isi mioma uteri + anemia

29
BAB I PENDAHULUAN Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma, merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya. 1,2 Mioma uteri merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi wanita yang insidensinya terus mengalami peningkatan. Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi, kejadiannya lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Penelitian Marino pada tahun 2004 di Italia melaporkan 73 kasus mioma uteri dari 341 wanita terjadi pada usia 30-60 tahun dengan prevalensi 21,4%. Penelitian Boynton pada tahun 2005 di Amerika melaporkan 7.466 kasus mioma uteri dari 827.384 wanita usia 25-42 tahun dengan prevalensi 0,9%. Penelitian Pradhan pada tahun 2006 di Nepal melaporkan 137 kasus mioma uteri dari 1.712 kasus ginekologi dengan prevalensi 8%. Penelitian Okezie pada tahun 2006 di Nigeria melaporkan 190 diantara 1.938 kasus ginekologi dengan prevalensi 9,8%. Penelitian Rani Akhil pada tahun 2006 di India terdapat 150 kasus mioma uteri 1

Upload: alman-pratama-manalu

Post on 24-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

isi laporan kasus

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Mioma Uteri + Anemia

BAB I

PENDAHULUAN

Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun

leiomioma, merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan

ikat yang menumpangnya.1,2

Mioma uteri merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi wanita yang

insidensinya terus mengalami peningkatan. Sering ditemukan pada wanita usia

reproduksi, kejadiannya lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun. Tingginya kejadian

mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri

dengan estrogen. Penelitian Marino pada tahun 2004 di Italia melaporkan 73 kasus

mioma uteri dari 341 wanita terjadi pada usia 30-60 tahun dengan prevalensi 21,4%.

Penelitian Boynton pada tahun 2005 di Amerika melaporkan 7.466 kasus mioma uteri

dari 827.384 wanita usia 25-42 tahun dengan prevalensi 0,9%. Penelitian Pradhan

pada tahun 2006 di Nepal melaporkan 137 kasus mioma uteri dari 1.712 kasus

ginekologi dengan prevalensi 8%. Penelitian Okezie pada tahun 2006 di Nigeria

melaporkan 190 diantara 1.938 kasus ginekologi dengan prevalensi 9,8%. Penelitian

Rani Akhil pada tahun 2006 di India terdapat 150 kasus mioma uteri dan 77 kasus

terjadi pada wanita umur 40-49 tahun dengan prevalensi 51%, dan 45% kasus terjadi

pada wanita umur lebih dari 50 tahun dengan prevalensi 30%.3,4

Di Indonesia, kejadian mioma uteri sebesar 2,39-11,70% pada semua

penderita ginekologi yang dirawat. Karel Tangkudung (1977) dan Susilo Rahardjo

(1974) dari Surabaya dikutip dalam Wiknjosastro H, masing-masing menemukan

prevalensi mioma uteri sebesar 10,3% dan 11,9% dari semua penderita ginekologi

yang dirawat.5

1

Page 2: Isi Mioma Uteri + Anemia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mioma uteri

2.1.1 Definisi

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat

kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel.

Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine

fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan

keganasan.5,6

2.1.2 Etiologi

Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui. Mioma

uteri banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka kejadiannya rendah pada

usia menopause, dan belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Menurut

teori onkgenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi dua yaitu faktor inisiator

dan promotor. Faktor inisiator belum diketahui dengan pasti. Dari penelitian

menggunakan glucose-6-phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal

dari jaringan yang uniseluler. Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi

mioma melibatkan mutasi somatik dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks

dan growth factor lokal. Sel-sel neoplastik tersebut memiliki abnormalitas kormosom

lengan 12q13-15. Diduga penyebab timbulnya mioma uteri paling banyak oleh

stimulasi hormon estrogen. Namun, peran langsung hormon estrogen sebagai pemicu

timbulnya mioma uteri masih menimbulkan silang pendapat.1,4,7

Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya

mioma uteri, yaitu :1,4,7

1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,

ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor

ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.

2

Page 3: Isi Mioma Uteri + Anemia

2. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang

relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil

menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang

menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling

mempengaruhi.

3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita

berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari

faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat

keluarga ada yang menderita mioma.

4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen

dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah

menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi

setelah menopause.

