issn 1829-6785 inovasi
TRANSCRIPT
ISSN 1829-6785
INOVASI JURNAL PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
INOVASI VOL. U8 NO. 01 HLM 1 -106
SURABAYA APRIL 2011
ISSN 1829-6785
ISSN 1829-6785
INOVASI JURNAL PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
Penanggungjawab Karti Soeharto
Ketua Penyunting Waspodo Tjipto Subroto
Wakil Ketua Penyunting Sukamun
Penyunting Pelaksana M . Turhan Yani Agus Budi Santosa Gatot Darmawan Sri Abidah Suryaningsih Rahayu Kuswardani
Penyunting Alili Kisyani Laksono (Universitas Negen Surabaya) Yatim Riyanto (Universitas Negeri Surabaya) Sapnya (Universitas Pendidikan Indonesia) Dwi Atmono (Universitas Lambung Mangkurat)
Dilerbitkan Oleh
UPT P4 Universitas Negeri Surabaya
Sekretariat Redaksi
Pusat Pembinaan dan Pcngembangan Pendidikan (P4) Universitas Negeri Surabaya Kampus Ketintang Surabaya Telp. 031-8274298 Redaksi menenma artikel hasil penelitian, analisis, kajian pustaka, dan hasil pemikiran tentang pendidikan formal. Setiap artikel diharapkan tidak lebih dan 20 halaman ketik ukuran kcrtas A4. 2 spasi dan disertakan CD berformat pengetikan MS Word (Windows).
ISSN 1829-6785
INOVASI J U R N A L P E M B I N A A N D A N P E N G E M B A N G A N P E N D I D I K A N
PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
D A F T A R LSI
1-12 Pengembangan Media Presentasi Berbasis C T L Materi Kuliah Ikatan Kimia Untuk
Menunjang Perkuliahan Kimia Dasar I di F M I P A U N E S A Oleh: Muchlis
13-27 Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN Jogorogo IV Kecamatan Jogorogo Kabupaten Ngawi
Oleh: Sand Suryani dan Julianto \S
28-39 Pengembangan L K S (Student Worksheet) Sains S M P
Materi Pokok As am, Basa, dan Garam Oleh: Diait Novita dan MohammadNur
40-64 Kepemimpinan Opini Pada Jaringan Difusi dan Inovasi
Oleh: I Ketut Atmaja J.A
65-74 Perkembangan Bahasa Anak Prasekolali
Oleh: Nurhenti Dorlina Simatupang
75-92 Penerapan P A K F . M Berbasis Sisteni Perilaku Dalam Pembelajaran IPA Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa SD L A B U N E S A Oleh: Suryanti
93-106 Peran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Dalam Membangun Budaya dan Karakter
Bangsa di Tengah Arus Globalisasi Oleh: Waspodo Tjlpto Suhroto
Inovasi, Vol. 08, No. 01, April 2011, 1-106 75
P E N E R A P A N P A K E M BERBASIS SISTEM P E R I L A K U D A L A M P E M B E L A J A R A N IPA U N T U K M E N I N G K A T K A N K E T E R A M P I L A N
B E R P I K I R SISWA SD L A B U N E S A
Oleh: Siiryanti*
Abstract: The general objective of this research is to find out how the application of AJEL (Active, Joy full. Effective Learning) in science learning that can enhance students' thinking skills. While specifically, the purpose of this study is knowing how the application of the science-AJEL on fourth grade elementary school based behavioral systems in the form of direct instruction can improve students' thinking skills. This research method was a classroom action research (CAR), which consists of the planning, implementation, observation and evaluation, and re/lection. In the planning phase was done preparing the Lesson Plans. Students Activity Sheets, media, and research instruments. Research instruments include student activity sheets and teacher observations during tests of learning and thinking skills. Data were analyzed with descriptive quantitative method.Based on the results of the implementation of the Cycle I and II in the fourth grade elementary school. Its found that the essential thinking skills of students has increased in the category of application, analysis, and evaluation. The increasing scores obtained by students in the category of application is 7.64, 9.85 for analysis, and evaluation of 10.85. Given the results achieved in research it is recommended that: I) The goals of learning should not only oriented to the achievement of learning outcomes but also on students 'thinking skills, 2) To develop students' thinking skills, teachers should use AJEL in form of system behavior, social systems, and information systems; 3) Results This research can be adapted by other Basic Competences on Science Content Standards or other subjects that have the same characteristics with science, and 4) If using the same model as what is stated in this study, instruments should need to be modified.
Keywords : AJEL. science, thinking skills
Sekolah Dasar Laboratorium Universitas Negeri Surabaya (SD Lab Unesa)
merupakan sekolah yang responsif terhadap berbagai inovasi pendidikan, mengingat
sekolah terscbut didesain sebagai salah satu laboratorium persekolahan tingkat pendidikan
dasar. Berbagai penelitian tclah dilakukan dengan subjck penelitian siswa-siswa SD Lab
Unesa, misalnya pembelajaran matematika realistis, perangkat pembelajaran Bahasa
Indonesia, pembelajaran tematik, dan lain-lain.
