iv. metode penelitian - repository.ipb.ac.id · tempat, kelerengan dan arah lereng), ph tanah,...

13
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012. Lokasi penelitian adalah TWA Gunung Baung, yang terletak di wilayah Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. 4.2. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan berupa peralatan lapangan untuk kegiatan analisis vegetasi, pengoleksian spesimen herbarium dan pengukuran nilai variabel lingkungan fisik. Peralatan tersebut adalah: Global Positioning System (GPS), pita ukur diameter, hagameter, digital lightmeter, pH tester, thermohigrometer, kompas, clinometer, kamera digital, gunting setek, dan peta tematik lokasi penelitian. Bahan yang digunakan berupa spesimen herbarium dan tegakan vegetasi di lokasi penelitian. 4.3. Metode Pengumpulan Data 4.3.1. Keanekaragaman Spesies Syzygium Studi pendahuluan berupa survey awal dilakukan untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian, penyebaran spesies dan kondisi vegetasinya. Untuk mengetahui spesies-spesies Syzygium, khususnya yang terdapat di Jawa (Jawa Timur) dilakukan melalui studi awal spesimen herbarium baik yang terdapat di Herbarium Bogoriense (BO), Herbarium Purwodadiensis, dan studi koleksi Syzygium di kebun raya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data awal tentang keanekaragaman spesies Syzygium di Jawa Timur, terutama daerah yang berada di sekitar TWA Gunung Baung. Kegiatan survey dan pengamatan di lapangan dilakukan dengan metoda eksploratif. Metode eksploratif dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman spesies Syzygium serta lokasi tempat tumbuhnya di dalam kawasan. Jalur yang digunakan adalah jalan setapak atau rintisan jalur patroli yang sudah terdapat di dalam kawasan serta jalur rintisan baru yang dibuat. Pada setiap perjumpaan dengan Syzygium di tandai posisi geografinya dengan menggunakan GPS, kemudian dibuatkan dokumentasi fotonya serta spesimen herbarium ataupun

Upload: hoangdang

Post on 13-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IV. METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · tempat, kelerengan dan arah lereng), pH tanah, kelembapan tanah, suhu udara, dan ... Nilai ini digambarkan dengan persamaan : F = jumlah

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan

Februari 2012. Lokasi penelitian adalah TWA Gunung Baung, yang terletak di

wilayah Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

4.2. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan berupa peralatan lapangan untuk kegiatan

analisis vegetasi, pengoleksian spesimen herbarium dan pengukuran nilai variabel

lingkungan fisik. Peralatan tersebut adalah: Global Positioning System (GPS), pita

ukur diameter, hagameter, digital lightmeter, pH tester, thermohigrometer,

kompas, clinometer, kamera digital, gunting setek, dan peta tematik lokasi

penelitian. Bahan yang digunakan berupa spesimen herbarium dan tegakan

vegetasi di lokasi penelitian.

4.3. Metode Pengumpulan Data

4.3.1. Keanekaragaman Spesies Syzygium

Studi pendahuluan berupa survey awal dilakukan untuk mengetahui

gambaran lokasi penelitian, penyebaran spesies dan kondisi vegetasinya. Untuk

mengetahui spesies-spesies Syzygium, khususnya yang terdapat di Jawa (Jawa

Timur) dilakukan melalui studi awal spesimen herbarium baik yang terdapat di

Herbarium Bogoriense (BO), Herbarium Purwodadiensis, dan studi koleksi

Syzygium di kebun raya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data awal tentang

keanekaragaman spesies Syzygium di Jawa Timur, terutama daerah yang berada di

sekitar TWA Gunung Baung.

