iv. hasil dan pembahasan 4.1 gambaran umum perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/bab_iv.pdf ·...

25
26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Pabrik Bogasari di Tanjung Priok, Jakarta mulai beroperasi pada tanggal 29 November 1971. Setahun kemudian, tepatnya pada tanggal 10 Juli 1972, dilakukan peresmian Pabrik Bogasari di Tanjung Perak, Surabaya. Saat ini Bogasari memiliki dua pabrik yang berlokasi di Jakarta dan Surabaya dengan total kapasitas produksi tepung sebesar 3,2 juta ton per tahun. Bogasari memproduksi berbagai tepung terigu yang berkualitas untuk berbagai kebutuhan dan dipasarkan dengan berbagai merek utama antara lain Cakra Kembar, Segitiga Biru, dan Kunci Biru. Merek-merek utama tersebut merupakan merek yang telah mapan, dikenal luas dan dekat di hati konsumen. Guna menjawab kebutuhan konsumen akan berbagai jenis terigu untuk berbagai makanan, Bogasari melakukan berbagai terobosan dan mengembangkan berbagai merek lainnya seperti Cakra Kembar Emas, Lencana Merah, Taj Mahal dan lainnya. Upaya peningkatan produk dan layanan yang dilakukan juga telah mengantar Bogasari mendapatkan sertifikasi ISO 9001 (Sistem Manajemen Mutu), ISO 14001 (Sistem Manajemen Lingkungan), ISO 22000 (Sistem Manajemen Keamanan Pangan), dan OHSAS 18001 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Selain itu produk-produk tepung terigu Bogasari juga berhasil meraih berbagai penghargaan baik dari lembaga swasta maupun pemerintah. 4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan Semua kegiatan yang di lakukan di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills didasari oleh visi misi perusahaan yaitu: Visi Perusahaan : Menjadi perusahaan “TOTAL FOOD SOLUTION” Misi Perusahaan : 1. Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi dan teknologi. 2. Menyediakan produk berkualitas, inovatif sesuai pilihan pelanggan, serta harga terjangkau. 3. Memastikan ketersediaan produk bagi pelanggan domestik maupun internasional

Upload: others

Post on 24-Dec-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Pabrik Bogasari di Tanjung Priok, Jakarta mulai beroperasi pada

tanggal 29 November 1971. Setahun kemudian, tepatnya pada tanggal 10 Juli

1972, dilakukan peresmian Pabrik Bogasari di Tanjung Perak, Surabaya. Saat ini

Bogasari memiliki dua pabrik yang berlokasi di Jakarta dan Surabaya dengan total

kapasitas produksi tepung sebesar 3,2 juta ton per tahun.

Bogasari memproduksi berbagai tepung terigu yang berkualitas untuk

berbagai kebutuhan dan dipasarkan dengan berbagai merek utama antara lain

Cakra Kembar, Segitiga Biru, dan Kunci Biru. Merek-merek utama tersebut

merupakan merek yang telah mapan, dikenal luas dan dekat di hati konsumen.

Guna menjawab kebutuhan konsumen akan berbagai jenis terigu untuk berbagai

makanan, Bogasari melakukan berbagai terobosan dan mengembangkan berbagai

merek lainnya seperti Cakra Kembar Emas, Lencana Merah, Taj Mahal dan lainnya.

Upaya peningkatan produk dan layanan yang dilakukan juga telah

mengantar Bogasari mendapatkan sertifikasi ISO 9001 (Sistem Manajemen Mutu),

ISO 14001 (Sistem Manajemen Lingkungan), ISO 22000 (Sistem Manajemen

Keamanan Pangan), dan OHSAS 18001 (Sistem Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja). Selain itu produk-produk tepung terigu Bogasari juga berhasil

meraih berbagai penghargaan baik dari lembaga swasta maupun pemerintah.

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

Semua kegiatan yang di lakukan di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.

Bogasari Flour Mills didasari oleh visi misi perusahaan yaitu:

Visi Perusahaan : Menjadi perusahaan “TOTAL FOOD SOLUTION”

Misi Perusahaan :

1. Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi dan

teknologi.

2. Menyediakan produk berkualitas, inovatif sesuai pilihan pelanggan, serta

harga terjangkau.

3. Memastikan ketersediaan produk bagi pelanggan domestik maupun

internasional

Page 2: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

27

4. Memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup bangsa Indonesia

khususnya dalam bidang Industri.

5. Meningkatkan stake holders / value secara berkesinambungan.

4.1.3 Proses Produksi Tepung Terigu

Proses produksi tepung terigu merupakan proses penggilingan gandum

untuk mendapatkan tepung dengan kualitas dan kuantitas sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan. Proses penggilingan (milling) bertujuan untuk

memisahkan endosperm dari kulit dan germ pada biji gandum, dan memperkecil

ukuran endosperm sekecil mungkin.

Sistem produksi tepung terigu PT. ISM Bogasari Flour Mills merupakan

produksi dengan skala besar. Peralatan produksi yang digunakan hampir semua

dilengkapi dengan sensor komputer, sehingga semua pekerjaan dapat

dikendalikan dengan komputer. Pekerja di bagian produksi bertugas untuk

mengawasi dan mengontrol semua proses produksi yang telah dikendalikan

oleh sistem komputer.

Proses produksi yang di jelaskan yakni adalah proses produksi yang

terdapat pada mill E di PT. Bogasari Flour Mills Jakarta. Kuantitas gandum yang

akan di olah dan tepung yang akan di hasilkan perlu dijaga sedemikian rupa agar

dapat memenuhi permintaan yang telah di atur oleh bagian PPIC (Production

Planning and Inventory Control) bagian yang mengatur penjadwalan produksi.

Kapasitas first dampening process mill E yakni adalah 35.000 kg/Hour , sedangkan

kapasitas second dampening process mill E yakni adalah 33.000 kg/Hour. Produk

yang di hasilkan pada mill E terdiri dari tepung Hard Flour, dan produk samping

(Bran, pollard, pellet, dan industrial Flour).

Aliran proses produksi gandum dari bahan baku sampai menjadi tepung

secara garis besar adalah proses penerimaan bahan baku dari wheat silo,

pembersihan bahan baku (pre cleaning), Proses pencampuran (Gristing),

pembersihan (cleaning) ,proses penambahan air (dampening dan conditioning),

proses penggilingan (milling), dan proses transfer ke FAM (feeding after mill). FAM

berfungsi menerima tepung dan by product dari mill, kemudian mendistribusikan ke

bagian-bagian berikutnya dengan kuantitas yang tepat dan waktu yang tepat.

Diagaram alir proses produksi tepung terigu dapat dilhat pada Lampiran 1.

Page 3: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

28

1. Proses pembersihan awal (Pre Cleaning)

Tahapan pre cleaning merupakan tahap pembersihan awal gandum yang

berasal dari wheat silo yang memisahkan gandum dari impurities yang berukuran

besar. Gandum yang berasal dari wheat silo diangkut menggunakan belt conveyor

hingga ke bagian produksi,pada proses ini akan terjadi proses cleaning secara

aspirasi. Setelah dari belt conveyor, gandum kemudian di naikkan dengan

menggunakan bucket elevator, dan di pindahkan ke chain conveyor kemudian

masuk ke hopper. Hopper berfungsi sebagai tempat penampungan sementara

gandum. Setelah melewati hopper gandum akan mengalami proses pre cleaning

dengan menggunakan mesin separator. Separator akan memisahkan gandum

berdasarkan perbedaan ukuran. Separator akan memisahkan gandum dari

impurities berukuran besar seperti sepatu, sendal, kain yang ikut tercampur dalam

gandum. Setelah melewati separator gandum akan diangkut menggunakan screw

conveyor dan chain conveyor menuju ke raw wheat bin. Raw weat bin berfungsi

untuk menampung gandum yang telah melewati proses pre cleaning dan akan di

lakukan proses berikutnya yakni gristing, cleaning dan milling. Mill E memiliki 3 raw

wheat bin dengan kapasitas masing masing 280 ton.

