isi

47
BAB I PENDAHULUAN Kehamilan merupakan suatu anugerah yang didambakan semua wanita sebagai calon ibu. Tidak semua wanita yang sudah menikah mengalami hal yang dinamakan hamil atau mengandung. Kehamilan dimulai dari proses pembuahan sampai terjadinya persalinan. Kehamilan secara umum ditandai dengan aktifitas otot polos miometrium yang relatif tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine sampai dengan kehamilan aterm. 1 Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks. 2 Proses persalinan ditandai dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan penipisan serviks, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir. Banyak energi yang dikeluarkan dalam proses ini. Kontraksi miometrium pada persalinan terasa nyeri 1

Upload: joice-sari-tampubolon

Post on 19-Dec-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

persalinan normal

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan merupakan suatu anugerah yang didambakan semua wanita

sebagai calon ibu. Tidak semua wanita yang sudah menikah mengalami hal yang

dinamakan hamil atau mengandung. Kehamilan dimulai dari proses pembuahan

sampai terjadinya persalinan. Kehamilan secara umum ditandai dengan aktifitas

otot polos miometrium yang relatif tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan

perkembangan janin intrauterine sampai dengan kehamilan aterm.1

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar

dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia

kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.

Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan

perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya

plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak

mengakibatkan perubahan serviks.2

Proses persalinan ditandai dengan adanya kontraksi uterus yang

menyebabkan penipisan serviks, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar

melalui jalan lahir. Banyak energi yang dikeluarkan dalam proses ini. Kontraksi

miometrium pada persalinan terasa nyeri sehingga nyeri persalinan digunakan

untuk mendeskripsikan proses ini.2,3

Persalinan aktif dibagi menjadi empat kala, dimana kala satu persalinan

mulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas, dan

durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang

progresif. Kala dua persalinan dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap, dan

berakhir ketika janin sudah lahir. Kala tiga dan empat dimulai segera setelah janin

lahir, dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin.2

Tiga faktor penting yang berperan pada dan selama persalinan adalah

kekuatan kontraksi ibu (his) dan kekuatan mengedan, kondisi jalan lahir, dan janin

itu sendiri. Sebab-sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan teori-teori

yang kompleks. Terdapat beberapa teori yang sering dibicarakan antara lain

1

faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus,

pengaruh saraf, dan faktor nutrisi dimana faktor-faktor ini dapat menyebabkan

partus bermula.3 Dalam laporan kasus ini akan dibahas lebih banyak mengenai

persalinan normal baik definisi, faktor penyebab mulainya persalinan, tahapan,

mekanisme, danpimpinan persalinan sehingga dapat menambah pengetahuan dan

pemberian informasi yang benar pada pasien, keluarganya maupun masyarakat.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari

dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Partus biasa atau partus normal atau

partus spontan adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa

memakai alat-alat atau alat bantu serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya

berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.1

Kehamilan aterm adalah kehamilan yang berusia antara 37 sampai 42

minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Partus prematur adalah

kehamilan yang berusia 28 sampai 36 minggu, dimana hasil konsepsi dapat hidup

tetapi belum aterm atau cukup bulan dengan berat janin antara 1000-2500 gram.

Partus postmatur atau serotinus adalah kehamilan yang melebihi usia 42 minggu

atau terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus yang diperkirakan. Partus

immatur terjadi bila usia kehamilan kurang dari 28 minggu namun lebih dari 20

minggu dengan berat janin antara 500-1000 gram, sedangkan abortus adalah

penghentian janin sebelum viable dengan berat janin di bawah 500 gram atau

umur kehamilan di bawah 20 minggu. 1,2,3

2.2 Faktor-faktor Penyebab Mulainya Persalinan

Suatu persalinan ditandai dengan peningkatan aktivitas miometrium dari aktivitas

jangka panjang dan frekuensi rendah, menjadi aktivitas tinggi dengan frekuensi

yang lebih tinggi. Kondisi ini menghasilkan suatu keadaan menipis dan

membukanya serviks uterus. Pada persalinan normal terdapat juga hubungan

antara waktu dengan perubahan biokimiawi jaringan ikat serviks yang

menyebabkan kontraksi uterus dan pembukaan serviks. Semua peristiwa tersebut

terjadi sebelum pecahnya selaput ketuban.2

Sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan teori-teori yang

kompleks. Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur dan sirkulasi

darah uterus, pengaruh saraf, dan nutrisi disebut sebagai faktor-faktor yang

mengakibatkan partus dimulai. Perkembangan ilmu biokimia dan biofisika telah

banyak mengungkapkan proses dimulai dan berlangsungnya partus, antara lain

3

penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Seperti diketahui progesteron

merupakan penenang bagi otot-otot uterus. Penurunan kadar kedua hormon ini

terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai. Kadar prostaglandin dalam

kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm meningkat terlebih sewaktu partus. 1,3

Pengaruh hormon hanya sebagian dari banyak faktor-faktor kompleks

yang dapat membangkitkan his. Selanjutnya dengan berbagai tindakan, persalinan

dapat juga dimulai (induction of labor) misalnya : 1) merangsang pleksus

Frankenhauser dengan memasukkan gagang laminaria dalam kanalis servikalis, 2)

pemecahan ketuban, 3) penyuntikan oksitosin (sebaiknya dengan jalan intravena),

4) pemakaian prostaglandin, dan sebagainya. Dalam menginduksi persalinan perlu

diperhatikan bahwa serviks sudah matang (serviks sudah pendek dan lembek), dan

kanalis servikalis terbuka minimal satu jari.1,3

2.3 Tahapan Persalinan Normal

Partus dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I serviks membuka sampai terjadi

pembukaan 10 cm, kala ini dinamakan kala pembukaan. Kala II disebut kala

pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan ibu, janin

didorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri, plasenta terlepas dari

dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta dan lamanya

sekitar 1 jam. Dalam kala ini diamati apakah terjadi perdarahan postpartum pada

ibu atau tidak.1,3

2.3.1 Kala I

Secara klinis dinyatakan partus dimulai apabila timbul his dan wanita tersebut

mengeluarkan lendir yang bercampur darah (bloody show). Lendir ini berasal dari

lendir kanalis servikalis yang mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darah

berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis

yang pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Proses

membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase.

