isu etika dalam praktik akuntansi

21
Isu Etika dalam Praktik Akuntansi Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Bisnis & Profesi kelas CC yang diampu oleh Bapak Prof. Dr. Unti Ludigdo, SE., M.Si., Ak. Di susun oleh : Wahyu Afriadi 115020306111001 Jaka Pramudya 115020307111044 Rhesa faisal 115020300111021 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang 2013/2014

Upload: jaka-thebass

Post on 26-Dec-2015

51 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Mengenai isu etika

TRANSCRIPT

Page 1: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

Isu Etika dalam Praktik Akuntansi

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Bisnis & Profesi kelas CC yang diampu oleh Bapak Prof. Dr. Unti Ludigdo, SE., M.Si., Ak.

Di susun oleh :

Wahyu Afriadi 115020306111001

Jaka Pramudya 115020307111044

Rhesa faisal 115020300111021

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya

Malang

2013/2014

Page 2: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

Kesadaran Etis Individu di Antara Keagungan Dan Keangkuhan

Profesionalisme

Pengantar

Tindakan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, suatu aliran, dimana

monitoring refkelsif yang dipertahankan individu itu merupakan dasar bagi

pengendalian tubuh yang biasanya diteruskan oleh aktor-aktor itu dalam kehidupan

kesehariannya (Giddens, 2003: 11).

Bab ini membahas mengenai pemahaman individu atas wacana dan praksis

etika. Walaupun pada akhirnya pemahaman ini harus menekankan pada aspek

praksisnya, namum dalam proses analisis tidak dapat dengan serta merta

memisahkannya dengan ranah pemikiran individu atas etika. Untuk pemahaman

tersebut, materi ini menyoroti kasus Drs. Madia Subakti dalam KAP-nya.

Fenomena Sosok Kontroversial

Sosok Madia sangatlah kontroversial di pandangan kalangan akademisi dan

praktisi akuntansi di Malang. Hal ini karena sikap pribadinya yang berimplikasi pada

cara menangani pekerjaan profesional yang dilakukan dan dikembangkan dikantorya.

Atas caranya menjalankan bisnis, sempat pula menimbulkan suara sumbang di banyak

kalangan. KAP ini dianggap sebagai KAP yang “berani” dalam menerima penugasan,

memberikan opini audit, dan memberikan fee audit, serta pada pelayanan jasa lainnya.

Suarasumbang tersebut mencapai puncaknya ketika Madia dan KAP-nya mendapat

sanksi dari IAI dan Depkeu.

Sorotan atas kinerja KAP tidak bisa dilepaskan dari sosok kepribadiannya, baik

positif maupun negatif. Banyak orang menilai Madia adalah orang yang keras dan

dikenal inkonsisten. Bahkan pencitraan tersebut berlangsung dalam kurun waktu yang

seolah tak terbatas, dimana Madia sebenarnya juga telah mencoba menjadi sosok yang

moderat. Dia merasa terlahir di kehidupan yang keras, dengan latar belakang keluarga

biasa kental akan kuntur petani, yang sebenarnya benih kebajikan tumbuh pada kultur

tersebut. Proses kehidupan Madia ini dapat digambarkan pada ungkapan Marx,

“Manusia benar-benar berubah sepanjang sejarah, dia mengembangkan dirinya,

mentransformasiksn dirirnya, dan dia adalah produk sejarah”. Dari pengenalan proses

transformasi Madia, awalnya dia adalah ungkapan, “Manusia tidak mau menjadi

Page 3: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

sepenuhnya baik atau sepenuhnya jahat”, yang bertransformasi menjadi, “Manusia yang

mau sepenuhnya baik dan mau sepenuhnya tidak jahat”. Madia menjalani proses sejarah

menuju kesadaran pribadi yang baik.

Keuntungan Materiil (Uang) Bukan yang Utama

Profesionalisme akuntan mensyaratkan unsur etika, unsur keahlian (skill), dan

pengetahuan, dimana kesadaran untuk berperilaku etis ini muncul melalui keseluruhan

proses dalam akumulasi pengalaman hidup akuntan sebagai manusia.

