iv. peraturan keselamatan kerja pada industri … · keselamatan kerja yang ada dilakukan oleh...
TRANSCRIPT
IV. PERATURAN KESELAMATAN KERJA PADA INDUSTRI
KONSTRUKSI DI INDONESIA DAN AMERIKA
1. PENDAHULUAN
Kecelakaan pada lokasi proyek konstruksi di negara berkembang adalah 3
kali lebih besar dari pada yang terjadi di negara industri maju (Suazo dan Jaselskis,
1993). Hal ini disebabkan karena lemahnya peraturan yang ada, karena sedikitnya
evaluasi ataupun partisipasi dalam proses pembuatan peraturan tersebut yang
melibatkan pihak pemakai peraturan tersebut. Selain itu, kesadaran akan hukum dan
biaya akibat kecelakaan merupakan bahan pertimbangan yang paling penting untuk
memotivasi perusahaan konstruksi agar lebih memperhatikan keadaan keselamatan
kerjanya. Pada tahap awal, pengawasan yang ketat terhadap dilaksanakannya
peraturan yang ada merupakan langkah yang efektif. Selanjutnya, biaya kecelakaan
yang tinggi diharapkan dapat memotivasi perusahaan konstruksi untuk
mengontrolnya serta mampu membuat perusahaan konstruksi selalu sadar akan
adanya biaya tersebut. Pernyataan ini menunjukkan pentingnya arti peraturan
keselamatan kerja yang ada dalam upaya untuk meningkatkan keselamatan kerja
pada lokasi proyek konstruksi. Disamping itu, karena arus globalisasi telah masuk
34
ke Indonesia, maka juga diperlukan adanya standar internasional untuk K3
(Rakhidin, 1995). Oleh karena itu, pada bab ini akan dibahas mengenai peraturan-
peraturan keselamatan kerja pada bidang konstruksi yang ada di Indonesia dan
peraturan keselamatan kerja di Amerika sebagai pembanding.
2. PERATURAN KESELAMATAN KERJA BIDANG KONSTRUKSI DI
INDONESIA
2.1. Peraturan
Dasar hukum yang menyangkut masalah keselamatan kerja pada proyek
konstruksi di Indonesia telah diatur di dalam beberapa undang-undang maupun
peraturan, antara lain:
1. Undang-undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2).
2. Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok
mengenai tenaga kerja.
3. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01/MEN/1980 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan.
5. SKB Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No.
104/Kpts/1986 dan No. 174/Men/1986 tentang K3 pada Tempat Kegiatan
Konstruksi.
Tujuan utama Undang-undang tersebut adalah memberikan perlindungan
kepada setiap tenaga kerja atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan, dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Ada
35
beberapa pertimbangan yang mendasari dibuatnya peraturan-peraturan keselamatan
kerja pada konstruksi bangunan yang ada, yaitu:
1 Kenyataan bahwa masih banyak kecelakaan yang terjadi,
2. Makin meningkatnya pembangunan dengan penggunaan teknologi
modern,
3. Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang melibatkan
bahan bangunan, peralatan, penerapan teknologi, dan tenaga kerja yang
dapat merupakan sumber terjadinya kecelakaan kerja,
4. Pentingnya arti tenaga kerja di bidang kegiatan konstruksi bagi kelanjutan
pembangunan.
Pengawasan terhadap dilaksanakannya Undang-undang dan peraturan
keselamatan kerja yang ada dilakukan oleh direktur, pegawai pengawas keselamatan
dan kesehatan kerja, serta ahli keselamatan kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 bab IV pasal 5 ayat 1 dan ayat 2.
Pelanggaran terhadap Undang-undang dan peraturan keselamatan kerja dapat dikenai
sanksi pidana selama-lamanya 3 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,-.
