isi

23

Click here to load reader

Upload: ayuary

Post on 05-Dec-2015

227 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

,JHGDDRTF

TRANSCRIPT

Page 1: Isi

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki keragaman tumbuhan tropika terbesar ke dua di

dunia setelah Brazil menjadikan Indonesia memiliki potensi sebagai

sumber bahan baku obat-obatan yang penting. Tumbuh-tumbuhan dapat

merekayasa berbagai macam senyawa kimia yang dimilikinya sebagai

mekanisme untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap

kondisi lingkungan, baik faktor iklim maupun dari herbivora, serangga dan

hama penyakit, oleh karena itu mempunyai bioaktivitas yang menarik.

Senyawa kimia yang dihasilkan merupakan metabolit sekunder dan dapat

dimanfaatkan oleh manusia antara lain sebagai sumber untuk obat-obatan.

Farmasi merupakan satu bidang profesional kesehatan yang

mempunyai kombinasi dari ilmu kesehatan, ilmu kimia, ilmu fisika dan

ilmu biologi. Salah satu cabang ilmu farmasi yang mempelajari tentang

bahan obat alami khususnya yang berasal dari nabati, hewani maupun

mineral. Seorang farmasis dituntut untuk dapat membuat, mencampur dan

meracik formulasi obat dengan menggunakan bahan obat yang berasal dari

alam untuk kesehatan manusia maupun agroomi (Dirjen POM, 1979).

Obat merupakan salah satu kebutuhan yang paling mendasar yang

harus dipenuhi untuk menunjang peningkatan dan pemeliharaan kesehatan

masyarakat, terdapat berbagai jenis obat yang beredar dimasyarakat yang

salah satunya adalah obat herba. Penggunaan tumbuhan sebagai obat

tradisional umumnya hanya didasarkan atas pengalaman/warisan tanpa

mengetahui kandungan kimianya secara detail. Obat tradisional telah

dikenal sejak beberapa abad lalu, di Indonesia obat tradisional digunakan

secara turun-temurun berdasarkan pengalaman nenek moyang, adat

istiadat, atau kebiasaan setempat (Siswati, 2010).

Tanaman pecut kuda (Stachytarpheta Jamaicensis (L) Vahl) didapat

dari Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Daun pecut kuda dikenal sebagai

salah satu tanaman obat oleh sebagian masyarakat. Keberadaan daun pecut

1

Page 2: Isi

kuda sangat melimpah, akan tetapi masyarakat lebih mengenalnya sebagai

tanaman liar atau juga sebagian kecil kalangan masyarakat mengenalnya

sebagai tanaman herbal. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian

mendukung yang menunjukkan dengan jelas potensi tanaman ini sebagai

tanaman herbal.

Berdasarkan uraian di atas maka untuk lebih memperdalam

pengetahuan tentang ekstraksi senyawa bahan alam maka dilakukanlah

percobaan tentang metabolit sekunder dengan teknik maserasi dan

evaporasi dan menggunakan sampel tanaman daun pecut kuda

(Stachytarpheta Jamaicensis (L) Vahl).

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

Adapun maksud dilakukannya percobaan ini yaitu untuk mengetahui

dan memahami cara mengekstraksi daun pecut kuda (Stachytarpheta

jamaicensis) dengan menggunakan metode maserasi.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan dari praktikum ini yaitu :

1. Menjelaskan pengertian maserasi.

2. Menjelaskan cara mengekstraksi simplisia daun pecut kuda

(Stachytarpheta jamaicensis) dengan menggunakan metode maserasi.

I.3 Prinsip Percobaan

Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan

cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari

pada temperature kamar terlindung dari cahaya, pelaut akan masuk

kedalam sel tanaman melewati dididing sel. Isi sel akan larut karena

adanya perbedaan konsentrasi antara larutan didala sel dengan diluar

sel. Larutan yang konentrasinya tinggi akan terdeak keluar dan diganti

oleh pelarut dengan konsentrasi redah (proses difusi). Peristiwa

tersebut akan berulang sampai terjadi keseimbangan antara larutan

didalam sel dan larutan diluar sel (Ansel, 1989).

2

Page 3: Isi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 2 Tinjauan Tentang Maserasi

II.1.1 Definisi Fitokimia

Istilah fitokimia berasal dari “phyto” yang bearti tanaman. Dari

maknanya dapat ditafsirkan bahwa fitokimia menguraikan aspek kimia

suatu tanaman. Kajian fitokimia meliputi (Sirait, M., 2007) :

1. Uraian tentang isolasi dan kosntitusi senyawa kimia dalam tanaman

2. Perbandingan struktur senyawa kimia tanaman. Berdasarkan definisi

ini dilakukan penggolongan senyawa kimia yang ditemukan di alam.