2. Proses Pencampuran (Gristing)

Pencampuran gandum merupakan pencampuran antara beberapa jenis

gandum yang memiliki jenis dan kadar protein berbeda untuk menghasilkan satu

jenis tepung dengan spesifikasi protein tertentu secara efisien. Untuk setiap merk

tepung terigu yang diproduksi memiliki komposisi jenis gandum dan jumlah per

jenisnya yang berbeda. Komposisi tesebut ditentukan oleh PPIC berdasarkan

standar mutu yang telah di uji oleh bagian Quality Analysis dan berdasarkan

permintaan konsumen. Prinsip kerja pencampuran gandum dilakukan dengan cara,

gandum yang keluar dari Raw wheat bin akan terbaca oleh FCA (Flow Control

Automatic). FCA berfungsi sebagai pengatur kapasitas, pengatur komposisi

pencampuran (gristing), dan membaca aliran produk.

3. Tahap Pembersihan (Cleaning Process)

Cleaning process dibagi menjadi 4 tahap yakni tahap pre cleaning, first

cleaning, Conditioning process dan second cleaning. Pre cleaning dilakukan

sebelum gandum ditampung pada raw wheat bin. Sedangkan first cleaning

dilakukan setelah penampungan gandum di raw wheat bin hingga sebelum gandum

memasuki conditioning process. conditioning process terdiri dari proses first

dampening, first tempering, second dampening dan second tempering. Second

Page 4: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

29

cleaning merupakan tahap akhir penggilingan sebelum dilakukan proses milling.

Untuk melihat diagram alir urutan Proses Milling Mill E berdasarkan nama mesin

dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.1.4 Ketenagakerjaan

Jumlah karyawan tetap di PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. Bogasari

Flour Mills Division sekitar 2883 pegawai. Diatur dalam peraturan kepegawaian

perusahaan, yakni 5 hari kerja seminggu untuk karyawan kantor dengan waktu atau

hari kerja sebagai berikut :

a. Senin s/d Kamis pukul 07.00-17.00 istirahat pukul 12.00-13.00

b. Jumat pukul 07.00-17.00 istirahat pukul 11.30-13.00

c. Sabtu libur

Bagi karyawan pabrik dan operasional seperti produksi, laboratorium, teknik

dan keamanan ditetapkan 6 hari kerja dengan rincian sebagai berikut :

a. Dibagi menjadi 3 shift, yaitu pagi pukul (00.00 – 08.00), sore pukul (08.00 –

16.00) dan malam pukul (16.00 – 24.00).

b. Hari Sabtu dihitung sebagai hari lembur, masuk mulai dari pukul 08.00

– 13.30.

c. Untuk libur karyawan diatur secara bergilir

d. Prosedur untuk merekrut karyawan baru PT. Indofood Sukses

Makmur, Tbk. Bogasari Flour Mills Division sama dengan

penerimaan karyawan di perusahaan lain. Setiap pelamar wajib

menjalani tes tertulis, tes kesehatan, wawancara dan psikotes. Setelah

semua lulus dijalani, karyawan tadi tidak langsung diangkat menjadi

karyawan tetap, namun harus menjalani dahulu masa percobaan

selama tiga bulan sebelum akhirnya mendapat Surat pengangkatan

yang sekaligus merupakan keterangan departemen karyawan baru

yang tersebut ditempatkan. Selain pemberian gaji pokok dan

tunjangan, karyawan yang melakukan lembur akan mendapatkan

upah lembut yang dihitung per jam dan besar jumlahnya mengacu

pada peraturan dari Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Untuk karyawan baru dibagian produksi akan melakukan pelatihan

selama 2 tahun. Setelah pelatihan selesai, karyawan akan langsung

diangkat menjadi section head di wilayah produksi karyawan

tersebut ditempatkan serta dapat ikatan dinas 2 tahun kedepan. Bagi

Page 5: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

30

karyawan yang terbukti melakukan pelanggaran berat atau tindakan

indisipliner yang melanggar kesepakatan kerja bersama dapat

diberhentikan secara tidak hormat.

4.2 Data Output dan Input Produktivitas

Berikut merupakan data produksi di PT Indofood Sukses Makmur Tbk

Bogasari Flour Mills Jakarta dari bulan januari 2016 sampai dengan bulan Januari

2016 ditunjukan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jumlah Output dan Input PT Indofood Sukses Makmur Tbk Bogasari Flour

Mills Januari 2015 – Januari 2016

Sumber : Data PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills 2016

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa output merupakan hasil produk

yang dihasilkan yaitu berupa tepung terigu (ton) dan input merupakan sumber daya

yang digunakan untunk menghasilkan output yang diwakili dengan 4 kriteria.

Kebutuhan bahan baku menunjukan jumlah bahan baku yaitu berupa gandun yang

dibutuhkan dalam proses produksi pembuatan tepung terigu. Gandum yang

No Periode

Output Input

Produk

Output

(Tepung)

(Ton)

Bahan

Baku

(Gandum

Ton)

Tenaga

Kerja

(Orang)

Jam

Kerja

Mesin

(Jam)

Energi

Listrik

(kWh)

1 Januari 2015 7.029,302 9.088,518 224 543,78 483,97

2 Februari 2015 6.054,148 7.814,038 200 487,03 412,03

3 Maret 2015 7.297,423 9.404,361 234 548,73 484,96

4 April 2015 8.834,431 11.396,078 281 632,54 681,32

5 Mei 20115 6.767,060 8.731,150 207 497,55 448,54

6 Juni 2015 8.134,663 10.494,397 250 600,02 539,35

7 Juli 2015 6.436,039 8.299,652 213 488,50 435,05

8 Agustus 2015 7.461,321 9.605,492 244 545,53 491,65

9 September 2015 6.976,507 9.001,790 239 502,36 468,99

10 Oktober 2015 7.918,518 10.214,312 252 552,23 542,68

11 November 2015 5.391,643 6.940,972 187 465,46 382,06

12 Desember 2015 6.990,659 9.006,989 282 515,38 459,66

13 Januari 2016 7.351,270 9.479,300 294 522,39 513,24

Rata - rata 7.126,383 9.190,542 239 530,88 487,96

Page 6: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

31

digunakan dalam proses menyesuaikan produk yang akan di produksi oleh bagian

miiling process. Kebutuhan tenaga kerja menunjukan kuantitas tenaga kerja yang

dibutuhkan selama dilakukanya proses produksi. Kebutuhan pemakaian jam kerja

mesin merupakan kuantitas jam kerja yang digunakan pada setiap mesin proses

produksi tepung terigu pada milling process. Pemakaian energi listrik merupakan

jumlah energi yang digunakan dalam proses produksi yang difokuskan pada

pemakaian setiap mesin yang menjadi penyedia energi pada setiap proses

produksi.

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah input dan output berfluktuasi.

Hasil produksi yaitu output tertinggi dicapai perusahaan dalam memproduksi tepung

terigu adalah pada periode 4 di bulan April 2015 yang mencapai 8.834,431 ton yang

diikuti dengan besarnya pemakaian bahan baku 11.396,078 ton dan dengan

penggunaan tenaga kerja yang berjumlah 281 orang, selain itu besarnya output

yang didapatkan dipengaruhi juga oleh penggunaan jam kerja mesin dengan 632,54

jam dan pemakaian energi listrik dengan jumlah 681,32 kWh. Akan tetapi

didapatkan penggunaan tenaga kerja yang berlebihan pada periode 12 dan 13 di

bulan Desember 2015 dan Januari 2016 dengan jumlah 282 orang dan 294 orang

yang melebihi jumlah penggunaan tenaga kerja dengan ouput tertinggi yang

dihasilkan. Adanya penumpukan tenaga kerja pada periode 12 dan periode 13

diakibatkan oleh, pada periode 12 perusahaan melakukan perekrutaan tenaga

kerja baru dan pada periode 13 perusahaan kembali melakukan penambahaan

perekrutaan tenaga kerja yang mencapai 294 tenaga kerja baru. Perekrutaan

tenaga kerja yang dilakukan oleh perusahaan pada periode 12 di bulan Dessember

2015 dan periode 13 di bulan Januari 2016 merupakan salah satu usaha

perusahaan dalam meningkatkan produktivitas perusahaan yang diikuti dengan

bertambahnya permintaan dari pasar untuk kebutuhan tepung terigu.