2.2. Kewaiiban dan Hak Pengusaha
Setiap pengusaha mempunyai kewajiban utama untuk menjamin keselamatan
dan kesehatan pekerja-pekerjanya dengan cara menyediakan lapangan kerja,
peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja yang aman. Pengusaha memiliki
kewajiban untuk:
1. Menempatkan semua syarat keselamatan kerja, sehelai UU No. 1 Tahun
1970 dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku pada bangunan
36
konstruksi pada tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja,
2. Memasang semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan pada
tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja,
3. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan kepada tenaga kerja dan setiap orang lain yang memasuki
lokasi konstruksi.
Selain itu, para pengusaha juga harus melakukan pengawasan terhadap tenaga
kerja, dengan dibantu oleh petugas Keselamatan Kerja sebagai bagian dari organisasi
kontraktor yang bertanggungjawab atas pemeriksaan berkala terhadap semua tempat
kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan kecelakaan, lingkungan kerja dan cara-
cara pelaksanaan kerja yang aman. Pengusaha dengan jumlah pekerja minimal 100
orang atau kondisi dari sifat proyek memang memerlukan, diwajibkan membentuk
unit Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Pengusaha wajib mengikutsertakan seluruh tenaga kerjanya (baik tenaga
kerja harian lepas, tenaga kerja borongan dan tenaga kerja kontrak) dalam Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja kepada Badan Penyelenggara (PT.ASTEK, persero),
yang meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Besarnya biaya santunan yang dibayarkan kepada
pekerja tergantung pada:
1. Upah pekerja yang bersangkutan;
2. Beratnya akibat kecelakaan atau penyakit;
3. Jenis cedera yang dialami adalah sementara atau tetap,
37
4. Status pekerja sudah berkeluarga atau belum.
Setiap pengusaha harus menyediakan alat-alat Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan di tempat kerja. Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan harus
diberikan oleh orang yang terdidik dalam pertolongan pertama pada kecelakaan
Setiap kecelakaan kerja yang terjadi harus dilaporkan kepada kantor
Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara (PT.ASTEK) setempat dalam
waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam baik secara lisan ataupun tertulis. Laporan tertulis
dilakukan dengan mengisi Laporan Kecelakaan Kerja Tahap I sesuai dengan Bentuk
KK 2. Laporan Kecelakaan Tahap II (Bentuk KK 3) harus dikirimkan dalam waktu
tidak lebih dari 2 x 24 jam setelah mendapat keterangan dari dokter (Bentuk KK 4)
yang menyatakan korban kecelakaan sebagai keadaan sementara tidak mampu
bekerja telah berakhir, cacad sebagian untuk selama-lamanya, cacad total untuk
selama-lamanya, ataupun meninggal dunia (Bentuk-bentuk Laporan Kecelakaan
dapat dilihat pada Lampiran 3). Pengusaha yang tidak menyertakan tenaga kerjanya
dalam program Jamsostek dapat dikenai sanksi hukuman kurungan selama-lamanya
6 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 50.000.000,-.
Ada beberapa keadaan khusus dimana pengusaha tidak diwajibkan untuk
membayar jaminan kecelakaan kepada tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan atau
santuan kematian kepada keluarganya, antara lain:
1. karena disengaja oleh tenaga kerja yang bersangkutan,
2. menolak tanpa alasan yang sah untuk diperiksa dokter yang ditunjuk oleh
perusahaan,
3. sebelum selesai pengobatan, tenaga kerja menolak pertolongan dalam
keadaan 2 tanpa alasan yang sah,
38
4. pergi ke tempat lain sehingga dokter yang ditunjuk oleh perusahaan tidak
dapat memberi pertolongan yang dianggap perlu untuk memulihkan
kesehatannya.
Dalam hal tenaga kerja pada waktu terjadinya kecelakaan berada dibawah
pengaruh minuman keras atau sesuatu yang memabukkan karena disengaja, maka
dengan persetujuan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan, pengusaha berhak
mengurangi besarnya santunan kecelakaan kerja sebanyak-banyaknya 50% dari yang
seharusnya diterima.
