isolasi dan identifikasi jamur patogen
DESCRIPTION
Laporan PraktikumTRANSCRIPT
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI PATOGEN
LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI
Oleh :
Nama : Rendy Setya WardanaNIM : B1J012047Kelompok : 4Rombongan : IIAsisten : Surinih
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
Populasi mikroba di alam kita sangat besar dan kompleks. Untuk dapat
mengetahui setiap spesies dari suatu spesimen bahan diperlukan teknik untuk
memisahkan populasi campuran yang rumit atau biakan campuran menjadi spesies
yang berbeda-beda. Biakan murni terdiri dari suatu populasi sel yang semuanya
berasal dari satu sel induk. Teknik ini dinamakan isolasi dan untuk mengisolasi
biakan murni dari suatu spesimen bahan dapat dilakukan dengan menginokulasikan
sedikit saja spesimen bahan tersebut pada media yang cocok sedemikian rupa
sehingga sel-sel mikroba tumbuh terpisah dari medium tadi (Pelczar dan Chan,
1986).
Perkembangan penyakit didukung oleh tiga faktor yaitu inang yang rentan,
patogen yang virulen, dan lingkungan yang mendukung. Patogen mempunyai daya
virulensi yang mampu menyebabkan suatu penyakit sebagai ekspresi dari
patogenisitas. Gejala layu dan rontok pada daun serta perkembangan bercak diduga
merupakan akibat dari substansi-substansi yang disekresikan patogen dalam
mekanisme penyerangan untuk melumpuhkan inang. Substansi utama yang
disekresikan patogen ke dalam tubuh tumbuhan untuk menimbulkan penyakit secara
langsung maupun tak langsung adalah enzim, toksin, zat pengatur tumbuhan, dan
polisakarida (Semangun, 1996).
Hal pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan pengamatan terhadap
patogen baik berupa bakteri maupun jamur di laboratorium adalah menumbuhkan
atau membiakan bakteri atau jamur tersebut. Mikroorganisme dapat berkembang
biak dengan alami atau dengan bantuan manusia. Mikroorganisme dapat
ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium. Medium
yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakan mikroorganisme
tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang
bersangkutan. Pengamatan dilakukan setelah bakteri dan jamur yang akan diamati
tumbuh. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop untuk mengetahui
struktur patogen tersebut. Hal tersebut sangat penting untuk diketahui mengingat
pada mata kuliah ilmu penyakit tumbuhan (fitopatologi) tidak hanya mengetahui
nama patogennya tetapi harus mengetahui bentuk fisik patogen tersebut agar dalam
melakukan analisis patogen tidak terjadi kesalahan. Selain itu, dengan mengetahui
bentuk fisiknya kita dapat mengetahui perbedaan tiap patogen yang menyerang atau
menginfeksi tanaman-tanaman apakah dengan patogen yang sama dapat menyerang
tanaman lain atau tidak (Fajar, 2012).
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengisolasi dan mengidentifikasi
patogen yang menyebabkan penyakit pada tanaman
II. TELAAH PUSTAKA
Berdasarkan penelusuran kepustakaan diperoleh beberapa pengertian isolasi,
peremajaan dan identifikasi. Isolasi mikroorganisme ialah proses pengambilan
mikroorganisme dari lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu
medium di laboratorium. Proses isolasi ini menjadi penting dalam mempelajari
identifikasi mikrobia, uji morfologi, fisiologi, dan serologi. Sedangkan pengujian
sifat-sifat tersebut di alam terbuka sangat mustahill untuk dilakukan (Pelczar, 1986).
Isolasi merupakan tindakan karantina bagi tanaman yang terserang penyakit baik
cendawan, virus maupun jamur agar dapat diteliti dan praktikum isolasi patogen ini
dilakukan untuk mengetahui patogen penyebab penyakit pada tanaman dari golongan
bakteri. Isolasi patogen adalah proses mengambil patogen dari medium atau
lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh
biakan yang murni. Patogen dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus
menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi
terkontaminasi karena mikroorganisme lain (Singleton dan Sainsbury, 2006).
