web viewmakalah filsafat . ditujukan untuk ... selain itu mereka juga mengakui adanya dalil-dalil...
TRANSCRIPT
MAKALAH FILSAFAT
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Dasar
Disusun Oleh:
Jelina Simanullang
NPM: 1082053
Fakultas Ekonomi
STIE GANESHA JAKARTA
FE
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas makalah untuk mata kuliah Filsafa Dasart. Dan
juga saya berterima kasih pada Bapak Drs. Kusnadi M. Pd selaku Dosen mata kuliah Filsafa
Dasart yang telah memberikan tugas ini kepada saya .
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Filsafat. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang saya harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Subang, Desember 2013
Penulis,
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………...………..i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………....ii
BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………...……………………………………………...1
B. Tujuan Penulisan……………………………………………………………...2
BAB. II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat……………………………………………………………4
B. Ciri-Ciri Filsafat………………………………………………………………8
C. Karakteristik Filsafat………………………………………………………….12
D. Kegunaan Filsfat……………………………………………………………...13
E. Pengertian Ilmu Pengetahuan………………………………………………...15
F. Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan…………………………………………………..17
G. Karakteristik Ilmu Pengetahuan……………………………………………...19
H. Fungsi Dan Tujuan Ilmu (Ilmu Pengetahuan)……………………………….19
I. Perbedaan Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan……………………..……….……21
J. Pengertian Filsafat Ilmu…………………………………………..….………22
K. Ruang Lingkup dan Masalah-Masalah dalam Filsafat Ilmu……….…..……25
L. Perkembangan Filsafat Ilmu…………………………………………….……26
M. Fungsi dari Filsafat Ilmu…………………………………………….………..32
BAB. III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………….……....34
B. Saran……………………………….………………………………………..36
DAFTAR PUSTAKA………………….…………………………………………37
ii
BAB. I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus merupakan
bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau ibu dari semua
ilmu (mater scientiarum). Karena objek material filsafat bersifat umum yaitu seluruh
kenyataan, padahal ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya
ilmu dari filsafat.
Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan sumber
ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami spesialisasi.
Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral.
Contohnya filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan
filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu. Dalam konteks
inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami.
Meskipun pada perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat, ini
tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus. Dengan ciri
kekhususan yang dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan batas-batas yang tegas di antara
1
masing-masing ilmu. Dengan kata lain tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi penghubung
ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatu padukan masing-masing
ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang
didasarkan atas pengalaman kemanusian yang luas.
Ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah filsafat yang
memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya tidak ingin dikatakan
dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang
berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga
sejalan dengan pengetahuan ilmiah. Akumulasi penelaahan empiris dengan menggunakan
rasionalitas yang dikemas melalui metodologi diharapkan dapat menghasilkan dan memperkuat
ilmu pengetahuan menjadi semakin rasional. Akan tetapi, salah satu kelemahan dalam cara
berpikir ilmiah adalah justru terletak pada penafsiran cara berpikir ilmiah sebagai cara berpikir
rasional, sehingga dalam pandangan yang dangkal akan mengalami kesukaran membedakan
pengetahuan ilmiah dengan pengetahuan yang rasional. Oleh sebab itu, hakikat berpikir rasional
sebenarnya merupakan sebagian dari berpikir ilmiah sehingga kecenderungan berpikir rasional
ini menyebabkan ketidakmampuan menghasilkan jawaban yang dapat dipercaya secara
keilmuan melainkan berhenti pada hipotesis yang merupakan jawaban sementara.
Berfilsafat sesungguhnya dilakukan dalam masyarakat. Kenyataan ini menunjukkan
bahwa pada hakekatnya filsafat pun membantu masyarakat dalam memecahkan masalah-
masalah kehidupan. Salah satu tujuan tulisan ini adalah menunjukkan bantuan apa yang dapat
2
diberikan filsafat kepada hidup masyarakat. Selain filsafat, ilmu-ilmu pengetahuan pun pada
umumnya membantu manusia dalam mengorientasikan diri dalam dunia. Akan tetapi, ilmu-ilmu
pengetahuan, seperti biologi, kimia, fisiologi, ekonomi, dan lain sebagainya secara hakiki
terbatas sifatnya. Untuk menghasilkan pengetahuan yang setepat mungkin, semua ilmu tersebut
membatasi diri pada tujuan atau bidang tertentu. Untuk meneliti bidang itu secara optimal, ilmu-
ilmu semakin mengkhususkan metode-metode mereka. Dengan demikian, ilmu-ilmu tersebut
tidak membahas pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut manusia sebagai keseluruhan dan
sebagai kesatuan yang utuh. Padahal pertanyaan-pertanyaan itu terus-menerus dikemukakan
manusia dan sangat penting bagi praksis kehidupan manusia.
Pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang apa arti dan tujuan hidup manusia, apa
kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai manusia, atau pun pertanyaan tentang dasar
pengetahuan kita, tentang metode-metode ilmu-ilmu, dan lain sebagainya, tidak mampu
ditangani ilmu-ilmu pengetahuan. Padahal jawaban yang diberikan secara mendalam dapat
mempengaruhi penentuan orientasi dasar kehidupan manusia. Di sinilah filsafat memainkan
peranannya.
B. Tujuan Penulisan
Memenuhi tugas yang diberikan oleh mata kuliah Filsafat Dasar.
Untuk menambah wawasan tentang filsafat yang didalamnya mencakup arti dari filsafat,
ilmu dan filsafat ilmu secara lebih mendalam.
3
BAB. II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FILSAFAT
Secara etimologi kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata
serapan dari bahasa Arab ,فلسفة yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία
philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata
(philos = cinta ), (philia = persahabatan) dan (sophia = kebijaksanaan, hikmah, penetahuan,
pengalaman praktis dan inteligensi). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta
kebijaksanaan”.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam dan bersifat subjektiv atau
bergantung bagaimana seorang berfikir berdasarkan sudut pandangnya sendiri. Para filsuf
merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang
dimilikinya.
Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk
terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami
bidang falsafah disebut "filsuf". Filsafat, terutama Filsafat barat muncul di Yunani semenjak
kira-kira abad ke 7 S.M..Filsafat muncul ketika orang-orang mulai memikirkan dan berdiskusi
akan keadaan alam,
4
dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi
untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang
beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di
Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual
orang lebih bebas.
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang di
pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Sokrates, Plato dan
Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada
yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “Komentar-komentar karya Plato
belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat. Buku
karangan plato yg terkenal adalah berjudul "etika, republik, apologi, phaedo, dan krito".
Secara umum Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran
manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan
melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat
untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses
dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
5
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat.
Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di
samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan.
Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya
tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.
Dan untuk lebih memahami lebih mendalam, berikut pengertian filsafat menurut para ahli yaitu:
Pemikiran Filsafat sebenarnya merupakan konsep dasar mengenai kehidupan dan visi
kedepan manusia. Dalam suatu himpunan/komunitas, pemikiran filsafat dapat tumbuh dan
berkembang sesuai dengan kebudayaan masing-masing.
Harold H. Titus (1979 ) :
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran
terhadap kepercayaan dan sikap yg dijunjung tinggi;
Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan;
Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan
pengertian (konsep);
Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan
Aristoteles: Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang
terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan
estetika.
6
Plato: Filsafat adalah pengetahuan yg berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
Bertrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yg berada di tengah-tengah antara teologi dan
sains. Sebagaimana teologi, filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-
masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa
dipastikan,namun jawabannya oleh para ahli filsafat.
seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi
maupun otoritas wahyu.
Johann Gotlich Fickte: Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni
ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis
kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari
kebenaran dari seluruh kenyataan.
Imanuel Kant ( 1724 – 1804 )Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan
pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan, yaitu:
a) Metafisika (apakah yang dapat kita kerjakan)
b) Etika (apakah yang seharusnya kita kerjakan)
c) Agama (Sampai dimanakah harapan kita)
d) Antropologi (Apakah yang dinamakan manusia)
Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran ,
tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan
universal.
7
Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yg menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah
mencapai pengetahuan itu.
Prof. Dr. Ismaun, M.Pd: Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal
dan qalbunya secara sungguh-sungguh, yakni secara kritis sistematis, fundamentalis,
universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki
(pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yg sejati).
Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang
mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
Pada dasarnya pendapat-penndapat yang dikemukakan oleh para ahli tidaklah begitu jauh
berbeda dan yang ada pendapat-pedapat tersebut saling melengkapi.
