documentiv

23
IV. PEMERIKSAAN TES ALERGI Pemeriksaan untuk diagnosis alergi inhalan dapat dilakukan secara in vivo dan in vitro untuk alergi terhadap alergen yang spesifik. Tes ini diindikasikan tidak hanya pada pasien alergi saja, namun juga pada terkena alergen yang spesifik. Tes pada inhalasi relatif lebih sederhana, sejak mekanisme terjadinya diketahui (IgE – mediator reaksi tipe I) dan reaksi alergi inhalasi bisa didapatkan dalam beberapa menit. Bagaimanapun bisa didapatkan sebuah hasil yang positif walaupun tanpa gejala klinik. (5) A. METODE IN VIVO Berbagai metode in vivo digunakan dalam penelitian sistem immunoglobulin maupun sistem seluler. (1) tes alergi secara in vivo terdiri atas dua kategori : uji kulit dan uji tantangan pada organ (tes provokasi). (9) Uji kulit merupakan cara in vivo utama dalam mengenali IgE atau antibodi reagenik. Reaksi ini terjadi beberapa menit setelah masuknya alergen. Alergen berinteraksi dengan antibodi reagenik yang melekat pada sel pelepas zat mediator. Akibatnya terjadi suatu peradangan atau pembengkakan segera, demikian pula suatu reaksi fase lambat. Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan suatu jarum atau garukan dan injeksi intradermal. (1) 1. Pemeriksaan Tes Kulit Uji kulit sampai saat ini masih dilakukan secara luas untuk menunjang diagnosis alergi terhadap alergen-

Upload: syifa-fadya

Post on 02-Feb-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ib

TRANSCRIPT

Page 1: DocumentIV

IV.    PEMERIKSAAN TES ALERGI

Pemeriksaan untuk diagnosis alergi inhalan dapat dilakukan secara in vivo

dan in vitro untuk alergi terhadap alergen yang spesifik. Tes ini

diindikasikan tidak hanya pada pasien alergi saja, namun juga pada

terkena alergen yang spesifik. Tes pada inhalasi relatif lebih sederhana,

sejak mekanisme terjadinya diketahui (IgE – mediator reaksi tipe I) dan

reaksi alergi inhalasi bisa didapatkan dalam beberapa menit.

Bagaimanapun bisa didapatkan sebuah hasil yang positif walaupun tanpa

gejala klinik.(5)

A.   METODE IN VIVO

Berbagai metode in vivo digunakan dalam penelitian sistem

immunoglobulin maupun sistem seluler.(1)  tes alergi secara in vivo terdiri

atas dua kategori : uji kulit dan uji tantangan pada organ (tes provokasi).(9) Uji kulit merupakan cara in vivo utama dalam mengenali IgE atau

antibodi reagenik. Reaksi ini terjadi beberapa menit setelah masuknya

alergen. Alergen berinteraksi dengan antibodi reagenik yang melekat pada

sel pelepas zat mediator. Akibatnya terjadi suatu peradangan atau

pembengkakan segera, demikian pula suatu reaksi fase lambat. Pengujian

dapat dilakukan dengan menggunakan suatu jarum atau garukan dan

injeksi intradermal.(1)

1.    Pemeriksaan Tes Kulit

Uji kulit sampai saat ini masih dilakukan secara luas untuk menunjang

diagnosis alergi terhadap alergen-alergen tertentu. Metode ini dapat

dilakukan secara massal dalam waktu singkat dengan hasil cukup baik.

