islam dan pendidikan karakter

23
1 TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM “ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER” Nama : IFTITAH INDRIANI NPM : 1114500081 Kelas : C Semester : 1 PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL 2014

Upload: iftitah-indriani

Post on 09-Jul-2016

31 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER OLEH IFTITAH INDRIANI

TRANSCRIPT

Page 1: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

1

TUGAS MATA KULIAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER”

Nama : IFTITAH INDRIANI

NPM : 1114500081

Kelas : C

Semester : 1

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELINGFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL2014

Page 2: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

2

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar yang harus terus menerus untuk mewujudkan

manusia yang unggul dalam ilmu pengetahuan anggun sikap moralnya adalah

harapan kita bersama. Meyakini pendidikan sebagai usaha paling mendasar dan

strategis sebagai wahana penyiapan sumber daya manusia dalam pembangunan

tentunya umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia harus bangkit

dan memberikan kontribusi bagi bangsa ini. Bagi Islam, semua usaha seseorang

didunia ini memiliki efek kumulatif, artinya apabila suatu usaha untuk menuntaskan

kepentingan duniawi ia juga memiliki akses pada kehidupan sesudah mati.

Pendidikan karakter selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak

anak bangsa, diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam meningkatkan

derajat dan martabat bangsa Indonesia. Pendidikan karakter menjadi fokus

pendidikan di seluruh jenjang pendidikan yang dibinannya. Pembentukan karakter

itu dimulai dari fitrah yang diberikan Tuhan, yang kemudian membentuk jati diri dan

prilaku. Dalam prosesnya sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, sehingga

lingkungan memiliki peranan yang cukup besar dalam membentuk jati diri dan

prilaku. Sekolah dan masyarakat sebagai bagian dari lingkungan memiliki peranan

yang sangat penting, oleh karena itu setiap sekolah dan masyarakat harus memiliki

pendisiplinan dan kebiasaan mengenai karakter yang akan dibentuk.

Page 3: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

3

Fokus Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter dalam pendidikan Islam?

2. Bagaimana pendidikan Islam?

3. Apa saja yang menjadi tantangan pendidikan Islam?

4. Bagaimana humanisme dalam pendidikan Islam?

5. Bagaimana etika pendidikan Islam?

Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan tentang Islam dan pendidikan karakter

2. Menjelaskan pendidikan Islam

3. Mengetahui tantangan pendidikan Islam

4. Memahami humanisme dalam pendidikan Islam

5. Memahami etika pendidikan Islam

Manfaat penulisan

Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat berguna sebagai:

1. Penambah pengetahuan dan wawasan tentang Islam dan pendidikan karakter.

2. Bahan masukan bagi pembaca tentang bagaimana pendidikan Islam, tantangan

pendidikan dalam Islam, humanisme dalam pendidikan Islam, dan etika dalam

pendidikan Islam.

Metode Penulisan

Penulis menggunakan berbagai referensi dari berbagai macam sumber buku-buku

dan internet.

Page 4: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

4

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter tersusun dari dua suku kata yaitu, pendidikan dan

karakter. pendidikan berasal dari kata “didik” dengan imbuhan “pe-an” yang

mengandung arti “perbuatan”. Istilah pendidikan pada mulanya berasal dari bahasa

Yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan kepada anak. Kemudian

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti

pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab, istilah pendidikan disebut

dengan at-tarbiyah, at-ta’dib, dan at-ta’lim.

Karakter selanjutnya disebut dengan Akhlak, akhlak berasal dari bahasa Arab

jamak dari kata “khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau

tabiat. Menurut Mubarok, akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi

sumber lahirnya perbuatan, dimana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa

memikirkan untung rugi.

Menurut Sa’adudin, akhlak mengandung tiga arti, yaitu:

1. Tabiat, adalah sifat dalam diri yang terbentuk oleh manusia tanpa

dikehendaki dan tanpa diupayakan.

2. Adat, adalah sifat dalam diri yang diupayakan menusia melalui latihan.

3. Watak, adalah yang tercakup kedalam hal yang menjadi tabiat, dan hal

yang diupayakan hingga menjadi adat.

Page 5: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

5

Menurut al-Farabi seorang filsuf Islam, akhlak adalah upaya penumbuh-

kembangan akhlak potensial baik yang ada di dalam diri setia manusia dengan jalan

membiasakan lahirnya perilaku-perilaku terpuji dan membangun situasi kondisi

yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya perilaku yan terpuji di dalam diri

seseorang.

