iv. hasil penelitian dan pembahasan a. karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/bab iv.pdf ·...

37
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Narasumber Sebelum sampai pada hasil penelitian dan pembahasan, perlu penulis uraikan terlebih dahulu mengenai karakteristik Narasumber. Narasumber adalah orang yang memberi atau mengetahui secara jelas atau menjadi sumber informasi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997: 609). Adapun narasumber sebagai bahan hukum penunjang dalam penelitian ini adalah beberapa akademisi atau Dosen dan Guru besar di fakultas hukum Universitas Lampung. Narasumber dalam penelitian ini berjumlah 3 orang yang terdiri dari 2 (dua) orang akademisi atau Dosen dan 1 (satu) orang Guru besar fakultas hukum Universitas Lampung. Adapun narasumber dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Nama : Prof. Dr. Kadri Husin, S.H., M.H. NIP : 19431114 196909 1 001 Pangkat : Pembina Utama Madya Golongan : IV / d Jabatan : Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Lampung

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

53

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Narasumber

Sebelum sampai pada hasil penelitian dan pembahasan, perlu penulis uraikan

terlebih dahulu mengenai karakteristik Narasumber. Narasumber adalah orang

yang memberi atau mengetahui secara jelas atau menjadi sumber informasi

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997: 609).

Adapun narasumber sebagai bahan hukum penunjang dalam penelitian ini adalah

beberapa akademisi atau Dosen dan Guru besar di fakultas hukum Universitas

Lampung. Narasumber dalam penelitian ini berjumlah 3 orang yang terdiri dari 2

(dua) orang akademisi atau Dosen dan 1 (satu) orang Guru besar fakultas hukum

Universitas Lampung. Adapun narasumber dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Nama : Prof. Dr. Kadri Husin, S.H., M.H.

NIP : 19431114 196909 1 001

Pangkat : Pembina Utama Madya

Golongan : IV / d

Jabatan : Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Lampung

Page 2: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

54

2. Nama : Dr. Eddy Rifai, S.H., M.H.

NIP : 19610912 198603 1 003

Pangkat : Pembina Tk I / Lektor Kepala

Golongan : IV / b

Jabatan : Akademisi / Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung

3. Nama : Shafruddin, S.H., M.H.

NIP : 19600207 198603 1 001

Pangkat : Lektor Kepala

Golongan : IV / a

Jabatan : Akademisi / Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung

B. Alasan Yang Menjadi Dasar Adanya Kebijakan Formulasi Hakim

Komisaris Dalam RUU KUHAP Tahun 2009

Salah satu manifestasi perlindungan hak-hak asasi manusia yang tercantum dalam

KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang

ditangkap, ditahan dan dituntut tanpa alasan yang sah (cukup) berdasarkan

ketentuan undang-undang.

Lembaga pra peradilan tersebut sebagaimana yang ditentukan dalam KUHAP

yaitu pada Pasal 1 angka 10 adalah wewenang pengadilan negeri untuk

memeriksa dan memutus menurut cara yang diatur dalam Undang-undang Nomor

8 Tahun 1981 adalah diantaranya:

a. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan

tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tesangka;

Page 3: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

55

b. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas

permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan;

c. Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya

atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.

Berdasarkan Pasal 1 angka 10 KUHAP dapat diketahui salah satu tujuan

dibuatnya KUHAP tidak lain adalah untuk memberikan perlindungan kepada

tersangka, sehingga dapat terhindar dari tindakan kesewenang-wenangan aparat

penegak hukum khususnya pada tingkat penyidikan maupun penuntutan,

perkosaan terhadap harkat dan martabat manusia sejauh mungkin dapat dihindari

seperti salah tangkap, salah tahan, dan lain sebagainya, disamping itu juga

menjunjung tinggi asas praduga tidak bersalah (presumption of innocence)

sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman Pasal 8 yang menyatakan bahwa “Setiap orang yang

disangka, ditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan di depan pengadilan wajib

dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan

kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap”.

Saat ini pra peradilan dipertanyakan kembali keefektifannya dan diperbandingkan

dengan konsep Hakim Komisaris (pada masa Hindia Belanda pernah diberlakukan

rechter commisaris). Pra peradilan yang selama ini telah diatur dalam KUHAP

menuai banyak kritikan dari praktisi hukum. Di dalam prakteknya, ternyata pra

peradilan kurang memberikan rasa keadilan bagi para pencari keadilan khususnya

tersangka dalam proses peradilan pidana (Oemar Seno Adji, 1984: 64).

Page 4: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

56

Pra peradilan yang selama ini diatur dalam KUHAP masih mempunyai

kelemahan-kelemahan mengingat usia KUHAP saat ini hampir dua puluh

sembilan (29) tahun, yang sangat layak membutuhkan perubahan sesuai dengan

perkembangan zaman. Keberadaan pra peradilan ini menuai banyak kritikan dari

para praktisi hukum karena ada hal-hal yang seharusnya diatur oleh pra peradilan

tetapi tidak diakomodasi KUHAP. Selain itu, walaupun lembaga pra peradilan

dibentuk untuk menjalankan fungsi pengawasan pengadilan terhadap proses

pemeriksaan pendahuluan agar lebih bersifat adil dan manusiawi, tetapi dalam

pelaksanaannya, terdapat beberapa ketentuan dalam KUHAP yang menimbulkan

persoalan, antara lain:

a) Masalah Subjek Hukum dalam Pra Peradilan

Subjek hukum ialah orang/perorangan dan badan hukum. Jika dicermati

ketentuan dalam KUHAP tampak bahwa subjek hukum dalam pra peradilan

terdiri dari penyidik, penuntut umum, tersangka atau ahli warisnya dan pihak

ketiga yang berkepentingan, sedangkan pihak yang dapat di pra peradilankan

yaitu penyidik dan penuntut umum. Persoalan yang dapat muncul apakah

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Organisasi Non Pemerintah

(ORNOP) yang mengatasnamakan kepentingan masyarakat umum korban

kejahatan tertentu dapat mengajukan pra peradilan. Apakah LSM atau

ORNOP termasuk pihak ketiga yang berkepentingan dalam pra peradilan,

mengingat beberapa waktu lalu Indonesian Corruption Wacht (ICW) pernah

mengajukan pra peradilan terhadap Kejaksaan Agung terkait dengan

penghentian penyidikan beberapa kasus korupsi, yang dalam putusannya

Page 5: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

57

menyatakan bahwa ICW bukan merupakan pihak ketiga yang berkepentingan

(Al. Wisnubroto dan G. Widiartana, 2005: 80).

b) Masalah kewenangan pra peradilan

Kewenangan pra peradilan terdiri dari sah tidaknya suatu penangkapan dan

penahanan, sah tidaknya penghentian penuntutan atas penghentian penyidikan

serta permintaan ganti kerugian dan rehabilitasi bagi seseorang yang

perkaranya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan ata karena

penangkapan atau penahanannya tidak sah. Ruang lingkup ini dinilai terlalu

sempit karena tidak menjangkau tidak sahnya upaya paksa lainnya yang

dilakukan oleh penyidik atau penuntut umum, misalnya tidak sahnya

pemeriksaan surat-surat, pemasukan rumah dan penggeledahan. Disamping itu

terdapat beberapa ketentuan dalam KUHAP, misalnya Pasal 82 Ayat (3) huruf

d, dan Pasal 81 KUHAP yang tidak sinkron dengan Pasal 77 KUHAP, dimana

kewenangan pra peradilan yang disebut di dalamnya tidak sama (Al.

Wisnubroto dan G. Widiartana, 2005: 80).

c) Hakim pra peradilan yang bersikap pasif

Tata cara pemeriksaan pra peradilan lebih mirip seperti proses pemeriksaan

perkara perdata. Hal ini dapat dilihat dari terminologi yang digunakan dalam

proses pra peradilan, pihak pemohon dan termohon pra peradilan, tahap-tahap

pemeriksaan, dan lain-lain. Konsekuensi lainnya adalah hakim dalam pra

peradilan bersikap pasif sehingga sekalipun mengetahui adanya kesalahan

prosedur pada saat pemeriksaan pendahuluan, tetapi jika ada pihak yang

mengajukan permohonan pemeriksaan pra peradilan, hakim tidak bisa

Page 6: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

58

memanggil pihak yang melakukan kesalahan prosedur untuk diperiksa jika

tidak ada yang mempraperadilankan. Dikatakan hakim bersikap pasif karena

hakim pra peradilan cenderung hanya menilai syarat formil dari suatu perkara

hakim pra peradilan tidak mempunyai kewenangan untuk menilai syarat

materil walaupun tindakan dari pejabat yang bersangkutan tidak sah menurut

hukum(Al. Wisnubroto dan G. Widiartana, 2005: 81).

d) Jangka waktu pemeriksaan pra peradilan

Jangka waktu pemeriksaan pra peradilan sebagaimana diatur dalam Pasal 82

Ayat (1) huruf c KUHAP, yakni selambat-lambatnya selama tujuh (7) hari

dalam praktek sering kali dinilai terlalu singkat. Terlebih lagi dalam huruf d

diatur bahwa pemeriksaan pra peradilan yang sedang berjalan gugur jika

pemeriksaan perkara pokoknya sudah diperiksa oleh pengadilan negeri. Yang

paling dirugikan dengan aturan tersebut terutama pihak pemohon yang

berstatus tersangka atau keluarganya yang berhadapan dengan pejabat

peradilan sebagai termohon. Dalam kasus tersebut pada umumnya pemohon

memerlukan banyak waktu untuk mencari bukti yang bisa dipastikan sulit

guna menghadapi termohon yang karena posisinya memiliki banyak akses

untuk mematahkan dalil pemohon Pra Peradilan (Al. Wisnubroto dan G.