Lebih jaun mengenai Madia yang sekarang, sebagai seorang profesional yang

secara materi dan posisi sudah mapan, gaya hidupnya tidak mencerminkan sepenuhnya

kemodernan seperti profesional lainnya. Madia juga menjadikan dunia akademik

sebagai pelabuhan karier profesional tertingginya. Madia mengungkapkan sebuah

pandangan:

“Mendapatkan rejeki itu harus dengan cara yang baik. Bekerja tidak sekedar cari

uang, karena jika hanya karena itu, maka yang didapatkan hanyalah sekedar uang”.

Pandangan tersebut mengungkapkan ketulusan Madia untuk belajar secara benar

dalam menjalani hidupnya. Pengetahuan mengenai nilai kehidupan ia peroleh deri

interaksinya dengan para kolega bisnis dan kolega dosennya, serta berbagai referensi

lain. Dia juga merasa mendapat pencerahan ketika menempuh pascasarjananya.

Baginya, sekolah tidak sekedar mendapatkan ilmu pengetahuan, lebih dari itu adalah

sebuah pencerahan diri.

Pandangan Madia tersebut, tidak selaras dengan iklim modern yang melingkupi

perikehidupan para akuntan, sekalipun mereka berstatus dosen, dimana kepemilikan

materiil menjadi prestise tersendiri. Hal ini juga karena semenjak kuliah, mereka selalu

diperkenalkan dan bergumul dengan uang. Mencermeti fenomena tersebut, tak kurang

dari para pendiri IAI dan sesepuh akuntan, Drs. Soemardjo Tjitrosedoyo menunjukkan

keprihatinannya. Dia mengingatkan para penerusnya untuk bekerja dengan tidak selalu

mendasarkan pada nilai rupiah dari suatu pekerjaan. Secara implisit, Drs. Soemardjo

menginginkan akuntan bekerja dengan menempatkan integritas profesional di atas

penghargaan materiil yang diterimanya.

Mengaitkan dengan fenomena di atas, munculnya pemahaman menuju kesadaran

diperkuat oleh refleksi diri Madia atas implikasi atas tindakan yang dilakukan.

Page 4: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

Ungkapan yang juga menggambarkan kesadaran dirinya atas adanya karma yang

bersumber keyakinannya. Pengkaitan tindakan sekarang dan implikasi mendatang

merepresentasikan salah satu pandangan dunia timur tentang dunia yang organis. Capra

(2001: 12) mengungkapkan:

“Bagi sufi di timur, semua benda dan peristiwa yang disadari oleh panca indera

adalah saling berkoeksistensi, saling terkait, dan juga merupakan aspek atau manifestasi

dari realitas dasar yang sama” bahkan oleh Marx, uang disebut sebagai “pelacur

universal”, yang menggambarkan nafsu yang dibatasi oleh waktu dan ruang.

Madia juga menunjukkan arti penting arti penting bekerjasama dengan ornag

lain,yakni kliennya, dimana penugasan pekerjaan saharusnya menjadi hubungan sosial

dan kemanusiaan yang langgeng.

Madia memandang uang bukanlah satu-satunya tujuan dari pekerjaan

profesional sebagai akuntan. Menurutnya, jalinan silaturahmi ditempatkan di atas uang.

Dengan kesadarannya pula, ia mampu menggerakkan potensinya untuk

mengembangkan kehidupan yang lebih bermakna.Tata kehidupan Madia semua itu

tidak terlepas dari latar belakangnya yang berasal dari keluarga petani yang agamis,

dimana kebersamaan dan anti materialisme sangat kental. Berbeda dengan kehidupan

barat yang mengedepankan individualisme dan materialisme. Mao Tse Tung

mengidentifikasi bahwa individualisme dan liberalisme bertanggungjawab untuk

memenuhi kepentingan diri dan enggan untuk disiplin. Pandangan individual

mengasumsikan bahwa kepentingan komunal akan berjalan dengan sendirinya di bawah

kendali negara. Untuk kepentingan komunal, individu cukup dengan membayar pajak.