Sedangkan hasil terendah yaitu pada periode 11 di bulan November 2015

dengan 5. 391,643 ton yang diikuti dengan banyak pemakaian bahan baku yaitu

sebesar 9.006,989 dan juga banyak menggunakan tenaga kerja yang mencapai

282 orang tenaga kerja. Pada pemakaian jam kerja mesin dan pemakaian energi

listrik yang masing-masing berjumlah 515,38 jam kerja mesin dan 459,66 kWh, hal

ini disebabkan adanya pemborosan pada penggunaan jam kerja mesin dan energi

listrik. Pemborosan yang terjadi disebabkan adanya pemberhentian mesin akibat

kerusakan mesin pada saat proses produksi sehingga menyebabkan adanya

penambahan jam kerja mesin dan pemakaian energi listrik.

Page 7: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

32

4.3 Pengolahan Data dengan Meotode OMAX

Objective Matrix (OMAX) adalah suatu sistem pengukuran produktivitas

parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas di tiap bagian

perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian

tersebut. Ada beberapa tahapan dalam metode OMAX. Tahapan yang dilakukan

dalam metode OMAX adalah pengukuran nilai performance dari setiap kriteria

pengukuran.

4.3.1 Penentuan Perfomance Tiap Kriteria

Performance merupakan tingkat produktivitas yang merupakan rasio tiap

kriteria pada setiap periode pengukuran. Nilai performance didapatkan dari rasio

tiap kriteria yaitu nilai output dibagi dengan masing-masing input faktor produksi.

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai performance menunjukan fluktuasi disetiap

kriteria. Menurut Putriastiti (2011), bahwa fluktuasi dalam nilai performance

menunjukan tingkat pencapaian produktivitas belum baik sehingga perlu dilakukan

perbaikan.

Tabel 4.2 Nilai Performance Tiap Kriteria

No Periode

Bahan Baku

(Gandum ton)

Kriteria I

Tenaga Kerja

Kriteria II

Jam Kerja

Mesin (Jam)

Kriteria III

Energi Listrik

(kWh) Kriteria

IV

1 Januari 2015 0,7734 31,2808 12,9267 14,5242

2 Februari 2015 0,7748 30,2707 12,4307 14,6934

3 Maret 2015 0,7760 31,1856 13,2987 15,0475

4 April 2015 0,7752 31,5816 14,0298 13,0253

5 Mei 20115 0,7750 32,6911 13,6008 15,0867

6 Juni 2015 0,7751 32,5387 13,5573 15,0824

7 Juli 2015 0,7755 30,2161 13,1751 14,7939

8 Agustus 2015 0,7768 30,5792 13,6772 15,1761

9 September 2015 0,7750 29,1904 13,8875 14,8755

10 Oktober 2015 0,7752 31,4227 14,3392 14,5915

11 November 2015 0,7768 28,8323 11,5835 14,1121

12 Desember 2015 0,7761 24,7896 13,5641 15,2083

13 Januari 2016 0,7755 25,0043 14,0724 14,3233

Rata-rata 0,7754 29,9647 13,3908 14,6524

Sumber : Data diolah PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills 2016

Page 8: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

33

Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa nilai performance pada tiap kriteria

bahan baku dikatakan berfluktuasi. Nilai performance tertinggi dari kriteria bahan

baku dicapai pada periode 8 dan periode 11 sebesar 0,7768, hal tersebut

disebabkan dengan maksimalnya dalam pengolahan input yaitu pemakaian bahan

baku gandum dan dapat menghasilkan output yaitu tepung terigu yang cukup

banyak. Semakin banyaknya gandum yang digunakan dalam produksi tepung terigu

merupakan adanya permintaan pasar yang meningkat sehingga perusahaan harus

meningkatkan kapasitas produksinya. Sedangkan nilai performance terendah

didapatkan yaitu sebesar 0,7734 yaitu pada periode 1 pada bulan Januari 2015.

Nilai performance dipengaruhi oleh pemanfaatan bahan baku untuk produk,

sehingga semakin tinggi tingkat efisiensi bahan baku yang digunakan maka nilai

performance semakin besar. Adanya penurunan nilai performance disebabkan

kemungkinan pemakaian bahan baku yang kurang efisien sehingga menyebabkan

rendahnya nilai performance. Kualitas dan ketersediaan bahan baku menjadi faktor

yang sangat penting dalam proses produksi. Semakin efisienya pemakaian bahan

baku dan semakin besar output yag dihasilkan, maka semakin besar nilai

performance yang dihasilkan.

Pada kriteria tenaga kerja, nilai performance teritinggi dari kriteria tenaga

kerja dicapai pada periode 5 di bulan Mei 2015 yang mencapai 32,6911 ton/orang.

Pada periode ini tenaga kerja bekerja secara lebih rajin dan giat sehingga pekerjaan

yang dilakukan lebih produktif dan menggunakan jumlah tenaga yang bisa

dikatakan lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata pemakaian tenaga kerja pada

setiap periodenya. Nilai performance terendah dicapai pada periode 12 di bulan

Desember 2015 dengan nilai sebesar 24,7896 ton/orang, karena pada periode ini

jumlah tenaga kerja mencapai 282 orang pekerja. Didapatkanya nilai performance

terendah disebabkan oleh bahan baku yang diolah pada setiap periode tidak sama

dan penggunaan tenaga kerja yang kurang diperhitungkan perusahaan.

Nilai performance kriteria pemakaian jam kerja mesin tertinggi dicapai pada

periode 10 pada bulan Oktober 2015 dengan nilai sebesar 14,3392 ton/jam. Hal ini

disebabkan karena mesin berjalan dengan lancar dan maksimal. Pada mesin

biasanya mendapatkan perawatan yang dilakukan secara berkala dan sehingga

mengakibatkan mesin berjalan optimal tanpa adanya kerusakan. Nilai performance

terendah didapatkan pada periode 11 yaitu pada bulan November 2015 dengan

nilai performance sebesar 11,5835 ton/jam. Adanya penurunan nilai kemungkinan

disebabkan oleh beberapa mesin yang mengalami gangguan kerusakan dan

Page 9: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

34

menyebabkan adanya beberpa proses yang terhenti dan proses produksi tidak

berjalan secara efektif. Selain itu adanya kelancaran mesin dalam pengolahan juga

menjadi salah satu faktor tinggi rendahnya performance yang dihasilkan.

Nilai performance pada kriteria pemakain energi listrik nilai performance

tertinggi didapatkan nilai sebesar 15,2083 ton/kwh yaitu pada bulan Desember 2015

di periode 12. Hal ini disebabkan pada periode ini mesin bekerja secara efektif

sehingga energi listrik yang digunakan sangat tinggi. Nilai performance terendah

terdapat di periode 4 pada bulan april 2015 yaitu sebesar 13,0253 ton/kwh yang

disebabkan karena adanya kerusakan mesin saat proses produksi yang

menyebabkan adanya pemakaian listirk yang tidak digunakan secara maksimal

dalam proses. Seluruh data performance ini kemudian diolah pada tahap

perhitungan nilai produktivitas selanjutnya untuk menentukan skor 3, skor 10, skor

1-2 dan skor 4-9.

