jamu

24
1 Gambaran Umum Jamu Sejarah jamu Tradisi meracik dan meminum jamu telah berjalan ratusan bahkan ribuan tahun, dan sudah membudaya pada periode kerajaan Hindu-Jawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya Prasasti Madhawapura dari jaman Majapahit yang menyebut adanya profesi 'tukang meracik jamu' yang disebut “Acaraki”. Tradisi tersebut terus dikembangkan di keraton Yogya dan Solo. Sampai permulaan abad XX tradisi tersebut masih menjadi sesuatu yang ekslusif, hanya dikerjakan oleh kalangan tertentu saja. Jamu Berasal dari bahasa Jawa merupakan obat tradisional Indonesia berupa racikan unik akar-akaran atau tumbuhan, asli dari alam yang tidak menggunakan bahan kimia sebagai aditif dan telah terbukti khasiatnya selama berabad-abad. Jamu diartikan sebagai racikan tumbuhan yang digunakan dalam penyembuhan tradisional dan alami, pemeliharaan kesehatan dan kecantikan alami, serta racikan tumbuhan untuk makanan dan minuman tradisional. Diperkirakan 80% penduduk Indonesia pernah menggunakan Jamu. Jamu pertama kali berkembang di daerah Jawa Tengah, termasuk Yogyakarta dan Jawa Timur. Dua daerah itu merupakan cikal bakal perkembangan obat tradisional di Indonesia. Di daerah-daerah lain di Indonesia, pengobatan menggunakan obat tradisional juga sudah banyak dimanfaatkan dengan nama atau istilah yang berbeda, namun perkembangannya sebagai industri tidak secepat dan sebaik yang ada di pulau Jawa Secara umum, dapat dilihat bahwa minum jamu sudah menjadi budaya bagi masyarakat Indonesia. Hal ini ditandai dengan peranan jamu yang sangat beragam bagi kehidupan, mulai dari proses kelahiran, masa remaja, dewasa, bahkan sampai masa tua. Mereka minum jamu dengan maksud menjaga kesehatan, kekuatan, maupun kecantikan, karena jamu adalah suatu sistem yang bersatu antara kesehatan dalam & luar tubuh serta kecantikan. Sebagai unsur budaya, dapat dikatakan bahwa jamu telah berkembang sejak ratusan tahun yang lalu, seiring dengan berkembangnya peradaban masyarakat Jawa. Hal ini dapat dilihat d agambar-gambar relief di candi-candi seperti Candi Borobudur, Prambanan, Penataran, dan

Upload: teuku-fadli-sani

Post on 09-Jul-2016

19 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Jamu

TRANSCRIPT

1

Gambaran Umum Jamu

Sejarah jamu

Tradisi meracik dan meminum jamu telah berjalan ratusan bahkan ribuan tahun, dan sudah

membudaya pada periode kerajaan Hindu-Jawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya Prasasti

Madhawapura dari jaman Majapahit yang menyebut adanya profesi 'tukang meracik

jamu' yang disebut “Acaraki”. Tradisi tersebut terus dikembangkan di keraton Yogya

dan Solo. Sampai permulaan abad XX tradisi tersebut masih menjadi sesuatu yang

ekslusif, hanya dikerjakan oleh kalangan tertentu saja. Jamu Berasal dari bahasa Jawa

merupakan obat tradisional Indonesia berupa racikan unik akar-akaran atau tumbuhan, asli

dari alam yang tidak menggunakan bahan kimia sebagai aditif dan telah terbukti

khasiatnya selama berabad-abad. Jamu diartikan sebagai racikan tumbuhan yang digunakan

dalam penyembuhan tradisional dan alami, pemeliharaan kesehatan dan kecantikan alami,

serta racikan tumbuhan untuk makanan dan minuman tradisional. Diperkirakan 80%

penduduk Indonesia pernah menggunakan Jamu.

Jamu pertama kali berkembang di daerah Jawa Tengah, termasuk Yogyakarta dan Jawa

Timur. Dua daerah itu merupakan cikal bakal perkembangan obat tradisional di Indonesia.

Di daerah-daerah lain di Indonesia, pengobatan menggunakan obat tradisional juga sudah

banyak dimanfaatkan dengan nama atau istilah yang berbeda, namun perkembangannya

sebagai industri tidak secepat dan sebaik yang ada di pulau Jawa

Secara umum, dapat dilihat bahwa minum jamu sudah menjadi budaya bagi masyarakat Indonesia. Hal ini ditandai dengan peranan jamu yang sangat beragam bagi kehidupan, mulaidari proses kelahiran, masa remaja, dewasa, bahkan sampai masa tua. Mereka minum jamu dengan maksud menjaga kesehatan, kekuatan, maupun kecantikan, karena jamu adalah suatu sistem yang bersatu antara kesehatan dalam & luar tubuh serta kecantikan. Sebagaiunsur budaya, dapat dikatakan bahwa jamu telah berkembang sejak ratusan tahun yang lalu, seiring dengan berkembangnya peradaban masyarakat Jawa. Hal ini dapat dilihat d

agambar-gambar relief di candi-candi seperti Candi Borobudur, Prambanan, Penataran, dan

2

Tegalwangi berupa gambar-gambar pohon kamboja, maja, maja keling, buni, dan lain-lain

(tahun 772 setelah Masehi). Resep jamu diturunkan kepada generasi berikutnya dengan

dituangkan dalam sekar-sekar atau tembang- tembang yang dapat kita baca dalam buku

"Serat Centini". Buku yang berisi tentang resep racikan jamu pertama kali muncul pada 1831,

yaitu "Serat Kawruh Bab Jampi-jampi Jawi".

Aturan dan Tatacara Meracik Jamu

Seni meracik jamu sudah menjadi ilmu yang turun temurun sejak jaman nenek moyang kita.