2.1.3 Patofisiologi

Mioma merupakan monoklonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari

penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya

perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi

metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten. Penelitian

terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami mutasi pada

jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian menunjukkan bahwa

pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu t(12;14)(q15;q24).8

Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.

Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata

menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain

dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat

progesteron atau testoster. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga

terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada

pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen

terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi

3

Page 4: Isi Mioma Uteri + Anemia

reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor 1

yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya

gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium

normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih

kurang meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah

menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang

berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.8

2.1.4 Klasifikasi

Klasifikasi mioma uteri berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena

yaitu :2,5

1. Lokasi

a. Cervical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina

menyebabkan infeksi.

b. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan

gangguan traktus urinarius.

c. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali

tanpa gejala.

2. Lapisan uterus

a. Mioma uteri submukosa

Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam

rongga uterus. Jenis ini di jumpai 6,1% dari seluruh kasus

mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan

perdarahan. Mioma uteri jenis lain meskipun besar mungkin

belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma

submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan

gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat

diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan

waktu kuret, dikenal sebagai Currete bump. Tumor jenis ini

sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa

4

Page 5: Isi Mioma Uteri + Anemia

pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis

mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat

keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama

mioma geburt atau mioma yang di lahirkan, yang mudah

mengalami infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa kasus,

penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di

atas.

b. Mioma uteri subserosa

Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol

pada permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa

dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum

menjadi mioma intraligamenter.

c. Mioma uteri Intramural

Terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium.

Karena pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan

terdesak dan terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi

tumor. Bila didalam dinding rahim dijumpai banyak mioma,

maka uterus akan mempunyai bentuk yang berdungkul dengan

konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding

depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan

mendorong kandung kemih keatas, sehingga dapat

menimbulkan keluhan miksi.

5

Page 6: Isi Mioma Uteri + Anemia

Gambar 2.1 Jenis-jenis mioma uteri

2.1.5 Gejala klinis

Tanda dan gejala dari mioma uteri hanya terjadi pada 35-50% pasien. Gejala

yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks,

intramural, submukus, subserosa, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang

terjadi. Gejala dan tanda yang paling sering adalah :8

1. Perdarahan uterus yang abnormal

Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang

paling sering terjadi dan yang paling penting. gejala ini terjadi pada

30% pasien dengan mioma uteri. Wanita dengan mioma uteri mungkin

akan mengalami siklus perdarahan haid yang teratur atau tidak teratur.

perdarahan abnormla ini dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.

Mekanisme perdarahan abnormal pada mioma uteri

1. Peningkatan ukuran permukaan endometrium

2. Peningkatan vaskularisasi aliran darah ke uterus

3. Gangguan kontraktilitas uterus

4. Ulserasi endometrium pada mioma submukosum

5. kompresi pada pleksus venosus didalam miometrium

Tabel 2.1 mekanisme perdarahan mioma uteri

6

Page 7: Isi Mioma Uteri + Anemia

2. Nyeri panggul

Mioma uteri dapat menimbulkan nyeri panggul yang disebabkan

oleh karena degenerasi akibat oklusi vaskuler, infeksi, torsi dari

mioma yang bertangkai maupun akibat kontraksi miometrium yang

disebabkan oleh mioma subserosum. Tumor yang besar dapat mengisi

rongga pelvik dan dapat menekan tulang pelvik yang dapat menekan

saraf sehingga menyebabkan rasa nyeri yang menyebar ke bagian

punggung dan ekstremitas posterior.

3. Penekanan

Mioma uteri yang besar dapat menimbulkan penekanan terhadap organ

sekitar. Penekanan mioma uteri dapat menyebabkan gangguan

berkemih, defekasi, maupun dispareunia (nyeri yang timbul saat

senggama). Tumor yang besar juga dapat menekan pembuluh darah

vena pada pelvik sehingga menyebabkan kongesti dan edema

ekstremitas posterior.

4. Disfungsi reproduksi

Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih

belum jelas. Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri

mengalami infertilitas. Mioma yang terletak di daerah kornu dapat

menyebabkan dapat menyebabkan sumbatan dan gangguan

transportasi gamet dan embrio akibat oklusi tuba bilateral. Mioma uteri

menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang diperlukan oleh

motilitas sperma. Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma

uteri dapat menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implantasi

embrio pada keberadaan mioma akibat perubahan histologi

endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor.