B. Ciri-Ciri Filsafat
Ciri-ciri filsafat dapat diketahui dari objek kajian filsafat. Bila dilihat dari aktivitasnya filsafat
merupakan suatu cara berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu.
Menurut Clarence I. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu
sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal. Sedangkan sisi yang terkandung
dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan/problem kehidupan manusia. Dalam
kegiatan atau problem yang terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran
filsafat adalah sebagai berikut:
8
1. Sangat umum atau Universal
Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum dan tingkat
keumumannya sangat tinggi. Karena pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan
obyek-obyek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep yang sifatnya
umum. Misalnya tentang manusia, tentang keadilan , tentang kebebasan dan lainnya.
2. Tidak Faktual
Pengertian tidak faktual kata lainnya adalah spekulatif, yang artinya filsafat membuat
dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan ada
bukti. Hal ini sebagai sesuatu hal yang melampaui batas dari fakta-fakta pengetahuan
ilmiah.
3. Bersangkutan dengan nilai
C.J. Ducasse mengatakan bahwa filsafat merupakan usaha untuk mencari pengetahuan,
berupa fakta-fakta yang disebut penilaian. Yang dibicarakan dalam penilaian adalah
tentang yang baik dan yang buruk, yang susila dan asusila dan akhirnya filsafat
sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nilai.
4. Berkaitan dengan arti
Di atas telah dikemukakan bahwa nilai selalu dipertahankan dan dicari. Sesuatu yang
bernilai tentu di dalamnya penuh dengan arti. Agar upaya para filosof dalam
mengungkapkan ide-idenya agar syarat dengan arti, maka para filosof harus dapat
menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa yang tepat (ilmiah), kesemuanya
itu berguna untuk menghindari adanya kesalahan.
9
5. Implikatif
Pemikira filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandun implikasi (akibat logis), dan
dari implikasi tersebut diharapkan akan mampu melahirkan pemikiran baru, sehingga
akan terjadi proses pemikiran yang dinamis: dari tesis ke anti tesis kemudian sintesis,
dan seterusnya….sehingga tiada habis-habisnya. Pola pemikiran yang implikatif
(dialektis) akan dapat menyuburkan intelektual.
Menurut Made Pramono, S.s., M.Hum, ciri-ciri berfilsafat yaitu:
1. Bersifat radikal (sampai keakar-akarnya, sampai pada hakikat / esensi)
2. Sistematis (adanya hubungan fungsional antara unsur-unsur untuk mencapai tujuan
tertentu.
3. Berfikir tentang hal 1 proses umum, universitas, ide-ide besar, bukan tentang peristiwa
tunggal.
4. Konsisten / runtut (tak terdapat pertentangan didalamnya) dan koheren (sesuai dengan
kaidah-kaidah berfikir logis).
5. Secara bebas, tak cenderung, prasangka, emosi.
6. Kebebasan ini berdisiplin (berpegang pada prinsip-prinsip pemikiran logis serta
tanggung jawab pada hati nurani ini sendiri).
7. Berusaha memperoleh pandangan komprehensi / menyeluruh.
8. Secara konseptual hasil generalisir (perumaman).
10
Menurut Sudarto (1996) menyatakan bahwa ciri-ciri berfilsafat adalah:
1. Metodis: menggunakan metode, cara, yang lazim digunakan oleh filsuf (akhli filsafat)
dalam proses berfikir.
2. Sistematis: berfikir dalam suatu keterkaitan antar unsur-unsur dalam suatu keseluruhan
sehingga tersusun suatu pola pemikiran Filsufis.
3. Koheren: diantara unsur-unsur yang dipikirkan tidak terjadi sesuatu yang bertentangan
dan tersusun secara logis.
4. Rasional: mendasarkan pada kaidah berfikir yang benar dan logis (sesuai dengan
kaidah logika).
5. Komprehensif: berfikir tentang sesuatu dari berbagai sudut (multidimensi).
6. Radikal: berfikir secara mendalam sampai ke akar-akarnya atau sampai pada tingkatan
esensi yang sedalam-dalamnya.
7. Universal: muatan kebenarannya bersifat universal, mengarah pada realitas kehidupan
manusia secara keseluruhan.
Dengan demikian berfilsafat bukanlah berfikir yang tidak-tidak atau tanpa alasan.