Pekerjaan meracik dapat mempengaruhi manfaat dan kenikmatan rasa jamu. Untuk

mendapatkan manfaat yang baik, perlu diperhatikan tentang higiene dan sanitasi pada proses

pembuatan jamu tersebut. Higiene dan sanitasi ialah upaya untuk menjamin terwujudnya

kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Perbedaan antara higiene dan sanitasi ialah

higiene lebih mengarah pada aktivitas manusia sedangkan sanitasi lebih menitikberatkan pada

faktor-faktor lingkungan. Agar diperoleh jamu yang memenuhi persyaratan kesehatan, perlu

diperhatikan hal-hal seperti air yang digunakan, kondisi pembuat jamu, bahan baku,

peralatan, serta wadah yang akan digunakan harus bersih, selain itu kebenaran bahan,

ketepatan takaran, dan kualitas bahan menjadi sangat penting.

Proses meracik jamuPemilihan Bahan BakuDiperoleh dari hasil panen sendiri atau dengan cara membeli. Dalam pemilihan bahan baku

kita mengetahui tinggi tidaknya kandungan bahan berkhasiat yang bisa dirasakan dari bau,

warna , besar/kecilnya, ataupun bentuk/wujudnya.

� Membersihkan

3

Kebersihan bahan, peralatan yang digunakan dan si pembuat haruslah dijaga, baik demi

kesehatan maupun kepuasan penyajian jamu yang bersih.

� Melumatkan/Menghaluskan

Melumatkan bahan baku berarti kita memperkecil ukuran bahan baku, sehingga kandungan

yang ada dalam bahan baku dapat bekerja lebih maksimal dan jamu akan lebih bermanfaat.

Pelumatan bahan dasar tersebut menggunakan lumping.

� Menggodok atau merebus

Bahan dasar yang telah dilumatkan di rebus ke dalam panci besar, dengan suhu tidak terlalu

tinggi.

� Menakar

Untuk memperoleh khasiat yang sama dalam pembuatan jamu, diperlukan takaran dari

masing-masing bahan baku. Perasaan tentang ketepatan takaran maupun jenis bahan

kadang-kadang tidak dapat disamakan untuk peracik jamu antara satu dengan lainnya.

� Menempatkan Jamu

Menempatkan jamu dan memberi label / etiket pada jamu merupakan suatu seni tersendiri.

Wadah yang bersih serta bentuk yang "menarik" akan memberi kesan tersendiri. Jika

dipasang dengan proporsi yang benar akan mempunyai nilai estetika yang tinggi.

Bentuk Jamu

Ada beberapa bentuk formula jamu yang siap pakai. Bentuk cair dan serbuk merupakan

bentuk yang paling umum. Namun seiiring perkembangan jaman jamu dibuat dalam bentuk

kapsul, permen, dsb. Perlu diketahui bahwa obat dari bahan tumbuh-tumbuhan alami,

4

mempunyai keunggulan dibandingkan dengan obat kimia murni. Keunggulannya seperti

khasiat yang lebih baik serta efek samping yang lebih kecil. Hal tersebut karena tumbuhan

mengandung sekelompok zat aktif, yang secara kimia berbeda-beda rumus molekulnya. Oleh

karena itu jika salah satu bagian tumbuhan obat itu digunakan, maka zat-zat aktif

tersebut saling berinteraksi, sehingga khasiat yang ditunjukkan adalah merupakan hasil

akhir antar aksi zat-zat aktif tersebut.

Meracik Jamu dari Beberapa Etnis di Indonesia

Adanya upaya untuk membuat atau meracik jamu terdorong oleh kebutuhan masyarakat

setempat yang diimbangi dengan ketersediaan bahan baku. Oleh karena itu, dalam

meracik jamu selalu terkait dengan budaya setempat yang

mempengaruhi peracik atau pembuat jamu yang merupakan penduduk lokal suatu daerah,

dan memberi warna tersendiri bagi tiap suku dalam menyiapkan obat tradisional yang

digunakan.

1. Etnis Tonsea Minahasa (Sulawesi)

Diracik dengan cara yang sangat sederhana, yaitu berupa ramuan segar daun, tanaman obat

yang dikeringkan, bentuk rebusan, dan obat tradisional untuk mandi. Tetapi, yang menarik

dari etnis Tonsea Minahasa adanya peralatan yang unik, yaitu "preparat asap" dan "preparat

uap".

2. Etnis Bali

Pada umumnya, masyarakat di Bali percaya bahwa penyakit disebabkan oleh dua faktor,

yaitu faktor sekala (penyakit yang tampak) serta faktor niskala (penyakit yang tidak

tampak). Upaya pengobatan tradisional dan ramuan obat seperti tertulis dalam berbagai

5

rontal. Ramuan tradisional di Bali diracik dengan cara yang sederhana, baik tanaman obat

diiris-iris tipis, kemudian ditempelkan di tempat yang sakit atau digiling halus, kemudian

ditempel di tempat yang sakit atau diaduk dalam air mendidih, direbus, diperas, bahkan ada

beberapa tanaman obat yang dikonsumsi sebagai lalapan.

3. Etnis Jawa

Meramu jamu sampai pada pengolahan jamu umumnya dilakukan oleh "dukun". Kebiasaan

minum jamu bagi masyarakat Jawa berlaku bagi semua golongan usia. Cara meraciknya

yaitu dengan cara dipipis, diperas, ataupun direbus/digodok.

4. Etnis Madura

Orang Madura lebih menyukai minum jamu berupa seduhan yang diminum bersama-sama

dengan seluruh serbuknya karena lebih terasa, baik rasa maupun baunya. Pada waktu

minum jamu, sebaiknya dilakukan dengan cara berdiri. Campuran jamu yang spesifik

di Madura adalah cuka yang merupakan hasil olahan dari legen yang diperoleh dari

pohon enau.