2.3. Kewaiiban dan Hak Tenaga Kerja
Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan
martabat manusia dan moral agama, serta berhak memperoleh pembinaan mengenai
norma keselamatan kerja, norma kesehatan kerja dan hygiene perusahaan, norma
kerja, dan pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal
kecelakaan kerja. Tenaga kerja juga berhak meminta kepada Pengurus agar
dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan serta berhak
menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya
kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-
batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan. Mengenai hak atas pemberian ganti
kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja termasuk dalam
Jamsostek.
39
Selain memiliki hak seperti tersebut diatas, tenaga kerja juga memiliki
kewajiban untuk:
1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas
atau ahli keselamatan kerja;
2. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan,
3 Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan.
2.4. Peranan Pemerintah
Pada pembukaan Konvensi Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja III
tahun 1995, Presiden menyebutkan bahwa: "Bagi kita manusia adalah tujuan utama
pembangunan. Kita telah menegaskan bahwa yang kita bangun adalah manusia
Indonesia yang utuh dan masyarakat Indonesia yang menyeluruh. Ini berarti
menjaga keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tugas kemanusiaan dan
merupakan bagian dari pembangunan manusia Indonesia yang utuh tadi". Kata
sambutan ini menjadi salah satu bukti bahwa pemerintah menaruh perhatian besar
terhadap masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu, pemerintah juga telah
melakukan beberapa usaha untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen para
pengusaha di Indonesia terhadap masalah keselamatan dan kesehatan kerja, antara
lain dengan mengadakan Konvensi Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
memberikan penghargaan nihil kecelakaan kerja, melaksanakan Bulan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Nasional dan. menetapkan tanggal 12 Januari sebagai Hari
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional
40
Selain itu, sebagai pihak yang membuat hukum pemerintah juga memegang
peranan yang penting dalam mengadakan pengawasan dan pemeriksaan terhadap
dilaksanakannya UU dan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat
kegiatan konstmksi yang ada. Pihak pemerintah yang terlibat antara lain:
1. Departemen Tenaga Kerja (Depnaker)
2. Departemen Pekerjaan Umum (DPU)
3. PT.ASTEK
4. Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI)
Masing-masing departemen memiliki ruang lingkup kerjanya sendiri-sendiri.
Ruang lingkup kerja Depnaker adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
keselamatan tenaga kerja, DPU berwewenang menangani masalah teknis bangunan,
dan PT.ASTEK bertugas menangani masalah Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Selain
itu, Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) yang merupakan organisasi tenaga
kerja juga memegang peranan penting dalam mengorganisasi seluruh pekerja yang
ada di Indonesia. Tetapi menurut Ir. Supi'i, staf pengawas Depnaker kodya
Surabaya, sampai saat ini SPSI belum mencakup tenaga kerja unit konstmksi. Hal
ini dikarenakan sifat tenaga kerja pada proyek konstmksi yang merupakan tenaga
kerja lepas dengan lokasi kerja tidak tetap, yang berakibat pada sulitnya mengadakan
pengontrolan dan pemantauan terhadap tenaga kerja tersebut.
Secara umum, hubungan antara peranan pemerintah dalam upaya masalah
keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilihat pada (gambar 4.1).
41
- ?£LAKSANAAN DAW PENGAWASAN =
PSNYU8UNAM PERU
PENCARMAN TUJNiKU * 3
PENJERIKSAAN
PENGUJIAN
EVALUASI HASIL PEMERJKSAAN
REGRISTASI/IZIN SERTIFIKASI
PENYIDIKAN
PENEUTIAH / PENGEMBANGAN
PfUAVAt
J-CiGAWAS
AHU K3
PECAVAI PENGAYAS
PEMEWNTAH/ DEPNAKER
PEGAWAJ PENGAYAS
PEMEHNTAB
AHU K3
LEMBAGA .
PENDIDlKAN
j i
PENGMMfcSAN PERATURAN PERUNDANQAN
p**a
fC0MfSt.K3
DK3N
Gambar 4.1. Peranan pemerintah dalam masalah keselamatan dan kesehatan kerja
42
3. PERATURAN KESELAMATAN KERJA BIDANG KONSTRUKSI DI
AMERIKA
3.1. Peraturan
Peraturan Keselamatan Kerja di Amerika telah dibakukan dalam bentuk
sebuah peraturan Occupational Safety and Health Act 1970 (OSHAct 1970), dengan
pertimbangan-pertimbangan bahwa:
1. Lebih dari 14.000 pekerja meninggal karena kecelakaan kerja setiap
tahun.