Prinsip test ini adalah adanya IgE spesifik pada permukaan basofil atau sel

matosit pada kulit akan merangsang pelepasan histamin, leukotrien dan

mediator lain bila IgE tersebut berikatan dengan alergen yang digunakan

pada uji kulit, sehingga menimbulkan reaksi positif berupa bentol (wheal)

Page 2: DocumentIV

dan kemerahan (flare).(2,8) Tetapi uji kulit tidak selalu memberikan hasil

positif walaupun pemeriksaan dengan cara lain berhasil positif, terutama

alergi terhadap obat.(2)

Tujuan tes kulit pada alergi adalah untuk menentukan macam alergen

sehingga dikemudian hari bisa dihindari dan juga untuk menentukan dasar

pemberian imunoterapi.(8)

Macam tes kulit untuk mediagnosis alergi antara lain :

  Puncture, prick dan scratch test biasa dilakukan untuk menentukan alergi

oleh karena allergen inhalan, makanan atau bisa serangga.

  Tes intradermal biasa dilakukan pada alergi obat dan alergi bisa serangga.

  Patch test (epicutaneus test) biasanya untuk melakukan tes pada dermatitis

kontak.(8,10)

a.    Scracth : Epicutaneus Tes

Ini merupakan tehnik yang paling awal ditemukan oleh Charles Blackley

pada tahun 1873. Pemeriksaan ini didasari dengan membuat laserasi

superficial kecil dari 2 mm pada kulit pasien dan diikuti dengan

menjatuhkan antigen konsentrat.

Keuntungan :

o   Aman, jarang menyebabkan reaksi sistemik

o   Terdapat kekurangan pada reaksi kulit tipe lambat

o   Konstrate yang digunakan  nilai ekonominya lebih baik dan mempunyai

daya hidup yang lama.

Kerugian :

o   Terjadi false positif (akibat iritasi pada kulit dibandingkan dengan reaksi

alergi)

Page 3: DocumentIV

o   Lebih menyakitkan

o   Tidak reproducible sebagai intradermal skin test

Karena kurang reproducibility  dan berbagai gambaran dibelakang, bentuk

tes ini tidak direkomendasikan lagi sebagai prosedur diagnostik pada Alergi

panel dariAMA Council Of Scientific Affairs.(5)

      

b.    Prick : Epicutaneus

            Tehnik ini pertama kali dijelaskan oleh Lewis dan Grant pada tahun

1926. Hal ini digambarkan dimana satu tetesan konsentrat antigen ke

dalam kulit . kemudian jarum steril 26 G melalui tetesan tadi ditusukkan ke

dalam kulit bagian superficial sehingga tidak berdarah. Variasi dari tes ini

adalah dengan menggunakan applikator sekali pakai dengan delapan mata

jarum yang bisa digunakan. Digunakan secara simultan dengan 6 antigen

dan control positif (histmin) dan kontrol negative (glyserin). (5)

                                                                          (a)     

Page 4: DocumentIV

                                                               (b)

                                                               (c)

Gambar 1. Keterangan :

a.    Lengan  atas yang diteteskan zat allergen

b.    Penetesan allergen

c.    Reaksi pada pemeriksaan skin prick test(9)

Page 5: DocumentIV

Keuntungan :

o   Cepat

o   Mempunyai korelasi yang baik dengan tes intradermal

o   Relative lebih aman

Kerugian :

o   Hanya memberikan penilaian kualitatif pada alergi

o   Bisa terjadi kesalahan pada keadaan alergi yang lemah (false – negatif)

o   Grade pada kulit bersifat subjektif

Prick tes merupakan jalan cepat untuk menyeleksi antigen yang banyak.

Jika skin tes positif, kemudian pasien lebih sering alergi, tetapi konversi

yang didapat tidak benar. Jika pasien mempunyai sejarah yang positif dan

negative pada prick test, maka dokter harus menggabungkan prosedur

dengan pemeriksaan tes intradermal.(5)

Kontraindikasi Skin Prick Test (8,11)

  Penderita dengan riwayat yang meyakinkan adanya reaksi anafilaksis

terhadap allergen.

  Penderita dengan gejala alergi terhadap makanan sampai dengan gejala

yang timbul stabil.

  Penderita dengan penyakit kulit  misalnya urtikaria, SLE dan lesi yang luas

pada kulit.