7

Page 8: Isi Mioma Uteri + Anemia

Mekanisme gangguan fungsi reproduksi dengan mioma uteri

1. Gangguan transportasi gamet dan embrio

2. Pengurangan kemampuan bagi pertumbuhan uterus

3. Perubahan aliran darah vaskuler

4. perubahan histologi endometrium

Tabel 2.2 Mekanisme gangguan fungsi reproduksi dengan mioma uteri

2.1.6 Diagnosis

Diagnosis mioma uteri ditegakkan berdasarkan :8

1. Anamnesis

a. Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu relatif

lama dan terasa penuh.

b. Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau

buang air besar.

c. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.

d. Menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak).

2. Pemeriksaan fisik

a. Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.

b. Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual

didapatkan tumor tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi

kavum Douglasi.

c. Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya

rata.

d. Pemeriksaan bimanual yang teraba permukaan uterus berbenjol

akibat penonjolan massa

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium yaitu Darah Lengkap (DL) seperti

Hb, leukosit, eritrosit, Ht, diff count, trombosit, CT, dan BT.

Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mendeteksi infeksi dan

anemia defisiensi zat besi.

8

Page 9: Isi Mioma Uteri + Anemia

b. Pemeriksaan USG untuk menentukan jenis tumor, lokasi

mioma, ketebalan endometrium dan keadaan adnexa dalam

rongga pelvis. Hasil USG didapat massa padat dan homogen

pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai

massa pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat

tumor dengan kalsifikasi.

Gambar 2.2 foto USG mioma uteri subserosa terlihat massa hipoekhoik

Gambar 2.3 foto USG mioma uteri submukosa

9

Page 10: Isi Mioma Uteri + Anemia

Gambar 2.4 foto USG mioma uteri intramural

c. Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri

yang tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.

2.1.7 Penatalaksanaan

Secara umum penatalaksanaan mioma uteri dibagi atas 2 metode :8

1. Terapi konservatif

Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan

post menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif yaitu :

a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6

bulan.

b. Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.

c. Saat ini pemakaian Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH)

agonis memberikan hasil untuk memperbaiki gejala-gejala klinis

yang ditimbulkan mioma uteri. Obat agonis GnRH yang

digunakan adalah leuprolid asetat 3,75 mg secara intramuskular

pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat

ini mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala.

Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan

keadaan hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada

periode postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi

ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu.

10

Page 11: Isi Mioma Uteri + Anemia

2. Terapi pembedahan

Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan pada mioma uteri jika

mioma tersebut timbul gejala. Menurut American College of

Obstetricians and Gynecologist (ACOG) dan American Society For

Reproductive Medicine (ASRM) indikasi pembedahan pada pasien

dengan mioma uteri adalah :9

a. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi

konservatif.

b. Sangkaan adanya keganasan.

c. Pertumbuhan mioma pada masa menopause.

d. Infertilitas karena gangguan pada kavum uteri maupun karena

oklusi tuba.

e. Nyeri dan penenkanan yang sangat mengganggu

f. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius.

g. Anemia karena perdarahan

Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun

histerektomi.

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri :

1. Degenerasi ganas

2. Torsi (putaran tangkai)

11

Page 12: Isi Mioma Uteri + Anemia

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. IDENTITAS PASIEN

Istri Suami

Nama : Ny. H -

Umur : 40 thn -

Pendidikan : tidak sekolah -

Agama : Islam -

Pekerjaan : tidak bekerja -

Alamat : Jl. Aiptu Wahab

Tanggal masuk : 30 Oktober 2013

3.2. Anamnesa

Keluhatan utama : perdarahan pervaginam

Keluhan tambahan : perut bagian bawah teraba benjolan

Riwayat perjalanan penyakit :

Pasien, usia 40 tahun, datang ke poli KIA RSUD Palembang BARI dengan

keluhan perdarahan pervaginam. Keluhan tersebut dirasakan sejak 7 hari SMRS.

Perdarahan ini tidak diikuti rasa nyeri. Darah yang keluar sebanyak 1x ganti softex

dan darah tersebut terlihat adanya gumpalan. Terkadang pasien mengeluh adanya rasa

nyeri di perut yang timbul pada malam hari. Pasien mengeluh pusing sejak 7 hari

SMRS. Pasien juga mengaku tidak BAB sejak 1 hari SMRS.