2. Kurang lebih 2,5 juta pekerja menderita cacat setiap tahun.
3. Kehilangan waktu kerja akibat kecelakaan adalah 10 kali lebih besar
daripada kehilangan waktu kerja akibat mogok kerja.
4. Perkiraan jumlah kasus baru karena penyakit akibat kerja sebesar 300.000
kasus.
5. Dampak kecelakaan terhadap dunia perdagangan Nasional Amerika,
seperti berkurangnya produksi dan upah kerja, pengeluaran biaya untuk
pengobatan dan biaya kompensasi.
Occupational Safety and Health Act (OSHAct) 1970 dikeluarkan oleh
Congress dengan tujuan utama untuk menyediakan kondisi kerja yang aman dan
sehat bahwa setiap pekerja dan untuk melindungi sumber daya manusia yang ada.
43
Dibawah OSHAct, dibentuk Occupational Safety and Health Administration
(OSHA) yang merupakan bagian dari Department of Labor, yang berfungsi untuk:
1. Mendorong para pengusaha dan pekerja untuk mengurangi bahaya-
bahaya yang ada pada lokasi kerja dan menjalankan atau meningkatkan
program keselamatan dan kesehatan kerja yang ada.
2. Menyediakan penelitian mengenai keselamatan dan kesehatan kerja guna
menemukan cara yang inovatif untuk mengatasi masalah keselamatan dan
kesehatan kerja.
3. Menetapkan tanggungjawab dan hak yang terpisah namun saling terkait
antara pengusaha dan pekerja untuk mencapai kondisi keselamatan dan
kesehatan kerja yang lebih baik.
4. Memelihara suatu sistem pelaporan dan pencatatan untuk mengawasi
keadaan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
5. Membuat program-program pelatihan untuk meningkatkan jumlah dan
kemampuan personil keselamatan dan kesehatan kerja.
6. Mengembangkan peraturan-peraturan keselamatan dan kesehatan kerja
dan menjalankannya secara efektif.
7. Menyediakan pengembangan, analisa, evaluasi dan pengakuan program
keselamatan dan kesehatan kerja negara bagian.
Untuk industri konstruksi, OSHA membuat Safety and Health Regulations
for Construction, Part 1926, yang dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
Subpart A - General
Subpart B - General Interpretations
Subpart C - General Safety and Health Provisions
44
Subpart D - Occupational Health and Environmental Controls
Subpart E - Personal Protective and Life Saving Equipment
Subpart F - Fire Protection and Prevention
Subpart G - Signs, Signals, and Barricades
Subpart H - Material Handling, Storage, Use, and Disposal
Subpart I - Tools - Hand and Power
Subpart J - Welding and Cutting
Subpart K - Electrical
Subpart L - Scaffolding
Subpart M - Floor and Wall Openings
Subpart N - Cranes, Derricks, Hoists, Elevators, and Conveyors
Subpart O - Motor Vehicles, Mechanized Equipment, and
Marine Operations
Subpart P - Excavations
Subpart Q - Concrete and Masonry Construction
Subpart R - Steel Erection
Subpart S - Underground Construction, Caissons, Cofferdams,
and Compressed Air
Subpart T - Demolition
Subpart U - Blasting and Use of Explosives
Subpart V - Power Transmission and Distribution
Subpart W - Rollover Protective Structure, Overhead Protection
Subpart X - Stairways and Ladders
45
OSHA melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap dilaksanakannya
peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang ada.