Meliainkan sesuai dengan kaidah yang ditentukan. Namun tidak semua manusia bias menjadi
Filsuf. Hal ini dikarenakan berfilsafat bukanlah hanya sepintas saja, tetapi butuh waktu dan
kebisaan dalam berlatih berfikir. Sehingga hasil yang ingin didaptkan mencapai kebenaran.
11
C. Karakteristik filsafat
Sesuai dengan definisi Endang syaifuddin ansori bahwa filasat adalah meliputi tentang
hakikat semua yang ada secara radikal, integral, dan sistematis. Dari pengertian tersebut secara
tidak langsung telah dijelaskan tentang karakteristik filsafat yang meliputi radikal, integral dan
sistematis. Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir adalah berfilsafat. Berfikir
filsafat mempunyai karakteristik atau ciri-ciri khusus. Bermacam-macam buku menjelaskan
cirri-ciri berfikir filsafat dengan bermacam-macam pula. Tidak lain diantaranya akan dijelaskan
sebagai berikut.
1. Radikal
Berfilsafat berarti berfikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berfikir
secara radikal, ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu.
Keradikalan berfikirnya itu akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan
realitas seluruh kenyataan, berarti dirinya sendiri sebagai suatu realitas telah termasuk ke
dalamnya sehingga ia pun berupaya untuk mencapai akar pengetahuan tentang dirinya
sendiri. .
Telah jelas bahwa artinya berfikir radikal bisa diartikan berfikir sampai ke akar-akarnya,
tidak tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir. Berfikir itu tidak
setengah-setengah, tidak berhenti di jalan tetap terus sampai ke ujungnya.
Berfikir radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang atau menjungkirbalikkkan
segala sesuatu, melainkan dalam arti sebenarnya, yaitu berfikir secara mendalam. Untuk
mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan. Berfikir radikal justru hendak
memperjelas realitas.
12
2. Integral
Integral yang berarti mempunyai kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang
utuh sebagai suatu keseluruha atau filsafat memandang objeknya secara integral.
3. Sistematis
Sistematis disini artinya susunan dan urutan (hierarki), juga kaitan suatu masalah dengan
materi atau masalah lain yang terdapat pada filsafat. Lantas, apa yang dimaksud dengan
materi atau permasalahn filsafat dan bagai mana susunan dan hubungan satu masalah
dengan masalah yang terjadi?
Menurut Langeveld (1959) mengajukan tiga masalah pokok dalam filsafat yang
melahirkan jenis jenis filsafat, disebut dengan problematika filsafat. Ketiga masalah
tersebut antara lain:
a. Masalah mengenal dan mengetahui atau cognition
b. Masalah segala sesuatu atau metafisika
c. Masalah penilaian dan aksiologi
D. Kegunaan Filsafat
Adapun kegunaan filsafat yaitu :
1. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa dengan belajar filsafat semakin menjadikan orang
mampu untuk menagani berbagai pertanyaan mengajar manusia yang tidak terletak dalam
wewenang metodis ilmu-ilmu khusus.
2. Menambah ilmu pengetahuan sehingga dapat membantu penyelesaian masalah dengan
13
bijaksana, membuat manusia hidup lebih tanggap (peka) terhadap diri dan lingkungannya.
3. Kegunaan filsafat ialah untuk memperoleh pengertian (makna) dan untuk menjelaskan
gejala atau peristiwa alam dan sosial.
4. Orang berfilsafat harus mampu menjelaskan hubungan antara sebab dan akibat, antara
bentuk dan isi. Dalam studi filsafat untuk memahaminya secara baik paling tidak kita
harus mempelajari lima bidang pokok yaitu:
a) Metafisika
Metafisika merupakan cabang filsafat yang membuat suatu bagian dari persoalan
filsafat yang:
1. Membicarakan tentang prinsip-prinsip yang paling universal
2. Membicarakan suatu yang bersifat keluarbiasaan
b) Epistemology
Epistemology lazimnya disebut teori pengetahuan yang secara umum membicarakan
mengenai sumber-sumber, karakteristik dan kebenaran pengetahuan.
c) Logika
Logika adalah bidang pengetahuan yang mempelajari segenap asas, aturan, dan
tatacara penalaran yang betul.
d) Etika
Etika atau filsafat perilaku sebagai satu cabang filsafat yang membicarakan “tindakan”
manusia, terdapat dua hala permasalahan, yaitu yang menyangkut “tindakan” dan
“baik-buruk”. Dalam pemahaman “etika” sebagai pengetahuan mengenai norma baik-
buruk dalam tindakan mempunyai persoalan yang luas.