Walaupun demikian, bukan berarti tidak ada permasalahan dalam pembelajaran sehari-hari
di SD Lab Unesa, khususnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Permasalahan
* Penulis adalah Dosen Jurusan PGSD FIP Unesa
76 Inovasi, Vol. 08, No. 01, April 2011,1-106
ini ditemukan melalui diskusi tcrfokus yang dilakukan peneliti dengan guru kelas IV SD
Lab Unesa. Guru kelas IV mengungkapkan bahwa secara umum nilai IPA siswa sudah
memuaskan (di atas Kriteria Kctuntasan Minimal, atau K K M ) . Akan tctapi, dengan
mencermati hasil-hasil ulangan siswa, guru merasa "ada yang salah". Guru tcrsebut
mengungkapkan, bahwa skor siswa tersebut umumnya bcrasal dari soal-soal hafalan yang
berupa pilihan ganda dan jawaban singkat. Untuk soal-soal yang memerlukan pemikiran
lebih mendalam, secara umum siswa gagal memperoleh skor optimal. Guru juga
mengungkapkan, bahwa pembelajaran mereka telah mcnerapkan Pembelajaran Aktif
Krcatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM). Ketika ditanya lebih lanjut, apa yang
dilakukan dalam P A K E M , para guru menjawab, bahwa intinya mereka melakukan
pembelajaran secara berkelompok (koopcratif), pembelajaran diupayakan menyenangkan,
ada taman bacaan, dan ada karya siswa. Ketika ditelusuri lebih lanjut, apa karya siswa
dalam IPA, ternyata untuk IPA karya siswa tidak tcrlalu banyak. Karya tersebut umumnya
berupa hasil pengerjaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berupa jawaban tcrhadap
scjumlah pcrtanyaan-pertanyaan konseptual di dalam LKS itu.
Berdasarkan permasalahan tersebut. diskusi tcrfokus selanjutnya diarahkan untuk
melakukan analisis untuk menemukenali akar permasalahan dalam pembelajaran IPA di
SD Lab Unesa. Memang, banyak kondisi yang mempcngaruhi hasil belajar siswa. Akan
tetapi, untuk siswa SD Lab Unesa, tampaknya kondisi sosial ekonomi dan pendidikan
orang tua sangat memadai, termasuk kondisi belajar anak di rumah. Oleh karcna itu, fokus
analisis ditujukan tcrhadap praktik pembelajaran guru. Tampaknya. rendahnya skor siswa
untuk soal-soal uraian "yang memerlukan pemikiran lebih mendalam" tcrsebut berasal dari
kurangnya siswa mendapatkan kescmpatan mengasah keterampilan bcrpikimya. Hal ini
lebih nyata ditunjukkan oleh produk karya siswa yang berupa hasil pengerjaan L K S
konseptual, bukan karya hasil kegiatan pengamatan atau pemecahan masalah mereka. Guru
telah melakukan P A K E M , akan tetapi P A K E M untuk IPA tampaknya lebih banyak ke arah
bekerja kclompok untuk mengcrjakan soal-soal konseptual di LKS, bukan berupa kegiatan
pengamatan dan eksperimen untuk pemecahan masalah atau kegiatan yang menantang
kreativitas siswa. Ketika hasil analisis mcnghasilkan temuan ini, seorang guru
berkomentar, "Jika demikian, pcrlu diterapkan P A K E M dalam IPA yang mampu
melatihkan keterampilan berpikir siswa kita".
Inovasi, Vol. 08, No. 01, April 2011, 1-106 77
Pada saat ini pentingnya penguasaan keterampilan berpikir, khususnya pada siswa
SD, telah menjadi isu sentral dalam sistem pendidikan Indonesia. Di dalam Standar Isi
(Permendiknas nomor 22 tahun 2006) dinyatakan bahwa pembelajaran IPA sebaiknya
dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah scrta mcngkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan ludup. Di dalam Standar Isi dinyatakan pula bahwa matapelajaran IPA di
SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki keterampilan mengembangkan keterampilan
proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah. dan mcmbuat keputusan.
Scdangkan di dalam Standar Proses (Permendiknas nomor 41 tahun 2007), secara eksplisiti
dinyatakan bahwa di dalam pelaksanaan pembelajaran, guru mcmberikan kesempatan
siswa untuk berpikir, menganalisis, menvelesaikan masalah, dan bcrtindak tanpa rasa
takut. Kutipan-kutipan tcrsebut mempcrlihatkan pentingnya keterampilan berpikir, baik
tingkat dasar maupun tingkat tinggi, dan menjadi standar proses dalam pembelajaran dan
menjadi salah satu tujuan pembelajaran IPA di tingkat SD, termasuk SD Lab Unesa.
Komitmen tentang pentingnya keterampilan berpikir di dalam Standar Isi dan
Standar Proses tersebut belum sepenuhnya tcrwujud dalam praksis persekolahan di tingkat
SD. Suastra (2008) merangkum kecenderungan pembelajaran yang dilakukan di sekolah,
yakni: (1) pengulangan dan hafalan, (2) siswa takut berbuat salah, (3) kurang mendorong
siswa untuk berpikir kreatif, dan (4) jarang melatihkan pemecahan masalah. Senada
dengan hal tersebut adalah kutipan Erman (2009) terhadap pakar pendidikan Korea
Selatan yang menyatakan bahwa di dalam pendidikan anak di Indonesia, anak hanya diajar
mcmbaca, menulis, dan berhitung, tetapi tidak menggali imajinasi dan kreativitas
berpikirnya. Akibatnya, walaupun IQ anak tinggi, namun anak tidak dapat berimajinasi dan
kreatif dalam berpikir. Hasil-hasil penelitian pada SD tcrtentu memperkuat pendapat itu.
Sebagai contoh, seperti yang dikemukakan Siskarini (2006) berdasarkan observasinya di di
kelas III SD Laboratorium Universitas Negeri Malang, temyata keterampilan berpikir
siswa masih rendah. Hasil penelitian Windayana dan Rostika (2005) di SD Laboratorium
UPI mcnunjukkan bahwa keterampilan problem solving, keterampilan berpikir kritis yang
berhubungan dengan menganalisis permasalahan, memecahkan permasalahan, dan
membandingkan masih rendah. Hasil-hasil penelitian tersebut menggambarkan dan
memperkuat pernyataan Ahmad (2009), bahwa saat ini pendidikan berpikir di tingkat
78 Inovasi, Vol. 08, No. 01, April 2011, 1-106
pendidikan dasar belum ditangani dengan baik. Tampaknya, hasil diskusi terfokus yang
dilakukan pcncliti dan guru SD Lab Unesa gayut dengan kondisi tersebut.