Dimensi internal diri Madia melampaui pemahaman kebanyakan profesional

dalam alam modern ini. Diakui oleh Wawan, setelah adanya sanksi dari IAI dan Depkeu

tahun 1997 menjadikan Madia dan semua staf yang bekerja di KAP lebih berhati-hati

dalam bekerja dan menerima penugasan. Madia juga tidak bersedia menjadi akuntan

“makelar”, dimana seorang akuntan yang membantu klien untuk mendapat fasilitas

kredit dengan cara menghubungkan klien ke pihak bank. Dari kucuran dana yang

diperoleh klien, akuntan akan memperoleh fee.

Peristiwa keluarnya Madia dari KAP, membuat kita untuk menarik benang

merah. Secara prinsip ada perbedaan antara Madia dan rekan KAP-nya terkait

pelaksanaan pekerjaan profesionalnya, misalnya terkait perpajakan, Madia tidak setuju

Page 5: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

melakukan rekayasa keuangan dan “kirim amplop” kepada tugas pajak untuk

meminimalkan jumlah pajaknya.

Proses akumulasi pengalaman yang berlangsung terus-menerus demikian kemudian

menjadi praksis kehidupan sosial dan profesional Madia.

“Membantu Klien” sebagai Keutamaan

Madia seringkali mempertimbangkan sisi sosial kehidupan untuk membantu

klien dengan menerima fee yang dianggap relatif rendah. Dengan mencermati bahwa

kebanyakan klien Madia adalah perusahaan kecil menengah, kondisi demikian

mempunyai arti tersendiri dalam hubungan bisnis. Madia merasa bahwa para pengusaha

kecil menengah perlu dibantu.

Jejak Kesadaran Etis pada Pribadi yang Lain

Dodo, seorang staf profesional merasakan sering terdapat dilema dalam

menyelesaikan pekerjaan. Dia menangkap adanya expectation gap antara akuntan

dengan klien. Dodo juga mengatakan bahwa ada korelasi antara fee dengan kualitas

audit. Fee yang rendah berakibat pada kualitas audit yang rendah pula. Untuk

mengeluarkan opini adverse atau disclaimer membutuhkan waktu dan dana yang

banyak. Akibatnya, untuk mancari aman, auditor mengeluarkan opini wajar tanpa

pengecualian. Manurut Dodo, pada akhirnya yang dilakukan audotir adalah pelaksanaan

audit hanya sebatas kepatuhan minimal atas standar yang ada.

Andi, seorang staf yang menangani studi kelayakan dan perpajakan mengatakan

bahwa banyak perusahaan kecil yang catatannya ala kadarnya. Tetapi mereka minta

diaudit karena untuk memenuhi persyaratan kredit bank. KAP memutuskan untuk

menyusun laporan keuangan terlebih dahulu, kemudian diaudit. Kondisi ini bukanlah

kondisi ideal dalam praktik profesional. Walaupun akhirnya yang menyusun laporan

keuangan dan yang mengaudit adalah orang berbeda, namun konflik kepentingan tetap

berpotensi muncul.

Sementara itu bagi Wawan, pertimbangan suatu tindakan dalam menerima penugasan

yang terpenting adalah terpenuhinya aspek legal. Begitu pula bagi Yasa, mengutamakan

kepentingan kantornya daripada kepentingan diri dan kliennya adalah tindakan

krusial.Pun Madia memberikan kebebasan pada staf profesionalnya untuk mengkreasi

pekerjaan. Dia juga menekankan bahwa penghasilan yang mereka dapatkan sangat

Page 6: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

bergantung pada diri mereka sendiri. Kepercayaan demikian memberikan rasa

tanggungjawab yang besar pula pada diri staf.

Jejak Etika dalam Praktik Organisasi

Pengantar

Organisasi adalah kumpulan dari beberapa orang yang mempunyai tujuan yang

sama. Pada hakekatnya, organisasi adalah masyarakat, yaitu suatu kesatuan yang

memiliki batas-batas yang menandainya dengan masyarakat lain di sekitarnya atau

merupakan suatu asosiasi sosial. Praktik etika yang merupakan praktik sosial di suatu

organisasi tentunya melibatkan interaksi antara individu dan struktur dalam organisasi.

Demikian halnya dengan KAP Drs. Madia Subakti, praktik etika melibatkan antar

individu akuntan dan struktur KAP dengan pola yang beragam.