Kegiatan survey dan pengamatan di lapangan dilakukan dengan metoda

eksploratif. Metode eksploratif dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman

spesies Syzygium serta lokasi tempat tumbuhnya di dalam kawasan. Jalur yang

digunakan adalah jalan setapak atau rintisan jalur patroli yang sudah terdapat di

dalam kawasan serta jalur rintisan baru yang dibuat. Pada setiap perjumpaan

dengan Syzygium di tandai posisi geografinya dengan menggunakan GPS,

kemudian dibuatkan dokumentasi fotonya serta spesimen herbarium ataupun

Page 2: IV. METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · tempat, kelerengan dan arah lereng), pH tanah, kelembapan tanah, suhu udara, dan ... Nilai ini digambarkan dengan persamaan : F = jumlah

22

vauchernya (terutama bagi spesies-spesies yang berbeda). Hal ini dilakukan untuk

keperluan identifikasi dan validasi nama spesies.

4.3.2. Data Ekologi Syzygium

Pencatatan dan pendokumentasian data dilakukan terhadap kondisi ekologi

Syzygium. Data ekologi tersebut meliputi faktor fisik dan faktor biotik. Faktor

fisik yang diukur meliputi: intensitas penyinaran, data topografi (ketinggian

tempat, kelerengan dan arah lereng), pH tanah, kelembapan tanah, suhu udara, dan

kelembapan udara serta sifat edafis tanah (fisik dan kimia tanah). Faktor biotik

yang diukur adalah jumlah rumpun bambu, diameter rumpun bambu serta jumlah

spesies dan kelimpahan tumbuhan di sekitar Syzygium.

Pengukuran data ekologi dilakukan pada tiap petak pengamatan.

Pengukuran intensitas penyinaran dilakukan dengan menggunakan digital

lightmeter. Pengukuran ketinggian tempat tumbuh Syzygium dilakukan dengan

menggunakan altimeter dan GPS. Pengukuran kelerengan dilakukan dengan

menggunakan clinometer dalam satuan %. Selanjutnya nilai kelerengan

dikelompokan ke dalam kelas-kelas kelerengan berdasarkan nilai rata-rata pada

dari tiap petak pengamatan, sesuai dengan klasifikasi yang dibuat oleh

Departemen Kehutanan dan Perkebunan (1999) dalam Kissinger (2002).

Klasifikasinya adalah: tipe I, 0-3%, tipe II 3-8%, tipe III, 8-15%, tipe IV 15-30%,

dan tipe V > 30%. Arah kelerengan diukur dengan menggunakan kompas.

Pengukuran kelembapan dan pH tanah dilakukan dengan menggunakan pH tester

tanah. Suhu dan kelembapan udara diukur dengan menggunakan termohigrometer

digital. Pengukuran jumlah dan diameter rumpun bambu dilakukan pada setiap

petak pengamatan.

Data edafis berupa sifat fisik dan kimia tanah diperoleh dari hasil analisis

laboratorium atas contoh tanah yang diambil di lokasi penelitian. Contoh tanah

diambil pada setiap lokasi blok penempatan petak pengamatan yang mencirikan

perbedaan kondisi lingkungannya, misalkan lokasi tempat terbuka dan lokasi

rumpun bambu. Contoh tanah diambil sebanyak 2 titik di masing-masing blok

pengamatan pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm. Faktor fisika tanah yang

dianalisis adalah tekstur tanah (pasir, debu dan liat). Faktor kimia tanah yang

dianalisis adalah kandungan bahan organik (rasio C/N), kandungan unsur N,P,K,

Page 3: IV. METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · tempat, kelerengan dan arah lereng), pH tanah, kelembapan tanah, suhu udara, dan ... Nilai ini digambarkan dengan persamaan : F = jumlah

23

Ca dan Mg, serta Kapasitas Tukar Kation (KTK). Faktor-faktor tersebut dapat

menjadi indikator kesuburan tanah (Partomihardjo dan Rahajoe 2005). Analisis

tanah dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas

Pertanian, Universitas Brawijaya.