5. Etnis Maluku

Cara pengobatan yang dilakukan oleh etnis Maluku ada bermacam-macam, baik tunggal

maupun gabungan tindakan pengobatan. Misalnya, gabungan akupresur; pijat refleksi

telapak kaki dan urut. Ramuan tradisional etnis Maluku disajikan dengan cara dimakan segar

/ digosok ke seluruh tubuh, dikukus setengah matang kemudian dimakan, direbus kemudian

airnya diminum, daun diremas kemudian ditempel di luka, serta dikonsumsi dengan cara

ditumbuk, kemudian ditambah air hangat, diperas, kemudian airnya diminum.

Beberapa bahan dasar jamu:

6

1. Asam ( Tarmarindus indica Linn.)

Asem, asem, kiu, tjempa atau Tamarind ini hidup didaerah pantai dan ditepi jalan

sebagai pohon perindang. Daunnya bersirip genap, dan setiap tahun antara bulan

September – Oktober, daun-daun itu luruh berganti daun baru. Bunganya berwarna kuning,

buahnya polong dan mengandung vitamin A, zat gula, selulosa dan asam-asam yang terikat

oleh kalium yang dimasukkan dalam

ramuan. Mengobati Encok, borok, bisul, demam, seriawan, jerawat, cacar, dan

melangsingkan tubuh.

2. Butrawali (Tinospora rumphii Boerl, t-terculata Beumee, Menispermun, crispem

Linn; m-tuberculatum Lamk)

Bratawali, brutowali, andawali, antawali, putrawali, daun gadel atau cocculus crispis D.C

adalah tumbuh liar yang hidup dihutan dan diladang-ladang. Batangnya kira-kira sebesar

jari manis dan berbentil – bentil, daunnya berbentuk jantung, bunganya berwarna

hijau muda, tiga seuntai dalam lembaga, buahnya dalam tandan yang berwarna merah

muda. Tumbuhan ini mengandung zat pikrorethia, alkoloida, berberina dan kolumbina,

yang dapat menyembuhkan nyeri perut (daunnya), demam, nyeri pinggang, cacing kremi,

mencret, kencing manis, dan memperlancar pencernaan, serta dapat menambah nafsu makan

3. Cengkih (Eugenia aromatica O.K)

Cengkih / Clove merupakan suku Myrtaceae yang banyak ditanam di kebun dekat pantai

dan pegunungan. Tingginya sampai 18 meter atau lebih dan mencapai umur ratusan tahun.

Daunnya berbentuk lonjong, tebal, berujung lancip dan agak mengkilat, panjangnya kira-kira

10 cm dan lebarnya 3 cm. Bunganya berkelopak daun empat, bergerombol di ujung-ujung

7

ranting dan berwarna coklat tua. Kuncup bunganya biasanya diambil dan dijemur sampai

coklat kehitaman. Baunya harum pedas. Selain untuk obat juga banyak digunakan untuk

bumbu masakan dan ramuan rokok kretek. Selain kuntum

bunganya, daunnya juga dipakai dalam pengobatan. Daun dan kuncup- bunganya

mengandung minyak terbang (eugenol, asetileugenol, kariofilen, furfurol, metil-amilketon,

vanilin), kariofilin, gom, serat dan zat semak dan berkhasiat menghangatkan,

menghilangkan rasa sakit setempat, membantu mengeluarkan angin, mengharumkan, anti

bakteri, menghilangkan kejang perut, mengobati sakit gigi, bau mulut, mual, nyeri haid,

batuk rejan, demam akibat malaria, menghitamkan alis, masuk angin.

4. Delima putih. (Punica granatum Linn.)

Gangsalan; dlima putih; dalima atau malum granatum Rumph merupakan tumbuh liar

dihutan, dan ditanam orang dihalaman sebagai tanaman hiasan atau buah-buahan. Daunnya

berbentuk taji, batangnya bulat panjang seperti pipa, bunganya berwarna putih. Dalam

kulit buah delima mengandung zat samak dan zat lendir. Abunya mengandung boorzuur

(acidum boricum), sedang kulit akarnya mengandung berbagai macam alkaloida yang

berkhasiat mengobati radang gusi (bunganya), disentri (buahnya), mencret, masalah

kewanitaan, seperti keputihan dan gejala-gejalanya, serta menghilangkan bau yang kurang

sedap.

5. Jahe (Zingiber officinale Rosc.)

Tumbuhan dari suku Zingiberaceae ini berasal dari Asia Selatan (India) dan RRC, kini

ditemukan di wilayah tropis dan subtropis. Ditanam di daerah beriklim panas, di tanah

gembur, kering dan subur. Batangnya tegak, berakar serabut dan berumbi dengan rimpang

8

mendatar. Tumbuhan semak berbatang

semu ini tingginya bisa mencapai 30 cm - 1 m. Rimpang jehe berkulit agak tebal

membungkus daging umbi yang berserat dan berwarna coklat beraroma khas. Bentuk daun

bulat panjang dan tidak lebar. Berdaun tunggal, berbentuk lanset dengan panjang antara 15 -

28 mm. Rimpang jahe mengandung minyak atsiri, damar, mineral sineol, fellandren,

kamfer, borneol, zingiberin, zingiberol, gigerol, zingeron, lipidas, asam aminos, niacin,

vitamin A, B1, C dan protein. yang dipergunakan sebagai obat, atau bumbu dapur dan

aneka keperluan lainnya, dapat merangsang kelenjar pencernaan, membangkitkan nafsu

makan, sebagai obat gosok untuk penyakit encok dan sakit kepala, menghangatkan tubuh

dan mengeluarkan keringat, menghilangkan nyeri, anti inflamasi dan anti bakteri, batuk,

masuk angin, rematik, nyeri pinggang, nyeri punggung, eksem, mengeluarkan gas dari

perut, panu, terkilir, bengkak- bengkak, borok, mual, mabuk di perjalanan, digigit ular, dsb.

