itikad ahlul sunnah wal jamaah-alma
TRANSCRIPT
ITIKAD AHLUL SUNNAH WAL JAMAAH
Prinsip utama yang membedakan Ahli Sunnah wal Jamaah dgn golongan lain – atau yang
mengaku-aku Ahli Sunnah – adalah komitmen mereka terhadap Sunah Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wassalam & jamaah sahabat yang diridlai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Adapun gambaran umum Ahli Sunnah wal Jamaah adalah sbb:
1. Ahli Sunnah wal Jamaah mempersatukan agama (ad-dien) melalui ilmu & amalan lahir &
batin.
Ahli Sunnah wal Jamaah mempersatukan ad-dien secara keseluruhan melalui ilmu, amalan, lahir,
& batin dgn selalu berpegang kepada kemurnian Islam yang dibawa Nabi Shalallahu ‘alaihi
wassalam & dipelihara oleh para sahabatnya.
Itikad golongan yang selamat adalah gambaran yang dipredikatkan oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi
wassalam dgn keselamatan, sebagaimana sabdanya:
“Ummatku akan terpesah-belah menjadi 73 golongan; yang 72 golongan masuk neraka & yang
satu masuk surga. Golongan ini adalah yang mengikuti jalan hidup seperti yang aku tempuh hari
ini & jalan para sahabat.”
2. Ahli Sunnah wal Jamaah mempersatukan ad-dien secara menyeluruh & menegakkan
ajarannya.
Ahli Sunnah wal Jamaah berhimpun di atas hal itu, karena al-jamaah merupakan sebab & akibat
sekaligus ketaatan & rahmat, maka memelihara jamaah merupakan bagian dari ketaatan kepada
Allah. Di antara rahmat Allah bagi orang yang mentaati-Nya adalah terpeliharanya jamaah
mereka.
Sesungguhnya faktor yang menyebabkan perpecahan tak lain adalah meninggalkan sebagian dari
apa-apa yang diperintahkan-Nya & berbuat kezhaliman di antara mereka. Oleh karena itu,
manhaj (jalan) yang dipegang oleh Ahli Sunah wal Jamaah adalah tepat & sesuai dgn yang
diperintahkan Allah & Rasul-Nya, yaitu mengamalkan ajarannya secara menyeluruh dlm rangka
beribadah kepada Allah semata.
3. Ahli Sunnah wal Jamaah adalah golongan tengah & lurus.
Ahli Sunnah wal Jamaah adalah golongan tengah lagi lurus di antara berbagai kelompok ummat,
yaitu antara golongan yang melebih-lebihkan (termasuk menambah-nambahi) & yang
mengurang-ngurangi ketentuan agama.
4. Ahli Sunnah wal Jamaah berpegang teguh kepada Alquran, Sunah, & Ijma.
Ahli Sunnah wal Jamaah adalah golongan yang taat mengikuti petunjuk & larangan yang datang
dari Allah, bukan dari ajaran yang berasal dari pemikiran atau filsafat manusia.
5. Ahli Sunnah wal Jamaah adalah penerus sejarah bagi penganut agama Islam.
Ahli Sunnah wal Jamaah adalah asal-muasal dlm umat Muhammad. Mereka juga merupakan
penerus tabiat alami & benar bagi pemeluk agama ini, sebagaimana halnya millah Muhammad
Shalallahu ‘alaihi wassalam menjadi penerus alami & benar bagi millah-millah para nabi
pendahulunya.
6. Ahli Sunnah wal Jamaah adalah ahli syariat yang mengikuti Sunah Rasul yang meliputi
seluruh aspek ajaran Islam: baik akidah, manhaj-manhaj tinjauan, perbuatan-perbuatan, tujuan-
tujuan esensi, ibadah-ibadah, siyasat syar’iyah, maupun lainnya.
Sunah, sebagaimana halnya syariat adalah segala sesuatu yang disunahkan & disyariatkan Rasul
dlm akidah & amalan, yang keduanya mengandung makna yang sama.
7. Ahli Sunnah wal Jamaah hanya mengambil sumber hukum yang kuat ketetapannya dari Rasul
& Salaf as-Saleh.
Hal itu dapat diketahui berdasarkan pengetahuan tentang hadis-hadis Nabi yang telah menjadi
ketetapan, baik dlm perkataan, perbuatan, atau apa-apa yang didiamkan (taqrir/persetujuan).
8. Ahli Sunnah wal Jamaah adalah golongan yang paling mengetahui hal ikhwal Rasul, baik
berupa perkataan maupun perbuatan-perbuatannya, serta yang paling besar kecintaan &
loyalitasnya, baik terhadap sunnahnya maupun pendukungnya.
Orang atau golongan yang paling berhak dikategorikan sebagai Firkah an-Najiyah (golongan
yang selamat) adalah Ahlul Hadis & Sunah, yaitu mereka yang tetap mengikuti & berta’ashub
kepada Rasul. Merekalah yang paling mengetahui perkataan Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam &
hal ikhwalnya.
