isi ppgd

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Dasar Teori Pertolongan pertama gawat darurat (PPGD) merupakan pemberian pertolongan danperawatan yang pertama kali diberikan kepada korban dengan cepat dan tepat. Pertolongan ini merupakan langkah awal sebelum diteruskan ke paramedis.PPGD bertujuan untuk mencegah bahaya kematian atau mempertahankan hidup korban, mencegah cacat, mencegah penurunan kondisi fisik korban, mencegah infeksi pada korban, mengurangi rasa sakit korban. Resusitasi jantung paru (RJP), atau juga dikenal dengan cardio pulmonierresusitation (CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasanbuatan. Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung nafas, tetapi masih hidup. Tujuan Resusitasi Jantung Paru yang penting ialah mengusahakan sekuat tenaga agar ventilasi paru dapat pulih kembali seperti sediakala. RJP sangat dibutuhkan bagi orang tenggelam, terkena serangan jantung, sesak napas karena syok akibat kecelakaan,terjatuh, dan sebagainya.Namun yang perlu diperhatikan khusus untuk korban pingsan karena kecelakaan,tidak boleh langsung dipindahkan karena dikhawatirkan ada tulang yang patah.Biarkan di tempatnya sampai petugas medis datang.RJP dilakukan 1

Upload: mha-ticha

Post on 12-Jan-2016

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kg

TRANSCRIPT

Page 1: isi ppgd

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori

Pertolongan pertama gawat darurat (PPGD) merupakan pemberian

pertolongan danperawatan yang pertama kali diberikan kepada korban dengan

cepat dan tepat. Pertolongan ini merupakan langkah awal sebelum diteruskan ke

paramedis.PPGD bertujuan untuk mencegah bahaya kematian atau

mempertahankan hidup korban, mencegah cacat, mencegah penurunan kondisi

fisik korban, mencegah infeksi pada korban, mengurangi rasa sakit korban.

Resusitasi jantung paru (RJP), atau juga dikenal dengan cardio

pulmonierresusitation (CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan

pernafasanbuatan. Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti

jantung nafas, tetapi masih hidup. Tujuan Resusitasi Jantung Paru yang penting

ialah mengusahakan sekuat tenaga agar ventilasi paru dapat pulih kembali seperti

sediakala. RJP sangat dibutuhkan bagi orang tenggelam, terkena serangan jantung,

sesak napas karena syok akibat kecelakaan,terjatuh, dan sebagainya.Namun yang

perlu diperhatikan khusus untuk korban pingsan karena kecelakaan,tidak boleh

langsung dipindahkan karena dikhawatirkan ada tulang yang patah.Biarkan di

tempatnya sampai petugas medis datang.RJP dilakukan pada saat jantung dan

pernafasan korban telah berhenti bekerja. Penyelamatan pernafasan digunakan

pada saat nadi masih berdenyut tetapi tidak ada pernafasan. Hasil akhir dari

tindakan resusitasi akan sangat tergantung pada kecepatan dan ketepatan penolong

dalam memberikan bantuan hidup dasar. Tujuan utama resusitasi kardiopulmonar

yaitu melindungi otak secara manual dari kekurangan oksigen.

Fase Resusitasi jantung paru

Pembagian fase ini dimaksudkan agar memudahkan dalam latihan dan mengingat

tahap yang harus dilakukan. Perlu diperhatikan juga kesiapan penolong, apakah

mampu atau tidak dan lingkungan sekitar, perlu tidaknya menjauhkan pasien atau

penderita dalam lingkungan yang berbahaya. 

1. A : (AIRWAY) Jalan Nafas

1

Page 2: isi ppgd

Sebelum melakukan tahapan A (airway) terlebih dahulu dilakukan prosedur

awal pada korban, yaitu:

- Memastikan keamanan lingkungan.  Aman bagi penolong maupun aman

bagi korban itu sendiri.

- Memastikan kesadaran korban

- Meminta pertolongan bila diyakini korban tidak sadar atau tidak ada respon

- Mengatur posisi penolong. 

Posisi penolong berlutut sejajar dengan bahu pasien korban agar pada saat

memberikan batuan nafas dan bantuan sirkulasi penolong tidak perlu banyak

pergerakan.

1. Pemeriksaan Jalan Nafas

Untuk memastikan jalan nafas bebas dari sumbatan karena benda asing. Bila

sumbatan ada dapat dibersihkan dengan teknik cross finger ( ibu jari

diletakkan berlawan dengan jari telunjuk pada mulut korban).