4.3.3. Data Vegetasi dan Struktur Populasi

Data dan informasi yang diperoleh dari survey pendahuluan mengenai

kondisi lokasi peneltian, lokasi persebaran spesies dan kondisi vegetasinya

menjadi dasar untuk melakukan studi pola sebaran dan struktur populasi

Syzygium. Populasi di sini diartikan sebagai kumpulan dari individu spesies

Syzygium yang berada pada suatu lokasi dan waktu yang sama serta mampu

melakukan reproduksi secara aseksual atupun seksual. Hal ini akan berkaitan

dengan teknik penempatan petak pengamatan. Penempatan petak-petak contoh

dilakukan secara terarah (purposive sampling) pada lokasi-lokasi yang diketahui

banyak terdapat keberadaan Syzygium.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan tentang keberadaan Syzygium di

Kawasan TWA Gunung Baung, maka dibuat petak pengamatan masing-masing

sebanyak 50 petak pada 5 lokasi yang berbeda. Di samping menggambarkan

keberadaan Syzygium, kelima lokasi tersebut juga mewakili lokasi serta kondisi

vegetasi yang berbeda dari Blok Inti Kawasan TWA Gunung Baung (Gambar 6).

Kondisi vegetasi pada setiap blok pengamatan ditampilkan dalam Tabel 1.

Lokasi-lokasi blok penempatan petak-petak pangamatan tersebut adalah

sebagai berikut:

1) Blok 1, lokasi lereng, berbukit, dengan dominasi bambu duri (Bambusa

blumeana);

2) Blok 2, lokasi lereng, berbukit, dengan sedikit bambu;

3) Blok 3, lokasi lereng, berbukit, dan punggung bukit dengan sedikit bambu;

4) Blok 4, lokasi lereng, berbukit, dengan dominasi bambu Schizostachyum

zollingeri;

5) Blok 5, lokasi lereng, berbukit, dengan dominasi semak.

Page 4: IV. METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · tempat, kelerengan dan arah lereng), pH tanah, kelembapan tanah, suhu udara, dan ... Nilai ini digambarkan dengan persamaan : F = jumlah

24

1

2

3

4

5

Blok pengamatan

Gambar 6 Lokasi blok penelitian dimana petak-petak pengamatan dibuat di Gunung Baung, Jawa Timur

Tabel 1 Kondisi vegetasi dominan pada tiap-tiap lokasi blok pengamatan Lokasi Blok Pengamatan

Kondisi vegetasi dominan pada masing-masing blok pengamatan

Blok 1

Tingkat pohon didominasi oleh Syzygium pycnanthum, Ficus racemosa, Streblus asper, Ficus retusa, dan Tabernaemontana sphaerocarpha. Tumbuhan bawah didominasi oleh Cyathula prostata, Parameria laevigata, Rauvolfia verticilata, dan Piper cubeba. Permudaan pohon didominasi oleh Syzygium pycnanthum, Syzygium racemosum dan Tabernemontana sphaerocarpha. Bambu didominasi oleh Bambusa blumeana. Topografi lereng berbukit.

Blok 2

Tingkat pohon didominasi oleh Schoutenia ovta, S. pycnathum, Emblica officinalis, dan Streblus asper. Tumbuhan bawah didominasi oleh Pennisetum purpureum dan Voacanga grandifolia. Permudaan pohon didominasi oleh Voacanga grandifolia, Schoutenia ovata dan Streblus asper. Bambu didominasi Bambusa blumeana. Topografi lereng berbukit.

Blok 3

Dysoxylum gaudichaudianum, Ficus hispida dan Garuga floribunda mendominasi tingkat pohon. Tumbuhan bawah didominasi oleh Tithonia diversifolia dan Cyathula prostata. Permudaan pohon didominasi oleh Syzygium pycnanthum, Streblus asper, Voacanga grandifolia, dan Lepisanthes rubiginosa. Bambusa blumeana adalah spesies bambu yang mendominasi. Topografi lereng berbukit dan sebagian punggung bukit.

Blok 4

Tingkat pohon didominasi oleh Ficus hispida, Sphatodea campanulata dan Streblus asper. Tumbuhan bawah didominasi oleh Mikania cordata dan Tithonia diversifolia. Permudaan didominasi oleh Streblus asper. Bambu didominasi oleh Schizostachyum zollingeri. Topografi lereng berbukit.