4.3.2 Penentuan Nilai Produktivitas Rata-rata (Skor 3)

Besarnya nilai pada skor 3 ini didapatkan dengan merata-ratakan nilai

produktivitas yang dicapai oleh masing-masing kriteria pada seluruh periode

pengukuran yaitu pada periode 1 bulan Januari 2015 sampai dengan periode 13

bulan Januari 2016. Nilai yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.3 Penentuan

Skor 3 dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 4.3 Nilai Skor 3 dari Masing-masing Kriteria

No Kriteria Produktivitas Skor 3

1 Produktivitas Bahan Baku 0,7754

2 Produktivita Tenaga Kerja 29,9647

3 Produktivitas Jam Kerja Mesin 13,3908

4 Produktivitas Energi Listrik 14,6524

Sumber : Data diolah PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills 2016

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukan nilai skor 3 yang merupakan nilai rata-

rata pada tiap kriteria yang dicapai. Pada nilai kriteria bahan baku didapatkan

sebesar 0,7754 yang berarti dalam 1 ton bahan baku gandum dapat menghasilkan

rata-rata 0,7754 ton tepung terigu. Pada kriteria produktivitas tenaga kerja nilai skor

3 didapatkan sebesar 29, 9647 yang menunjukan bhawa rata-rata setiap 1 orang

tenaga kerja mampu mengerjakan 29,9647 ton tepung terigu. Pada produktivitas

jam kerja mesin didapatkan nilai sebesar 13,3908 yang berarti bahwa setiap 1 jam

kerja mesin produksi menghasilkan 13.3908 ton tepung terigu. Nilai skor 3 pada

Page 10: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

35

produktivtias energi listrik didapatkan nilai sebesar 14,6524 ton tepung terigu yang

berarti bahwa setiap 1 kwh yang digunakan akan menghasilkan 14,6524 ton tepung

terigu.

4.3.3 Penentuan Nilai Produktivitas Tertinggi (Skor 10)

Perusahaan harus menentukan suatu target pencapaian produksi untuk

memenuhi tujuan perusahaan. Target yang dicapai disesuaikan dengan

kemampuan perusahaan. Nilai skor 10 merupakan target yang ingin dicapai oleh

perusahaan. Sebelum menentukan nilai skor 10 perlu dilakukan uji normalitas data

dengan model one sample kolmogorov siminov test dengan bantuan program spss

17.00. uji normalitas data ini digunakan untuk memastikan bahwa data rasio pada

pengukuran teridistribusi normal, sehingga data dapat digunakan untuk langkah

pengukuran produktivitas lanjut. Hasil uji normalitas tercantum pada lampiran.

Berdasarkan pengujian normalitas yang sudah dilakukan diktehaui nilai asimptotic

ssignificane > 0,05 untuk kriteria. Hal ini menunjukan bahwa data yang digunakan

sudah terdistribusi normal sehingga dapat dilanjutkan dengan mengghitung

penentuan sasaran produktivitas akhir yaitu skor 10. Apabila data yang digunakan

tidak berdistribusi normal, maka data tersebut tidak dapat dipakai dalam tahap

pengukuran produktivitas selanjutnya.

Nilai skor 10 selama 13 periode dapat diperoleh dengan menggunakan

rumus batas kendali atas (BKA), perhitunganya dapat dilihat pada lampiran. Dari

hasil perhitungan didapatkan nilai skor 10 (BKA) pada Tabel 4.4 .

Tabel 4.4 Niali Skor 10 Masing-masing Kriteria

No Kriteria Produktivitas Skor 10

1 Produktivitas Bahan Baku 0,7780

2 Produktivita Tenaga Kerja 34,7896

3 Produktivitas Jam Kerja Mesin 14,8141

4 Produktivitas Energi Listrik 16,4070

Sumber : Data diolah PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills 2016

Pada Tabel 4.4 menjelaskan tentang skor tertinggi, yang menunjukan

bahwa dalam 1 ton bahan baku gandum harus mampu menghasilkan tepung terigu

sebanyak 0,7780 ton tepung terigu. Hal ini merupakan sasaran atau target yang

harus dicapai oleh perusahaan. Pada Tabel 4.4 juga menjelaskan bahwa pada

pemakaian tenaga kerja, untuk 1 orang tenaga kerja diharapkan harus mampu

Page 11: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

36

menghasilkan 34,7896 ton tepung terigu untuk mencapai produksi selama 1

periode. Pada pemakaian jam kerja mesin didapatkan yaitu sebesar 14,8141 yang

berarti pada satu jam pemakaian produksi tersebut harus memenuhi target

tersebut. Pemakaian energi listrik yaitu sebesar 16,4070 yang berarti bahwa dalam

1 kwh harus memcapai nilai tersebut pada setiap periodenya.

4.3.4 Penentuan Niali Produktivitas Terendah (Skor 0)

Tahap pengukuran produktivitas yang dilakukan selanjutnya adalah

penentuan nilai skor 0. Nilai skor 0 merupakan nilai skor terendah yang

kemungkinan dialami perusahaan. Nilai skor 0 didapatkan dari nilai BKB (batas

kendali bawah). Perhitungan skor 0 dapat dilihat pada lampiran 6. Nilai skor 0 dapat

dilihat pada Lampiran 6. Nilai skor 0 dari masing-masing kriteria dapat dilihat pada

Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Nilai skor 0 Masing-masing Kriteria

No Kriteria Produktivitas Skor 0

1 Produktivitas Bahan Baku 0,7729

2 Produktivita Tenaga Kerja 25,1398

3 Produktivitas Jam Kerja Mesin 11,9674

4 Produktivitas Energi Listrik 12,8979

Sumber : Data diolah PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills 2016

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa nilai yang ada merupakan

nilai paling minimal yang kemungkinan dialami oleh perusahaan. Level 0 dalam

pemakaian bahan baku menunjukan bahwa 1 ton gandum hanya menghasilkan

0,7729 ton tepung terigu. Dalam pemakaian tenaga kerja, setiap 1 orang tenaga

kerja hanya dapat memproduksi minimal 25,1398 ton tepung terigu. Pemakaian jam

kerja mesin, setiap 1 jam mesin digunakan hanya dapat menghasilkan 11,9674 ton

tepung terigu. Sedangkan pada pemakaian energi listrik didapatkan setiap

pemakaian 1 kWh didapatkan sebesar 12,8979 ton tepung terigu. Nilai ini

merupakan pencapaian terburuk sehingga harus dihindari oleh perusahaan.

Page 12: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

37

4.3.5 Penentuan Nilai Produktivitas Realistis (Skor 1-2 dan Skor 4-9)

Nilai produktivitas realistis merupakan nilai yang mungkin dicapai sebelum

sasaran akhir. Nilai ini berfungsi untuk mengisi kolom matriks yang belum terisi pada

OMAX, selain itu nilai ini merupakan pencapaian dari nilai terburuk sampai nilai

optimal, sehingga dapat diketahui level yang dicapai oleh perusahaan pada tiap

periode pengukuran. Nilai skor 1 dan 2 didapatkan dari pengukuran skor 3 dengan

nilai interval 0-3. Skor 4 sampai dengan 9 didapatkan dari menambahkan skor 3

dengan nilai interval 3-10. Nilai interval diperoleh dengan menggunakan

perhitungan yang dapat dilihat pada Lampiran 6. Nilai skor 1-2 dan 4-9 pada

masing-masing kriteria dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Nilai Skor 1-2 dan Skor 4-9 dari masing-masing Kriteria

Sumber : Data diolah PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills 2016

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa nilai produktivitas bahan

baku mungkin dicapai perusahaan berkisar antara 0,7729 sampai dengan 0,7780.

Hal ini berarti bahwa dalam 1 ton bahan baku gandum, perusahaan dapat

menghasilkan 0,7729 sampai dengan 0,7780 ton tepung terigu. Pada kriteria tenaga

kerja dapat dikatakan bahwa tiap 1 orang tenaga kerja dapat menghasilkan 25,1398

sampai dengan 34,7896 ton tepung terigu. Untuk kriteria jam kerja mesin setiap 1

jam mesin dipakai dalam produksi dapat menghasilkan 11,9674 sampai dengan

14,8141 ton tepung terigu. Sedangkan pada kriteria energi listrik didapatkan yaitu

sebesar 12,8979 sampai dengan 16,4070 tepung terigu di setiap pemakaian

ton/kwh energi lsitrik yang terpakai.