Cara melakukan tehnik cross finger

a. Silangkan ibu jari dan telunjuk penolong

b. Letakkan ibu jari pada gigi seri bawah korban/pasien dan jari telunjuk pada

gigi seri atas

c. Lakukan gerakan seperti menggunting untuk membuka mulut korban.

d. Periksa mulut setelah terbuka apakah ada cairan,benda asing yang

menyumbat jalan nafas.

2. Membuka Jalan Nafas

Pada korban tidak sadar tonus otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan

menutup faring dan laring sehingga menyebabkan sumbatan jalan nafas.

Keadaan ini dapat dibebaskan dengan tengadah kepala topang dahi (Head tild

Chin lift) dan manuver pendorongan mandibula (Jaw thrush manuver).  

Cara melakukan tehnik Head tilt chin lift.

a. Letakkan tangan pada dahi korban

b. Tekan dahi sedikit mengarah ke depan dengan telapak tangan penolong

2

Page 3: isi ppgd

c.  Letakkan ujung jari tangan lainnya dibawah bagian ujung tulang rahang

korban

d. Tengadahkan kepala dan tahan/tekan dahi pasien/korban secara bersamaan

sampai kepala korban pada posisi ekstensi.

Cara melakukan tehnik jaw thrust manuver

a. Letakkan kedua siku penolong sejajar dengan korban

b. Kedua tangan memegang sisi kepala korban

c. Penolong memegang kedua sisi rahang

d. Kedua tangan penolong menggerakan rahang ke posisi depan secara

perlahan

e. Pertahankan posisi mulut korban tetap terbuka

2. B : ( BREATHING) Bantuan Nafas

Prinsipnya adalah memberikan 2 kali ventilasi sebelum kompresi dan memberikan

2 kali ventilasi per 10 detik pada saat setelah kompresi. Terdiri dari 2 tahap :

1. Memastikan pasien/korban tidak bernafas

Dengan cara :

- Look : Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah

gerakan tersebut simetris

- listen: Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara

nafas tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan

sebagian). 

- Feel : Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa napas dari

korban

Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi

pernapasan pasien itu dalam 1 menit (Pernapasan normal adalah 12 -20

kali permenit). 

Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :

a. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan

napas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah

3

Page 4: isi ppgd

pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut

(menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk

chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang

bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan

korban. Pindahkan benda tersebut

b. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan

yang 

disebabkan oleh cairan (darah), maka lakukanlah cross-finger (seperti di atas), lalu

lakukanlah finger-sweep (menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain

untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan).

c. Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan

(edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt

and chin lift atau jaw thrust saja.

- Jika suara napas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan napas,

maka dapat dilakukan :

a.Back Blow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan

telapak tangan daerah diantara tulang scapula di punggung

b.Heimlich Maneuver, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu

menarik tangan ke arah belakang atas.

c.Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara

memposisikan diri seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam

atas.  

- Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan

Look Listen and Feel.

- Jika frekuensi nafas < 12-20 kali permenit, berikan nafas bantuan

- Jika pasien mengalami henti nafas berikan nafas buatan

Setelah diberikan nafas buatan maka lakukan permeriksaan nadi karotis yang

terletak di leher (periksa dengan 2 jari, letakkan jari di tonjolan di tengah

tenggorokan, lalu gerakkan jari ke samping, sampai terhambat oleh otot leher

(Sternocleidomastoideus), rasakanlah denyut nadi karotis selama 10 detik.

4

Page 5: isi ppgd

Nafas Bantuan

Nafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan

frekuensi nafas pasien yang di bawah normal. Misal frekuensi napas : 6 kali per

menit, maka harus diberi nafas bantuan di sela setiap nafas spontan dia sehingga

total nafas permenitnya menjadi normal (12 kali).

1. Memberikan bantuan nafas

Bantuan nafas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung,

mulut ke stoma    (lubang yang dibuat pada tenggorokan). Bantuan nafas

diberikan sebanyak 2 kali, waktu tiap kali hembusan 1,5 – 2 detik dan

volume 700 ml – 1000 ml (10 ml/kg atau sampai terlihat dada korban

mengembang. Konsentrasi oksigen yang diberikan 16 – 17 %. Perhatikan

respon pasien.