Widiartana, 2005: 81).

e) Masalah upaya hukum terhadap putusan pengadilan

Pasal 83 KUHAP pada intinya mengatur bahwa kecuali putusan Pra Peradilan

yang menyatakan sah tidaknya penghentian penyidikan atau penuntutan, pada

prinsipnya putusan Pra Peradilan tidak dapat diajukan banding. Akan tetapi,

Page 7: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

59

dalam pratek yang ternyata putusan Pra Peradilan yang tidak dapat dimintakan

banding dapat diajukan upaya hukumnya melalui kasasi. Salah satu contohnya

adalah Pra Peradilan Ginanjar Kartasasmita yang bahkan dalam putusan

kasasinya Mahkamah Agung (MA) mengabulkan permohonan kasasi. Pihak

Kejaksaan Agung yang mengajukan kasasi berpendapat bahwa KUHAP tidak

melarang mengajukan kasasi terhadap putusan pra peradilan, sementara

Muchtar Yara, salah seorang penasihat hukum tersangka Ginandjar

Kartasasmita berpendapat bahwa sesuai dengan buku kerja Mahkamah Agung

Republik Indonesia maka putusan pra peradilan tidak dapat dikasasi. Bahkan

M. Akil. Mochtar berpendapat bahwa putusan Mahkamah Agung yang

menerima dan mengabulkan permohonan kasasi atas putusan perkara pra

peradilan, bertentangan dengan prinsip KUHAP sehingga menjadi cacat

hukum dan tidak bias dieksekusi (Al. W. Broto dan G. Widiartana, 2005: 81).

Berkaitan dengan persoalan-persoalan ketentuan Pra Peradilan dalam KUHAP

yang muncul dalam pelaksanaannya tersebut, maka diperlukan langkah-langkah

pembaharuan KUHAP. Salah satu langkah yang ditawarkan adalah dengan

mengganti lembaga Pra Peradilan menjadi Hakim Komisaris sebagaimana yang

dirancang oleh Tim Perumus Revisi KUHAP.

Bagian umum penjelasan KUHAP menyatakan bahwa alasan digantinya Pra

Peradilan menjadi Hakim Komisaris karena Pra Peradilan yang selama ini telah

diatur dalam KUHAP belum berjalan sebagaimana mestinya. Kewenangan Hakim

Komisaris dalam Draft RUU KUHAP Tahun 2009 diatur dalam BAB IX Pasal

111 Ayat (1) yang terdiri dari huruf a sampai j, Ayat (2) dan Ayat (3).

Page 8: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

60

Lembaga ini kedudukannya terletak diantara penyidik dan penuntut umum di satu

sisi dan hakim di pihak lain. Jika dibandingkan dengan lembaga Pra Peradilan,

Hakim Komisaris memiliki kewenangan yang lebih luas dan terperinci.

Tabel 1: Perbandingan kewenangan antara Pra Peradilan dengan Hakim

Komisaris, dapat digambarkan seperti tabel di bawah ini:

Kewenangan Pra Peradilan Menurut

Pasal 77 KUHAP

Kewenangan Hakim Komisaris Menurut

Pasal 111 RUU KUHAP Tahun 2009

Berwenang memeriksa dan

memutus tentang :

a. Sah atau tidaknya

penangkapan, penahanan,

penghentian penyidikan atau

penghentian penuntutan;

b. Ganti kerugian dan atau

rehabilitasi bagi seorang

yang perkara pidananya

dihentikan pada tingkat

penyidikan atau penuntutan

(1)Hakim Komisaris berwenang

menetapkan atau memutuskan :

a.Sah atau tidaknya penangkapan,

penahanan, penggeledahan,

penyitaan, atau penyadapan;

b.Pembatalan atau penangguhan

penahanan;

c.Bahwa keterangan yang dibuat oleh

tersangka atau terdakwa dengan

melanggar hak untuk tidak

memberatkan diri sendiri;

d.Alat bukti atau pernyataan yang

diperoleh secara tidak sah tidak dapat

dijadikan alat bukti;

e.Ganti kerugian dan/atau rehabilitasi

untuk seseorang yang ditangkap atau

ditahan secara tidak sah atau ganti

kerugian untuk setiap hak milik yang

disita secara tidak sah;

f.Tersangka atau terdakwa berhak untuk

atau diharuskan untuk didampingi

oleh pengacara;

g.Bahwa Penyidikan atau Penuntutan

telah dilakukan untuk tujuan yang

tidak sah;

h.Penghentian Penyidikan atau

penghentian Penuntutan yang tidak

berdasarkan asas oportunitas;

i.Layak atau tidaknya suatu perkara

untuk dilakukan Penuntutan ke

pengadilan.

Page 9: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

61

j.Pelanggaran terhadap hak tersangka

apapun yang lain yang terjadi selama

tahap Penyidikan.

(2) Permohonan mengenai hal sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh

tersangka atau penasihat hukumnya atau

oleh penuntut umum, kecuali ketentuan

pada ayat (1) huruf i hanya dapat

diajukan oleh Penuntut Umum.

(3) Hakim Komisaris dapat memutuskan

hal-hal sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) atas inisiatifnya sendiri, kecuali

ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf i.

Sumber: Makalah Seminar Nasional “Terobosan Baru Dalam RUU KUHAP”

oleh Tim Perumus RUU KUHAP Tahun 2009 (Andi Hamzah, 2009: 3).

Berbeda dengan lembaga pra peradilan dimana pengadilan bersikap pasif dalam

arti baru bertindak atas permohonan dari tersangka, Hakim Komisaris dapat

bertindak secara pasif maupun aktif, yakni:

1. Atas permohonan tersangka atau korban (Hakim pasif), dengan produk hukum

berupa Putusan

2. Atas prakarsa sendiri setelah menerima tembusan surat penangkapan,

penahanan, penyitaan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan

yang tidak berdasarkan asas oportunitas (Hakim aktif). Dalam hal demikian

produk hukum yang dihasilkan berupa Penetapan.

Perbedaan lainnya antara Pra Peradilan dan Hakim Komisaris adalah bahwa

hakim yang memeriksa perkara Pra Peradilan adalah hakim pengadilan negeri

yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri setelah ada permohonan Pra

Peradilan, sedangkan Hakim Komisaris adalah hakim pengadilan negeri dan

Page 10: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

62

dimungkinkan Hakim Komisaris yang berasal dari advokat senior, jaksa senior,

atau dosen hukum pidana senior yang diangkat oleh Menteri Kehakiman dan Hak

Asasi Manusia untuk menjabat selama dua (2) tahun. Jika hakim Pra Peradilan

selama menyelesaikan perkara Pra Peradilan masih dapat menjalankan tugas

sebagai hakim pengadilan negeri, maka Hakim Komisaris selama menjabat

dibebaskan dari tugas mengadili perkara lain dan tugas sebagai hakim pengadilan

negeri yang lain.

Berkaitan dengan kekuatan hukum putusan, Pasal 122 RUU KUHAP Tahun 2009

menegaskan bahwa putusan atau penetapan Hakim Komisaris tidak dapat

diajukan upaya hukum banding atau kasasi. Setelah mencermati perbandingan

antara lembaga Pra Peradilan dan lembaga Hakim Komisaris di atas, maka tampak

bahwa kewenangan Hakim Komisaris lebih luas dan terperinci serta lebih jelas

prosedurnya dibandingkan dengan lembaga Pra Peradilan yang terdapat dalam

KUHAP yang berlaku sekarang (Andi Hamzah, 2009: 70).

Kehadiran formulasi Hakim Komisaris yang ditawarkan oleh Tim penyusun revisi

KUHAP yang dimotori oleh Andi Hamzah dan T. Nasrullah mendapat dukungan

dari berbagai pihak, baik akademisi maupun praktisi hukum. Namun demikian,

ada pula pihak yang tidak setuju dimasukkannya lembaga Hakim Komisaris ke

dalam KUHAP untuk menggantikan lembaga pra peradilan. Salah satu pihak yang

menentang kebijakan formulasi Hakim Komisaris tersebut adalah Teguh

Nataprawira (Direktur Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian).