Pendidikan karakter menurut winton, segala hal positif yang dilakukan oleh

guru yang berpengaruh kepada karakter siswanya. Pendidikan karakter sebagai

pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia dari peserta didik dengan

mempraktikan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang

beradab dalam hubungan sesama manusia maupun dengan Tuhan.

Pendidikan adalah segala upaya yang dilakukan guru yang mampu

mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta

didik. Dalam hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru

berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal

terkait lainnya.

Pendidikan karakter dalam perspektif islam yang disebut dengan pendidikan

akhlak, sebagaimana yang telah dirumuskan oleh tokoh filosof serta pendidikan

seperti Ibnu Miskawih, al-Qabisi, Ibnu Sina, al-Ghazali, dan al-Zarnuji menunjukkan

bahwa tujuan puncak pendidikan akhlak adalah terbentuknya karakter positif dalam

perilaku anak didik. Karakter positif ini adalah jelmaan sifat-sifat mulia Tuhan dalam

kehidupan manusia.

Jadi dapat disimpulkan, pendidikan karakter diharapkan menjadi sebuah jalan

untuk melakukan tindakan prefentif terhadap rusaknya moral bangsa dengan

melaksanakan proses atau langkah-langkah dari pembinaan akhlak atau karakter

Page 6: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

6

secara menyeluruh, baik dari murid terlebih dahulu, kemudian keluarga, pendidik,

lembaga pendidikan, kurikulum, serta segala sesuatu yang terlibat dalam pendidikan.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Islam

Pendidikan karakter merupakan langkah penting dan strategis dalam

membangun kembali jati diri individu maupun bangsa. Tetapi penting untuk segera

dikemukakan bahwa pendidikan karakter haruslah melibatkan semua pihak yaitu:

rumah tangga dan keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah lebih luas (masyarakat).

Berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan Anas r.a, keluarga yang baik

memiliki empat ciri. Pertama, keluarga yang memiliki semangat (ghirah) dan

kecintaan untuk mempelajari dan menghayati ajaran-ajaran agama dengan sebaik-

baiknya untuk kemudian mengamalkan dan mengaktualitaskannya dalam kehidupan

sehari-hari. Kedua, keluarga dimana setiap anggotanya saling menghormati dan

menyayangi;saling asah dan asuh. Ketiga, keluarga yang dari segi nafkah (konsumsi)

tidak berlebih-lebihan; tidak ngoyo atau tidak serakah dalam usaha mendapatkan

nafkah sederhana atau tidak konsumtif dalam pembelanjaan. Keempat, keluarga

yang sadar akan kelemahan dan kekurangannya.

Pembentukan watak dan pendidikan karakter melalui sekolah, dengan

demikian, tidak bisa dilakukan semata-mata melalui membelajaran pengetahuan,

tetapi melalui penanaman atau pendidikan nilai-nilai.

Lingkungan masyarakat luas juga memiliki pengaruh besar terhadap

keberhasilan penanaman nilai-nilai estetika dan etika untuk pembentukan karakter.

Dari perspektis Islam, menurut Quraish Shihab (1996:321), situasi kemasyarakatan

dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang

Page 7: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

7

masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai dan pandangan mereka terbatas

pada “kini dan di sini”, maka upaya dan ambisinya terbatas pada kini dan di sini

pula.

Dalam konteks itu, Al-Qur’an dalam banyak ayatnya menekankan tentang

kebersamaan anggota masyarakat menyangkut pengalaman sejarah yang sama,

tujuan bersama, gerak langkah yang sama, solidaritas yang sama.

Tujuan pendidikan karakter semestinya diletakkan dalam kerangka gerak

dinamis diakletis, berupa tanggapan individu atau impuls natural (fisik dan psikis),

sosial, kultural yang melingkupinya, untuk dapat menempa dirinya menjadi

sempurna sehingga potensi-potensi yang ada dalam dirinya berkembang secara

penuh yang membuatnya semakin menjadi manusiawi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, pendidikan karakter dalam pendidikan Islam

merupakan langkah penting dan strategis dalam membangun kembali jati diri

individu maupun bangsa. Pendidikan karakter dalam Islam telah dibuktikan dengan

adanya pondok-pondok pesantren yang mendidik karakter manusia agar sesuai

dengan syari’at Islam.

Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan yang paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat

seseorang menjadi baik dan cerdas. Dalam sejarah Islam, Rasulullah SAW juga

menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk

mengupayakan pembentukan karakter yang baik.

