ispa kel6 reg

12
LAPORAN KELOMPOK INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Blok Primary Health Care Disusun Oleh Kelompok 6 Kelas Reguler: Maulana Rahmat H 115070200111030 Youshian Elmy 115070200111032 Hengky Indra Pratama 115070200111034 Rindika Illa Kurniawan 115070200111036 Atika Putri Ayu 115070200111038 Reni Catur Rahmawati 115070200111040 Defi Destyaweny 115070200111042 Ervina Ayu Misgiarti 115070200111044 Merchilliea Eso Navy 115070200111046 Novita Wulan Dari 115070200111048 Anita Nur Mayasari 115070200111050 Muhamad Burhanudin A. 115070200111052 Fenty Dyah Harianti 115070200111048 Arini Nur Hidayati 115070201111004

Upload: kelompokpknm27

Post on 30-Sep-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sahsabcsabcbsabcsabcjsbacbsajcbsabcjsbcsbacbsacbsacbsabcjsabcsabcascjbASKbckjasb

TRANSCRIPT

LAPORAN KELOMPOK

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Blok Primary Health Care

Disusun Oleh Kelompok 6 Kelas Reguler:Maulana Rahmat H

115070200111030

Youshian Elmy

115070200111032

Hengky Indra Pratama115070200111034

Rindika Illa Kurniawan115070200111036Atika Putri Ayu

115070200111038

Reni Catur Rahmawati 115070200111040

Defi Destyaweny

115070200111042Ervina Ayu Misgiarti

115070200111044

Merchilliea Eso Navy

115070200111046

Novita Wulan Dari

115070200111048Anita Nur Mayasari

115070200111050

Muhamad Burhanudin A.115070200111052

Fenty Dyah Harianti

115070200111048Arini Nur Hidayati

115070201111004JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

PEMBAHASAN1. Definisi ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut. Infeksi adalah masuk dan berkembangbiaknya agent infeksi pada jaringan tubuh manusia yang berakibat terjadinya kerusakan sel atau jaringan yang patologis. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Dengan demikian ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari, dimana secara klinis tanda dan gejala akut akibat infeksi terjadi di setiap bagian saluran pernafasan tidak lebih dari 14 hari

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari. 2. Epidemiologi Epidemiologi adalah suatu rangkaian proses yang terus menerus dan sistematik dalam pengumpulandata, pengolahan, analisis dan interpretasi serta disiminasi informasi untuk aksi atau perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program kesehatan masyarakat berdasarkan eridens base. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit akan sangat efektif bila dapat dukungan oleh sistem yang handal karena fungsi utamanya adalah menyediakan informasi epidemiologi yang peka terhadap perubahan yang terdapat dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit yang menjadi prioritas pembangunan.

Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, di mana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat yang paling rawan terutama pada ibu dan anak, ibu hamil dan ibu menyusui serta anak di bawahlimatahun.

Salah satu penyakit yang di derita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas), yaitu meliputi infeksi akut saluran pernafasan bagian atas dan akut saluran pernafasan bagian bawah. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dan 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3 6 episode ISPA setiap tahunnya. Data yang diperoleh dari kunjungan ke puskesmas mencapai 40 60 % adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan ISPA adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi, kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit kurang gizi.Data morbiditas penyakit pneumonia diIndonesiaper tahun berkisar antara 10 20 % dan populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian di lapangan (kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8%). Bila kita mengambil angka morbiditas 10% pertahun, berarti setiap tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3juta.

Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan beerupaya untuk menurunkan kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas.

Prevalensi ISPA th 2007 di Indonesia adalah 25,5% (rentang: 17,5% - 41,4%) dengan 16 provinsi di antaranya mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Kasus ISPA pada umumnya terdeteksi berdasarkan gejala penyakit, kecuali di Sumatera Selatan lebih banyak didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Provinsi dengan prevalensi ISPA tinggi juga menunjukkan prevalensi pneumonia tinggi, antara lain Nusa Tenggara Timur, Nanggroe Aceh Darussalam, Papua Barat, Gorontalo, dan Papua. Prevalensi ISPA tertinggi pada balita (>35%), sedangkan terendah pada kelompok umur 15 - 24 tahun. Prevalensi cenderung meningkat lagi sesuai dengan meningkatnya umur. Prevalensi antara laki-laki dan perempuan relatif sama, dan sedikit lebih tinggi di pedesaan. Prevalensi ISPA cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran RT per kapita lebih rendah.

3. Patogenesis

Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.

Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).

Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini.

Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi. Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.4. Tanda Dan Gejala

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernafasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernafasan dan mungkin meninggal.

Bila sudah dalam kegagalan pernafasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit dengan mortalitas yang lebih tinggi. Maka, perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernafasan.

