hitam
dengan tepi leher berwarna putih. Bagian perut putih kebu-abuan. Pada betina mirip jantan, namun kesuluruhan
warnanya sedikit pucat.
Persebaran
P. m. montanus di Rumia, Polandia
P. m. saturatus di Jepang
Burung-gereja erasia tersebar luas dari Eropa hingga Asia Tenggara,
menghuni daerah perkotaan dalam jumlah yang besar. Terdapat
sembilan subspesies berdasarkan daerah persebarannya.
1. P. m. montanus, tersebar di seluruh daratan Eropa hingga bagian
utara Afrika, bagian utara Mongolia, Manchuria, dan Laut Okhotsk.
2. P. m. transcaucasius, tersebar di teluk Laut Hitam, dari Georgia
hingga bagian utara Iran.
3. P. m. dilutus, tersebar dari Transkaspia hingga bagian barat
Pakistan, Gurun Gobi, dan bagian barat daratan Cina.
4. P. m. dybowskii, tersebar bagian timur Asia, dari Sungai Amur
hingga Manchuria dan bagian utara Korea.
5. P. m. kansuensis, tersebar di Basin Zaidam dan bagian utara Gansu.
6. P. m. iubilaeus, tersebar di bagian timur daratan Cina, dari Liaoning
hingga Sungai Yangtze dan Shaanxi.
7. P. m. obscuratus, tersebar dari Nepal hingga bagian timur laut
India, Myanmar, dan bagian tengah barat daratan Cina (Sichuan
hingga Hubei).
8. P. m. saturatus, tersebar di bagian selatan Pulau Kuril, Jepang,
Korea selatan, Kepulauan Ryukyu, Taiwan, dan bagian tenggara
Cina.
9. P. m. malaccensis, tersebar di bagian tengah Myanmar, Malaya,
Hainan, Vietnam, dan bagian barat Indonesia.
Referensi
Tekukur biasa 3
Tekukur biasa
?Tekukur Biasa
Status konservasi
Risiko Rendah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Columbiformes
Famili: Columbidae
Genus: Streptopelia
Spesies: S. chinensis
Nama binomial
Streptopelia chinensis
Scopoli, 1768
Tekukur Biasa adalah burung yang mempunyai paruh, berdarah panas, dan bereproduksi dengan cara bertelur.
Karakteristik
Tubuh berukuran sedang (30 cm).Warnanya coklat kemerahjambuan. Ekor burung ini tampak panjang. Bulu ekor
terluar dengan tepi putih tebal. Bulu sayap lebih gelap dibanding tubuh. Ada bercak-bercak hitam putih khas pada
leher.Iris jingga, paruh hitam, kaki merah.Hidup dekat dengan manusia. Mencari makan di permukaan tanah. Sering
duduk berpasangan di tempat terbuka. Bila terganggu terbang rendah di permukaan tanah, dengan kepakan sayap
pelan[1]
.
Tekukur biasa 4
Taksonomi
Subspesies suratensis (dari Kolkata) yang
ditunjukkan oleh bintik pada bulu sayap
Spesies ini mulanya termasuk dalam genus Streptopelia terapi dalam
studi pada tahun 2001 berdasarkan urutan molekul dan juga vokalisasi
mengindikasikan bahwa spesies ini bersama dengan Streptopelia
senegalensis yang mencolok dari taksa yang tersisa yang menyebabkan
tekukur biasa masuk pada genus Streptopelia. Sebab inilah yang
membuat peneliti membagi mereka pada genus yang terpisah . Carl
Sundevall membuat genus Stigmatopelia dengan jenis senegalensis,
sementara itu ia juga membuat genus Spilopelia (untuk chinensis,
suratensis dan tigrina, dan memperlakukannya sebagai spesies yang
terpisah) pada halaman yang sama di bukunya tahun 1872.
Penyebaran
Jenis ini umum terdapat mulai dari India dan Cina ke selatan sampai Jawa, tetapi juga merupakan burung sangkar
yang terkenal dan telah diintroduksi secara luas di mana-mana[2]
.
Di Kolkata,
Benggala
Barat, India.
mandi di Kolkata, Benggala
Barat, India.
Mengandam di
Kolkata,
Benggala Barat,
India.
Mengandam
di Kolkata,
Benggala
Barat, India.
Mengandam di Kolkata,
Benggala Barat, India.
Di Kolkata, Benggala Barat,
India.
Memanggil di Kolkata,
Benggala Barat, India.
Mandi di Kolkata,
Benggala Barat, India.
Mandi di Kolkata, Benggala
Barat, India.
Mandi di Kolkata, Benggala
Barat, India.
Di Kolkata, Benggala
Barat, India.
Spotted Dove
Tekukur biasa 5
Kebiasaan
Mencari makan di atas permukaan tanah. Sering duduk berpasangan di jalan yang terbuka. Bila terganggu, terbang
rendah di atas tanah dengan kepakan sayap pelan yang khas[3]
.
Referensi
[1] Tekukur Biasa (http:/ / www. bio. undip. ac. id/ sbw/ spesies/ sp_tekukur_biasa. htm)
[2] Ensiklopedi Jakarta (http:/ / www. jakarta. go. id/ jakv1/ encyclopedia/ detail/ 3278)
[3] Burung (http:/ / www. kutilang. or. id/ burung/ konservasi/ tekukur-biasa/ )
Pranala luar
� Berkas di Google. (http:/ / images. google. com/ images?svnum=10& hl=en& lr=& q="Streptopelia+ chinensis")
Kutilang 6
Kutilang
?Sooty-headed Bulbul
Burung Kutilang sedang memakan buah
Status konservasi
Risiko Rendah �IUCN 3.1)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Pycnonotidae
Genus: Pycnonotus
Spesies: P. aurigaster
Nama binomial
Pycnonotus aurigaster
(Vieillot, 1818)
Cucak Kutilang atau Kutilang adalah sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae. Orang Sunda menyebutnya
cangkurileung, orang Jawa menamainya ketilang atau genthilang, mengikuti bunyi suaranya yang khas. Dalam
bahasa Inggris burung ini disebut Sooty-headed Bulbul, sementara nama ilmiahnya adalah Pycnonotus aurigaster;
mengacu pada bulu-bulu di sekitar pantatnya yang berwarna jingga (Gr.: aurum emas, gaster perut).
Kutilang 7
Pemerian
Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 20 cm.
Sisi atas tubuh (punggung, ekor) berwarna coklat kelabu, sisi bawah (tenggorokan, leher, dada dan perut) putih
keabu-abuan. Bagian atas kepala, mulai dari dahi, topi dan jambul, berwarna hitam. Tungging (di muka ekor)
nampak jelas berwarna putih, serta penutup pantat berwarna jingga.
Iris mata berwarna merah, paruh dan kaki hitam.
Kebiasaan dan Penyebaran
Cucak kutilang kerap mengunjungi tempat-tempat terbuka, tepi jalan,
kebun, pekarangan, semak belukar dan hutan sekunder, sampai dengan
ketinggian sekitar 1.600 m dpl. Sering pula ditemukan hidup meliar di
taman dan halaman-halaman rumah di perkotaan. Burung kutilang
acapkali berkelompok, baik ketika mencari makanan maupun
bertengger, dengan jenisnya sendiri maupun dengan jenis merbah yang
lain, atau bahkan dengan jenis burung yang lain.
Seperti umumnya merbah, makanan burung ini terutama adalah
buah-buahan yang lunak. Cucak kutilang sering menjengkelkan petani
karena kerap melubangi buah pepaya dan pisang yang telah masak di
kebun. Namun sebaliknya burung ini menguntungkan petani karena juga memangsa pelbagai jenis serangga, ulat dan
aneka hewan kecil lainnya yang menjadi hama tanaman.
Kelompok burung ini acap terbang dengan ribut, berbunyi nyaring cuk, cuk, ..tuit,tuit! ; atau bersiul berirama yang
terdengar seperti ke-ti-lang.. ke-ti-lang.. berulang-ulang di atas tenggerannya.
Burung Kutilang memiliki kebiasaan untuk berjemur dan mandi embun setiap pagi,hal ini berguna untuk menjaga
bulunya yang terus di minyaki. Minyak ini berasal dari bagian belakang dekat ujung ekornya yang berhubungan
dengan badan. Burung Kutilang juga memiliki kebiasaan menaikan jambulnya bila senang maupun ingin buang air
besar. Burung Kutilangpun memiliki masa "Mabung" yaitu saat dimana bulu yang lama rontok dan berganti bulu
yang baru. Di saat Mabung burung Kutilang akan cenderung lebih diam baik secara suara maupun gerakan.
Sarang cucak kutilang berbentuk cawan dari anyaman daun rumput, tangkai daun atau ranting yang halus. Telur dua
atau tiga butir, berwarna kemerah-jambuan berbintik ungu dan abu-abu. Tercatat bersarang sepanjang tahun kecuali
Nopember, dengan puncaknya April sampai September.
Burung kutilang menyebar luas di Tiongkok selatan dan Asia Tenggara (kecuali Malaysia), Jawa serta Bali.
Diintroduksi ke Sumatra dan Sulawesi, beberapa tahun yang silam burung ini juga mulai didapati di Kalimantan.
Referensi
Bahan Bacaan
� Coates, B.J. and K.D. Bishop. 2000. Panduan lapangan Burung-burung di Kawasan Wallacea. BirdLife IP &
Dove Publication. Bogor. ISBN 979-95794-2-2
� King, B., M. Woodcock, and E.C. Dickinson. 1975. A Field Guide to The Birds of South-East Asia. Collins.
London. ISBN 0-00-219206-3
� MacKinnon, J. 1993. Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University
Press. Jogyakarta. ISBN 979-420-150-2
� MacKinnon, J., K. Phillipps, and B. van Balen. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan.
LIPI dan BirdLife IP. Bogor. ISBN 979-579-013-7
Kutilang 8
Pranala luar
� (Inggris) Pycnonotus aurigaster pada IUCN Red List Database (http:/ / www. iucnredlist. org/ search/ details.
php/ 52222/ all), diakses pada 20/7/2007
� (Inggris) Pycnonotus aurigaster pada ITIS Database (http:/ / www. itis. usda. gov/ servlet/ SingleRpt/
SingleRpt?search_topic=TSN& search_value=562601), diakses pada 20/7/2007
� (Inggris) Video Pycnonotus aurigaster (http:/ / www. hbw. com/ ibc/ phtml/ especie. phtml?idEspecie=5567)
pada IBC (Internet Bird Collection), diakses pada 20/7/2007
� Berkas di Google. (http:/ / images. google. com/ images?svnum=10& hl=en& lr=& q="Pycnonotus+ aurigaster")
Remetuk laut 9
Remetuk laut
?Remetuk Laut
Status konservasi
Risiko Rendah �IUCN 3.1)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Acanthizidae
Genus: Gerygone
Spesies: G. sulphurea
Nama binomial
Gerygone sulphurea
Wallace, 1864
Sinonim
�� Gerygone flaveola
Remetuk Laut (Gerygone sulphurea) adalah jenis burung pengicau dalam famili Acanthizidae, memiliki suara yang
nyaring dan khas. Burung ini tersebar di Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina, dan Thailand.
Remetuk laut 10
Deskripsi
Panjang tubuh sekitar 9,5 cm. Tubuh bagain atas berwarna cokelat zaitun keabu-abuan, dan tubuh bagian bawah
berwarna kuning pucat. Tenggorokan berwarna kuning, kontras dengan sisi kepalanya.
Habitat
Remetuk laut menghuni berbagai tipe habitat yang pohonnya banyak, termasuk mangrove dan daerah perkotaan.