3. Perbandingan komposisi senyawa kimia dari bermacam-macam jenis

tanaman atau penelitian untuk pengembangan senyawa kimia dalam

tanaman.

Fitokimia tidak hanya meliputi tentang tanaman tetapi juga dengan

hewan biota laut. Fitokimia pun mempunyai peran dalam penelitian obat

yang secara khusus dibahas dalam farmakoterapi, demikian pula dengan

farmakognosi. Pada umumnya dalam buku farmakognosi dibagian

utamanya diuraikan tentang senyawa kimia tanaman yang penting sebagai

obat dan uraian botanis tentang tanaman yang mengandung senyawa kimia

berkhasiat (Sirait, M., 2007).

II.1.2 Definisi Ekstraksi

Ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan atau penyarian

komponen kimia dari suatu sampel dengan menggunakan pelarut tertentu.

Dimana ekstraksi ini bertujuan untuk menarik komponen kimia yang

terdapat dalam simplisia atau sampel. Ekstraksi dapat dilakukan pada

sampel yang berasal dari tumbuhan atau tanaman, hewan dan mineral atau

pelican (Dirjen POM, 1995).

Dalam farmakope IV ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh

dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia

hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau hamper

semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa dipelakukan

3

Page 4: Isi

sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Sirait, M.,

2007).

II.1.3 Tujuan Ekstraksi

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik bahan atau zat-zat yang dapat

larut dalam bahan yang tidak larut dengan menggunakan pelarut cair

(Tobo, 2001).

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang

terdapat dalam simplisia dengan menggunakan pelarut organik tertentu

(Sudjadi, 1986).

Tujuan dari dilakukannya ekstraksi atau penyarian adalah untuk

menarik zat aktif atau komponen kimia yang terdapat pada simplisia atau

bahan alam, baik berupa zat aktif yang dapat larut maupun zat yang tidak

larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain (Adrian, 2000).

Secara umum dapat dibagi empat tujuan eksrtaksi (Hostettmann,

1995) :

a. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari

organism dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat

diikuti dan dibuat modifikasi dan sesuai untuk pengembangn proses

atau menyesuaikannya dengan kebutuhan pemakai.

b. Bahan dapat diperiksa untuk menemukan senyawa kimia tertentu

misalnya alkaloid, flavonois atau saponin, meskipun struktur kimia

sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui.

Dalam situasi seperti ini metode umum yang dapat digunakan untuk

senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini

diikuti dengan uji kimia atau kromatografi yang sesuai untuk senyawa

kimia tersebut.

c. Organisme dilakukan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya

dibuat dengan cara, misalnya Traditional Chinese Medicine (TCM)

seringkali membutuhkan herba yang didihkan dalam air dan dekok

dalam air untuk diberikan sebagai obat.

4

Page 5: Isi

d. Sifat senyawa kimia yang akan diisolasi belum ditemukan sebelumnya

dengan cara apapun. Situasi ini (utamnya dalam program screening)

dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji organism, baik yang

dipih secara acak atau didasarkan pada penggunaan teradisioanl untuk

mengetahui senyawa dengan aktivitas khusus. Oleh karena itu perlu

pemilihan metode ekstraksi yang sesuai untuk bioassay yang juga

mencoba mengekstraksi sebanyak mungkin tipe senyawa kimia.

II.1.5 Jenis-Jenis Ektraksi

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah (Tobo,

2001):

a. Sampel panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel

langsung dipanaskan dengan pelarut; dimana umumnya digunakan

untuk sampel yang mempunyai bentuk dan dinding sel yang tebal.

b. Secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Dimana

untuk maserasi dilakukan dengan cara dipanaskan dan uap cairan

penyari naik ke kodensor kemudian terjadi kondensasi dan turun

menyari simplisia.

II.1.5 Metode Ekstraksi

Adapun metode-metode ekstraksi bahan alam yang sering digunakan

adalah :

a. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan

untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-

bahan nabati (Ditjen POM, 1986).

Merendam sampel tanaman dalam pelarut (umunya pada suhu

kamar) selama jangka waktu tertentu, dengan atau tanpa pengocokan

sekali-sekali, yang diikuti dengan penyaringan untuk memisahkan

serpihan-serpihan tanaman. Jika sampel telah mengendap, maka

pelarut ekstrak diatasnya didekantasi, dan jika perlu digantikan

dengan pelarut yang baru. Jika menggunakan pelarut yang telah

dipanaskan, pelarut ini akan menjadi dingin selama proses ekstraksi.