Prosedurnya :

1. Posisikan diri di samping pasien

2. Jangan lakukan pernapasan mouth to mouth langsung, tapi gunakan lah

kain sebagai pembatas antara mulut anda dan pasien untuk mencegah

penularan penyakit – penyakit.

3. Sambil tetap melakukan chin lift, gunakan tangan yang tadi digunakan

untuk head tilt untuk menutup hidung pasien (agar udara yg diberikan

tidak terbuang lewat hidung).

4. Mata memperhatikan dada pasien

5. Tutupilah seluruh mulut korban dengan mulut penolong

Cara memberikan bantuan pernafasan : 

i. Mulut ke mulut

Merupakan cara yang  cepat dan efektif. Pada saat memberikan penolong

tarik nafas dan mulut penolong menutup seluruhnya mulut pasien/korban

dan hidung pasien/korban harus ditutup dengan telunjuk dan ibu jari

penolong. Volume udara yang berlebihan dapat menyebabkan udara

masuk ke lambung.         

ii. Mulut ke hidung

5

Page 6: isi ppgd

bantuan dari mulut korban tidak memungkinkan,misalnya pasien/korban

mengalami trismus atau luka berat. Penolong sebaiknya menutup mulut

pasien/korban pada saat memberikan bantuan nafas. 

iii. Mulut ke stoma

Dilakukan pada pasien/korban yang terpasang trakheostomi atau

mengalami laringotomi.

Nafas Buatan

Cara melakukan nafas buatan sama dengan nafas bantuan, bedanya nafas buatan

diberikan pada pasien yang mengalami henti napas. Diberikan2 kali efektif (dada

mengembang )Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan

tindakanRJP yaitu:

1. Periksa kesadaran orang yang akan diberi bantuan pernafasan

2. Harus ada tenaga lain yang dapat menolong

3. Posisi penderitaLetakkan penderita dengan muka menghadap ke atas

( posisi terlentang) pada dasar yang kokoh.Kontrol kepala dan leher

ketikaakan membalik penderita, terutama bila terdapat tanda- tandatrauma,

fraktur, atau luka- luka di dalam tubuh. Apabila penderita

mengalamitrauma medulla spinalis, pertahankan kepala penderita pada

posisinetral dan gerakkan bersama badan sebagai satu bagian.

4. Membuat jalan nafas dan menjaga agar tetap terbuka

Upayakan agar tidak ada yang menghalangi jalan pernafasanseperti lidah,

cairan lendir, muntah yang mungkin dapatmenghalangi gerakan udara

melalui faring, demikian pula ikat pinggang, BH harus di longgarkan.Bagi

penderita yang tenggelam, air yang masuk ke dalam lambung dan paru

harus dikeluarkan.

Pengecekan Nadi Karotis

Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah Pijat Jantung,ulang sampai 6 kali

siklus pijat jantung-napas buatan, yang diakhiri dengan pijat jantung.

3. C : (CIRCULATION)  bantuan sirkulasi

Pijat Jantung

6

Page 7: isi ppgd

Terdiri dari 2 tahapan :

1.Memastikan ada tidaknya denyut jantung korban.

Ada tidaknya denyut jantung korban dapat ditentukandengan meraba arteri karotis

di daerah leher korban, dengandua atau tiga jari tangan (jari telunjuk dan tengah)

penolong dapatmeraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea, kemudian

kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-kira 1 – 2 cm raba dengan

lembut selama 5 – 10 detik. Jika teraba denyutan nadi,penolong harus kembali

memeriksa pernapasan korban denganmelakukan manuver tengadah kepala

topang dagu untuk menilaipernapasan korban. Jika tidak bernapas lakukan

bantuanpernapasan, dan jika bernapas pertahankan jalan napas.

2. Memberikan bantuan sirkulasi.Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung,

selanjutnyadapat diberikan bantuan sirkulasi atau yang disebut dengankompresi

jantung luar, dilakukan dengan teknik sebagai berikut :

o Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga

kanan atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).

o Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kuranglebih 2 atau 3

jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tempatuntuk meletakan tangan

penolong dalam memberikan bantuansirkulasi.

o Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan caramenumpuk satu

telapak tangan di atas telapak tangan yanglainnya, hindari jari-jari tangan

menyentuh dinding dada korban, jari-jari tangan dapat diluruskan

ataumenyilang.

o Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dindingdada korban

dengan tenaga dari berat badannya secara teratursebanyak 30 kali

kompresi) dengankedalaman penekanan berkisar antara 1.5 – 2 inci (3,8 –

5 cm)

Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan

mengembang kembali ke posisi semula setiap kalimelakukan kompresi

dada. Selang waktu yang dipergunakanuntuk melepaskan kompresi harus

sama dengan pada saat melakukan kompresi

o Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan ataumerubah posisi

tangan pada saat melepaskan kompresi.