Referensi
Takur tengeret 11
Takur tengeret
?Takur tengeret
Status konservasi
Risiko Rendah �IUCN 3.1)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Piciformes
Famili: Capitonidae
Genus: Megalaima
Spesies: M. australis
Nama binomial
Megalaima australis
(Horsfield, 1821)
Takur tengeret (bahasa Latin: Megalaima australis) adalah spesies burung dari keluarga Capitonidae, dari genus
Megalaima. Burung ini merupakan jenis burung pemakan buah-buahan, Ficus, serangga yang memiliki habitat di
hutan primer, hutan sekunder, perkebunan, tersebar sampai ketinggian 2.000 m dpl.
Takur tengeret 12
Ciri-ciri
Takur tengeret memiliki tubuh berukuran kecil (18 cm). Mahkota dan dagu biru. Setrip malar dan garis pada
tenggorokan hitam. Pipi dan dada atas kuning (ras Jawa). Tubuh bagian atas dan sayap hijau. Tubuh bagian bawah
hijau. Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu kehijauan. Duduk diam bergabung dengan burung lain.
Sarang berupa lubang kecil pada pohon mati. Telur warna putih, jumlah 2 butir. Berbiak bulan Juni.
Penyebaran
�� India Timur, Cina Barat daya.
�� Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali.
Referensi
� bio.undip.ac.id [1]
[1] http:/ / bio. undip. ac. id/ sbw/ sp_daftar_indo. htm
Kuntul kecil 13
Kuntul kecil
?Kuntul kecil
Kuntul kecil, Egretta garzetta nigripesdengan bulu musim kawin, Taipei
Status konservasi
Risiko Rendah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Ciconiiformes
Famili: Ardeidae
Genus: Egretta
Spesies: E. garzetta
Nama binomial
Egretta garzetta
Linnaeus, 1766
Kuntul kecil (Egretta garzetta) adalah sejenis burung dari suku Ardeidae (kerabat cangak). Disebut Little Egret
dalam bahasa Inggris, burung ini mempunyai ‘kembarannya’ di Dunia Baru, yakni kuntul salju atau Snowy Egret
(Egretta thula) dari Karibia.
Kuntul kecil 14
Pengenalan
E.g. garzetta, musim kawin, Jepang
Burung kuntul yang agak besar dan ramping, berukuran lebih besar
daripada kuntul kerbau dan lebih kecil dari kuntul perak, yaitu antara
55-65 cm dan memiliki panjang bentangan sayap 88-106 cm. Pada
musim kawin, burung ini mempunyai dua bulu hias putih yang tipis
memanjang pada tengkuknya dan lebih banyak bulu pada dada dan
punggungnya yang menjuntai melebihi ekor.
Paruh selalu berwarna hitam keabu-abuan, membedakannya dengan
jenis-jenis kuntul yang lain. Tungkai dan kaki berwarna hitam
seluruhnya; ras migran dari Asia berjari kuning. Kulit wajah kuning
kehijauan, dan kemerah-merahan di musim berbiak.[1]
Penyebaran
E.g. garzetta, Botswana
Egretta garzetta
Penyebaran alami kuntul kecil mencakup wilayah luas di Afrika,
Eropa, Asia, dan Australasia. Di Indonesia burung ini ditemukan
menetap di Jawa dan Bali (ras berkaki hitam, nigripes), yang
mengembara hingga ke Sumatera dan Kalimantan. Di kedua pulau itu,
di waktu-waktu tertentu juga ditemukan ras pengunjung berkaki
kuning dari Asia daratan. Di sebagian besar kawasan Wallacea,
terutama di wilayah-wilayah kepulauan, ditemukan ras nigripes;
sedangkan ras garzetta berkaki kuning hanya tercatat sebagai
pengunjung di Sulawesi Utara dan Ambon[2]
. Sementara di Papua, ras
pengunjung kemungkinan kebanyakan datang dari Australia[3]
.
Kuntul kecil sekarang juga memperluas wilayah sebarannya ke Dunia
Baru. Catatan kehadiran kuntul kecil di wilayah ini diawali pada April
1954 di Barbados; dan pada 1994 burung ini terlihat mulai berbiak di
pulau tersebut. Di berbagai derah mulai dari Suriname dan Brazil di
selatan hingga Newfoundland dan Quebec di utara, kuntul kecil terlihat
secara teratur dan semakin sering. Pada June 2011, seekor kuntul kecil
teramati di Rawa Scarborough di Maine[4]
.
Kuntul kecil 15
Ekologi dan kebiasaan
E.g. garzetta, Perancis
Kuntul kecil acap mengunjungi sawah, tepian sungai, beting pasir dan
lumpur, serta sungai-sungai kecil di pesisir. Burung ini mencari
makanan dalam kelompok yang terpencar-pencar, sering bercampur
dengan burung-burung perancah yang lain. Kadang-kadang terlihat
mengejar mangsanya di tepian pantai di tempat yang dangkal. Bila
pulang ke tempatnya bermalam, burung-burung ini terbang dalam
formasi V.
Kuntul ini memangsa berbagai jenis ikan, kodok, krustasea, serangga
air, dan juga belalang.[]
E.g. immaculata, Australia
Kuntul kecil bersarang dalam koloni, bercampur dengan
burung-burung air lainnya. Sarangnya berupa tumpukan
ranting-ranting serupa panggung, dibuat di pucuk-pucuk pohon;
biasanya pohon yang tanahnya tergenang air. Ketika memikat
pasangannya dalam percumbuan, burung-burung ini memperagakan
gerakan-gerakan yang indah dengan bulu-bulu yang ditegakkan.
Telurnya berwarna biru pucat, berjumlah tiga sampai empat butir. Di
Jawa Barat, kuntul kecil tercatat berbiak di bulan Februari hingga Juli,
sedangkan di Jawa Timur antara Desember hingga Maret.
Anak jenis
E.g. garzetta, Spanyol
Ada dua atau tiga anak jenis (subspesies) kuntul kecil yang diakui ilmu
pengetahuan saat ini[5]
:
� Egretta garzetta garzetta – menyebar luas di Eropa, Afrika, dan
sebagian besar Asia kecuali Asia Tenggara
� Egretta garzetta nigripes – Indonesia ke timur hingga Papua Nugini
� Egretta garzetta immaculata – Australia dan Selandia Baru (tidak
berbiak); sebagian ahli menganggap anak jenis ini sinonim dari E. g.
nigripes
Tiga taksa lain, yang sebelumnya dianggap anak jenis dari kuntul kecil,
kini telah dipisahkan ke dalam dua spesies yang berbeda. Yalah Egretta gularis dengan dua anak jenisnya, Egretta
gularis gularis yang menyebar di pesisir Afrika Barat, dan Egretta gularis schistacea di wilayah antara Laut Merah
hingga India. Serta spesies Egretta dimorpha di Afrika Timur, Madagaskar, Kepulauan Komoro dan Aldabra.
Kuntul kecil 16
Rujukan
[1] . 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Puslitbang Biologi LIPI dan BirdLife IP. Hal. 64
[2] . 2000. Panduan Lapangan Burung-burung di Kawasan Wallacea. BirdLife IP dan Dove Publication. Hal. 49
[3] . 2001. Burung-burung di Kawasan Papua. Puslitbang Biologi LIPI dan BirdLife IP. Hal. 72
[4] www.wmtw.com (http:/ / www. wmtw. com/ news/ 28400447/ detail. html)
[5] Avibase: Little Egret Egretta garzetta (http:/ / avibase. bsc-eoc. org/ species. jsp?lang=EN& avibaseid=A6E9EDE55D229ED9)
Kuntul besar 17
Kuntul besar
?Kuntul besar
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Pelecaniformes
Famili: Ardeidae
Genus: Egretta
Spesies: Egretta alba
Kuntul besar (bahasa Latin = Egretta alba) adalah spesies burung dari keluarga Ardeidae, dari genus Egretta.
Burung ini merupakan jenis burung pemakan ikan, udang, belalang, larva capung yang memiliki habitat di
mangrove, gosong lumpur dan pasir, sawah, laguna.
Ciri-ciri
Kuntul besar memiliki tubuh berukuran besar (95 cm). Jauh lebih besar dari kuntul putih lain. Paruh lebih berat,
leher bersimpul khas. Perbedaan dengan Kuntul perak: Garis paruh melewati belakang mata. Berbiak: Kulit muka
hijau biru tidak berbulu. Bulu-bulu halus di tubuh. Paruh hitam. Paha merah tidak berbulu. Kaki hitam. Tidak
berbiak: Kulit muka kekuningan. Paruh kuning biasanya berujung hitam. Kaki dan tungkai hitam. Iris kuning. Hidup
sendiri atau berkelompok. Berdiri agak tegak, mematuk mangsa dari atas. Percumbuan, pasangan saling menari dan
mengejar. Terbang dengan kepakan sayap pelan dan anggun, penuh tenaga. Bersarang dalam koloni bersama burung
air lain. Sarang dari ranting-ranting yang dangkal, pada pucuk pohon. Telur berwarna pucat kebiru-biruan, jumlah
2-4 butir. Berbiak bulan Desember-Maret, Februari-Juli.
Kuntul besar 18
Penyebaran
Tersebar hampir diseluruh dunia.
Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua.
Galeri
Referensi
http:/ / bio. undip. ac. id/ sbw/ sp_daftar_indo. htm
Cabai jawa 19
Cabai jawa
?Cabai jawa
Status konservasi
Risiko Rendah IUCN 3.1)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Dicaeidae
Genus: Dicaeum
Spesies: D. trochileum
Nama binomial
Dicaeum trochileum
(Sparrman, 1789)
Cabai jawa (bahasa Latin: Dicaeum trochileum) adalah spesies burung dari keluarga Dicaeidae, dari genus
Dicaeum. Burung ini merupakan jenis burung pemakan buah benalu, biji, serangga keci dan memiliki habitat di
pekarangan, perkotaan, habitat terbuka, pantai, hutan mangrove.
Cabai jawa 20
Ciri-ciri
Cabai Jawa memiliki tubuh berukuran sangat kecil (8 cm).
Burung jantan: Kepala, punggung, tunggir, dada merah padam atau agak kejinggaan. Sayap dan ujung ekor hitam.
Perut putih keabu-abuan. Ada bercak putih pada lengkung sayap.
Burung betina: Tunggir merah. Tubuh bagian atas lainnya coklat, tersapu merah pada kepala dan mantel. Tubuh
bagian bawah putih buram.
Burung muda: Tubuh bagian atas coklat kehijauan. Bercak jingga pada tunggir. Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam.
Bersifat aktif terbang hilir mudik dengan cepat. Sering mengunjungi benalu untuk memakan buahnya yang lengket.
Sarang berbentuk kantung menggantung, dari rumput dilapisi kapas rumput, pada ujung pohon tinggi. Telur
berbintik tipis, jumlah 2 butir. Berbiak bulan Januari-Oktober, April, Mei.
Penyebaran
�� Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Lombok.
Galeri
Referensi
� http:/ / bio. undip. ac. id/ sbw/ sp_daftar_indo. htm
Walet linci 21
Walet linci
?Walet linchi
Status konservasi
Risiko Rendah �IUCN 3.1)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Apodiformes
Famili: Apodidae
Genus: Collocalia
Spesies: C. linchi
Nama binomial
Collocalia linchi
(Horsfield & Moore, 1854)
Walet linchi (bahasa Latin: Collocalia linchi) adalah spesies burung dari keluarga Apodidae, dari genus Collocalia.
Burung ini merupakan jenis burung pemakan serangga kecil yang memiliki habitat di semua tipe hutan, lahan
pertanian, perkotaan.
Ciri-ciri
Walet linchi memiliki tubuh berukuran kecil (9 cm). Warna hitam biru mengkilat. Ekor sedikit bertakik. Dagu
abu-abu. Perut putih mencolok. Walet paling kecil dan paling umum di seluruh Sunda Besar dan Nusa Tenggara.
Menukik untuk minum air di sungai atau kolam. Jarang sekali bertengger. Tidak menggunakan ekholokasi.
Sarang berbentuk cawan dari lumut, rumput, atau tumbuhan, pada dekat mulut gua. Telur berbentuk lonjong,
berwarna putih, jumlah 2 butir. Berbiak sepanjang tahun.