Imam-imam mereka adalah orang-orang yang benar-benar mengetahui hadis & mengerti
maknanya, meyakininya, membenarkannya, mengikutinya, mengamalkannya, mencintainya,
serta menaruh hormat kepada orang yang menghormatinya & memusuhi orang yang
memusuhinya. Selain itu, mereka memiliki perhatian besar dlm mempertimbangkan antara
riwayat-riwayat yang sahih & lemah.
9. Ahli Sunnah wal Jamaah adalah orang-orang yang mencintai hadis Nabi Shalallahu ‘alaihi
wassalam & taat mengikutinya.
Ahli Sunnah & Ahli Hadis bukanlah mereka yang sekedar sibuk berperan dlm urusan ilmu hadis,
namun juga mereka yang mencintai & mencurahkan perhatian kepadanya, iltizam dengannya,
serta menyerukan orang lain agar iltizam kepadanya, baik dia sebagai ahli Hadis, ahli zuhud, ahli
ibadah, ahli fikih, pemimpin, ataupun orang umum.
10. Ahli Sunnah wal Jamaah memiliki tingkatan beragam dlm mengetahui Sunah,
mengamalkannya, serta bersabar terhadapnya.
Sunnah (as-Sunnah) adalah segala sesuatu yang diterima oleh para sahabat dari Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam, kemudian diteruskan kepada para tabi’in, tabi’it-tabi’in, &
seterusnya sampai hari Kiamat. Sebagian imam juga lebih mengetahui & lebih mampu bersabar
terhadapnya dari sebagian imam yang lain. (Juz 3: 358).
11. Di dlm golongan Ahli Sunnah wal Jamaah terdapat perbedaan dlm ijtihadnya dlm hal-hal
yang bersifat cabang (furu’), sesuai dgn tingkat pengetahuan mereka terhadap Sunah.
Ahli Sunnah wal Jamaah menghadapi kenyataan beragamnya pengetahuan yang menyebabkan
mereka berbeda dlm berijtihad.
12. Ahli Sunnah wal Jamaah senantiasa berupaya agar perbedaan ijtihad mereka mengarah
kepada satu pendapat & menjaga kerukunan.
Sekalipun terdapat perbedaan dlm ijtihad, mereka saling dapat menjaga & mengendalikan
perilakunya utk saling menghormati. Mereka memiliki adab yang sopan dlm berbeda pendapat
(ikhtilaf). Semua itu mereka lakukan karena menjaga kerangka besar & prinsipil, yaitu kerangka
golongan Ahli Sunah wal Jamaah.
Akan tetapi, terhadap orang atau golongan yang berbeda pendapat dlm hal yang pokok &
mendasar(ushul), mereka tak menerimanya & berlepas diri darinya. Mereka dgn keras
mengecamnya serta membeberkan kesalahan-kesalahan & penyelewengannya agar ummat
mengetahuinya.
13. Ahli Sunnah wal Jamaah tak melepaskan kebenaran.
Dalam keadaan bagaimanapun, Ahli Sunnah wal Jamaah tak melepas kebenaran dari jamaah
mereka. Hal ini karena jamaah para Imam & ulama mereka berdiri tegak memelihara nubuwah
utk menjaga Al-Islam ini, dgn spesialisnya masing-masing. Mereka mengemban tugas sebagai
pelanjut para nabi sesuai kemampuan masing-masing. Di antara mereka terdapat para sidikin,
syuhada, alim ulama, & salihin.
14. Ahli Sunnah wal Jamaah adalah kelompok yang mendapat pertolongan.
Ahli Sunah wal Jamaah adalah orang-orang yang berada di bawah naungan petunjuk & Dien
yang benar. Allah telah berjanji utk membela Dien ini & mengunggulkannya di atas dien yang
lain. Oleh karenanya, Ahli Sunah wal Jamaah adalah golongan yang mendapat pembelaan &
pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana yang diberitakan Rasul-Nya:
“Selalu ada sekelompok umatku yang membela kebenaran. Mereka tak mempedulikan orang-
orang yang mengecewakan atau yang menentang mereka sampai datang hari Kiamat.” (Juz 3:
159).
Mereka adalah golongan yang mendapat kemenangan & selalu membela kebenaran, karena
mereka mengikuti petunjuk Dien yang hak (haq).
15. Ahli Sunnah wal Jamaah adalah manusia biasa, di antara mereka ada yang baik (berlaku
benar) & ada yang maksiat.
Ahli Sunnah wal Jamaah adalah manusia biasa, di antara mereka ada sidikin & syuhada, ada pula
yang maksiat & berbuat tercela. Namun, pada umumnya mereka berperilaku baik, sebagaimana
halnya golongan lain yang banyak melakuka keburukan.
Orang-orang yang patut dinisbatkan kepada Sunnah & Hadis, tentu lebih baik dibandingkan
orang-orang atau golongan lain. Golongan Ahli Sunah wal Jamaah di dlm Islam seperti halnya
Islam terhadap agala lainnya. Yang terjadi di kalangan mereka juga terjadi di kalangan lainnya:
ada kebaikan & kejahatan. Meskipun demikian, kebaikan yang ada di kalangan Ahli Sunnah wal
Jamaah lebih banyak dibandingkan golongan selain mereka.
16. Ahli Sunnah wal Jamaah adalah mayoritas umat Muhammad (jumhur akbar & Shalallahu
‘alaihi wassalamadul A’zham).
