iv hasil dan pembahasan 4.1 pengaruh penambahan...
TRANSCRIPT
40
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Penambahan Wortel terhadap Daya Ikat Air Naget Kelinci
Hasil pengukuran daya ikat air naget kelinci dengan tiga perlakuan
penambahan wortel, disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai Rata-rata Daya Ikat Air Naget Kelinci dengan Berbagai
Perlakuan Konsentrasi Wortel
Ulangan Perlakuan
P1 P2 P3
…………............. ……....(%)……… ………………….
1 54,89 55,96 57,52
2 55,66 54,87 59,46
3 57,69 55,06 59,55
4 53,01 55,87 57,83
5 55,20 54,65 55,83
6 55,61 56,38 56,09
Rata-rata 55,34 55,47 57,71
Keterangan : P1 = Penambahan Wortel 5%
P2 = Penambahan Wortel 10%
P3 = Penambahan Wortel 15%
Berdasarkan Tabel 6. menunjukkan bahwa daya ikat air naget kelinci
mengalami peningkatan dari setiap perlakuan penambahan wortel. Nilai rata-rata
daya ikat air tertinggi yaitu sebesar 57,71% pada penambahan wortel 15% (P3),
sedangkan terendah yaitu sebesar 55,34% pada penambahan wortel 5% (P1),
selanjutnya untuk mengetahui apakah perlakuan berpengaruh nyata terhadap daya
ikat air, maka dilakukan analisis sidik ragam (Lampiran 2). Hasil analisis sidik
ragam menunjukkan bahwa penggunaan wortel nyata berpengaruh (P<0,05)
terhadap daya ikat air naget kelinci.
41
Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dilakukan untuk mengetahui
pengaruh perbedaan antar perlakuan dilakukan, hasil signifikansinya di sajikan
pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji Multiple Range Test (DMRT) Berbagai Perlakuan
Konsentrasi Wortel dalam Adonan terhadap Daya Ikat Air Naget
Kelinci
Perlakuan Daya Ikat Air Signifikansi (0,05)
…………...%...............
P3 57,71 a
P2 55,47 b
P1 55,34 b
Keterangan: Huruf kecil yang tidak sama pada kolom signifikansi
menunjukkan berbeda nyata.
Berdasarkan Tabel 7, menunjukkan bahwa daya ikat air naget kelinci pada
perlakuan wortel 15% yaitu (57,71) nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan
perlakuan wortel 5% yaitu (55,34) dan perlakuan wortel 10% yaitu (55,47),
sementara perlakuan wortel 10% yaitu (55,47) jika di bandingkan dengan perlakuan
wortel 5% yaitu (55,34) nyata tidak berbeda. Hal ini disebabkan rata-rata kadar air
pada naget kelinci konsentrasi wortel 10% (55,80%) dan 5% (55,65%) tidak jauh
berbeda, sedangkan pada konsentrasi wortel 15% (58,05%), dengan meningkatnya
penambahan wortel 15% kadar air yang dihasilkan lebih tinggi sehingga
mempengaruhi daya ikat air naget kelinci. Kadar air pada wortel sangat tinggi yaitu
sebesar 88,29/100 gram.
Hasil ini menunjukkan bahwa daya ikat air mengalami peningkatan sejalan
dengan bertambahnya konsentrasi wortel, hal ini diduga kandungan serat pada
wortel. Peningkatan daya ikat air yang nyata pada konsentrasi wortel 15% karena
dengan semakin banyaknya konsentrasi wortel yang ditambahkan dapat
42
meningkatkan kadar serat pangan sehingga berperan dalam mengikat air sehingga
kemampuan penyerapan air menjadi lebih baik.
Serat wortel ini akan mengikat air dalam matriks naget sehingga akan
mengurangi kehilangan air. Hal ini sejalan dengan pendapat Wirjatmadi dkk,
(2002), bahwa serat yang larut dalam air cenderung bercampur dengan air
membentuk jaringan gel atau jaringan pekat. Jaringan pekat dalam penelitian ini
yaitu dengan ditambahkannya bahan pengisi yaitu tepung meizena. Hasil penelitian
ini sesuai dengan Evawati dan Irawan (2014), yang menyatakan penambahan 15%
wortel pada naget menghasilkan nilai serat terbaik, sehingga kemampuan
penyerapan air menjadi lebih baik.