Persiapan tes   cukit (Skin Prick Test)

Sebagai dokter pemeriksa kita perlu menanyakan riwayat perjalanan

penyakit pasien, gejala dan tanda yang ada yang membuat pemeriksa bisa

memperkirakan jenis alergen, apakah alergi ini terkait secara genetik dan

Page 6: DocumentIV

bisa membedakan apakah justru penyakit non alergi, misalnya infeksi atau

kelainan anatomis atau penyakit lain yang gambarannya menyerupai

alergi.(8)

Persiapan yang harus dilakukan antara lain(3,8,11) :

1.    Persiapan bahan/material ekstrak alergen :

  Gunakan material yang belum kadaluwarsa

  Gunakan esktrak alergen yang terstandarisasi

2.    Persiapan penderita :

  Menghentikan pengobatan antihistamin 3 hari sebelum tes(11)  atau 5 – 7 hari

sebelum tes.(8)

  Menghentikan pengobatan lain seperti trisiklik antidepressant, stabilizer sel

mast, ranitidine, anti muntah atau beta bloker, antihistamin topical, cream

imunomodulator, dan topical steroid minimal 7 hari sebelum tes. Steroid

oral dan obat inhalasi untuk asma tidak perlu dihentikan.

  Usia : Pada bayi dan usia lanjut tes kulit kurang memberikan reaksi,

walaupun sebenarnya tes ini tidak mempunyai batasan umur.

  Pada penderita dengan keganasan, limfoma, sarkoidosis, diabetes

neuropati juga terjadi penurunan terhadap reaktivitas terhadap tes kulit ini.

3.    Persiapan pemeriksa :

  Tehnik dan keterampilan pemeriksa perlu dipersiapkan agar tidak terjadi

interprestasi yang salah akibat tehnik dan pengertian yang kurang

dipahami oleh pemeriksa.

  Keterampilan tehnik melakukan cukit

  Tehnik menempatkan lokasi cukitan karena ada tempat yang reaktivitas

tinggi dan ada yang rendah. Berurutan dari lokasi yang reaktifitasnya tinggi

sampai rendah : bagian bawah punggung >  lengan atas > siku > lengan

bawah sisi ulnar > sisi radial > pergelangan tangan.

Page 7: DocumentIV

Prosedur Tes Cukit (4,8,11)

Sebelum melakukan tes cukit pada penderita dilakukan terlebih dahulu

inform consent. Pada penderita dewasa yang telah mengerti dapat

dijelaskan secara langsung prosedur pemeriksaan dan apa yang akan

mereka rasakan. Sedangkan pada penderita yang masih kecil maka

diberikan penjelasan kepada orang tua mereka.

Tes cukit sering kali dilakukan pada bagian volar lengan bawah. Pertama

dilakukan desinfeksi dengan alkohol pada area volar dan ditandai area

yang akan ditetesi dengan ekstrak allergen. Tanda yang diberikan

mempunyai jarak antara satu dengan yang lain sekitar 2-3 cm. Ekstrak

allergen diteteskan satu tetes larutan allergen (histamine/control positif)

dan larutan kontrol (buffer/control negative) menggunakan jarum ukuran 26

½ G atau 27 G atau blood lancet.

Kemudian dicukitkan dengan sudut kemiringan 45 0 menembus lapisan

epidermis dengan ujung jarum menghadap ke atas tanpa menimbulkan

perdarahan. Tindakan ini mengakibatkan sejumlah alergen memasuki kulit.

Tes dibaca setelah 15 – 20 menit dengan menilai bentol yang timbul.

A

Page 8: DocumentIV

                                                     

Gambar 2. Keterangan :

A.    Sudut melakukan cukit pada kulit dengan lancet

B.    Contoh reaksi hasil positif pada tes cukit

Interprestasi tes cukit (4,8)

Untuk menilai ukuran bentol berdasarkan The Standardization Committee

of Northern (Scandinavian) Society of Allergology dengan membandingkan

bentol yang timbul akibat alergen dengan bentol positif histamin dan bentol

negatif larutan kontrol. Adapun penilaiannya sebagai berikut :

-          Bentol histamin dinilai sebagai +++ (+3)

-          Bentol larutan kontrol dinilai negatif (-)

-          Derajat bentol + (+1) dan ++(+2) digunakan bila bentol yang timbul

besarnya antara bentol histamin dan larutan kontrol.