15 hari SMRS, pasien merasakan adanya benjolan di perut bagian bawah yang

tidak nyeri dan tidak keluar darah. Pasien telah berobat ke puskesmas dan tidak ada

perbaikan. Kemudian pasien tiba di poli KIA RSUD Palembang Bari dan dilakukan

USG dengan hasil adanya massa pada rahim pasien.

12

Page 13: Isi Mioma Uteri + Anemia

3.3. Riwayat menstruasi

Menarche : umur 15 tahun

Siklus : teratur 30 hari sekali

Banyaknya : normal (2-3 pembalut/ hari)

Lamanya : 7 hari

3.4. Riwayat penyakit dahulu

Penyakit jantung disangkal

Penyakit paru disangkal

Penyakit hati disangkal

Penyakit ginjal disangkal

DM disangkal

Hipertensi disangkal

Anemia disangkal

3.5. Riwayat Penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keganasan dan penyakit

menular.

3.6. Riwayat Kontrasepsi

Pasien tidak pernah menggunakan KB

3.7. Pemeriksaan fisik

Status present

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tensi : 130/90 mmHg

Nadi : 80x/menit

Nafas : 20x/menit

Suhu : 36,3 0C

13

Page 14: Isi Mioma Uteri + Anemia

Tinggi badan : 165 cm

Berat badan : 66 kg

Status general

Kepala : Normocephali

Mata : Anemis (+/+), ikterik (-/-)

Thorak : Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo vesikuler -/-, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : Edema -/-

Status ginekologi

Abdomen : Fundus uteri 3 jari di atas umbilikus, teraba massa

mioma

berukuran 20 x 10 cm, konsistensi kenyal dan bersifat

mobile.

Nyeri tekan (-)

3.8. Pemeriksaan penunjang

Hb : 5,8 g/dl

Leukosit : 4400 /mm3

Trombosit : 277.000 /mm3

Ht : 24 %

Diff count : 0/3/2/57/33/5

Golongan darah : A

Rhesus : +

Waktu Perdarahan : 3’

Waktu Pembekuan : 9’

BSS : 94 mg/dl

SGOT : 26 U/l

14

Page 15: Isi Mioma Uteri + Anemia

SGPT : 18 U/l

Protein total : 7,9 g/dL

Albumin : 4,0 g/dL

Globulin : 3,9 g/dL

Ureum : 23 mg/dl

Creatinine : 0,72 mg/dl

Uric acid : 2,49 mg/dL

Na : 138 mmol/dl

K : 3,64 mmol/dl

3.9. Diagnosis Kerja

Mioma uteri + Anemia

3.10. Terapi

IVFD RL gtt xx/mnt

Inj. cefotaxime 3 X 5 gr

Tranfusi 3 kolf WB

Pro D & C jika Hb > 8 g/dL

3.11. Follow up

tanggal 31-10-2013

S : (-)

O : KU : Baik

Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 82x/menit

Nafas : 20x/menit

Suhu : 36 0C

Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)

Thorak : Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)

15

Page 16: Isi Mioma Uteri + Anemia

Pulmo vesikuler -/-, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : palpasi teraba benjolan

Urogen : Perdarahan aktif (-)

A : Mioma Uteri + Anemia

P : IVFD RL gtt 20/mnt

Regumen tab 2X1

Cefotaxime IV 2X1

Kalnex IV 2X1

Tanggal 1-11-2013

S : (-)

O : KU : Baik

Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 82x/menit

Nafas : 20x/menit

Suhu : 36 0C

Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)

Thorak : Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo vesikuler -/-, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : palpasi teraba benjolan

Urogen : Perdarahan aktif (-)

A : Mioma Uteri + Anemia

P : IVFD RL gtt 20/mnt

Regumen tab 2X1

Cefotaxime IV 2X1

Kalnex IV 2X1

16

Page 17: Isi Mioma Uteri + Anemia

BAB IV

PEMBAHASAN

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat

kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel.

Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine

fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan

keganasan.1,2,5,6

Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita 40 tahun

dengan diagnosa mioma uteri. Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma

uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Faktor predisposisi pada pasien

tersebut kemungkinan karena umur pasien 40 tahun dimana tumor ini paling sering

memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun. Diperkirakan ada korelasi antara

hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah

menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah

menopause.1,4,7

Diagnosa mioma uteri ditegakan berdasarkan gejala yang timbul,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang ada. Gejala yang timbul sangat

tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural, submukus,

subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.(6) Gejala-gejala

pada pasien tersebut antara lain gangguan haid berupa menoragia yaitu perdarahan

haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari).

Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri

dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang

terganggu.(6) Gejala yang lain yaitu rasa penuh (kemeng), nyeri dan berat pada perut

bagian bawah serta gangguan BAK & BAB. Gangguan ini tergantung dari besar dan

tempat mioma uteri sehingga menimbulkan gejala dan tanda penekanan.8

Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan status vital yang baik, yang

berarti hemodinamik pasien masih baik. Kemudian juga ditemukan fundus uteri 3 jari

17

Page 18: Isi Mioma Uteri + Anemia

di atas umbilikus. Hal ini karena adanya massa mioma yang tumbuh pada uterus.

Pada palpasi abdomen teraba massa mioma berukuran 20 x 10 cm yang

berkonsistensi kenyal dan bersifat mobile. Konsistensi dari mioma bervariasi dari

keras seperti batu hingga lembek, walaupun sebagian besar memiliki konsistensi

kenyal seperti karet.8

Pemeriksaan penunjang dengan USG pada pasien ini telah dilakukan dan

didapatkan kesan mioma uteri tetapi karena pasien lupa membawa foto USG sehingga

tidak diketahui berapa besar ukuran uterus tersebut.

Penatalaksanaan pasien ini dilakukan memperbaiki kondisi umum terlebih

dahulu. Hal tersebut dilakukan setelah melihat kadar Hb pasien yang rendah yaitu 5,8

g/dL dan pasien terlihat pucat. Perencanaan dilakukan untuk meningkatkan kadar Hb

pasien yang nantinya akan disiapkan untuk operasi kuretase. Secara teori, transfusi

darah pada pasien mioma diberikan PRC. Pada keadaan pasien, hasil laboratorium

didapatkan bahwa nilai Hb, Ht, leukosit menurun sehingga pemberian transfusi darah

dengan whole blood. Untuk mengatasi perdarahan, pasien diberikan regumen atau

norethisterone tablet dengan dosis 2x1. Jika Hb pasien telah mencapai 8 g/dL maka

akan dilakukan kuretase dengan pengambilan contoh sel untuk dilakukan

pemeriksaan Patologi Anatomi.

18

Page 19: Isi Mioma Uteri + Anemia

DAFTAR PUSTAKA

1. Thomas EJ. The aetiology and phatogenesis of fibroids. In : Shaw RW. eds.

Advences in reproduktive endocrinology uterine fibroids. England–New

Jersey : The Phartenon Publishing Group, 1992 ; 1–8. Diakses 9 Oktober

2010.http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906

2. Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, S. Penyakit Neoplasma. ILMU

KEBIDANAN. Yayasan Bina pustaka SARWONO PRAWIROHARDJO.

Jakarta. 2002 Hal 892-894.

3. Lilyani DI, Sudiat M, Basuki R. Hubungan Faktor resiko dan Kejadian

Mioma Uteri di rumah sakit daerah Tugurejo Semarang. Jurnal kedokteran

Muhammadiyah. 2012. 1(1) : 14-19

4. Baziad A. Pengobatan medikamentosa mioma uteri dengan analog GnRH.

Dalam : Endokrinologi ginekologi edisi kedua. Jakarta : Media Aesculapius

FKUI, 2003; 151–156. Diakses 9 Oktober 2010.

http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/

5. Wiknjosastro, H. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo; 1999

6. Suwiyoga K. et all. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman Diagnosis-Terapi

dan Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF Obsgin FK UNUD RS Sanglah,

Denpasar. 2003

7. Friedman AJ, Rein MS, Murugan R, Pandian, Barbieri RL.Fasting serum

growth hormone and insulin_like growth factor – I and –II concentrations in

women with leiomiomata uteri treated with leuprolide acetate or placebo.

Fertility and Sterility, 1990 ; 53 : 250 – 253. Diakses 9 Oktober 2010.

http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/

19

Page 20: Isi Mioma Uteri + Anemia

8. Hadibroto, BR. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara. 2005. 38(3) :

254-259

9. Hurst BS, Matthews ML, Marshburn PB. Laparoscopic Myomectomy for

Symptomatic Uterine Myomas. Fertil Steril. 2005. 83(1) : 1-22

20