Ahli Sunnah wal Jamaah merupakan mayoritas umat Muhammad yang berpegang teguh kepada
Kitabullah & Sunah Rasul, mencintai para sahabat & mengambil hadits Nabi dari mereka, baik
dlm hal ilmu, amalan, ataupun fikih & perilaku.
Ciri-ciri khusus akhlak & perilaku Ahli Sunnah wal Jamaah adalah sebagai
berikut.
1. Ahli Sunnah adalah Sebaik-Baik Manusia
Ahli Sunnah, sebagaimana yang kita ketahui, adalah pengemban pusaka peninggalan Nabi
Shalallahu ‘alaihi wassalam yang menyangkut aspek ilmu & amal. Sementara, aspek alamiah
yang paling menonjol dlm petunjuk nubuwwah adalah akhlak. Oleh karena itu, akhlak nubuwah
seperti cinta & kasih sayang, keteguhan & ketabahan dlm berdakwah kepada sesama manusia &
lainnya merupakan ciri khas yang dimiliki oleh golongan yang selamat ini sekaligus sebagai
rahmat Allah yang mereka terima. Perilaku seperti ini merupakan pancaran sumber yang dapat
membeli pahala kepada Ahli Sunnah.
Muhammad diutus Allah dgn membawa petunjuk sekaligus rahmat bagi seluruh alam,
sebagaimana Allah mengutusnya dgn ilmu, bukti-bukti rasional, & bukti-bukti pendengaran.
Allah juga mengutusnya dgn membawa kebaikan utk umat manusia, kasih sayang & rahmat bagi
mereka tanpa mengharap imbalan, & sabar dlm menghadapi cercaan. Oleh karena itu, Allah
membekalinya dgn ilmu, kemuliaan serta sifat penyantun: memberi bimbingan & berbuat baik
kepada semua manusia. Dia mengajar, memberi petunjuk, memperbaiki hati, & menuntun
manusia kepada jalan kebaikan di dunia & akhirat tanpa mengharap imbalan apapun. Ini
merupaka sifat semua rasul. Inilah jalan bagi siapa saja yang mau mengikutinya.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan utk manusia.” (Ali Imran: 110)
Abu Hurairah ra berkata, “Kalian adalah sebaik-baik manusia bagi manusia.” Artinya, mereka
datang di tengah-tengah manusia utk menyeru mereka masuk ke dlm surga. Mereka berjihad dgn
mengorbankan jiwa & harta demi kepentingan & kemaslahatan manusia, sementara manusia tak
menyukai hal itu karena kebodohan mereka.
Mengenai hal ini, Imam Ahmad pun pernah berkata dlm khotbahnya, “Segala puji bagi Allah
yang telah menjadikan golongan ahli ilmu yang masih tertinggal–pada setiap masa kosong para
rasul–untuk menyeru orang-orang yang telah sesat dari petunjuk Allah. Mereka bersabar atas
segala cercaan & gangguan, menghidupkan hati orang-orang (yang mati karena tak beriman) dgn
kitabullah, serta menjadikan orang yang buta hati “melihat” dgn cahaya Allah. Sehingga banyak
orang yang telah “dibunuh” iblis berhasil dihidupkan hatinya, & banyak orang yang sesat serta
ragu mereka berikan bimbingan & petunjuk. Sungguh alangkah baiknya peranan mereka dlm
memperbaiki manusia, & alangkah buruknya tanggapan manusia kepada mereka, &
seterusnya….!”
Allah SWT sangat menyukai keluhuran akhlak & sangat membenci keburukan akhlak. Dia
menyukai kehati-hatian (kepekaan) ketika merajalelanya syubhat, menyukai keberanian (karena
benar) walaupun sekadar membunuh ular. Allah pun menyukai toleransi & kemurahan hati,
meskipun hanya memberikan segenggam kurma. (Juz 16: 313 — 317)
2. Ahli Sunnah Mengikuti Alquran & Sunnah dlm Seluruh Hubungan Mereka
Ahli Sunah wal Jamaah selalu mengikuti Alquran & Sunah Rasul, baik dlm perilaku & langkah-
langkah yang mereka tempuh maupun hubungan antara sesama manusia. Mereka menyuruh
berlaku sabar dlm menghadapi ujian & cobaan, bersyukur ketika mendapatkan kesenangan, rela
terhadap keputusan Allah, & menyerukan agar manusia menyempurnakan akhlak & amalan-
amalan yang baik. Mereka benar meyakini makna sabda Rasulullah, “Orang mukmin yang paling
sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”
Ahli Sunah wal Jamaah menganjurkan agar menyambung tali persaudaraan, memberi sesuatu
kepada orang yang enggan memberi, memaafkan orang yang membuat kesalahan. Mereka
menyuruh berbakti kepada orang tua, menyambung tali kerabat, berbuat baik kepada tetangga,
berbuat baik kepada anak-anak yatim, orang miskin, ibnu sabil, & bersikap lembut kepada
sahaya. Mereka juga melarang berlaku sombong & membanggakan diri, serta melarang berbuat
keji & menodai kehormatan makhluk tanpa hak. Mereka menyuruh berbuat baik & melarang
berbuat jahat. Alhasil, apa-apa yang mereka katakan & amalkan, termasuk aktifitas lainnya, tak
lain hanyalah mengikuti Alquran & Sunah Rasul. (Juz 3: 158)
3. Ahli Sunnah adalah Golongan Penyeru Kebaikan & Pencegah Kemungkaran, disamping selalu
Memelihara Keutuhan Jamaah
Hal itu mereka lakukan karena merupakan prinsip utama & tonggak penting yang menjadikan
mereka sebaik-baik umat yang ditampilkan bagi manusia. Mereka menegakkan hal demikian
berdasarkan tuntunan syariat, sehingga dlm waktu yang sama sekaligus mereka menunaikan
prinsip utama & menegakkan tonggak penting, yaitu menjaga keutuhan jamaah, menyatukan
hati, menyatukan irama & perkataan, serta menyingkirkan ikhtilaf & tafaruk.