Informalitas Manajemen Organisasi Profesional

Organisasi sebagai sebuah komunitas, mempunyai seperangkat instrumen untuk

menjalankan aktifitasnya. Namun demikian, pada kenyataannya hal ini tidak dapat

terjadi secara ideal sebagaimana diharapkan. Keberlangsungan praktik organisasi tidak

tergantung pada keberadaan berbagai instrumen manajemen organisasi yang seharusnya

ada tersebut.

SPAP tahun 2001 pun telah mengatur beberapa aspek menyangkut SDM dan

pengelolaannya di KAP dalam SPM, dimana sifat dan lingkup SPM tergantung

beberapa faktor, misalnya ukuran KAP. KAP Madia merupakan KAP kecil, sehingga

fleksibilitas keorganisasian untuk mencapai tingkat keekonomisan operasi organisasi

juga harus menjadi bahan pertimbangan. Namun demikian, tidak berarti bahwa

penstrukturan formal atas beberapa perangkat organisasi dapat diabaikan, terutama

untuk menghindari terjadinya perilaku menyimpang.

Struktur Organisasi dan Uraian Pekerjaan

Sebagaisalah satu instrumen organisasi, keberadaan struktur organisasi dan

uraian pekerjaan dalam KAP merupakan keharusan. Keberadaan struktur organisasi

juga menentukan tingkat kerentanan permainan politik dalam organisasi.

Struktur organisasi merupakan gambaran atas bangunan berlapis dalam sebuah

organisasiyang menentukan hirarki wewenang dan tanggungjawab tiap individu. Dan

Page 7: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

untuk menperjelas dan mempertegas, disusunlah uraian pekerjaan. Kondisi ini

merupakan kondisi ideal dan normatif yang harus ada. Namun, dalam praktiknya

organisasi formal yang dikelolakalangan profesional tidak selalu demikian. Walaupun

KAP Madia telah terdapat struktur organisasi namum belum dapat menjadi pedoman

bagi semua unsur. KAP ini masih berupaya untuk mengembangkan struktur organisasi

yang lebih sesuai dengan keadaan sekarang.Menurut Wawan, dalam banyak hal,

kebijakan organisasi terdapat pada Madia dan dirinya. Tetapi untuk beberap hal pula,

kebijakan tersebut didiskusikan dengan para stafnya.Walaupun di satu sisi staf dapat

memahami bahwa ketiadaan struktur formal dan uraian pekerjaan menjadikan

pelaksanaan pekerjaan lebih fleksibel, namun di sisi lain juga dapat menimbulkan

ketidakpastian staf dalam bekerja.Keberadaan struktur organisasi dan uraian pekerjaan

yang jelas akan memberikan kerangka aktifitas bagi anggota organisasi untuk tidak

melakukan tindakan disfungsi, yang berarti juga merupakan means dalam mencegah

terjadinya dilema etis bagi semua anggota organisasi KAP.

Pengelolaan Personil

Di KAP Madia, pengelolaan SDM dianggap sebagai pesoalan krusial. Ini sejalan

dengan yang dikatakn Madia bahwa kunci sukses KAP adalah pada SDM dan owner.

Hal ini terbukti dari upayanya dalam membenahi realisasi rumusan sistem pengendali

mutu.

Rekruitmen staf. Proses ini sering kali terjadi karena faktor kebetulan belaka,

seperti rekrutmen karena adanya hubungan famili dari keuarga Madia atau anak dari

koleganya yang berlatar belakang akuntansi atau bidang relevan lainnya. Atau bahkan

karena adanya program magang mahasiswa, misalnya mahasiswa FEUB. Mereka secara

kebetulan masuk pada timing ketika KAP mambutuhkan tenaga audit. Selanjutnya, staf

dapat bekerja pada berbagai bidang dan tidak ada orientasi dan pembekalan staf

baru.Jenjang jabatan dan penggajian. Sementara itu, informalitas kebijakan juga

terdapat pada ketentuan penetapan jenjang jabatan dan penggajian staf, dimana tidak

ada kriteria formal dan ketentuan tertentu yang mendasari keharusan staf untuk dapat

mencapai posisi karier tertentu. Ketentuan jenjang karier staf ditentukan oleh Madia dan