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan
menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian
dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis,
misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang
hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba
adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari
campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan
menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni
sel yang tetap pada tempatnya (Sutedjo, 2011). Isolasi secara definitif adalah
memisahkan suatu mikroba dari lingkungannya di alam. Kemudian ditumbuhkan
sebagai bahan murni dalam media buatan dengan metode aseptis (Nursyam, 1985).
Peremajaan adalah sebuah kegiatan ntuk mengkulturkan koloni atogen pada
media baru untuk melhat apakah sifat yang ditimbulkan pada media baru sama atau
tidak dengan media awal. Kegiatan peremajaan akan berpengaruh terhadap kegiatan
selajutnya yaitu identifikasi. Peremajaan disini sangat penting karena apabila tidak
dilakukan peremajaan, hal-hal menyangkut identifikasi mikroskopis dapat saja bias
untuk pengamatannya. Sebagian besar patogen di alam adalah berupa cendawan
sehingga apabila dilakukan identifikasi mikroskopis seperti konidia dan hifa sangat
penting. Karena, bagian seperti septat baik konidia dan hifa menentukan jenis apakah
cendawan yang menyerangnya (Nursyam, 1985).
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum isolasi dan identifikasi jamur patogen
adalah media PDA, sampel buncis (Phaseolus vulgaris) yang terserang penyakit,
sampel strawberry (Fragaria sp.) yang terserang penyakit, sampel pisang (Musa sp.)
yang terserang penyakit, sampel labu siam (Sechium edule) yang terserang penyakit,
sampel daun jambu biji (Psidium guajava) yang terserang penyakit, sampel cabai
keriting (Capsicum annum) yang terserang penyakit, alkohol 70%, akuades steril,
dan hasil isolasi. Alat yang digunakan pada praktikum isolasi dan identifikasi jamur
patogen adalah cawan petri, skalpel, spayer, jarum ose, pinset, wrapper, LAF, object
glass, cover glass, bunsen, dan pipet tetes.
B. Cara Kerja
Isolasi
Sampel yang terserang penyakit
Dipotong ukuran 1x1 cm, usahakan ada
bagian yang sehat dan yang sakit
Inkubasi 5x24 jam
Tanam pada media PDA
Masukkan dalam alkohol 70%
Masukkan dalam akuades steril
Hasil
Peremajaan
Identifikasi
Isolat hasil isolasi
Ditanam pada media PDA
baru
Inkubasi 7x24 jam
Diambil 1 plug
Hasil
Isolat hasil peremajaan
Diambil satu bagian dari isolat menggunakan jarum ose,
letakkan pada object glass
Difiksasi menggunakan pembakar
bunsen
Ditetesi dengan alkohol kemudian tutup dengan cover
glass
Hasil
Diamati dibawah mikroskop dan di identifikasi
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Gambar 1. Labu siam (Sechium edule) yang sedang diisolasian a). Preparat Labu siam (Sechium edule) b). Medium PDA.
Gambar 2. Hasil isolasi Labu siam (Sechium edule) yang ditumbuhi jamur a). Koloni jamur.
Gambar 1. Labu siam (Sechium edule) yang diremajakan a). Preparat Labu siam (Sechium edule) b). Medium PDA.
Gambar 2. Gambar mikroskopis cendawan (Nematoctonus haptocladus) a). Hifa b).Konidium
AB A
AB A
B
B. Pembahasan
Isolasi mikroorganisme memiliki arti yaitu proses pengambilan
mikroorganisme dari lingkungannya yang selanjutnya ditumbuhkan pada medium di
laboratorium. Proses isolasi sangat penting dalam mempelajari identifikasi mikrobia,
uji morfologi, fisiologi, dan serologi. Pengujian sifat-sifat tersebut hanya dapat
dilakukan di alam terbuka dan sangat mustahill untuk dilakukan ditempat lain
(Pelczar dan Chan,1986). Isolasi juga bisa disebut sebagai penanaman bagian
tumbuhan yang terduga patogen pada media PDA (Potato Dextrose Agar).
Saat melakukan isolasi di gunakan bagian yang sehat dan yang terkena
patogen untuk mengertahui cara patogen menyerang bagian tanaman yang sehat.