Mereka menyuruh berbuat baik & mencegah berbuat kemungkaran berdasarkan tuntunan syariat.
Mereka menyuruh menunaikan haji & jihad, menunaikan salat Jumaat & Id bersama para
pemimpin mereka yang baik maupun durhaka. Termasuk menyuruh agar menjaga keutuhan
jamaah serta memberikan nasehat kepada umat. Mereka benar-benar meyakini sabda Nabi
Shalallahu ‘alaihi wassalam:
“Orang mukmin terhadap mukmin lainnya bagaikan sebuah bangunan, yang sebagian
memperkokoh bagian lainnya.”
Kemudian beliau mengait-ngaitkan jarinya sendiri. Mereka juga meyakini hadis Nabi:
“Perumpamaan kaum mukminin dlm hal kasih sayang & saling mencintai di antara sesama
mereka adalah bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya mengaduh (karena sakit), maka
seluruh tubuh merasa demam & tak bisa tidur.” (Juz 3:158)
Wajib bagi Ulil Amri yang terdiri dari para ulama masing-masing kelompok, para pemimpin, &
tokoh-tokoh umat agar menjalankan kepemimpinannya dgn baik terhadap rakyat mereka.
Mereka juga sepatutnya memerintah berdasarkan perintah Allah & Rasul, serta melarang berbuat
kemungkaran berdasarkan larangan Allah & Rasul. (Juz 3: 423)
4. Ahli Sunnah Selalu Memelihara (keutuhan) Jamaah & Iltizam Melakukan Ketaatan dlm
Kebaikan
Ahli Sunnah menjalankan fungsi ketaatan & memelihara jamaah berdasarkan ketentuan syariat
& pengamalannya. Maka ketaatan mereka dlm rangka ketaatan kepada Allah, bukan ketaatan
dlm bermaksiat kepada-Nya.
Jalan hidup moderat adalah Dienul Islam yang murni & memerangi orang yang harus diperangi.
2) Berjihad bersama Amir & kelompok yang lebih mengutamakan (jalan) Islam, jika tidak, tak
ada cara lain kecuali dgn berperang. Tetapi, tak membantu kelompok yang berperang utk
maksiat kepada Allah.
Mereka harus menaati penguasa dlm menaati Allah, & tak menaati mereka dlm bermaksiat
kepada-Nya, karena tak diperkenankan menaati makhluk dlm bermaksiat kepada Khaliq. Inilah
jalan terbaik bagi umat ini, Umat dahulu maupun kini, jalan yang seharusnya ditempuh oleh para
mukalaf. Jalan ini merupakan jalan tengah antara jalan Hururiyah & yang semisalnya yang
menempuh jalan maksiat & kerusakan karena sedikitnya ilmu; juga antara jalan Murjiah &
golongan sejenisnya yang menaati pemimpin mereka dgn mutlak, sekalipun pemimpin ini bukan
orang baik-baik. (Juz 28:508)
5. Ahli Sunnah Memikul Amanat Ilmu & Memelihara Jamaah
Dengan demikian, mereka memikul amanat ganda yang salah satunya tak kurang beratnya di
bandingkan yang lain. Pertama, amanat ilmu berupa iltizam, dakwah, & jihad. Kedua,
memelihara (keutuhan) jamaah Islam dlm pengertiannya yang luas (menyeluruh). Mereka
menempuh jalan tersebut dgn pertimbangan yang cermat berdasarkan syariat Yang Maha
Bijaksana, satu-satunya Rabb yang memiliki aturan yang dapat membebaskan penguasaan hawa
nafsu, ikatan adat, cengkeraman mazhab atau jalan tertentu, atau kelompok yang menyerupai hal
itu.
Merupakan kewajiban utk menjelaskan apa yang diturunkan Allah kepada rasul-Nya,
menyampaikan segala sesuatu yang dibawa para rasul, serta menepati janji Allah sebagaiman
dituntutnya dari para ulama. Oleh karena itu, wajib utk mengetahui apa-apa yang di bawa para
rasul, juga wajib beriman kepada ajarannya, mengajak kepada jalan-Nya, & berjihad utk
menegakkan agama-Nya. Mereka menimbang seluruh perkataan & amalan manusia dgn
Kitabullah & Sunnah Rasul, baik hal-hal yang bersifat prinsip (ushul) maupun cabang (furu’),
yang lahir maupun batin; pantang mengikuti hawa nafsu, baik berkaitan dgn adat, mazhab,
tarekat, atau kepemimpinan salaf. Mereka juga tak mengikuti prasangka, baik menyangkut hadis
daif atau kias yang keliru – sama saja apakah kias itu menyeluruh atau sekadar tamsil. Juga tak
bertaklid kepada orang yang tak wajib di ikuti, baik perkataan maupun perbuatannya.