Bahan Baku Tenaga Kerja

Jam Kerja

Mesin

Energi

Listrik Level

0,7780 34,7896 14,8141 16,4070 10

0,7776 34,1003 14,6108 16,1563 9

0,7772 33,4110 14,4075 15,9057 8

0,7769 32,7217 14,2041 15,6550 7

0,7765 32,0325 14,0008 15,4044 6

0,7761 31,3432 13,7974 15,1537 5

0,7758 30,6539 13,5941 14,9031 4

0,7754 29,9647 13,3908 14,6524 3

0,7746 28,3564 12,9163 14,0676 2

0,7737 26,7481 12,4418 13,4827 1

0,7729 25,1398 11,9674 12,8979 0

Page 13: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

38

4.3.6 Penentuan Score, Weight dan Value

Score adalah level yang menunjukan nilai produktivitas (Performance) pada

saat pengukuran. Score juga merupakan tingkatan yang menunjukan nilai

produktivitas parsial masing-masing kriteria. Score ditentukan dari nilai performance

setiap kriteria. Penentuan nilai score dapat dilihat pada Lampiran 7.

Setiap kriteria memiliki tingkat kepentingan yang berbeda terhadap

peningkatan produktivitas. Oleh karena itu perlunya dilakukan pembobotan (weight)

pada setiap kriteria. Weight adalah besarnya bobot kepentingan pada masing-

masing kriteria produktivitas. Proses pembobotan didapatkan berdasarkan pada

data kuesioner yang telah diolah dengan menggunakan metode perbandingan

berpasangan (pairwise comparison). Data kuesioner diperoleh berdasarkan

informasi dari responden ahli yang mewakili masing-masing kriteria yaitu kepala

bagian milling dan juga oleh manajer milling. Para ahli penilai pengaruh masing-

masing kriteria melalui kuesioner penilaian kriteria produktivitas yang dapat dilihat

pada Lampiran 7. Bobot dari masing-masing kriteria produktivitas berjumlah 100%

yang menunjukan tingkat kepentingan dari masing-masing kriteria pada

keseluruhan sasaran produktivtas perusahaan. Pembobotan dapat menunjukan

kriteria yang paling penting sampai kriteria yang tidak terlalu penting bagi

peningkatan perusahaan. Hasil kuesioner telah menunjukan nilai konsisten, karena

nilai CR<0,1. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bobot untuk masing-

masing kriteria seperti pada Tabel 4.7 .

Tabel 4.7 Nilai Bobot Tiap Kriteria

No Kriteria Produktivitas Bobot

1 Bahan Baku 0,52

2 Tenaga Kerja 0,22

3 Jam Kerja Mesin 0,13

4 Energi Listrik 0,13

1,00

Sumber : Data diolah PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills 2016

Berdasarkan Tabel 4.7 Nilai Bobot Kriteria dapat dilihat bahwa kriteria yang

mempunyai tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan yang lain yang

berpengaruh terhadap terhadap produktivitas adalah kriteria pemakaian bahan

baku dengan bobot 0,52 sedangkan untuk bobot terendah didapatkan pada kriteria

jam kerja mesin dan kriteria yang mempunyai bobot sama yaitu 0,13. Menurut

Page 14: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

39

responden, bahan baku merupakan faktor penting dalam proses produksi tepung

terigu, karena bahan baku dapat berpengaruh pada jumlah produk (output) dan

kualiatas yang dihasilkan. Untuk bobot terendah didapatkan pada dua kriteria yaitu

pada jam kerja mesin dan energi lisitrik. Hal ini dikarenakan karena energi listrik

dengan jam kerja mesin merupakan salah satu bagian yang pendukung yang saling

berhubungan dalam produksi. Meskipun bobot energi listrik dan jam kerja mesin

mendapatkan bobot paling rendah, perusahaan harus tetap memperhatikan dan

mengontrol penggunaanya. Sedangkan untuk tenga kerja memperoleh bobot yaitu

sebesar 0,22. Hal ini merupakan salah satu faktor penting dari proses dimana

tenaga kerja bekerja secara efektif dan efisien, sehingga harus diperhatikan

perusahaan karena tenaga kerja juga bisa menyebabkan adanya menghambat

proses produksi.

Setelah menentukan bobot, dapat diketahui value dari hasil perkalian antara

score dan weight. Value merupakan nilai produktivitas parsial tiap kriteria. Hasil

penjumlahan nilai value dari seluruh kriteria digunakan untuk mengetahui nilai

produkivitas total perusahaan. Value untuk kriteria bahan baku semuanya sama

karena dari perhitungan dan nilai performance nilai yang didapatkan tidak begitu

signifikan yang berarti perbedaan nilai dihasilkan tidak mengalami perbedaan yang

jauh dengan nilai periode lainya yaitu sebesar 0,40. Pada kriteria tenaga kerja

sendiri didapatkan nilai value terbesar yaitu sebesar 7,73 yaitu pada periode 8 pada

bulan agustus 2015. Sedangkan pada tenaga kerja nilai value terendah didapatkan

pada periode 12 di bulan Desemeber 2015 yaitu sebesar 5,45. Kriteria jam kerja

mesin didapatkan nilai value terbesar yaitu sebesar 1,86 yaitu pada periode 10 di

bulan Oktober 2015, sedangkan nilai terendah didapatkan pada periode 11 dibulan

November 2015. Pada kriteria energi listirk didapatkan nilai value tertinggi yaitu

sebesar 1,98 pada periode 12 dibulan Desember 2015, sedangkan nilai value

ternedah didapatkan sebesar 1,69 pada periode 4 dibulan april 2015. Hasil nilai

value keseluruhan pada masing-masing kriteria dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Page 15: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

40

Tabel 4.8 Nilai Value Masing-masing Kriteria

Periode

Kriteria

Bahan

Baku

Tenaga

Kerja Jam Kerja Mesin

Energi

Listrik

Periode 1 0,40 6,90 1,68 1,89

Periode 2 0,40 6,66 1,62 1,91

Periode 3 0,40 6,86 1,73 1,96

Periode 4 0,40 6,92 1,82 1,69

Periode 5 0,40 7,19 1,77 1,96

Periode 6 0,40 1,16 1,76 1,96

Periode 7 0,40 6,65 1,71 1,92

Periode 8 0,40 6,73 1,78 1,97

Periode 9 0,40 6,42 1,81 1,93

Periode 10 0,40 6,91 1,86 1,90

Periode 11 0,40 6,34 1,51 1,83

Periode 12 0,40 5,45 1,76 1,98

Periode 13 0,40 5,50 1,83 1,86

Sumber : Data diolah PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills 2016

Niali score, weight dan value ini ditampilkan pada OMAX seperti yang

tercantum pada Lampiran 7. Setelah menentukan nilai score, weight dan value,

tahapa selanjutnya adalah menentukan nilai performance indikator.

4.3.7 Penentuan Performance Indicator

Performance indicator menunjukan produktivitas total di peruahaan pada

tiap periode. Pada performace indikator terdapat 3 bagian yang terdiri dari nilai

current, previous dan indeks produktivitas. Hasil pengolahan data menggunakan

metode OMAX digunakan untuk mengevaluasi produktivitas perusahaan selama

periode pengukuran. Evaluasi dilakukan terhadap nilai produktivitas total pada

perusahaan.

4.4 Evaluasi Produktivitas

Evaluasi produktivitas dilakukan terhadap produktivitas total dan parsial

perusahaan. Evaluasi produktivitas parsial didadsarkan pada nilai indeks

produktivitas. Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan model fishbone diagram

untuk mengidentifikasi permasalahan yang mempengaruhi produktivitas dalam

perusahaan.