6. Kapulaga (Elettaria cardamomum / Amomumcardomomum cardamomum

Wild.)

Gardamungu / Pelaga / Puwar pelaga / Kapol / Kapalogo atau Cardamom berasal suku

Zingiberaceae dan hidup di hutan tropis di daerah India Selatan dan Srilangka. Di

Indonesia kapulaga ditemukan tumbuh liar dan ditanam di wilayah perbukitan di daerah

Jawa Barat dan Jawa Tengah. Tumbuh-tumbuhan ini tumbuh berumbi akar dengan tinggi

antara 2 – 3 m. Daunnya lonjong berujung runcing dengan panjang sekitar 30 cm dan

lebar 10 cm. Bunganya simetris dua sisi, berwarna kemerah-merahan dan terbagi menjadi

3 bagian). Dari sana akan dihasilkan buah kotak berwarna putih yang harum sehingga

bisa digunakan sebagai obat maupun bumbu. Digunakan sebagai obat obat gosok untuk

encok, obat demam, mengobati kesulitan bernapas, mulut berbau, batuk, gatal

9

ditenggorokan, mengencerkan dahak, memudahkan pengeluaran angin dari perut,

menghangatkan, membersihkan darah, menghilangkan rasa sakit, mengharumkan, radang

amandel, perut kembung, mual, bau mulut, perut mulas karena kedinginan, keringat berbau.

7. Kedaung (Parkia biglobosa Benth = Parkia roxburghii G. Don)

Tanaman ini (Kedaung / kedahung / petir / alai) hidup liar dihutan dan di ladang pada

ketinggian 600 m dari permukaan laut. Tinggi tanaman ini sekitar

45 m. Berbatang besar dan tingginya sekitar 45 m. Bunga, daun dan buahnya menyerupai

pohon petai. Biji tumbuhan rasanya agak pahit dan berbentuk telur sedikit pipih. Kulit buah

pada tanaman kedaung mengandung zat lendir yang dapat dibuat seperti agar-agar tetapi

tidak bisa dimakan. Bijinya mengandung zat-zat damar, tanin, glukosida dan garam-garam

alkali yang dapat mengobati nyeri perut / mulas (daunnya), Demam nifas, nyeri waktu

datang haid / akan bersalin, jantung mengipas, rambut kusam, cholera, radang usus

(bijinya), kudis (bijinya).

8. Kencur (Kaemferia galanga L.)

Kencur (Cikur; cekuh; kencur; kencor atau Greater galingale / a root crop resembling

ginger) dari suku Zingiberaceae banyak ditanam orang dipekarangan sebagai tanaman

hias. Daunnya berbentuk lonjong dan berukuran

8x 25 cm, bunganya berwarna putih keungu-unguan, batang dan akarnya

pendek-pendek, bergetah dan mudah dipatahkan. Biasanya yang ditanam adalah

rimpang yang sudah tua, sedangkan rimpang yang masih muda berwarna putih dan

dipakai untuk lalapan. rimpang yang sudah tua ditutupi kuIit berwarna coklat dan

baunya harum. Rimpang kencur mengandung borneol, methyl-pcumaric acid,

cinnamicacid ethyl-ester pentadecane, cinnamic aldehyde, camphene yang dapat

10

menghangatkan, menyingsetkan, menghilangkan rasa sakit, memudahkan pengeluaran air

dan angin dari tubuh, mengencerkan dahak, mengobati batuk, muntah - muntah, panas

dalam, mengandung anti bakteri, mengobati batuk, asmatis, bengkak, jerawat, nyeri haid,

pegal – linu, sakit perut saat diare, masuk angin, migraine, pilek.

9. Kunyit (Curcuma Ionga / C. domestika)

Kunir / Temu kuning / Koneng atau Turmeric plant / saffron dari suku Zingiberaceae. Di

negara-negara di Timur digunakan sebagai pengganti saffran dan warna kuning dan sebagai

obat. Kunyit banyak sekali dipakai dalam jamu. Termasuk jenis rumput-rumputan, tingginya

sekitar 1 m dan bunganya muncul dari pucuk batang semu dengan panjang sekitar 10- 15 cm

dan berwarna putih. Daunnya lebar-berlanset, licin dan berbatang panjang, warnanya

kuning-muda sampai putih, berangkai kemerah-merahan. Batang pohonnya semu dan basah.

Daunnya mirip dengan tumbuh-tumbuhan jenis pisang -pisangan. Rimpangnya memiliki

banyak cabang dengan kulit luarnya berwarna jingga kecoklatan. Buah daging rimpang

kunyit berwarna merah jingga kekuning-kuningan. Mengandung minyak atsiri yang

memberi aroma harum dan rasa khas pada umbinya dan kurkumirioid. Rimpang kunyit

mengandung pati atau amilum,

gom dan getah. Kunyit mengandung curcumin (Zat berwarna kuning), turmeron,

zingiberen; minyak terbang, turmerol (minyak turmerin, yang menyebabkan rasa aromatis

dan wangi kunyit), fellandren, kamfer, curcumon, lemak, pati, damar-damaran. Dipakai

sebagai anti koagulasi, mendinginkan, membersihkan, mempengaruhi bagian perut,

merangsang, melepas kelebihan gas di usus, sebagai bumbu masak, anti gatal dan anti-

kejang, sebagai obat gingivitis (pembengkakan selaput lendir mulut), sebagai salep untuk

mengobati borok, absis, bengkak dan encok, melegakan hidung tersumbat, obat sakit dada

11

dan perut, lengan sakit, sakit pada saat haid, melancarkan aliran darah, melarutkan

gumpalan darah.