Bahan pengisi dalam proses gelatinisasi dapat mengikat lebih banyak air,
sedangkan air dapat membantu melarutkan garam dan meningkatkan jumlah protein
yang terekstrak sehingga produk yang dihasilkan akan menjadi lebih berisi dan
bertekstur, selain itu bahan pengisi dalam pembuatan naget kelinci juga berfungsi
untuk meningkatkan stabilitas emulsi, meningkatkan daya ikat air, meningkatkan
flavour, mengurangi pengerutan selama pemasakan, dan dapat meningkatkan
karakteristik irisan produk. Selain itu dengan ditambahkannya bahan pengisi dapat
menambah kokoh dan kopak pada naget kelinci. Sesuai dengan pendapat
(Fitriadenti, 2011) bahwa kandungan pati yang menyebabkan gel yang terbentuk
pada saat pemanasan juga akan menimbulkan produk yang kokoh dan kompak.
Untuk mengetahui perlakuan yang paling optimal terhadap daya ikat air
naget kelinci dilakukan uji polinomial orthogonal. Hasil dari uji polinomial
orthogonal disajikan pada Ilustrasi 5.
43
Ilustrasi 5. Grafik Polinomial Orthogonal Daya Ikat Air
Hasilnya menunjukkan bahwa pada daya ikat air mengikuti pola regresi
linear dengan persamaan Y= 0.2369x + 53.81 dengan R2 = 0.7882. Hal ini
menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi wortel untuk setiap perlakuan diikuti
oleh peningkatan kadar air naget kelinci, sesuai dengan pendapat Ghozali, (2012)
jika nilai yang mendekati 1 berarti variable-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variable-variabel
dependen. Koefisien determinasi penelitian ini diperoleh hasil 79% yang artinya
daya ikat air naget kelinci sebesar 79% dipengaruhi oleh konsentrasi wortel dan
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti bahan utama dan bahan tambahan.
Kandungan serat dan kadar air pada wortel sangat tinggi sehingga daya
mengikat air pada naget kelinci tinggi dan baik pula, sesuai dengan pendapat Huber
dkk, (2003) bahwa wortel mempunyai sifat daya ikat air yang tinggi dan sangat
baik, karena ikatan airnya sangat kuat, serat wortel akan mengikat air dalam matrik
naget sehingga akan mengurangi kehilangan air, semakin tinggi penambahan
wortel, kandungan serat pada naget kelinci yang dihasilkan semakin tinggi dan daya
ikat air juga tinggi sehingga sangat baik jika dikonsumsi terutama penderita
kolesterol darah dan gula darah, karena naget kelinci rendah akan kolesterol. Sesuai
Y = 0.2369x + 53.81R² = 0.7882
54.5
55
55.5
56
56.5
57
57.5
58
0 5 10 15 20
Day
a Ik
at A
ir
(%)
Persentase wortel
44
dengan pendapat Kasim (2004) bahwa makanan berserat tinggi mampu
menurunkan kolesterol darah dan gula darah.
4.2 Pengaruh Penambahan Wortel terhadap Susut Masak Naget Kelinci
Hasil pengukuran susut masak naget kelinci dengan tiga perlakuan
konsentrasi penambahan wortel, disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Nilai Rata-rata Susut Masak Naget Kelinci dengan Berbagai
Perlakuan Konsentrasi Wortel
Ulangan Perlakuan
P1 P2 P3
…………............. ............(%)……. ………………….
1 2,01 1,60 2,47
2 1,67 2,19 0,90
3 2,29 1,92 2,79
4 2,03 2,28 2,43
5 2,35 1,63 0,63
6 2,25 2,21 1,51
Rata-rata 2,10 1,97 1,79
Berdasarkan data Tabel 8. dapat dijelaskan bahwa susut masak naget kelinci
menurun dengan meningkatnya penambahan wortel. Nilai susut masak terendah
diperoleh pada perlakuan wortel 15% (P3) yaitu 1,79%, diikuti dengan perlakuan
wortel 10% (P2) yaitu 1,97% dan perlakuan wortel 5% (P1) yaitu 2,10%.