Sesungguhnya Allah mencela orang-orang yang mengikuti prasangka & hawa nafsu & mereka
yang tak mengikuti petunjuk yang datang dari sisi-Nya. (Juz 12: 467)
6. Loyalitas Ahli Sunnah Hanya utk Kebenaran
Mereka memandang setiap individu atau kelompok berdasarkan loyalitas terhadap kebenaran,
bukan berdasarkan taasub jahili yang bermuara kepada kesukuan, kedaerahan, mazhab, tarekat,
tajamu’, atau kepemimpinan. Tidaklah patut bagi seseorang menyandarkan pujian & cacian,
cinta & kebencian, persahabatan & permusuhan, doa & kutukan kepada berbagai nama & atribut
semata, seperti nama-nama suku, daerah (kota), mazab, tarekat, organisasi yang dikaitkan dgn
para Imam, tokoh & syekh (guru atau kiyai), & sebagainya yang menghendaki pendefinisian.
Barangsiapa yang beriman –dari golongan mana pun– haruslah disikapi dgn loyal; & siapa yang
kafir –dari golongan manapun–mereka wajib dimusuhi. Barangsiapa padanya terdapat keimanan
& kezaliman, maka loyalitas & kebencian yang diberikan padanya sesuai dgn kadar keimanan &
kezalimannya. Seseorang tidaklah dinyatakan keluar dari iman secara total hanya karena dosa-
dosa & kemaksiatannya, sebagaimana penyataan Khawrij & Muktazilah. Para nabi, sidiqin,
syuhada, serta orang-orang saleh tidaklah disamakan dgn orang-orang fasik dlm hal iman, din,
cinta, benci, muwalah, & muadah. (Juz 28: 227-229)
7. Ahli Sunnah, Saling Memberikan Wala’ kepada Sesama Mereka dgn Loyalitas Secara Umum,
& Saling Memaafkan
Ahli Sunah wal jamaah saling memberikan wala’ satu dgn yang lain secara umum tanpa
memandang perbedaan asal, golongan, jamaah, kecenderungan, ataupun ijtihad tertentu. Bagi
mereka, yang prinsip & penting ialah berkeinginan menjadikan jamaah sebagai sesuatu yang
utuh, kuat, serta saling memaafkan kekurangan masing-masing; & mereka tak cepat melancarkan
tuduhan atau saling menyesatkan.
Menjadi kewajiban bagi mereka utk mendahulukan siapa yang didahulukan oleh Allah & Rasul,
& mengakhikan sipa pun yang diakhirkan Allah & Rasul. Membenci siapa saja yang di benci
Allah & Rasul, mencegah segala sesuatu yang dilarang Allah & Rasul, ridha kepada orang yang
di ridhai Allah & Rasul-Nya. Dengan demikian, diharapkan kaum muslimin menjadi satu
kekuatan. Karena kekuatan tak mungkin terwujud jika sesama mereka saling menyesatkan &
mengafirkan, & mereka mereasa paling benar & sesuai dgn Kitabullah & Sunah. Oleh karena itu,
sekalipun seorang muslim telah melakukan kekeliruan dlm satu urusan agama, tidaklah mesti di
tuduh kafir atau fasik. Bahkan Allah memaafkan umat ini dari kekeliruan & kealpaan yang
mungkin diperbuatnya. (Juz 3: 426)
8. Ahli Sunnah Menentukan Dukungan & Permusuhan Berdasarkan Prinsip ad-dien, & Mereka
Tidak Menguji Manusia dgn Sesuatu yang Bukan dari Allah
Ahli Sunnah wal Jamaah tak menguji manusia tentang perkara-perkara yang sama sekali Allah
tak memberikan kekuasaan padanya. Mereka tak fanatik berdasarkan nama-nama, syi’ar-syi’ar,
lambang-lambang organisasi, atau kepemimpinan, namun mereka memberikan dukungan
(waka’) & sikap permusuhan (mu’adah) berdasarkan prinsip-prinsip agama & ketakwaan.
Mereka juga tak berta’ashub (fanatik) kecuali utk jamaah muslimin dgn pengertiannya yang
hakiki, yakni jamaah yang dapat meninggikan panji-panji Alquran & sunah serta petunjuk salaf
saleh yang diridloi Allah.