Miselium pada bagian yang sakit di harapkan akan berpindah ke bagian yang sehat
untuk mengetahui patogen yang menyerang ke bagian tanaman yang sehat.
Peremajaan biakan merupakan upaya untuk mempertahankan sifat alami dari patogen
yang diisolasi. Patogen yang diremajakan merupakan patogen biakan murni yang
terdiri dari satu jenis patogen yang dibutuhkan tanpa adanya kontaminasi.
Peremajaan biakan bertujuan untuk memperoleh biakan yang baru yang nantinya
diharapakan akan berkembang dengan baik. Hasil dari remajaan mikroba berupa
mikroba muda yang nantinya digunakan sesuai dengan fungsinya. Pentingnya
peremajaan biakan adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan sel yang dapat
menyebabkan penurunan viabilitas dan stabilitas sel serta dapat menyebabkan
mikroba kehilangan potensinya sebagai mikroba (Black, 1999).
Identifikasi adalah membandingkan gejala yang ada atau yang ditemukan
dengan yang terdapat pada pustaka atau buku identifikasi. Identifikasi mikroba
merupakan salah satu tugas yang penting dilakukan di laboratorium. Mikroba tidak
memiliki ciri-ciri anatomi yang nyata, sehingga identifikasinya berdasarkan
morfologi sifat biakan. Morfolgi mikroorganisme berdasarkan bentuk, ukuran dan
perataan, biasanya belum cukup untuk identifikasi. Ciri-ciri lainnya seperti
perwarnaan, pola pertumbuhan koloni, reaksi pertumbuhan pada karohidrat dan
penggunaan asam amino sangat membantu dalam identifikasi mikroba (Lay, 1994).
Menurut Soni (2010), identifikasi biakan mikroorganisme seringkali memerlukan
pemindahan ke biakan segar tanpa terjadi pencemaran. Pemindahan mikroorganisme
ini dilakukan dengan teknik aseptis untuk mempertahankan kemurnian biakan selama
pemindahan berulang kali.
Cara-cara atau teknik dalam mengisolasi suatu mikroorganisme menurut
Dwidjoseputro, (2003) antara lain:
1. Isolasi tunggal merupakan metode isolasi dengan cara meneteskan bahan yang
mengandung mikroorganisme pada suatu kaca penutup dengan menggunakan
mikropipet, yang kemudian diteliti dibawah mikroskop obyektif.
2. Isolasi gores merupakan metode isolasi dengan cara menggeser atau
menggoreskan ujung jarum ose yang telah mengandung mikroorganisme dengan
hati-hati di atas permukaan agar secara zig zag yang dimulai dari dasar tabung
menuju ke bagian atas tabung.
3. Isolasi tebar merupakan metode isolasi dengan cara menebarkan bahan yang
mengandung mikroorganisme pada permukaan atas tabung.
4. Isolasi tuang merupakan metode isolasi dengan cara mengambil sedikit sampel
campuran bakteri yang telah diencerkan dan sampel tersebut kemudian
disebarkandidalam suatu medium dari kaldu dan gelatin encer.
Peremajaan dilakukan karena peremajaan sangat penting untuk suatu proses
identifikasi. Peremajaan dilakukan supaya kita bisa mendapat fase eksponensial dari
jamur ketika kita ingin identifikasi ulang ataupun merevisi hasil identifikasi yang
telah dilakukan di awal. Peremajaan juga penting dilakukan untuk menyesuaikan
bahwa patogen yang menyerang suatu tanaman merupakan patogen yang sama
dikontakkan pada medium yang telah disiapkan (Agrios, 1996).
Sifat-sifat jamur yang paling penting yang digunakan untuk identifikasi
adalah spora dan fruktifikasi (tubuh buah), atau struktur yang menghasilkan spora
dan beberapa sifat tubuh jamur (plasmodium atau miselium). Bentuk, ukuran, warna
dan pola susunan spora pada sporofor atau badan buah menupakan sifat-sifat yang
telah mencukupi untuk diamati. Sifat-sifat tersebut pada kasus lain dapat digunakan
untuk menjajaki jamur tersebut melalui kunci analisis jamur yang dipublikasikan
untuk menentukan genus, dan akhirnya termasuk jenis spesies jamur tersebut
(Agrios, 1996).