Wawan. Kondisi ini menimbulkan ketidaknyamanan berbagai individu yang

terlibat.Ketiadaan dokumen yang memuat ketentuan formal tentang penggajian juga

terjadi di KAP ini. Walaupun hal-hal di atas tidak menimbulkan akibat negatif

Page 8: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

sepenuhnya, pengelolaan organisasi yang tidak berbasis dokumen produk keputusan

resmi pimpinan, dan penetapan yang bernuansa informal seperti di atas dapat memicu

adanya prasangka, yang berakibat pada ketidakpuasan antarstaf, selanjutnya

menimbilkan konflik. Pengelolaan KAP ini juga merujuk pada pemilahan yang

dilakukan oleh Velazquez (2002: 445), termasuk dalam model “organisasi sebagai suatu

jejaring hubungan personal yang berfokus pada perhatian (the caring organization)”.

Dimana model ini paling banyak dan paling mungkin diterapkan pada organisasi

profesional. Beberapa aspek yang mendasari model ini, adalah perhatiannya:

-Sama sekali berfokus pada orang, bukan pada kualitas, profit atau hal lainnya.

-Dijalankan sebagai akhir dan bertahan pada diri, dan tidak hanya berarti menuju

pencapaian kualitas, profit, dan lainnya.

-Personil secara esensial pada akhirnya membutuhkan keasyikan individual tertentu,

pada level subjektif dalam memelihara individu tertentu yang lain.

-Peningkatan yang tumbuh untuk memelihara, dalam hal itu menggerakkannya menuju

kegunaan dan pengembangan kapasitas penuhnya, dalam konteks kebutuhan dan

aspirasi yang didefinisikannya.

Dengan pola model tersebut, Madia banyak menyerahkan pengkreasian

pekerjaan profesional pada staf-stafnya, sehingga mereka loyal dan bertanggungjawab

atas kelangsungan KAP.

Diseminasi (dan Praktik) Etika dalam Konteks Interaksi Informal

Pada KAP Madia belum banyak ketentuan formal yang dibangun untuk

mengembangkan iklim organisasional yang lebih kondusif, terutama berkaitan dengan

isu-isu etika. Upaya-upaya yang dilakukan masih bersifat informal, yang kemudian

berkembang menjadi sebuah konvensi.Pun demikian, organisasi ini berjalan dengan

ritmenya sendiri tanpa ada gejolak yang berarti, kecuali peristiwa 1997 ketika Madia

dan KAP ini tetrkena sanksi dari IAI dan Depkeu. Ketiadaan pedoman formal tidak

menjadi halangan bagi pimpinan dan staf ini untuk bekerja dan melangsungkan

keberadaan KAP. Beberapa hal yang krusial diselesaikan secara informal.Sebagaimana

telah disebutkan, pada KAP kecil peran pengembangan dan pengelolaan organisasi

terletak pada partner pimpinannya. Untuk penebaran dan pengembangan nilai-nilai pun

peran partner pemimpin tidak dapat dikesampingkan. Walaupun dalam organisasi ini

Page 9: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

Madia memberikan keleluasaan kepada pimpinan di bawahnya, dan bahkab staf-staf

profesionalnya, namun dia tetap sebagai aktor sentralnya.

Menabur Kebebasan Menuai Loyalitas

Sebagai seorang yang memadai dinamika dalam pengelolaan organisasi, Madia

menerapkan kebebasan bagi stafnya dalam mengkreasi suatu pekerjaan bahkan untuk

memilih karir sekalipun ketika mereka merasa telah memiliki bekal yang cukup.

Selain itu Madia menanamkan tanggungjawab diri yang kuat pada staf-stafnya.

Kebebasan yang diberikannya diharapkan berimplikasi pada kuatnya loyalitas staf pada

KAP, bukan loyalitas pada pimpinan atau lainnya.

Sanksi Berbuah Hikmah

Sanksi yang didapatkan KAP Madia pada tahun 1997 dari IAI dan Depkeu

terjadi karena berawal dari perselisihan di antara dua pihak dalam sebuah perusahaan.

Perselisihan ini kemudian berujung pada proses penyelesaian hukum di pengadilan.