5

Page 6: Isi

Tingkat pengerjaan ini mungkin akan menentukan jenis peralatan

yang akan digunakan yang beragm mulai labu kecil atau tube uji

hingga wadah besar untuk industri (Tobo, 2001).

b. Metode maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan

penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar terlindung dari

cahaya (Andrian, 2000).

Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang

mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari,

tidak mengandung benzoin, titraks dan lilin (Andrian, 2000).

Maserasi umumnya dilakukan dengan cara : memasukkan

simplisia yang sudah diserbukkan dengan derajat halus tertentu

sebanyak 10 bagian ke dalam bejana maserasi yang dilengkapi

pengaduk mekanik, kemudian ditambahkan 75 bagian cairan penyari

ditutup dan dibiarkan selama 3 hari pada temperature kamar

terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk. Setelag 3 hari,

disaring kedalam bejana penampung, kemudian ampasnya diperas dan

ditambah cairan penyari lagi secukupnya dan diaduk kemudian

disaring lagi hingga diperoleh sari 100 bagian. Sari yang diperoleh

ditutup dan disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya selama

2 hari, endapan yang terbentuk dipisahkan dan filtratnya dipekatkan

(Andrian, 2000).

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah

pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempuran (Adrian,

2000).

6

Page 7: Isi

II. 2 Uraian Tanaman

II.2.1 Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L) Vahl)

1. Klasifikasi (Dalimartha, 2003)

Regnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Famili : Lamiales

Genus : Stachytarpheta

Spesies : Stachytarpheta jamaicensis

2. Morfologi (Wijayakusuma, 1994)

a. Daun (folium)

Hidup tahunan, tegak, tinggi 20-90 cm. Daun tunggal,

bertangkai, letak berhadapan. Helai daunnya berbentuk bulat telur,

pangkal menyempit, ujung runcing, tepi bergerigi, permukaan

berlekuk-lekuk, panjang 4-8 cm, lbar 3-6 cm, berwarna hijau tua.

b. Bunga (flos)

Bunga majemuk tersusun dalam poros bulir yang memanjang,

seperti pecut kuda andong, panjangnya 1-20 cm. Bunga mekar dalam

waktu yang berbeda, ukuran kecil, berwarna ungu, jarang berwarna

putih.

c. Buah (fructus)

Buah berbentuk garis, berbiji dua. Biji berbentuk jarum, berwarna

hitam. Untuk jenis Stachytarpheta jamaicensis indica Vahl, tingginya

mencapai 2 meter, dipelihara sebagai tanaman pagar dan mempunyai

khasiat obat yang sama dengan jenis Stachytarpheta jamaicensis [L]

Vahl. Pecut kuda dapat dikembangkan dengan biji.

d. Akar (radix)

Cinnamomum memiliki akar tunggang dan batang yang kuat dan

keras, berkayu dan bercabang.

7

Gambar II.2.1Pecut Kuda

(Stachytarpheta jamaicensis (L) Vahl)

Page 8: Isi

3. Khasiat (Vijaya Kumar, 2006)

Pecut kuda memiliki beberapa manfaat bagi kehidupan manusia yaitu

untuk obat. Tumbuhan pecut kuda memiliki kanduangan kimia seperti

alkaloid fan glikosa. Alkaloid dan glikosa dapat menangani penyakit

amandel , radang tenggorokan, batuk dan hepatitis A. Bagian tanaman

yang sering digunakan untuk pengobatan adalah bunga, akar dan

daunnya. Tanaman pecut kuda juga dapat digunakan untuk mengobati

infeksi kencing batu, rematik, haid tidak teratur dan keputihan. Bunga

dan tangkai pecut kuda dapat mengobati radang hati atau hepatitis

A. Keputihan yang sering dialami oleh wanita juga dapat diatasi

menggunakan air rebusan akar pecut kuda. Selain untuk obat, pecut

kuda juga bisa digunakan untuk tanaman hias, kerena bunganya

berbunga sepanjang tahun sehingga dapat lebih lama menghiasi rumah.