Pelanggaran terhadap peraturan dan standar yang ada akan dikenai sanksi
yang dibagi menjadi beberapa kategori sebagai berikut:
1. Diluar pelanggaran serius {Other Titan Serious Violation)
Pelanggaran yang tidak mengakibatkan terjadinya kematian atau cedera
fisik yang serius
2. Pelanggaran serius {Serious Violation)
Pelanggaran dapat mengakibatkan kematian atau cedera fisik yang serius,
dan pengusaha telah mengetahui (ataupun sudah seharusnya mengetahui)
adanya bahaya tersebut
3. Pelanggaran yang disengaja (Willful Violation)
Pengusaha secara sengaja dan sadar melakukan pelanggaran
4. Pelanggaran yang diulang (Repeat Violation)
Suatu pelanggaran terhadap peraturan atau standar, dan setelah dilakukan
pemeriksaan kembali, masih tetap terjadi
5. Kesalahan dalam memperbaiki pelanggaran (Failure to Correct Prior
Violation)
Pelanggaran karena tidak segera memperbaiki keadaan yang ada akan
berakibat sanksi yang dihitung perhari pelanggaran.
Sanksi yang dikenakan dapat berupa denda minimum $5,000 sampai dengan
maksimum $70,000 untuk setiap jenis pelanggaran. Sedangkan untuk pelanggaran
disengaja (willful violation) yang mengakibatkan kematian pekerja, pengusaha dapat
dikenai sanksi oleh pengadilan berupa denda maksimum $250,000 (untuk individu)
46
dan $500,000 (untuk perusahaan), atau berupa hukuman penjara sampai dengan 6
bulan, ataupun kedua-duanya.
Ruang lingkup OSHA meliputi semua tenaga kerja kecuali orang yang
bekerja atas kemauannya sendiri, tanah pertanian yang dikelola oleh suatu keluarga,
dan pegawai negeri yang dilindungi oleh perwakilan lain.
Semua informasi mengenai OSHA ini diperoleh dari All About OSHA 1994,
Excavation Safety understanding and complying with OSHA standards 1993, serta
Suazo and Jaselskis, 1993.
3.2. Tanggung Jawab dan Hak Pengusaha
Pengusaha memiliki tanggungjawab untuk menyediakan lapangan kerja yang
aman, melaporkan semua kecelakaan yang fatal dan serius ke kantor OSHA terdekat
dalam waktu 48 jam, serta bertanggungjawab terhadap keselamatan semua tenaga
kerjanya. Selain itu, pengusaha juga diwajibkan untuk memberikan informasi
kepada tenaga kerjanya mengenai OSHA, standar OSHA, prestasi keselamatan kerja
perusahaan, surat panggilan OSHA yang diterima, dan perubahan terhadap peraturan
yang ada, serta bertanggung jawab untuk menyimpan catatan mengenai semua
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang terjadi. Pengusaha berhak meminta saran
dan melakukan konsultasi yang diperlukan dengan OSHA. Kewajiban dan hak
pengusaha secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4.
3.3. Tanggung Jawab dan Hak Tenaga Keria
Tenaga kerja berkewajiban untuk melaporkan kondisi-kondisi berbahaya
yang ada kepada pengawas, mentaati semua standar dan peraturan pengusaha yang
47
ada, serta menggunakan perlengkapan pengaman sewaktu bekerja. Di samping itu,
ada beberapa hak yang dimiliki tenaga kerja, yaitu:
1. Menggunakan hak-haknya tanpa didiskriminasi oleh pengusaha.
2. Ada ketentuan yang melindungi hak tenaga kerja untuk memperoleh
informasi mengenai OSHA dan peraturan-peraturannya, bahaya yang ada
dan langkah pencegahannya, prestasi keselamatan kerja perusahaan, serta
perubahan terhadap peraturan yang ada.
3. Meminta dilakukannya inspeksi danberhak atas kerahasiaan identitas diri
mereka.
4. Memiliki wakil selama inspeksi dilakukan.
5. Diperbolehkan memberi komentar mengenai peraturan-peraturan yang ada.
Kewajiban dan hak tenaga kerja secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 5.