10. Kunyit Putih (Curcuma Zedoaria/ C. mangga)

Anti tumor, antihepatotoksik (lever), antiinflamasi (anti radang), obat ambeien, anti radang

tenggorokan, sariawan, analgetika (menghilangkan rasa sakit), melancarkan dan

menormalkan haid, melancarkan peredaran darah, menghilangkan kembung,

menghilangkan gumpalan, menghilangkan keputihan, melancarkan pencernaan.

11. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Tanaman liar khas lndonesia (Mengkudu / Pace) yang berasal dari suku Rubiaceae ini

tumbuh di hutan dan di halaman. Tingginya pohonnya bisa mencapai 3 - 8 m. Daunnya

tebal dan lebar, berbentuk lonjong, mengkilat dan letaknya berhadapan. Bunganya kecil

berwarna putih berbentuk piala. Buahnya berwarna hijau kekuning-kuningan, bertutul-tutul

dan banyak bijinya tetapi

setengah bagian lainnya ada juga yang tidak berbiji. Kalau sudah tua menjadi kekuningan

dan berbau. Mengandung zat-zat metil, asetilester dari kapron dan asam - kapril,

morindadiol dan soranyidiol yang dapat mematikan kuman. Senyawa moridon-nya

berkhasiat sebagai obat pencahar sedangkan senyawa soranyidiol berguna untuk

melancarkan keluarnya air seni, obat cacing, mengobati radang lambung, perut kotor,

hipertensi, diabetes, radang usus- tenggorokan, diare, kulit bersisik, eksem, penyakit sehabis

bersalin, encok, pegal linu, masuk angin, panas dalam.

12. Pinang (Areca catechu)

12

Pinang atau jambe adalah salah satu kelengkapan dalam menyirih di kalangan orang-orang

tua. Dalam kehidupan sehari-hari, selain buat menyirih. Sifat anthelminticanya berguna

meluruhkan cacing dan adstringensia untuk menciutkan selaput lender, meningkatkan

gairah, menghentikan pendarahan, antisifilis, menguatkan gigi dan gusi, mengobati sakit

pinggang, mengobati kudis, mengobati difteri, dan mengatasi masalah kewanitaan.

13. Sambiloto (Andrigraphis paniculata Ness.)

Tanaman semak (Paitan) dari suku Myrtaceae ini memiliki bunga berwarna putih. Daunnya

kecil-kecil berwarna hijau tua dan mengandung minyak atsiri yang bermanfaat sebagai anti

radang, zat andrographolid yang pahit rasanya, alkaloid, dan kalium. Daun sambiloto

bersifat anti-platelet aggregasi sehingga mencegah terjadinya penggumpalan darah hingga

tidak terjadi radang. Kadar kaliumnya yang tinggi membantu tubuh mengeluarkan air dan

garam sehingga

menurunkan tekanan darah. Kegunaan lainnya adalah mengobati hipertensi, hepatitis,

diabetes, radang usus buntu, tifus, keracunan, luka akibat gigitan serangga, demam akibat

gigitan serangga, batuk, prostate.

14. Sirih (Piper betle L.)

Tanaman dari suku Piperaceae ini dapat merambat mencapai tinggi 15 m. Batang sirih

berwarna coklat kehijauan, berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya

akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling,

bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Panjangnya sekitar 5 - 8 cm dan

lebar 2 - 5 cm. Bunganya majemuk, buahnya buah buni berbentuk bulat berwarna hijau

keabu- abuan. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak

13

terbang (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan chavicol yang

memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur, menghilangkan bau

badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga bersifat menahan

perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan,

mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan menghentikan perdarahan,

mengobati batuk, sariawan, bronchitis, jerawat, keputihan, sakit gigi karena berlubang

(daunnya), demam berdarah, bau mulut, haid tidak teratur, asma, radang tenggorokan (daun

dan minyaknya), gusi bengkak.

15. Temu hitam (Curcuma acrugmosa Roxb.)

Temu ireng atau temu hitam (koneng hideung; temo ereng atau Black Tumeric) ini adalah

tumbuh liar yang hidup diladang dan dihutan-hutan jati. Daunnya berbentuk lonjong,

bunganya berwarna putih atau putih agak kemerah- merahan. Akar tinggalnya kalau dipotong

kelihatan lingkaran yang berwarna biru atau kelabu. Manfaat dari temu hitam ini antara lain

mengobati penyakit cacing gelang dan kremi, kudis, koreng, menambah nafsu makan,

kurang segar sehabis haid (umbinya) d1l.

16. Temu Kunci (Kaemphera pandurata Ridl.)

temmo konce atau k-rotunda Linn ini tumbuh liar di hutan jati dan di ladang. Tumbuhan

ini tidak berbatang dan daunnya berbentuk bulat telur dan luruh pada waktu tumbuhan

itu berbunga. Bunganya berwarna putih atau merah muda. Tumbuhan ini umbinya

mengandung minyak-basilikum yang dapat mengobati sariawan, masuk-angin, demam-nifas,

gatal, cacing kremi, batuk- kering, perut kembung, kencing kurang lancar, kurap, nyeri

anus (umbi-nya) dan juga sebagai obat sari rapet.