Page 11: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

63

Pihak yang tidak setuju dimasukkannya lembaga Hakim Komisaris ke dalam

KUHAP untuk menggantikan lembaga pra peradilan tersebut adalah Teguh

Nataprawira yang berpendapat bahwa:

Menurut Teguh Nataprawira, kebijakan formulasi Hakim Komisaris sama

seperti yang pernah diatur dalam Het Herziene Indlandsch Reglement

(HIR) dan diterapkan dalam peradilan pidana di Indonesia sebelum

KUHAP. Teguh Nataprawira menentang langkah yang diambil oleh Tim

revisi KUHAP dengan melihat perbedaan sistem pada lembaga pra

peradilan dengan lembaga Hakim Komisaris. Alasan lainnya adalah bahwa

secara ilmiah, kebijakan formulasi Hakim Komisaris sangat lemah karena

lebih bersifat administratif, tertutup dan bergantung pada Hakim

Komisaris saja sehingga tidak ada partisipasi publik dan tidak ada kontrol

terbuka dari publik (Al. Wisnubroto dan G. Widiartana, 2005: 83).

Pendapat Teguh Nataprawira tersebut dibantah oleh T. Nasrullah, bahwa

kebijakan formulasi Hakim Komisaris menutup adanya partisipasi publik

sehingga bertentangan dengan prinsip demokrasi. Menurutnya, eksistensi Hakim

Komisaris tidak akan menghapus hak masyarakat untuk mengajukan upaya

hukum lewat pra peradilan. Artinya, lembaga Hakim Komisaris akan

berdampingan dengan pra peradilan (Al. W. Broto dan G. Widiartana, 2005: 84).

KUHAP yang saat ini dipergunakan memang layak membutuhkan reformasi

sesuai dengan perkembangan zaman dan tata hukum nasional. Keberadaan Pra

Peradilan dalam KUHAP menuai banyak kritikan dari para praktisi hukum karena

ada hal-hal yang seharusnya diatur oleh Pra Peradilan tetapi tidak diakomodasi

KUHAP hal inilah yang membuat lembaga Pra Peradilan yang selama ini diatur

dalam KUHAP masih mempunyai kelemahan-kelemahan dan keterbatasan.

Page 12: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

64

Kritik terhadap lembaga Pra Peradilan yang ada sekarang ini juga disampaikan

oleh Adnan Buyung Nasution seorang advokat senior. Beliau kecewa terhadap

pelaksanaan Pra Peradilan saat ini dengan alasan, sebagai berikut:

a) Tidak semua upaya paksa dapat dimintakan pemeriksaan untuk diuji dan

dinilai kebenarannya dan ketepatannya oleh lembaga Pra Peradilan,

misalnya tindakan penggeledahan, penyitaan dan pembukaan serta

pemeriksaan surat-surat tidak dijelaskan dalam KUHAP, sehingga

menimbulkan ketidakjelasan siapa yang berwenang memeriksanya apabila

terjadi pelanggaran. Disini lembaga Pra Peradilan kurang memperhatikan

kepentingan perlindungan hak asasi tersangka atau terdakwa dalam hal

penyitaan dan penggeledahan, padahal penggeledahan yang sewenang-

wenang merupakan pelanggaran terhadap ketentraman rumah tempat

tinggal orang (privacy), dan penyitaan yang tidak sah merupakan

pelanggaran serius terhadap hak milik seseorang;

b) Pra Peradilan tidak berwenang untuk menguji dan menilai sah atau

tidaknya penangkapan atau penahanan tanpa adanya permintaan dari

tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka. Sehingga

apabila permintaan tersebut tidak ada, walaupun tindakan penangkapan

atau penahanan nyata-nyata menyimpang dari ketentuan yang berlaku,

maka sidang Pra Peradilan tidak dapat diadakan;

c) Lebih parah lagi sebagaimana dalam praktek pemeriksaan Pra Peradilan

selama ini, hakim lebih banyak memperhatikan perihal dipenuhi tidaknya

syarat-syarat formil semata dari suatu penangkapan atau penahanan,

seperti misalnya dan atau tidaknya surat perintah penangkapan (Pasal 18

Page 13: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

65

KUHAP), atau ada tidaknya surat perintah penahanan (Pasal 21 ayat (2)

KUHAP), dan sama sekali tidak menguji dan menilai syarat materiilnya.

Padahal syarat materiil inilah yang menentukan apakah seseorang dapat

dikenakan upaya paksa berupa penangkapan atau penahanan oleh pihak

penyidik atau penuntut umum. Tegasnya, hakim pada Pra Peradilan

seolah-olah tidak peduli apakah tindakan penyidik atau jaksa Penuntut

Umum (JPU) yang melakukan penangkapan benar-benar telah memenuhi

syarat-syarat materiil, yaitu adanya “dugaan keras” melakukan tindak

pidana berdasarkan “bukti yang cukup” benar-benar ada alasan konkret

dan nyata yang menimbulkan kekhawatiran bahwa yang bersangkutan

“akan melarikan diri, menghilangkan barang bukti ataupun mengulangi

perbuatannya”. Para hakim umumnya menerima saja bahwa hal adanya

kekhawatiran tersebut semata-mata merupakan urusan penilaian subjektif

dari pihak penyidik atau penuntut umum. Akibatnya, sampai saat ini masih

banyak terjadi penyalahgunaan kekuasaan dan kesewenang-wenangan

dalam hal penangkapan dan penahanan terhadap seorang tersangka atau

terdakwa oleh pihak penyidik ataupun penuntut umum, yang tidak dapat

diuji karena tidak ada forum yang berwenang memeriksanya. Padahal

dalam sistem Habeas Corpus Act dari Negara Anglo-Saxon, hal ini justru

menjadi tonggak ujian sah tidaknya penahanan terhadap seseorang ataupun

boleh tidaknya seseorang ditahan (www.komisihukum.go.id, 21 April

2010, 11:40).

Saat ini, pra peradilan dipertanyakan kembali keefektifannya dan dibandingkan

dengan konsep Hakim Komisaris. Hal ini sudah sering dikaitkan dengan

Page 14: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

66

kenyataan bahwa penerapan pra peradilan menimbulkan banyak ketidakpuasan,

seperti:

a. Penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan dan penghentian

penuntutan adalah bagian dari wewenang pra peradilan. Sementara, dalam

KUHAP diatur tentang penggeledahan, penyitaan dan pemeriksaan surat-

surat. Pra peradilan tidak menjelaskan secara rinci jika terjadi pelanggaran

terhadap penggeledahan, penyitaan maupun pemeriksaan surat-surat.

b. Sudah bukan rahasia lagi, apabila seorang tersangka dalam tingkat

penyidikan selalu mengalami tindak kekerasan. Hal ini jelas bertentangan

dengan hak asasi manusia yaitu hak untuk tidak disiksa. Bahkan, KUHAP

menganut asas presumption of innocence (asas praduga tidak bersalah)

yang artinya setiap orang yang disangka, ditangkap, dituntut dan diadili

wajib dianggap tidak bersalah sebelum adanya putusan pengadilan yang

berkekuatan hokum tetap yang menyatakan kesalahannya. Dengan adanya

kekerasan dalam tingkat penyidikan jelas tidak menghormati asas praduga

tidak bersalah, yang berarti dengan siksaan tersebut menganggap

tersangka sudah bersalah.

c. Putusan pra peradilan tidak dapat dimintakan banding kecuali, mengenai

tidak sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan. Tetapi dalam

prakteknya, ternyata putusan pra peradilan yang tidak dapat dimintakan

banding dapat diajukan kasasi. Salah satu contohnya adalah pra peradilan

dalam kasus Ginanjar Kartasasmita yang bahkan dalam putusannya

Mahkamah Agung (MA) mengabulkan permohonan kasasi.

Page 15: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

67

d. Pra peradilan tidak menjelaskan apakah LSM atau Organisasi Non

Pemerintah (ORNOP) yang mengatasnamakan kepentingan masyarakat

umum dapat mengajukan pra peradilan secara class action, mengingat

beberapa waktu yang lalu Indonesian Corruption Wacht (ICW) pernah

mengajukan pra peradilan terhadap Kejaksaan Agung yang menghentikan

penyidikan terhadap beberapa kasus korupsi (Al. Wisnubroto dan G.

Widiartana, 2005: 79).