Walaupun demikian, bukan berarti tidak ada upaya untuk melakukan reformasi
pembelajaran di SD. Salah satu reformasi ini adalah adanya program pembelajaran
P A K E M (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan). Awal inula kata-kata
P A K E M dikembangkan dari istilah AJEL (Active Joyfull and Efective Learning). Untuk
pertama kali di Indonesia pada tahun 1999 dikcnal dengan istilah P E A M (Pembelajaran
Efektif, Aktif dan Menyenangkan). Namun seiring dengan perkembangan, digunakan
istilah P A K E M yang memayungi sejumlah model pembelajaran yang mampu
mengaktifkan siswa untuk belajar secara menyenangkan. Oleh karena sifat P A K E M yang
terbuka, tidak jarang terjadi kekeliruan atau paling tidak tcrjadi reduksi makna P A K E M
dalam pembelajaran. Sebagai contoh, hasil observasi penulis pada saat PLPG menunjukkan
asalkan sudah ada kegiatan menyanyi atau bcrtcpuk tangan, maka guru sudah menganggap
pembelajaran telah "bernuansa P A K E M " . Website pengembangan sekolah
(http://schooldevelopment.net/resourcesi.html) menyatakan:
"Banyak guru ingin tahu pembaharuan pendidikan antara lain Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM). Mereka berkimjung ke sekolah yang telah mulai melaksanakan P A K E M . Yang paling menonjol di sekolah yang dikunjungi adalah pengaturan meja dan kursi dalam bentuk kelompok. Kemudian guru pulang ke sekolahnya dan menganggap bahwa P A K E M hanya kerja kelompok, dan semua tugas dikerjakan dalam kelompok sehingga tidak ada tugas pcrorangan lagi! Mereka tidak mengerti bahwa inti P A K E M adalah bukan hanya bentuk tcmpat duduk tetapi kegiatan yang dikerjakan anak harus menantang siswa untuk mengembangkan berbagai kompetensi seperti berpikir kreatif, mengungkapkan pikiran, dan memecahkan masalah secara mandiri.
Kutipan tersebut memperlihatkan keadaan yang kurang lebih mirip dengan yang
dipraktikkan dalam pembelajaran IPA di SD Lab Unesa. Dengan kata lain, walaupun
P A K E M telah digunakan sebagai dasar pembelajaran inovatif di SD, namun implementasi
P A K E M IPA SD yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa belum diteliti
secara mendalam.
Penelitian tentang P A K E M untuk meningkatkan keterampilan berpikir akan
berhulu pada garis besar gambaran pelaksanaan P A K E M . Berdasarkan buku panduan
pelaksanaan P A K E M yang dikeluarkan oleh Depdiknas (http://www.mgp-
be.dcpdiknas.go.id/cms/ upload/publikasi m01u01b.pdf), secara garis besar gambaran
P A K E M adalah: belajar melalui bcrbuat, penggunaan berbagai alat bantu pembelajaran,
Inovasi, Vol. 08, No. 01, April 2011, 1-106 79
menyediakan "pojok baca", penerapan kooperatif dan interaktif, serta mendorong siswa
untuk menemukan pemecahan masalah dan pengungkapan gagasan. Garis besar gambaran
P A K E M tersebut menunjukkan kata kunci pelaksanaan P A K E M untuk melatihkan
keterampilan berpikir yang relevan dengan model pembelajaran mcnurut Joyce dkk.
(2009), yakni pembelajaran yang berbasis pemrosesan informasi (misalnya berpikir
induktif, pcncmuan konsep, dan penelitian ilmiah), berbasis pembelajaran sosial (misalnya
investigasi kelompok), dan yang berbasis sistem perilaku (misalnya pembelajaran
langsung). Basis-basis model pembelajaran tersebut, dengan ditambahkan kata kunci
"menyenangkan", dijadikan dasar bagi pembelajaran P A K E M IPA yang digunakan untuk
meningkatkan keterampilan berpikir siswa kelas IV SD Lab Unesa. Pemilihan kelas IV
scsuai dengan temuan dari diskusi terfokus, bahwa masalah yang dihadapi tersebut
berkaitan dengan kurangnya penguasaan keterampilan berk\pikir. Untuk siswa kelas IV,
pembelajaran IPA yang dihipotesiskan sesuai dengan tingkat perkembangannya adalah
P A K E M yang berbasis sistem-perilaku, mengingat siswa kelas IV masih membutuhkan
pengarahan secara langsung dan pcmodelan tcrhadap keterampilan berpikir yang
dilatihkan.
Berdasarkan latar bclakang tcrsebut, maka permasalahan yang akan dicari
jawabannya adalah "Bagaimanakah penerapan P A K E M IPA yang berbasis sistem perilaku
dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa kelas IV SD Lab Unesa?" Permasalahan
tcrsebut dirumuskan lebih lanjut menjadi permasalahan yang lebih spesifik, sebagai
bcrikut:
Metode Penelitian
Penelitian ini tennasuk penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini diawali
dengan tahap diagnostik, berupa diskusi terfokus tcrhadap hasil dan praktik pembelajaran
IPA dan pengembangan keterampilan beipikir mclalui pembelajaran IPA kelas IV SD Lab
Unesa. Hasil diagnostik digunakan untuk membuat langkah-langkah penelitian tindakan
kelas yang tcrdiri dari perencanaan, implementasi tindakan, pemantauan dan evaluasi, dan
analisis dan refleksi. Sesuai sifatnya, maka penelitian ini melibatkan peneliti mitra yakni
guru kelas IV.