-          Untuk bentol yang ukurannya 2 kali lebih besar dari diameter bento

histamin dinilai ++++ (+4).

Di Amerika cara menilai ukuran bentol menurut Bousquet (2001) seperti

dikutip Rusmono  sebagai berikut :

B

Page 9: DocumentIV

            - 0        : reaksi (-)

            - 1+      : diameter bentol 1 mm > dari kontrol (-)

            - 2+      : diameter bentol 1-3mm dari kontrol (-)

            - 3+      : diameter bentol 3-5 mm > dari kontrol (-)

            - 4+      : diameter bentol 5 mm > dari kontrol (-) disertai eritema.

Kesalahan yan sering terjadi pada Skin Prick Test (8)

a.    Tes dilakukan pada jarak yang sangat berdekatan ( < 2 cm )

b.    Terjadi perdarahan, yang memungkinkan terjadi false positive.

c.    Teknik cukitan yang kurang benar sehingga penetrasi eksrak ke kulit

kurang, memungkinkan terjadinya false-negative.

d.    Menguap dan memudarnya larutan alergen selama tes.

Kelebihan Skin Prick Test Dibandingkan dengan Tes Kulit yang lain (8)   :

1.    karena zat pembawanya adalah gliserin maka lebih stabil jika dibandingkan

dengan zat pembawa berupa air.

2.    Mudah dilaksanakan dan bisa diulang bila perlu.

3.    Tidak terlalu sakit dibandingkan suntikan intradermal

4.    Resiko terjadinya alergi sistemik sangat kecil, karena volume yang masuk

ke kulit sangat kecil.

5.    Pada pasien yang memiliki alergi terhadap banyak alergen, tes ini mampu

dilaksanakan kurang dari 1 jam.

c.    Intradermal test

Page 10: DocumentIV

Tes intradermal atau tes intrakutan secara umum biasa digunakan ketika

terdapat kenaikan sensitivitas merupakan tujuan pokok dari pemeriksaan

(misalnya ketika skin prick test memberikan hasil negatif walaupun

mempunyai riwayat yang cocok terhadap paparan). Tes intradermal lebih

sensitive namun kurang spesifik dibandingkan dengan skin prick test

terhadap sebagian besar alergen, tetapi lebih baik daripada uji kulit lainnya

dalam mengakses hipersensitivitas terhadapHymenoptera (gigitan

serangga) dan penisilin atau alergen dengan potensi yang rendah.(3,9,)

Robert Cooke memberikan gambaran pertama kali untuk tes intradermal

pada tahun 1915. Tehnik pemeriksaannya mengalami beberapa modifikasi

sejak saat itu. Pada saat ini prosedur tes intradermal digambarkan dengan

menggunakan jarum 26 G untuk menyuntikkan secara intradermal

sebagian dari antigen, berbagai macam laporan mengatakan batasannya

0,01 – 0,05 ml. batasan dari konsentrasi ekstrak adalah 1 : 500 sampai 1 :

1000. Test di nilai setelah 10 – 15 menit. Pada kasus tertentu baru dapat

dibaca setelah 24 – 48 jam.(10) Eritem dan bentol merupakan tanda dan

tingkatan dalam skala subjektif adalah 0 - +4.(5,12)

Gambar 3. Intradermal skin test

HTTP://WWW.ALLERGYCAPITAL.COM.AU/PAGES/ALLTEST.HTML

Keuntungan :

  Lebih sensitive (dapat mendeteksi alergi dengan kadar rendah)

Page 11: DocumentIV

  Lebih reproducible dalam satu tempat

Kerugian :

  Lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif

  Tingkat dalam respon lebih bersifat subjektif

  Tidak ada standarisasi dalam banyaknya dosis atau konsentrasinya

  Mungkin dapat muncul reaksi positif palsu pada sensitivitas tinggi

Tes intradermal merupakan tes yang baik, sensitive dan lebih reproducible.