Hasil yang didapatkan pada rombongan II adalah kelompok 1 yang
menggunakan sampel buah pisang (Musa sp.) memiliki warna koloni abu-abu
kehitam-hitaman, tepi koloni rata, tekstur permukaan halus, warna sebalik koloni
hitam, pola penyebarannya konsentris, tidak terdapat konidium, hifanya septat,
warnanya cokelat dan penyebab penyakitnya adalah Rhizoctonia sp. Kelompok 2
yang menggunakan sampel sayur kentang (Solanum tuberosum) memiliki ciri-ciri
warna koloni putih, tepi koloni bergerigi, tekstur permukaan halus, warna sebalik
koloni putih, pola penyebaran konsentris, terdapat konidium, konidiumnya berseptat,
berbentuk bulat, warnanya hyaline, hifanya berseptat, hifanya berwarna hyaline dan
penyebab penyakitnya adalah jamur Acremonium sp. Kelompok 3 dengan sampel
buah labu siam (Sechium edule) memiliki ciri-ciri warna koloni putih, tepi koloni
rata, tekstur permukaan halus, warna sebalik koloni hitam, pola penyebarannya
konsentris, terdapat konidium, konidimnya berseptat, bentuknya lonjong, warnanya
hyaline, hifanya berseptat, warnanya hyaline, dan penyebab penyakitnya adalah
jamur Pyricularia sp. Kelompok 4 yang menggunakan sampel sayur labu siam
(Sechium edule) memiliki ciri-ciri warna koloni putih, tepi koloni rata, tekstur
permukaan halus, warna sebalik koloni hitam, pola penyebarannya radial, terdapat
konidium, konidiumnya aseptat, berbentuk lonjong, warnanya hyaline, hifanya
aseptat, warnanya hyaline dan penyebab penyakitnya adalah jamur Nematoctonus sp.
Hawar upih daun adalah penyakit yang merusak pisang (Musa sp) yang
disebabkan oleh jamur Rhizoctonia sp. Gejala utama infeksi adalah bercak kecil,
bulat, garis tengah 1-2 cm, cokelat, cokelat kemerahan. Penyakit ini umumnya hadir
pada tangkai dan permukaan bawah daun. Kapang Rhizoctonia sp merupakan jamur
polifag dan umum terdapat dalam tanah. Biasanya jamur menyerang tumbuhan yang
masih muda, menyebabkan penyakit rebah semai. Pada waktu pagi di sekitar
tanaman terdapat benang-benang seperti rumah laba-laba dengan tetes-tetes embun
yang bergantungan. Kapang Rhizoctonia sp sering menyerang daun-daun di dekat
tanah, menyebabkan hawar daun atau bercak daun yang lebar (Gillard et al., 2012).
Namun, pada hasil yang didapatkan justru Rhizoctonia sp menyerang buah dan lebih
mengarah kepada busuk buah sesuai dengan assumsi seperti acara sebelumnya.
Rhizoctonia sp mempunyai dua siklus hidup yaitu, siklus hidup sempurna dan tidak
sempurna. Pada siklus hidup tidak sempurna Rhizoctonia sp hanya menghasilkan
miselia dan sklerotia. Untuk siklus sempurnanya basidium mengalami peleburan
(anastomosis), kemudian dilanjutkan dengan fertilisasi sehingga akan terbentuk
miselium dikarotik (n + n). Miselium tersebut terus berkembang dan akan
membentuk zigot yang menghasilkan empat buah basidiospora masing-masing
berinti haploid (n) (Agrios,1996). Klasifikasi dari patogen ini adalah sebagai berikut
menurut Agrios (1997).