Sehubungan dengan hal tersebut Pemerintah dan DPR membuat rancangan

KUHAP yang salah satu isinya mengganti lembaga Pra Peradilan dengan Hakim

Komisaris. Munculnya kebijakan formulasi Hakim Komisaris dalam RUU

KUHAP Tahun 2009 tersebut menandakan bahwa Pra Peradilan yang selama ini

diatur dalam KUHAP masih belum mampu memberikan rasa keadilan kepada

pencari keadilan. Selain itu, diharapkan Hakim Komisaris mampu menjadi sarana

kontrol diantara penegak hukum dalam menjalankan tugasnya sebagaimana

halnya Pra Peradilan yang selama ini merupakan horizontal control diantara

penegak hukum dalam hubungannya dengan sistem peradilan pidana.

Gagasan untuk merevisi KUHAP didasarkan pada adanya kekurangan yang

selama ini telah diatur KUHAP. KUHAP yang akan berumur dua puluh sembilan

(29) tahun pada bulan Desember nanti sudah tidak sesuai dengan perubahan yang

terjadi, misalnya tentang alat bukti elektronik, masalah kompensasi bagi korban

oleh Negara, masalah perlindungan saksi, masalah Pra Peradilan dan masih

banyak lagi yang memang layak untuk dilakukan revisi terhadap KUHAP.

Gagasan tersebut pada tahun ini diilhami oleh Andi Hamzah yang merupakan

Page 16: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

68

Guru Besar Hukum Acara Pidana di Universitas Tri Sakti dan sekaligus sebagai

ketua Tim Penyusun RUU KUHAP Tahun 2009. Salah satu gagasan dalam RUU

KUHAP Tahun 2009 tersebut adalah mengganti Lembaga Pra Peradilan dengan

Hakim Komisaris (Andi Hamzah, 2009: 73).

Menurut Andi Hamzah (2009: 4) selaku ketua tim penyusun RUU KUHAP Tahun

2009 menyebutkan alasan utama digantinya lembaga pra peradilan dengan Hakim

Komisaris adalah untuk lebih melindungi jaminan hak asasi manusia khususnya

bagi terdakwa atau tersangka dalam proses pemidanaan terhadap tindakan

kesewenang-wenangan aparat penegak hukum dan menghindari terjadinya

kemacetan oleh timbulnya selisih antara petugas penyidik dari instansi yang

berbeda, sedangkan alasan khusus dimunculkannya kebijakan formulasi Hakim

Komisaris didasarkan pada:

a. Sidang pra peradilan dilakukan apabila ada tuntutan dari pihak-pihak yang

berhak. Jadi, tidak ada sidang pra peradilan tanpa adanya tuntutan dari pihak-

pihak yang berhak memohon pemeriksaan pra peradilan;

b. Wewenang Hakim Komisaris yang tercantum di dalam BAB IX Pasal 111

RUU KUHAP Tahun 2009 jelas lebih luas dari pada wewenang hakim pra

peradilan. Bukan saja tentang sah atau tidaknya penangkapan, penahanan,

penggeledahan, penyitaan, penyadapan, tetapi juga pembatalan atau

penangguhan penahanan, begitu pula tentang penghentian penyidikan atau

penghentian penuntutan yang tidak berdasarkan asas oportunitas;

c. Hakim Komisaris juga memutus atau menetapkan tentang ganti kerugian dan

rehabilitasi;

d. Diatur tentang pembatasan waktu pemeriksaan oleh hakim komisaris sesuai

dengan asas peradilan cepat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 112 RUU

KUHAP Tahun 2009 bahwa Hakim Komisaris memberikan keputusan dalam

waktu paling lambat 2 (dua) hari terhitung sejak menerima permohonan;

e. Ditegaskan pula dalam Pasal 122 RUU KUHAP Tahun 2009, terhadap putusan

atau penetapan Hakim Komisaris tidak dapat diajukan upaya hukum banding

maupun kasasi. Berbeda dengan praktek sekarang yang ada putusan pra

peradilan yang sebenarnya tidak dapat dimintakan kasasi, namun Mahkamah

Agung (MA) menerima;

Page 17: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

69

f. Hakim Komisaris berkantor di atau dekat Rumah Tahanan Negara (RUTAN)

pada Pasal 121 RUU KUHAP Tahun 2009, berbeda dengan hakim pra

peradilan yang berkantor di Pengadila Negeri (PN), Hal ini berarti bahwa

setiap Rumah Tahanan Negara (RUTAN) terdapat atau ada Hakim Komisaris

yang memutus seorang diri dan;

g. Hakim Komisaris dapat memberikan penetapan atau putusan mengenai

pelanggaran terhadap hak tersangka apapun yang lain yang terjadi selama

tahap penyidikan. Hal ini menunjukkan bahwa Hakim Komisaris memiliki

tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia khususnya

bagi terdakwa atau tersangka. (www.legalitas.org).

Draft RUU KUHAP Tahun 2009, dalam Pasal 1 angka 7 menjelaskan bahwa

Hakim Komisaris adalah pejabat yang diberi wewenang menilai jalannya

penyidikan dan penuntutan, dan wewenang lain yang ditentukan dalam undang-

undang ini. Sedangkan mengenai wewenangnya diatur dalam BAB IX Bagian

Kesatu Pasal 111. Berikut ini akan diuraikan beberapa kelebihan Hakim

Komisaris menurut RUU KUHAP Tahun 2009 sebagai tolok ukur digantinya

lembaga Pra Peradilan dengan Hakim Komisaris.

Andi Hamzah selaku ketua tim penyusun KUHAP mengusulkan untuk dapat

diangkat menjadi Hakim Komisaris tidak hanya dari kalangan hakim namun juga

mengusulkan agar orang-orang yang non hakim tetapi menguasai hukum pidana

dapat diangkat menjadi hakim komisaris, seperti jaksa senior, advokat senior dan

dosen hukum pidana yang senior. Selanjutnya, ketentuan mengenai syarat dan tata

cara pengangkatan dan pemberhentian Hakim Komisaris akan diatur tersendiri

dalam Peraturan Pemerintah (Andi Hamzah, 2009: 82).

Salah satu hal yang mencolok mengenai perbedaan antara Hakim Komisaris

dengan Pra Peradilan selain mengenai kewenangannya adalah hakimnya. Hakim

dalam Pra Peradilan adalah hakim yang masih melekat dengan pengadilan negeri

Page 18: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

70

sedangkan, hakim dalam Hakim Komisaris adalah hakim yang lepas dari

pengadilan negeri dan bersifat permanen. Artinya, hakim pengadilan negeri yang

diangkat menjadi Hakim Komisaris, akan lepaskan palunya selama menjabat

Hakim Komisaris dalam jangka waktu 2 (dua) tahun. Setelah melewati jangka

waktu 2 (dua) tahun, dia akan kembali ke pengadilan negeri darimana dia berasal

dan menjadi hakim palu kembali (Andi Hamzah, 2009: 88).

Perbedaan hakim ini merupakan suatu terobosan baru dalam rangka penegakan

hukum. Adanya perbedaan pengaturan hakim antara Pra Peradilan dengan Hakim

Komisaris diharapkan dapat meminimalisir mafia peradilan yang kini makin

marak. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Masyarakat

Pemantau Peradilan (Mappi), sebuah lembaga independen milik Fakultas Hukum

Universitas Indonesia yang khusus menyoroti masalah-masalah peradilan.

Peneitian tersebut dilakukan selama 1 (satu) tahun yang memaparkan fakta-fakta

bahwa adanya “main mata” di lingkungan peradilan (Andi Hamzah, 2009: 91).

Mengenai mafia peradilan sangat dimungkinkan terjadi dalam praktek Pra

Peradilan. Hal ini dapat terjadi dengan menunjuk hakim yang dapat diajak bekerja

sama oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk mempengaruhi putusannya.

Dalam Hakim Komisaris hal ini dapat diminalisir, karena dalam Hakim Komisaris

sudah ditunjuk hakim yang khusus menangani Pra Peradilan, hakim dalam Pra

Peradilan tersebut bersifat bebas. Tetapi, dalam Hakim Komisaris sudah

ditentukan hakim yang akan memutus perkara yang diajukan. Adanya perbedaan

pengaturan hakim antara Pra Peradilan dengan Hakim Komisaris sedikit banyak

dapat mencegah praktek mafia peradilan (Andi Hamzah, 2009: 102).

Page 19: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

71

Selama menjalankan tugasnya, Hakim Komisaris berkantor di atau dekat Rumah

Tahanan Negara (RUTAN) sebagaimana yang diatur dalam Pasal 121 ayat (1)

RUU KUHAP Tahun 2009. Ini berarti bahwa pada setiap RUTAN ada Hakim

Komisaris yang memutus seorang diri, hal ini dipertegas dalam Pasal 121 ayat (2)

RUU KUHAP Tahun 2009. Hal ini dilakukan untuk mengawasi dan

berkomunikasi dengan tahanan tersebut tanpa tahanan tersebut melarikan diri

(Andi Hamzah, 2009: 114).