14

17. Temu Lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb., Foeniculum Vulgare Mill.) Tumbuhan liar

(Adas atau Fennel dari suku Apiaceae) berumpun

dan bergetah ini, tumbuh di hutan dan di kebun dengan tinggi sekitar 0,5 sampai

3 m. Daunnya halus berbentuk jarum. Buahnya yang harum panjangnya sekitar 0,5 cm

digunakan sebagai obat yang dipadukan dengan kulit kayu pulasari (alyxia reinwardtii

Bl.). Bunganya majemuk berbentuk payung

berwarna kuning. Mengandung minyak atsiri seperti limonina yang mengharumkan,

sedangkan kandungan flavonoida-nya berkhasiat menyembuhkan radang. Buahnya

mengandung minyak terbang dan minyak lemak. Kandungan adas hitam juga membantu

mengeluarkan angin, dan mendorong pengeluaran air seni. Kegunaan lainnya adalah

mengobati batuk, diare, mual, kembung, ambeien, haid tidak teratur, asma, bau mulut,

biduran, demam.

2.3 Data Produk “Djamoe Gendong”

Jamu yang diproduksi oleh PT. Puri Intirasa, Jakarta ini diberi nama Djamoe Gendong.

Pemilihan nama ini berdasarkan produk apa yang dijual, yaitu jamu – jamu yang biasanya

dijual oleh pedagang jamu gendong keliling.

Djamoe Gendong ini sudah berdiri sejak awal tahun 2003. Pada mulanya hanya dijual di

restoran Warung Podjok saja, tetapi dikarenakan produk ini menjadi cukup dikenal

masyarakat, maka sejak pertengahan tahun tersebut, produk jamu ini juga dijual dengan

sistem layan antar, dan dititipkan pada Grand Mario Café di Ratu Plaza untuk

mendistribusikannya. Kini Djamoe Gendong akan membuat sebuah stand khusus yang

terletak di Plaza Senayan dan beberapa mall besar di Jakarta.

15

Beberapa promosi yang telah dilakukan:

� promosi melalui iklan – iklan di majalah Nimala ( tahun 2003 ) selama 6 bulan, serta

majalah Femina selama 2 bulan ( tahun 2003 )

� Mengikuti pameran makanan tradisional di Gedung BEJ, Plasa Indonesia, serta di gedung

WTC.

� Promosi pada media elektronik di Female radio tahun 2005

Sejak diadakannya promosi – promosi tersebut, jamu Djamoe Gendong ini cukup mendapat

simpati dari masyarakat, tetapi peningkatannya tidak terlalu tajam, salah satu faktor

penyebabnya adalah penampilan fisik yaitu lebel-nya yang kurang memiliki nilai jual dan

kurang terpercaya sebagai jamu yang berkhasiat dan berkelas, sehingga jamu ini akan kalah

bersaing dengan jamu – jamu kompetitornya.

Pada awalnya Djamoe Gendong menyediakan beragam jenis jamu baik untuk pria ataupun

wanita, tetapi seiring perkembangan waktu, pembelinya kebanyakan adalah wanita.

Maka sejak tahun 2004, Djamoe Gendong hanya dikhususkan untuk wanita saja. Djamoe

Gendong merupakan jamu taditisional yang terbuat dari bahan

– bahan asli dan alami, diracik dengan proses alami, tanpa bahan pengawet, berkualitas,

praktis dan higienis untuk dikonsumsi dan mempunyai khasiat yang beragam seperti

menjaga kesehatan tubuh, mengatasi masalah – masalah kewanitaan, serta meningkatkan

kecantikan wanita. Yang membedakan Djamoe Gendong dengan kompetitornya seperti jamu

Cap Iboe, jamu Sido Muncul, dll adalah bahwa jamu Djamoe Gendong ini merupakan jamu

home made yang dibuat dengan bahan baku dan proses yang alami dan tanpa bahan

pengawet, bersih, sehingga dapat dipastikan dan dijamin jamu ini benar – benar alami,

berkhasiat tinggi, dan aman untuk di konsumsi masyarakat. Selain itu jamu ini sangat

16

praktis dan higienis untuk dikonsumsi bagi mereka yang sibuk.

Sedangkan untuk harganya relatif lebih mahal dari pada umumnya, yaitu:

� Harga di WarungPodjok

Jamu Cair

Rp. 6000,-* / 250 ml

Jamu bubuk

Rp.17.500,-* / box packaging 35 gr ( isi 5 sachet) Rp.87.500,-* / box

packaging 175 gr( isi 25 sachet) Jamu godok

Rp. 10.000,-*/ pack

� Harga Layanan antar

Jamu Cair

Rp. 10.000,- / botol kecil (250 ml)

Jamu bubuk

Rp.20.000,- / / box packaging 35 gr ( isi 5 sachet) Rp.100.000,- / box

packaging 175 gr( isi 25 sachet) Jamu godok

Rp. 15.000,-/ pack

(Lebel asli Djamoe Gendong)

Variant dari Djamoe Gendong ini (tersedia dalam tiga bentuk, yaitu cair, bubuk, godok)

antara lain:

17

1. Djamoe Rapet Ayu

Jamu untuk mengatasi masalah – masalah kewanitaan bagi yang sudah menikah, bahan

bakunya terdiri dari: sirih, temu kunci, pinang, kunyit, temulawak, delima putih, asem, gula

jawa.

2. Djamoe Singset Ayu

Jamu untuk wanita yang aktif dan dinamis, guna membentuk tubuh menjadi langsing,

singset dan menarik, membuat muka lebih berseri, bercahaya, tetap segar, ceria dan awet

ayu, mengatasi masalah – masalah kewanitaan lainnya. Bahan bakunya terdiri dari: kunyit,

delima putih, asem, gula jawa, beras kencur, temuhitam.

3. Djamoe Seger Ayu

Jamu untuk menjaga kesehatan, kebugaran serta kecantikan wanita sehari- hari. Bahan

bakunya terdiri dari: mengkudu, temulawak, temuhitam, jahe, kencur, sambiloto, kapulaga,

cengkih, kunyit putih, kedaung.