Keakuratan lebih jelas didapatkan pada percobaan dengan berbagai

macam dilusi dari ekstrak allergen. Tetapi mempunyai kekurangan dalam

standarisasi protokol tes.(5)

d.    Pacth Test

Tes pacth merupakan metode yang digunakan untuk mendeteksi zat yang

memberikan alergi  jika terjadi kontak langsung dengan kulit. Metode ini

sering digunakan oleh para ahli kulit untuk mendiagnosa dermatitis kontak

yang merupakan reaksi alergi tipe lambat, dimana reaksi yang terjadi baru

dapat dilihat dalam 2 – 3 hari.(9,10,13)

Pemeriksaan pacth tes biasa dilakukan jika pemeriksaan dengan

menggunakan skin prick tes memberikan hasil yang negative.(10) Pada

pelaksanaan pemeriksaan disiapkan 25 – 150 material yang dimasukkan

ke dalam kamar plastic atau aluminium dan di letakkan di belakang

punggung. Sebelumnya pada punggung diberikan tanda tempat-tempat

yang akan ditempelkan bahan allergen tersebut. Setelah ditempelkan,

kemudian dibiarkan selama 48 sampai 72 jam. Kemudian diperiksa apakah

ada tanda reaksi alergi yang dilihat dari bentol yang muncul dan warna

kemerahan.(10,14)

Page 12: DocumentIV

                  A

B

http://www.allergyclinic.co.uk/tests_skin.htm

Gambar 4. Keterangan :        

                        A. Alergen dimasukkan ke dalam ruang aluminium

                        B. Logam aluminium di tempelkan di punggung

Hasil yang dinilai atau didapatkan bisa berupa :

  Negatif (-)

  Reaksi iritasi (IR)

  Meragukan/tidak pasti (+/-)

  Positif lemah (+)

Page 13: DocumentIV

  Positif kuar (++)

  Reaksi yang ekstrem (+++)

Reaksi iritasi terdiri dari sweat rash, follicular pustules dan reaksi seperti

terbakar. Reaksi yang meragukan berupa warna merah jambu dibawah

kamar tes. Reaksi positif lemah berupa warna merah jambu yang sedikit

menonjol atau plak berwarna merah. Reaksi positif kuat

berupa papulovesicle dan reaksi ekstrem berupa kulit yang melepuh atau

luka. Reaksi yang relevan tergantung dari jenis dermatitis dan allergen

yang spesifik. Interprestasi dari hasil yang didapatkan membutuhkan

pengalaman dan latihan.(14)

                      

http://www.dermnetnz.org/procedures/patch-tests.html

Gambar 5. Keterangan :        

                        A & B Hasil positif dari tes tempel (Pacth Tes)

                        C. Reaksi ++

                        D. Reaksi +++

Yang harus dipersiapkan pada saat melakukan pemeriksaan adalah :

Persiapan penderita

Page 14: DocumentIV

  Bagian punggung tempat akan dilakukan pemeriksaan jangan terkena sinar

matahari kurang lebih 4 minggu sebelum pemeriksaan.

  Memakai baju yang sudah tua ; tanda dari ujung pulpen dapat melumuri

baju

  Jangan berenang, menggaruk atau melakukan latihan, sebab tempelan bisa

lepas.

  Biarkan punggung tetap kering, jadi jangan mandi, jangan berkeringat jika

tidak dibutuhkan

  Hindari pemakaian kosmetik, cream dan detergen untuk sementara waktu

supaya tidak memberikan hasil positif palsu.