Penyebaran
Sumatera pegunungan tinggi, Jawa, Timor.
Referensi
bio.undip.ac.id [1]
Bondol haji 22
Bondol haji
?Bondol Haji
Status konservasi
Risiko Rendah �IUCN 3.1)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Estrildidae
Genus: Lonchura
Spesies: L. maja
Nama binomial
Lonchura maja
(Linnaeus, 1766)
Bondol haji (Lonchura maja), pipit haji, atau yang dalam bahasa Jawa disebut emprit haji, adalah burung yang
termasuk dalam suku Estrildidae hidup di Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Bali dan pulau-pulau di sekitarnya.
Burung ini dinamakan emprit haji karena bagian kepala hewan ini berwarna putih, yang seolah memakai peci putih
yang dalam masyarakat Indonesia dipakai setelah pulang dari haji.
Bondol haji 23
Asal mula
Asal mula dan filogeni emprit haji diperoleh Antonio Arnaiz-Villena et al. Estrildinae mungkin berasal dari India
dan setelah itu menyebar (menuju habitat Afrika dan Samudra Pasifik).
Ciri-ciri
Bertubuh kecil (11 cm), burung ini berwarna putih cokelat seperti finch. Mirip dengan bondol oto-hitam namun
pucat cokelat, sementara seluruh kepala dan tenggorokan putih. Burung muda berwarna cokelat pada bagian atas
badannya, dengan tubuh bagian bawah dan wajah kuning tua. Iris berwarna cokelat; paruh abu-abu kebiruan; dan
kaki biru pucat. Adapun suaranya bernada tinggi seperti seruling, berbunyi : "puip" bila mengelompok.[1]
Sewaktu masih remaja, bagian belakang telinga bondol dan bagian bawah burung itu berwarna putih. Sementara itu,
paruhnya berwarna biru abu-abu.[2]
Ras
Berikut ini subspesies bondol haji:[3]
�� L.m. maja
� L.m. viatnemensis (di Indochina)
Penyebaran & habitat
Burung ini tersebar di Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi, Thailand & Vietnam selatan. Di
introduksi di Jepang (Osaka & Okinawa).[4][5]
Di Sumatera (termasuk pulau-pulau sekitarnya), Jawa dan Bali burung ini cukup umum dan tersebar luas sampai
ketinggian 1.500 m dpl. Kebiasaan emprit ini sering mengunjungi rawa-rawa dan sawah, emprit ini suka memakan
padi.[6]
Tempat hidup
Mudah dijumpai, mengunjungi rawa dan rawa-rawa buluh sampai ketinggian 1.500 mdpl. Membentuk kelompok
besar selama musim panen padi, tetapi tersebar berpasangan selama musim kawin. Tingkah laku umumnya seperti
bondol (pipit) lain. Mereka juga hidup di dataran terbuka dengan rerumputan dan kebun.
Perkembangbiakan
Biasanya, bondol haji hidup tidak dalam pasangan pada waktu di luar musim kawin. Namun, pada saat musim
kawin, burung ini hidup berpasangan.[]
Telurnya 4-5, terkadang 6, telur putih diletakkan pada sarang khas bondol
yang berupa sarang berbentuk bola dari rumput. Di Jawa Barat, perkembangbiakan dimulai pada Februari.
Bondol haji 24
Bahasa lain
� Bahasa Ceko: ������� ���������
� Bahasa Jerman: ������� �����
� Bahasa Inggris:White-headed Munia
� Bahasa Italia: Cappuccino testabianca
� Bahasa Belanda: Witkopnon[]
.
Galeri
Referensi
[1] . 2000. Panduan Lapangan Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. LIPI - Birdlife Int'l IP. Hal. 426.
[2][2] J!"#$#%#&'()#* +,-+. /0*1 20334'1
[3] R56&5( 7 800!( +,,9. /0*1 -;<1
[4] Kutilang Indonesia: Bondol Haji (http:/ / www. kutilang. or. id/ burung/ konservasi/ bondol-haji/ )
[5][5] B$#='0 +,,<. /0*1 >9+1
[6] Biologi Undip: Bondol Haji (http:/ / www. bio. undip. ac. id/ sbw/ spesies/ sp_bondol_haji. htm)
� BirdLife Species Factsheet (http:/ / www. birdlife. org/ datazone/ species/ index. html?action=SpcHTMDetails.
asp& sid=8716& m=0)
Daftar pusaka
� Robson, Craig; Allen, Richard (2005). New Holland Field Guide to The Bird of South-East Asia:Thailand,
Peninsular Malaysia, Singapore, Vietnam, Cambodia, Laos, Myanmar [Panduan Burung Asia Tenggara New
Holland;Thailand, Peninsular Malaysia, Singapore, Vietnam, Cambodia, Laos, Myanmar] (http:/ / books. google.
co. id/ books?id=MZh_isKvAQ8C) (dalam bahasa Inggris). New Holland Publisher. ISBN 978-1-84330-746-4.
� Brazil, Mark (2009). Birds of East Asia; Eastern China, Taiwan, Korea, Japan, Eastern Russia [Burung Asia
Timur; China Timur, Taiwan, Korea, Jepang, Rusia Timur] (http:/ / books. google. co. id/
books?id=SS4_WkC2Pc8C) (dalam bahasa Inggris). Cristopher Helm. ISBN 978-0-7136-7040-0.
� Jeyarajasingnam, Allen (2012). A Field Guide to the Birds of Peninsular Malaysia and Singapore [Buku Panduan
Burung-Burung Semenanjung Malaysia dan Singapura] (http:/ / books. google. co. id/ books?id=g63vuaasxrgC)
(dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. ISBN 978-0-19-963943-4.
Bondol haji 25
Pranala luar
? Flickr: Foto Emprit haji (http:/ / www. flickr. com/ photos/ 46202369@N02/ 5223120361/ )
? (Indonesia) FOBI-Foto Biodiversitas Indonesia: Lonchura maja (http:/ / www. fobi. web. id/ v/ aves/ f-est/
lon-maj/ Lonchura_maja_Wonoredjo1_AM. jpg. html)
? (Inggris) lonchura maja index (http:/ / ibc. lynxeds. com/ species/ white-headed-munia-lonchura-maja/ )
? Kehidupan bondol haji diceritakan di youtube ini (http:/ / www. youtube. com/ watch?v=PEAw0Xy2XjU)
Kacamata biasa (burung) 26
Kacamata biasa (burung)
?Kacamata biasa
Status konservasi
Risiko Rendah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Zosteropidae
Genus: Zosterops
Spesies: Z. palpebrosus
Nama binomial
Zosterops palpebrosus
(Temminck, 1824)
Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) adalah nama sejenis burung kecil dari suku Zosteropidae, bangsa
Passeriformes (burung petengger). Burung ini merupakan penetap di hutan-hutan terbuka di kawasan Asia tropis,
mulai dari India ke timur hingga Cina dan Indonesia. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Oriental White-eye.
Pengenalan
Burung kecil yang lincah, dengan panjang tubuh (dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 10–11 cm. Sisi atas
tubuh tertutup bulu-bulu kehijauan atau hijau kekuningan (hijau zaitun), sedangkan sisi bawahnya sedikit bervariasi
bergantung rasnya, kecuali leher dan dadanya yang berwarna kuning terang. Sayapnya membundar dan kaki-kakinya
kuat.
Nama-namanya (“kacamata”, white-eye) merujuk pada lingkaran bulu-bulu kecil berwarna putih di sekeliling
matanya. Nama marganya berasal dari kata Yunani zosterops, yang berarti ”sabuk mata”.
Gemar berkelompok, burung ini kerap membentuk gerombolan besar yang bergerak bersama di antara tajuk
pepohonan; bahkan sering juga bercampur dengan spesies lain seperti burung sepah (Pericrocotus). Meskipun
utamanya burung kacamata bersifat pemakan serangga, namun ia pun memakan nektar dan aneka jenis buah.
Sembari mencari mangsanya di sela-sela dedaunan, burung ini terus bergerak dari satu ranting ke lain ranting, dan
kemudian berpindah ke lain pohon yang berdekatan, sambil terus mengeluarkan suara berkeciap tinggi setiap
beberapa saat sekali untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok yang lainnya.[]
Kacamata biasa (burung) 27
Di Jawa, burung ini tercatat bertelur mulai dari Januari hingga Oktober. Telur berjumlah kurang lebih tiga (2–5)
butir berwarna biru pucat, diletakkan pada sarang berupa cawan kecil yang khas bentuknya. Sarang ini terbuat dari
akar-akaran, tangkai dan tulang daun, dan bahan-bahan tumbuhan lainnya, serta dihiasi dengan lumut. Sarang
diletakkan di percabangan ranting atau rumpun bambu, sekitar 2–4 m di atas tanah.[]
Ras dan penyebaran
Ada banyak ras (anak jenis) dari Z. palpebrosus. Berikut ini uraian mengenai beberapa ras yang terdapat di Indonesia
dan cirinya.
@ Z.p. auriventer di Sumatra, Kalimantan dan Asia Tenggara.[1]
@ Z.p. buxtoni di Sumatra, Kalimantan, dan Jawa bagian barat. Mirip dengan kacamata gunung Zosterops montanus,
sisi bawah tubuh berwarna abu-abu keputihan; perbedaannya buxtoni memiliki sebuah garis kuning membujur di
tengah dada hingga perut, paha yang berwarna putih, dan iris mata kecoklatan (montanus, iris putih). Sangat mirip
dengan kacamata belukar Zosterops everetti, yang perutnya lebih abu-abu dan pita kuning di dadanya lebih
lebar.[]
@ Z.p. melanurus di Jawa dan Bali. Sisi bawah tubuh kuning seluruhnya. Sisi atas tubuh (termasuk tunggir) hijau
zaitun, dengan bercak kuning di atas paruh. Mirip dengan kacamata laut Zosterops chloris yang bertubuh sedikit
lebih besar dan memiliki kekang hitam gelap.
@ Z.p. unicus di Sumbawa dan Flores. Seperti melanurus, namun tunggirnya berwarna kuning.[2]
Galeri
Dari Distrik Kullu – Manali,
Himachal Pradesh, India
Dari Bhopal, Madhya Pradesh,
India
Bhopal Bhopal
Di rumpun bambu Bhopal Kullu - Manali
Kacamata biasa (burung) 28
Rujukan
[1] King, B., M. Woodcock, and E.C. Dickinson. 1975. A Field Guide to The Birds of South-East Asia. Collins. London. p. 423. ISBN
0-00-219206-3
[2] Coates, B.J. and K.D. Bishop. 2000. Panduan lapangan Burung-burung di Kawasan Wallacea. BirdLife IP & Dove Publication. Bogor. Hal.
179, L.G. 55. ISBN 979-95794-2-2
A Birds of India by Grimmett, Inskipp and Inskipp, ISBN 0-691-04910-6
Pranala luar
A Oriental White-eye videos (http:/ / ibc. hbw. com/ ibc/ phtml/ especie. phtml?idEspecie=7694) on the Internet Bird Collection
A Oriental White-eye (http:/ / www. crjayaprakash. com/ photography/ main. php/ BIRDS/ Oriental+ White+ Eye. jpg.
html) seen at Mulli near Coimbatore
Layang-layang asia 29
Layang-layang asia
?Layang-layang asia
Status konservasi
Risiko Rendah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Hirundinidae
Genus: Hirundo
Spesies: H. rustica
Nama binomial
Hirundo rustica
Linnaeus, 1758
Hirundo rustica
Layang-layang asia (bahasa Latin: Hirundo rustica) adalah spesies
burung dari keluarga Hirundinidae, dari genus Hirundo, yang
mempunyai paruh, berdarah panas, dan membiak dengan cara bertelur.
Burung ini merupakan jenis burung pemakan serangga keci yang
memiliki habitat di hutan, kebun, tegalan, sawah, pedesaan, kota.