Untuk penyelesaian kasus ini hakim meminta kepada kedua belah pihak yang

bersengketa agar dalam kurun waktu 14 hari menunjuk auditor untuk memeriksa objek

yang diperselisihkan. Salah satu pihak akhirnya menunjuk KAP Madia untuk

melakukan pemeriksaan. Setelah proses audit berlangsung, salah satu pihak

menganggap KAP ini menyalahi aspek hukum. Oleh karena tidak puas atas kondisi

yang menimpanya, pihak yang terakhir ini kemudian mempermasalahkan KAP ini ke

IAI dan Depkeu. Sampai di IAI ditemukan bahwa kesalahan KAP ini bukan pada proses

legalnya, tetapi dikeluarkannya opini atas hasil special audit. Untuk ini sanksi yang

dibeikan adalah tidak boleh melakukan special audit selama 3 bulan dengan masa

percobaan 6 bulan.

Pada kesempatan lain, Madia menyampaikan adanya “agenda” lain yang

dilakukan oleh orang tertentu yang bermain di balik salah satu pihak yang bersengketa.

Berdasarkan pengamatan Madia, orang ini sangat aktif melakukan lobby-lobby baik ke

IAI maupun ke Depkeu. Atas sanksi yang diterimanya, dia beranggapan bahwa oknum

di Depkeu telah berhasil di-lobby oleh yang bersangkutan. Madia pun mengatakan

bahwa hampir semua KAP pernah berurusan dengan pengadilan.Menariknya, rentetan

kasus ini tidaklah berlangsung pada arena praktik profesional akuntan saja tetapi juga

berkembang ke dimensi akademik dimana Madia sebagai staf pengajar di sebuah PTN.

Page 10: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

Surat yang berisi sanksi dari IAI pernah beredar di kalangan dosen di tempat Madia

mengajar.

Bagaimanapun di balik peristiwa ini, ada hikmah yang dipetik Madia dan staf

KAP-nya. Dampak positif yang dialami KAP ini dalam menjalani praktik

profesionalnya setelah kejadian ini adalah dikedepankannya prinsip kehati-hatian dalam

menerima pekerjaan.Sementara itu, pengalaman lain yang berhubungan dengan

kebijakan yang dikeluarkan IAI dan Depkeu adalah pelaksanaan peer review

(pemeriksaan atas kelayakan pelaksanaan suatu pekerjaan profesional, terutama

auditing.Terlepas dari beberapa pengalaman pembelajaran tersebut, ada hal menarik

dibalik proses keluarnya sanksi tersebut. Berkaitan dengan proses di IAI sendiri, Madia

dan Wawan merasa mandapatkan perlakuan yang sewajarnya. Bahkan mereka

mendapatkan empati dari rekan-rekan akuntan.

Dapat dicermati suatu kondisi dimana suatu asosiasi organisasi profesi seperti

IAI mempunyai pengaruh yang besar atas keberadaan KAP. Dengan ketakzimannya,

KAP Madia Subakti menerima sanksi yang diberikan olehnya dan kemudian

menjadikannya sebagai sebuah pelajaran bagi diri dan KAP-nya untuk perbaikan dimasa

berikutnya. Proses demikian juga berlangsung untuk kasus peer review di mana adanya

proses ini dapat menumbuhkan kehati-hatian profesional bagi kalangan staf profesional

di KAP ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi sedemikian, tidak terlepas dari peran

pimpinan organisasi dalam mengarahkan organisasinya untuk sedapat mungkin

mematuhi dan melaksanakan keputusan pihak yang mempunyai otoritas daam garis

kewenangan profesional dibidangnya.

Hipokrisis Akuntan Di Zaman Edan

Pengantar

Giddens(2003: xxvii) mengemukakan bahwa hakikat interaksi sosial bisa

ditelaah dalam kaitannya denganlokal-lokal yang berbeda yang dikoordinasikan oleh

aktivitas-aktivitas harian individu. Tindakan yang dilakukan oleh individu adalah karena

adanya interkasi dengan masyarakat.Giddens(2003:30) menyebutkan bahwa seluruh

masyarakat merupakan sistem sosial dan sekaligus terdiri dari persinggungan-

persinggungan sistem sosial ganda. Sistem sosial merupakan hubunga yang diproduksi

antara aktor atau kolektivitas yang diorganisasi sebagai praktik sosial reguler.