Pendistribusian jamu ini dikhususkan di Jakarta saja, dan konsumen yang memesan

melalui sistem layan antar biasanya adalah pegawai – pegawai kantor yang bekerja di

pusat perkantoran di Jakarta, seperti daerah Thamrin, Gatot Subroto, Senayan,

Kuningan, dan sebagainya. Sedangkan konsumen yang membeli jamu secara langsung

biasanya mendatangi restoran Warung Podjok dan Grand Mario Café atau stand – stand

yang tersedia. Kebanyakan dari mereka yang membeli jamu baik adalah kaum wanita

pencinta jamu. Secara garis besar dapat

dikatakan bahwa konsumen Djamoe Gendong ini berasal dari kalangan ekonomi

menengah keatas. Selain dikarenakan harganya yang cukup mahal untuk sebuah jamu,

konsumennya juga mayoritas adalah pegawai - pegawai kantor yang terletak di daerah

18

perkantoran yang bonafit di Jakarta, serta penjualannya yang dilakukan di mall besar seperti

Plaza Senayan dan Ratu Plaza.

Target Audience

Faktor Demografi :

� Masyarakat dari segmen ekonomi sosial menengah ke atas.

� Wanita modern dengan usia 20 – 35 tahun.

� Pendidikan minimum S1 dan sederajad

Faktor Geografi :

� masyarakat modern yang berdomisili di DKI. Jakarta

Faktor Psikografi :

� Wanita modern yang pintar,

� Berkepribadian mantap, terencana,

� Peduli terhadap kesehatan,

� Menyukai sesuatu yang alami dan memiliki gaya hidup sehat alami, menjaga keseimbangan

tubuh dengan lingkungan di sekitarnya,

� Rentan terhadap stress, dan penyakit

� masyarakat modern yang menyukai minuman kesehatan, berkhasiat dan alami yaitu

jamu dalam bentuk aslinya

� Memiliki aktivitas yang cukup banyak,

� Pandai membagi waktu antara kerja dengan beristirahat dan relaksasi,

� Senang meluangkan waktunya untuk melakukan yoga, spa, menggunakan

aromatheraphy,

� Cara pikir: Diperlukannya kesehatan yang baik untuk menjalani kesibukan sehari – hari. Dan

kesehatan yang baik adalah kesehatan didapat melalui jalur yang alami, yaitu bahan – bahan

19

dan proses pembuatan yang alami, bersih, asli, higienis, baik dari bahan baku sehingga

mendapatkan hasil yang baik

dan nyata, aman dan baik untuk keseimbangan tubuh, khasiat yang berkualitas

tinggi, dan tanpa efek samping.

Analisa SWOT

• Strength (kekuatan)

1. Dikemas secara praktis, higienis dan mudah dikonsumsi

2. Tanpa bahan pengawet, tanpa efek samping, alami, asli serta baik dan berkhasiat untuk

kesehatan.

3. Proses pembuatannya yang alami, bersih, dan merupakan industri rumah tangga

4. Berkhasiat dalam mengobati penyakit, menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh,

meningkatkan kecantikan

5. Dapat dikonsumsi kapan saja, dan dimana saja.

• Weakness (kelemahan)

1. lable-nya kurang memperhatikan faktor estetik,

2. warna yang digunakan kurang mencerminkan sebagai produk jamu yang sesuai dengan

target audience-nya, citra yang diinginkan

3. tidak adanya satu kesatuan antara elemen – elemen desain pada lebel, seperti pemakaian

jenis font,

4. Tidak efektifnya pembacaan dan penempatan teks – teks pada lebel

5. Tidak diperhatikannya kesesuaian lebel dengan packaging botolnya

6. desain packaging yang kurang kreatif dan variatif, sehingga kurang menarik minat

20

konsumen dan kalah bersaing dengan competitor

• Opportunities (peluang)

Makin banyaknya masyarakat modern yang memilih jalur pengobatan alami melalui jamu –

jamuan dalam bentuk aslinya yang diracik secara alami dan tanpa bahan pengawet yang

membahayakan tubuh.

• Threat (ancaman)

1. banyak pesaing yang sudah terlebih dahulu muncul walau melalui jenis yang berbeda dan

modern.

2. Masyarakat modern sudah mulai mengenal dan mengerti desain yang baik, dan dijadikan

acuan sebagai suatu yang dapat dipercaya atau tidak.

2.4 DataKompetitor

PT Jamu IBOE Jaya

PT Jamu IBOE Jaya sebagai direct & indirect kompetitor adalah manufaktur jamu

pertama di Indonesia yang mengkombinasikan filosofi ramuan jamu

tradisonal Indonesia dengan perkembangan teknologi. Terus berinovasi menciptakan produk-

produk baru dan inovatif yang mempunyai nilai tambah tinggi bagi kualitas hidup manusia.

Ia melestarikan serta mengembangkan tradisi leluhur bangsa dalam meracik jamu dan

terus memodernkan pembuatan jamu, melalui serangkaian riset untuk meningkatkan

kualitas jamu serta kuantitasnya sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat dunia secara

keseluruhan. Sejak tahun

21

1910 jamu ini semakin berkembang dari penggunaan mesin Gerabah dan mesin Giling

sampai mesin - mesin moderen berteknologi dengan menggunakan aluminium foil untuk

mengemas produksi. Produk-produk berkualitas PT Jamu Iboe Jaya berasal dari alam yang

diproses dengan teknologi modern, semuanya natural, dan dikemas dalam kemasan yang

praktis, moderen serta baik secra estetik. Variant – variant jamu ini ditujukan kepada

beberapa kalangan target audience, yaitu ada yang ditujukan bagi kelas menengah ke atas (

kelas A & B) dan ada bagi kalangan bawah (kelas C). Variant – variant jamu ini adalah:

1. Jamu Serbuk

• Untuk Wanita

kelas A & B : Sari Asih, Bersalin Lengkap Kecil dan

Besar kelas C : Sawan, Galian singset, Nifas, Galian

param,

Patmosari, Dilep, Haid teratur, Piktay, Anton - anton muda dan Tua, Sawan Angin, Sari

Murni, Galian Putri, Param, Hentikan Haid, Galian Putri Montok, Delima Putih, Galian

Rapet, Wanito Ayu, Sehat

Wanita, Mangir, Bedak Dingin Mayangsari.