Fase laten. Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai

mencapai ukuran diameter 3 cm. Selama fase ini, orientasi dari kontraksi uterus

adalah perlunakan serviks serta penipisan (efficement). Kriteria minimal Friedman

4

untuk memasuki fase aktif adalah pembukaan dengan laju 1,2 cm/jam untuk

nullipara, serta 1,5 cm/jam untuk multipara.3

Fase aktif. Dibagi dalam 3 fase, yakni:

a) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

b) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung

sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

c) Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam

pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dengan

multigravida. Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka terlebih

dahulu sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian ostium uteri

eksternum membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit

terbuka, sehingga pembukaan ostium uteri internum dan eksternum serta

penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang bersamaan.1

Ketuban akan pecah sendiri ketika pembukaan hampir atau telah lengkap.

Tidak jarang ketuban harus di pecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau

telah lengkap. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap.1

2.3.2 Kala II

Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira satu kali setiap 2

sampai 3 menit. Karena biasanya kepala janin sudah masuk di ruang panggul,

secara reflektoris timbul rasa ingin mengedan. Tekanan pada rektum juga

menimbulkan perasaan hendak buang air besar sehingga perineum mulai

menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan

tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar

panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak akan masuk lagi di luar his.

Kemudian dengan his dan kekuatan mengedan maksimal, kepala janin dilahirkan

dengan suboksiput di bawah simfisis dan secara berurutan lahir dahi, muka, dan

dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk

mengeluarkan badan dan ekstremitas bayi. Pada primigravida kala II berlangsung

rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 30 menit. 1,2,3

5

2.3.3 Kala III

Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat.

Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari

dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir

dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta

disertai dengan pengeluaran darah.1,3

2.3.4 Kala IV

Kala IV adalah kala dimana ibu pasca melahirkan dipantau selama 1-2 jam untuk

melihat apakah terjadi perdarahan postpartum atau tidak. Pada saat ini juga

dilakukan pemantauan tanda vital untuk mengetahui keadaan umum ibu. 1,3

2.4 Mekanisme Persalinan Normal

Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada

presentasi kepala ini ditemukan ± 58% ubun-ubun kecil terletak di kiri depan, ±

23% di kanan depan, ± 11% di kanan belakang, dan ± 8% di kiri belakang.

Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya ruangan di sebelah kiri belakang oleh

kolon sigmoid dan rektum.1,3

Menjadi pertanyaan mengapa janin dengan persentasi tinggi berada dalam

uterus dengan presentasi kepala. Keadaan ini mungkin disebabkan karena kepala

relatif lebih besar dan lebih berat. Mungkin pula karena bentuk uterus sedemikian

rupa sehingga volume bokong dan ekstremitas yang lebih besar berada di atas,

yaitu di ruangan yang lebih luas sedangkan kepala berada di bawah, di ruangan

yang lebih sempit. Hal ini dikenal sebagai teori akomodasi.1,3

Tiga faktor penting yang memegang peranan pada persalinan adalah

kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan

mengedan, keadaan jalan lahir, dan janin tersebut.1

His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks

membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah

cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul. His

yang sempurna akan membuat dinding korpus uteri yang terdiri atas otot-otot

menjadi lebih tebal dan lebih pendek, sedangkan bagian bawah uterus dan serviks

yang hanya mengandung sedikit jaringan kolagen akan mudah tertarik hingga

6

menjadi tipis dan membuka. Kontraksi yang sempurna adalah kontraksi yang

simetris dengan dominasi di fundus uteri, dan mempunyai amplitudo 40-60

mmHg yang berlangsung selama 60-90 detik dengan jangka waktu kontraksi 2-4

menit, dan pada relaksasi tonus uterus kurang dari 12 mmHg.1,3

Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan

sinklitismus, yaitu bila sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas

panggul. Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu

kepala janin miring dengan bidang pintu atas panggul. Asinklitismus anterior

menurut Naegele ialah apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan

dengan pintu atas panggul. Dapat pula asinklitismus posterior menurut Litzman

yaitu keadaan sebaliknya dari asinklitismus anterior. Keadaan asinklitismus

anterior lebih menguntungkan daripada mekanisme turunnya kepala dengan

asinklitismus posterior karena ruangan pelvis di daerah posterior lebih luas

dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah anterior. Hal asinklitismus penting

apabila daya akomodasi panggul agak terbatas.1,3

Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan

sumbu lebih mendekati suboksiput, dan tahanan oleh jaringan dibawah terhadap

kepala yang akan menurun, maka kepala akan mengadakan fleksi di dalam rongga

panggul menurut hokum Koppel. Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang

panggul dengan ukuran yang paling kecil, yakni dengan diameter

suboksipitobregmatikus (9,5cm) dan dengan sirkumferensia

suboksipitobregmatikus (32 cm). Sampai di dasar panggul kepala janin berada

dalam keadaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun menemui diafragma

pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi

elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterin disebabkan oleh his yang

berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi yang disebut juga putaran paksi dalam.

Pada saat melakukan rotasi, ubun-ubun kecil berada di bawah simfisis. Sesudah

kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil di bawah simfisis,

maka dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan

defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his, vulva lebih membuka dan kepala

janin makin tampak. Perineum menjadi lebih lebar dan tipis, anus membuka

dinding rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan,

7

berturut-turut tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu. Sesudah kepala

lahir, kepala segera mengadakan rotasi yang disebut putaran paksi luar. Putaran

paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk

menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.1,2,3

Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga

panggul, bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya,

sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada

dalam posisi depan belakang. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dahulu,

kemudian bahu belakang. Demikian pula dilahirkan trokanter depan terlebih

dahulu, kemudian trokanter belakang. Kemudian bayi lahir seluruhnya.1,3

Bila mekanisme partus yang fisiologis ini dipahami dengan sungguh-

sungguh, maka pada hal-hal yang menyimpang dapat segera dilakukan koreksi

secara manual jika mungkin, sehingga tindakan-tindakan operatif tidak perlu

dikerjakan. Apabila bayi telah lahir, segera jalan nafas dibersihkan. Tali pusat

dijepit diantara 2 cunam pada jarak 5 cm dan 10 cm. Kemudian di gunting

diantara kedua cunam tersebut, lalu diikat. Jepit tali pusat diberi antiseptik.

Umumnya bila telah lahir lengkap, bayi akan segera menarik napas dan menangis.