Page 11: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

Praktik Profesional di Tengah Realitas Zaman Edan

Dalam skala makro sosial dapat dicermati bahwa praktik sosial yang

berlangsung dewasa ini menggambarkan kebobrokan moral dalam segala dimensinya.

Di Indonesia kebobrokan moral dapat ditemukan dengan meluasnya korupsi. Begitu

juga halnya dengan pelaku bisnis, kasus Enron dan meruginya perusahaan lainnya di

Amerika menunjukkan lemahnya morlaitas di kalangan profesional.

Kondisi makro yang demikian menunjukkan karakteristik “ edan dari suatu

zaman, dimana moralitas diletakkan di balik jubah dan mahkota kehormatan duniawi.

Kondisi tersebut berdampak pada preferensi moral individu para akuntan, khususnya

yang beraktivitas di KAP. Hartojo Wignjowijoto (1999b) menyatakan “ Dalam prediksi

saya, kebanyakan mereka, akuntan tunduk pada periuk nasnya, dapurnya, sehingga

ujung-ujungnya dia mau meluncurkan diri. Ingat profesi ini tergolong profesi pelacuran,

sama seperti pengacara dan notaris.”Situasi seperti diatas muncul karena berbagai

sebab. Misalnya ketatnya persaingan antar KAP. Pengaruh pihak eksternal dalam

praktik di suatu organisasi tidak dapat dihindari begitu saja, tidak terkecuali dalam

praktik profesional suatu KAP. Keberadaan pihak eksternal bagi KAP sangat

berpengaruh terhadap keberadaan dirinya. Dalam beberapa kasus, staf bertindak tidak

etis karena dorongan internal sementara pimpinan karena faktor eksternal. Dalam hal

lain yang dapat mendorong profesional akuntan larut dalam situasi “edan” berasal dari

tekanan pihak luar yang berkaitan langsung dengan output jasa profesi akuntansi. Pihak

lain diluar kedua pihak diatas adalah klien, perbankan dan petugas pajak. Tidak dapat

dipungkiri bahwa keberadaan klien menjadi pendorong utam berlangsungnya peraktik

etis atau tidak etis sebuah KAP. Hal ini dapat dicermati dari berbagai dimensi

pengaturan etika yang dikeluarkan oleh IAI maupun badan pengatur lainnya. Secara

spesifik pengaturan ini dapat diperhatikan dari aturan Etika Kompartemen Akuntan

Publiktentang independensi, dan tentang tanggungjawab kepada klian. Dalam

memberikan jasa profesional kepada klien harus menjaga sikap mental yang independen

baik dalam fakta maupun penampilan.

Namun dalam pemahamn klien atas perhatian dan proses auditing sangatlah

beragam sehingga kondisi ini dapat mempengaruhi praktik yang dikembangkan oleh

staf profesional atau KAP sendiri. Klien menganggap bahwa fee yang diberikan pada

auditor adalah dari perusahaan, maka seharusnya auditor harus berpihak pada

Page 12: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

manajemen, bukan pada komisaris. Dalam kondisi lain godaan dari klien ketika mereka

mengharapkan dapat terus diaudit adalah karena masalah kepraktisan, kemudahan

dalam berkomusikasi dan kepercayaan. Demikian pula “tekanan” dari pihak perbankan

ataupun petugas pajak.Petugas pajak cenderung apriori denga hasil audit maupun

laporan keuangan hasil konsultasi dengan KAP. Dari beberapa kondisi tersebut

menjelaskan bahwa sebenarnya praktik akuntansi tidak terlepas dari konteks sosialyang

melingkupinya. Mencermati kondisi yang demikian ini dapat dianalogikan dengan

“bacaan batiniah” filosof kerajaan Surakarta R.Ng. Ronggowarsito. Pernyataannya

menggambarkan tentang suatu masa dimana keadaan sosial mempengaruhi kesejatian

diri kebanyakan manusia, serta sekaligus dalam pernyataan ini ditegaskan betapa

pentingnya peran diri manusia dalam menyikapi keadaan sosial yang melingkupinya.