II. 3 Uraian Bahan

II.3.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 1995)

Nama resmi : Aethanolum

Nama lain : Etanol

RM/BM : C2H5OH /46,07

Rumus struktur : H H

H C C O H

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, baunya

khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah

menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih

pada suhu 78° C. Mudah terbakar

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan

semua pelarut organik

Khasiat : Zat tambahan, desinfektan

Kegunaan : Membersihkan alat yang akan digunakan dari jamur,

bakteri, air maupun minyak yang menempel, untuk

penyari atau sebagai cairan penyari

8

H H

Page 9: Isi

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api

II.3.2 Metanol (Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 1995)

Nama resmi : Methanol

Nama lain : Hidroksimetana, metil alcohol, metal hidrat

RM/BM : CH3OH /32

Rumus struktur : H

H C O H

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas.

Kelarutan : Bercampur dengan air membentuk caira jernih, tidak

berwarna

Khasiat : Zat tambahan, desinfektan

Kegunaan : Sebagai cairan penyari

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api

III.4 Prosedur Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Ditimbang 117,44 g sampel yang telah dipotong-potong kecil dan

kemudian dimasukkan kedalam toples

3. Kedalam toples yang berisi sampel dimasukkan pelarut metanol

sebanyak 1.250 mL

4. Toples kemudian ditutup dengan menggunakan aluminium foil dan

kemudian ditutup rapat dengan penutupnya

5. Proses maserasi dibiarkan selama ± 24 jam lebih sehingga semua zat

aktif telah terekstraksi semua

6. Sampel disaring dan ditampung, kemudian uapkan dengan

menggunakan kipas angin

7. Ekstrak yang diperoleh diuapkan hingga kering (ekstral metanol)

kemudian ditimbang

8. Dilakukan identifikasi senyawa dengan menggunakan metode

kromatografi lapis tipis dengan menggunakan eluen polar dan non-

polar dengan penampak noda oleh sinat UV serta perekasi H2SO4 10%.

9

H

Page 10: Isi

BAB IIIMETODE PRAKTKUM

III. 1 Waktu Dan Tempat Praktikum

III.1.1 Waktu Praktikum

Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 16 April 2015 pukul

11:00 WITA.

III.1.2 Tempat Praktikum

Bertempat di Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia

Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan

Universitas Negeri Gorontalo.

III. 2 Alat dan Bahan

III.2.1 Alat

1. Batang pengaduk

2. Neraca analitik

3. Toples

4. Kamera

III.2.2 Bahan

1. Alkohol 70 %

2. Aquadest

3. Daun Pecut Kuda

4. Metanol

5. Tissue

III.3 Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

2. Ditimbang 100 g sampel yang telah dipotong-potong kecil dan

kemudian dimasukkan ke dalam toples

3. Dimasukkan kedalam toples yang berisi sampel dimasukkan pelarut

metanol sebanyak 500 mL

4. Ditutup toples dengan menggunakan aluminium foil dan kemudian

ditutup rapat dengan penutupnya

10

Page 11: Isi

5. Dibiarkan selama ± 24 jamatau lebih sehingga semua zat aktif telah

tereksraksi semua

6. Disaring dan ditampung sampel, kemudian diuapkan dengan

menggunakan rotavapor

7. Diuapkan ekstraks yang diperoleh dari rotavapor hingga kering (ektrak

metanol) kemudian ditimbang

8. Dilakukan identifikasi senyawa dengan menggunakan metode

Kromatografi Lapis Tipis dengan menggunakan eluen polar dan non-

polar dengan penampak oda oleh sinar UV serta pereaksi H2SO4 10%.

11

Page 12: Isi

BAB IVHASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil pengamatan

Gambar hasil pengamatan :

IV.2 Pembahasan

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari

selama beberapa hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya

matahari. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang

mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari,

tidak mengandung benzoin, titraks dan lilin. Selain itu metode maserasi

cocok untuk mengekstraksi senyawa-senyawa yang tidak tahan panas

(ekstraksi dingin) (Andrian, 2000).

Dalam percobaan ini akan dilakukan ekstraksi simplisia daun pecut

kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L) Vahl) dengan metode maserasi.

Simplisia yang digunakan berupa haksel daun pecut kuda. Tingkat

kehalusan diperhatikan untuk meracik bahan kandungan tumbuhan.

Semakin halus atau kecil ukuran daun yang digunakan maka luas

permukaan akan semakin besar sehingga memudahkan pengambilan bahan

.kandungan (zat aktif) langsung oleh bahan pelarut atau cairan penyari.

12

Maserat dan Ekstrak CairPecut Kuda

(Stachytarpheta jamaicensis )

Page 13: Isi

Namun, jika ukuran daun yang digunakan terlalu kecil akan membuat

daun tersebut terapung diatas larutan penyari (Voight, 1994).