Perkara dapat gugur jika dalam Pra Peradilan, hal itu pun berlaku terhadap Hakim

Komisaris. Dalam Pra Peradilan perkara dapat gugur apabila sudah diperiksa oleh

pengadilan negeri, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 82 ayat (1) huruf d

KUHAP yaitu “Dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh pengadilan

negeri, sedangkan pemeriksaan mengenai permintaan kepada Pra Peradilan belum

selesai hakim harus sudah menjatuhkan putusannya”.

Kata-kata “Dalam hal suatu perkara” pada Pasal 82 ayat (1) huruf d KUHAP tidak

menjelaskan jenis perkara yang diajukan kepada Pra Peradilan, baik itu mengenai

sah tidaknya penangkapan atau penahanan maupun permintaan ganti rugi atau

rehabilitasi. Tetapi dalam Hakim Komisaris perkara dapat gugur hanya terbatas

pada permintaan mengenai ganti kerugian dan rehabilitasi. Hal ini diatur dalam

Pasal 130 ayat (2) RUU KUHAP dan Pasal 131 ayat (3) RUU KUHAP Tahun

2009. Pasal 130 ayat (2) Rancangan KUHAP mengatur bahwa “Dalam hal suatu

perkara sudah diperiksa oleh pengadilan negeri, permohonan ganti kerugian atau

rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 130 tidak dapat diajukan kepada

hakim komisaris”. Sedangkan Pasal 131 ayat (3) RUU KUHAP Tahun 2009

Page 20: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

72

mengatur bahwa “Permintaan rehabilitasi oleh tersangka atau terdakwa atas

penangkapan atau penahanan tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau

kekeliruan mengenai orangnya atau kesalahan penerapan hukumnya sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri

diputus oleh hakim komisaris”.

Draft RUU KUHAP Tahun 2009 tidak menjelaskan apakah permintaan untuk

mengajukan Hakim Komisaris mengenai sah tidaknya penangkapan, penahanan,

penggeledahan, penyitaan, penghentian penyidikan maupun penghentian

penuntutan, selain daripada permintaan sah tidaknya ganti kerugian atau

rehabilitasi, gugur atau tidak walaupun perkara yang diajukan telah diperiksa oleh

pengadilan negeri. Hal ini sangat bertolak belakang dengan Pra Peradilan yang

perkaranya dapat gugur apabila sudah mulai diperiksa oleh pengadilan negeri

tanpa memandang jenis perkara yang diajukan.

Mengenai gugurnya perkara dalam Pra Peradilan menurut praktisi hukum Hari

Sasangka dan Lily Rosita tidak mencerminkan keadilan, karena dengan demikian

tidak diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh pejabat yang bersangkutan

sah atau tidak walaupun tindakan tersebut benar-benar menyalahi aturan yang

berlaku. Namun, tidak demikian halnya dalam Hakim Komisaris. Perkara yang

dapat gugur hanya terbatas pada permintaan mengenai ganti kerugian dan

rehabilitasi. Mengenai hal ini perlu dikaji ulang oleh Tim Perumus KUHAP,

apakah perkara dapat gugur hanya terbatas pada permintaan ganti kerugian dan

rehabilitasi atau semua jenis perkara yang diajukan pada Hakim Komisaris.

Karena, di satu sisi permintaan mengajukan Hakim Komisaris membutuhkan

Page 21: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

73

proses penyelesaian perkara yang cepat dan dilain sisi membutuhkan keadilan

serta kepastian hukum. Apabila suatu perkara telah masuk pengadilan negeri

tentunya memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikannya sebagaimana

praktek selama ini sedangkan permintaan untuk mengajukan Hakim Komisaris

sangat dibutuhkan waktu singkat dalam menyelesaikannya agar kepastian hukum

dapat tercapai (www.hukumonline.com, 04 April 2010, 09:50).

Mengenai perbedaan putusan, yakni antara putusan Hakim Komisaris dengan

putusan Pra Peradilan bahwa putusan Hakim Komisaris tidak dapat diajukan

banding maupun kasasi sedangkan dalam putusan Pra Peradilan yang tidak dapat

diajukan banding namun dalam prateknya ternyata putusan Pra Peradilan yang

tidak dapat dimintakan banding dapat diajukan upaya hukumnya melalui kasasi

dan Mahkamah Agung mengabulkan permohonan kasasi tersebut

(www.hukumonline.com, 04 April 2010, 09:50).

Putusan Hakim Komisaris diatur dalam Pasal 122 RUU KUHAP Tahun 2009

yaitu “Penetapan atau putusan hakim komisaris tidak dapat diajukan upaya hukum

banding atau kasasi”. Dari pasal tersebut jelas bahwa putusan Hakim Komisaris

tidak dapat diajukan banding ataupun kasasi tentu akan makan waktu yang cukup

lama dan hal ini sesuai dengan tujuan dibentuknya Hakim Komisaris tersebut

sebagai wadah masyarakat untuk mengadu jika aparat penegak hukum bertindak

sewenang-wenang dan sesuai dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia

(Andi Hamzah, 2009: 127).

Page 22: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

74

Hal-hal tersebut adalah beberapa hal pokok yang menjadi dasar bahwa

pemerintah mengganti lembaga pra peradilan dengan memunculkan kebijakan

formulasi Hakim Komisaris di RUU KUHAP Tahun 2009 dalam rangka

penyempurnaan Hukum Acara Pidana kita di masa yang akan datang.

C. Akibat Hukum Dari Penetapan dan Putusan Hakim Komisaris Tentang

Pelanggaran Hak-Hak Tersangka Selama Tahap Penyidikan dan Upaya

Khusus Yang Dapat Dilakukan Apabila Hakim Komisaris Berhalangan

Berdasarkan Pasal 1 angka 10 KUHAP dapat diketahui salah satu tujuan

dibuatnya KUHAP tidak lain adalah untuk memberikan perlindungan kepada

tersangka, sehingga dapat terhindar dari tindakan kesewenang-wenangan aparat

penegak hukum khususnya pada tingkat penyidikan maupun penuntutan,

perkosaan terhadap harkat dan martabat manusia sejauh mungkin dapat dihindari

seperti salah tangkap, salah tahan, dan lain sebagainya, disamping itu juga

menjunjung tinggi asas praduga tidak bersalah (presumption of innocence)

sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman Pasal 8 yang menyatakan bahwa “Setiap orang yang

disangka, ditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan di depan pengadilan wajib

dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan

kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap”.

Saat ini pra peradilan dipertanyakan kembali keefektifannya dan diperbandingkan

dengan konsep Hakim Komisaris (pada masa Hindia Belanda pernah diberlakukan

rechter commisaris). Pra peradilan yang selama ini telah diatur dalam KUHAP

menuai banyak kritikan dari praktisi hukum. Di dalam prakteknya, ternyata pra

Page 23: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

75

peradilan kurang memberikan rasa keadilan bagi para pencari keadilan khususnya

tersangka dalam proses peradilan pidana (Oemar Seno Adji, 1984: 64).

Sehubungan dengan hal itu, pemerintah dan DPR telah membuat suatu Rancangan

Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU KUHAP)

yang salah satu isinya mengganti lembaga pra peradilan dengan Hakim

Komisaris. Latar belakang yang mendasari munculnya Hakim Komisaris adalah

untuk lebih melindungi jaminan hak asasi manusia dalam proses pemidanan dan

menghindari terjadinya kemacetan oleh timbulnya selisih antara petugas penyidik

dari instansi yang berbeda. Pristiwa penangkapan dan penahanan yang tidak sah

merupakan pelanggaran serius terhadap hak asasi kemerdekaan dan kebebasan

orang. Penyitaan yang tidak sah merupakan pelanggaran serius terhadap hak milik

orang, dan penggeledahan yang tidak sah merupakan pelanggaran terhadap

ketentraman rumah tempat kediaman orang.

Manusia sebagai subyek hukum mempunyai kedudukan dimata hukum yang sama

memiliki hak serta kewajiban yang sepatutnya diletakkan sesuai porsinya. Hak

asasi manusia yang juga sebagai hak tersangka adalah hak bagi setiap tersangka

yang ditangkap, ditahan, dan dituntut karena disangka melakukan sesuatu tindak

pidana berhak dinggap tidak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya secara sah

dalam suatu sidang pengadilan dan diberikan segala jaminan hukum yang

diperlukan untuk pembelaannya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Ini menjadi hal yang sangat penting sebab apabila setiap tersangka

mengerti akan hak serta kewajiban sebagai subyek hukum maka hal tersebut dapat

memperkecil kemungkinan diri seseorang menjadi korban akibat keasalahan-

Page 24: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

76

kesalahan yang dilakukan oleh para aparat penegak hukum. Akibat dari

keasalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para aparat penegak hukum tersebut,

maka untuk memproleh kepastian dan menghindari kesewenang-wenangan aparat

penegak hukum dibuatlah KUHAP. KUHAP mengatur lembaga pra peradilan

yang tujuannya untuk mengawasi apabila terjadi perkosaan terhadap hak-hak asasi

manusia dalam melaksanakan proses hukum, seperti salah tangkap, salah tahan,

penghentian penyidikan dan lain sebagainya (Al. Wisnubroto dan

G. Widiartana, 2005: 70).

Lembaga Pra peradilan yang selama ini telah diatur dalam KUHAP itu masih

mempunyai ruang lingkup yang terbatas dalam proses penegakan hukum.