Tokoh pendidikan barat yang mendunia seperti Socrates, Klipatrick, Lickona,

Brooks dan Goble seakan menggemakan kembali gaung yang disuarakan nabi

Page 8: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

8

Muhammad SAW, bahwa moral, akhlak atau karakter adaah tujuan yang tidak

terhindarkan dari dunia pendidikan.

Begitu juga dengan Marthin Luther King menyetujui pemikiran nabi

Muhammad tesebut dengan menyatakan “Intelligence plus character, that is the true

aim of education. Kecerdasan dan karakter, itulah tujuan yang benar dari pendidikan.

Selain itu, pendidikan karakter mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Mengembangkan potensi dasar peserta didik agar ia tumbuh menjadi sosok

yang berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.

2. Memperkuat dan membangun perilaku masyarakat yang multikultur.

3. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.

Terlepas dari pandangan di atas, maka tujuan sebenarnya dari pendidikan

karakter atau akhlak adalah agar manusia menjadi baik dan terbiasa kepada yang

baik tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan dan

latihan yang dapat melahirkan tingkah laku sebagai sesuatu tabiat ialah agar

perbuatan yang timbul dari akhlak baik tadi dirasakan sebagai suatu kenikmatan bagi

yang melakukannya. Menurut Said Agil tujuan pendidikan adalah “membentuk

manusia yang beriman, berakhlak mulia, maju dan mandiri sehingga memiliki

ketahanan rohaniah yang tinggi serta mampu beradaptasi dengan dinamika

perkembangan masyarakat.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa, tujuan dari pendidikan karakter dalam perspektif

pendidikan agama Islam di Indonesia itu adalah: pertama, supaya seseorang terbiasa

melakukan perbuatan baik. Kedua, supaya interaksi manusia dengan Allah SWT dan

sesama makhluk lainnya senantiasa terpelihara dengan baik dan harmonis. Esensinya

sudah tentu untuk memperoleh yang baik, seseorang harus membandingkannya

dengan yang buruk atau membedakan keduanya. Kemudian setelah itu, dapat

Page 9: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

9

mengambil kesimpulan dan memilih yang baik tersebut dengan meninggalkan yang

buruk. Dengan karakter yang baik maka kita akan disegani orang. Sebaliknya,

seseorang dianggap tidak ada, meskipun masih hidup, kalau akhlak atau karakternya

rusak.

Pendidikan Islam

Apa yang kita artikan pendidikan Islam itu? Bilamana pendidikan Islam kita

artikan sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniah) yang menghasilkan

manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab

dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti menumbuhkan

personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab. Usaha

kependidikan bagi manusia menyerupai makanan yang berfungsi memberikan

vitamin bagi pertumbuhan manusia.

Tujuan dan sasaran pendidikan berbeda-beda menurut pandangan hidup

masing-masing pendidik atau lembaga pendidikan. Oleh karenanya maka perlu

dirumuskan pandangan hidup Islam yang mengarahkan tujuan dan sasaran

pendidikan Islam.

Berdasarkan pandangan diatas, maka Pendidikan Islam adalah sistem

pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin

kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai

dan mewarnai corak kepribadiannya.

Dengan istilah lain, manusia Muslim telah mendapatkan Pendidikan Islam itu

harus mampu hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagai yabg diharapkan

oleh cita-cita Islam. Pengertian pendidikan Islam dengan sendirimya adalah suatu

sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh

Page 10: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

10

hamba Allah. Oleh karena Islam mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia

Muslim baik duniawi maupun ukhrawi.

Oleh karena itu, ditinjau dari aspek pengalamannya. Pendidikan Islam

berwatak akomodatif kepada tuntutan kemajuan zaman yang ruang lingkupnya

berada di dalam kerangka acuan norma-norma kehidupan Islam. Hal demikian akan

nampak jelas dalam teorisasi Pendidikan Islam yang dikembangkan. Ilmu

Pendidikan Islam adalah untuk mencapai produk atau tujuannya, baik studi secara

teoritis maupun praktis.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, manusia yang berpredikat “Muslim”, benar-

benar menjadi penganut agama yang baik ia harus mentaati ajaran Islam dan

menjaga agar rahmat Allah tetap berada pada dirinya. Ia harus mampu memahami,

menghayati dan mengamalkan ajarannya yang di dorong oleh iman sesuai akidah

Islamiah. Untuk tujuan itulah manusia dididik melalui proses pendidikan Islam.