Blok 5

Tingkat pohon didominasi oleh Schoutenia ovata, Microcos tomentosa. Tumbuhan bawah didominasi oleh Tithonia diversifolia, dan Mikania cordata. Permudaan pohon didominasi oleh Streblus asper, Schoutenia ovata, Syzygium pycnanthum dan Voacanga grandifolia. Bambu didominasi Bambusa blumeana. Topografi lereng berbukit.

Page 5: IV. METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · tempat, kelerengan dan arah lereng), pH tanah, kelembapan tanah, suhu udara, dan ... Nilai ini digambarkan dengan persamaan : F = jumlah

25

Pembuatan petak contoh dilakukan untuk keperluan analisis vegetasi pada

masing-masing lokasi blok pengmatan yang menjadi tempat tumbuh Syzygium.

Metode yang digunakan adalah metode kombinasi jalur dan petak (Soerianegara

dan Indrawan 1988). Adapun model metode kombinasi jalur berpetak yang

dipakai ditampilkan dalam Gambar 7.

Gambar 7 Kombinasi jalur berpetak untuk kegiatan analisis vegetasi

Petak ukuran 2 x 2 meter2 digunakan untuk tumbuhan dengan strata

anakan pohon (seedling) dan tumbuhan bawah, petak ukuran 5 x 5 meter2 untuk

tingkat pancang, petak ukuran 10 x 10 meter2 untuk tingkat tiang, dan petak

ukuran 20 x 20 meter2 untuk tingkat pohon. Jumlah jalur yang dibuat sebanyak 5

jalur untuk setiap blok pengamatan dengan panjang setiap jalur 200 meter. Luas

petak contoh yang dibuat adalah seluas 200 m x 20 m x 5 = 2 hektar untuk satu

lokasi blok pengamatan. Jumlah blok pengamatan yang dibuat sebanyak 5 blok,

sehingga luas total petak pengamatan adalah 10 hektar, yang mewakili perbedaan

kondisi lingkungan (vegetasi) serta keberdaan Syzygium.

Difinisi untuk masing-masing strata pertumbuhan pohon adalah sebagai

berikut: (1) anakan atau semai (seedling) adalah regenerasi awal pohon dengan

ukuran hingga tinggi kurang dari 1,5 meter, (2) pancang adalah regenerasi pohon

dengan ukuran lebih tinggi dari 1,5 meter serta dengan diameter batang kurang

dari 10 cm, (3) tiang adalah regenerasi pohon dengan diameter 10-20 cm, dan (4)

200 m

100 m

Page 6: IV. METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · tempat, kelerengan dan arah lereng), pH tanah, kelembapan tanah, suhu udara, dan ... Nilai ini digambarkan dengan persamaan : F = jumlah

26

pohon adalah tumbuhan berkayu dengan diameter batang lebih dari 20 cm

(Soerianegara dan Indrawan 1988).

Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui komposisi dan struktur

komunitas vegetasi pohon pada setiap strata pertumbuhannya. Data yang

dikumpulkan berupa kerapatan, frekuensi dan dominansi serta indeks nilai penting

(INP) dari setiap spesies yang teramati. Data hasil analisis vegetasi juga

digunakan untuk menganalisis kelimpahan, komposisi dan struktur populasi

Syzygium di lokasi penelitian pada setiap fase pertumbuhannya (semai, tiang,

pancang dan pohon). Data struktur populasi dapat digunakan untuk menganalisis

status regenerasi spesies (Tripathi et al. 2010; Uma 2001).

Data lain yang dicatat meliputi nama spesies, jumlah individu, diameter

dan tinggi pohon, jumlah semai, pancang dan tiang, serta data kondisi

lingkungannya. Posisi geografis perjumpaan dengan Syzygium dicatat dan

didokumentasikan, untuk selanjutnya digunakan untuk membuat peta

persebarannya di dalam kawasan. Peta persebarannya diperoleh dengan

mentransfer data dari GPS dengan menggunakan softwere map source dan

GoogleEarth.

4.3.4. Pola Sebaran Syzygium

Data untuk pola sebaran Syzygium diperoleh dari data frekuensi perjumpan

Syzygium pada setiap petak pengamatan. Dengan demikian pengumpulan datanya

dilakukan bersamaan dengan kegiatan analisis vegetasi yang diambil pada saat

pembuatan petak contoh. Data tersebut selanjutnya dianalisis untuk mengetahui

pola sebaran Syzygium di lokasi penelitian.