Sehingga, hak-hak asasi seorang tersangka dalam mencari keadilan tidak

sepenuhnya terpenuhi. Untuk memenuhi hak-hak asasi tersangka khususnya

dalam peradilan pidana maka pemerintah dan DPR membuat suatu RUU KUHAP

yang salah satu isinya mengganti lembaga pra peradilan dengan Hakim

Komisaris. Hakim Komisaris ini mempunyai kewenangan yang lebih luas dari

pada wewenang pra peradilan yang ada dalam KUHAP.

Hal terpenting dari kewenangan Hakim Komisaris dalam kaitannya dengan hak

tersangka yang juga sebagai hak asasi manusia adalah dalam hal Hakim

Komisaris dapat memberikan penetapan atau putusan mengenai pelanggaran

terhadap hak tersangka apapun yang lain yang terjadi selama tahap penyidikan.

Hal ini menunjukkan bahwa Hakim Komisaris memiliki tujuan untuk memberikan

perlindungan terhadap hak asasi manusia khususnya bagi terdakwa atau tersangka.

Page 25: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

77

Istilah Hakim Komisaris yang diaplikasikan atau diterapkan dalam RUU KUHAP

Tahun 2009 memiliki wewenang pada tahap pemeriksaan pendahuluan untuk

melakukan pengawasan pelaksanaan upaya paksa (dwang middelen), bertindak

secara eksekutif untuk ikut serta memimpin pelaksanaaan upaya paksa,

menentukan penyidik mana yang melakukan penyidikan apabila terjadi sengketa

antara polisi dan jaksa, serta memiliki wewenang mengambil keputusan atas

keberatan-keberatan yang diajukan oleh pihak-pihak yang dikenakan tindakan

(T. Gayus Lumbuun, 2007: 4).

Hakim Komisaris sebagai terobosan baru dalam RUU KUHAP Tahun 2009 pada

dasarnya adalah untuk lebih melindungi jaminan hak asasi manusia khususnya

bagi terdakwa atau tersangka. Bentuk-bentuk upaya paksa seperti penangkapan,

penahanan, penyitaan, dan penggeledahan yang tidak sah merupakan pelanggaran

serius terhadap hak asasi kemerdekaan dan kebebasan orang, hak milik orang, dan

ketentraman rumah tempat kediaman orang. Munculnya Hakim Komisaris dalam

RUU KUHAP Tahun 2009 ini kedudukannya terletak di antara penyidik dan

penuntut umum di satu sisi dan hakim di pihak lain (Al. Wisnubroto dan

G. Widiartana, 2005: 81).

Wewenang Hakim Komisaris dalam RUU KUHAP Tahun 2009 ini terdapat pada

BAB IX Pasal 111 yang isinya:

(1) Hakim Komisaris berwenang menetapkan atau memutuskan :

a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan,

atau penyadapan;

b. Pembatalan atau penangguhan penahanan;

c. Bahwa keterangan yang dibuat oleh tersangka atau terdakwa dengan

melanggar hak untuk tidak memberatkan diri sendiri;

Page 26: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

78

d. Alat bukti atau pernyataan yang diperoleh secara tidak sah tidak dapat

dijadikan alat bukti;

e. Ganti kerugian dan/atau rehabilitasi untuk seseorang yang ditangkap atau

ditahan secara tidak sah atau ganti kerugian untuk setiap hak milik yang

disita secara tidak sah;

f. Tersangka atau terdakwa berhak untuk atau diharuskan untuk didampingi

oleh pengacara;

g. Bahwa Penyidikan atau Penuntutan telah dilakukan untuk tujuan yang

tidak sah;

h. Penghentian Penyidikan atau penghentian Penuntutan yang tidak

berdasarkan asas oportunitas;

i. Layak atau tidaknya suatu perkara untuk dilakukan Penuntutan ke

pengadilan.

j. Pelanggaran terhadap hak tersangka apapun yang lain yang terjadi selama

tahap Penyidikan.

(2) Permohonan mengenai hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh

tersangka atau penasihat hukumnya atau oleh penuntut umum, kecuali

ketentuan pada ayat (1) huruf i hanya dapat diajukan oleh Penuntut Umum.

(3) Hakim Komisaris dapat memutuskan hal-hal sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) atas inisiatifnya sendiri, kecuali ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf i.

Berkaitan dengan ketentuan Pasal 111 Ayat (1) huruf (j) tersebut terkait dalam hal

hak-hak tersangka. Hal ini harus diperhatikan pula akibat hukum dalam

wewenangnya menetapkan atau memutuskan pelanggaran terhadap hak-hak

tersangka selama tahap penyidikan.

Menurut pendapat Eddy Rifai, berdasarkan ketentuan Pasal 111 Ayat (1) huruf (j)

dimana terkait hal tentang hak-hak tersangka. Sebagai akibat hukumnya apabila

terjadi pelanggaran maka dia harus dikenakan sanksi yang melanggar itu. Tapi

tidak berarti bahwa pelanggaran terhadap hak-hak tersangka itu lantas

menghilangkan sifat pidana dari perbuatan tersangka.

Page 27: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

79

Tidak sahnya perbuatan yang didasarkan pada tidak sahnya tindakan hukum yang

dilakukan oleh penyidik terhadap tersangka apabila tindakan itu dilakukan dengan

melanggar hak-hak tersangka. Jadi misalnya penyidik melakukan penahanan

terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana, kemudian terjadi

pelanggaran terhadap hak tersangka, dimana hak tersangka itu diatur dalam Pasal

88 sampai Pasal 102 RUU KUHAP Tahun 2009, apabila terjadi pelanggaran

terhadap hak tersangka itu, maka si pelanggar itu dapat dikenakan sanksi sesuai

dengan sanksi apabila terjadi pelanggaran. Paling tidak perbuatan itu tidak sah.

Penyidikan tidak dihentikan tetap dilanjutkan, akan tetapi apabila diberlakukan

penangkapan dan penahanan itu tidak sah, maka harus dikeluarkan dari tahanan

karena penyidikan juga dapat dilakukan dengan tidak harus menahan tersangka.

Mengenai upaya khusus yang dapat dilakukan apabila Hakim Komisaris

berhalangan hadir atau tidak dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya

maka tugas tersebut dapat dilimpahkan kewenangannya kepada Wakil Ketua

Pengadilan Negeri dan atau staf sekretariat kelembagaan Hakim Komisaris

tersebut untuk dapat memberikan putusan dan penetapan sebagaimana tugas dan

wewenang Hakim Komisaris dalam ketentuan Pasal 111 RUU KUHAP Tahun

2009.

Menurut Pendapat Kadri Husin, berkaitan dengan ketentuan Pasal 111 Ayat (1)

huruf (j) yakni Hakim Komisaris berwenang memberikan putusan atau penetapan

dalam hal Pelanggaran terhadap hak tersangka apapun yang lain yang terjadi

selama tahap Penyidikan. Hal ini harus diperhatikan pula akibat hukum dalam

wewenangnya menetapkan atau memutuskan pelanggaran terhadap hak-hak

Page 28: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

80

tersangka selama tahap penyidikan. Sebagai akibat hukumnya apabila terjadi

pelanggaran terhadap hak tersangka selama tahap penyidikan maka penyidik yang

melakukan pelanggaran tersebut harus dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan

hukum yang berlaku.

Hak-hak tersangka tersebut telah diatur dalam pasal 50 KUHAP – 63 KUHAP dan

juga dirumuskan dalam Pasal 88 sampai Pasal 102 RUU KUHAP Tahun 2009.

Jika salah satu hak tersangka yang terdapat dalam ketentuan perundang-undangan

tersebut dilanggar selama tahap penyidikan, maka akibat hukumnya adalah

penyidik dapat dikenakan sanksi yuridis dan sanksi dari instansi kelembagaannya.

Berkaitan dengan upaya khusus yang dapat dilakukan apabila Hakim Komisaris

berhalangan hadir atau tidak dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya

maka ditinjau dari Pasal 121 RUU KUHAP Tahun 2009 tentang kelembagaan

Hakim Komisaris, melihat bahwa Hakim Komisaris itu satu orang dalam setiap

satu pengadilan, kemudian Hakim Komisaris itu tidak lagi bertugas sebagai

hakim yang mengadili perkara biasa di pengadilan. Kemudian Hakim Komisaris

mempunyai kantor sendiri, hal ini menunjukkan bahwa Hakim Komisaris

merupakan suatu lembaga yang di dalamnya terdapat staf ahli dan panitera yang

ikut membantu kinerja Hakim Komisaris, dalam hal ini hakim yang bertugas

sebagai Hakim Komisaris juga sekaligus sebagai kepala kantor Hakim Komisaris

tersebut. Jadi, sebenarnya lebih kepada putusan yang bersifat formal saja.