Teorisasi Pendidikan Islam

Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang

menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat tersebut, oleh karena

pendidikan merupakan usaha melestarikan, dan mengalihkan serta

mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspeknya dan jenisnya

kepada generasi penerus. Demikian pula halnya dengan peranan pendidikan Islam di

kalangan umat Islam merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cita-cita hidup

Islam untuk melestarikan, mengalihkan, dan menanamkan (internalisasi) dan

mentransformasikan nilai-nilai Islam tersebut kepada pribadi generasi penerusnya

sehingga nilai-nilai kultural-religius yang di cita-citakan dapat tetap berfungsi dan

berkembang dalam masyarakat dari waktu-kewaktu.

Page 11: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

11

Pendidikan Islam, bila dilihat dari segi kehidupan kultural umat manusia

tidak lain adalah merupakan salah satu alat pembudayaan (enkulturasi) masyarakat

manusia itu sendiri. Sebagai suatu alat, pendidikan dapat difungsikan untuk

mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia, (sebagai makhluk

pribadi dan sosial), kepada titik optimal kemampuannya untuk memperoleh

kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidupnya di akhirat. Dalam hal ini

maka kedayagunaan pendidikan sebagai alat pembudayaan sangat bergantung pada

pemegang alat tersebut yaitu para pendidik memegang posisi kunci yang banyak

menentukan keberhasilan proses pendidikan, sehingga mereka dituntut persyaratan

tertentu, baik teoritis maupun praktis, dalam pelaksanaan tugasnya. Sedangkan

faktor-faktor yang bersifat internal seperti lingkungan dalam segala dimensinya

menjadi sasaran pokok dari proses ikhtiariah para pendidik.

Tentang perlunya ilmu Pendidikan Islam Teoritis tersebut adalahjelas sekali,

mengingat beberapa alasan yaitu:

1. Pendidikan sebagai usaha membentuk pribadi manusia harus melalui proses

yang panjang, dengan resultat (hasil) yang tidak dapat diketahui dengan segera,

berbeda dengan membentuk benda mati yang dapat dilakukan sesuai dengan

keinginan “pembuatnya”. Dalam proses pembentukan tersebut diperlukan suatu

perhitungan yang matang dan hati-hati berdasarkan pandangan dan pikiran-

pikiran atau teori yang tepat, sehingga kegagalan atau kesalahan-kesalahan

langkah pembentukan terhadap anak didik dapat dihindarkan. Oleh karena

lapangan tugas dan sasaran pendidikan adalah makhluk yang sedang hidup

berkembang dan bertumbuh yang mengandung berbagai kemungkinan. Bila kita

salah bentuk, maka kita akan sulit memperbaikinya.

Page 12: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

12

2. Pendidikan Islam pada khususnya yang bersumberkan nilai-nilai agama Islam di

samping menanamkan atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai

tersebut, juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan

dengan nilai-nilai Islam yang melandasinya adalah merupakan proses ikhtiariah

yang secara pedagogis mampu mengembangkan hidup anak didik ke arah

kedewasaan/kematangan yang menguntungkan dirinya.

3. Islam sebagai agama wahyu yang diturunkan oleh Allah dengan tujuan untuk

mensejahterakan dan membahagiakan hidup dan kehidupan umat manusia di

dunia dan akhirat, baru dpat mempunyai arti fungsional dan aktual dalam diri

manusia bilamana dikembangkan melalui proses kependidikan yang sistematis.

4. Ruang lingkup kependidikan Islam adalah mencakup segala bidang kehidupan

manusia di dunia di mana manusia mampu memanfaatkan sebagai tempat

menanam benih-benih amaliah yang buahnya akan dipetik di akhirat nanti, maka

pembentukan sikap dan nilai-nilai alamiah Islamiah dalam pribadi manusia baru

dapat efektif bilamana dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan

diatas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan.

5. Teori-teori, hipotesa dan asumsi-asumsi kependidikan yang bersumberkan

ajaran Islam sampai kini masih belum tersusun secara ilmiah meskipun bahan-

bahan bakunya telah tersedia, baik dalam kitab suci Al-Qur’an dan Al Hadist

maupun qaul ulama.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, pendidikan Islam baik teoritis maupun praktis

mengalami kecenderungan untuk berkembang dari waktu ke waktu sesuai tempat

dan momen-momen dilaluinya.