4.4. Metode Analisis Data

4.4.1. Analisis Keanekaragaman Spesies

Analisis keanekaragaman spesies dilakukan dengan menggunakan nilai

indeks keanekaragaman spesies. Indeks Keanekaragaman yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Indeks Keanekaragaman Shannon-Weiner (Ludwig dan

Reynolds 1988; Krebs 1989). Persamaannya adalah sebagai berikut:

Page 7: IV. METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · tempat, kelerengan dan arah lereng), pH tanah, kelembapan tanah, suhu udara, dan ... Nilai ini digambarkan dengan persamaan : F = jumlah

27

H’ = - ∑ pi log pi, di mana pi = ni / N

Keterangan: H’ adalah Indeks Keanekaragaman, pi adalah proporsi spesies i terhadap keseluruhan jumlah spesies yang dijumpai dalam petak contoh di lokasi penelitian, ni adalah jumlah individu spesies i, dan N adalah jumlah individu seluruh spesies yang dijumpai dalam petak pengamatan.

4.4.2. Analisis Vegetasi dan Struktur Populasi

Data dari hasil analisis vegetasi yang dilakukan digunakan untuk

mengetahui komposisi dan struktur populasi Syzygium. Penghitungan data

dilakukan untuk mengetahui nilai Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi,

Frekuensi Relatif, Dominansi, Dominansi relatif serta Indeks Nilai Pentingnya.

Kerapatan (K) adalah jumlah individu suatu spesies dalam suatu luasan tertentu.

Persamaannya adalah sebagai berikut:

Ki = ni / A Keterangan: Ki = kerapatan suatu spesies, ni = jumlah individu suatu spesies, A = luas

total petak contoh.

Kerapatan Relatif (KR) adalah nilai proporsi jumlah individu suatu speses

terhadap jumlah total individu seluruh spesies yang dijumpai dalam petak contoh.

Persamaannya adalah sebagai berikut:

KR = (ni / ∑n) x 100% Keterangan: KR = kerapatan relatif suatu spesies, ni = jumlah individu suatu spesies,

∑n = jumlah total individu seluruh spesies yang dijumpai dalam petak pengamatan.

Frekuensi (F) adalah parameter yang menunjukan kesempatan suatu spesies

ditemukan pada suatu petak contoh. Nilai ini digambarkan dengan persamaan :

F = jumlah petak contoh ditemukan suatu spesies jumlah total keseluruhan petak contoh yang dibuat Frekuensi Relatif (FR) adalah nilai proporsi frekuensi suatu spesies

terhadap jumlah total nilai frekuensi seluruh spesies. Persamaan untuk FR adalah

sebagai berikut:

FR = (Fi / ∑ Fi) x 100% Keterangan: Fi = frekuensi ditemukannya suatu spesies, ∑ Fi = jumlah frekuensi seluruh

spesies

Page 8: IV. METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · tempat, kelerengan dan arah lereng), pH tanah, kelembapan tanah, suhu udara, dan ... Nilai ini digambarkan dengan persamaan : F = jumlah

28

Dominansi (D) adalah nilai yang menggambarkan penutupan permukaan tanah

oleh keberadaan suatu spesies. Nilai ini diperoleh dari luas bidang dasar (lbds)

yang diperoleh dari perhitungan lbds dari ukuran batang pohon atau luas bidang

penutupan oleh tumbuhan bawah. Nilai dominansi dihitung dengan persamaan:

D = ai / A; Keterangan: ai = luas bidang dasar (lbds) suatu spesies, A = luas total petak contoh

Dominansi Relatif adalah nilai proporsi dominansi suatu spesies terhadap jumlah

total nilai dominansi seluruh spesies.