Page 16: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

41

4.4.1 Evaluasi Produktifitas Parsial

Evaluasi produktivitas parsial dilakukan dengan mengevaluasi nilai

produktivitas setiap kriteria pengukuran. Evaluasi ini didadsarkan pada pencapaian

nilai skor produktivitas pada masing-masing kriteria. Setiap kriteria memiliki

pencapaian nilai skor yang berbeda-beda. Nilai skor pencapaian produktivitas dapat

dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Nilai Skor Pencapaian Produktivitas

Periode

Kriteria

Bahan

Baku

Tenaga

Kerja

Jam Kerja

Mesin

Energi

Listrik

Periode 1 3 1 3 3

Periode 2 3 1 3 3

Periode 3 6 5 3 5

Periode 4 3 5 6 1

Periode 5 3 7 5 5

Periode 6 3 7 5 5

Periode 7 4 4 4 4

Periode 8 7 4 5 6

Periode 9 3 1 3 3

Periode 10 4 6 8 4

Periode 11 7 3 0 3

Periode 12 5 0 4 6

Periode 13 4 0 7 3

Sumber : Data diolah PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills 2016

Keterangan : = Pencapaian skor tertinggi

= Pencapaian skor terendah

1. Kriteria Produktivitas Bahan Baku

Pada Tabel 4.9 bisa dilihat merupakan nilai skor yang didapatkan pada

pencapaian produktivitas. Pada kriteria produktivitas bahan baku nilai skor

produktivitas tertinggi dicapai pada dua periode yaitu pada periode 8 dan periode

11 yaitu pada bulan Agustus dan November 2015. Nilai tertinggi dari 2 periode

tersebut didapatkan sebesar 7. Hal ini dikarenakan pada periode tersebut

Page 17: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

42

perusahaan menghasilkan 7,461,321 ton tepung terigu dengan bahan baku

9,605,492 ton bahan baku gandum, begitu juga dengan periode 12 yang

mendapatkan skor tertinggi yaitu dengan hasil tepung terigu sebesar 6,990,659

sedangkan hanya memakai bahan baku sebesar 9,006,989 ton. Ini menyebabkan

adanya pemakaian bahan baku yang lebih efisien dibandingkan dengan periode

lainya. Semakin besar nilai skor yang didapatkan itu menandakan semakin tinggi

tingkat produktivitasnya. Sesuai dengan pada Tabel 4.2 nilai performance tertinggi

juga didapatkan pada periode 8 dan 11. Untuk skor terendah didapatkan pada

periode 1,2,4,5 dan 6 dengan nilai skornya yaitu sebesar 3. Produktivitas terendah

pada 5 periode tersebut menandakan adanya beberapa kendala yang dialami

dalam pemakaian bahan baku. Didapatkanya nilai terendah pada periode tersebut

sesuai dengan hasil pada nilai performance yang terdapat pada Table 4.2 yang

memperoleh nilai performance yang tidak melebihi 0,7750.

2. Kriteria Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas tenaga kerja pada periode 5 dan 6 merupakan skor tertinggi

yang didapatkan dalam perhitungan dibandingkan dengan periode lainya. Nilai

produktivitas ini tertinggi karena didukung dengan kedisplinan tenaga kerja yang

sangat berpengaruh pada tingkat produktivitas. Perolehan skor tertinggi pada

periode 5 dan 6 pada kriteria tenaga kerja sesuai dengan nilai performance di Tabel

4.2 didapatkan pada periode tersebut yang memperoleh nilai tertinggi dibandingkan

dengan 11 periode lainya. Untuk skor terendah didapatkan pada periode 12 dan

periode 13 dengan hanya mendapatkan skor 0. Hal ini disebabkan karena adanya

pengawasan dan kurang efektifnya pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja

sehingga tidak bisa mencapai target yang diinginkan perusahaan. Skor terendah

yang diperoleh pada periode 12 dan 13 sesuai dengan Tabel 4.2 yang memperoleh

nilai performance terkecil yang hanya sebesar 24, 7896 dan 25,0043.

3. Kriteria Produktivitas Jam Kerja Mesin

Produktivitas Jam Kerja mesin mempunyai pengaruh yang cukup penting

terhadap produktivitas yang dicapai oleh perusahaan karena tingkat kepentingan

jam kerja mesin dalam mempengaruhi produktivitas yaitu sebesar 13%. Nilai skor

jam kerja mesin tertinggi didapatkan pada periode 10 yaitu denga nilai skor 8,

sedangkan terendah didapatkan pada periode 11 dengan nilai skor yaitu 0. Pada

periode 10 didapatkanya skor tertinggi dikarenakan perusahaan dapat berjalan

dengan efektif dalam penggunakan jam kerja mesin dibandingkan dengan periode

Page 18: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

43

lainya. Untuk produktivitas terendah didapatkan karena adanya beberaba kendala

pada pemakian jam kerja mesin sehingga menyebabkan adanya penurunan

produktivitas pemakaian mesin yang tentunya sangat mempengaruhi produktivitas

perusahaan. Sesuai dengan Tabel 4.2 pada periode 10 didapatkan nilai skor

tertinggi dikarenakan pada periode ini mendapatkan niali performance terbesar dan

pada periode 11 pada nilai performance terendah.

4. Kriteria Penggunaan Energi listrik

Pemakaian energi listrik selama proses produksi juga berpengaruh terhadap

pencapaian produktivitas perusahaan. Pada pemakaian energi listrik, perusahaan

memncapai skor tertinggi 6 pada periode 8 dan periode 12. Hal ini dikarenakan

pada periode tersebut hasil produksi yang didapatkan lebih besar dari pada periode

lainya dan adanya penggunaan energi listrik yang sangat efektif. Sedangkan pada

skor terendah didapatkan pada periode 4 yaitu sebesar 1, hal ini menunjukan bahwa

pada periode ini diperlukan perbaikan lagi dalam penggunaan energi listrik agar

produktifitas perusahaan dapat tercapai. Perolehan skor tertinggi dan terendah

pada periode tersebut sesuai dengan Tabel 4.2, dimana pada periode 8 dan

periode 12 memperoleh nilai performance tertinggi dan untuk nilai performance

terendah pada periode 4. Hal ini menunjukan nilai performance akan sangat

menentukan tinggi rendahnya skor yang diperoleh.

4.4 Evaluasi Produktivitas Total

Evaluasi produktivitas total digunakan untuk mengukur perubahan efisiensi

dari kegiatan proses produksi. Evaluasi produtivitas total didapatkan dari nilai

current. Evaluasi dilakukan denga mengamati indeks produktivitas yang dicapai

pada performance indikator dalam tabel matrix OMAX. Nilai indeks produktivitas

(performance indicator) dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Page 19: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

44

Tabel 4.10 Nilai Produktivitas Total dan Indeks Produktivitas

Periode Current Previous Indeks Produktivitas

(%)

Periode 1 10,87 - -

Periode 2 10.59 10,87 -2,59

Periode 3 10,95 10,59 3,4

Periode 4 10,82 10,95 -1,18

Periode 5 10,32 10,82 4,66

Periode 6 11,28 11,32 0,31

Periode 7 10,69 11,28 -5,26

Periode 8 10,88 10,69 1,8

Periode 9 10,56 10,88 -2,9

Periode 10 11,08 10,56 4,89

Periode 11 10,09 11,08 -8,96

Periode 12 9,6 10,09 -4,88

Periode 13 6,6 9,6 -0,04

Sumber : Data diolah PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills 2016

Pada nilai indeks produktivitas Tabel 4.10 tanda positif (+) menunjukan

bahwa terjadi peningkatan produktivitas total perusahaan yang dinyatakan dalam

ukuran presentase. Tanda negatitf (-) menunjukan bahwa terjadinya penurunan

produktivitas total perusahaan dibandingkan pada periode sebelumya. Besarnya

nilai produktivitas total produksi tepung terigu selama 13 periode dapat dilihat pada

Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Nilai Produktivitas Total

0

10.87 10.59 10.95 10.8210.32

11.2810.69 10.88 10.56

11.0810.09

9.6

6.6

0

2

4

6

8

10

12

Current

Page 20: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

45

Gambar 4.2 Nilai Indeks Produktivitas

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa nilai produktivitas total yang

dicapai selama 13 periode. Pada periode 1 total yang didapatkan adalah sebesar

10,87, sedangkan pada periode 2 nilai produktivitas menurun menjadi 10,59. Hal ini

disebabkan oleh ada beberapa perubahan pada perhitungan namun hasil yang

didapatkan tidak mengalami perbedaan nilai yang terlalu jauh. Pada periode 3

adanya kenaikan produktivitas yaitu sebesar 10,95. Namun pada periode 4 dan lima

kembali mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh adanya penurunan skor yag

didapatkan pada perhitungan dari yang awalnya pada periode 3 mendapatkan skor

6 sedangkan pada periode 4 dan 5 hanya mendapatkan skor 3. Untuk periode 6

kembali mengalami kenaikan sebesar 11,28 yang merupakan kenaikan nilai

produktivitas tertinggi pada periode ini dari 12 periode lainya.