Sesuai dengan rancangan penelitian di atas, maka instrumen penelitian ini adalah
sebagai berikut. 1) Silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran IPA. Silabus dan
80 Inovasi, Vol. 08, No. 01, April 2011,1-106
RPP disusun untuk mencapai kompetensi dasar tertentu sokaligus untuk untuk
pengembangan keterampilan berpikir dengan menggunakan P A K E M yang berbasiskan
sistem perilaku; 2) Lembar Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa; dan 3) Lembar
Penilaian Kinerja (keterampilan berpikir) dan Tes Hasil Belajar (yang memuat
keterampilan berpikir) sesuai dengan tujuan pembelajaran.
REFLEKSI
OBSERVASI
PELAKSANAAN TINDAKAN
REFLEKSI
OBSERVASI
PELAKSANAAN TINDAKAN
RENCANA TINDAKAN
RENCANA TINDAKAN
Gambar 1: Rencanan penelitian tindakan kelas
Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya dilakukan analisis
secara deskriptif kuantitatif. Analisis ini terutama dilakukan pada tahap refleksi,
digunakan utnuk mengetahui aktivitas pembelajaran dan pencapaian keterampilan berpikir.
Data aktivitas pembelajaran (diperoleh dari data observasi terhadap aktivitas guru dan
siswa) digunakan sebagai dasar perbaikan pembelajaran IPA pada siklus selanjutnya,
sedangkan data keterampilan berpikir (diperoleh melalui tes) digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan terhadap keberhasilan tindakan. Penelitian ini dikatakan berhasil
Inovasi, Vol. 08, No. 01, April 2011, 1-106 81
jika terdapat >85% siswa yang memperoleh nilai keterampilan berpikir mencapai nilai di
atas 75.
Hasil Penelitian Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencaan Siklus I penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa
komponen, diantaranya waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
kegiatan pembelajaran, media, sumber belajar, dan evaluasi. Waktu yang direncanakan
pada penelitian tindakan kelas ini 8 kali pertemuan. Dimulai pada tanggal 30
September s.d. 8 Novenber 2010. Standar kompetensi yang digunakan adalah SK ke-2
yang berbunyi " Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan
fungsinya." Kompetensi dasar yang digunakan scbanyak empat K D , diantaranya:
2. 1. Menjclaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya.
2. 2 . Mcnjelaskan hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya.
2. 3. Menjclaskan hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya.
2. 4. Menjelaskan hubungan antara bunga dengan fungsinya.
Kegiatan pembelajaran selama siklus I terdiri dari 4 kali pertemuan. Pertemuan
pertama dan ke dua tentang akar, pertemuan ketiga dan ke empat tentang batang
tanaman. Media yang digunakan berupa benda konkret akar dan batang tanaman dalam
pot serta gambar berbagai jenis akar. Sumber belajar berupa LKS berupa pengamatan
terhadap berbagai bentuk akar, LKS berupa pengamatan terhadap fungsi batang dan
Buku siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pertemuan I. pembelajaran bcrjalan sesuai RPP. Pada awal pembelajaran, salah
satu siswa diminta sebagai model pcrumpamaan akar sebagai pengetahuan awal siswa
mengenai fungsi akar bagi tanaman. Pengetahuan siswa kemudian terbentuk bahwa
akar sepcrti alat gerak bawah pada manusia. Selanjutnya siswa diajak mengamati
tanaman yang berada dalam pot yang kemudian akarnya diangkat. Sebagai
pengetahuan lanjutan siswa diminta mengamati gambar berbagai akar serabut dan akar
tunggang kemudian mengklasifikasikannya pada sebuah tabel. Di akhir pembelajaran
82 Inovasi, Vol. 08, No. 01, April 2011, 1-106
siswa diberi pengetahuan melalui gambar mengcnai akar yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia sebagai makanan.
Pertemuan kedua adalah lanjutan dari pertemuan pertama yang mempelajari
tentang akar, bagian - bagiannya, serta fungsi bagi tanaman dan manusia. Pada inti
pembelajaran siswa dalam kelompok mengamati, mengklasifikasikan akar bcrdasarkan
jenis akar serabut atau tunggang. Kemudian masing - masing kelompok
mcmpresentasikan hasil diskusinya pada kelompok lain dalam pameran atau yang
lazim disebut "gallery walk.
Pada pertemuan ketiga, pembelajaran berjalan sesuai dengan RPP yang telah
disusun. Di awal kegiatan siswa diajak tanya jawab mengenai jaringan yang bisa
mcngantarkan sebuah surat yang kemudian dihubungkan dengan salah satu bagian
tanaman yang fungsinya sama dengan jaringan tersebut. Untuk memberikan
pengalaman langsung pada siswa mengenai fungsi batang sebagai penyalur zat
makanan ke scluruh bagian tanaman, siswa bcrkelompok melakukan praktik dengan
tanaman seledri yang batangnya direndam pada air berwarna - warni.
Pada pertemuan kcempat, sebagai apersepsi siswa diajak mengamati furniture
kayu yang ada di kelas. Dari hasil pengamatan siswa, dihubungkan dengan jenis batang
dikotil dan monokotil. Sebagai pcndalaman konsep mengenai contoh - contoh tanaman
dikotil dan monokotil, siswa diberi pcrmainan dengan media koin untuk menyebutkan
contoh - contohnya. Kemudian siswa berkelompok mendiskusikan dan
mengklasifikasikan nama tanaman dikotil dan monokotil yang terdapat pada stiker -
stiker yang telah disediakan untuk ditcmpel di depan kelas secara kompetisi.