• Untuk Pria

kelas A & B : Prio Anom, Sari Jamu Sehat Pria

kelas C : Sehat Pria, Majun, Ginseng

Prakoso

• Untuk Pria dan Wanita ( kelas C ):

Susut Perut, Paitan, Bersih Darah, Wasir, Sehat Ginjal, Sariawan Usus, Nafsu Makan,

22

Encok, Tujuh Angin, Panas Dalam, Gatal, Buinflu, Karang Sekalor, Batuk, Batuk, Kencing

Sakit, Seninjong, Pegel Linu, Linu, Buang-buang Air, Sakit Perut, Mejen, Jampi Usus,

Kemanden, Batuk Sesak, Silokarang, Sekalor.

2. Jamu Kapsul (untuk kelas A & B)

Acnelia, Bersih Darah, Curmino, Diabetin, Galian Rapet, Galian Singset, Body Slim,

Silokarang, Garlicia, Gingerin, Cold Free, For Skin.

3. Drink / Refreshment

kelas C : Lariza

kelas A & B : Madu Tawon , Madu Iboe, Tamarin, Sari Jamu Sehat, Sari Jamu Sehat Pria, Sari Jamu

Galian Singset, Rhiza.

Jamu Sido Muncul

Sido Muncul sebagai direct & indirect kompetitor menjadikan potensi tanaman Indonesia

yang alami dan berlimpah menjadi asset dalam memproduksi obat- obatan alam, serta

bertransformasi menjadi industri farmasi. Seluruh proses

produksi dijalankan berdasarkan Standard Operation Procedure (SOP) berdasarkan CPOB

(Cara Pembuatan Obat yang Benar) – setara farmasi sehingga menjadikannya sebagai satu-

satunya pabrik jamu berstandar farmasi. Tidak hanya dengan menghadirkan produk-

produk berkelas yang aman dan berkhasiat, tetapi juga membaur dengan masyarakat.

PT. Sido Muncul bermula dari sebuah industri rumah tangga pada tahun 1940, dikelola oleh

Ibu Rahkmat Sulistio di Yogyakarta. Karena permintaan semakin meningkat maka pabriknya

mulai dilengkapi dengan mesin-mesin moderen, demikian pula jumlah karyawannya

ditambah. Pemilihan serta penggunaan bahan baku yang benar, baik mengenai jenis,

23

jumlah maupun kualitasnya dan diproses di extraction center dan diproduksi di pabrik yang

modern dengan standar farmasi, melalui uji toksisitas (keamanan), mikrobiologi, aflatoksin

dan didukung berbagai referensi ilmiah, dianalisa di laboratorium yang terakreditasi akan

menghasilkan jamu yang baik. Selain itu ia pun mengadakan pelayanan di bidang herbal

tradisional, mengembangkan research / penelitian pengobatan dengan bahan-bahan alami.

Jamu - jamu produksi Sido Muncul ini pun berinovasi dan memoderenisasi bentuk

jamu dalam berbagai wujud, seperti bubuk, kapsul, cair, dan yang terbaru ada yang

berbentuk permen. Kemasannya pun di desain dalam bentuk yang praktis, efisien serta

cukup menarik, sehingga memudahkan para konsumen mengkonsumsikannya. Jamu ini pun

ditujukan kepada beberapa sasaran atau target audience yaitu ada yang bagi kelas

menengah ke bawah seperti ESTE-

EMJE, anak sehat, dll. juga ada yang ditujukan bagi kalangan menengah ke atas seperti

Jamu Tolak Angin, dll.

Produk - produknya:

1. Jamu moderen :

Kuku Bima, Kuku Bima Ginseng, Kuku Bima TL, Kuku Bima TL plus

Tribulus, Tolak angin ekstra hangat, Tolak angin permen

2. Jamu Tradisonal:

Bancar Darah, Batuk, Bersalin, Bersih darah, Cape Puyang, Cuci

perut, Demam Malaria, Encok, Galian Delima Putih, Galian Montok, Galian Param,

Galian putri, dll.

3. Jamu Instant:

24

Galian Putri, Pegel linu, Pelangsing perut, Sehat Pria, Sehat Wanita, Kuku Bima

Ginseng, Kuku Bima TL New Formula

4. Jamu Komplit

Bersih Darah komplit, Kuku Bima komplit, Pegel Linu Komplit, Sehat

Wanita komplit, Sakit Pinggang Komplit, TolakAngin Komplit.

5. Jamu Komplit Instant:

J.K.I. Kuku Bima Ginseng, J.K.I. Kuku Bima Tribulus J.K.I. Sehat Pria, Pegel Linu

Komplit.

6. Minuman Kesehatan

Alang Sari, Alang Sari Plus Fiber, Alang Tea, Anak Sehat, ESTE-EMJE Ginseng, Filantra

Tea, Ginger Milk, Ginger Tea, Jahe Wangi, Kuku Bima

Ener-G, Kunyit Asam, Kunyit Asam Fiber, Kunyit Asam Sirih plus madu, Red Ginger

Tea, Tumeric Plus, V-talytea.

7. Dan beberapa Food Suplemen

8. Produk lainnya seperti madu kembang, mangir Adeline, Minyak kayu putih.

9. Permen: Permen tolak angin, Permen Kunyit Asem, Permen Jahe wangi.