Resusitasi dengan jalan membersihkan dan mengisap lendir pada jalan napas

harus segera dikerjakan. 1,3

Bila bayi telah lahir, uterus akan mengecil. Partus berada dalam kala III

atau kala uri. Kala ini tidak kalah pentingnya dengan kala I dan II, sebab kematian

ibu karena perdarahan pada kala uri tidak jarang terjadi sebab pimpinan kala II

kurang cermat diterapkan. Seperti telah dikemukakan, segera setelah bayi lahir,

his mempunyai amplitudo yang kira-kira sama tingginya, hanya frekuensinya

yang berkurang. Akibat his ini uterus akan mengecil, sehingga perlekatan plasenta

dengan dinding uterus akan terlepas. Lepasnya plasenta dari dinding uterus ini

dapat dimulai dari tengah (sentral) menurut Schultze, pinggir (marginal) menurut

Mathews-Duncan, atau kombinasi keduanya. Yang terbanyak adalah pelepasan

menurut Schultze. Umumnya pada kala II berlangsung selama 6 sampai 15 menit.

Tinggi fundus uteri setelah kala III kira-kira 2 jari di bawah pusat.1,3

8

2.5 Pimpinan Persalinan

Pimpinan persalinan yang normal juga terbagi dalam 4 kala sesuai dengan

mekanisme persalinan normal: 1,3,4,5

2.5.1 Kala I

Dalam kala I, pekerjaan dokter, bidan, atau penolong persalinan adalah

mengawasi wanita inpartu sebaik-baiknya dan melihat apakah semua persiapan

untuk persalinan sudah dilakukan. Pemberian obat atau tindakan hanya apabila

ada indikasi untuk ibu maupun anak. Pada seorang primigravida aterm umumnya

kepala janin sudah masuk pintu atas panggul pada kehamilan 36 minggu,

sedangkan pada multigravida baru pada kehamilan 38 minggu. Pada kala I,

apabila kepala janin telah masuk sebagian ke dalam pintu atas panggul serta

ketuban belum pecah, wanita tersebut dapat dipersilahkan duduk atau berjalan-

jalan di sekitar kamar bersalin. Akan tetapi, pada umumnya wanita lebih suka

berbaring karena sakit yang dirasakan ketika muncul his. Berbaring sebaiknya ke

sisi, tempat punggung janin berada. Cara ini mempermudah turunnya kepala dan

putaran paksi dalam. Apabila kepala janin belum turun ke dalam pintu atas

panggul, sebaiknya wanita tersebut berbaring terlentang, karena bila ketuban

pecah, mungkin terjadi komplikasi-komplikasi, seperti prolaps tali pusat, prolaps

tangan, dan sebagainya. Apabila his sudah sering dan ketuban sudah pecah,

wanita tersebut harus berbaring.

Pemeriksaan luar untuk menentukan letak janin dan turunnya kepala

hendaknya dilakukan untuk memeriksa kemajuan partus, disamping dapat

dilakukan pula pemeriksaan rektal atau pervaginam. Hasil pemeriksaan

pervaginam juga disebut pemeriksaan dalam harus menyokong dan lebih merinci

apa yang dihasilkan oleh pemeriksaan luar. Harus disadari bahwa tiap

pemeriksaan dalam pada waktu persalinan selalu menimbulkan bahaya infeksi dan

rasa nyeri pada penderita. Akan tetapi hal-hal tersebut jangan sampai menghalangi

untuk menjalankan pemeriksaan dalam yang diperlukan untuk menilai vagina

(terutama dindingnya, menyempit atau tidak), keadaan dan pembukaan serviks,

kapasitas panggul, ada tidaknya penghalang jalan lahir, sifat fluor albus, dan

adanya penyakit (bartholinitis, urethritis, sistitis, dan sebagainya), ketuban,

9

presentasi kepala janin, turunnya kepala dalam ruang panggul, penilaian besar

kepala terhadap panggul, dan menilai kelangsungan partus.

Pemeriksaan per rektum baik untuk menilai turunnya kepala, tetapi kurang

baik untuk menilai ketuban, keadaan serviks, serta posisi dan presentasi kepala.

Pemeriksaan per rektum dapat mengurangi infeksi eksogen (dari luar), tetapi dapat

menimbulkan infeksi endogen (dari dalam) bila pemeriksaan kurang

memperhatikan asepsis dan antisepsis dan menggosok-gosok dengan jari dinding

vagina bagian belakang yang pada umumnya mengandung kuman-kuman ke

dalam pembukaan serviks. Pada pemeriksaan per vaginam kemungkinan infeksi

eksogen dapat diperkecil bila pemeriksa memperhatikan asepsis dan antisepsis

dengan memakai sarung tangan steril dan dapat menggunakan krem dettol atau

sejenis. Mengingat adanya kemungkinan menimbulkan infeksi, maka pemeriksaan

dalam hendaknya hanya dilakukan bila ada indikasi ibu maupun janin atau bila

akan diadakan tindakan di samping perlu untuk mengetahui kemajuan partus.

Dalam kala I wanita dalam keadaan inpartu dilarang mengedan. Sebaiknya

sebelumnya dilakukan dahulu lavement. Lazimnya dimasukkan 20 sampai 40 ml

gliserin ke dalam rektum dengan penyemprot klisma atau diberi suppositoria. Jika

tidak diberi klisma, skibala di rektum akan membuat wanita tersebut mengedan

sebelum waktunya. Skibala di rektum juga akan menghalangi rotasi kepala yang

baik pada kala I.

2.5.2 Kala II

Kala II dimulai jika pembukaan serviks telah lengkap. Umumnya pada akhir kala I

atau permulaan kala II dengan kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul,

ketuban akan pecah sendiri. Bila ketuban belum pecah, ketuban harus dipecahkan.

Kadang-kadang pada permulaan kala II ini, wanita tersebut mau muntah disertai

timbulnya rasa mengedan yang kuat. Di samping his, wanita tersebut harus

dipimpin untuk mengedan pada waktu ada his. Selain itu, denyut jantung janin

juga harus sering diawasi.

Ada dua cara mengedan yang baik, yaitu:6

1. Wanita tersebut dalam letak terbaring merangkul kedua pahanya sampai

batas siku. Kepala sedikit diangkat, sehingga dagunya mendekati dadanya

dan ia dapat melihat perutnya.

10

2. Sikap seperti diatas, tetapi badan dalam posisi miring ke kiri atau ke

kanan, tergantung pada letak punggung anak. Hanya satu kaki dirangkul,

yakni kaki berada di atas. Posisi ini baik dilakukan bila putaran paksi

dalam belum sempurna. Dokter atau penolong persalinan berdiri pada sisi

kanan wanita tersebut.

Bila kepala janin telah sampai di dasar panggul, vulva mulai membuka.