Dalam hal ini, yang wajib ditolak adalah mengenai peristiwa Yazid bin Mu’awiyah & fitnah atas
kaum muslimin dgn kasus itu, karena sesungguhnya hal ini termasuk bid’ah yang menyalahi ahli
Saunah wal Jamaah. Demikian pula memecah belah atau mengelompok-kelompokan umat serta
mengujinya dengna sesuatu yang tak ada perintah dari Allah & Rasul, seperti mengatakan
kepada seseorang, “Apakah anda seorang syakili & Qarfandi?” Karena nama-nama tersebut
merupakan nama-nama batil yang tak diperintahkan Allah, tak terdapat dlm kitabullah & sunah,
juga bukan atsar salaf umat. Maka jika seorang muslim ditanyai kata-kata seperti itu, hendaklah
dia menjawab, “Saya bukan syakili & bukan Qarfandi, tetapi adalah seorang muslim yang
mengikuti kitabullah & sunah Rasul.” (Juz 3: 414)
Bahkan nama-nama yang muncul di kalangan kaum muslimin yang dikaitkan dgn nama imam
(fiqih), seperti pengikut Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali; atau kepada syekh-syekh seperti al-
Qadari, al-Adawi, & lainnya; atau nasab yang dikaitkan dgn suku seperti Qaisy & Yamami; juga
terhadap tempat-tempat seperti asy-Syami, al-Iraqi, & al-Mishri; maka tak boleh seseorang
menguji orang lain dgn sebutan-sebutan itu.
Demikian juga tak boleh mengikat persahabatan atau memusuhi seseorang berdasarkan nama-
nama tersebut. Karena makhluk yang paling mulia disisi Allah adalah yang paling takwa kepada-
Nya, dari mana pun asal kelompoknya. (Juz 3: 416)
Maka bagaimana munkin umat Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam diperbolehkan berselisih
& berpecah belah yang membuat mereka berwala’ kepada satu kelompok & bermua’dah kepada
kelompok lainnya hanya berdasarkan prasangka & hawa nafsu tanpa bukti-bukti dari Allah?
Sedangkan Allah telah membersihkan Nabi-Nya dari perilaku seperti itu. Maka jelaslah
perbuatan seperti itu termasuk bid’ah, seperti khawarij yang memisahkan diri dari jamaah kaum
muslimin & menghalalkan darah kaum muslimin yang menentangnya. Adapun Ahli Sunnah wal
jamaah senantiasa berpegang teguh pada tali Allah, & pantang melebihkan seseorang yang
berperilaku menuruti kemauan hawa nafsu sementara yang lain lebih bertakwa darinya.
Bagaimana mungkin kita bisa membuat kelompok di tengah-tengah umat dgn nama-nama
pembuat bid’ah , yang tak berdasarkan kitabullah & Sunah Rasul?
Pengkotakan di antara umat, ulama-ulama, para syekh, para uamar, & para pembesar patut
digolongkan sebagai musuh karena hal demikian meninggalkan ketaatan kepada Allah & Rasul-
Nya. Oleh karena itu, manakala manusia meninggakan sebagian yang diperintahkan Allah,
timbullah sikap permusuhan & kebencian di antara mereka. Sedangkan jika mereka berjamaah,
selamat & berkuasalah mereka. Maka jelas bagi kita, jamaah merupakan rahmat, sedangkan
firqah adalah azab (malapetaka). (Juz 3: 419-421).
9. Ahli Sunnah Beramal Berdasarkan Kesatuan Hati & Kesamaan Kalimat
Ahli Sunnah wal Jamaah senantiasa beramal dlm kerangka kesatuan & kerukunan serta cinta
kebaikan bagi seluruh kaum muslimin. Mereka selalu memaafkan kesalahan & kekeliruan
manusia, menyerukan kebenaran, serta mendoakan manusia agar mendapat petunjuk, bimbingan
& ampunan.
Mereka mengetahui sebagian tonggak-tonggak besar dlm ad-Dien, yaitu kesatuan hati, kesamaan
kalimat, & kebaikan antar sesama. Allah SWT berfirman, “Sebab itu bertakwalah kepada Allah
& berbaiklah hubungan di antara sesamamu.” (Al-Anfal: 1)
Contoh nash-nash seperti itu memerintahkan pentingnya berjamaah & kerukunan, serta melarang
adanya perselisihan & perpecahan. Orang yang mengikuti prinsip ini termasuklah ke dlm ahlul
firqah. Sedangkan pengartian jama’us sunah adalah mereka yang menaati perintah Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam.
Saya tak duka jika orang Islam (Mana pun) diganggu & disakiti apalagi dari sahabat kita sendiri
baik yang bersifat lahir & batin. Saya tak suka seorang pun dari mereka dicela & dimaki.
Menurut pandangan saya, merek itu harus dimuliakan, dihormati, dicintai, & dihargai sesuai dgn
ukuran masing-masing. Manusia tak terlepas dari kemungkinan-kemungkinan sebagai mujtahid
yang benar, mujtahid yang salah dlm berijtihad, & seorang yang berbuat dosa. Mereka yang
pertama tentu akan mendapatkan pahala ijtihadnya sekaligus pahala kebenarannya (patut
mendapat ucapan terima kasih); yang kedua akan mendapatkan pahala ijtihadnya & dimaafkan
kesalahannya, serta mereka mendapatkan ampunan; sedangkan yang ketiga, Allah akan
mengampuni kita, mereka, & seluruh orang beriman. Perlu diketahui, kita seharusnya saling
tolong menolong dlm kebaikan & ketakwaan, wajib bagi kaum muslimin utk membela sebagian
yang lainnya dgn pembelaan yang sebemarya.