Hasil analisis sidik ragam untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
penambahan wortel terhadap susut masak pada naget kelinci, dapat dilihat pada
Lampiran 3. Hasil yang diperoleh bahwa susut masak naget kelinci tidak nyata
berpengaruh (P>0,05) pada setiap perlakuan. Penambahan konsentrasi wortel pada
naget kelinci dengan semakin tinggi memiliki susut masak yang rendah karena
kemampuan serat pada wortel mengikat matrik pada naget sehingga cairan nutrisi
yang hilangpun lebih rendah.
45
Hasil analisis ragam dan uji polinomial orthogonal (Lampiran 3)
menunjukkan bahwa tingkat penggunaan wortel tidak nyata berpengaruh (P>0.05)
terhadap susut masak naget kelinci yang dihasilkan, hal ini disebabkan susut masak
dipengaruhi oleh waktu dan suhu pemasakan, sesuai dengan pendapat Lawrie
(2003) bahwa faktor yang mempengaruhi susut masak yaitu waktu dan suhu
pemasakan, banyak membrane seluler, banyak keluar air, degradasi protein, dan
kemampuan daging mengikat air, pH, panjang sakromer serabut otot, ukuran otot,
ukuran dan berat sampel daging serta penampang daging.
Susut masak naget kelinci hasil penelitian yaitu 1,79% (P3), 1,97% (P2) dan
2,10% (P1) masih dalam kisaran normal sesuai dengan pendapat Soeparno (2009),
bahwa umumnya nilai susut masak antara 1,5-54%. Pengukusan naget kelinci pada
suhu 1000C selama 45 menit menyebabkan terdegradasinya protein dalam adonan
naget. Kandungan protein wortel yang sedikit yaitu sebesar 0.93% membuat nilai
susut masak tidak berbeda jauh antar perlakuan dan jarak antar konsentrasi wortel
yang tidak terlalu jauh tidak mampu menurunkan kualitas susut masak secara
signifikan terhadap naget kelinci. Meningkatnya kadar protein akan meningkatkan
daya ikat air dan menurunkan susut masak (Jajang, dkk., 2011).
Susut masak yang rendah mempunyai kualitas yang relatif baik
dibandingkan dengan susut masak yang besar, karena resiko kehilangan nutrisi
selama pemasakan akan lebih sedikit, selain itu merupakan indikator nilai nutrisi
naget yang berhubungan dengan kadar air daging, yaitu banyaknya air yang terikat
didalam dan di antara otot serta serta kadar air pada wortel dengan berbagai
konsentrasi sehingga daya ikat air yang rendah akan mengakibatkan nilai susut
masak yang tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Soeparno (2009), bahwa daging
dengan susut masak yang lebih rendah mempunyai kualitas yang relatif lebih baik
46
daripada daging dengan susut masak lebih besar, karena kehilangan nutrisi selama
pemasakan akan lebih sedikit sehingga naget kelinci dengan susut masak rendah
akan mempunyai kualitas lebih baik dibandingkan dengan naget kelinci memiliki
susut masak tinggi.
4.3 Pengaruh Penambahan Wortel terhadap Keempukan Naget Kelinci
Hasil pengukuran keempukan naget kelinci dengan tiga perlakuan
penambahan wortel, disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Nilai Rata-rata Keempukan Naget Kelinci dengan Berbagai
Perlakuan Konsentrasi Wortel
Ulangan Perlakuan
P1 P2 P3
…………............. (mm/g/10 detik) ………………….
1 39,60 55,80 68,40
2 39,60 60,00 45,20
3 43,60 49,80 40,20
4 32,40 33,60 45,40
5 31,60 35,20 47,20
6 51,00 45,80 40,00
Rata-rata 39,63 46,70 47,73
Dari data Tabel 9. diketahui bahwa nilai rata-rata keempukan mengalami
peningkatan dengan meningkatnya konsentrasi wortel berturut-turut diperoleh pada
perlakuan wortel 5% (P1) yaitu 39,63 mm/g/10 detik, perlakuan wortel 10% (P2)
yaitu 46,70 mm/g/10 detik, dan perlakuan wortel 15% (P3) yaitu 46,33 mm/g/10
detik.