Rambut dan kepala janin mulai tampak. Perineum dan anus tampak mulai

meregang. Perineum mulai lebih tinggi, sedangkan anus mulai membuka. Anus

pada awalnya berbentuk bulat, kemudian berbentuk seperti huruf D. Yang tampak

dalam anus adalah dinding depan rektum. Perineum harus ditahan dan bila tidak,

dapat menyebabkan ruptura perineum, terutama pada primigravida. Perineum

ditahan dengan tangan kanan dan sebaiknya dilapisi dengan kain steril.

Episiotomi dianjurkan untuk dilakukan pada primigravida atau pada

wanita dengan perineum yang kaku. Episiotomi ini dilakukan bila perineum telah

menipis dan kepala janin tidak masuk kembali ke dalam vagina. Ketika kepala

janin akan mengadakan defleksi dengan suboksiput di bawah simfisis sebagai

hipomoklion, sebaiknya tangan kiri menahan bagian belakang kepala dengan

maksud agar gerakan defleksi tidak terlalu cepat. Dengan demikian, ruptura

perineum dapat dihindarkan. Untuk mengawasi perineum ini, posisi miring (Sims

position) lebih menguntungkan dibandingkan dengan posisi biasa. Akan tetapi,

bila perineum jelas telah tipis dan menunjukkan akan timbul ruptura perineum,

maka sebaiknya dilakukan episiotomi. Ada beberapa teknik untuk melakukan

episiotomi, antara lain episiotomi mediana, dikerjakan pada garis tengah,

episiotomi mediolateral, dikerjakan pada garis tengah yang dekat muskulus

sfingter ani yang diperluas ke sisi, episiotomi lateral dimana sering menimbulkan

perdarahan.

Keuntungan episiotomi mediana ialah tidak menimbulkan perdarahan

banyak dan penjahitan kembali lebih mudah, sehingga sembuh per primam dan

hampir tidak berbekas. Bahaya yang dapat terjadi ialah dapat menimbulkan

ruptura perinei totalis. Dalam hal ini muskulus sfingter ani eksternus dan rektum

ikut robek pula. Perawatan ruptura perinei totalis harus dikerjakan serapi-rapinya,

agar jangan sampai gagal dan timbul inkontinensia alvi. Untuk menghindarkan

11

robekan perineum kadang-kadang dilakukan perasat menurut Rintgen, yaitu bila

perineum meregang dan menipis, tahan kiri menahan dan menekan bagian

belakang kepala janin ke arah anus. Tangan kanan pada perineum. Dengan ujung

jari-jari tangan kanan tersebut melalui kulit perineum dicoba menggait dagu janin

dan ditekan ke arah simfisis dengan hati-hati. Dengan demikian, kepala janin

dilahirkan perlahan-lahan keluar. Setelah kepala lahir diselidiki apakah tali pusat

mengadakan lilitan pada leher janin. Bila terdapat lilitan dilonggarkan, bila sukar

dapat dilepaskan dengan cara menjepit tali pusat dengan 2 cunam Kocher,

kemudian diantaranya dipotong dengan gunting yang tumpul ujungnya. Setelah

kepala lahir, kepala akan mengadakan putar paksi luar ke arah letak punggung

janin. Usaha selanjutnya ialah melahirkan bahu janin. Mula-mula dilahirkan bahu

depan, dengan kedua telapak tangan pada samping kiri dan kanan kepala janin.

Kepala janin ditarik perlahan-lahan ke arah anus sehingga bahu depan lahir. Tidak

dibenarkan penarikan yang terlalu keras dan kasar oleh karena dapat

menimbulkan robekan pada muskulus sternokleidomastoideus. Kemudian, kepala

janin diangkat kearah simfisis untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua

bahu janin dapat dilahirkan, maka usaha selanutnya ialah melahirkan badan janin,

trokanter anterior disusul oleh trokanter posterior. Usaha ini tidak sesukar usaha

melahirkan kepala dan bahu janin oleh karena ukuran-ukurannya lebih kecil.

Dengan kedua tangan dibawah ketiak janin dan sebagian di punggung atas,

berturut-turut dilahirkan badan, trokanter anterior, dan trokanter posterior. Setelah

janin lahir, bayi sehat dan normal umumnya segera menarik napas dan menangis

keras. Kemudian bayi diletakkan dengan kepala ke bawah kira-kira membentuk

sudut 30 derajat dengan bidang datar. Lendir pada jalan napas segera dibersihkan

atau diisap dengan pengisap lendir. Tali pusat digunting 5 sampai 10 cm dari

umbilikus. Dengan cara, tali pusat dijepit 2 cunam Kocher pada jarak 5 dan 10 cm

dari umbilikus. Bial ada kemungkinan akan diadakan transfusi pertukaran pada

bayi maka pemotongan tali pusat diperpanjang sampai antara 10-15 cm . Di antara

kedua cunam tersebut tali pusat digunting dengan yang berujung tumpul. Ujung

tali pusat bagian bayi didesinfeksi dan diikat dengan kuat. Hal ini harus

diperhatikan karena ikatan kurang kuat dapat terlepas dan perdarahan dari tali

pusat masih dapat terjadi yang dapat membahayakan bayi tersebut. Kemudian

12

diperhatikan kandung kencing, bila penuh dilakukan pengosongan kandung

kencing, jika bisa wanita tersebut kencing sendiri. Kandung kencing yang penuh

dapat menimbulkan atonia uteri dan mengganggu pelepasan plasenta, yang berarti

dapat menimbulkan perdarahan postpartum.

2.5.3 Kala III

Partus kala II disebut juga kala uri. Kala III ini, seperti telah dijelaskan, tidak

kalah pentingnya dengan kala I dan kala II. Ketidakhati-hatian dalam memimpin

kala II dapat mengakibatkan kematian karena perdarahan. Kala uri dimulai sejak

bayi lahir lengkap sampai plasenta lahir lengkap.

Terdapat dua tingkat kelahiran plasenta, yang pertama ialah melepasnya

plasenta dari implantasinya pada dinding uterus dan dilanjutkan dengan

pengeluaran plasenta dari kavum uteri. Seperti telah disebut diatas, setelah janin

lahir uterus masih mengadakan kontraksi yang mengakibatkan pengecilan

permukaan kavum uteri tempat implantasi plasenta. Hal ini mengakibatkan

plasenta akan lepas dari tempat implantasinya. Pelepasan ini dapat dimulai dari

tengah menurut Schultze atau dari pinggir menurut Mathews-Duncan atau

serempak dari tengah dan pinggir plasenta. Cara yang pertama ditandai oleh

makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina, tanda ini dikemukakan oleh

Ahlfield, tanpa adanya perdarahan pervaginam, sedangkan cara yang kedua

ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai terlepas.