Ciri-ciri
Layang-layang asia memiliki tubuh berukuran sedang (20 cm). Tubuh
bagian atas berwarna biru baja. Pinggir tenggorokan kemerahan. Perut
putih. Garis biru baja pada dada atas. Ekor sangat panjang dengan bintik putih pada ujung bulu.
Perbedaan dengan Layang-layang batu: perut putih bersih, ekor lebih memanjang, garis dada biru baja. Remaja: bulu
lebih suram, ekor tanpa pita panjang. Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam. Terbang melayang dan melingkar di udara,
atau terbang rendah di atas tanah atau air untuk menangkap serangga. Hinggap pada pohon mati, kawat, tiang.
Mencari makan sendiri-sendiri tapi dalam jumlah besar dalam satu tempat.
Layang-layang asia 30
Tempat Tinggal
Ada yang menyebutnya seriti kembang atau Dali. makan serangga hidup bersarang dibawah jembatan dengan
menggunakan lumpur dan rumput.
Penyebaran
CC Berbiak: Kosmopolitan, di semua belahan bumi utara.
CC Migran: Afrika, Asia, Asia tenggara, Filipina, Indonesia, Irian, Australia.
Galeri
Lihat juga
CC Penglihatan burung
Perenjak jawa 31
Perenjak jawa
?Perenjak Jawa
Perenjak jawa yang masih muda
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Cisticolidae
Genus: Prinia
Spesies: P. familiaris
Nama binomial
Prinia familiaris
Horsfield, 1821
Perenjak jawa atau yang juga dikenal dengan nama ciblek adalah sejenis burung pengicau dari suku Cisticolidae
(pada banyak buku masih dimasukkan ke dalam suku Sylviidae). Dalam bahasa Inggris burung ini dikenal sebagai
bar-winged Prinia, merujuk pada dua garis putih pada setiap sayapnya. Nama ilmiahnya adalah Prinia familiaris
Horsfield, 1821.
Morfologi
Burung kecil ramping, dengan panjang total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 13 cm. Hampir
seluruh sisi atas badan berwarna coklat hijau-zaitun. Tenggorokan dan dada putih, perut dan pantat kekuningan. Sisi
dada dan paha keabu-abuan. Ciri khasnya sayap dengan dua garis putih, serta ekor panjang dengan ujung berwarna
hitam dan putih.
Paruh panjang runcing, sebelah atas berwarna kehitaman dan sebelah bawah kekuningan. Kaki langsing dan rapuh
berwarna coklat kemerahan atau merah jambu.
Perenjak jawa 32
Kebiasaan dan penyebaran
Burung yang ramai dan lincah, yang sering ditemui di tempat terbuka atau daerah bersemak di taman, pekarangan,
tepi sawah, hutan sekunder, hingga ke hutan bakau. Juga kerap teramati di perkebunan teh. Dua atau tiga ekor, atau
lebih, kerap terlihat berkejaran sementara mencari makanan di antara semak-semak, sambil berbunyi-bunyi keras
cwuit-cwuit-cwuit.. ciblek-ciblek-ciblek-ciblek.. ! Ekor yang tipis digerakkan ke atas saat berkicau.
Mencari mangsanya yang berupa aneka serangga dan ulat, perenjak jawa berburu mulai dari permukaan tanah hingga
tajuk pepohonan. Burung ini membuat sarangnya di rerumputan atau semak-semak hingga ketinggian sekitar 1,5 m
di atas tanah. Sarang berbentuk bola kecil dianyam dari rerumputan dan serat tumbuhan.
Perenjak jawa adalah burung endemik (menyebar terbatas) di wilayah Sumatra, Jawa dan Bali. Di Sumatra tidak
jarang sampai ketinggian 900 m dpl, sedangkan di Jawa dan Bali umum sampai ketinggian 1.500 m dpl.
Ancaman dan konservasi
Sebelum tahun 1990-an, burung ini boleh dibilang tidak memiliki nilai ekonomi, sehingga banyak dibiarkan bebas
dan meliar seperti halnya burung gereja dan burung pipit. Sifatnya yang mudah beradaptasi dan tidak takut pada
manusia menyebabkan populasi burung ini cukup tinggi pada wilayah-wilayah yang sesuai.
Setelah tahun-tahun itu, burung ini mulai banyak diburu orang untuk diperdagangkan terutama di Jawa. Apalagi
burung ini mudah dijumpai di wilayah perkebunan dan memiliki keistimewaan mudah jinak. Sifat jinaknya membuat
ia mudah ditangkap dengan cara dipikat yaitu memakai bantuan cermin di dalam sangkar. Burung yang tertarik
dengan bayangannya sendiri akan terjebak di dalam sangkar.
Cara lain adalah dengan memasang jerat atau rajut di sekitar sarangnya, atau dengan perangkap getah (pulut) pada
tempat-tempat tidurnya di waktu malam. Para penangkap burung yang terampil, bahkan, kerap hanya bermodalkan
senter, kehati-hatian dan kecepatan tangan menangkap burung yang tidur di malam hari.
Sayang sekali burung ini mudah stres dan mati dalam pemeliharaan, terutama apabila yang ditangkap adalah burung
dewasa. Belum lagi jika pemeliharanya tidak berpengalaman. Namun ini agaknya tidak menyurutkan minat para
penangkap burung untuk terus memburunya. Sampai sekarang, burung ini masih sulit untuk dibiakkan. Sejak Tahun
2010, salah seorang penghobi burung pekicau Iwan Lippo Cikarang berhasil menangkarkan ciblek.
Eksploitasi yang berlebihan sangat berbahaya bagi populasi ciblek. Di wilayah-wilayah tertentu seperti di pinggiran
Jakarta dan Bogor, kini seolah ‘kehabisan stok’ padahal sebelum tahun 90-an burung ini masih melimpah. Perenjak
jawa semakin jarang terlihat di taman-taman, dan hadir terbatas di tempat-tempat tertentu yang masih dekat hutan.
Dalam pemeliharaan biasanya burung ini sering diberi makanan berupa kroto (tempayak dan anak semut rangrang),
ulat hongkong, serta pelet (voer).
Pembedaan kelamin
Jantan dibedakan dari betina dengan ukuran tubuhnya yang lebih besar dan aktif berkicau. Ekor lebih panjang dan
warna sayap yang lebih gelap.
Juga bisa dibedakan dari warna paruh bagian bawahnya :
Paruh bawah berwarna putih pucat adalah betina
Paruh bawah berwarna putih dengan ujung hitam adalah burung jantan muda
Paruh bawah berwarna hitam menyeluruh adalah burung jantan dewasa
Bila masih muda dapat dibedakan melalui kuku jari
Kuku jari kaki yang berwarna kusam adalah burung jantan
Kuku jari kaki bersih adalah burung betina
Perenjak jawa 33
Galeri
Bahan bacaan
D MacKinnon, J., K. Phillipps, B. van Balen. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. LIPI
dan BirdLife IP. Bogor.
Pranala luar
(Inggris) ITIS Database [1]
, diakses 28/07/2006
Referensi
[1] http:/ / www. itis. usda. gov/ servlet/ SingleRpt/ SingleRpt?search_topic=TSN& search_value=562437
Ayam kampung 34
Ayam kampung
?Gallus domesticus
Ayam kampung (Gallus domesticus) sedang diberi makan di tanah terbuka
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Galliformes
Famili: Phasianidae
Genus: Gallus
Spesies: G. gallus
Upaspesies: G. g. domesticus
Nama trinomial
Gallus gallus domesticus
Ayam kampung adalah sebutan di Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak ditangani dengan cara budidaya
massal komersial serta tidak berasal-usul dari galur atau ras yang dihasilkan untuk kepentingan komersial tersebut[1]
.
Ayam kampung tidak memiliki istilah ayam kampung petelur ataupun pedaging . Hal ini disebabkan ayam kampung
bertelur sebagaimana halnya bangsa unggas dan mempunyai daging selayaknya hewan pada umumnya.
Nama ilmiah untuk ayam kampung adalah Gallus domesticus[2]
. Aktivitas peternakan ayam kampung telah ada sejak
zaman dahulu .
Latar belakang
Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok
nusantara [3]
. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing .
Istilah "Ayam kampung" semula adalah kebalikan dari istilah "ayam ras", dan sebutan ini mengacu pada ayam yang
ditemukan berkeliaran bebas di sekitar perumahan . Namun demikian, semenjak dilakukan program pengembangan,
pemurnian, dan pemuliaan beberapa ayam lokal unggul, saat ini dikenal pula beberapa ras unggul ayam kampung .
Untuk membedakannya kini dikenal istilah ayam buras (singkatan dari "ayam bukan ras") bagi ayam kampung yang
telah diseleksi dan dipelihara dengan perbaikan teknik budidaya (tidak sekadar diumbar dan dibiarkan mencari
makan sendiri). Peternakan ayam buras mempunyai peranan yang cukup besar dalam mendukung ekonomi
masyarakat pedesaan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan pemeliharaannya relatif
Ayam kampung 35
lebih mudah .
Sejarah Perkembangan
Sejarah ayam kampung dimulai dari generasi pertama ayam kampung yaitu dari keturunan ayam hutan merah
(Gallus gallus)[4]
. Jenis ayam kampung sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Kutai.[5]
. Pada saat itu, ayam kampung
merupakan salah satu jenis persembahan untuk kerajaan sebagai upeti dari masyarakat setempat. Keharusan
menyerahkan upeti menyebabkan ayam kampung selalu diternakan oleh warga kampung dan menyebabkan ayam
kampung tetap terjaga kelestariannya. Di samping itu, ayam kampung memang sesuai dengan selera masyarakat
setempat. Kebiasaan beternak ayam kampung tersebutlah yang menyebabkan ayam ini mudah dijumpai di tanah air.
Sampai sekarang sistem upeti dalam arti perpindahan barang (ayam kampung) dari desa ke kota masih tetap ada.
Bedanya, saat ini perpindahan tersebut lebih bersifat bisnis..!
Varietas
Ayam kampung mempunyai banyak varietas dan spesies, beberapa di antaranya yang penting yaitu :[6]
.
1. Ayam Kedu
Ayam kedu merupakan ayam lokal yang berkembang di Kabupaten Magelang dan Temanggung atau eks.
Kersidenan Kedu (Jawa Tengah). Berdasarkan penampilan warnanya, ayam kedu dapat dibedakan menjadi empat
jenis sebagai berikut .
a. Ayam Kedu Hitam
Ayam kedu hitam mempunyai penampilan fisik hampir hitam semua, tetapi kalau diamati secara teliti warnanya
tidak terlalu hitam . Penampilan kulit pantat dan jengger masih mengandung warna kemerah-merahan . Bobot ayam
kedu hitam jantan dewasa antara 2 kg–2,5 kg, sedangkan yang betinanya hanya 1,5 kg . Ayam ini sering disamakan
dengan ayam cemani karena tampak serba hitam .
b. Ayam Kedu Cemani
Ayam kedu cemani memiliki penampilan sosok tubuh hitam mulus, termasuk paruh, kuku, telapak kaki, lidah, telak
(langit-langit mulut), bahkan daging dan tulangnya juga hitam . Sosok tubuh ayam kedu jantan dewasa tinggi besar
dan bobotnya antara 3 kg-3,5 kg, sedangkan yang betina dewasa berbobot antara 2 kg-2,5 kg .
c. Ayam Kedu Putih
Ayam kedu putih ditandai dengan warna bulu putih mulus, jengger dan kulit mukanya berwarna merah, sedangkan
kakinya berwarna putih atau kekuning-kuningan . Jenggernya tegak berbentuk wilah . Bobot ayam jantan kedu putih
dewasa mencapai 2,5 kg . Sedangkan bobot ayam kedu putih betina 1,2 kg–1,5 kg .
d. Ayam Kedu Merah
Ayam kedu merah ditandai dengan warna bulu hitam mulus, tetapi kulit muka dan jengger berwarna merah,
sedangkan kulit badannya berwarna putih . Sosok tubuh ayam kedu merah tinggi besar dengan bobot ayam jantan
dewasa 3 kg-3,5 kg, Sedangkan bobot ayam betina 2 kg-2,5 kg .