4. PERBANDINGAN PERATURAN KESELAMATAN KERJA INDONESIA
DAN OSHA
Pada dasarnya, peraturan keselamatan kerja di Indonesia dan Amerika
memiliki banyak persamaan. Perbedaan utama antara kedua peraturan tersebut adalah
bahwa isi OSHA lebih terperinci dan adanya sanksi yang jelas untuk setiap jenis
pelanggaran yang dilakukan. Persamaan dan perbedaan antara peraturan keselamatan
kerja di Indonesia- dan OSHA secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.1.
48
Tabel 4.1. Persamaan dan Perbedaan Pendekatan Keselamatan Kerja di Amerika dan
Indonesia
Persamaan
• Ada badan khusus yang nienangani masalah keselamatan kerja
• Ruang lingkup meliputi tenaga kerja secara luas
• Pengusaha bertanggungjawab untuk mengjnformasikan mengenai
keselamatan kerja kepada tenaga kerjanya
• Adanya jaminan terhadap hak-hak pengusaha dan tenaga kerja
Perbedaan
OSHA
• Sanksi terhadap pelanggaran :
- denda : antara $5,000 s/d $500,000
- tahanan : maksimum 6 bulan
• Peraturan:
-detail
- meliputi aspek teknik & pelaksanaan
• Laporan kecelakaan digunakan untuk
menentukan daerah yang berbahaya
• Ada tanggungjawab terhadap penelitian
Peraturan K3 Indonesia
• Sanksi terhadap pelanggaran :
- denda : maksimum Rp. 100.000.-
- tahanan : maksimum 3 bulan
• Peraturan:
-umum
- meliputi aspek pelaksanaan
• Laporan kecelakaan digunakan untuk
menghitung biaya ganti rugi pekerja
• Tanggungjawab terhadap kesejahteraan
5. KESEMPULAN
Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan berdasarkan keadaan peraturan
yang ada antara Amerika dan Indonesia, antara lain:
1. OSHA dan Peraturan Keselamatan Kerja di Indonesia memiliki tujuan
utama yang sama, yaitu menyediakan lapangan kerja yang aman bagi
tenaga kerja.
2. Untuk memotivasi pengusaha yang ada di Indonesia agar memperhatikan
masalah keselamatan kerja pada perusahaan maupun proyek yang
49
dipimpinnya, pemerintah Indonesia mengadakan Konvensi Nasional
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, memberikan penghargaan nihil
kecelakaan kerja, melaksanakan Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasional dan. menetapkan tanggal 12 Januari sebagai Hari Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Nasional. Di Amerika, pengusaha yang ada lebih
termotivasi untuk memperhatikan masalah keselamatan kerja dengan
alasan bahwa jika mereka melakukan pelanggaran, pekerja yang ada akan
mempergunakan hak mereka untuk mengajukan tuntutan (claim) yang
nilainya cukup besar. Di Indonesia, pekerja memiliki hak yang sama,
tetapi hak tersebut tidak pernah mereka gunakan dengan benar.
3. Sanksi yang dikenakan kepada pengusaha di Indonesia yang tidak
mentaati peraturan keselamatan kerja masih rendah. Di Amerika, sanksi
yang dikenakan sangat tinggi (mencapai $500,000), sehingga dapat
memotivasi pengusaha untuk lebih memperhatikan keselamatan dan
kesehatan pekerjanya. Di Indonesia, hukum yang menyangkut
ketenagakerjaan lebih diutamakan pada masalah meningkatkan
kesejahteraan pekerja, seperti terlihat pada sanksi yang dikenakan
untuk pelanggaran Jamsostek mencapai Rp. 50.000.000,-.
4. Tanggungjawab dan hak pengusaha dan tenaga kerja menurut peraturan
yang ada di Amerika dan Indonesia, memiliki banyak kesamaan.
Perbedaannya terletak pada tata cara penulisan tanggungjawab dan hak
tersebut dimana OSHA lebih terperinci (lihat lampiran 4 dan lampiran 5).
50
5. Pada sektor konstruksi, OSHA lebih terperinci dimana Safety and Health
Regulations for Construction, Part 1926 memiliki 24 subpart yang
masing-masing dibahas dalam suatu buku secara tersendiri.