14
e) Sejarah filsafat
Sejarah filsafat adalah laporan suatu peristiwa yang berkaitan dengan pemikiran
filsafat. Didalam sejarah filsafat akan diketahui pemikiran-pemikiran yang genius
hingga pemikir tersebut dapat mengubah dunia, yaitu dengan ide-ide 1 gagasan-
gagasannya yang cemerlang.
E. PENGERTIAN ILMU (ILMU PENGETAHUAN)
Kata ilmu secara etimologi berarti tahu atau pengetahuan. Kata ilmu berasal dari bahasa
Arab “Alima-ya’lamu, dan science dari bahasa Latin Scio, scrie artinya to know. Ilmu
bersinonim dengan bahasa Yunani adalah epitisteme. Sedangkan secara terminology ilmu atau
science adalah semacam pengetahuan yang mempunyai cirri-ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat
tertentu.
Menurut ensiklopedia pengertian ilmu adalah “Ilmu pengetahuan yaitu suatu system dari
berbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu bidang pengetahuan tertentu, yang
disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, sehingga menjadi kesatuan suatu sistem
dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan yang
dilakukan secara teliti dengan memakai metode tertentu (induksi, deduksi).
Secara umum ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusiadari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan
15
kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan
seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu
terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemology (teori pengetahuan atau nadzariyyah al
ma’rifah). Epistemologi menjadi sebuah kajian, sebenarnya, belum terlalu lama, yaitu sejak tiga
abad yang lalu dan berkembang di dunia barat
Dari berbagai definisi di atas kiranya dapat dipahami bahwa ilmu adalah sekumpulan
pengetahuan yang diorganisir secara sistematis berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang
kemudian dihubungkan berdasarkan pemikiran yang cermat dan teliti dan dapat
dipertanggungjawabkan dengan berdasarkan metode.
Selain pengrtian diatas, untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini
akan dikemukakan beberapa pendapat para ahli tentang ilmu pengetahuan :
Harold H. Titus mendefinisikan “Ilmu (Science) diartikan sebagai common science yang
diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau peristiwa-
peristiwa dengan menggunakan metode-metode observasi yang teliti dan kritis)”.
Dr. Mohammad Hatta mendefinisikan “Tiap-tiap ilmu pengetahuan yang teratur tentang
pekerjaan kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya, baik
menurutkedudukannya tampak dari luar maupun menurut hubungannya dari dalam.”
16
J. Habarer mendefinisikan “ Suatu hasil aktivitas manusia yang merupakan kumpulan
teori, metode dan praktek dan menjadi pranata dalam masyarakat.”
Louis Leahy mendefinisikan “Pengetahuan merupakan suatu kekayaan dan kesempurnaan.
Seseorang yang tahu lebih banyak adalah lebih baik kalau dibanding dengan yang tidak
tahu apa-apa”.
The Liang Gie mendefinisikan “Ilmu sebagai pengetahuan, artinya ilmu adalah sesuatu
kumpulan yang sistematis, atau sebagai kelompok pengetahuan teratur mengenai pokok
soal atau subject matter. Dengan kata lain bahwa pengetahuan menunjuk pada sesuatu
yang merupakan isi substantif yang terkandung dalam ilmu”.
Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran Ilmu adalah:
Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan
Suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia
yang terikat oleh faktor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera
manusia. Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan
suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…”
Dari pengertian diatas yang diungkapkan oleh para ahli dapat ditari beberapa kesimpulan
dintaranya bahwa ilmu adalah suatu jenis pengetahuan, yang teratur dan disusun secara
sistematis dan dengan pendekatan menggunakan metode-metode tertentu misalnya melalui
observasi.
F. Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan
17
Menurut The Liang Gie (1987) ilmu pengetahuan mempunyai 5 ciri pokok yaitu :
1. Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan,
2. Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu
mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur,
3. Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan
pribadi,
4. Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian
yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-
bagian itu,
5. Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.