Hasil analisis ragam dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
penambahan wortel terhadap keempukan naget kelinci (Lampiran 4). Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa keempukan naget kelinci tidak nyata berpengaruh
(P>0,05) suhu yang digunakan tinggi yaitu sebesar 1000C dengan waktu 45 menit
47
pada saat pengukusan dan penggorengan dengan suhu 1700C selama 5 menit
sehingga dapat mengurangi kandungan air yang terdapat pada naget kelinci
sehingga keempukan tidak nyata berbeda. Menurut Soeparno (2005) pada
prinsipnya pemasakan dapat meningkatkan atau menurunkan keempukan daging,
dan kedua pengaruh pemasakan ini tergantung waktu atau temperatur. Hal yang
menyebabkan tidak berpengaruhnya penambahan wortel terhadap keempukan
naget kelinci ini diduga karena pemasakan.
Uji polinomial orthogonal dilakukan untuk mengetahui perlakuan yang
paling optimal terhadap keempukan naget kelinci (Lampiran 4). Hasilnya
menunjukkan bahwa tingkat penggunaan wortel tidak nyata berpengaruh (P>0,05)
terhadap keempukan naget kelinci yang dihasilkan. Peningkatan konsentrasi wortel
tidak diikuti oleh peningkatan keempukan yang nyata karena pada saat pengukusan
dan penggorengan naget kelinci terjadi kerusakan dan perubahan struktur protein
otot terutama pada aktin dan myosin. sehingga menyebabkan penurunan
kemampuan protein otot dan meningkatkan keempukan pada daging sesuai dengan
pendapat (Bouton, dkk., 1971) bahwa keempukan dipengaruhi oleh struktur otot
seperti protein myofibrillar dan jaringan ikat dan proses pemasakan.
4.4 Pengaruh Penambahan Wortel terhadap Tingkat Akseptabilitas pada
Naget Kelinci
4.4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Naget Kelinci
Pengujian tingkat akseptabilitas pengaruh perlakuan terhadap warna naget
kelinci (Lampiran 5) diperlihatkan bahwa penambahan konsentrasi wortel tidak
nyata berpengaruh (P>0,05) terhadap warna pada naget kelinci (Lampiran 10). Hal
ini menunjukkan bahwa warna naget dengan penambahan wortel sampai
48
konsentrasi 15% pada pembuatan naget kelinci memberikan respon warna yang
sama karena penggunaan takaran wortel yang persentasenya sedikit sehingga tidak
berpengaruh terhadap warna naget kelinci. Selain itu juga terjadi reaksi
karamelisasi pada saat penggorengan sehingga warna yang dihasilkan sama.
Morreira (1999) menyatakan bahwa metode penggorengan deep fat frying
merupakan proses pemasakan makanan dengan menggunakan kontak langsung
dengan minyak panas, dalam cara ini terjadi perpindahan panas dan massa.
Perpindahan panas selama penggorengan berjalan cepat karena seluruh permukaan
bahan berinteraksi langsung dengan minyak goreng sehingga akan menghasilkan
penampakan produk yang seragam.
Menurut Winarno (2008) warna merupakan hal penting bagi makanan, baik
yang sudah diolah maupun yang tidak diolah. Secara visual faktor warna tampil
lebih dulu dan kadang-kadang sangat menentukan sebelum mempertimbangkan
faktor lain.
4.4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Rasa Naget Kelinci
Pengujian tingkat akseptabilitas pengaruh perlakuan terhadap rasa naget
kelinci (Lampiran 6) diperlihatkan bahwa penambahan konsentrasi wortel tidak
nyata berpengaruh (P>0,05) terhadap rasa pada naget kelinci. Hal ini menunjukkan
bahwa naget dengan penambahan wortel sampai konsentrasi 15% memberikan
respon yang sama.