Umumnya perdarahan tidak melebihi 400 ml. Bila lebih, maka hal ini patologik.

Apabila plasenta lahir, umumnya otot-otot uterus segera berkontraksi menjepit

pembuluh-pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan segera berhenti. 3

Pada keadaan normal menurut Caldeyro-Barcia, plasenta akan lahir spontan dalam

waktu ± 6 menit setelah anak lahir lengkap.6 Untuk mengetahui apakah plasenta

telah lepas dari tempat implantasinya, dipakai beberapa perasat antara lain:

1. Perasat Kustner. Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali

pusat, tangan kiri menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini

masuk kembali dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding

uterus. Perasat ini hendaknya dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya

sebagian plasenta terlepas, perdarahan banyak akan dapat terjadi.

13

2. Perasat Strassmann. Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali

pusat, tangan kiri mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa ada getaran

pada tali pusat yang diregangkan ini, berarti plasenta belum lepas dari

dinding uterus. Bila tidak terasa getaran, berarti plasenta telah lepas dari

dinding uterus.

3. Perasat Klein. Wanita tersebut disuruh mengedan dan tali pusat tampak

turun ke bawah. Bila pengedanannyan dihentikan dan tali pusat masuk

kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.

Kombinasi dari tiga perasat ini baik dijalankan secara hati-hati setelah

mengawasi wanita yang baru melahirkan bayi selama 6 sampai 15 menit. Bila

plasenta telah lepas spontan, maka dapat dilihat bahwa uterus berkontraksi baik

dan terdorong keatas kanan oleh vagina yang berisi plasenta. Dengan tekanan

ringan pada fundus uteri plasenta mudah dapat dilahirkan, tanpa menyuruh wanita

bersangkutan mengedan yaitu dengan menggunakan perasat Crede. Dengan cara

memijat uterus seperti memeras jeruk agar plasenta lepas dari dinding uterus

hanya dapat digunakan bila terpaksa misalnya perdarahan. Perasat ini dapat

mengakibatkan kecelakaan perdarahan postpartum. Pada orang yang gemuk,

perasat Crede sukar atau tidak dapat dikerjakan.

Setelah plasenta lahir, harus diteliti apakah kotiledon-kotiledon lengkap

atau masih ada sebagian yang tertinggal dalam kavum uteri. Begitu pula apakah

pada pinggir plasenta masih didapat hubungan dengan plasenta lain, seperti

adanya plasenta suksenturiata. Selanjutnya harus pula diperhatikan apakah korpus

uteri berkontraksi baik. Harus dilakukan masase ringan pada korpus uteri untuk

memperbaiki kontraksi uterus. Apabila diperlukan karena kontaksi uterus kurang

baik, dapat diberikan uterotonika seperti pitosin, metergin, ermetrin, dan

sebagainya, terutama pada partus lama, grande multipara, gemelli, hidroamnion,

dan sebagainya. Bila semuanya telah berjalan dengan lancar dan baik, maka luka

episiotomi harus diteliti, dijahit, dan diperbaiki.

Segera bayi lahir, tinggi fundus uteri dan konsistensinya hendaknya

dipastikan. Selama uterus kencang dan tidak ada perdarahan yang luar biasa,

menunggu dengan waspada sampai plasenta terlepas biasa dilakukan. Jangan

dilakukan masase; tangan hanya diletakkan diatas fundus, untuk memastikan

14

bahwa organ tersebut tidak menjadi atonik dan berisi darah dibelakang plasenta

yang telah terlepas. Tanda-tanda pelepasan plasenta:

1. Uterus menjadi globular, dan biasanya terlihat lebih kencang. Ini

merupakan tanda awal.

2. Sering ada pancaran darah mendadak.

3. Uterus naik di abdomen karena plasenta yang telah terlepas, berjalan

turun masuk ke segmen bawah uterus dan vagina, serta massanya

mendorong uterus keatas.

4. Tali pusat keluar lebih panjang dari vagina yang menandakan bahwa

plasenta telah turun.

Tanda ini kadang-kadang terlihat dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir

dan biasanya dalam waktu lima menit. Kalau plasenta sudah lepas, penolong harus

memastikan bahwa uterus telah berkontraksi kuat. Ibu boleh diminta untuk

mengejan dan tekanan intraabdominal yang ditimbulkan mungkin cukup untuk

mendorong plasenta.

Manajemen aktif kala III.6

Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta) membantu

menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penatalaksanaan aktif

kala III meliputi:

Penatalaksanaan oksitosin dengan segera

Pengendalian tarikan pada tali pusat

Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir

Penanganan tersebut dilakukan dalam tahap sebagai berikut: 6

Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga

mempercepat pelepasan plasenta.

Lakukan Peregangan Tali Pusat Terkendali atau PTT dengan cara:

1. Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat di atas simfisis

pubis. Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan

gerkan dorso kranial ke arah belakang dan ke arah kepala ibu

2. Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5 cm di depan

vulva

15

3. Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi

kuat (2-3 menit)

4. Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang

terus menerus, dalam tegangan yang sama dengan tangan ke

uterus.

PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus

merasakan kontraksi, ibu dapat juga member tahu petugas ketika ia

merasakan kontraksi. Ketika uterus tidak berkontraksi, tangan petugas

dapat tetap berada pada uterus, tetapi bukan melakukan PTT. Ulangi

langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas.

Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan atau

klem tali pusat mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan gerakan ke

bawah dan ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan dapat

memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam

untuk mengeluarkan selaput ketuban.

Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus agar

menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan

mencegah perdarahan pascapersalinan.

Periksa wanita tersebut secara seksama dan jahit semua robekan pada

serviks atau vagina atau perbaiki episiotomi.

2.5.4 Kala IV

Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan

bayi. Kala ini perlu untuk mengamat-amati apakah ada perdarahan postpartum.

Rata-rata dalam batas normal, jumlah pada umumnya adalah 100-300 cc.

Bila perdarahan lebih dari 500 cc ini sudah dianggap abnormal, harus dicari

penyebabnya. Tujuh pokok penting yang harus diperhatikan sebelum

meninggalkan ibu yang baru melahirkan adalah:

1. Kontraksi rahim. Dapat diketahui denga palpasi fundus uteri. Bila perlu

dilakukan masase dan berikan uterotonika (methergin, ermetrin, pitogin).

2. Perdarahan. Apakah ada atau tidak serta jumlahnya.

16

3. Kandung kencing. Diharuskan kosong, jika penuh ibu diminta kencing

sendiri atau menggunakan kateter.