Menurut Ismaun (2001) mengetengahkan sifat atau ciri-ciri ilmu sebagai berikut :
1. Obyektif; ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat diamati dan tidak berdasarkan
pada emosional subyektif,
2. Koheren; pernyataan/susunan ilmu tidak kontradiksi dengan kenyataan,
3. Reliable; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan
tingkat keterandalan (reabilitas) tinggi,
4. Valid; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat
keabsahan (validitas) yang tinggi, baik secara internal maupun eksternal,
5. Memiliki generalisasi; suatu kesimpulan dalam ilmu dapat berlaku umum,
6. Akurat; penarikan kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang tinggi, dan
7. Dapat melakukan prediksi; ilmu dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-
kemungkinan suatu hal.
18
G. Karakteristik Ilmu Pengetahuan
Karakteristik ilmu pengetahuan di antaranya sebdagai berikut :
1. Konkrit, yaitu dapat diukur kebenarannya.
2. Kehadiran objek dan subjek tidak dapat dipisahkan atau memiliki keterkaitan satu sama
lainnya.
3. Tidak terbatas sehingga masih banyak ilmu pengetahuan yang harus digali lagi dan tidak
mempunyai keterbatasan tertentu.
4. Metodologi yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan.
5. Rasionalis ; Penalarannya berdasarkan ide yang dianggap jelas dan dapat diterima oleh
akal.
6. Wahyu ; Tidak menggunakan penalaran, tetapi menggunakan wahyu sebagai sumber
pengetahuan.
7. Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
8. Kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan.
9. Obyektif tidak bergantung pada pemahaman secara pribadi.
H. Fungsi Dan Tujuan Ilmu (Ilmu Pengetahuan)
Lahirnya dan berkembangnya Ilmu Pengetahuan telah banyak membawa perubahan dalam
kehidupan manusia, terlebih lagi dengan makin intensnya penerapan Ilmu dalam bentuk
Teknologi yang telah menjadikan manusia lebih mampu memahami berbagai gejala serta
mengatur kehidupan secara lebih efektif dan efisien. Hal itu berarti bahwa ilmu mempunyai
dampak yang besar bagi kehidupan manusia, dan ini tidak terlepas dari fungsi dan tujuan ilmu
19
itu sendiri.
Kerlinger dalam melihat fungsi ilmu, terlebih dahulu mengelompokan dua sudut pandang
tentang ilmu yaitu pandangan statis dan pandangan dinamis. Dalam pandangan statis, ilmu
merupakan aktivitas yang memberi sumbangan bagi sistimatisasi informasi bagi dunia, tugas
ilmuwan adalah menemukan fakta baru dan menambahkannya pada kumpulan informasi yang
sudah ada, oleh karena itu ilmu dianggap sebagai sekumpulan fakta, serta merupakan suatu cara
menjelaskan gejala-gejala yang diobservasi, berarti bahwa dalam pandangan ini penekanannya
terletak pada keadaan pengetahuan / ilmu yang ada sekarang serta upaya penambahannya baik
hukum, prinsip ataupun teori-teori. Dalam pandangan ini, fungsi ilmu lebih bersifat praktis
yakni sebagai disiplin atau aktivitas untuk memperbaiki sesuatu, membuat kemajuan,
mempelajari fakta serta memajukan pengetahuan untuk memperbaiki sesuatu (bidang-bidang
kehidupan).
Pandangan ke dua tentang ilmu adalah pandangan dinamis atau pandangan heuristik (arti
heuristik adalah menemukan), dalam pandangan ini ilmu dilihat lebih dari sekedar aktivitas,
penekanannya terutama pada teori dan skema konseptual yang saling berkaitan yang sangat
penting bagi penelitian. Dalam pandangan ini ftmgsi ilmu adalah untuk membentuk hukum-
hukum umum yang melingkupi prilaku dari kejadian-kejadian empiris atau objek empiris yang
menjadi perhatiannya sehingga memberikan kemampuan menghubungkan berbagai kejadian
yang terpisah-pisah serta dapat secara tepat memprediksi kejadian-kejadian masa datang, seperti
dikemukakan oleh Braithwaite dalam bukunya Scientific Explanation bahwa the function of
science... is to establish general laws covering the behaviour of the empirical events or objects
with which the science in question is concerned, and thereby to enable us to connect together
20
our knowledge of the separately known events, and to make reliable predictions of events as yet
unknown.