2. Ayam Nunukan
Ayam nunukan disebut juga ayam Tawao. Ayam ini merupakan ayam lokal yang berkembang di Pulau Tarakan,
Kalimantan Timur. Ayam nunukan diperkirakan berasal dari Cina . Karakteristik ayam nunukan adalah warna
bulunya merah cerah atau merah kekuning-kuningan, bulu sayap dan ekor tidak berkembang sempurna . Sementara
paruh dan kakinya berwarna kuning atau putih kekuning-kuningan dengan jengger dan pial berwarna merah cerah.
Jenggernya berbentuk wilah dan bergerigi delapan .
Ayam kampung 36
Stadium anak ayam sampai umur 45 hari cenderung berbulu kapas . Berat badan ayam nunukan jantan dewasa 3,4
kg–4,2 kg, sedangkan yang betina 1,6 kg–1,9 kg .
3. Ayam Pelung
Ayam pelung merupakan ayam lokal yang berkembang di Kabupaten Cianjur dan Sukabumi (Jawa Barat). Ayam
pelung memiliki sosok tubuh besar dan tegap, temboloknya tampak menonjol . Kakinya panjang, kuat, dan pahanya
berdaging tebal . Ayam pelung jantan memiliki Jengger berbentuk wilah yang besar, tegak, bergerigi nyata dan
berwarna merah cerah . Ayam pelung betina mempunyai jengger, tetapi jengger terseebut tidak berkembang dengan
baik . Ayam pelung jantan dewasa mempunyai bobot badan berkisar antara 3,5 Kg – 5,5 Kg, sedangkan yang betina
2,5 Kg – 3,5 Kg .
4. Ayam Sumatra
Ayam Sumatra
Ayam Sumatra merupakan ayam lokal dari
Sumatera Barat . Penampilan perawakannya
tegap, gagah ,tetapi ukuran tubuhnya kecil.
Ayam Sumatra jantan berkepala kecil, tetapi
tengkoraknya lebar . Pipinya penuh (padat),
keningnya tebal, dan pialnya menggantung
ke bawah. Paruh ayam Sumatra umumnya
pendek dan kukuh berwarna hitam, dengan
cuping kecil dan berwarna hitam . Ayam
Sumatra memiliki jengger berbentuk wilah
dan berwarna merah [6]
. Kulit muka juga
berwarna merah atau hitam, ditumbuhi bulu
halus yang jarang . Bobot ayam Sumatra
jantan dewasa 2 Kg, sedangkan yang betina
1,5 Kg .
5. Ayam Belenggek
Ayam belenggek berasal dari Sumatera Barat, tepatnya dipedalaman Kabupaten Solok . Ayam ini pandai berkokok
dengan suara yang merdu dan iramanya bersusun-susun, panjang sampai terdiri atas 6-12 suku kata. Semakin
panjang suku katanya, semakin panjang kokoknya .
6. Ayam Gaok
Ayam gaok bersal dari madura dan Pulau Puteran, Kabupaten Sumenep . Keistimewaan ayam gaok yaitu kokoknya
memiliki suara panjang yang hampir sama dengan ayam pelung yang terdapat di Cianjur (Jawa Barat). Ayam Gaok
jantan dewasa memiliki bobot badan mencapai 4 Kg, sedangkan yang betina 2 - 2,5 Kg. Ayam Gaok jantan memiliki
tampilan tubuh besar, tegap dan gagah [6]
. Jenggernya besar berbentuk wilah dan berwarna merah, dengan pial yang
besar dan warnanya merah . Kakinya berwarna kuning . Bulunya didominasi oleh warna kuning kehijau-hijauan
(wido), namun ada juga yang berwarna lain, seperti merah dan hitam .
Ayam kampung 37
Sebagai sumber pangan
Ayam kampung disukai orang karena dagingnya yang kenyal dan "berisi", tidak lembek dan tidak berlemak
sebagaimana ayam ras [7]
Berbagai masakan Indonesia banyak yang tetap menggunakan ayam kampung karena
dagingnya tahan pengolahan (tidak hancur dalam pengolahan). Selain itu daging ayam kampung memiliki
keunggulan dibandingkan daging ayam broiler, karena kandungan nutrisi yang lebih tinggi [8]
. Bagian Daging dada
ayam ini termasuk makanan utama atlet binaraga . Dagingnya mengandung 19 jenis protein dan asam amino yang
tinggi . Kadar lemaknya juga relatif lebih rendah bila dibandingkan daging pada bagian pahanya Ayam kampung
dipelihara oleh masyarakat terutama sebagai sumber protein hewani baik berupa telur maupun daging, di samping
kotorannya juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman maupun pakan ikan. Sebagai sumber protein hewani
telur dan daging mengadung asam amino esensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan berperan dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat[9]
. Oleh karena itu, agar ayam kampung dapat berproduksi dengan baik salah
satunya harus diberikan pakan yang cukup. [10]
Ayam kampung memerlukan komposisi nutrisi yang tepat, termasuk
jika menginginkan ayam kampung yang memiliki tingkat produksi telur yang tinggi Berat telur ayam kampung
berkisar antara 26,27-55,4 gr dengan rataan 45,46. [11]
Pemeliharaan
Ada dua cara memelihara ayam kampung, yaitu dipelihara dengan dilepas bebas atau istilahnya diliarkan dan yang
kedua dibudidayakan. [12]
. Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Diliarkan
Cara pemeliharaan ini pada umumnya dilakukan oleh masyarakat pedesaan, cara ini disebut sebagai cara tradisional.
yaitu dilepas bebas berkeliaran di kebun-kebun sekitar rumah [3]
.
Keunggulan
Ayam kampung yang dilepas bebas biasanya mempunyai tingkat kekebalan yang tinggi dan menghemat biaya
makanan [3]
Umumnya ayam cukup diberi makan pagi hari saat akan dilepas berupa sisa-sisa makanan dan tambahan
bekatul secukupnya.[3]
Selebihnya ayam dianggap dapat mencari makan sendiri disekitar rumah [3]
.
Kelemahan
Kelemahannya di antaranya yaitu ayam lambat untuk berkembang lebih banyak, karena tingkat kematian pada anak
ayam relatif lebih tinggi [3]
. Waktu mengasuh terlalu lama yang berarti mengurangi produktifitas.[3]
. Kendali akan
keberadaan ayam kurang, sehingga kemungkinan dimangsa predator maupun hilang lebih tinggi.[3]
. Cara
pemeliharan ini kurang produktif [12]
.
Dikandangkan
Semula hewan yang kini dipelihara hidup bebas di alam, di hutan, di pegunungan dan lautan lepas.[13]
Jumlah
hewan-hewan ini beraneka ragam, dan sifat-sifat kehidupannya pun bermacam-macam [13]
. Jumlah yang banyak dan
beragam itu tidak seimbang dengan jumlah manusia yang masih sedikit dan hidup di gua-gua terpencil untuk
melindungi diri dari serangan binatang buas [13]
. Kebutuhan untuk hidup mendorong manusia memanfaatkan
tanaman dan binatang yang dapat ditangkap atau dibunuhnya [13]
. Dari kegiatan itulah manusia mengalami proses
belajar untuk mengenal hewan yang enak dimakan dan mudah ditangkap atau dibunuh [13]
. Perbendaharaan manusia
akan hewan konsumsi mulai bertambah [13]
. Di antara hewan yang digemari, adalah hewan-hewan kecil yang mudah
ditangkap atau dibunuh [13]
. Proses terus berkembang dan kegemaran akan hewan-hewan konsumsi mulai meningkat
pada usaha untuk dengan mudah memperoleh tanpa harus mencari-cari di hutan. Inilah penyebab timbulnya
keinginan untuk memelihara hewan dengan cara dikandangkan [13]
. Cara pemeliharan ini kurang produktif [12]
.
Ayam kampung 38
Kandang adalah tempat tinggal hewan yang dipelihara, salah satunya ayam, tempat berlindung dari terik matahari
dan hujan, tempat mendapat pakan dan minum, mendapat jaminan kesehatan dan aman dari gangguan hewan
pemangsa lainnya serta orang-orang jahat [12]
. Oleh karena itu kandang sangat berperan penting dalam pemeliharaan
ayam kampung [12]
.
Keunggulan
Ayam yang dikandangkan lebih mudah dikontrol keberadaannya, dapat mempercepat populasinya dengan cara setiap
ayam yang bertelur diambil dan dikumpulkan untuk ditetaskan secara bersama dalam satu indukan atau mesin
penetas [3]
. Anak ayam tidak harus mengikuti induknya [3]
. Namun dapat dipisah dan ditempatkan dengan pemberian
panas cahaya listrik (untuk penghangat) dan makanan yang sesuai [3]
.
Kelemahan
Apabila kondisi kandang tidak diperhatikan dan tidak sesuai syarat, maka kondisi hewan peliharaan jstru akan
memburuk, hal ini disebabkan kondisi yang telah membuat hewan ternak memiliki ketergantungan terhadap
pemeliharanya, sehingga memerlukan perhatian yang lebih dibandingkan dengan cara diliarkan [12]
. Oleh karena itu
kondisi kandang merupakan hal yang sangat penting dalam cara pemeliharaan ini, misalnya pada saat pembuatan
kandang harus diperhatikan beberapa faktor, di antaranya yaitu masalah biologis ayam yang akan menempatinya,
teknik pembuatan kandang yang berhubungan langsung dengan masalah bentuk dan kualitas bahan, serta masalah
iklim, suhu, pergerakan angin dan pengaturan udara yang berhubungan langsung dengan temperatur dan kelembaban
kandang serta ventilasi udara [12]
.
Kebiasaan atau sifat ayam kampung yang merugikan
Beberapa kebiasaan atau sifat yang kampung yang meugikan, di antaranya yaitu :[12]
.
1. Kanibalisme
Kanibalisme pada ayam kampung adalah mematuk bahkan memakan kawan sendiri [12]
.Kanibalisme pada ayam
kampung dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu ayam kekurangan zat makanan, misalnya protein, mineral dan
air minum; jumlah ayam dalam satu kandang terlalu padat, sehingga ayam saling berebut tempat yang paling
menyenangkan; udara dalam kandang terlalu panas, karena sistem ventilasi kandang kurang baik; ayam kekurangan
grit [12]
.
2. Memakan telur
Peristiwa ayam memakan telur (egg eating) sering dijumpai pada pemeliharaan ayam sistem kandang litter. Untuk
menghindari ayam memakan telurnya sendiri, zat-zat mineral (NaCl dan Ca)dan air minum yang dibutuhkan ayam
harus dipenuhi [12]
.
3. Rontok Bulu
Rontok bulu merupakan peristiwa alami yang wajar bagi ayam. Tetapi bila hal ini terjadi terlalu cepat, jelas akan
merugikan peternak ayam [12]
.
Pemilihan bibit unggul
Dalam pengembangannya, ditemukan berbagai hambatan untuk meningkatkan produktivitas ayam kampung yang
relatif rendah [14]
Hal ini terkait dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional, pakan yang diberikan masih
seadanya, dan belum terlaksananya sistem pengendalian penyakit dengan baik Hambatan-hambatan ini menjadi
kendala dalam pengembangan ternak ayam kampung di pedesaan Dalam pembudidayaan ayam kampung,
permasalahan yang sering ditemui adalah penyediaan bibit ayam kampung unggul Dalam pencarian calon bibit
unggul, selain didasarkan dari tampilan luarnya, juga seleksi ayam kampung yang berbasis konsep pemuliaan ternak,
sehingga diperoleh bibit unggul, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas ternak
Ayam kampung 39
Ciri-ciri bibit unggul ayam, yaitu[15]
:
1.1. Bagian tubuh tak ada yang rusak atau cacat, misalnya kaki utuh dan leher lurus.
2. Otot gempal dan kuat, terutama di bagian paha dan dada. Tulangnya juga kuat.
3. Susunan bulu teratur, saling menghimpit dan tampak mengkilat. Kondisi bulu yang baik mencerminkan kondisi
kulit yang baik pula.