Page 29: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

81

Sehubungan dengan hal tersebut, saat Hakim Komisaris tersebut berhalangan

hadir, maka staf ahli yang ikut membantu kinerja Hakim Komisaris dapat

meminta pertimbangan, petunjuk dan konsultasi hukum terhadap perkara yang

akan diputus. Karena mengingat Pasal 112 Ayat (1) Hakim komisaris memberikan

keputusan dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari terhitung sejak menerima

permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 ayat (2). Maka dalam waktu

2 (dua) hari walaupun Hakim Komisaris tersebut tidak dapat hadir maka putusan

harus tetap dibacakan.

Mengenai putusan Hakim Komisaris, pada dasarnya keputusan itu sebenarnya

sudah bisa dirancang oleh staf ahli tersebut dan pimpinan itu lah yang mengambil

kebijakan. Jadi sebenarnya putusan itu sudah disusun oleh staf ahlinya, tinggal

membaca putusan tersebut ketika Hakim Komisaris tersebut tidak hadir atau

menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Putusan tersebut dapat dibacakan oleh

staf ahli ataupun oleh wakil ketua Pengadilan Negeri berdasarkan ketentuan dan

prosedural yang berlaku.

Menurut pendapat Shafruddin, melihat ketentuan Pasal 111 Ayat (1) huruf (j)

dimana terkait hal tentang hak-hak tersangka. Sebagai akibat hukumnya apabila

terjadi pelanggaran terhadap hak-hak tersangka selama tahap penyidikan maka

penyidik tersebut harus dikenakan sanksi yang melanggar itu. Jadi tidak sahnya

perbuatan yang didasarkan pada tidak sahnya tindakan hukum yang dilakukan

oleh penyidik terhadap tersangka apabila tindakan itu dilakukan dengan

melanggar hak-hak tersangka.

Page 30: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

82

Penyidik yang melakukan penahanan terhadap orang yang diduga melakukan

tindak pidana, kemudian terjadi pelanggaran terhadap hak tersangka, dimana hak

tersangka itu diatur dalam Pasal 50 KUHAP – 63 KUHAP, apabila terjadi

pelanggaran terhadap hak tersangka itu, maka si pelanggar itu dapat dikenakan

sanksi sesuai dengan sanksi apabila terjadi pelanggaran. Paling tidak perbuatan itu

tidak sah. Penyidikan tidak dihentikan tetap dilanjutkan, akan tetapi apabila

diberlakukan penangkapan dan penahanan itu tidak sah, maka harus dikeluarkan

dari tahanan karena penyidikan juga dapat dilakukan dengan tidak harus

melakukan penahanan.

Berhubungan dengan upaya khusus yang dapat dilakukan apabila Hakim

Komisaris berhalangan hadir atau tidak dapat menjalankan tugas sebagaimana

mestinya, jika dilihat dalam struktural kelembagaan Hakim Komisaris, maka

dalam melaksanakan tugasnya tidak akan selesai tugas semuanya dilakukan oleh

Hakim Komisaris. Akan tetapi harus dibantu staf khusus yang membantu

melaksanakan tugasnya. Berdasarkan ketentuan Pasal 112 Ayat (1) Hakim

komisaris memberikan keputusan dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari

terhitung sejak menerima permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111

ayat (2). Maka dalam waktu 2 (dua) hari walaupun Hakim Komisaris tersebut

tidak dapat hadir maka putusan harus tetap dibacakan. Pimpinan (Hakim

Komisaris) itu lah yang mengambil kebijakan. Jadi pada dasarnya putusan itu

sudah disusun oleh stafnya, tinggal membacakan putusan tersebut oleh staf yang

diberi kewenangan oleh Hakim Komisaris sebagai kebijakannya jika Hakim

Komisaris tersebut berhalangan atau tidak hadir.

Page 31: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

83

Berdasarkan draft RUU KUHAP yang telah direvisi terbaru yakni RUU KUHAP

Tahun 2009, tidak ada persyaratan bahwa seseorang yang ditangkap atau ditahan

segera dibawa ke depan hakim atau ke depan petugas yudisial lain. Tujuan

tinjauan yudisial (judicial review) langsung adalah untuk menghindari resiko

seseorang ditahan secara tidak sah. Dan untuk mengurangi resiko pelanggaran

HAM lain khususnya terhadap tersangka atau terdakwa seperti penyiksaan atau

penganiayaan dan penghilangan serta hak-hak yang lain sebagaimana terdapat di

dalam ketentuan RUU KUHAP Tahun 2009. Tinjauan yudisial bisa menjamin

bahwa orang yang ditahan menyadari dan bisa mendapatkan hak-hak mereka

(Al. Wisnubroto dan G. Widiartana, 2005: 88).

Draft RUU KUHAP yang telah direvisi tersebut mempekenalkan pos (institusi

lembaga) baru tentang Hakim Komisaris, untuk ditunjuk dari jajaran Hakim

pengadilan negeri, khususnya untuk berurusan dengan isu pra penyidikan. Ini

secara potensial merupakan perkembangan positif dan secara khusus penting

bahwa Hakim Komisaris menjadi dasar pada atau dekat pusat penahanan untuk

memfasilitasi akses yang lebih mudah dari tahanan. Dalam RUU KUHAP Tahun

2009, tersangka yang ditangkap dan ditahan memiliki hak untuk meragukan

tentang perlunya penahanan mereka di depan Hakim Komisaris (Pasal 88 RUU

KUHAP Tahun 2009).

Sehubungan dengan hal tersebut, walaupun demikian, ketetapan-ketetapan ini

tidak memuaskan dalam hal persyaratan tentang siapa saja yang ditangkap atau

ditahan karena tuntutan pidana harus segera dibawa kedepan seorang hakim atau

petugas yudisial lain (kehakiman).

Page 32: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

84

Prosedur untuk meminta adanya pemeriksaan di depan Hakim Komisaris

tergantung pada posisi dan kesadaran tahanan tersebut dalam mendapatkan hak

mereka untuk meragukan keabsahan penahanan mereka. RUU KUHAP Tahun

2009 tidak menyatakan bahwa penguasa harus, secara hukum, membawa semua

orang yang ditangkap atau ditahahan didepan seorang hakim tanpa penundaan.

Karena ketiadaan persyaratan semacam itu, sesorang mungkin ditahan dalam

priode yang lama tidak terbatas tanpa diberi pertimbangan tentang masalah

keabsahan tehadap penahanan mereka (Andi Hamzah, 2009: 34).

Beberapa praktisi hukum memberikan tanggapan terhadap RUU KUHAP Tahun

2009, memberi rekomendasi bahwa KUHAP yang telah direvisi harus

mensyaratkan bahwa setiap orang yang ditangkap dan ditahan berdasarkan

tuntutan pidana harus segera dibawa sendiri didepan seorang hakim atau petugas

yudisial lain yang berwenang. Peran ini bisa dipenuhi oleh Hakim Komisaris.

Hakim Komisaris secara tepat waktu harus meninjau keabsahan penyidikan dan

penahanan, apakah perlu ada penahanan lebih lanjut atau tidak, dan apakah

tersangka telah diberi nasehat tentang hak-haknya, dan bisa mendapatkan hak-

haknya tersebut. Hakim Komisaris juga harus diberi kekuasaan meminta semua

aspek penanganan tersangka selanjutnya. Hal ini juga bertujuan agar tidak terjadi

pelanggaran terhadap hak-hak tersangka seperti tentang penyiksaan dan

penganiayaan lain serta bentuk-bentuk pelanggaran hak tersangka yang lain

selama proses penyidikan dan penyelidikan (T. Gayus Lumbuun, 2007: 11).

Page 33: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

85

Ketentuan dalam perundang-undangan melarang adanya penyiksaan dan

penganiayaan serta pelanggaran hak yang lain dalam semua keadaan. Seperti telah

diuraikan di atas, draft RUU KUHAP Tahun 2009 juga mensyaratkan bahwa tidak

seorangpun yang dituduh melakukan tindak pidana dapat dipaksa untuk mengaku

salah atau memberikan kesaksian yang memberatkan diri mereka sendiri

(Al. Wisnubroto dan G. Widiartana, 2005: 99).