DR = ( Di / ∑D) x 100% Keterangan: Di = Dominansi suatu spesies, ∑ Fi = Jumlah dominansi seluruh spesies

Indeks Nilai Penting (INP) adalah suatu nilai yang menggambarkan

pentingnya peran suatu spesien tumbuhan dalam suatu ekosistem. Nilai indeks ini

merupakan penjumlahan dari nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan

dominansi relatif suatu spesies. Untuk anakan pohon, semak ataupun herba nilai

INPnya dapat hanya dihitung dari nilai kerapatan relatif dan frekuensi relatifnya

(Fachrul 2008). Persamaan untuk INP adalah sebagai berikut:

INP = KRi + FRi + DRi Keterangan: KRi = kerapatan relatif suatu spesies, FRi = frekuensi relatif suatu spesies,

DRi = dominansi relatif suatu spesies, INP = Indeks Nilai Penting

Analisis data struktur populasi Syzygium dilakukan secara deskriptif

berdasarkan data struktur yang diperoleh dari hasil analisis vegetasi. Data

kerapatan individu Syzygium pada tiap fase pertumbuhannya menjadi dasar untuk

mengetahui sruktur populasinya. Analisis ini terutama berkaitan dengan struktur

fase pertumbuhan Syzygium pada tingkat semai, pancang, tiang hingga tingkat

pohon.

4.4.3. Analisis Pola Sebaran

Untuk mengetahui pola sebaran Syzygium dilakukan bersamaan dengan

kegiatan analisis vegetasi. Data yang diambil adalah data frekuensi perjumpaan

pada tiap petak contoh. Analisis pola sebaran dilakukan dengan menggunakan

metode rasio ragam, dan metode nilai indeks yang terdiri atas: Index of Dispersion

(ID), Clumping Index (IC), dan Green’s Index (IG) (Ludwig dan Reynolds 1988).

Page 9: IV. METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · tempat, kelerengan dan arah lereng), pH tanah, kelembapan tanah, suhu udara, dan ... Nilai ini digambarkan dengan persamaan : F = jumlah

29

Metode rasio ragam digunakan dengan cara membandingkan nilai rata-rata

dengan nilai koefisien ragamnya. Adapun acuan nilai yang dipakai adalah: jika S2

= x, maka pola sebarannya acak, jika S2 < x, maka pola sebarannya homogen, dan

jika S2 > x, maka pola sebarnnya berkelompok. Formula yang digunakan untuk

penghitungan nilai indeksnya adalah sebagai berikut:

Index of Dispersion (ID) = ____, di mana: x = n = ∑ x Fx ,

N ∑Fx

S2 = ∑ (x.Fx)2 – x.n , N-1

Index of Clumping (IC) = ID -1

Green’s Index (IG) = IC / n-1 Keterangan: N = jumlah petak pengamatan, n= jumlah individu total

Acuan nilai indeks yang digunakan untuk mengetahui karakter pola

sebaran adalah nilai standar yang dapat menggambarkan karakter pola sebaran

secara umum. Adapun acuan tersebut adalah : jika nilai ID<1, maka pola

sebarannya adalah homogen, nilai ID = 1, maka pola sebarannya adalah acak, dan

jika nila ID>1, maka pola sebarannya adalah berkelompok. Peta sebaran distribusi

Syzygium yang dihasilkan dugunakan untuk mendukung analisis sebaran Syzygium

di lokasi penelitan.

4.4.4. Asosiasi Syzygium dengan spesies lainnya

Asosiasi antara Syzygium dengan spesies tumbuhan lain dilakukan secara

berpasangan yaitu dengan spesies tumbuhan yang memiliki INP ≥ 10% (Botanri

2010). Diawali dengan membuat tabel kontingensi untuk setiap pasangan spesies

(Tabel 2).