4. Mata cerah dan pandangannya tampak tajam.
5.5. Gerakannya gesit yaitu mudah berontak bila dipegang.
6.6. Ukuran badannya sedang, tidak kurus dan tidak gemuk.
7. Induk jantan mempunyai jengger yang berwarna merah cerah, kepala tampak kokoh, paruh pendek, tajam dan
kuat.
8. Jarak ujung tulang dada dengan dubur berjarak minimal tiga jari tangan.
Penyakit dan Cara Penanggulangannya
Ayam kampung termasuk jenis unggas yang tahan terhadap penyakit [12]
. Tetapi tidak berarti bahwa ayam kampung
tidak dapat diserang oleh penyakit [12]
.
Jenis Penyakit
Berikut ini beberapa penyakit yang sering menyerang ayam kampung [12]
.
1. Tetelo (New Castle Desease:ND)
Penyakit tetelo (New Castle Desease:ND)merupakan penyakit ayam yang sangat berbahaya dan sulit ditanggulangi[12]
. Penularannya dapat melalui berbagai media, antara lain : Kontak langsung antara ayam sehat dengan ayam yang
sakit; Tamu yang masuk kedalam kompleks peternakan membawa bibit kuman penyakit ini; Tempat makan dan
minum yang kurang bersih, sehingga mudah ditempeli oleh virus penyakit ini; Burung-burung liar (misalnya burung
gereja) yang ikut memakan makanan ayam. Tingkat kematian akibat penyakit ini sangat tinggi, sekitar 10-100% [12]
.
2. Pilek (snot)
Penyebab penyakit ini adalah bakteri (Hemophilus galiarum) [12]
. Penularannya dapat melalui berbagai media, antara
lain :Kontak langsung antara ayam sehat dengan ayam yang sakit; Melalui udara, debu, makanan dan alat-alat dalam
kandang yang kurang bersih; Tamu yang masuk kedalam kompleks peternakan membawa bibit kuman penyakit ini;
Burung-burung liar (misalnya burung gereja) yang ikut memakan makanan ayam [12]
. Tingkat kematian yang
disebabkan oleh penyakit ini juga sangat tinggi [12]
.
3. Berak darah (Coccidiocis)
Berak darah (Coccidiocis) dapat menyerang ayam segala umur. Penularannya dapat terjadi melalui : binatang lain
(seperti tikus, burung, ayam liar yang masuk kedalam kandang dan telah membawa bibit penyakit atau empat makan
dan minum yang kurang bersih .
4. Sesak napas
Sesak napas penyebabnya adalah bakteri (Mycroplasma gallisepticum). Penyakit ini menyerang alat-alat pernapasan,
sehingga ayam kesulitan untuk bernapas [12]
.
5. Berak Kapur
Berak kapur disebabkan oleh bakteri (Salmonella pullorum). Penyakit ini lebihsuka menyerang anak ayam dan ayam
dara [12]
. Penularannya melalui : Telur; Kontak langsung antara ayam sehat dengan ayam yang sakit; peralatan
penetasan dan peralatan-peralatan kandang yang kurang bersih .
Ayam kampung 40
Cara Menanggulangi Penyakit
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penularan penyakit, peternak harus segera mengakaratina ayam yang
dicurigai sakit, melarang atau membatasi tamu yang masuk kekompleks peternakan [12]
. Disamping itu kebersihan
peralatan kandang, seperti tempat pakan dan minum serta keadaan kandang harus selalu diperhatikan [12]
.
Contoh Manfaat persilangan ayam kampung
Persilangan ayam kampung varietas lain dengan ayam pelung bertujuan memanfaatkan pejantan pelung yang
kualitas suaranya jelek akan tetapi pertumbuhannya bagus untuk memperoleh nilai tambah atau keunggulan dari
hasil persilangan kedua jenis ayam tersebut.
Pranala Luar
E Gambar Mewarnai Ayam [16]
di GambarMewarnai.web.id
Referensi
[1][1] Rasyaf M. 1992. Produksi dan Pemberian Pakan Unggas. Hlmn 42-50.Yoyakarta: Kanisius.
[2] Kurniawan. Mengenal Hewan & Tumbuhan Asli Indonesia. Hlmn 7.ISBN :6028526177. Jakarta :Agromedia Pustaka
[3][3] Sarwono B.1995. Berternak Ayam Buras.halmn 243-244. Jakarta:Penebar Swadaya.
[4][4] Cambridge Scientific Abstracts, Inc. Internet Database Service. 1970. Zoological record, Jilid 104, Terbitan 18-20. London :Zoological
Society.
[5][5] Sujionohadi K, Setiawan AI. 1993. Ayam Kampung Petelur. Jakarta :Niaga Swadaya.
[6][6] Rukmana R.2003. Ayam Buras Intensifikasi Dan Kiat Pengembangan. Hlmn 17-25.ISBN:9792106804. Yogyakarta: Kanisius
[7][7] Murtidjo BA. 1994. Mengelolah Ayam Buras.Hlmn:15-16. ISBN 979-413-740-5.Yogyakarta: Kanisius.
[8][8] Setyawati D. 2008. 100 Menu Masakan Ayam. hlmn 15.ISBN 602-8260-02-9. Jakarta:Gradien Mediatama.
[9][9] Kamal. 1994. Kontrol Kualitas Pakan dan Menyusun Pakan Ternak.Yogyakarta: UGM Press.
[10][10] Wihandoyo. 1991. Serba Serbi Preatasi Ayam Buras. Yogyakarta: UGM Press.
[11] Mansjoer et al. 1990. Pencarian Galur Murni Ayam Kampung, Ayam Pelung dan Ayam Bangkok Dalam Usaha Pelestarian Sumber Genetik
Ayam Di Indonesia Laporan Penelitian IPB Bogor.
[12][12] Muslim DA. MEMELIHARA AYAM KAMPUNG, Sistem Battery.Yoyakarta: Kanisius.
[13][13] Rasyaf M.1990. Memelihara ayam buras.ISBN :9794133000. Yogyakarta: Kanisius.
[14][14] Darwati.2000. Produktivitas Ayam Kampung, Pelung dan Resiprokalnya.Jurnal penelitian IPB.
[15][15] Wiharto. 1991. Ilmu Peternakan Umum. Malang: Nuffic Universitas Brawijaya Malang.
[16] http:/ / www. gambarmewarnai. web. id/ 2014/ 01/ gambar-mewarnai-ayam. html
Burung-madu sriganti 41
Burung-madu sriganti
?Burung-madu Sriganti
Status konservasi
Risiko Rendah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Nectariniidae
Genus: Nectarinia
Spesies: N. jugularis
Nama binomial
Nectarinia jugularis
Linnaeus, 1766
Individu betina menghisap bunga
Burung-madu sriganti (bahasa Latin: Nectarinia jugularis) adalah
spesies burung dari keluarga Nectariniidae, dari genus Nectarinia.
Burung ini merupakan jenis burung pemakan nektar Benalu,
Mengkudu, Pepaya, Dadap, serangga kecil, laba-lab dan memiliki
habitat di pekarangan, semak pantai, hutan mangrove.
Ciri-ciri
Burung-madu sriganti memiliki tubuh berukuran kecil (10 cm),
mempunyai paruh lancip dan panjang, berdarah panas, dan membiak
dengan cara bertelur.
Jantan: Tubuh bagian bawah kuning terang. Dagu dan dada hitam-ungu
metalik. Punggung hijau zaitun.
Betina: Tubuh bagian bawah kuning. Tanpa warna hitam pada dagu
dan dada. Alis biasanya kuning muda. Iris coklat tua, paruh hitam, kaki
hitam. Sering ribut dalam kelompok kecil, berpindah-pindah dari satu
pohon atau semak ke yang lain. Jantan kadang berkejaran mondar
mandir dengan galak.
Burung-madu sriganti 42
Sarang berbentuk kantung, dari rumput terjalin dengan kapas alang-alang, pada dahan yang rendah. Telur berwarna
keputih-putihan, berbintik abu-abu putih, jumlah 2 butir. Berbiak sepanjang tahun.
Penyebaran
FF Cina, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Filipina, Australia.
FF Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, Papua.