Rasa pada naget kelinci diantaranya dipengaruhi oleh bahan daging yang
ditambahkan, cara pemasakan terutama tingginya suhu dan lama pemasakan, serta
bumbu. Presentase dari setiap bumbu yang digunakan dalam setiap perlakuan sama
sehingga rasa yang dihasilkanpun sama. Bumbu ikut berperan penting dalam
49
pembentukan rasa naget kelinci. Hal ini sejalan dengan pernyataan Buckle, dkk.,
(1985) bahwa bumbu yang ditambahkan berperan dalam pembentukan flavour yang
diperkuat oleh adanya pemasakan. Diikuti pula oleh pendapat Soeparno (2005),
rasa daging masak banyak ditentukan oleh prekursor yang larut dalam air dan
lemak, selain itu proses pengolahan dan lama penyimpanan serta lama dan
temperatur pemasakan juga dapat mempengaruhi rasa pada naget.
Rasa pada bahan makanan ditimbulkan oleh senyawa-senyawa volatile
kompleks. Sedangkan wortel mengandung bahan-bahan volatile dalam jumlah
sedikit sehingga tidak berpengaruh terhadap rasa naget. Sejalan dengan penelitian
Arief Abadi (2004), mengenai penambahan kombinasi wortel dan minyak jagung
pada sosis daging sapi terhadap rasa yang dihasilkan oleh sosis daging sapi tidak
berpengaruh disebabkan wortel yang ditambahkan tidak mempunyai rasa khas yang
cukup tajam yang dapat mempengaruhi rasa naget kelinci keseluruhan.
4.4.3 Pengaruh Perlakuan terhadap Aroma Naget Kelinci
Pengujian tingkat akseptabilitas pengaruh perlakuan terhadap aroma naget
kelinci (Lampiran 7) hasilnya diperlihatkan bahwa penambahan wortel
memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap aroma naget kelinci. Kemudian
diuji lanjut dengan uji Man-Whitney untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan,
hasilnya tercantum pada Tabel 10.
Tabel 10. Pengaruh Perlakuan terhadap Aroma Naget Kelinci
Perlakuan Rata-rata Ranking Skala Hedonik Signifikansi
(0,05)
P3 24,18 Suka a
P2 28,43 Suka a
P1 38,90 Agak suka b
Keterangan: Huruf kecil yang tidak sama pada kolom signifikansi
menunjukkan berbeda nyata.
50
Tabel 10. menunjukkan bahwa tingkat kesukaan aroma naget kelinci tinggi
pada perlakuan penambahan konsentrasi wortel 15% (P3) tidak berbeda nyata
dengan pada perlakuan penambahan konsentrasi wortel 10% (P2), tetapi berbeda
nyata dengan penambahan konsentrasi wortel 5% (P1). Hal ini disebabkan karena
perlakuan konsentrasi wortel 5% (P1) memiliki presentasi wortel sedikit sehingga
tidak memiliki aroma yang khas yang disukai oleh panelis tetapi pada penambahan
konsentrasi wortel 10% (P2) dan 15% (P3) mulai memberikan aroma wortel pada
naget kelinci sehingga disukai oleh panelis.
Perlakuan konsentrasi wortel 10% (P2) dan 15% (P3) dengan 5% (P1)
memberikan aroma yang berbeda karena aroma pada bahan makanan lebih banyak
ditimbulkan oleh senyawa-senyawa volatil kompleks yang berasal dari bahan utama
dan banyaknya bahan tambahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Widodo (2008)
aroma atau bau merupakan sifat sensori yang pada umumnya menentukan kelezatan
makanan. Tanggapan terhadap sifat sensori aroma biasanya diasosiasikan volatil
kompleks yang berasal dari bumbu-bumbu yang ditambahkan.
Pembuatan naget kelinci ditambah presentasi wortel memberi pengaruh
pada aroma naget kelinci yang dapat diterima oleh panelis, dengan bertambah
banyak konsentrasi wortel yang ditambahkan sangat mempengaruhi cita rasa khas
pada naget kelinci, selain itu juga bau atau aroma yang khas daging kelinci tertutup
oleh senyawa volatile yang terdapat pada wortel.