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Agaricomycetes
Order : Cantharellales
Family : Ceratobasidiaceae
Genus : Rhizoctonia
Species : Rhizoctonia sp
Phoma sp merupakan patogen yang diperkirakan merusak buah kentang
(Solanum tuberosum). Gejala dari penyakit yang disebabkkan Phoma sp pada buah
kentang ini adalah buahnya mempunyai tekstur lunak, menghitam dan kebasah-
basahan. Hasil yang ditunjukkan pada praktikum kali ini dan hasil sesuaian dengan
buku identifikasi menuntun bahwa patogen yag menyebabkan buah kentang ini rusak
patogen Phoma sp. Hasil penulusuran pustaka yang didapatkan bahwa Phoma sp
biasanya menyerang tanaman pada bagian pucuknya. Phoma sp banyak menyerang
tanaman palawija khususnya padi (Masniawati., et al, 2013). Kerusakan padi bukan
karena roses penanaman yang ada dilapangan melainkan poses penyimpanan dari
hasil panen. Phoma sp diperantarai oleh mulut serangga yang merusak bagian
tersebut sehingga infeksi penyakit disebabkan luka yang disebabkan oleh serangga
tersebut. Gejala yang sering terlihat dari tanaman yang terserang patogen ini adalah
die-back (mati pucuk). Gejala mati pucuk terlihat jelas pada musim hujan, maka pada
awal musimhujan pucuk-pucuk yang menunjukkan gejala serangan penyakit harus
dipotong untuk menghilangkan sumber inokulum disertai dengan pemupukkan untuk
memacu pertumbuhantanaman. Perlu diperhatikan bahwa saat musim hujan perlu
dilakukan pemangkasan terhadap tanaman pelindung untuk mengurang kelembapan,
sedangkan pada musim kemarau, pemangkasan terhadap tanamanpelindung tidak
perlu dilakukan atau hanya dilakukan pemangkasan ringan saja agarkelembapan
lingkungan tetap terjamin (Marwa Prinando, 2009). Gejalanya yaitu berupa pucuk
utama tanaman (terutama pada musim penghujan) kadangkala gagal untuk tumbuh
dan bersemi. Pada pucuk tersebut lapisan jamur berwarna hitam disertai kerusakan
fisik akibat serangga bertipe mulut penggerek pengisap. Jaringan pucuk yang
diserang serangga ini menjadi kering, rapuh dan busuk (terlihat pada musim
kemarau). Berikut merupakan klasifikasi dari patogen menurut Agrios (1997) :
Kingdom: Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Dothideomycetes
Subclass : Pleosporomycetidae
Order : Pleosporales
Family : Incertae sedis
Genus : Phoma
Spesie : Phoma sp
Pyricularia sp merupakan patogen yang diyakini menyerang daun pepaya
(Carica papaya) Secara morfologi, cendawan Pyricularia sp mempunyai konidia
berbentuk bulat, lonjong, tembus cahaya, dan bersekat dua (3 ruangan) (Ou, 1985).
Satu daur penyakit dimulai ketika spora cendawan menginfeksi dan rnenghasilkan
suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika cendawan bersporulasi dan
rnenyebarkan spora baru rnelalui udara. Apabila kondisi lingkungan menguntungkan,
satu daur dapat terjadi dalam waktu sekitar 1 minggu. Selanjutnya dari satu bercak
dapat rnenghasilkan ratusan sampai ribuan spora dalam satu malam dan dapat terus
rnenghasilkan spora selama lebih dari 20 hari. Pada kondisi kelembapan dan suhu
yang mendukung, cendawan blas dapat mengalami banyak daur penyakit dan
menghasilkan kelimpahan spora yang dahsyat pada akhir musim. Tingkat inokulum
yang tinggi ini sangat berbahaya bagi tanaman padi yang rentan (Agrios, 1996).
Berikut merupakan klasifikasi dari patogen Pyricularia sp menurut Alexopoulus
dalam Agrios (1996).
Kingdom : Myceteae
Divisi : Amastigomycota
Subdivisi : Deuteromycetina
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Pyricularia
Spesies : Pyricularia sp
Untuk kelompok 4 hasil praktikum menunjukkan bahwa penyakit yang
diderita oleh labu siam (Sechium edule) disebabkan oleh patogen Nematoctonus sp.