I. Perbedaan Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan
• Dilihat dari obyek material (lapangan)
Filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan
obyek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu
hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak,
sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
• Obyek formal (sudut pandangan)
Filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang
ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris,
spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifat teknik, yang berarti bahwa
cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita.
• Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi,
kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and
error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan
filsafat timbul dari nilainnya.
• Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman
realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis,
yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
21
• Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam sampai
mendasar (primary cause) sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu
mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause).
• Filsafat = berpikir kritis atau selalu mempertanyakan segala hal tanpa ada eksperimen.
Sedangkan ilmu pengetahuan = selalu dengan eksperiman untuk menemukan jawaban dari
pertanyaannya.
J. Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat Ilmu terdiri dari dua kata yaitu filsafat dan ilmu. jika kedua kata tersebut
digabungkan, yang dimaksud dengan Filsafat Ilmu adalah telaah kefilsafatan yang ingin
menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis
maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi
(filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu. Selain pengertian diatas
dibawah ini terdapat beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian dari filsafat ilmu
diantaranya:
May Brodbeck: filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafat ilmui,
pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu (Philosophy of science is the
ethically and philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science).
Robert Ackermann : Filsafat ilmu adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat
ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu yang telah
dibuktikan (Philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions
by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a
22
discipline autonomous of actual scientific practice).
Lewis White Beck: Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode
pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya upaya ilmiah sebagai
suatu keseluruhan (Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific
thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a
whole).
Cornelius Benjamin: filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat ilmui yang
menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya dan
praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang
pengetahuan intelektual (Philosophy of science.. that philosophic discipline which is the
systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and
presupposition, and its place in the general scheme of intelectual discipline)
Dari semua pendapat para ahli tentang pengertian filsafat ilmu, maka bisa disimpulkan
bahwa filsafat ilmu merupakan ilmu yang menelaah kefilsafatan dan keilmuan demi menjawab
pertanyaan tentang hakikat keilmuan. Selain itu menurut The Liang Gie, filsafat ilmu adalah
segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang
menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi kehidupan manusia.
Pengertian ini sangat umum dan cakupannya luas, hal yang penting untuk difahami adalah
bahwa filsafat ilmu itu merupakan telaah kefilsafatan terhadap hal-hal yang
berkaitan/menyangkut ilmu, dan bukan kajian di dalam struktur ilmu itu sendiri. Terdapat
beberapa istilah dalam pustaka yang dipadankan dengan Filsafat ilmu seperti : Theory of
science, meta science, methodology, dan science of science, semua istilah tersebut nampaknya
23
menunjukan perbedaan dalam titik tekan pembahasan, namun semua itu pada dasarnya
tercakup dalam kajian filsafat ilmu. Sedangkan Gahral Adian mendefinisikan filsafat ilmu
sebagai cabang filsafat yang mencoba mengkaji ilmu pengetahuan (ilmu) dari segi ciri-ciri dan
cara pemerolehannya. Filsafat ilmu selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
mendasar/radikal terhadap ilmu seperti tentang apa ciri-ciri spesifik yang menyebabkan sesuatu
disebut ilmu, serta apa bedanya ilmu dengan pengetahuan biasa, dan bagaimana cara
pemerolehan ilmu, pertanyaan-pertanyaan tersebut dimaksudkan untuk membongkar serta
mengkaji asumsi-asumsi ilmu yang biasanya diterima begitu saja (taken for granted), Dengan
demikian filsafat ilmu merupakan jawaban filsafat atas pertanyaan ilmu atau filsafat ilmu
merupakan upaya penjelasan dan penelaahan secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan
ilmu.
Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam perkembangannya ilmu makin
terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat banyaknya masalah kehidupan yang tidak bisa
dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan untuk menjawabnya, filsafat memberi
penjelasan atau jawaban substansial dan radikal atas masalah tersebut, sementara ilmu terus
mengembangakan dirinya dalam batas-batas wilayahnya, dengan tetap dikritisi secara radikal,
proses atau interaksi tersebut pada dasarnya merupakan bidang kajian Filsafat Ilmu, oleh karena
itu filsafat ilmu dapat dipandang sebagai upaya menjembatani jurang pemisah antara filsafat
dengan ilmu, sehingga ilmu tidak menganggap rendah pada filsafat, dan filsafat tidak
memandang ilmu sebagai suatu pemahaman atas alam secara dangkal.