Tingkat perkembangan kebudayaan/peradaban itulah yang banyak mewarnai corak

dan isi pendidikan Islam untuk memperoleh kemajuan hidupnya di mana nilai-nilai

Page 13: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

13

kebudayaan yang dimiliki merupakan faktor yang mempegaruhi perkembangan

pendidikan Islam pada saat atau tingkat tertentu.

Pemahaman Tentang Pendidikan Islam

Islam sebagai petunjuk Ilahi mengandung implikasi kependidikan

(pedagogis) yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia menjadi seorang

mukmin, muslim, muhsin dan muttaqin melalui proses tahap demi tahap.

Pola dasar pendidikan Islam yang mengandung tata nilai Islam merupakan

pondasi struktural pendidikan Islam. Ia melahirkan asas, strategi dasar, dan sistem

pendidikan yang mendukung, menjiwai, memberi corak dan bentuk proses

pendidikan Islam yang berlangsung dalam berbagai model kelembagaan pendidikan

yang berkembang sejak 14 abad yang lampau sampai sekarang.

Model kelembagaan pendidikan Islam yang tetap berkembang dalam

masyarakat Islam di berbagai tempat itu, merupakan wadah yang akomodatif

terhadap aspirasi umat Islam yang berorientasi kepada pelaksanaan misi Islam dalam

tiga dimensi pengembangan kehidupan manusia, yaitu:

1. Dimensi kehidupan duniawi yang mendorong manusia sebagai hamba Allah

untuk mengembangkan dirinya dalam ilmu pengetahuan, ketrampilan, nilai-nilai

yang mendasari kehidupan yaitu nilai-nilai Islam.

2. Dimensi kehidupan ukhrawi mendorong manusia untuk mengembangkan

dirinya dalam pola hubungan yang serasi dan seimbang dengan Tuhannya.

Dimensi inilah yang melahirkan berbagai usaha agar kegiatan ubudiahnya

senantiasa berada di dalam nilai-nilai agamanya.

3. Dimensi hubungan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi mendorong manusia

untuk berusaha menjadikan dirinya sebagai hamba Allah yang utuh dan

Page 14: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

14

peripurna dalam ilmu pengetahuan dan ketrampilan, sekaligus menjadi

pendukung serta pelaksana (pengamal) nilai-nilai agamanya.

Ketiga dimensi tersebut di atas kemudian dituangkan dan dijabarkan dalam

program oprasional kependidikan yang makin meningkat, ke arah tujuan yang tealh

ditetapkan. Dalam program itulah tergambar adanya materi kependidikan Islam yang

secara difusif (menyebar) dan integratif (menyatu) dioperasionalisasikan ke dalam

rangkaian program pendidikan atau kurikulum, sehingga (internalized) terserap ke

dalam pribadi manusia sebagai objek pendidikan Islam.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, berkat terjadinya internalisasi nilai-nilai Islam

itu, anak didik menjadi “wujud” dari kehendak Allah, karena secara aktual dan

fungsional mampu mengamalkan perintah dan menjauhi larangan-Nya, yaitu

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa melalui ilmu pengetahuannya,

keterampilan, serta perilakunya, sesuai dengan nilai-nilai agamanya.

Fungsi Pendidikan Islam

Adapun fungsi pendidikan Islam secara mikro adalah memelihara dan

mengembangkan fitrah dan sumberdaya insani yang ada pada subyek didik menuju

manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam, atau dengan kata lain

menuju terbentuknya kepribadian muslim. Sedangkan secara makro dapat ditinjau

dari fenomena yang muncul dalam perkembangan peradaban manusia, dengan

asumsi bahwa peradaban manusia senantiasa tumbuh dan berkembang melalui

pendidikan.

Page 15: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

15

Dapat diketahui adanya tiga fungsi pendidikan :

1. Mengembangkan wawasan subyek didik mengenai dirinya dan alam

sekitarnya, sehingga akan tumbuh kreativitas.

2. Melestarikan nilai-nilai insani yang akan menuntun jalan kehidupannya

sehingga keberadaannya lebih bermakna.

3. Membuka pintu ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang sangat

bermanfaat bagi peradaban manusia.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, peradaban manusia dari waktu ke waktu

semakin berkembang maju, dan kemajuan itu diperoleh melalui interaksi komunikasi

sosialnya. Semakin intens komunikasi sosialnya semakin cepat pula

perkembangannya.

Tantangan pendidikan Islam

Dunia Islam mengalami berbagai tantangan :

1. Globalisasi tidak dapat dihindari. Tetapi globalisasi harus disikapi dengan

dewasa dan wajar. Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam yang utama dan

pertama sudah semestinya menjadi rujukan bagi umat Islam nutuk menelaah

lebih lanjut isi kandungan Al-Qur’an guna kemajuan peradaban Islam itu

sendiri.