Kami mencintai bagi seluruh kaum muslimin, & menginginkan setiap mukmin memperoleh
kebaikan sebagaimana hal itu kami sukai buat kami sendiri. Kami menghendaki agar orang yang
mempunyai maksud baik, mensyukuri maksud baik mereka; & yang suka beramal saleh
mensyukuri amalan mereka. Sedangkan bagi pelaku keburukan, kami memohon kepada Allah
semoga dosa mereka diampuni. (juz 28: 50-57)
10. Ahli Sunnah Meninjau Permasalahan Ilmiah & Amaliah dgn Memperhatikan Kerukunan &
Kesatuan
Para ulama dari kalangan sahabat, tabi’in, & pengikut setelah mereka, ketika mengalami
perselisihan pendapat dlm suatu masalah, mereka mengikuti perintah Allah , sebagaimana
firman-Nya yang artinya, “Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) & Rasul (Sunahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah & hari kemudian. Yang demikian itu leibh utama (bagimu) & lebih baik
akibatnya.” (An-Nisa: 59)
Mereka saling memberikan pandangan dlm persoalan-persoalan ilmiah & amaliah dgn
memperhatikan keutuhan persatuan & persaudaraan agama, serta terlindung dari kesalahan. (Juz
24: 172)
(Dikutip dari Ahlus Sunnah wal Jamaah Ma’alimul Inthilaqah al-Kubra, Muhammad Abdul Hadi
al-Mishri)
Sejarah Kemunculan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
Pada masa Dinasti Abbasiyah terjadi pertentangan antara golongan Mu’tazilah atau Ahli
Akal (Ra’yi) dengan ulama – ulama ahli hadist yang tidak dapat melepaskan nash Al-Qur’an dan
Sunnah lebih dahulu dan menetapkan sesuatu, terutama mengenai kepada iman pada hari
kemudian. Ulama – ulama ahli hadist banyak sekali ada yang bersembunyi dalam keyakinan dan
ada yang menentang dengan keberanian dalam masa pemerintahan khalifah Al-Ma’mun. Yang
berkeyakinan Mu’tazilah dan memasukan ulama–ulama yang lain sepaham dengan dia, seperti
itikad bahwa Al-Qur,an itu makhluk atau hadist tidak boleh meyakini qadim sama dengan zat
Tuhan. Di antara ulama yang sangat kejam ialah Ahmad bin Hanbal, yang mengatakan
Kalamullah itu qadim, sampai ia dipukuli dan dipenjarakan beberapa lama bersama teman –
temanya.
Pada akhir abad ke 3 H lahir dua orang yang dapat menyelesaikan pertengkaran yang
hebat itu, seorang bernama Abu Hasan al-Asy’ari, lahir di Bashrah tahun 260 H dan kemudian
meninggal dalam tahun 330 H, dan seseorang lagi Abu Masyuhur al-Muturidi.1[1] Al-Asy’ari
dan Al Muturidi kedua-duanya sehidup semasa dan mempunyai tujuan yang sama yaitu
membendung dan melawan aliran Mu’tazila. Perbedaannya adalah kalau Asy’ari menghadapi
negeri kelahiran aliran Mu’tazila yaitu Basrah dan Irak dan sedangkan Al-Muturidi menghadapi
aliran Mu’tazila negerinya, yaitu Samarkand dan Iran, Al-Asy’ari dahulu merupakan penganut
paham Mu’tazilah beliau dahulu berguru pada Abu Ali Al Jubal. Namun pada akhirnya beliau
tidak cocok dengan Mu’tazilah beliau lebih condong pada ahli fiqih dan ahli hadist.
Sebab terpenting Al-Asy’ari keluar dari Mu’tazilah karena adanya perpecahan yang
dialami kaum muslimin yang bisa menghancurkan mereka sendiri, kalau segera tidak diakhiri
Al-Qur’an dan Hadist menjadi korban dari paham Mu’tazilah yang dianggap semakin jauh dari
kebenaran, menyesatkan dan meresahkan masyarakat dan hal ini disebabkan karena mereka
terlalu menonjolkan akal fikiran.
Disamping itu ahli-ahli hadist antropomorfis yang terlalu memegangi makna lahir dari
hadist – hadist yang menyeret Islam kepada kelemahan, kebekuan yang tidak dapat dibenarkan.
Karena itu Al Asy’ari lalu, mengambil jalan tengah antara golongan rasionalis dan (Mu’tazilah)
dan golongan textualis ( ahli hadist antropomorfis), Ternyata langkah jalan tersebut dapat
1
diterima oleh mayoritas umat Islam.2[2] Selain itu Ahlus Sunnah wal Jama’ah mempunyai tokoh
– tokoh yang terkenal. Tokoh – tokoh tersebut antara lain Al Baqillani, Ibnu Faurak, Ibnu Ishaq
al-Isfaraini, Abdul Kahir al-Baghdadi, Imam al-Haramain al-Juwaini, Abduh-Mudzaffar al-
Isfaraini, Al Ghazali dll.