Tabel 2 Tabel kontingensi berpasangan 2 x 2 untuk asosiasi spesies

Spesies B ada Tidak ada

Syzygium ada a b m=a+b tidak ada c d n=c+d

r=a+c s=b+d Keterangan: a = Jumlah petak pengamatan ditemukannya Syzygium dan spesies B b = Jumlah petak pengamatan ditemukannya Syzygium, namun tidak spesies B c = Jumlah petak pengamatan ditemukannya spesies B, namun tidak Syzygium d = Jumlah petak pengamatan tidak ditemukan kedua spesies

s2

x

Page 10: IV. METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · tempat, kelerengan dan arah lereng), pH tanah, kelembapan tanah, suhu udara, dan ... Nilai ini digambarkan dengan persamaan : F = jumlah

30

Hipotesis uji yang digunakan untuk menguji asosiasi antara Syzygium dengan

spesies B adalah:

H0 = keberadan Syzygium dengan spesies a adalah saling bebas

H1 = terdapat asosiasi antara Syzygium dengan spesies a

Persamaan uji Chi-Square yang digunakan adalah:

(F(x) – E(x))2 E(x)

Tahap selanjutnya adalah membandingkan nilai X2 hitung dan X2 tabel pada

selang kepercayan 95%. Jika X2 hitung lebih kecil atau sama dengan X2 tabel pada

selang kepercayan 95%, maka kesimpulannya terima H0, artinya tidak terdapat

asosiasi antara Syzygium dengan spesies a. Jika Jika X2 hitung lebih besar dari

pada X2 tabel pada selang kepercayan 95%, maka kesimpulannya terima H1,

artinya terdapat asosiasi antara Syzygium dengan spesies a.

Sifat asosiasi diketahui dengan membandingkan antara nilai pengamatan

untuk a, F(a) dengan nilai harapan E(a). Jika F(a) > E(a), maka asosiasi bersifat

positif. Sedangkan jika F(a) < E(a), maka asosiasi bersifat negatif (Ludwig dan

Reynolds 1998).

Asosiasi antara Syzygium dengan spesies tumbuhan lainnya dilakukan

dengan pendekatan Indeks Jaccard (IJ) (Ludwig and Reynolds 1988). Formulasi

untuk indeks tersebut adalah sebagai berikut:

JI =

Keterangan: JI = Indeks Jaccard a = Jumlah petak pengamatan ditemukannya Syzygium dan spesies B b = Jumlah petak pengamatan ditemukannya Syzygium, namun tidak spesies B c = Jumlah petak pengamatan ditemukannya spesies B, namun tidak Syzygium

Nilai indeks berkisar antara 0 – 1. Semakin mendekati 1, maka tingkat asosiasinya

semakin kuat. Untuk mempermudah penghitungan maka dibuatkan tabel

kontingensi berpasangan antara dua spesies yang dibandingkan.

4.4.5. Analisis Faktor Ekologis

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor ekologis

terhadap keberadaan Syzygium. Faktor ekologis yang dimaksudkan dalam

∑ X2 hitung =

a

a + b + c

Page 11: IV. METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · tempat, kelerengan dan arah lereng), pH tanah, kelembapan tanah, suhu udara, dan ... Nilai ini digambarkan dengan persamaan : F = jumlah

31

penelitian ini adalah: jumlah individu tingkat semai, jumlah individu tingkat

pancang, jumlah individu tingkat tiang, jumlah individu tingkat pohon, jumlah

rumpun bambu, luas rumpun bambu, intensitas penyinaran, ketinggian tempat,

kemiringan lereng, pH tanah, kelembaban tanah, suhu udara dan kelembaban

udara. Data dianalisis dengan analisis klaster, principle component analysis

(PCA) atau analisis komponen utama, analisis canonical, dan model regresi linear

berganda dengan menggunakan softwere Minitab 14, PAST 2.14

(PAlaeontological Statistics), dan CANOCO 4.5.