4. Luka-luka. Dilihat jahitan terdapat perdarahan atau tidak.

5. Uri dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap.

6. Keadaan umum ibu. Tekanan darah, nadi, dan pernapasan.

7. Bayi dalam keadaan baik

17

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : NKS

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 32 tahun

Status : Menikah

Agama : Hindu

Suku/Bangsa : Bali/Indonesia

Pendidikan : tamat SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Br.Penaga, Yangapi, Bangli

MRS : 20 Maret 2015 pkl. 23.30 WITA

3.2 Anamnesis

Keluhan Utama

Sakit perut mau melahirkan

Anamnesis Umum

Penderita datang dengan keluhan sakit perut hilang timbul seperti mau melahirkan

sejak pkl. 07.00 WITA (20/03/15), sakit perut dirasakan dari perut atas dan bawah

dan juga dirasakan sampai ke punggung, makin lama makin sering dan dirasakan

makin keras serta tidak hilang dengan istirahat. Keluhan sakit perut tersebut

disertai dengan keluar lendir bercampur darah. Riwayat keluar air dari dari

kemaluan disangkal. Gerak anak dirasakan baik.

Anamnesis Khusus

Riwayat Menstruasi

Menarche pada umur 14 tahun, teratur setiap bulan dengan siklus setiap 28

hari, lamanya 4 hari tiap kali menstruasi

18

Hari Pertama Haid Terakhir : 19 Juni 2014

Taksiran Partus : 26 Maret 2015

Riwayat Pernikahan

Penderita menikah 1 kali selama kurang lebih 11 tahun

Riwayat persalinan

1. ♂, 3500 gram, lahir spontan belakang kepala, rumah sakit, umur 8 tahun

2. ♂, 4300 gram, lahir spontan belakang kepala, rumah sakit, umur 3 tahun

3. Ini

Riwayat Ante Natal Care (ANC)

Kontrol di bidan teratur sebanyak 5x selama 5 bulan pertama, kemudian di SpOG

sebanyak 4x selama 4 bulan terakhir. PPT (+) 1x pada akhir bulan Januari 2008.

Selama kehamilan berat badan pasien terus meningkat dari berat badan 50 kg

sebelum hamil menjadi 66 kg. Denyut jantung janin dan tekanan darah pasien

selama kontrol dikatakan normal. Pasien juga mengatakan telah diberikan

imunisasi TT sebanyak 2 kali di lengan. Tablet SF diminum teratur. Pasien sudah

pernah melakukan pemeriksaan dengan USG selama kehamilan di SpOG dan

didapatkan janin tunggal dengan keadaan baik.

Riwayat Penggunaan Kontrasepsi

Penderita menggunakan kondom selama ± 3 tahun setelah melahirkan anak kedua.

Riwayat Penyakit Terdahulu

Penderita menyangkal memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan

kehamilan saat ini (seperti penyakit asma, penyakit jantung, kencing manis, dan

tekanan darah tinggi).

Riwayat Penyakit di Keluarga

Tidak ada dalam keluarga penderita memiliki riwayat penyakit yang berhubungan

dengan kehamilan saat ini (seperti penyakit asma, penyakit jantung, kencing

manis, dan tekanan darah tinggi).

3.3 Pemeriksaan Fisik

19

Status Present

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : E4V5M6 (Compos Mentis)

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 82x/menit

Respirasi : 20x/menit

Suhu tubuh aksila : 36,2°C

Tunggi Badan : cm

Berat Badan : kg

Status General

Kepala : Mata : anemis -/-, ikterik -/-

Thoraks : Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Paru : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Sesuai status obstetri

Ekstremitas: Akral hangat: ekstremitas atas +/+

ekstremitas bawah +/+

Oedem : ekstremitas atas -/-

ekstremitas bawah -/-

Status Obstetri

Mammae

Inspeksi

Hiperpigmentasi aerola mammae

Penonjolan glandula Montgomery (+)

Abdomen

Inspeksi

Tampak perut membesar ke depan, disertai adanya striae gravidarum (striae livide

dan striae albicantes), tidak tampak bekas luka sayatan.

Palpasi

Pemeriksaan Leopold

20

I. Tinggi fundus uteri 4 jari dibawah processus xiphoideus. Teraba

bagian bulat dan lunak. Kesan bokong.

II. Teraba tahanan keras di kiri (kesan punggung) dan teraba bagian kecil

di kanan.

III. Teraba bagian bulat, keras dan susah digerakkan (kesan kepala).

IV. Bagian bawah sudah masuk pintu atas panggul,divergen

Tinggi fundus uteri 31 cm

His (+) 2 kali/10’ ~ 10”- 15”

Gerak janin (+)

Auskultasi

Denyut jantung janin terdengar paling keras di sebelah kiri bawah umbilikus

dengan frekuensi 121x/menit.

Vagina

Blood slym (+), karankula himenalis (+)

VT (Pk. 23.30 WITA)

Pembukaan servik 3 cm, efficement 25%, ketuban (+)

teraba kepala, ubun-ubun kecil kiri melintang, penurunan Hodge I

tidak teraba bagian kecil/tali pusat.

3.4 Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 20 Maret 2015:

WBC : 10,92 103/μL (4-11)

HGB : 11,0 g/dL (11,5-16)

RBC : 4,11 106/μL (3,5-5,5)

PLT : 257 103/μL (150-450)

BT : 2’30’’ (1-5)

CT : 7’00’’ (5-15)

3.5 Diagnosis

G3P2002, 38-39 minggu, Tunggal/Hidup, PK I fase laten (PBB 3100 gram)

21

3.6 Penatalaksanaan

Tx : Ekspektatif pervaginam

Mx : Observasi CHPB, keluhan, vital sign

KIE: Penderita dan keluarga tentang keadaan janin dan rencana tindakan

3.7 Perjalanan Persalinan Penderita

20 Maret 2015

Pk. 23.30 WITA TD: 110/70 mmHg

N: 82x/menit

Suhu tubuh rektal: 36,2 °C

His (+) 2 x/10’ ~10”- 15”

DJJ 121x/mnt

VT : p Ø 3 cm, efficement 25%, ketuban (+)

teraba kepala, UUK kiri melintang, ↓ H I

tidak teraba bagian kecil/tali pusat

Ass : G3P2002, 38-39 minggu, Tunggal/Hidup, PK I fase laten

Tx : Ekspektatif pervaginam

Mx : Observasi CHPB, keluhan, vital sign

Pk. 24.00 WITA His (+) 2-3x/10’ ~ 20”- 25”