2. Anggapan tertutupnya pintu ijtihad. Ijtihad sebagai usaha sungguh-sungguh

menyelesaikan problematika hukum Islam, digunakan untuk mencari kepastian

hukum karena dinamika masyarakat yang semakin pesat. Anggapan tertutupnya

pintu ijtihad adalah opini yang keliru, karena Al-Qur’an menyuruh manusia

untuk senantiasa berpikir dengan mengoptimalkan akal pikiran.

Page 16: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

16

Jadi dapat disimpulkan bahwa, dunia Islam mengalami berbagai tantangan

pendidikan Islam melalui globalisasi yang dapat menjadi berkembangnya

pendidikan Islam guna kemajuan peradaban Islam.

Pembaharuan Pendidikan Islam

Agama Islam telah memberikan hikmah tentang proses pembelajaran,

bagaimana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Waktulah yang akan menjadi

saksi apakah manusia itu berhasil dalam memperoleh ilmu yang diinginkan. Karena

dibutuhkan ketrampilan memanage (mengelola) waktu.

Disadari bahwa Rosulullah Muhammad SAW membutuhkan waktu 23 tahun

untuk mengubah wajah bangsa Arab dari peradaban yang terbelakang (jahiliya)

menuju peradaban yang lebih beradab (civil-society). Proses panjang itu dilakukan

oleh Rosul dengan penuh kesadaran dan kesabaran. Rosul “sadar” bahwa apa yang

dilakukan adalah demi panggilan suci dari Allah dan kecintaanya pada umat

manusia. Dan beliau “sabar” dengan berbagai ancaman, gangguan, teror yang

senantiasa dirasakan, tetapi hal itu menjadi motivasi tersendiri untuk menyelesaikan

tugas suci ini.

Untuk mengikuti jejak Rosul dalam menyampaikan kebenaran risalah

kebenaran, setiap individu diharapkan melakukan pembaruan dalam hidupnya. Ini

berarti menjalankan aktivitas yang terbaik bagi dirinya pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya. Dengan mengelola waktu yang baik, manusia dapat

berfungsi sebagai khalifatullah fil ardhi.

Page 17: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

17

Jadi dapat disimpulkan bahwa, setiap manusia seharusnya dapat mengelola

waktu dengan baik agar dapat melakukan pembaruan dalam hidupnya dengan

menjalankan aktivitas yang terbaik.

Humanisme dalam Pendidikan Islam

HAM versi Islam. Cukup banyak prinsip-prinsip Islam yang mempunyai

kerterkaitan dengan HAM, bahkan jumlahnya lebih banyak daripada prinsip-prinsip

Islam tentang demokrasi. Problem HAM muncul karena manusia adalah makhluk

sosial, tidak bisa hidup semdiri, tetapi saling berinteraksi dengan manusia lain. Saat

berinteraksi itulah isu HAM selalu menyertai. Bisa dimengerti betapa isu HAM

menjadi sebegitu penting bila dikaitkan dengan interaksi manusia sebagai kelompok

menurut bangsa, bahasa, suku, adat, seks, ras dan agama. Interaksi antar sesama

manusia secara harmonis akan menentramkan kehidupan antar kelompok.

Sebaliknya, jika terjadi konflik akibat pelanggaran HAM oleh salah satu kelompok,

bisa memecah belah kerukunan dan persatuan mereka. Padahal untuk

mengembalikan ke situasi semula tidaklah mudah dan memerlukan waktu lama,

disamping membutuhkan semangat toleransi dan sikap arif antar kelompok.

Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peran penting, PAI berwawasan

HAM merupakan upaya preventif dalam menangani konflik dan kekerasan, seperti

terjadinya kerusuhan massal, ketegangan sosial dan pelanggaran HAM.

Bagaimana konsep HAM dalam PAI? Aebagaimana kita ketahui, pada Desember

1948, PBB telah menyusun deklarasi HAM. Namun karena tidak semua statment

dalam deklarasi tersebut sesui dengan ajaran Islam, maka para tokoh Islam sedunia

menyusun Deklarasi HAM versi Islam. Deklarasi HAM yang diadopsi dari ajaran

Islam ini ditetapkan di Kairo pada 19 September 1981, yang kemudian dikenal

Page 18: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

18

sebagai Deklarasi Kairo. Namun, demikian, kehadiran deklarasi ini tidak

menyurutkan jumlah kasus pelanggaran HAM di dunia Islam. Salah satu sebabnya,

deklarasi tersebut tidak segera diikuti oleh imperative action untuk penegakan HAM.