Galeri
Referensi
F http:/ / bio. undip. ac. id/ sbw/ sp_daftar_indo. htm
Sumber dan Kontributor Artikel 43
Sumber dan Kontributor ArtikelBurung-gereja erasia SumberG HIIKGLLMNOPMQMKSNMTOUVWLPLMXNSYOKHKZU[NMN\]]^_]]` Kontributor: Albertus Aditya, Archaeodontosaurus, Ariefrahman, Aris riyanto, Bennylin, Hanamanteo, JJ
Harrison, Willybold
Tekukur biasa SumberG HIIKGLLMNOPMQMKSNMTOUVWLPLMXNSYOKHKZU[NMN\]^aa^^b Kontributor: Adi.akbartauhidin, Bennylin, Borgx, Dede2008, Relly Komaruzaman, Ssulakbar, Stavenn, Wie146,
Willybold, Yosri, 1 suntingan anonim
Kutilang SumberG HIIKGLLMNOPMQMKSNMTOUVWLPLMXNSYOKHKZU[NMN\]]^abac Kontributor: Ariefrahman, Beeyan, Bennylin, Borgx, Dragunova, Stavenn, Ultima.ramza, Wie146, Willybold, Yosri, 6
suntingan anonim
Remetuk laut SumberG HIIKGLLMNOPMQMKSNMTOUVWLPLMXNSYOKHKZU[NMN\]dce_dd Kontributor: Ariefrahman, Bennylin, Wagino 20100516, Willybold
Takur tengeret SumberG HIIKGLLMNOPMQMKSNMTOUVWLPLMXNSYOKHKZU[NMN\]^aa^^d Kontributor: Willybold
Kuntul kecil SumberG HIIKGLLMNOPMQMKSNMTOUVWLPLMXNSYOKHKZU[NMN\]^aa`ad Kontributor: Albertus Aditya, Andreas Sihono, Archaeodontosaurus, Ariefrahman, Beeyan, Bennylin, Borgx, Stavenn,
Wie146, Willybold
Kuntul besar SumberG HIIKGLLMNOPMQMKSNMTOUVWLPLMXNSYOKHKZU[NMN\]^aa`fe Kontributor: Alphajet, Ariefrahman, Denny eR Ge, Hysocc, Kyledumais, Pai Walisongo, Willybold, 8 suntingan
anonim
Cabai jawa SumberG HIIKGLLMNOPMQMKSNMTOUVWLPLMXNSYOKHKZU[NMN\ee_]a_c Kontributor: Willybold
Walet linci SumberG HIIKGLLMNOPMQMKSNMTOUVWLPLMXNSYOKHKZU[NMN\e`c]c^b Kontributor: Iwan Novirion, Willybold, 1 suntingan anonim
Bondol haji SumberG HIIKGLLMNOPMQMKSNMTOUVWLPLMXNSYOKHKZU[NMN\eeabe_] Kontributor: Adi.akbartauhidin, Albertus Aditya, Bennylin, Indah blestari, Ssulakbar, Wie146, Willybold, 1 suntingan
anonim
Kacamata biasa (burung) SumberG HIIKGLLMNOPMQMKSNMTOUVWLPLMXNSYOKHKZU[NMN\]]cbafa Kontributor: Ariefrahman, Bennylin, Wie146, Willybold
Layang-layang asia SumberG HIIKGLLMNOPMQMKSNMTOUVWLPLMXNSYOKHKZU[NMN\e]af]]_ Kontributor: Andreas Sihono, Archaeodontosaurus, Beeyan, Bennylin, Borgx, Gemini1980, Isens, Nipisiquit,
Stavenn, Willybold, Yosri, 1 suntingan anonim
Perenjak jawa SumberG HIIKGLLMNOPMQMKSNMTOUVWLPLMXNSYOKHKZU[NMN\eefba^] Kontributor: *drew, Adi.akbartauhidin, Aji jogja, Andy rtops, Ariesmunandi, Avala, Bennylin, Ciko, Dragunova,
Hariadhi, Kembangraps, Kisti, Relly Komaruzaman, Wagino 20100516, Wic2020, Wie146, Willybold, 4 suntingan anonim
Ayam kampung SumberG HIIKGLLMNOPMQMKSNMTOUVWLPLMXNSYOKHKZU[NMN\]ef_d_f Kontributor: 23saputra, 33Maulida, Albertus Aditya, Aldo samulo, Andreas Sihono, Ayu Dini Putri,
CommonsDelinker, Dian Anggreni, Ennio morricone, Humboldt, Hysocc, Inbmac, Iwan Novirion, Kembangraps, Kia 80, Mahali syarifuddin, Midori, Relly Komaruzaman, Sentausa, Serenity,
Wiranugraha88, 7 suntingan anonim
Burung-madu sriganti SumberG HIIKGLLMNOPMQMKSNMTOUVWLPLMXNSYOKHKZU[NMN\]^aaa]e Kontributor: Aldo samulo, Andri.h, Ariefrahman, Avala, Bennylin, Borgx, Hanamanteo, Ssulakbar,
Stavenn, Willybold, Yanu Tri, Yosri, 3 suntingan anonim
Sumber Gambar, Lisensi dan Kontributor 44
Sumber Gambar, Lisensi dan KontributorBerkas:Passer montanus malaccensis(1).JPG Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g}r||qt~�svirv�|~�ryr��qv|l|���n�}� Lisensi: Creative Commons
�iitl��ilsv��hrtqrylpq �n� Kontributor: User:Ariefrahman
Berkas:Status iucn3.1 LC.svg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�iri�|~l��v�n�~��n|�u Lisensig ilmrp mlpqirh�l Kontributor: Clindberg, Foomin10, Ismukhammed,
Kelson, Palosirkka, Pengo, ZxxZxxZ, 8 suntingan anonim
File:Tree-Sparrow-2009-16-02.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�tqq��jrttso�����������n�ju Lisensi: Creative Commons Attribution-Sharealike 2.5
Kontributor: Andreas Trepte
File:Tree Sparrow Japan Flip.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�tqq~�jrttso~�rjrv~�yljn�ju Lisensig }��yl� �s�rlv Kontributor: Laitche
Berkas:Streptopelia chinensis NBII.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�itqjisjqylr~�hlvqv|l|~�{��n�ju Lisensig }��yl� �s�rlv Kontributor: Attis1979,
Howcheng, MPF, Malo, Open2universe
Berkas:Spotted Dove (Streptopelia chinensis) on a Kapok (Ceiba pentandra) tree in Kolkata W IMG 3476.jpg Sumber:
hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�jsiiqm~�s�q~��itqjisjqylr~�hlvqv|l|�~sv~r~�rjsp~��ql�r~jqvirvmtr�~itqq~lv~�syprir~�~���~����n�ju Lisensi: GNU Free
�s���qvirilsv �l�qv|q Kontributor: J.M.Garg
Image:Spotted Dove (Streptopelia chinensis) in Kolkata W IMG 3515.jpg Sumber:
hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�jsiiqm~�s�q~��itqjisjqylr~�hlvqv|l|�~lv~�syprir~�~���~� � n�ju Lisensig �tqril�q �s��sv| �iitl��ilsv��hrtqrylpq �n� Kontributor:
J.M.Garg
Image:Spotted Doves- bathing I5- Kolkata IMG 6185.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�jsiiqm~�s�q|�~�rihlvu~� �~�syprir~���~��¡ n�ju Lisensi: Creative
�s��sv| �iitl��ilsv��hrtqrylpq �n� Kontributor: J.M.Garg
Image:Spotted Dove preening Ic2- Kolkata.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�jsiiqm~�s�q~jtqqvlvu~����~�syprirn�ju Lisensi: Creative Commons
�iitl��ilsv��hrtqrylpq �n� Kontributor: J.M.Garg
Image:Spotted Dove- Preening I- Kolkata IMG 5289.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�jsiiqm~�s�q�~}tqqvlvu~��~�syprir~���~ �¡�n�ju Lisensi: Creative
�s��sv| �iitl��ilsv��hrtqrylpq �n� Kontributor: J.M.Garg
Image:Spotted Dove Ic2- Kolkata- preening.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�jsiiqm~�s�q~����~�syprir�~jtqqvlvun�ju Lisensi: Creative Commons
�iitl��ilsv��hrtqrylpq �n� Kontributor: J.M.Garg
Image:Spotted Dove I IMG 3149.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�jsiiqm~�s�q~�~���~����n�ju Lisensi: Creative Commons Attribution-Sharealike 3.0
Kontributor: J.M.Garg
Image:Spotted Dove- calling I IMG 5142.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�jsiiqm~�s�q�~�ryylvu~�~���~ ���n�ju Lisensi: Creative Commons
�iitl��ilsv��hrtqrylpq �n� Kontributor: J.M.Garg
Image:Spotted Dove- bathing I- Kolkata IMG 6193.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�jsiiqm~�s�q�~�rihlvu~��~�syprir~���~����n�ju Lisensi: Creative
�s��sv| �iitl��ilsv��hrtqrylpq �n� Kontributor: J.M.Garg
Image:Spotted Dove- bathing I- Kolkata IMG 6191.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�jsiiqm~�s�q�~�rihlvu~��~�syprir~���~����n�ju Lisensi: Creative
�s��sv| �iitl��ilsv��hrtqrylpq �n� Kontributor: J.M.Garg
Image:Spotted Dove- bathing I2 IMG 6177.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�jsiiqm~�s�q�~�rihlvu~��~���~����n�ju Lisensi: Creative Commons
�iitl��ilsv��hrtqrylpq �n� Kontributor: J.M.Garg
Image:Spotted Dove I DSC04432.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�jsiiqm~�s�q~�~��������n�ju Lisensi: Creative Commons Attribution-Sharealike 3.0
Kontributor: J.M.Garg
Image:Spotteddove.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�jsiiqmms�qn�ju Lisensig �tqril�q �s��sv| �iitl��ilsv �n Kontributor: Ravi Vaidyanathan
Image:Spotteddove1.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�jsiiqmms�q�n�ju Lisensig �tqril�q �s��sv| �iitl��ilsv �n Kontributor: Ravi Vaidyanathan
Berkas:Pycnonotus aurigaster.JPG Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g}¢�vsvsi�|~r�tlur|iqtn�}� Lisensig �tqril�q �s��sv| �iitl��ilsv��hrtqrylpq �n� Kontributor:
User:Ariefrahman
File:Pycnonotus aurigaster pair.JPG Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g}¢�vsvsi�|~r�tlur|iqt~jrltn�}� Lisensi: Creative Commons Attribution-Sharealike 3.0
Kontributor: User:Ariefrahman
Berkas:Gerygone sulphurea flaveola(1).JPG Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�qt¢usvq~|�yjh�tqr~£yr�qsyr���n�}� Lisensi: Creative Commons
�iitl��ilsv��hrtqrylpq �n� Kontributor: User:Ariefrahman
Berkas:Blue-eared_Barbet_(Megalaima_australis_cyanoticus).jpg Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Blue-eared_Barbet_(Megalaima_australis_cyanoticus).jpg
Lisensig �tqril�q �s��sv| �iitl��ilsv��hrtqrylpq �n� Kontributor: Lip Kee Yap
Berkas:Little Egret, Taipei.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�liiyq~¤utqi¥~�rljqln�ju Lisensig �tqril�q �s��sv| �iitl��ilsv��hrtqrylpq �n� Kontributor: D.
Gordon E. Robertson
File:Egretta garzetta eating goby.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g¤utqiir~urt¦qiir~qrilvu~us�¢n�ju Lisensi: Creative Commons Attribution-Sharealike 3.0
Kontributor: User:Alpsdake
File:Little Egret Reflection.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�liiyq~¤utqi~§q£yq�ilsvn�ju Lisensig �tqril�q �s��sv| �iitl��ilsv �n Kontributor: Birdman1
File: Aigrette garzette MHNT.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�lutqiiq~urt¦qiiq~�¨��n�ju Lisensig �tqril�q �s��sv| �iitl��ilsv��hrtqrylpq �n� Kontributor:
Didier Descouens
File:Egrgar.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g¤uturtn�ju Lisensig �tqril�q �s��sv| �iitl��ilsv��hrtqrylpq �n� Kontributor: User:Kookaburra 81