Salah satu faktor penting yang pertimbangan konsumen dalam memilih
produk makanan adalah aroma. Sesuai dengan pendapat Winarno (1997)
menyatakan bahwa dalam banyak hal kelezatan makanan ditentukan oleh aroma
atau bau dari makanan tersebut. Aroma yang menggugah selera akan menjadi
parameter yang baik bagi konsumen untuk memilih produk tersebut.
51
Bau atau aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk
diklasifikasikan dan dijelaskan karena ragamnya yang begitu besar. Tanggapan
terhadap sifat sensori bau dan aroma biasanya diasosiasikan dengan bau produk
atau senyawa tertentu yang sudah umum dikenal seperti bau vanilla, asam butirat
dan sebagainya. Penciuman bau atau aroma dapat dilakukan terhadap produk secara
langsung (Dwi Setyaningsih dkk, 2010).
4.4.4 Pengaruh Perlakuan terhadap Keempukan Naget Kelinci
Pengujian tingkat akseptabilitas pengaruh perlakuan terhadap keempukan
naget kelinci (Lampiran 8). Hasilnya diperlihatkan bahwa penambahan konsentrasi
wortel berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap keempukan pada naget kelinci.
Keempukan subjektif naget dengan penambahan wortel pada pembuatan naget
kelinci memberikan respon yang sama karena rentang wortel yang hanya 5%.
Sedangkan persentase daging yang ditambahkan pada masing-masing perlakuan
sama, sesuai dengan pendapat Iqbal (2016) yang menyatakan persentase daging
yang sama tidak berpengaruh terhadap keempukan naget ayam.
Kesan keempukan subjektif pada naget kelinci ditentukan oleh panelis
karena tergantung pada respon dan sensori diantara individu pada saat mengunyah,
sesuai dengan pendapat Lawrie (2003) kesan keempukan pada naget kelinci secara
keseluruhan meliputi tekstur dan melibatkan beberapa aspek diantaranya mudah
atau tidaknya gigi berpenetrasi awal ke dalam naget, mudah atau tidaknya dikunyah
menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, dan jumlah residu yang tertinggal
setelah dikunyah
52
4.4.5 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Penerimaan Naget Kelinci
Pengujian tingkat akseptabilitas pengaruh perlakuan terhadap total
penerimaan naget kelinci diuji menggunakan statistik Kruskal-Wallis. Dari hasil
analisis statistik Kruskal-Wallis (Lampiran 9) diperlihatkan bahwa penambahan
wortel memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap total penerimaan pada
naget kelinci. Data tersebut kemudian diuji lanjut dengan uji Man-Whitney untuk
mengetahui perbedaan antar perlakuan.
Tabel 11. Pengaruh Perlakuan terhadap Total Penerimaan Naget Kelinci
Perlakuan Rata-rata Ranking Skala Hedonik Signifikansi
(0,05)
P3 27,60 Suka a
P2 25,85 Suka a
P1 38,05 Agak suka b
Keterangan: Huruf kecil yang tidak sama pada kolom signifikansi
menunjukkan berbeda nyata.
Tabel 11. menunjukkan bahwa penilaian secara subjektif yang dilakukan
oleh panelis terhadap total penerimaan naget kelinci memberikan tanggapan dan
kesan yang berbeda. Total penerimaan naget kelinci pada perlakuan penambahan
konsentrasi wortel 15% (P3) tidak berbeda nyata dengan total penerimaan pada
perlakuan penambahan konsentrasi wortel 10% (P2), tetapi keduanya berbeda nyata
dengan penambahan konsentrasi wortel 5% (P1). Hal ini disebabkan karena
perlakuan konsentrasi wortel 5% memiliki presentasi wortel yang sedikit sehingga
agak disukai oleh panelis karena wortel tidak memiliki rasa yang khas sehingga
takaran wortel yang sedikit tidak memberikan senyawa volatile yang begitu khas.
Menurut Hendrick, dkk. 1994; Ali, dkk., (2011), Sayuran juga dapat dijadikan filler,
binder, pengganti lemak dan sumber serat makanan dan antioksidan alami di sistem
perdagingan.
53
Dari data yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian akseptabilitas panelis
dari segi total penerimaan menunjukkan bahwa penambahan wortel mempengaruhi
total penerimaan naget kelinci yang dihasilkan.