Pada periode 7 dan 8 mengalami perubahan yang tidak begitu besar yaitu

dari hasil sebesar 10,69 naik menjdi 10,88. Sedangkan pada periode 9 kembali

mengalami kenaikan yaitu sebesar 11,08 yang berarti adanya kenaikan yang cukup

tinggi untuk nilai produktivitas yang didapatkan. Untuk periode 11 kembali

mengalami penurunan hingga pada periode 13. Penurunan nilai yang terjadi

kemungkinan adanya tidak maksimalnya penggunaan kriteria sehingga

menyebabkan adanya penurunan nilai produktivitas yang cukup besar. Nilai yang

awalnya pada kisaran 10,09 terus menurun ke angkan 9,60 sampai dengan

menurun ke nilai 6,90 pada nilai produktivitas perusahaan.

0 0

-2.59

3.4

-1.18

4.66

0.31

-5.26

1.8

-2.9

4.89

-8.96

-4.88

-0.04

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

Indeks Produktivitas (%)

Page 21: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

46

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa nilai indeks produktivitas yang

dicapai pada 13 periode yang dimulai dari bulan januari 2015 sampai dengan bulan

januari 2016. Pada Gambar 4.2 terdapat grafik yang menunjukan adanya kenaikan

dan penurunan nilai indeks produktivitas. Periode 1 mendapatkan tidak

menghasilkan nilai indeks produktivitas karena pada periode ini merupakan awal

untuk pengukuran pada periode berikutnya. Pada periode 2 didapatkan nilai indeks

produktivitas sebesar -2,59% yang merupakan adanya penurunan produktivitas

pada perusahaan. Pada periode 3 mengalami peningkatan indeks yaitu sebesar

3,4% yang berarti bahwa adanya kenaikan produktivitas perusahaan. Pada periode

4 kembali mengalami penurunan indeks sebesar -1,18% persen adanya penurunan

ini terjadi karena adanya ketidak efisienya penggunaan berbagai aspek kriteria oleh

perusahaan. Periode 5 mengalami kenaikan nilai indeks yang cukup tinggi yaitu

sebesar 4,66%, namun pada periode 6 kembali mengalami penurunan yang cukup

jauh sebesar 0,31%.

Pada periode 7 kembali mengalami penurunan yang sangat signifikan yaitu

sebesar -5,26% yang merupakan salah satu tingkat produktivitas terendah dari 13

periode lainya, sedangkan pada periode 8 mengalami kenaikan sebesar 1,8%.

Periode 9 kembali mengalami penurunan nilai indeks yang cukup besar yaitu

sebesar 2,9% hal in menyebabkan adanya fluktuasi yang signifikan dan tenunya

sangat mempengaruhi perusahaan. Periode 10 merupakan pendapatan nilai

tertinggi yaitu sebesar 4,89% dari nilai indeks 12 periode lainya, ini merupakan

pencapaian tertinggi perusahaan dalam mendapatkan nilai indeks produktivitas.

Pada periode 11 kembali mengalami penurunan yang cukup banyak yaitu sebesar

-8,96% yang merupakan pencapaian indeks produktivitas terendah dari 12 periode

lainya. Sedangkan pada periode 12 dan 13 mengalami penurunan indeks

produktivitas yaitu sebesar -4,88% dan –0,44%. Adanya penurunan ini perusahaan

harus sebaiknya melakukan evaluasi dalam perusahaan sehingga tidak terjadinya

penurunan indeks produktivitas pada perusahaan.

Dari hasil pengamatan produktivitas parsial maupun produktivitas total

perusahaan, dapat dikatakan bahwa nilai produktivitas sudah cukup baik namun,

masih ada beberapa faktor yang diperbaiki untuk lebih meningkatkan dan

mengoptimalkan produktivitas perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai

produktivitas yang berfluktuatif selama 13 periode, dimana masih terjadi

peningkatan dan penurunan produktivitas total yang cukup besar, sehingga perlu

Page 22: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

47

dilakukan upaya perbaikan kembali. Nilai produktivitas yang berfluktuasi ini dapat

disebabkan oleh beberapa faktor.

Faktor utama yang berpengaruh adalah adanya kekurangan pada target

produksi dan juga da bebera bahan baku yang kurang dioptimalkan dalam produksi

perusahaan. Selain itu ada juga penurunan yang cukup signifikan menyebabkan

beberapa kriteria yang juga mempengaruhi produktivitas perusahaan seperti jam

kerja mesin yang kurang maksimal dan pemakaian energi lisitrik yang berlebihan

sehingga kemungkinan turunnya indeks produktivtas sangat terlihat. Kurangnya

pemeliharaan mesin dan perwatan juga menyebabkan adanya pemberhentian

prodes yang tentunya sangat mempengaruhi produktivitas pada perusahaan.

4.5 Usulan Perbaikan Produktivitas

Perbaikan produktivitas diusulkan setelah mengetahui produktivitas yang

telah dicapai perusahaan. Usulan perbaikan perlu dilakukan karena perusahaan

masih mengalami produktivitas yang fluktuatif. Dari hasil evaluasi produktivitas

dapat diketahui bahwa produktivitas perusahaan pada saat ini sudah cukup baik,

Menurut Tarwarka, (2004) Produktivitas dapat dikatakan baik apabila jumlah

produksi/keluaran sama atau meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya

yang lebih kecil dan produksi/keluaran meningkat diperoleh dengan penambahan

sumber daya yang relatif kecil. Untuk meningkatkan produktivitas pada perusahaan

masih perlu dilakukan perbaikan produktivitas agar produktivitas lebih efektif dan

optimal. Usulan perbaikan diajukan untuk memperbaiki produktivitas perusahaan

pada periode berikutnya. Perbaikan dilakukan berdasarkan pada pencapaian

produktivitas terakhir yaitu pada periode 13 pada bulan januari 2016. Perbaikan

dilakukan baik pada segi produktivitas total maupun pada produktivitas parsial.

Tingkat produktivitas parsial dari masing-masing kriteria pengukuran dapat

mempengaruhi tigkat produktivitas total perusahaan. Menurut Erni (2009), bahwa

tingkat pencapaian produktivitas total perusahaan dipengaruhi oleh produktivitas

parsialnya. Untuk memperbaiki produktivitasnya maka diperlukan usulan perbaikan

untuk dapat meningkatkan produktivitas total perusahaan.

4.5.1 Perbaikan Kuantitatif

Perbaikan produktivitas secara kuantitatif dilakukan dengan memberikan

usulan berupa jumlah pemakaian input setiap kriteria pengukuran agar tercapai

produktivitas yang optimal. Jumlah usulan perbaikan didapatkan dari hasil

Page 23: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

48

pembagian antara target produksi perusahaan dengan nilai skor tertinggi (skor 10)

pada setiap kriteria. Perbaikan dilakukan berdasarkan pada pencapaian

produktivitas periode terakhir yaitu pada periode 13 bulan Januari 2016. Data

perhitungan usulan perbaikan produktivitas dapat dilihat pada Lampiran 8.