File:Mesophoyx garzetta- Lake Joondalup.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�q|sjhs¢w~urt¦qiir�~�rpq~�ssvmry�jn�ju Lisensi: Creative Commons
�iitl��ilsv��hrtqrylpq �n� Kontributor: JJ Harrison ( [email protected])
File:2012-01-16 16-31-58 Spain Canarias Jandía.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g����������~������ ¡~�jrlv~�rvrtlr|~�rvm©rn�ju Lisensi: Creative Commons
�iitl��ilsv��hrtqrylpq �n� Kontributor: Hansueli Krapf
Berkas:Great_Egret_Fish.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�tqri~¤utqi~�l|hn�ju Lisensig ��ª �tqq �s���qvirilsv �l�qv|q Kontributor: Googie Man. Original
uploader was Googie man at en.wikipedia
File:Ardea_alba4.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�tmqr~ry�r�n�ju Lisensig �tqril�q �s��sv| �iitl��ilsv��hrtqrylpq �n�¥�n ¥�n�¥�n� Kontributor: Calibas
File:Egretta_alba_2_(Lukasz_Lukasik).jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g¤utqiir~ry�r~�~���pr|¦~��pr|lp�n�ju Lisensi: GNU Free Documentation License
Kontributor: User:Pkuczynski/Lukasz Lukasik
File:Egret_and_fish_2.JPG Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g¤utqi~rvm~£l|h~�n�}� Lisensig �tqril�q �s��sv| �iitl��ilsv��hrtq�ylpq �n� ªvjstiqm Kontributor:
Brocken Inaglory
File:Heron_beating_its_wings.JPG Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g¨qtsv~�qrilvu~li|~olvu|n�}� Lisensi: Creative Commons Attribution-Sharealike 2.5
Kontributor: Arturo Mann
File:Ardea_alba_-Morro_Bay_Heron_Rookery_-8b.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�tmqr~ry�r~��stts~{r¢~¨qtsv~§sspqt¢~�¡�n�ju Lisensi: Creative
�s��sv| �iitl��ilsv �n� Kontributor: Mike Baird
File:Ardea_alba2.jpg Sumberg hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g�tmqr~ry�r�n�ju Lisensig ��ª �tqq �s���qvirilsv �l�qv|q Kontributor: Mehmet Karatay, Raul654
Berkas:Scarlet-headed_Flowerpecker_(Dicaeum_trochileum_trochileum).jpg Sumber:
hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g��rtyqi�hqrmqm~�ysoqtjq�pqt~��l�rq��~its�hlyq��~its�hlyq���n�ju Lisensig �tqril�q �s��sv| �iitl��ilsv��hrtqrylpq �n� Kontributor: Lip
Kee Yap
Berkas:Scarlet-headed_Flowerpecker_(_Dicaeum_trochileum_)_in_flight.jpg Sumber:
hiijgkklmnolpljqmlrnstukoklvmqwnjhjxiliyqz{qtpr|g��rtyqi�hqrmqm~�ysoqtjq�pqt~�~�l�rq��~its�hlyq��~�~lv~£yluhin�ju Lisensig �tqril�q �s��sv| �iitl��ilsv��hrtqrylpq �n� Kontributor: Lip
Kee Yap
Sumber Gambar, Lisensi dan Kontributor 45
Berkas:Dicaeum_trochileum_1.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«Á°Â¶µÃÄŸ·Â¬°½µÃÄÅƲǮ¹ Lisensi« ȸµ¶°Éµ È·ÄÄ·ºÀ ʸ°Ëð·ºÌͬ¶¸µ¶½°´µ Î²Ï Kontributor:
Lip Kee Yap from Singapore, Republic of Singapore
Berkas:Lonchura maja.JPG Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«Ð·ºÂ¬Ã¸¶ÅĶǶ²ÑÒÓ Lisensi« ÒÃ˽°Â Á·Ä¶°º Kontributor: Gallo71
File:Cappuccino2.JPG Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«È¶®®Ã°º·Î²ÑÒÓ Lisensi« ȸµ¶°Éµ È·ÄÄ·ºÀ ʸ°Ëð·ºÌͬ¶¸µ¶½°´µ Ô²Ï Kontributor: Gallo71
File:Ctbmaschio.JPG Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«ÈËĶÀ¬°·²ÑÒÓ Lisensi« ȸµ¶°Éµ È·ÄÄ·ºÀ ʸ°Ëð·ºÌͬ¶¸µ¶½°´µ Ô²Ï Kontributor: Gallo71
Berkas:Zosterops palpebrosus1.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«Õ·Àµ¸·®ÀÅ®¶½®µË¸·ÀÃÀƲǮ¹ Lisensi« ÓÖ× Ø¸µµ Á·ÂÃĵº¶°·º аµºÀµ Kontributor:
Factumquintus, Kilom691, Tony Wills
Berkas:Oriental White Eye I IMG 3997.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«Ù¸°µº¶½ÅÚ¬°µÅÛܵÅÝÅÝÞÓÅÔßßà²Ç®¹ Lisensi: Creative Commons
ʸ°Ëð·ºÌͬ¶¸µ¶½°´µ Ô²Ï Kontributor: J.M.Garg
Berkas:Oriental White Eye- Bhopal I IMG 0656.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«Ù¸°µº¶½ÅÚ¬°µÅÛܵÌÅ¿¬·®¶½ÅÝÅÝÞÓÅÏáâá²Ç®¹ Lisensi: Creative Commons
ʸ°Ëð·ºÌͬ¶¸µ¶½°´µ Ô²Ï Kontributor: J.M.Garg
Berkas:Oriental White Eye- Bhopal I IMG 0744.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«Ù¸°µº¶½ÅÚ¬°µÅÛܵÌÅ¿¬·®¶½ÅÝÅÝÞÓÅÏàãã²Ç®¹ Lisensi: Creative Commons
ʸ°Ëð·ºÌͬ¶¸µ¶½°´µ Ô²Ï Kontributor: J.M.Garg
Berkas:Oriental White Eye I IMG 0655.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«Ù¸°µº¶½ÅÚ¬°µÅÛܵÅÝÅÝÞÓÅÏáââ²Ç®¹ Lisensi: Creative Commons
ʸ°Ëð·ºÌͬ¶¸µ¶½°´µ Ô²Ï Kontributor: J.M.Garg
Berkas:OrientalWhiteEye.JPG Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«Ù¸°µº¶½Ú¬°µÛܵ²ÑÒÓ Lisensi: Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported
Kontributor: Rajeev B (Rawlife)
Berkas:Oriental White Eye- Bhopal I IMG 0759.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«Ù¸°µº¶½ÅÚ¬°µÅÛܵÌÅ¿¬·®¶½ÅÝÅÝÞÓÅÏàâ߲Ǯ¹ Lisensi: Creative Commons
ʸ°Ëð·ºÌͬ¶¸µ¶½°´µ Ô²Ï Kontributor: J.M.Garg
Berkas:Oriental White Eye I- Himachal- IMG 3993.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«Ù¸°µº¶½ÅÚ¬°µÅÛܵÅÝÌÅä°Ä¶Â¬¶½ÌÅÝÞÓÅÔßßԲǮ¹ Lisensi: Creative
È·ÄÄ·ºÀ ʸ°Ëð·ºÌͬ¶¸µ¶½°´µ Ô²Ï Kontributor: J.M.Garg
Berkas:Landsvale.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«Ð¶º±Àɶ½µ²Ç®¹ Lisensi« ȸµ¶°Éµ È·ÄÄ·ºÀ ʸ°Ëð·º βâ Kontributor: Malene Thyssen
File:Hirundo rustica MHNT.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«ä°¸Ãº±·Å¸ÃÀ°Â¶ÅÞäÖå²Ç®¹ Lisensi« ȸµ¶°Éµ È·ÄÄ·ºÀ ʸ°Ëð·ºÌͬ¶¸µ¶½°´µ Ô²Ï Kontributor:
Didier Descouens
File:Barn_Swallow_800.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«¿¶¸ºÅͳ¶½½·³ÅæÏϲǮ¹ Lisensi« ÓÖ× Ø¸µµ Á·ÂÃĵº¶°·º аµºÀµ Kontributor: User:Sannse
File:BarnSwallowJapan.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«¿¶¸ºÍ³¶½½·³Ñ¶®¶º²Ç®¹ Lisensi« ȸµ¶°Éµ È·ÄÄ·ºÀ ʸ°Ëð·ºÌͬ¶¸µ¶½°´µ Î²Æ Kontributor: OhMyDeer
File:BarnSwallow_cajay.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«¿¶¸ºÍ³¶½½·³Å¶ǶܲǮ¹ Lisensi« ȸµ¶°Éµ È·ÄÄ·ºÀ ʸ°Ëð·º Ô²Ï Kontributor: JJ Cadiz, Cajay
File:HirundoRusticaFlight-cropped.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«ä°¸Ãº±·çÃÀ°Â¶Ø½°¹¬Ì¸·®®µ±²Ç®¹ Lisensi: Creative Commons Attribution-Sharealike 2.5
Kontributor: The author of the original photo File:HirundoRusticaFlight.jpg is User:Thermos. Cropped by User:AVRS
File:Hirundo_rustica_-Barcelona,_Spain_-flying-8.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«ä°¸Ãº±·Å¸ÃÀ°Â¶ÅÌ¿¶¸Âµ½·º¶èÅÍ®¶°ºÅÌé½Ü°º¹Ìæ²Ç®¹ Lisensi: Creative
È·ÄÄ·ºÀ ʸ°Ëð·ºÌͬ¶¸µ¶½°´µ Î²Ï Kontributor« ص¸¸¶º ÒµÀ¶ê¶ é¸·Ä ¿¶¸Âµ½·º¶è ÛÀ®¶ê¶
File:Hirundo_rustica_-West_Sussex,_England_-chick-8.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«ä°¸Ãº±·Å¸ÃÀ°Â¶ÅÌÚµÀÅÍÃÀÀµ»èÅÛº¹½¶º±Å̬°Â´Ìæ²Ç®¹ Lisensi:
ȸµ¶°Éµ È·ÄÄ·ºÀ ʸ°Ëð·ºÌͬ¶¸µ¶½°´µ Î²Ï Kontributor: Jim Mead from Barnham, Bognor Regis, England
File:Nest41.JPG Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«ÖµÀãƲÑÒÓ Lisensi« ÒÃ˽°Â Á·Ä¶°º Kontributor: Original uploader was Tambe at en.wikipedia
File:Hirundo_rustica_14105.JPG Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«ä°¸Ãº±·Å¸ÃÀ°Â¶ÅÆãÆÏâ²ÑÒÓ Lisensi: Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported
Kontributor: Jmabel, Kersti Nebelsiek, Kilom691, Magister Mathematicae, Wsiegmund, Zyxw
File:Juvenile_barn_swallow_being_fed1.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«ÑÃɵº°½µÅ˶¸ºÅÀ³¶½½·³Å˵°º¹Å鵱ƲǮ¹ Lisensi: Creative Commons
ʸ°Ëð·ºÌͬ¶¸µ¶½°´µ Ô²Ï Kontributor: Magnus Kjaergaard
Berkas:Bar-winged Prinia (Prinia familiaris) .jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«¿¶¸Ì³°º¹µ±ÅÒ¸°º°¶ÅëÒ¸°º°¶Åé¶Ä°½°¶¸°ÀìŲǮ¹ Lisensi: Creative Commons
ʸ°Ëð·ºÌͬ¶¸µ¶½°´µ Î²Ï Kontributor: Lip Kee Yap
File:Prinia_familiaris_Head_On.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«Ò¸°º°¶Åé¶Ä°½°¶¸°ÀÅ䵶±ÅÙº²Ç®¹ Lisensi: Creative Commons Attribution-Sharealike 2.0
Kontributor: Charles Lam
File:Bar-winged_Prinia_(Prinia_familiaris)_3.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«¿¶¸Ì³°º¹µ±ÅÒ¸°º°¶ÅëÒ¸°º°¶Åé¶Ä°½°¶¸°ÀìÅԲǮ¹ Lisensi: Creative Commons
ʸ°Ëð·ºÌͬ¶¸µ¶½°´µ Î²Ï Kontributor: Lip Kee Yap
File:Bar-winged_Prinia_(Prinia_familiaris)_1.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«¿¶¸Ì³°º¹µ±ÅÒ¸°º°¶ÅëÒ¸°º°¶Åé¶Ä°½°¶¸°ÀìÅƲǮ¹ Lisensi: Creative Commons
ʸ°Ëð·ºÌͬ¶¸µ¶½°´µ Î²Ï Kontributor: Lip Kee Yap
File:Bar-winged_Prinia_(Prinia_familiaris)_.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«¿¶¸Ì³°º¹µ±ÅÒ¸°º°¶ÅëÒ¸°º°¶Åé¶Ä°½°¶¸°ÀìŲǮ¹ Lisensi: Creative Commons
ʸ°Ëð·ºÌͬ¶¸µ¶½°´µ Î²Ï Kontributor: Lip Kee Yap
Berkas:freerangechickens.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«Ø¸µµ¸¶º¹µÂ¬°Â´µºÀ²Ç®¹ Lisensi« ÒÃ˽°Â ±·Ä¶°º Kontributor: User Asterion on en.wikipedia
Berkas:Blauwe sumatra haan.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«¿½¶Ã³µÅÀÃĶ¸¶Å¬¶¶º²Ç®¹ Lisensi« ÓÖ× Ø¸µµ Á·ÂÃĵº¶°·º аµºÀµ Kontributor: Original
uploader was Wanny at nl.wikipedia
Berkas:Olive-backed Sunbird (Cinnyris jugularis) eclipse male 690V5125.jpg.jpg Sumber:
¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«Ù½°ÉµÌ˶´µ±ÅÍú˰¸±ÅëÈ°ººÜ¸°ÀÅÇùý¶¸°Àìŵ½°®ÀµÅĶ½µÅáßÏíâÆÎâ²Ç®¹²Ç®¹ Lisensi« °±¶´ ±°´µ¶¬Ã° Kontributor: -
Berkas:Olive-backed Sunbird Feeding.JPG Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«Ù½°ÉµÌ˶´µ±ÅÍú˰¸±Åصµ±°º¹²ÑÒÓ Lisensi: Creative Commons Attribution-Sharealike
Ô²Ï Kontributor: User:Ariefrahman
Berkas:Nectarinia_jugularis.jpg Sumber« ¬®«¯¯°±²³°´°®µ±°¶²·¸¹¯³¯°º±µ»²®¬®¼°½µ¾¿µ¸´¶À«ÖµÂ¶¸°º°¶ÅÇùý¶¸°À²Ç®¹ Lisensi« ȸµ¶°Éµ È·ÄÄ·ºÀ ʸ°Ëð·º Î²Ï Kontributor: magpie p au
Lisensi 46
Lisensi
Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0//creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0/