Disini diuraikan secara ringkas berbagai deklarasi HAM di dunia, antara lain Deklarasi Universal HAM oleh

PBB (1948); Piagam Afrika mengenai Hak Asasi Manusia dan Bangsa-Bangsa; Deklarasi HAM dalam Islam

(Banjul Charte), 1987) (Kairo, 1981); Deklarasi Bangkok tentang HAM (1993); Deklarasi Wina, dan Deklarasi

Indonesia sebagaimana termuat dalam UUD 1945. HAM menurut UUD 1945 dapat diringkas sebagai berikut:

hak atas kebebasan mengeluarkan pendapat (pasal 28); hak atas kedudukan yang sama di dalam hukum (pasal 27

ayat 1); hak atas kebebasan berkumpul (pasal 28); hak atas kebebasan beragama (pasal 29); hak atas pengidupan

yang layat (pasal 27 ayat 2); hak atas kebebasan berserikat (pasal 28); dan hak atas pengajaran (pasal 31)

Lihat Marcel A. Boisard. “L’Humanisme De L’Islam” dalam M. Rasyidi (terj.), Humanisme dalam Islam,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 16.

QS. Al-Baqarah (2:217), “... Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat)

mengembalikan kamu dan agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad

di antara kamu dan agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalnya di dunia

dan akhirat, dan mereka itulah penguni neraka, mereka kekal di dalamnya”.

Wawasan HAM sangat mungkin diterapkan di sekolah secara sistematik dan

simultan baik pada materi, metode, tujuan, kebijakan, proses maupun lainnya. Materi

PAI berwawasan HAM bisa dimasukan pada materi akidah sebab materi tersebut

dimaksudkan untuk mengatur hak dan kewajiban manusia kepada Tuhannya, hukum

Islam (syari’at). Kajiannya membahas hubungan antar sesama manusia (hablun min

an-nas) dalam wujud interaksi dan transaksi sosial (mu’amalat), serta memuat

peribadatan kepada Allah (ibadah, hablun min Allah). Disamping itu bisa pula

Page 19: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

19

dimasukkan ke dalam masalah moralitas Islam (akhlak) sebab problema akhlak ini

terkait dengan perilaku manusia.

QS. An-Nisa’ (4:36): “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan

berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tentangga

yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”.

QS. Al-Maidah (5:8): “hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu

mengakkan (kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu

terhadap kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada

takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, internalisasi pendidikan berwawasan HAM

perlu dilakukan atau ditanamkan sejak dini agar tertanam kesadaran menghargai hak

manusia lain juga untuk membentuk pendidikan yang berkarakter pada anak bangsa.

Etika Pendidikan Islam

Ajaran Islam sarat dengan nilai kasih sayang. Tiap kali seseorang muslim

hendak membaca Al-Qur’an, ia dianjurkan untuk mengawali bacaannya dengan

ucapan bismillahi al-Rahman al-Rahim, dengan nama Allah Yang Maha Pengasih

lagi Maha Penyayang. Nahkan setiap amalan yang dilakukan oleh seorang muslim,

dianjurkan untuk mengawalinya dengan ucapan tersebut. Nabi SAW pernah

mengatakan bahwa barang siapa yang tidak mengawali amalan atau perbuatannya

dengan ucapan bismillah al-Rahman al-Rahim maka amalannya tersebut ditolak.

Apa sebenarnya makna ucapan ini?

Page 20: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

20

Akar kata rahim yang berarti penyayang dalam Al-Qur’an sebanyak 339 kali.

Sebagian besar akar kata rahim berada di akhir kalimat dengan iringan kata-kata lain,

semisal al-rahman (pengasih), al-rauf (penyantun), tawwab (pengampun), ghafur

(pemaaf, pengampun), dan wadud (kasih sayang). Bentuk lain dari akar kata rahim

diatas adalah rahman (pengasih), arham (tali rahim, keluarga) dan rahmah (rahmat,

berkat). Yang akhir ini sering diiringi dengan kata hudan atau petunjuk. Artinya

adalah bahwa Islam mendidik umatnya agar memiliki karakter sebagai manusia yang

penuh kasih sayang, penyantun, pengampun atau pemaaf, membawa berkah bagi

yang lain dan menjalin tali rahim sehingga tercapai perdamaian antara sesama

manusia. Allah berfirman: “... dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu,

dan taatilah kepada Allah dan Rosul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang

beriman”. Juga firman-Nya, “sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah

bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah

kepada Allah dupaya kamu mendapat rahmat”.