Sampel daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis) yang

digunakan sebanyak 117,44 g, sedangkan cairan penyari dalam hal ini

metanol adalah sebanyak 1.250 mL. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

proses maserasi kita membutuhkan pelarut yang banyak karena sampel

simplisia harus terendam seluruhnya dalam pelarut. Pelarut yang

digunakan adalah metanol. Metanol merupakan pelarut yang universal

karena dapat memisahkan senyawa yang bersifat polar dan non polar.

Pelarut methanol dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis senyawa

yang belum diketahui, metanol merupakan pelarut yang dapat menarik

komponen-komponen yang terkandung dalam simplisia. Metanol juga

bersifat mudah menguap sehingga akan mudah dipisahkan dari filtrat.

Proses maserasi dilakukan dalam suhu kamar dan terlindung dari

cahaya matahari. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, bejana

maserasi dimasukkan dalam lemari yang terlindung dari cahaya matahari.

Selama penyimpanan tetap dilakukan pengadukan sesekali, agar supaya

sampel dapat cepat terekstraksi oleh pelarut atau membantu proses difusi

dari senyawa dan cairan penyari. Proses maserasi berlangsung dengan

prinsip difusi, yaitu ketika terjadi perbedaan konsentrasi antara senyawa

atau zat aktif tumbuhan dengan cairan penyari. Isi sel akan larut karena

adanya perbedaan konsentrasi tersebut. Larutan yang konsentrasinya tinggi

akan terdesak keluar dan digantikan oleh cairan penyari dengan

konsentrasi yang rendah.

Setelah direndam selama 3 hari (3 X 24 jam), kemudian disaring dan

didapatkan residu dan filtrat ekstrak daun pecut kuda (Stachytarpheta

jamaicensis). Selanjutnya residu yang didapat direndam kembali dengan

metanol dengan jumlah volume yang sama, perlakuan tersebut diulangi

sebanyak tiga kali.

Ekstrak yang telah didapat kemudian diuapkan untuk mendapatkan

ekstrak kental dari daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis). Pada

13

Page 14: Isi

proses ini biasanya menggunakan rotavapor, akan tetapi alat ini tidak

tersedia di laboratorium, maka di antisipasi menggunakan kipas angin.

Dimana wadah yang digunakan ditutup dengan aluminium foil yang

atasnya dilubangi, tujuannya agar ekstrak yang sedang diuapkan tidak

mudah terkontaminasi. Akan tetapi, penguapan dengan cara ini sangat

berbeda dengan proses penguapan yang dilakukan dengan cara

menggunakan rotavapor. Jika menggunakan rotavapor akan cepat

mendapatkan ekstrak kental, tapi karena hanya menggunakan kipas angin

maka kita akan memperoleh ekstrak kental dengan waktu yang cukup

lama. Hasil ekstrak kental dari daun pecut kuda (Stachytarpheta

jamaicensis (L) Vahl) kemudian disimpan dalam vial. Ekstrak yang

dimasukkan dalam botol vial, setelah didapatkan ekstrak kental pecut kuda

(Stachytarpheta jamaicensis (L) Vahl) selanjutnya dilakukan identifikasi

senyawa dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

14

Page 15: Isi

BAB VKESIMPULAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan penulis menyimpulkan

bahwa:

1. Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan

penyari (3 X 24 jam) pada temperatur kamar terlindung dari cahaya.

2. Haksel daun pecut kuda sebanyak 117,44 g di maserasi dengan

menggunakan methanol sebagai cairan penyari, filtrat kemudian

diuapkan menggunakan alat rotavapor untuk mendapatkan ekstrak

simplisia daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis).

V.2 SaranV.2.1 Laboratorium

Untuk laboratorium diharapkan agar peralatan praktikum lebih

dilengkapi, seperti penyediaan mikroskop, timbangan, dan lain sebagainya.

Dan diharapkan juga membuat loker tersendiri ataupun tempat khusus

untuk menaruh tas para mahasiswa/mahasiswi sehingga tidak terlihat

berantakan

V.2.2 Jurusan Diharapkan agar mendirikan laboratorium farmakognosi tersendiri dan

dapat melengkapi alat-alat yang ada dilaboratorium yang memadai.

V.2.3 Praktikan

Diharapkan agar selalu fokus dalam praktikum agar bisa mendapatkan

hasil praktikum yang optimal dan tidak berisik dalam praktikum juga

selalu menjaga fasilitas dilaboratarium yaitu tidak merusak fasilitas dengan

perbuatan yang memang tidak layak atau tidak patut dilakukan oleh

seorang mahasiswa/mahasiswi.

15