Cendawan ini mempunyai racun bernama nematotoxin yang membuat buah yang
terserang menjadi mengeluarkan gejala bercak-bercak warna cokelat, dan
tepinya mengeluakan eksudat cair mengering. Patogen ini
diperantarai oleh nematoda yang nantinya akan menyerang pada
tanaman. Nematoda itu sendiri nantinya akan mati karena patogen
ini akan menyerap seluruh nutrisi didalam tubuh nematoda ketika
cendawan ini berhasil masuk tubuh nemtoda tersebut. Cendawan
ini termasuk patogen yang berada pada kelomok basidiomycota.
Nematoctonus sp juga memiliki konidia. Nematoda yang
sebelumnya telah berhasil menggigit tanaman akan
menginfeksikan pula cendawan ini selagi timbul luka yang
dihasilkan oleh nematoda. Nematoda ini biasanya banyak
menyerang tanaman bagian bawah seperti akar, batang dan lain-
lain. Untuk kasus yang sedang dialami oleh kelompok 4 bahwa hasil
penelusuran kepustakaan didapatkan patogen dapat berasal dari
sebaran angin dan pengaruh faktor lingkungan lain seperti hujan
dan lain sebagainya. Klasifikasi dari patogen Nematoctonus sp
adalah sebagai berikut menurut Agrios (1997) :
Kingdon :Fungi
Divisi :Basidiomycota
Subdivisi :Agaricomycotina
Kelas :Agaricomycetes
Subkelas :Agaricomycetidae
Ordo :Agaricales
Family :Pleurotaceae
Genus :Nematoctonus
Spesies :Nematoctonus sp
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum isolasi dan identifikasi
patogen adalah bahwa isolasi adalah proses pengambilan mikroorganisme dari
lingkungannya yang selanjutnya ditumbuhkan pada medium di laboratorium.
Identifikasi adalah membandingkan gejala yang ada atau yang ditemukan dengan
yang terdapat pada pustaka/ buku identifikasi.
B. Saran
Untuk praktikum kedepannya lebih dikondisikan situasi didalam laboratorium
agar praktikum berjalan dengan kondusif dan kalau bisa disediakan beberapa buku
identifikasi di dalam laboratorium
DAFTAR REFERENSI
Abou, Al-Tahhi, El-Fattah. 2009. Bacterial Control Of Pathogenic Fungi Isolated From Some Wild Plants In Taif Governorate, Saudi Arabia . Taif University.
Agrios, G. N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Black, J G. 1999. Microbiology : Principles and Explorations, New Jersey.
Dwidjoseputro.2003. Dasar-Dasar Microbiologi. Djambatan, Malang.
Fajar, Diago. 2012. Isolasi dan Identifikasi Patogen. Universitas Lampung.
Gillard, C. L., Ranatunga, N. K., and Conner, R. L. 2012. The Effect of Foliar Fungicide Application Timing on The Control of Dry Bean Anthracnose. University of Guelph Ridgetown Campus, Canada.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Labolatorium. PT Grafindo Persada, Jakarta.
Marwa 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit Dan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur. Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Masniawati, Tutik, Gobel, Risnawati. 2013. Identifikasi Cendawan Terbawa pada Benih Padi Lokal Aromatik Pulu Mandoti, Pulu Pinjan, dan Pare Lambau asal Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Jurusan Biologi, FMIPA UNHAS. Makassar.
Nursyam; Ahmad dan Murachan. 1985. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Universitas Brawijaya. Malang.
Pelczar, M. J. dan E. C. S Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 1. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada Univ Press, Yogyakarta.
Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology 3rd Edition. John Wiley and Sons. Sussex, England.
Soni,. 2010. Skripsi: Isolasi Dan Pemurnian Mikroba, Teknik PemeliharaanKultur Murni Dan Perhitungan Angka Lempeng Total (Total Plate Count=Tpc). Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya, Malang.
Sumardiyono, C., T. Joko, Y. Kristiawati, dan Y. D. Chinta. 2011. Diagnosis dan Pengendalian Penyakit Antraknosa Pada Pakis Dengan Fungisida. J. HPT Tropika. ISSN 1411-7525 Vol. 11, No. 2: 194 – 200.
Sutedjo. 2011. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta, Jakarta