7

Page 8: isi ppgd

o Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2(Tiap 15 detik

= 30 kompresi dan 2 kali tiupan nafas),dilakukan baik oleh 1 atau 2

penolong. Dari tindakan kompresiyang benar hanya akan mencapai

tekanan sistolik 60 – 80mmHg, dan diastolik yang sangat rendah,

sedangkan curah jantung (cardiac output ) hanya 25% dari curah jantung

normal.Selang waktu mulai dari menemukan pasien dan

dilakukanprosedur dasar sampai dilakukannya tindakan bantuan

sirkulasi(kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.

Satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan, untuk memudahkan

menghitung dapat dihitung dengan cara menghitung sebagai berikut :

Satu Dua Tiga Empat SATU

Satu Dua Tiga Empat DUA

Satu Dua Tiga Empat TIGA

Satu Dua Tiga Empat EMPAT

Satu Dua Tiga Empat LIMA

Satu Dua Tiga Empat ENAM

Prinsip pijat jantung adalah :

a. Push deep

b. Push hard

c. Push fast

d. Maximum recoil (berikan waktu jantung relaksasi)

e. Minimum interruption (pada saat melakukan prosedur ini penolong

tidak boleh diinterupsi).

Tindakan resusitasi perlu diperhatikan bilamana tindakan RJP

Bilamana

(1) denyut nadi arteri mulai teraba

(2) mulai timbul pernafasanspontan

(3) secara bertahap kesadaran penderita pulih kembali.

Tindakan resusitasi perlu dihentikan bilamana tindakan RJP efektif telah

berlangsung 30 menit tetapi kriteria- kriteria berikut masih dijumpaiyaitu:

1)Ketidaksadaran menetap

2)Korban sadar kembali (dapat bernapas dan denyut nadi terabakembali)

8

Page 9: isi ppgd

3)Tidak timbul pernafasan spontan

4)Denyut nadi tidak teraba

5)Pupil berdilatasi dan menetap

6)denyut nadi karotis telah teraba

7)Digantikan oleh penolong terlatih atau layanan kedaruratan medis

8)Penolong kehabisan tenaga untuk melanjutkan RJP

9)Keadaan menjadi tidak aman

Setelah berhasil mengamankan kondisi diatas periksalah tanda-tanda shock pada

pasien :

a.Denyut nadi >100 kali per menit

b.Telapak tangan basah dingin dan pucat

c.Capilarry Refill Time > 2 detik ( CRT dapat diperiksa dengan cara

menekan ujung kuku pasien dg kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu

lepaskan, cek berapa lama waktu yg dibutuhkan agar warna ujung kuku

merah lagi)

- Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan

mengangkat kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan

lebih banyak ke jantung

- Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock

menghilang

-     Jika ada pendarahan pada pasien, coba lah hentikan perdarahan dengan cara

menekan atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat

mengakibatkan jaringan yg dibebat mati)

-    Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look

Listen and Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.

Perlindungan Diri Penolong

Dalam melakukan pertolongan pada kondisi gawat darurat, penolong tetap harus

senantiasa memastikan keselamatan dirinya sendiri, baik dari bahaya yang

disebabkan karena lingkungan, maupun karena bahaya yang disebabkan karena

pemberian pertolongan.

Poin-poin penting dalam perlindungan diri penolong :

9

Page 10: isi ppgd

1. Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan

membahayakan penolong dan pasien

2. Minimasi kontak langsung dengan pasien, itulah mengapa dalam

memberikan napas bantuan sedapat mungkin digunakan sapu tangan atau

kain lainnya untuk melindungi penolong dari penyakit yang mungkin

dapat ditularkan oleh korban

3. Selalu perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan

pertama adalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika dilakukan

dengan kondisi tidak fit, justru akan membahayakan penolong sendiri.