  Menyuruh seseorang untuk mengatakan jika ada perubahan pada tanda

yang telah diberikan dipunggung.(13,14)

Persiapan Bahan

Untuk mempersiapkan bahan yang akan digunakan biasanya penderita

mendiskusikan dulu dengan pemeriksa. Terkadang penderita disuruh

membawa bahan yang akan digunakan sendiri dari rumah.

  Bawa atau kirim bahan yang akan dites paling lambat 1 minggu sebelum

pertemuan pertama dilakukan sehingga pemeriksa bisa mempersiapkan

untuk tes jika dibutuhkan.

  Jumlah yang dibutuhkan sedikit hanya beberapa tetes atau butir.

  Bahan diberikan label dan nama dan buatlah lembaran daftar bahan jika

memungkinkan.

  Identifikai jenis makanan dan tumbuhan (jika relevan) kalau bisa beli yang

masih segar untuk pertemuan pertama; gunakan es untuk lebih membantu.

  Bawa kosmestik yang telah diseleksi untuk dites (lebih dari 10 jenis)

termasuk cat kuku, pelembab, cream matahari, parfum, sampho. Sabun

Page 15: DocumentIV

tidak biasa digunakan untuk tes (karena biasa menyebabkan reaksi jika

diletakkan di kulit untuk 2 hari)

  Bawa semua ointment, cream dan lotion yang biasa digunakan baik yang

diresepkan maupun yang tidak diresepkan.

  Bagian dari pakaian seperti sarung tangan karet dan kaus kaki untuk di tes:

1 cm dari bahan tersebut perlu diambil.(14)

2.    Pemeriksaan Uji Provokasi Hidung (Nasal Provocation Test)

Tes ini merupakan cara menilai yang paling baik untuk rhinitis alergi.

Hanya ini metode yang digunakan dengan menempatkan secara langsung

allergen spesifik terhadap mukosa hidung. Metode ini menimbulkan gejala

utama atau tanda dari pasien  dengan cara mengontrol antigen yang

diduga dapat menimbulkan alergi dengan aplikasi langsung ke membrane

mucous hidung. Dan evaluasi dari respon pasien di catat. Tehnik ini

meliputi aplikasi yang selektif atas solution allergen ke kepala turbin

inferior. Sebelumnya dilakukan rhinomanometri dan 20 menit setelah

pemberian allergen. Untuk mengkonfirmasi efek alergi dari zat yang dites

dengan menampakkan reduksi yang significant dari kemampuan hidung

untuk pembengkakan mukosa yang reaktif. Sejak tes provokasi meliputi

penempatan allergen secara langsung pada turbin, mungkin dapat

menimbulkan reaksi alergi yang hebat atau mungkin syok anafilaksis, dan

sepantasnya alat emergency tersedia pada ruang pemeriksaan.(6,15) 

B.   METODE IN VITRO

Setelah sifat-Sifat IgE diketahui pada tahun 1968, Maka dimungkinkan

pembentukan antisera terhadap kelas immunoglobulin ini. Hal ini membuka

jalan untuk pelaksanaan peneraan imun.(1) Telah ditemukan beberapa cara

pemeriksaan in vitro terhadap alergi, yang pertama sekali yaitu metode

Page 16: DocumentIV

ujiRadioalergosorbent (RAST) yang kemudian mendapat

modifikasi, Enzyme-linked immunoassay (ELISA)(1,3,4) dan beberapa

metode baru yang terus ditemukan sesuai dengan perkembangan

teknologi. Namun pada penulisan ini hanya dibahas mengenai metode

pemeriksaan RAST dan ELISA.

Indikasi untuk tes secara in vitro

  Pasien yang tidak respon terhadap control lingkungan dan pengobatan

konservatif.

  Kekhawatiran pada bayi dan anak yang sensitive terhadap reaksi atopi

  Pasien yang tidak mungkin diberhentikan pengobatan yang mungkin

mempengaruhi pada pemeriksaan uji kulit

  Pasien dengan reaksi yang jelek pada imunoterapi

  Evaluasi individu yang sensitive ketika diprakarsai imunoterapi pada pasien

atopi.