Walaupun demikian, ketentuan-ketentuan dalam RUU KUHAP yang telah

direvisi ini yakni RUU KUHAP Tahun 2009 tidak cukup menyampaikan tentang

memerangi dan mencegah penggunaan penyiksaan dan penganiayaan lain dalam

semua keadaan. Pertama, RUU KUHAP Tahun 2009 diam tentang

penggunaannya yang mungkin dibuat dalam pengadilan tentang informasi yang

didapatkan sebagai akibat adanya penyiksaan dan/atau penganiayaan. Berlawanan

dengan standar Internasional, disitu tidak ada ketentuan jelas, mana yang

memasukkan penggunaan bukti atau kesaksian dalam pengadilan yang telah

didapatkan karena adanya penyiksaan. Hal tersebut diserahkan kepada

kebijaksanaan hakim tentang apakah bukti yang dinyatakan didapatkan di bawah

penyiksaan atau tidak diakui, dan bila diakui, bobotnya seperti apa.

Hakim tidak memiliki otoritas untuk memerintahkan penyidikan oleh otoritas

yang adil ke dalam pernyataan bahwa bukti atau kesaksian didapatkan di bawah

penyiksaan atau penganiayaan. Kedua, kantor baru Hakim Komisaris antara lain

dibentuk untuk mendengarkan tentang keberatan Pra Peradilan terhadap

keabsahan penangkapan, penahanan dan penyidikan, tidak memiliki otoritas

eksplisit untuk dimasukkan dalam kondisi penahanan dan perlakuan terhadap

Page 34: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

86

tersangka selama dalam tahap penyidikan dan penahanan. Prosedur Pra Peradilan

di dalam KUHAP yang berlaku saat ini terbatas dalam cara yang sama. Ini

dianggap sebagai salah satu kelemahan dan alasan mengapa prosedur tersebut

tidak sering digunakan (Al. Wisnubroto dan G. Widiartana, 2005: 112).

Hakim Komisaris harus bisa mendengarkan pernyataan apapun dari seorang

tersangka atau terdakwa tentang perlakuan terhadapnya selama tahap penyidikan

dan penahanan. Hakim Komisaris harus menjamin bahwa tahanan bisa

menyampaikannya ke dia dalam suasana yang bebas dari intimidasi. Bila ada

tanda penyiksaan atau penganiayaan, Hakim Komisaris harus diminta untuk

segera menyelidikinya tanpa penundaan, bahkan bila tahanan tidak meminta

pernyataan apapun. Bila penyidikan atau pernyataan tahanan sendiri memberikan

alasan untuk mempercayai bahwa telah terjadi penyiksaan atau penganiayaan,

Hakim Komisaris harus mengupayakan adanya penyelidikan yang efektif untuk

melindungi tahanan terhadap penganiayaan lebih lanjut, dan bila penahanan tidak

sah atau tidak perlu, memerintahkan langsung agar tahanan tersebut dilepaskan

dalam kondisi yang aman (Andi Hamzah, 2009: 52).

RUU KUHAP Tahun 2009 secara eksplisit harus melarang hal yang dapat

diterima di pengadilan dan dalam proses apapun yang lain tentang bukti yang

diperoleh sebagai akibat adanya penyiksaan atau penganiayaan, kecuali dalam

proses yang dilakukan terhadap orang yang dinyatakan sebagai pelaku sebagai

bukti adanya penyiksaan atau penganiayaan.

Page 35: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

87

Hakim Komisaris berkewajiban untuk menyelidiki tentang penanganan terhadap

tersangka selama tahap penyidikan dan penahanan. Bila penyelidikan atau

pernyataan tahanan sendiri memberikan alasan untuk percaya bahwa telah terjadi

penyiksaan atau penganiayaan atau pelanggaran hak-hak tersangka yang lain,

Hakim Komisaris harus diminta untuk mengupayakan suatu investigasi yang

efektif, dan mengambil langkah efektif untuk melindungi tersangka dan tindakan

pelanggaran lebih jauh, dan, bila penahanan tidak sah atau tidak perlu, segera

memerintahkan pelepasan tahanan. Disamping itu, harus ada prosedur yang jelas

bagi mereka yang menyatakan diri mengalami penyiksaan atau penganiayaan atau

pelanggaran hak-hak tersangka yang lain, supaya klaim mereka dan komplain

mereka segera diselidiki dan secara imparsial, dalam pemeriksaan terpisah,

sebelum bukti tersebut diakui oleh pengadilan.

Sehubungan dengan hal tersebut maka jika salah satu hak tersangka yang terdapat

dalam ketentuan perundang-undangan tersebut dilanggar selama tahap

penyidikan, maka akibat hukumnya adalah penyidik dapat dikenakan sanksi

yuridis dan sanksi dari instansi kelembagaannya dan segera memerintahkan

pelepasan tahanan dalam kondisi aman.

Upaya khusus yang dapat dilakukan apabila Hakim Komisaris berhalangan hadir

atau tidak dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya maka jika dilihat dalam

ketentuan Pasal 121 RUU KUHAP Tahun 2009 tentang kelembagaan Hakim

Komisaris, bahwa Hakim Komisaris itu merupakan hakim tunggal yang

memeriksa, menetapkan, atau memutus karena jabatannya seorang diri, dan

Hakim Komisaris tersebut bertindak sebagai hakim khusus yang tidak lagi

Page 36: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

88

bertugas sebagai hakim yang mengadili perkara biasa di pengadilan. Dimana

Hakim Komisaris berkantor di atau dekat Rumah Tahanan Negara, Hal ini berarti

bahwa setiap Rumah Tahanan Negara (RUTAN) terdapat atau ada Hakim

Komisaris yang memutus seorang diri, dalam hal ini hakim yang bertugas sebagai

Hakim Komisaris juga menjabat sebagai pimpinan di kantor Hakim Komisaris

tersebut.

Berdasarkan ketentuan Pasal 121 Ayat (3) RUU KUHAP Tahun 2009 bahwa

dalam menjalankan tugasnya, Hakim Komisaris dibantu oleh seorang panitera dan

bebrapa orang staf sekretariat. Selain itu dalam menjalankan tugasnya, jika dalam

kondisi mendesak maka Hakim Komisaris dibantu oleh wakil ketua Pengadilan

Negeri dimana Hakim Komisaris sebelumnya bekerja sebagai hakim biasa.

Apabila Hakim Komisaris berhalangan hadir, maka staf ahli (staf sekretariat) dan

panitera tersebut dapat meminta pertimbangan, petunjuk dan konsultasi hukum

terhadap perkara yang akan diputus. Karena mengingat Pasal 112 Ayat (1) Hakim

komisaris memberikan keputusan dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari

terhitung sejak menerima permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111

ayat (2). Maka walaupun Hakim Komisaris tersebut tidak dapat hadir maka

putusan harus tetap dibacakan, dimana keputusan itu sebenarnya sudah dirancang

oleh staf ahli tersebut. Jadi sebenarnya putusan itu sudah disusun oleh staf

ahlinya, tinggal membaca putusan tersebut ketika Hakim Komisaris tersebut tidak

hadir atau menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Putusan tersebut dapat

dibacakan oleh staf ahli yang ditunjuk ataupun oleh wakil ketua Pengadilan

Negeri berdasarkan ketentuan dan prosedural yang berlaku.

Page 37: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik ...digilib.unila.ac.id/19700/5/BAB IV.pdf · KUHAP adalah adanya lembaga pra peradilan untuk setiap warga negara yang ... penegak

89

DAFTAR PUSTAKA

Adji, Oemar Seno.1984. Hukum Acara Pidana Dalam Prospeksi. Erlangga.

Jakarta.

Hamzah, Andi. 2009. Pembaharuan Hukum Acara Pidana Indonesia. Sinar

Grafika. Jakarta.

Harahap, M.Yahaya. 2002. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,

Jilid 2 (Pemeriksaan di Sidang Pengadilan, Kasasi dan Peninjauan

Kembali). Sinar Grafika. Jakarta.

Lumbuun, T. Gayus. 2007. Makalah Seminar Nasional Revisi KUHAP Dalam

Perspektif Pembaharuan Hukum Acara Pidana Yang Berkeadilan.

Semnas Hima Pidana. Bandar Lampung.

Sasangka, Hari. dan Lily Rosita. 2003. Komentar KUHAP. Mandar Maju.

Bandung.

Tim Penyusun Kamus. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997. Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Balai pustaka. Jakarta.

Wisnubroto, Al dan G. Widiartana. 2005. Pembaharuan Hukum Acara Pidana.

Citra Aditya. Bandung.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana.

Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU

KUHAP) Tahun 2009.

www.komisihukum.go.id (advokat/kritik pra peradilan, 21 April 2010, 11:40).

www.legalitas.org. (hakim komisaris/pengganti pra peradilan/RUU KUHAP

2009, 17 Maret 2010, 22:30).

www.hukumonline.com (wacana/hakim komisaris/RUU KUHAP 2009, 04 April

2010, 09:50).