DJJ 133x/mnt

Pk. 00 . 3 0 WITA His (+) 3x/10’ ~ 30”- 35”

DJJ 132x/mnt

Pk. 01 . 00 WITA His (+) 3x/10’ ~ 35”- 40”

DJJ 138x/mnt

Pk. 01 . 3 0 WITA His (+) 3x/10’ ~ 40”-45”

DJJ 133x/mnt

Pk 01.40 WITA

S : Penderita ingin mengedan

O : His (+),3x/10’ ~ 40”-45”, DJJ (+) 135x/menit

Vulva membuka dan anus menonjol

VT p Ø lengkap, ketuban (+)

teraba kepala UUK kiri depan, ↓ H III +

22

tidak teraba bagian kecil/tali pusat

Ass : G3P2002, 38-39 minggu, Tunggal/Hidup, PK I fase aktif

P : Pimpin persalinan

Pk 01.45 WITA

Lahir bayi, Pspt B, perempuan, segera menangis, dengan BB 3500 gram, PB

50cm, LK/LD 33/34cm, AS 7-8, anus (+), kelainan (-).

Manajemen aktif kala III

1. Injeksi Oksitosin 1 amp (IM), 10 IU

2. Lakukan perasat PTT

3. Masase Fundus Uteri

Pk 01.50 WITA

Lahir plasenta kesan komplit, kalsifikasi (-), perdarahan minimal ± 150 cc.

Injeksi metyl ergometrin 1 amp (IM) evaluasi kontraksi uterus baik.

Robekan luka episiotomi tidak ada

Ass : P3003, P spt B, PP hari 0

Tx/ : Amoxicillin 3 x 500 mg

Asam mefenamat 3 x 500 mg

Metil ergometrin 3 x 1

SF 1 x 1

Mx/ : Observasi 2 jam PP

KIE : Mobilisasi dini

ASI eksklusif

KB post partum

Tabel observasi 2 jam postpartum

Waktu TD N RR Kontraksi

uterus

Perdarahan

aktif

Kandung

kemih

Tinggi

f. uteri

02.05 120/80 80 20 + - kosong 3 jr bpst

23

02.20 120/80 82 20 + - kosong 3 jr bpst

02.35 120/80 84 20 + - kosong 3 jr bpst

02.50 120/80 82 20 + - kosong 3 jr bpst

03.20 120/70 80 20 + - kosong 3 jr bpst

03.50 120/70 82 20 + - kosong 3 jr bpst

3.8 Perkembangan Kesehatan Pasien

21 Maret 2015

S : keluhan subjektif (-), ASI (+), BAK (+), BAB (-)

Keluar darah dari vagina (+) sedikit

O : St. Present

KU baik

TD : 120/80 mmHg R : 20x/menit

N : 84x/menit Tax: 36,6°C

St. General :

Mata : anemis -/-, ikterik -/-

Thoraks : Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Paru : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Sesuai status obstetri

Ekstremitas: Akral hangat: ekstremitas atas +/+

ekstremitas bawah +/+

Oedem : ekstremitas atas -/-

ekstremitas bawah -/-

St. Obstetri :

Payudara

- Inspeksi : pembengkakan (-), retraksi puting susu (-)

- Palpasi : colostrum (+)

24

Abdomen

- Inspeksi : distensi (-)

- Auskultasi : Bising Usus (+) normal

- Palpasi : TFU 3 jari bpst, kontraksi uterus (+) baik

Vagina

- Inspeksi : Perdarahan aktif (-), lochia rubra (+)

A : P3003, P spt B, PP hari 1

P : Tx : Amoksisilin 3 x 500 mg

Asam mefenamat 3 x 500 mg

Metil ergometrin 3 x 1

SF 1 x 1

KIE : Mobilisasi dini, ASI eksklusif, higienitas diri

22 Maret 2015

S : Keluhan subjektif (-), ASI (+), BAK (+), BAB (+)

O : St. Present

KU baik

TD : 120/80 mmHg R : 20x/menit

N : 88x/menit Tax: 36,5°C

St. General :

Mata : anemis -/-, ikterik -/-

Thoraks : Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Paru : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Sesuai status obstetri

Ekstremitas: Akral hangat: ekstremitas atas +/+

ekstremitas bawah +/+

Oedem : ekstremitas atas -/-

ekstremitas bawah -/-

St. Obstetri :

Payudara

- Inspeksi : pembengkakan (-), retraksi puting susu (-)

- Palpasi : ASI (+)

Abdomen

25

- Inspeksi : distensi (-)

- Auskultasi : Bising usus (+) normal

- Palpasi : TFU 3 jari bpst, kontraksi uterus (+) baik

Vagina

- Inspeksi : Perdarahan aktif (-), lochia rubra (+)

A : P2002, P spt B, PP hari 2

P : Tx : Amoksisilin 3 x 500 mg

Asam mefenamat 3 x 500 mg

Metil ergometrin 3 x 1

SF 1 x 1

KIE : Mobilisasi dini, ASI eksklusif, higienitas diri

BPL

26

BAB IV

PEMBAHASAN

Kasus yang dibahas dalam laporan kasus ini adalah persalinan normal.

Diagnosis masuk yaitu G3P2002 yang ditegakkan berdasarkan anamnesis dimana

pasien mengaku kehamilan sekarang adalah yang ketiga dengan anak sebelumnya

hidup dan lahir aterm, serta tidak ada riwayat abortus sebelumnya. Dari tanggal

hari pertama haid terakhir (HPHT) yaitu 19 Juni 2014 didapatkan umur kehamilan

saat ini mencapai 38-39 minggu. Dari anamnesis gerakan janin dirasakan baik dan

pemeriksaan fisik didapatkan DJJ (+). Penderita juga telah melakukan

pemeriksaan USG di SpOG dan didapatkan janin tunggal dengan kondisi baik.

Hal tersebut menunjukkan janin tunggal dengan keadaan hidup.

Penderita datang dengan keluhan sakit perut hilang timbul dan keluar

lendir dengan bercak-bercak darah (bloody show) yang merupakan tanda-tanda

inpartu. Hal ini didukung dengan pemeriksaan dalam (VT) dimana didapatkan

adanya pembukaan serviks sebesar 3 cm. Tidak ada riwayat keluar air dari

kemaluan dan hasil pemeriksaan dalam (VT) menunjukkan selaput ketuban masih

utuh. Pengelolaan selanjutnya pada pasien ini adalah observasi CHPB, keluhan,

dan vital sign.