Spesifik Penolong yang dapat Memberikan RJP

1. Penolong yang tidak terlatih (Untrained lay rescuer)

  untuk orang awam yang tidak berpengalaman hanya kompresi dada yang

dilakukan.

2. Penolong yang terlatih (Trained lay rescuer)

Harus memberikan kompresi dada untuk pasien SCA ( sudden cardiac

arrest ) dan dapat memberikan ventilasi dengan maka perbandingan 30 : 2.

3. Penyedia pelayan kesehatan (Healthcare Provider)

Resusitasi yang diberikan tergantung kasus yang dihadapi. Jika ada pasien

yang lemas ataupun yang mempunyai obstruksi jalan pernapasan dan

mengalami penurunan kesadaran, CPR juga dapat diberikan dengan

kompresi dada sebanyak 30 kali dan diteruskan dengan ventilasi. Jika

menemukan pasien yang tidak  responsif atau tidak bernafas, asumsi SCA

(Sudden Cardiac Arrest) selalu dilakukan.

RJP pada situasi khusus

1. Tenggelam

Tenggelam merupakan penyebab kematian yang dapat dicegah.

Keberhasilan menolong korban tenggelam tergantung dari lama dan

beratnya derajat hipoksia. Penolong harus melakukan RJP terutama

memberikan bantuan nafas, secepat mungkin setelah korban dikeluarkan

dari air. Setelah melakukan RJP selama 5 siklus barulah seorang penolong

mengaktifkan sistem emergensi. Manuver yang dilakukan untuk

10

Page 11: isi ppgd

menghilangkan sumbatan jalan nafas tidak direkomendasikan karena bisa

menyebabkan trauma, muntah dan aspirasi serta memperlambat RJP.

2. Hipotermi

Pada pasien tidak sadar oleh karena hipotermi, penolong harus menilai

pernafasan untuk mengetahui ada tidaknya henti nafas dan menilai denyut

nadi unuk menilai ada tidaknya henti jantung atau adanya bradikardi

selama 30-45 detik karena frekuensi jantung dan pernafasan sangat lambat

tergantung derajat hipotermi.

Jika korban tidak bernafas, segera beri pernafasan buatan. Jika nadi tidak

ada segera lakukan kompresi dada. Jangan menunggu suhu tubuh menjadi

hangat. Untuk mencegah hilangnya panas tubuh korban, lepaskan pakaian

basah, beri selimut hangat jika mungkin beri oksigen hangat.

1.2 Alat dan Bahan

a. Matras/tikar

b. Masker

c. Sarung tangan

d. Kasa steril

e. Manekin Resusitasi

f. Sapu tangan

11

Page 12: isi ppgd

BAB II

HASIL PERCOBAAN

2.1 Jawaban Pertanyaan

1. Jelaskan mengapa mahasiswa fakultas kedokteran gigi memerlukan

pengetahuan tenang BLS ?

Mahasiswa kedokteran gigi penting sekali memiliki pengetahuan tentang

BLS ( Basic Life Support ) karena sesuai dengan kep. Menkes No. 39

tahun 2007, yang menjelaskan bahwa salah satu ruang lingkup dokter gigi

adalah memberikan pelayanan darurat ( basic emergency care ) yang

terdiri atas BLS. Kemampuan menanggulangi kegawat daruratan dengan

BLS ini sangat diperlukan baik di area pre hospital dan intra hospital.

Selain itu, sebagai mahasiswa Kedokteran Gigi yang merupakan calon

orang kesehatan ya g nantinya akan di hadapkan pada masalah kesehatan

dan dituntut untuk bisa menanganinya, termasuk tindakan

kegawatdaruratan seperti melakukan Basic Life Support pada korban tak

sadar guna memberikan pertolongan pertama.

2. Apa yang anda lakukan apabila anda temukan gigi tiruan pasien anda

tertelan?

Ketika menemukan gigi tiruan pasien tertelan, maka dilakukan prosedur

pembebasan jalan nafas dengan metode cross finger untuk membuka mulut

menggunakan 2 jari yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan

untuk chin lift, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan

rahang bawah kebawah. Kemudian mengambil gigi palsu yang

menyangkut. Setelah diambil gigi palsunya. Apabila tidak memungkinkan

maka dilakukan Heimlich manuver. Namun apabila pasien tidak sadar

maka harus minta bantuan orang lain dan melakukan pijat jantung ( RJP )

30 kali disela dengan napas buatan 2 kali.