Observasi dan Evaluasi
1) Aktivitas Guru Selama Pembelajaran
Selama pembelajaran berlangsung, guru melakukan beberapa aktivitas. Hasil
pengamatan terhadap aktivitas tersebut disajikan pada Tabel 1 berikut.
No. Aspek Yang Diamati Pertemuan Ke - Rata - Rata No. Aspek Yang Diamati 1 2 3 4 Rata - Rata
1 Penyampaian tujuan pembelajaran
82 82 84 83 82,75
2 Penyampaian materi 75 83 82 84 81,00 3 Penjelasan inti materi 73 70 74 80 74,25 4 Penguasaan kelas 85 85 84 81 83,75
Inovasi, Vol. 08, No. 01, April 2011, 1-106 83
5 Pemanfaatan media 73 82 83 82 80,00 6 Interaksi dengan siswa 83 85 85 82 83,75 7 Kemampuan membimbing
siswa 70 73 75 73 72,75
8 Kemampuan memberi pertanyaan
72 73 73 74 73,00
Kcterangan: 1 = <55= kurang sckali; 2 = 55 - 70= kurang; 3 = 71 - 80 = cukup; 4 = 81 - 100= baik
Berdasarkan Tabel 4.1 tampak bahwa guru selama pembelajaran sudah baik dalam
hal menyampaikan tujuan, menyampaian materi, penguasaan kelas, dan interaksi
dengan siswa. Sedangkan dalam hal pcnjelasan inti materi, kemampuan
membimbing siswa, dan kemampuan member pertanyaan dalam kategori cukup.
2) Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran
Selama pembelajaran berlangsung, siswa melakukan beberapa aktivitas. Hasil
pengamatan aktivitas siswa tcrsebut disajikan pada Tabel 2 berikut.
No. Aspek Yang Diamati Kelompok R a t a -Rata No. Aspek Yang Diamati
1 2 3 4 5 6 R a t a -Rata
1 Persiapan masing -masing anggota kelompok
78 79 83 75 74 86 79
2 Penentuan Obyek yang akan di amati
83 78 77 72 75 85 78
3 Pengamatan obyek. 77 79 75 71 70 83 76 4 Jawaban pada LKS sesuai
dengan obyek yang diamati.
82 82 79 70 73 86 79
Rata - Rata Nilai Kelompok
80 80 79 72 73 85
Kctcrangan : 1 = <55 = kurang sekali 2 = 55 - 70 = kurang 3 = 71-80 = cukup 4 = 81-100 = baik
Dari Tabel 4.2 di atas di pcroleh semua kelompok (kelompok 1 sd 6) sudah cukup
baik dalam hal melakukan persiapan, penentuan objek yang diamati, pengamatan
terhadap objek, dan jawaban LKS sesuai objek yang diamati.
3) Keterampilan berpikir siswa
Keterampilan berpikir yang dimaksudkan dalam penelitian khususnya di kelas IV
adalah keterampilan berpikir esensial yang diadopsi dari taksonomi Bloom yakni
pengetahuan (CI), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5),
84 Inovasi, Vol. 08, No. 01, April 2011,1-106
dan kreatif (C6). Hasil analisis terhadap keterampilan beipikir esensial siswa
disajikan pada Tabel 3 berikut ini.
No. Indikator Keterampilan Berpikir
Hasil Rata-rata
I. menggambarkan fungsi akar bagi tumbuhan
aplikasi (C3) 88,9 %. 80,1%
2. mengklasifikasikan jenis - jenis akar, aplikasi (C3) 70,8 %. 80,1%
3. mengemukakan berbagai macam fungsi akar yang dapat dimanfaatkan oleh manusia,
aplikasi (C3) 83,4%,
80,1%
4. mengklasifikasikan jenis - jenis akar aplikasi (C3) 79,2%
80,1%
5. menganalisis bagian - bagian akar dan fungsinya
analisis (C4) 80,2 %, 76,2%
6. menganalisis berbagai fungsi batang analisis (C4) 72,2%,
76,2%
7. mengevaluasi akar dengan tempat hidup tumbuhan
evaluasi (C5) 77,8%, 77,8%
Sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian bahwa
siswa dikatakan mempunyai keterampilan berpikir jika rata-rata keterampilan
berpikir yang dicapai siswa secara klasikal >80, maka hasil pada Siklus I ini hanya
siswa hanya tuntas pada tahap berpikir penerapan.
Refleksi
Berdasarkan hasil catatan lapangan bahwa pembelajaran berlangsung sesuai dengan
RPP dan berjalan lancar. Namun yang menjadi evaluasi bagi guru dan peneliti
adalah pada saat memberi instruksi/ pctunjuk setiap kegiatan yang berlangsung,
siswa kurang dapat mencermati dengan baik sehingga pembelajaran kurang sesuai
seperti yang diharapkan. Misalnya, pada petunjuk pelaksanaan galleiy walk siswa
langsung berkeliling ke seluruh kelompok namun kurang mendapat hasil berupa
laporan pengamatan. Setelah di evaluasi oleh peneliti, hal tersebut terjadi karena
penugasan presentasi hasil diskusi berupa pameran tidak pernah dilakukan oleh
guru sebelumnya. Sehingga untuk menerima perintah yang baru didengar, siswa
merasa kesulitan. Hasil positif lain yang diperoleh siswa tampak antusias
mengikuti pembelajaran dengan media benda konkret, mengklasifikasikan benda
secara kompetisi, dan beberapa permainan menyenangkan yang membuat mereka
tidak ingin segera mengakhiri pembelajaran IPA. Keterampilan berpikir siswa juga
Inovasi, Vol. 08, No. 01, April 2011,1-106 85
mulai tampak pada saat mereka menjawab pertanyaan guru secara lisan, bahkan
tampak saat siswa membacakan kcsimpulan hasil diskusi dari lembar kegiatan
siswa.