Pada kala I, pasien diberitahu agar jangan mengedan dan sesering

mungkin kencing untuk mengosongkan kandung kencing dan mengosongkan

rektum. Posisi berbaring ke tempat punggung janin berada. Cara ini mencegah

tertekannya arteri aorta abdominalis dan vena cava inferior sehingga mencegah

hipoksia intrauterin dan edema tungkai bawah. Pasien juga dianjurkan berjalan-

jalan untuk mempercepat penurunan janin dengan merangsang kontraksi otot

abdomen.

Selama 2 jam setelah pemeriksaan dalam pertama, penderita mengeluh

ingin meneran seperti buang air besar. Salah satu tanda masuknya persalinan kala

II adalah keinginan ibu untuk meneran. Dibuktikan dengan pemeriksaan dalam

27

pembukaan serviks sudah lengkap. Ini menunjukkan bahwa kala I telah berakhir

dan partus memasuki kala II.

Kemudian diambil sikap untuk memulai pimpin persalinan. Penderita

harus dipimpin meneran pada waktu ada his dengan diselingi bernapas. Posisi

penderita berbaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku. Kepala sedikit

diangkat, sehingga dagunya mendekati dada dan ia dapat melihat perutnya.

Karena pada posisi ini sumbu panggul akan lebih horizontal dan memudahkan

penurunan kepala janin. Saat kepala janin telah sampai di dasar panggul, vulva

mulai membuka. Rambut kepala janin mulai tampak. Perineum dan anus tampak

mulai meregang. Perineum mulai lebih tinggi, sedangkan anus mulai membuka.

Tahan perineum dengan tangan kanan (dengan kain kasa steril) agar tidak robek

(perasat Ritgen). Pada penderita ini dilakukan episiotomi dengan indikasi

perineum yang kaku. Setelah kepala lahir, bersihkan mulut dan hidung dengan

kasa steril dan hisap lendir di mulut-hidung bayi dengan penghisap lendir,

kemudian kepala janin akan mengadakan putaran paksi luar menyesuaikan dengan

letak punggung janin. Lalu diselidiki apakah ada belitan tali pusat pada leher.

Dilanjutkan melahirkan kedua bahu janin, badan, trokanter anterior, dan trokanter

posterior. Bayi lahir segera menangis. Jalan napas dibersihkan, tali pusat di klem

lalu digunting dan bayi diserahkan ke perinatologi. Pasien disuntik oksitosin 10

IU (IM) untuk mengurangkan kontraksi ritmik uterus dalam mengeluarkan

plasenta dan mengurangi perdarahan.

Kala III dimulai sejak bayi lahir lengkap sampai plasenta lahir lengkap.

Peregangan tali pusat terkendali dilakukan dengan perasat Kustner untuk

mengetahui lepasnya plasenta. Plasenta lahir diteliti apakah kotiledon-kotiledon

lengkap atau ada sebagian yang tertinggal dalam cavum uteri karena sisa plasenta

bisa menimbulkan perdarahan post partum. Diberikan pula metyl ergometrin 10

IU (IM) sambil diperhatikan kontraksi korpus uteri. Masase ringan dilakukan

untuk memperbaiki kontraksi uterus. Pada penderita ini kontraksi uterus baik.

Kemudian perdarahan dievaluasi dan dilakukan juga evaluasi jalan lahir untuk

mengetahui adanya robekan dan laserasi jalan lahir.

Setelah melewati kala III, penderita diobservasi selama 2 jam atau pasien

memasuki kala IV. Diperhatikan apakah kontraksi uterus sudah baik, tidak ada

28

perdarahan aktif dari vagina atau perdarahan-perdarahan laserasi alat genitalia

lainnya; plasenta dan selaput-ketuban harus lahir lengkap; kandung kencing

kosong; bayi dalam keadaan baik; ibu dalam keadaan baik. Nadi dan tekanan

darah normal, tidak ada keluhan sakit kepala atau mual. Ini sesuai dengan

observasi pada kala IV partus normal. Pasien kemudian dipindahkan ke ruangan

dan diamati vital sign dan keluhan, serta di KIE untuk mobilisasi dini, pemberian

ASI eksklusif kepada bayinya, cara menjaga kebersihan diri.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kasus ini adalah

persalinan normal yang sesuai dengan definisi partus normal yaitu bila lahir

dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau penolongan

istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam

waktu kurang dari 24 jam.

29

BAB V

RINGKASAN

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari

dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Partus biasa atau partus normal atau

partus spontan adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa

memakai alat-alat atau alat bantu serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya

berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.

Pada dan selama persalinan ada tiga faktor penting yang berperan, yaitu

kekuatan kontraksi ibu (his) dan kekuatan mengedan, kondisi jalan lahir, dan janin

itu sendiri. Partus dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I serviks membuka sampai

terjadi pembukaan 10 cm, kala ini dinamakan pula kala pembukaan. Kala II

disebut pula kala pengeluaran oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan

mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri,

plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV dimulai dari lahirnya

plasenta dan lamanya 2 jam, dalam kala ini diamati apakah terjadi perdarahan

postpartum pada ibu atau tidak.

Pada laporan ini dibahas seorang wanita 32 tahun, Hindu, suku Bali

dengan diagnosis masuk G3P2002 aterm/tunggal/hidup, PK I, taksiran berat janin

3100 gram. Penderita mengalami persalinan normal sesuai definisi dari partus

normal. Ibu dan anak setelah proses persalinan ini dalam keadaan baik dan

dipulangkan 2 hari kemudian dengan KIE ASI eksklusif, mobilisasi, cara menjaga

kebersihan diri, serta anjuran untuk kontrol kembali 1 minggu ke poliklinik

setelah pulang dari rumah sakit.

30

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro, G.H., saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T. (2010), Ilmu

Kebidanan, ed. 4, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

2. Gabbe, S.G., Niebyl, J.R., Simpson, J.L (2002), Obstetrics Normal and

Problem Pregnancies, ed.4, Churchill Livingstone,New York.

3. Cunningham G.E., Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C,

(2001), Williams Obstetrics, ed.21, Mc Graw Hill, New York.

4. Adenia,I., Piliang,S., Roeshadi,R.H., Tala,,M.R.Z. (1999), Kehamilan dan

Persalinan Normal, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK USU/RSUP dr.

Adam Malik, Medan.

5. Madjid,O.A., Soekir,S., Wiknjosastro,G.H., dkk. (2008), Asuhan

Persalinan Normal, ed.5, Jaringan Nasional Pelatihan Klinik, Jakarta.

6. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,

(2002). Jakarta.

31