Tabel 4.12 Usulan Perbaikan Produktivitas

Kriteria Nilai Periode

Terakhir

Jumlah Usulan

Perbaikan Pemborosan

Bahan Baku (Ton) 9479,300 9449,322 29,978

Tenaga Kerja (Orang) 294 211,307 83

Jam Kerja Mesin (Jam) 522,39 496,234 26,16

Energi Listrik (kWh) 513,24 448,058 65,18

Sumber : Data diolah PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills 2016

1. Perbaikan Jumlah Pemakaian Bahan Baku

Pencapaian produktivitas pemakaian bahan baku yang optimal dipengaruhi

oleh kriteria produktivitas yang ada. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara

mengurangi penyebab faktor-faktor yang mengakibatkan pemakaian bahan baku

yang tidak efisien. Perbaikan dilakukan dengan mengefisienkan pemakaian bahan

baku gandum sehingga dapat mencapai nilai produktivitas dengan skor 10. Adapun

perhitunganya dapat dilihat dari Lampiran 8. Kondisi awal pada periode januari

2016, perusahaan menggunakan bahan baku gandum dengan jumlah 9479,300 ton

dari perhitungan yang dilakukan didapatkan pemborosan yaitu sebesar 29,978 ton

dari pemakaian bahan baku yang optimal. Hal ini dapat terlihat dari pencapaian skor

pada bulan januari 2016 yaitu mencapai level 4.

Pencapaian skor yang bisa dikatakan tinggi dengan 12 periode lainya yang

diadapatkan pada periode 13 dengan level 4 dikatakan sudah baik, sedangkan

pemborosan bahan baku yang didapatkan tidak terlalu besar dalam mencapai

produktivitas perusahaan. Adanya pemborosan yang terjadi kemungkinan

disebabkan adanya penumpukan bahan baku sehinggga menyebabkan adanya

overload kapasitias mesin dan dapat menyebabkan pemberhentian mesin proses.

Selain itu jumlah bahan baku yang akan diproduksi harus sesuai dengan kapasitas

produksi agar proses produksi berjalan dengan lancar, hal tersebut sesuai dengan

Aziz (2012) yang menyatakan bahwa dengan persediaan bahan haruslah mampu

mencukupi kebutuhan produksi. Apabila terlalu banyak persediaan akan

Page 24: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

49

menambahkan kebutuhan modal. Namun apabila kurang, maka akan megangg

kelancaran proses produksi.

2. Perbaikan Jumlah Tenaga Kerja

Perbaikan produktivitas dalam pemakaian tenaga kerja adalah

mengefisienkan pemakaian tenaga kerja hingga dapat mencapai nilai produktivitas

dengan skor 10 dengan cara menghitung tingkat efisien jumlah tenaga kerja yang

dibutuhkan. Adapun perhitungan terdapat pada Lampiran 8. Berdasarkan

perhitungan tersebut maka untuk menghasilkan produk sebanyak 7351,270 ton

perusahaan membutuhkan tenaga kerja sejumlah 294 orang tenaga kerja dalam

periode 13 bulan januari. Dalam perhitungan didapatkan terjadinya pemborossan

83 orang tenaga kerja, hal ini terlihat ini merupakan salah satu pemborosan yang

dilakukan perusahaan dan pada skor didapatkan pada level atau level terendah.

Usulan tersebut merupakan tingkat efisien yang dicapai untuk meningkatkan

produktivitas tenaga kerja.

Pencapaian skor yang belum optimal dimungkinkan karena perusahaan

selama ini belum mempermasalahkan mengenai keterampilan dan tingkat

pendidikan tenaga kerjanya sehingga tenaga kerja kurang memahami arti penting

produktivitas. Faktor lain yang mungkin mempengaruhi adalah faktor lingkungan,

metode, ketidak nyamanan lingkungan kerja, penetapan tenaga kerja yang salah,

kurangnya pengawasan dari atasan dan juga prestasi kerja yang rendah. Usulan

perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penilaian lebih lanjut

terhadap skill dari seriap pekerja untuk menentukan pekerjaan mana yang harus

dikerjakan para tenaga kerja sesuai skill dan keahlian. Selain itu dapat pula

dilakukan dengan non job trainning atau seperti seminar motivasi dan komitmen

pekerja terhadap tanggung jawab pekerjaan. Seperti yang dijelaskan oleh Nenny

(2008), dalam teori motivasinya mengatakan bahwa produktivitas seseorang dapat

ditentukan oleh “virus mental” yang ada pada dirinya. Virus mental adalah kondisis

jiwa yang mendorong seseorang untuk mampu mencapai orestasinya secara

maksimal.

3. Perbaikan Jam Kerja Mesin

Jumlah pemakaian jam kerja mesin perlu diadakanya perbakikan pada

Tabel 4.11 bisa dilihat periode terakhir pada periode 13 bulan januari 2016

didapatkan nilai 522,39 jam. Perbaikan pada jam kerja mesin setelah dilakukan

Page 25: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan …repository.ub.ac.id/151524/5/BAB_IV.pdf · 2018. 11. 23. · 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

50

perhitungan yaitu sebebsar 496,234 perhitungan bisa dilihat pada Lampiran 8.

Pemborosan yang terjadi 26, 16 jam yang merupakan salah satu masalah

perusahaan yang harus dihilangkan untuk tercapainya target produktivitas

perusahaan. Terjadinya pemborosan dikarenakan adanya mesin yang digunakan

melebihi jam kerja mesin yang seharusnya digunakan. Penyebab terjadinya jam

kerja mesin yang berlebihan disebabkan adanya beberapa mesin yang mengalami

kerusakan sehingga harus dilakukan perbaikan dan mengharuskan mesin akan

digunakan dari awal dalam berjalanya proses.

Usaha yang digunakan untuk meningkatkan jam kerja mesin adalah dengan

cara memotivasi pekerja serta dilakukanya pengawasan yang ketat terhadap

pekerja yang bersangkutan untuk memanfaatkan jam kerja mesin secara efisien.

Hal ini sesuai dengan Taufiq (2013) bahwa kerusakan pada peralatan dapat

menghambat pertumbuhan produktivitas dalam perusahaan, dan juga dengan

adanya downtime yang terjadi pada salah satu mesin maka secara otomatis proses

produksi akan terganggu ssampai mesin beroprasi kembali.

4. Perbaikan Energi Listrik

Untuk menghasilkan output yaitu berupa tepung terigu didapatkan nilai awal

yaitu sebesar 735,270 ton pada periode 13. Diperlukan energi listrik pada periode

13 yaiu sebesar 513,24, sedangkan setelah dilakukanya sebuah perhitungan pada

Lampiran 8 didapatkan jumlah energi listrik yang telah diperbaiki yaitu sebesar

448,058 kWh. Hal ini menyebabkan adanya pemborosan dan menyebabkan tidak

produtifnya pemakaian energi listrik pada milling procces, pemborosan yang

didapatkan adalah sebesar 65,18 kWh. Dalam hal ini perusahaan tentunya harus

mengoptimalkan pemakaian energi listrik agar perusahaan mendapatkan tingkat

produktivitas yang tinggi pada bagian milling proccess.

Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dalam

pemakaian energi listrik adalah dengan cara mengefisienkan energi listrik yang

dipakai menerpakan kerjasama antarpekerja dengan saling mengingatkan. Hal lain

melakukan pengawasan dengan pekerja dalam melakukan proses produksi agar

sesefisien mungkin dalam penggunakan energi listrik pada sebuah mesin. Menurut

Edi (2012), bahwa pengendalian persediaan bahan bakar yaitu listrik dalam

berjalanya suatu proses harus dilakukan suatu perusahaan agar tidak terjadi

keterhambatan produksi, selain itu serta menggunakan bahan bakar atau energi

listrik secara efektif dan seefisien mungkin.