3. Apa gunaya metode back blow di bidang kedokteran gigi?

Metode back blow manuever dibidang kedokteran gigi berguna untuk

mengeluarkan benda asing padat yang tertelan contohnya tampon yang

tertelan pasien sehingga menghambat nafas.

12

Page 13: isi ppgd

4. Apa gunanya metode Heimleich Manuever di bidang kedokteran

gigi ?

Metode Hiemlich maneuver dibidang Kedokteran gigi berguna untk

mengeluarkan benda asing yang tertelan pada pasien saat dilakukan

perawatan gigi seperti menelan gigi tiruan. Dengan melakukan metode

Heimlich manuver maka benda asing tersebut bisa dikeluarkan.

5. Apa gunanya metode Chest Trust di bidang kedokteran gigi ?

Metode Chest Trust berguna pada bidang Kedokteran gig yaitu untuk

mengeluarkan benda asing yang tertelan. Chest Trust dilakukan pada ibu

hamil, bayi atau obesitas.

6. Apa yang anda lakukan pada saat anda jumpai pasien anda

mengalami pingsan setelah dilakukan anastesi ? Jelaskan !

Jika dijumpai pasien mengalami pingsan setelah dilakukan anastesi, kita

sebagai salah satu tenaga medis harus melakukan pengecekan kesadaran

pasien dengan metode AV-PU:

A (alert) : Korban sadar, jika tidak sadar lanjut ke poin V.

V (Verbal) : Cobalah memanggil-manggil korban dengan cara

berbicara keras ditelinga korban (pada tahap ini jangan sertakan dengan

menggoyang atau menyentuh pasien), jika tidak merespon lanjut ke poin

P.

P (Pain) : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang

paling mudah adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (dipangkal

kuku), selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada

(sternum) dan juga areal di atas mata (supra orbital).

U (Unresponsive) : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien tidak

bereaksi, maka pasien berada dalam keadaan unresponsive (tidak sadar).

Kemudian saya melakukan langkah :

1. Pembebasan jalan napas

Jalan napas pasien harus segera dibersihkan dari benda asing, lendir

atau darah. Membuka jalan napas dapat dilakukan dengan mengangkat

dagu kedepan dengan metode head lilt-chin lift/ jaw thrust ( lebih

aman ), apabila terjadi muntah, posisi pasien dimiringkan.

13

Page 14: isi ppgd

2. Call for help

Hal ini adalah mencari pertolongan yang sesungguhnya

3. Memeriksa pernapasan pasien dengan metode look, listen dan feel :

- Lihat apakah ada aktivitas pernapasan pada pasien ( look )

- Dengar apakah ada suara pernapasan pada pasien ( listen )

- Rasakan napas pasien dengan mengunakan 2 jari ditempelkan

dihidung

4. Apabila terjadi henti napas maka harus diberikan pijat jantung

sebanyak 30 kali dengan sela 2 kali napas buatan.

Apabila kondisi pasiens sudah dalam keadaan stabil, tetap monitor kondisi

pasien dengan metode look,listen, dan feel karena kondisi pasien dapat

tiba-tiba memburuk

14

Page 15: isi ppgd

BAB III

PEMBAHASAN

Mahasiswa kedokteran gigi sangat perlu memiliki pengetahuan tentang

PPGD dan RJP karena sangat dibutukan ketika menjadi dokter gigi ketika

menghadapi pasien yang tiba-tiba tidak sadarkan diri atau dalam kondisi gawat

darurat sehingga dapat memberikan pertolongan pertama untuk menyelamatkan

pasien sebelum akhirnya diberikan perawatan yang sesuai dengan keadaan

korban. Selain itu, sebagai orang yang paham tentang medis, ketika menemui

korban yang dalam kondisi gawat darurat dijalan, kita dapat langsung memberi

pertolongan pertama.

Pertolongan black blow maneuver dilakukan jika terjadi kasus tersedak

benda padat pada pasien. Apabila ada pasien yang tertelan gigi tiruan, yang harus

dilakukan adalah memberikan PPGD yang selanjutnya dilakukan pemeriksaan

apakah gigi tiruan masih dapat diambil atau tidak. Jika masih bisa diambil maka

dilakukan dengan metode jaw thrust dan dengan cara cross finger untuk membuka

mulut (menggunakan 2 jari yaitu ibu jari dan jari telunjuk yang digunakan untuk

chin lift, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah

ke bawah) dan gigi tiruan dikeluarkan. Namun, jika sudah tertelan dilakukan

dengan metode black blow maneuver atau heimlich maneuver jika gigi tiruan

sudah tertelan mencapai abdomen pasien.