Bcrdasarkan hasil tes talis pada siklus I, ternyata keterampilan berpikir siswa
sudah tuntas dalam tahap/tingkat penerapan, namun untuk keterampilan berpikir
analisis dan evaluasi belum tuntas. Oleh karcna itu berdasarkan kesepakatan antara
peneliti pembelajaran di siklus 2 lebih banyak menekankan pclatihan keterampilan
berpikir di atas penerapan dengan melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran
yang menantang berpikir siswa, khususnya analisis dan evaluasi.
asil Penelitian Siklus II Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus II penelitian tindakan kelas ini terdiri dari bebcrapa
komponen, diantaranya waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
kegiatan pembelajaran, media, sumber belajar, dan evaluasi. Standar kompetensi yang
digunakan adalah SK ke-2 yang berbunyi " Memahami hubungan antara struktur
bagian tumbuhan dengan fungsinya." Kompetensi dasar yang digunakan scbanyak
empat K D , diantaranya:
1. Menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya.
2. Menjelaskan hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya.
3. Menjelaskan hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya.
4. Menjelaskan hubungan antara bunga dengan fungsinya.
Kegiatan pembelajaran selama siklus II terdiri dari 4 kali pertemuan yakni
pertemuan peitama dan kedua tentang daun, pertemuan ke tiga dan keempat mengenai
buah, bunga, dan biji. Media yang digunakan dalam siklus II ini meliputi a) Benda
konkret daun pada tanaman dalam pot. b) Daun konret berbagi jenis yang dibawa dari
rumah, c) Gambar berbagai macam daun, d) Benda konret buah jeruk dan salak, e)
Gambar berbagai macam buah, 0 Benda konkret berbagai macam bunga tak scmpurna,
dan g) gambar berbagai macam bunga scmpurna dan tak scmpurna. Sumber belajar
digunakan meliputi a) LKS berupa pengamatan terhadap berbagai jenis daun, b) L K S
berupa pengamatan tehadap berbagai bunga sempurna dan tak sempurna, dan c) Buku
siswa.
86 Inovasi, Vol. 08, No. 01, April 2011,1-106
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pertemuan pertama pembelajaran terencana dalam RPP. Yang terdiri dari
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang mempclajari KD mengenai
"daun." Di awal pembelajaran siswa diajak tanya jawab mengenai tempat memasak di
rumah dan kemudian dihubungkan dengan proses memasak pada tumbuhan. Siswa
dibantu dengan adanya gambar proses fotosintesis. Selanjutnya siswa berlatih susunan
tulang pada daun yang dibantu dengan LKS III. 1 untuk mengklasifikasikan bentuk
susunan tulang daun dari berbagai daun yang telah dibawa siswa dari rumah.
Pada pertemuan kedua mempclajari daun, sebagai aperscpsi siswa dibimbing
membuat bagan mengenai zat - zat yang dibutuhkan dan dihasilkan dari proses
fotosintesis. Melalui tanaman dalam pot yang ada di sekolah dan gambar, siswa diberi
pcnjelasan tentang klorofil yang ada pada daun baik yang berwarna hijau maupun yang
berwarna merah atau kuning kehijauan. Kemudian siswa diajak menganalisis jenis
daun berdasarkan jumlah yang ada dalam tiap helainya dari daun - daun yang ada di
lingkungan sekolah.
Pada pertemuan ke tiga mempclajari "bunga, buah, dan biji". Sebagai apersepsi
siswa diajak berdiskusi mengenai mengapa manusia dapat memiliki kcturunan, yang
kemudian dihubungkan dengan bagian pada tanaman. Pembelajaran dibantu dengan
media gambar bunga yang sedang dihinggapi serangga. Selanjutnya siswa beri
permainan untuk mengambil lotre dan mencari pasangan bagian bunga dan fungsinya
serta menempel stiker yang berisi nama - nama bagian bunga pada gambar bunga
sempurna.
Pada pertemuan ke empat masih mempclajari "buah. bunga, dan biji" yang
terbagi dalam kegiatan awal, inti, dan akhir. Pada awal pembelajaran guru dan siswa
mendiskusikan mengapa mahkota bunga selalu berwarna cerah dan indah. Selanjutnya
siswa mengamati dan membandingkan jenis bunga sempurna dan tidak sempurna dari
beberapa bunga yang dibawa dari rumah dan halaman sekolah melalui L K S IV. 1. Di
akhir pembelajaran siswa menyebutkan bagian - bagian buah melalui media benda
konkret.
c. Obser^asi dan Evaluasi
Inovasi, Vol. 08, No. 01, April 2011, 1-106 87
1. Aktivitas Guru Selama Pembelajaran
Selama pembelajaran berlangsung, guru melakukan beberapa aktivitas. Hasil
analisis aktivitas tersebut disajikan pada Tabel 4.4 berikut
No. Aspek Yang Diamati Pertemuan Ke- R a t a -Rata
No. Aspek Yang Diamati 1 2 3 4
R a t a -Rata
1 Penyampaian tujuan pembelajaran 86 87 85 83 85,25 2 Penyampaian materi 84 sr. 87 83 85,00 3 Penjelasan inti materi 84 79 78 85 81,50 4 Pcnguasaan kelas 85 85 85 82 84,25 5 Pemanfaatan media 86 83 84 83 84,00 6 Interaksi dengan siswa 85 84 83 83 83,75 7 Kemampuan membimbing siswa 86 81 78 84 82,25 8 Kemampuan memberi pertanyaan 87 89 85 87 NT.ou
Kctcrangan 1 = <55 = kurang sekali 2 = 55 - 70 = kurang 3 = 71-80 = cukup" 4 = 81-100 =baik
Berdasarkan Tabel 4.1, tampak bahwa pembelajaran yang dilakukan guru sudah
baik dalam hal menyampaikan tujuan, penyampaian materi, penjelasan inti materi,
penguasaan kelas. pemanfaatan media, interaksi dengan siswa, membimbing siswa,
dan member pertanyaan.
2. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran
Selama pembelajaran berlangsung, siswa melakukan beberapa aktivitas. Hasil
pengamatan aktivitas siswa tersebut disajikan pada Tabel 4.5 berikut.
No. Aspek Yang Diamati Kelompok R a t a -
Rata No. Aspek Yang Diamati 1 2 3 4 5 6
R a t a -Rata
1 Persiapan masing - masing anggota kelompok
80 82 83 77 79 86 81,16
2 Penentuan Obyek yang akan di amati
85 87 79 80 83 84 83,00
3 Pengamatan obyek. 79 88 86 85 83 80 83,50 4 Jawaban pada LKS sesuai
dengan obyek yang diamati. 79 85 80 83 82 85 82,33
Rata - Rata Nilai Kelompok 81 86 81 82 82 84 Kctcrangan : 1 = <55= kurang sekali; 2 = 55 - 70= kurang; 3 = 71 - 80 = cukup; 4 = 81 - 100= baik
88 Inovasi, Vol. 08, No. 01, April 2011, 1-106
Berdasarkan Tabel 5 tampak bahwa aktivitas siswa sudah dalam kategori baik
dalam hal persiapan, penentuan objek, mengamati objck, dan jawaban LKS sesuai
objek.
3. Keterampilan Berpikir Esensial Siswa
Tabel 6 Pencapaian Keterampilan Berpikir Siswa
No. Indikator Keterampilan Berpikir
Hasil Rala-rata
1. menyelidiki fungsi daun Aplikasi (C3) 90,02% 2. menganalisis berbagai jenis daun yang
ada pada lingkungan sekitar 87,52%
3. menyimpulkan hubungan antara klorofil dan warna daun,
86,4%
4. merumuskan fungsi bunga bagi tumbuhan dan manusia,
88,71%
5. menganalisis bunga sempurna dan tak sempurna.
79,2% 87,74 %
6. mengklasifikasikan bunga sempurna dan tak sempurna,
90,01%
7. menafsirkan beberapa bunga yang tergolong bunga sempurna dan tak sempurna
89%
8. mengkombinasikan fungsi bunga dengan buah dan biji pada tumbuhan
91,02%
9. menentukan berbagai jenis daun berdasarkan jumlahnya
analisis (C4) 85,11% 86,05
10. menelaah bagian - bagian bunga dan fungsinya
86,98% %
11. menggambarkan jenis daun menurut susunan tulangnva pada sualu diagram
eavaluasi (C5) 88,65% 88,65 %
Kefleksi
Berdasarkan catatan lapangan diperoleh bahwa pembelajaran berjalan sesuai dengan
rencana dan lancar. Namun yang menjadi evaluasi bagi guru dan peneliti adalah pada
saat menanamkan konsep susunan tulang pada daun. Dari contoh - contoh yang
dibcrikan, siswa sudah mampu membedakan susunan tulang pada daun, namun sctclah
mclihat berbagai jenis daun yang jumlahnya banyak dan beragam, siswa scdikit
kebingungan. Sedangkan penguasaan keterampilan berpikir siswa pada kategori
penerapan, analisis, dan evaluasi scmuanya sudah di atas indikator keberhasilan
Inovasi, Vol. 08, No. 01, April 2011, 1-106 89
penelitian yang ditetapkan. Hal ini tercapai karcna didukung oleh pembelajaran yang
baik yang tercermin dari aktivitas guru dan siswa. Mengacu pada hasil pada Siklus II
ini, maka penelitian tahap berikutnya tidak dilaksanakan/berhenti karena sudah
mencapai indikator kcberhasilan.
Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil analisis data tentang penerapan P A K E M dalam pembelajaran IPA dengan berbasis
sistem perilaku yang berupa pembelajaran langsung disajikan pada tabel berikut ini.
No. Keterampilan Berpikir Hasil (%) Siklus I Siklus II
1. aplikasi (C3) 80,1 87,74 2. analisis (C4) 76,2 86,05 3. evaluasi (C5) 77,8 88,65
Berdasarkan Tabel tersebut bahwa keterampilan berpikir esensial siswa meningkat dari
Siklus I ke Siklus II baik pada kategori aplikasi (C3), analisis (C4), dan evaluasi (C5).
Peningkatan keterampilan berpikir ini tidak lepas dari penerapan pembelajaran P A K E M
yang mempunyai ciri-ciri belajar sambil berbuat, menggunakan alat bantu dan sumber
belajar yang bervariasi, adanya gallery walk, pembelajaran yang lebih koopcratif, dan
aktivitas siswa untuk mencmukan cara untuk memecahkan masalahnya sendiri. Hal ini
terbukti dari hasil analisis terhadap pengamatan aktivitas guru, bahwa guru pada Siklus I
sudah baik dalam hal menyampaikan tujuan, menyampaian materi, penguasaan kelas, dan
interaksi dengan siswa. Sedangkan dalam hal penjelasan inti materi, kemampuan
membimbing siswa, dan kemampuan memberi pertanyaan dalam kategori cukup. Namun
kekurangan guru tersebut sudah tcratasi pada Siklus II. Pengelolaan pembelajaran yang
baik ini selaras dengan aktivitas siswa selama pembelajaran. Hasil pengamatan pada Siklus
I dan Siklus II menunjukkan bahwa semua kelompok (kelompok 1 sd 6) meningkat dalam
aktivitasnya. Aktivitas tersebut meliputi melakukan persiapan, penentuan objek yang
diamati, pengamatan terhadap objek, dan jawaban LKS sesuai objek yang diamati.