Pemikiran futuristik tersebut memberikan gambaran betapa krusakan sudah

terjadi dengan parahnya karena telah mnyeret para panutan dan simbol kebajikan serta

para agamawan dan wanita. Jika diidentifikasi pada konteks yang lebih sederhana,

pemakaian langsungatas hasil jasa akuntan itulah yang mendominasi eksistensi KAP.

Pihak eksternal KAP mendorng dihasilkannya praktik tidak etis tertentu, baik yang

dilakukan oleh akuntan sebagai individu maupun KAP sebagai

organisasi.“mendapatkan klien atau tidak” menjadi idiom sosial di kalangan akuntan

dan KAP. Mendapatkan klien berarti merupakan skemata simbolik atas

keberlangsungan praktik profesional sementara tidak mendapatkan klien merupakan

skemata simbolik atas kemungkinan harus ditutupnya KAP. Tidak mendapatkan klien

merupakan teror mematikan bagi kelangsungan KAP sehingga dengan keadaan ini,

akuntan dipaksa untuk dapat menerima dan menyelesaikan penugasan dengan

kom[romi-kompromi tertentu.

Dalam kondisi sosial yang demikian ini pula berbagai aturan hukum dan norma

moral menjadi tidak berfungsi untuk menjaga kewibawaan profesi. Begaimanapun

perilaku etis adalah suatu fenomena sosial yang inheren, dimana dia meliputi suatu

hubungan antara aktor-aktor yang terlibat dengan struktur hubungan sosial yang lain.

Page 13: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi

Belenggun Kapitalisme Sebuah Manifestasi Kehidupan Profesional Akuntan di

Zaman Edan.

Dorongan atas nilai-nilai materialistikbagaimanapun telah tertanam kepada

hampir semua lapisan masyarakat. Dalam pengertian yang dikemukakan

(Giddens:2001;18) atiran sosial moderenitas adalah kapitasisasi sistem ekonomi dan

institrusi-institusi lainnya. Dengan kerangka ini dapat dipahami bahwa kehidupan

modern adalah kehidupan yang selalu didorong dan disifati oleh nilai-nilai yang

mengagungkan pencapaian usaha manusia sehingga proses bagaimana keuntungan itu

bisa dicapai bukanlah persoalan yang perlu diperhatikan. Kapitalisme sebagai sebuah

sistem ekonomi mempunyai beragam keunikan. Dari segi proses kapitalisme adalah

sistem ekonomi yang hanya mengakui satu hukum tawar-menawar di pasar.

Tujuan dari penyajian laporan keuangan sebagai hasil dari proses akuntansi

menunjukkan tendensi kedekatan yang sangat kuat dengan aktivitas ekonomi dan bisnis.

Fokus utama laporan keuangan adalah informasi tentang laba dan komponen-

komponennya. Berdasarkan pemaparan Mathews dan Perera (1993;131) kerangka

pengembangan (pengaturan) akuntansi berangkat dari kolaborasi kepentingan pasar

(liberalisme) dan negara (legalisme) sehingga disebitnya sebagai mode associationism

merunut lebih jauh pemahaman diatas, maka profesi di bidang akuntansi merupakan

profesi yang telah tercengkram pula oleh hegemoni kapitalisme. Keberadaan profesi

akuntansu ditentukan oleh adanya hubungan antara principal dengan agen. Hal tersebuta

dalah suasana profesi akuntansi yang terliput pandangan di pasar modal dimana yang

banyak brmain adalah para pemilik modal besar. Dengan merujuk pada kondisi

demikian, maka profesionalisme akuntan yang ada di Amerika adalah profesional yang

sarat akan muatan nilai kapitalisme. Sementara itu jika mncermati lebih dalam yang

terjadi di Indonesia, pasar modal bukanlah instrumen terpenting yang mendorong

keberlangsungan perekonomian negara atau masyarakat. Selanjutnya damapka

lanjutandari distorsi tersebut adalah malpraktik bisnis yang terjadi dalam skala yang

luas dan akibatnya kerusakan moral melingkupi berbagai segi kehidupan.