  Pemindahan pasien alergi pada imunoterapi

  Sensitive terhadap racun

  Diagnosis reaksi sensitive IgE pada makanan(5)

Kontra indikasi untuk tes secara invitro

  Pasien dengan positif riwayat sensitivitas dimana dengan terapi non spesifik

dapat efektif untuk mengurangi gejala.

  Pasien atopi yang asimtomatik terutama dalam imunoterapi

  Pasien dengan gejala namun pada uji kulit negative

  Pasien dengan total IgE level dibawah 10 U/ml

  Pasien dengan diagnosis gangguan penghantar non IgE(5)

Page 17: DocumentIV

1.    Metode RAST

Merupakan metode yang sering dipakai dengan menggunakan allergen

tidak larut ke dalam suatu cakram kertas selulosa (alegosorben) yang

mengikat IgE spesifik (dan klas antibody lain) dari serum selama masa

inkubasi pertama. Fase padat terikat immunoglobulin kemudian dicuci dan

pada inkubasi kedua ditambahkan suatu anti IgE berlabel isotop I-125 (fc)

atau anti IgE berlabel enzim (fc). Setelah pencucian selanjutnya

radioaktivitas yang terikat IgE pada cakram kemudian dihitung, atau pada

antibody yang berlabel enzim, dilakukan suatu inkubasi substrat agar

dihasilkan suatu produk berwarna atau berfluoresensi. Radioaktivitas

terikat cakram atau kuantitas produk yang dihasilkan aktivitas enzim

dihubungkan dengan IgE terikat cakram memakai sumber serum rujukan

dari specimen yang tidak diketahui diinterpolasikan terhadap serum ini.

Perlu ditekankan bahwa system penilaian untuk semua proses ini belum

sepenuhnya dikaitkan dengan gambaran klinis. Secara umum nilai yang

tinggi dapat ditemukan pada beberapa pasien non alergi namun dapat pula

tidak ditemukan pada individu alergi. Demikian pula nilai yang rendah

dapat ditemukan pada individu alergi seperti juga individu non alergi.

Seluruh hasil perhitungan harus diinterprestasikan dalam kaitannya dengan

anamnesis.(1,5)

Setelah dimodifikasi selama bertahun-tahun, RAST orisinil kini telah

dipasarkan untuk pengukuran IgE spesifik dalam serum manusia. Hasil-

hasil relative dari system yang lebih baru ini masih belum dinilai. Pada

dasarnya, kebanyakan system peneraan mempunyai system yang serupa

dengan RAST.(1)