Analisis klaster dilakukan untuk mengetahui kemiripan kondisi

lingkungan tempat tumbuh antar spesies Syzygium dan antar lokasi blok

pengamatan. Analisis Komponen Utama dilakukan untuk melihat secara serentak

keseluruhan hubungan antar variabel yang diamati untuk keperluan intepretasi dan

analisis hubungan. Hal ini dilakukan dengan cara menyederhanakan variabel yang

diamati menjadi variabel baru dengan jumlah yang lebih sedikit, yang disebut

sebagai principle componen atau komponen utama. Hubungan antara spesies

Syzygium dengan variabel faktor lingkungan secara lebih lanjut dilakukan dengan

menggunakan metode Canonical Correspondence Analysis (CCA) dengan

menggunakan CANOCO 4.5. Metode ini merupakan metode analisis multivariate

yang bertujuan untuk menggabungkan dan menganalisis data kelimpahan spesies

dengan data variabel lingkungan dari lokasi yang sama (ter Braak 1986). Metode

CCA akan membentuk suatu kombinasi hubungan linear yang maksimal antara

distribusi spesies terhadap variabel lingkungannya. Diagram ordinasi yang

dihasilkan dapat menggambarkan pola variasi suatu komunitas dan juga distribusi

spesies sepanjang variabel-variabel lingkungannya. Hal tersebut dapat terlihat dari

eigenvalues yang dihasilkan dari analisis ini (ter Braak 1987).

Analisis regresi linear berganda dilakukan dengan menggunakan prosedur

regresi Stepwise. Hal ini dilakukan untuk mengetahui variabel bebas yang

memiliki pengaruh paling determinan terhadap variabel tidak bebasnya. Model

persaman regresi linear yang digunakan, terdiri atas variabel tak bebas yang akan

diprediksi oleh beberapa variabel bebas (Walpole 1993; Iriawan dan Astuti 2006).

Pada model ini jumlah individu Syzygium berlaku sebagai variabel tak bebas (Y)

yang akan diramalkan berdasarkan hasil pengukuran beberapa variabel bebas (X).

Page 12: IV. METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · tempat, kelerengan dan arah lereng), pH tanah, kelembapan tanah, suhu udara, dan ... Nilai ini digambarkan dengan persamaan : F = jumlah

32

Variabel bebas yang digunakanan adalah beberapa parameter ekologis bagi

keberadaan Syzygium. Persamaan regresi linear yang digunakan adalah sebagai

berikut:

Y1...n = a0 + a1x1 + a2x2 + a3x3 + a4x4 + ... + a11x11 + a12x12 + a13x13 + έ Keterangan: Y = jumlah individu Syzygium (individu / petak pengamatan) 1...n = Spesies Syzygium ke-1,...,ke-n. a0 = koefisien regresi a1,..,8 = koefisien variabel regresi x1 = luas rumpun bambu pada tiap petak pengamatan (m2) x2 = jumlah individu semai dan tumbuhan bawah pada tiap petak pengamatan (individu) x3 = jumlah individu pancang pada tiap petak pengamatan (individu) x4 = jumlah individu tiang pada tiap petak pengamatan (individu) x5 = jumlah individu pohon pada tiap petak pengamatan (individu) x6 = jumlah rumpun bambu pada tiap petak pengamatan (rumpun) x7 = intensitas penyinaran (lux) x8 = suhu udara (oC) x9 = kelembapan udara (%) x10 = pH tanah x11 = kelembaban tanah (%) x12 = kemiringan lereng (%) x13 = ketinggian tempat ( m dpl) έ = residual

4.5. Diagram Alir Penelitian

Tahapan kegiatan penelitian sebagai acuan dalam melakukan kegiatan

penelitian ini ditampilkan dalam bentuk diagram alir penelitian (Gambar 8).

Page 13: IV. METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · tempat, kelerengan dan arah lereng), pH tanah, kelembapan tanah, suhu udara, dan ... Nilai ini digambarkan dengan persamaan : F = jumlah

33

Gambar 8 Diagram alir tahapan penelitian

SPESIES SYZYGIUM

KOMPOSISI, STRUKTOR POPULASI, POLA

SEBARAN

ANALISIS STRUKTUR

POPULASI DAN POLA SEBARAN

SYZYGIUM

PETA SEBARAN SYZYGIUM

SELESAI

OVERLAY DENGAN PETA LOKASI PENELITIAN

SURVEY AWAL

KOLEKSI DATA

MULAI

KEANEKARAGAMAN SPESIES SYZYGIUM

DOKUMENTASI POSISI GEOGRAFIS

SYZYGIUM

ANALISIS VEGETASI DAN

FAKTOR EKOLOGIS