Berikut ini adalah tanda bahaya yang perlu diwaspadai pada penderita ISPA:

Tanda gejala secara umum/klinis:

a. Pada sistem pernafasan

Nafas cepat dan tidak teratur (apnea), retraksi/tertariknya kulit ke dalam dinding dada, nafas cuping hidung, sesak, kulit wajah kebiruan(sianosis), suara nafas lemah atau hilang, mengi, suara nafas seperti ada cairannya sehingga terdengar keras dan tachypnea.

b. Pada sistem peredaran darah

Denyut jantung cepat dan lemah (takikardi atau bradikardi), tekanan darah tinggi atau rendah (hipertensi atau hipotensi) dan gagal jantung (cardiac arresst).

c. Pada sistem syaraf

Gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,kejang dan koma.

d. Gangguan umum

Letih dan keringat banyak.

Tanda tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun : tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor/mendengkur dan gizi buruk.

Tanda tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan : kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menuru,, mendengkur, mengi, demam dan dingin.

Tanda tanda labolatorium

a. Hypoxemia

b. Hypercapnia

c. Acydosis (metabolic atau respiratorik)

Tanda dan gejala ISPA menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PRSSI), 2002 adalah:

a. Batuk

b. Serak (penderita bersuara parau)

c. Pilek

d. Panas atau demam dengan suhu badan lebih dari 38,50C

e. Sesak nafas

5. Strategi Penanggulangan

Pencegahan dan Pengendalian ISPA di Fasilitas Kesehatan menurut WHO (2008):

a. Pengawasan administrasi:

Struktur organisasi pencegahan dan pengendalian infeksi (komite pencegahan dan pengendalian infeksi, tim pencegahan dan pengendalian infeksi yang terlatih) dan kebijakan-kebijakan (misalnya: pedoman)

Tersedianya staf dan suplai yang memadai, pelatihan petugas kesehatan, penyuluhan pasien dan pengunjung.

b. Pengendalian sumber: kebersihan pernapasan dan etika batuk

Petugas kesehatan, pasien, dan keluarga harus menutup mulut dan hidung saat batuk, bersin, dan membersihkan tangan.

c. Pengendalian lingkungan dan teknik

Jaga jarak minimal 1 meter antarpasien.

Jaga ventilasi dengan baik, antara lain dengan ventilasi alami (misalnya: jendela terbuka) atau dengan ventilasi mekanik.

Bersihkan secara rutin permukaan yang sering disentuh dan bersihkan segera saat tampak kotor.

d. Pengenalan dini dan pelaporan ISPA yang cenderung epidemi atau pandemi

Segera informasikan kepada yang berwenang (Dinkes/Depkes).

Dinkes/Depkes memberitahukan kepada fasilitas pelayanan kesehatan apabila ada KLB dalam masyarakat atau di rumah sakit lain.

e. Penempatan pasien

Tempatkan pasien di ruang terpisah dengan ventilasi yang baik.

Jika kamar terpisah tidak dimungkinkan, kelompokkan pasien dengan diagnosis yang sama dan dengan jarak sedikitnya 1 meter pada satu ruangan (cohorting).

f. Pencegahan dan pengendalian infeksi saat memberikan pelayanan pada pasien SARS dan flu burung

Membersihkan tangan secara memadai dan gunakan sarung tangan, gaun pelindung, masker bedah, dan kacamata pelindung

Batasi jumlah petugas pelayanan kesehatan/anggota keluarga/pengunjung pasien ISPA.

Kewaspadaan Standar (Rutin) : dengan dipromosikan kesemua PPK untuk merawat semua pasien, kewaspadaan standar merupakan dasar pencegahan dan pengendalian infeksi yang dirancang untuk meminimalisasi pajanan langsung terhadap darah, cairan tubuh, atau sekret.

Pencegahan dan pengendalian infeksi spesifk tambahan:

a. Untuk perawatan semua pasien ISPA disertai demam.

Petugas kesehatan harus memakai masker bedah saat memberikan perawatan dengan jarak dekat.

Jaga jarak antarpasien minimal 1 meter.

Cohorting dapat memfasilitasi penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi.

b. Memberikan pelayanan pasien anak dengan ISPA pada musim ISPA tertentu (parainfuenza virus, adenovirus)

Petugas kesehatan harus menggunakan masker bedah, gaun pelindung, dan sarung tangan saat merawat pasien & menggantinya bila beralih ke pasien lain.

Jaga jarak antarpasien minimal 1 meter.

Cohorting dapat memfasilitasi penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi

DAFTAR PUSTAKAAlsagaff H, Mukty A (ed) : Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlanggga Unversity Press.Surabaya. 1995 : 110-21.

Arif,Muttaqin, Skep. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem. Muskuloskeletal. Jakarta: EGCDahlan Z. Pneumonia. Dalam : Suyono S, Waspaji S (ed) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam II. Balai Penerbit FKUI.Jakarta.2001:801-10.

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, 2002. Musin Kemarau, Anak Rawan Terkena ISPA. http://www.pdpersi.co.idRahmatullah P. 1993.Epidemiologi dan pengobatan infeksi saluran nafas akut bagian bawah. Ilmu Penyaki Paru FK UNDIP.Semarang. :1-19

Rasmaliah. 2004. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya. Sumatra Utara: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.

WHO.2008. Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan. Jenewa: WHO