Bermacam-macam modifikasi tehnik radioimmumoassay (RIA) telah

dikembangkan untuk menyederhanakan dan memudahkan

penggunaannya serta meningkatkan sensitivitas maupun spesifitas. Dalam

Page 18: DocumentIV

garis besar ada 2 macam metode, yaitu metode yang berdasarkan reaksi

antigen antibody dalam larutan (liquid fase) dan yang berdasarkan reaksi

antigen antibody pada benda padat atau partikel (solid phase). Pada

umumnya tehnik RIA dalam larutan menggunakan prinsip kompetitif, yaitu

mereaksikan antigen (Ag) yang tidak dilabel dan terdapat dalam specimen,

bersama Ag yang dilabel 125I (Ag*) dengan antibody (Ab) spesifik, sehingga

Ag berlabel (Ag*) dan Ag dalam specimen akan berkompetisi untuk

mengikat Ab membentuk kompleks Ag*-Ab-Ag. Apabila kadar Ag* sebelum

reaksi diketahui, maka sisa Ag* yang tidak bereaksi atau yang terikat pada

kompleks dapat diukur radioaktivitasnya dan hasilnya merupakan

parameter kadar Ag dalam specimen. Di samping tehnik kompetitif, ada

juga tehnik non kompetitif dengan cara melekatkan Ag atau Ab pada suatu

partikel kemudian mereaksikannya dengan specimen yang diuji. Apabila

yang diuji adalah antigen, maka partikel dilapisi dengan Ab spesifik,

kemudian direaksikan dengan specimen. Setelah itu ditambahkan Ab

berlabel 125I (Ab*), kemudian kompleks Ab-Ag-Ab* dipisahkan dan diukur

radioaktivitasnya. Banyaknya Ab* yang terikat merupakan ukuran untuk

kadar Ag dalam specimen. Tehnik ini disebut tehnik sandwich dan

merupakan tehnik yang banyak digunakan. Suatu modifikasi tehnik

sandwich adalah setelah specimen direaksikan dengan partikel berlapis

Ab, ditambahkan Ab spesifik yang tidak berlabel, baru kemudian

dibubuhkan anti – Ig universal berlabel 125I (anti – Ig*).(2)

  

2.    Metode Elisa (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)

Prinsip tehnik ELISA sama dengan tehnik RIA, hanya saja pada tehnik

ELISA indicator (label) yang digunakan adalah enzim dan bukan

radioisotope. Kelebihan tehnik ELISA adalah : cukup sensitive, reagen

mempunyai waktu paruh yang lebih panjang dibandingkan reagen RIA,

dapat menggunakan spektrofotometer biasa dan mudah dilakukan

automatisasi, dan yang paling penting adalah tidak mengandung bahaya

Page 19: DocumentIV

radioaktif. Seperti halnya pada tehnik RIA, pada tehnik ELISA juga dikenal

metode kompetitif dan non kompetitif. Apabila Ab digunakan untuk melapisi

partikel maka metode ini sering disebut capture, karena antigen dalam

specimen seolah ditangkap oleh matriks yang dilapisi Ab. Fase solid atau

partikel yang dapat digunakan bermacam-macam, diantaranya plastic,

nitroselulosa, agarose, gelas, polyacrylamida, dan dekstran.

Bergantung pada apa yang ingin diuji, pada tehnik ELISA harus ada

antibody atau antigen yang dikonjugasikan dengan enzim dan substrat

yang sesuai. Enzim yang paling disukai untuk digunakan adalah fosfatase

alkali (AP) dan horseradish peroxidase (HRP) sedangkan substrat yang

paling sering digunakan adalah o-phenylenediamine (OPD),

dan tetramethylbenzidine (TMB). Substrat para-

nitrophenylphospate (pNPP) dapat dipilih apabila enzim yang digunakan

adalah fosfatase alkali. Hidrolisis substrat oleh enzim biasanya

berlangsung dalam waktu tertentu dan reaksi dihentikan dengan

membubuhkan asam atau basa kuat. Karena banyaknya antibody berlabel

enzim (AbE) yang terikat pada kompleks Ag - AbE sesuai dengan kadar Ag

dalam specimen, maka banyaknya enzim yang terikat pada kompleks dan

intensitas warna yang timbul setelah substrat dihidrolisis oleh enzim yang

terikat pada kompleks Ag - AbE merupakan untuk kadar Ag yang diuji.(2)

Keuntungan tes secara in vitro

-          Mengurangi variabilitas dari respon kulit

-          Mengurangi efek dari obat

-          Dapat selesai dalam satu tes darah; mengurangi tes kulit yang lama

-          Lebih spesifik daripada tes uji kulit

Page 20: DocumentIV

-          Menyediakan penilaian kuantitatif dari alergi sehingga dapat digunakan

sebagai dasar menetapkan dosis awal imunoterapi

-          Aman pada pasien dengan penggunaan beta bloker

Kekurangan tes secara invitro

-          Lebih mahal dalam biaya

-          Dibutuhkan alat laboratorium khusus dan pelatihan terhadap tehnisi

-          Kurang sensitif dibandingkan dengan tes uji kulit.