Rusbult (1996) menyatakan bahwa tujuan utama guru dalam pembelajaran adalah
melatihkan keterampilan berpikir yang lebih efektif kepada siswanya. Model pembelajaran
langsung, dengan skenario utama guru memodelkan cara berpikir dan siswa menirukan
pemodelan guru, mcrupakan salah satu model yang digunakan untuk melatihkan
90 Inovasi, Vol. 08, No. 01, April 2011,1-106
keterampilan berpikir. Hasil penelitian ini memperkuat pendapat Swartz & Parks (1994)
yang menyatakan bahwa selain menggunakan metode yang dapat meningkatkan
keterampilan berpikir sesuai dengan isi pelajaran, keterampilan berpikir juga bisa diajarkan
secara langsung yang lepas dari konteks kurikulum. Hasil penelitian ini juga memperkuat
dan mempcrluas hasil penelitian Bessick (2008), yang menunjukkan bahwa model
pembelajaran langsung dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
Walaupun demikian, penggunaan model pengajaran langsung untuk melatihkan
keterampilan berpikir ini sesuai bagi siswa sekolah dasar, karena jika mengacu pada
penelitian Worth (2006) model pembelajaran langsung masih kalah efektif dibandingkan
dengan inkuiri untuk melatihkan keterampilan berpikir pada siswa pada satuan pendidikan
yang lebih tinggi dari sekolah dasar. Penggunaan model pembelajaran langsung untuk
meningkatkan keterampilan berpikir pada siswa sekolah dasar juga ditunjukkan oleh hasil
penelitian Reagen (2008).
Simpulan
Berdasarkan data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik simpulan bahwa
penerapan P A K E M dengan model pembelajaran langsung mampu meningkatkan
keterampilan esensial siswa pada kategori aplikasi, analisis, dan evaluasi. Hal ini terbukti
dengan meningkatkan skor yang diperoleh siswa dari Siklus I ke Siklus II pada kategori
aplikasi sebesar 7,64, analisis sebesar 9,85, dan evaluasi sebesar 10,85.
Sesuai hasil simpulan hasil penelitian di atas, maka diberikan saran-saran berikut
ini.
1. Bagi Guru
a. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran scbaiknya tidak hanya berorientasi pada
pencapaian hasil belajar tetapi juga pada keterampilan berpikir siswa.
b. Untuk mcngembangkan keterampilan berpikir siswa, sebaiknya guru menggunakan
model pembelajaran yang bernuasa P A K E M baik berupa sistem perilaku. sistem
sosial, maupun sistem informasi.
c. Hasil penelitian ini bisa diadaptasi pada kompetensi dasar lain dalam
pembelajaran IPA atau mata pelajaran lain yang mempunyai karakteristik yang
sama dengan IPA.
Inovasi, Vol. 08, No. 01, April 2011,1-106 91
2. Bagi Peneliti Lain
Jika ada peneliti lain yang berminat mendalami hasil penelitian ini dengan
menggunakan model yang sama scperti apa yang tercantum dalam penelitian ini,
sebaiknya perlu melakukan modifikasi pada instrumcn yang digunakan.
D A F T A R P U S T A K A
Ahmad, Rulam .(2009). Model Pendidikan Berpikir Kritis-Kreatif untuk Siswa Sekolah Dasar. Tersedia: http://www.infodiknas.com/model-pendidikan-berpikir-kritis-kreatif-untuk-siswa-sekolah-dasar/ [5 April 2010].
Erman. (2009). Penerapan Strategi Intcrvensi dalam Pembelajaran IPA untuk Memacu Pcrkembangan Keterampilan Berpikir Siswa pada Usia Peralihan di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol 10, Nomor 1. 68-79.
Joyce, B., Weil, M . , & Calhoun, E. (2009). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pclajar.
Permendiknas nomor 22 tahun 2006
Permendiknas nomor 41 tahun 2007
Reagan, Rebecca (2008).Direct Instruction in Skillful Thinking in Fifth-Grade American History. Social Studies, v99 n5 p217-222 Sep-Oct 2008
Rusbult, C. (1996). Thinking Skills in Education. Analytical Comparison of Four Frameworks: Integrated Design Method, Dimensions of Thinking, Infusion of Thinking Skills, Four Frames of Knowledge. Tersedia: http://www.asa3.org/ASA/education/think7'skills.htm. [6 September 2010].
Santrock, John W. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
Siskarini, Dian. (2006). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa Kelas III SD Laboratorium Universitas Negeri Malang. Skripsi, Jurusan Biologi, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang.
Suastra, I Wayan (2008). Teaching Science Model for Developing Students' Creative Thinking Ability in Elementary School. Proceeding the Secon International on Science Educaion. ISBN: 978-979-98546-4-2 (64-71).
Sherlynn C. Bessick. 2008. Improved critical thinking skills as a result of direct instruction and their relationship to academic achievement. Disertasi.
Swartz, R.J., & Parks, S. (1994). Infusing the teaching of critical and creative thinking into content instruction. Pacific Grove, Ca: Critical Thinking Books & Software.
Tim Pengembang P A K E M . Pembelajaran Aktif Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM). Tersedia: http://www.mgp-be.depdiknas.go.id/cms/upload/publikasi/mOlu01b.pdf. [20 Maret 2010].
92 Inovasi, Vol. 08, No. 01, April 2011, 1-106
Windayana, H. & Rostika, D. (2005). Meningkalkan Kcterampilan bcrpikir Logis Komunkasi Matematik Berpikir Kreatif dan Kritis Siswa Sekolah Dasar Melalui Pembelajaran Matematika Realistik. Laporan Penelitian, tidak diterbitkan.