QS. Al-Anfal (8:1)

Beberapa ayat Al-Qur’an mengidentifikasi orang-orang yang beriman dan

beramal saleh di atas dengan perilaku kasih sayang dan perdamaian. Ini mislanya

bisa disimak dalam firman Allah, “sesungguhnya orang-orang yang beriman dan

beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati

mereka rasa kasih sayang”. Tidak heran, bilamana Islam mengarahkan keluarga

muslim menjadi keluarga sakinah (tenang, tentram atau sejahtera), mawaddah (kasih

sayang) dan rahmah (membawa berkah). Allah berfirman, “dan di antara tanda-

tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu

Page 21: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

21

sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya

di antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”.

Bilamana dalam satu keluarga terdapat perselisihan antara suami dan istri,

maka Islam mengajarkan perlunya perdamaian melalui juru damai dan bukan

perceraian. Allah berfirman, “dan jika kamu kuatirkan ada persengketaan antara

keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika

keduanorang hakam itu bermaksud mangadakan perbaikan, niscaya Allah memberi

taufik kepada suami isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Mengenal”. Seseorang bahkan diperkenankan untuk berdusta demi mendamaikan

pihak-pihak yang bertikai. Diriwayatkan dari Ummu Kalsum binti Uqbah r.a

katanya, sungguhnya ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Bukanlah

dianggapnya sebagai pendusta jika seseorang mendamaikan perselisihan di antara

manusia. Beliau berkata yang baik dan menyampaikan yang baik pula”.

QS. Al-Hujurat (49:10)

QS. Al-Rum (30:21)

QS. Al-Nisaa (4:35)

Jadi dapat disimpulkan bahwa, setiap amalan atau perbuatan yang kita

lakukan terlebih dahulu membaca bismillah dan diakhiri dengan alhamdulilah,

dengan begitu semua amalan atau perbuatan kita dapat diterima oleh Allah dan

mendidik kita agar memiliki karakter sebagai manusia yang penuh kasih sayang,

penyantun, pengampun atau pemaaf, membawa berkah bagi yang lain dan menjalin

tali rahim sehingga tercapai perdamaian antara sesama manusia

Page 22: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

22

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pendidikan karakter dalam perspektif Islam adalah bagaimana peserta didik,

pendidik mampu menjadi taladan akhlak mulia, untuk diamalkan pada diri sendiri,

keluarga, masyarakat, dan terutama kepada Allah SWT. Pendidikan karakter menjadi

pewarna dalam setiap mata pelajaran agar lebih efektif dan efisien.

Upaya pelaksanaan pendidikan karakter ini harus dilakukan secara serius dan

komprehensif, melibatkan seluruh komponen yang bertanggung jawab terhadap

kemajuan generasi penerus bangsa. Sehingga besar kemungkinan bisa suksesnya

pendidikan karakter ini, dan menghasilkan generasi muda Indonesia yang bermoral,

dan berakhlak mulia.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah didapatkan dari penjelasan materi,

penulis merekomendasikan kepada seluruh insan yang peduli dengan pendidikan,

agar mengutamakan pentingnya membangun karakter yang baik bagi peserta didik,

demi kemajuan kehidupan generasi dimasa yang akan datang.

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok

bahasan dalam makalah ini, Saya selaku penulis banyak berharap para pembaca sudi

memberikan kritik dan saran yang tentunya membangun kepada saya, demi

mencapainya kesempurnaan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna

bagi saya dan pada khususnya seluruh pembaca makalah ini.

Page 23: ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER

23

DAFTAR PUSTAKA

Ajat Sudrajat, “Din Al Islam Pendidikan Agama Islam Diperguruan Tinggi Umum”.

Yogyakarta: UNY, 2008.

Boisard, Marcel A. “L’Humanisme De L’Islam”. Dalam M. Rasyidi (Penerjemah),

Humanisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1980.

Drs. Abd. Rahman Assegaf,M.A. “Pendidikan Tanpa Kekerasan”. Yogyakarta:

Tiara Wacana, 2004.

Prof.H.M.Arifin, M.Ed. “Ilmu Pendidikan Islam”. Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Mansur Muslich. “Pendidikan Karakter”. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.