B. Pokok – pokok Fikiran Teologi Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
1. Pemikiran Al Asy ari yaitu:
a) Sifat Tuhan
Tuhan mempunyai sifat – sifat sebagaimana di dalam Al – Qur’an, seperti Allah mengetahui
dengan ‘Ilmu, berkuasa dengan Qudrat, hidup dengan Hayah dan seterusnya.3[3]
b) Perbuatan Manusia
Perbuatan manusia adalah diciptakan Tuhan, bukan diciptakan oleh manusia itu sendiri. Untuk
mewujudkan suatu perbuatan, manusia membutuhkan daya, yaitu daya Tuhan dan daya manusia.
Hubungan perbuatan manusia dengan kehendak Tuhan yang mutlak dijelaskan melalui teori
Kasb, yakni berbarengnya kekuasaan manusia dengan perbuatan Tuhan. Al Kasb mengandung
arti keaktifan. Karena itu, manusia bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya.
c) Pelaku Dosa Besar
Seorang muslim yang melakukan perbuatan dosa dan meninggal dunia sebelum sempat bertobat,
tetap dihukumi mukmin, tidak kafir, tidak pula berada diantara mukmin dan kafir, dan di akhirat
ada beberapa kemungkinan :
(1) Ia mendapat ampunan dari Allah dengan rahmat-Nya sehingga pelaku dosa besar tersebut
memasukanya ke dalam surga.
(2) Ia mendapat syafaat dari Nabi Muhammad SAW.
(3) Allah memberikam hukuman kepadanya dengan dimasukan ke dalam siksa neraka sesuai dengan
dosa besar yang dilakukannya, kemudian dia dimasukanya ke surga.
d) Keadilam Tuhan
Tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun.Tuhan tidak wajib memasukan orang, baik ke surga
ataupun neraka. Semua itu merupakan kehendak mutlak Tuhan, sebab Tuhanlah yang berkuasa
dan segala-galanya milik Allah. Jika Tuhan memasukan seluruh manusia ke dalam surga, bukan
2
3
berarti Ia tidak adil. Sebaliknya jika Tuhan memasukan seluruh manusia ke dalam neraka, bukan
berarti ia zalim. Tuhan adalah penguasa mutlak dan tidak ada yang lebih kuasa. Ia dapat dan
boleh melakukan apa saja yang dikehendakinya.4[4]
2. Pemikiran Al-Muturidi yaitu 5[5] :
a. Akal dan wahyu. Pendapatnya sama dengan Al Asy’ari. Namun Maturidi porsi yang diberikan
kepada akal lebih besar daripada yang diberikan oleh Asy’ari.
b. Perbuatan Manusia. Menurtnya, Perbuatan manusia sebenarnya di wujudkan oleh manusia itu
sendiri, dan bukan merupakan perbuatan Tuhan.
c. Kekuasaaan dan kehendak mutlak Tuhan menurut Muturidi adalah salah satu Qodrat Tuhan
tidak sewenang-wenang (absolute), tetapi perbuatan dan kehendaknya itu berlangsung sesuai
dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya itu sendiri.
d. Sifat Tuhan. Pendapatnya sejalan dengan Al-Asy’ari. Keduanya berpendapat Tuhan mempunyai
sifat-sifat, seperti sama, bashar dan sebagainya.
e. Melihat Tuhan. Menurutnya kelak diakherat kita bisa melihat Tuhan tapi tidak dalam bentuknya
(bila kaifa), karena keadaan di akherat tidak sama dengan kadaan di dunia.
f. Kalam Tuhan (Al Quran). Pendapatnya sejalan dengan Al-Asy’ari. Menurut Maturidi sebutan
Al-Quran adalah Sabda/hadis sedangkan Al-Asy’ari dengan sabda makna abstrak tidak lain dari
kalam nafsi menurut Al-Qur’an.
g. Pengutusan Rasul. Pendapatnya akal memerlukan bimbingan ajaran wahyu untuk mengetahui
kewajiban-kewajiban tsb.
h. Pelaku Dosa Besar (Murtakib Al-Kabair). Menurutnya: bahwa orang berdosa besar tidak kafir
dan tidak kekal didalam neraka walaupun ia mati sebelum bertobat.
Ada dua golongan didalam aliran Muturidiyah yaitu 6[6]:
1. Golongan Samarkand
Yang menjadi golongan ini adalah pengikut-pengikut Al Maturidi sendiri. Golongan ini
cendrung kearah paham Mu’tazila, sebagai pendapatnya soal sifat-sifat tuhan. Maturidi dan
Asy’ary terdapat kesamaaan pandangan menurut maturidi, Tuhan mempunyai sifat-sifat. Tuhan
4
5
6
mengetahui hukum bukan dengan zat-Nya. Melainkan dengan pengetahuan-nya. Begitu juga
Tuhan berkuasa dengan zat-Nya.
2. Golongan Bukhara
Golongan Bukhara ini dipimpin oleh Abu Al-Yusr Muhammad Al-Bazdawi. Dia merupakan
pengikut Muturidi yang penting dan penerus yang baik dalam pemikiran. Yang dimaksud
golongan Bukhar adalah pengikut-pengikut Al Bazdawi di dalam aliran Al Muturidiyah, yang
mempunyai pendapat lebih dekat kepada pendapat-pendapat Al-Asy’ari.