Pertolongan black blow maneuver selain berguna saat terjadinya kasus

tersedak benda padat, pertolongan ini juga digunakan untuk membebaskan jalan

napas saat terjadi henti napas pada pasien bayi atau anak-anak. Sedangkan

pertolongan heimlich maneuver dilakukan apabila perawatan dengan metode

black blow maneuver tidak berhasil. Metode black blow maneuver dan metode

heimlich maneuver sebenarnya memiliki fungsi yang sama, hanya saja pada

metode heimlich maneuver dilakukan penekanan pada ulu hati dan dilakukan

apabila benda padat sudah tertelan sudah sampai pada abdomen serta berfungsi

untuk untuk membebaskan jalan napas saat terjadi henti napas pada pasien bayi,

anak-anak, dan orang dewasa untuk korban sadar dan tidak sadar. Metode chest

thrust sebenarnya sama dengan metode heimlich maneuver, hanya saja pada

15

Page 16: isi ppgd

metode chest thrust yang ditekan adalah dada atau tulang rusuk. Chest Trust

dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas.

Jika menjumpai pasien tidak sadarkan diri, kita bisa memberikan PPDG

dengan langkah awal memeriksa kesadaran pasien dengan metode AV-PU yaitu

A(Alert) : korban sadar, jika tidak sadar maka lanjut ke V. V (Verbal) :

memanggil-manggil pasien dengan cara berbicara keras ditelinga pasien tetapi

tidak boleh memegang atau menggiyangkan pasien. Jika pasien tidak merespon

makan lanjut ke P. P(Pain) : memberi rangsangan nyeri pada pasien dengan

menekan bagian putih dari kuku tangan atau menekan bagian tengan tulang dada

dan juga area di atas mata. U(Unresponsive) : apabila setelah diberi rangsangan

nyeri tetapi pasien tidak bereaksi maka pasien berada dalam keadaan tidak sadar.

Langkah selanjutnya yaitu membebaskan jalan nafas pasien dan segera meminta

bantuan. Kemudian memerksa jalan nafas dengan menggunakan metode look,

listen, feel. Look yaitu melihat apakah ada pergerakan dada. Listen yaitu

mendengarkan apakan ada suara nafas. Feel yaitu merasakan degan pipi apakah

ada hawa panas dari korban. Langkah selanjutnya yaitu apabila pasien tetap tidak

sadar dan tidak bernapas, maka lakukan pijat jantung (RJP) 30 kali disela dengan

2 kali nafas buatan. Apabila kondisi pasien sudah dalam keadaan stabil, maka

kondisi pasien tetap dimonitor dengan metode look,listen, dan feel karena kondisi

pasien dapat tiba-tiba memburuk.

16

Page 17: isi ppgd

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPGD) adalah serangkaian

usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka

menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat. Pengetahuan

tentang PPGD (Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat) dan RJP (Resusitasi

Jantung dan Paru) sangat penting untuk mahasiswa kedokteran gigi untuk

menghadapi pasien yang tiba-tiba tidak sadarkan diri atau dalam kondisi gawat

darurat. Selain itu, apabila menemukan korban dalam kondisi gawat darurat, bisa

langsung memberikan pertolongan pertama untuk menyelamatkan jiwa pasien.

17

Page 18: isi ppgd

DAFTAR PUSTAKA

1. Dobson, Michael B; alih bahasa, Adji Dharma. 1994. Penuntun Praktis

Anestesi (at the district hospital ). Jakarta: Penerbit buku kedokteran

EGC.

2. Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta :

EGC

3. Kartono,Mohomad.1975.Pertolongan Pertama.Jakarta:Gramedia Pustaka

Utama.

4. Kozier&Erb.2009.Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis

Ed.5.Jakarta:EGC

5. Latief S.A. 2007. Petunjuk  Praktis  Anestesiologi Edisi Kedua. Jakarta :

Penerbit FKUI

6. Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.

7. Tim Fisiologi. 2014. Petunjuk Praktikum Fisiologi. Jember : Laboratorium

Fisiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

8. W.F.Ganong.1995.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 14.Jakarta: EGC

18