24
K. Ruang Lingkup dan Masalah-Masalah dalam Filsafat Ilmu
Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa filsafat ilmu merupakan bagian dari
epistemology yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu. Dalam bentuk pertanyaan, pada dasar
filsafat ilmu merupakan telahaan berkaitan dengan objek apa yang ditelaah oleh ilmu (ontologi),
bagaimana proses pemerolehan ilmu (epistemologi), dan bagaimana manfaat ilmu (axiologi),
oleh karena itu lingkup induk telaahan filsafat ilmu adalah :
1) Ontology
ontologi berkaitan tentang apa obyek yang ditelaah ilmu, dalam kajian ini mencakup
masalah realitas dan penampakan (reality and appearance), serta bagaimana hubungan ke
dua hal tersebut dengan subjek/manusia.
2) Epistemology
Epistemologi berkaitan dengan bagaimana proses diperolehnya ilmu, bagaimana
prosedurnya untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang benar.
3) Axiology
Axiologi berkaitan dengan apa manfaat ilmu, bagaimana hubungan etika dengan ilmu,
serta bagaimana mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan.
Ruang lingkup telaahan filsafat ilmu sebagaimana diungkapkan di atas di dalamnya
sebenarnya menunjukan masalah-masalah yang dikaji dalam filsafat ilmu, masalah-masalah
dalam filsafat ilmu pada dasarnya menunjukan topik-topik kajian yang pastinya dapat masuk ke
dalam salah satu lingkup filsafat ilmu. Adapun masalah-masalah yang berada dalam lingkup
filsafat ilmu adalah (Ismaun) :
25
1. masalah-masalah metafisis tentang ilmu
2. masalah-masalah epistemologis tentang ilmu
3. masalah-masalah metodologis tentang ilmu
4. masalah-masalah logis tentang ilmu
5. masalah-masalah etis tentang ilmu
6. masalah-masalah tentang estetika
metafisika merupakan telaahan atau teori tentang yang ada, istilah metafisika ini terkadang
dipadankan dengan ontologi jika demikian, karena sebenarnya metafisika juga mencakup
telaahan lainnya seperti telaahan tentang bukti-bukti adanya Tuhan. Epistemologi merupakan
teori pengetahuan dalam arti umum baik itu kajian mengenai pengetahuan biasa, pengetahuan
ilmiah, maupun pengetahuan filosofis, metodologi ilmu adalah telaahan atas metode yang
dipergunakan oleh suatu ilmu, baik dilihat dari struktur logikanya, maupun dalam hal validitas
metodenya. Masalah logis berkaitan dengan telaahan mengenai kaidah-kaidah berfikir benar,
terutama berkenaan dengan metode deduksi. Problem etis berkaitan dengan aspek-aspek moral
dari suatu ilmu, apakah ilmu itu hanya untuk ilmu, ataukah ilmu juga perlu memperhatikan
kemanfaatannya dan kaidah-kaidah moral masyarakat. Sementara itu masalah estetis berkaitan
dengan dimensi keindahan atau nilai-nilai keindahan dari suatu ilmu, terutama bila berkaitan
dengan aspek aplikasinya dalam kehidupan masyarakat.
L. Perkembangan Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu sebagai bagian integral dari filsafat secara keseluruhan perkembangannya
tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan filsafat itu sendiri secara keseluruhan. Menurut
Lincoln Cuba, sebagai yang dikutip oleh Ali Abdul Azim, bahwa kita mengenal tiga babakan
26
perkembangan paradigma dalam filsafat ilmu di Barat yaitu era prapositivisme, era positivisme
dan era pasca modernisme. Era prapositivisme adalah era paling panjang dalam sejarah filsafat
ilmu yang mencapai rentang waktu lebih dari dua ribu tahun.
Dalam uraian ini, cenderung mengklasifikasi perkembangan filsafat ilmu berdasarkan ciri
khas yang mewarnai pada tiap fase perkembangan. Dari sejarah panjang filsafat, khususnya
filsafat ilmu, aka dibagi tahapan perkembangannya ke dalam empat fase sebagai berikut:
1. Filsafat Ilmu zaman kuno, yang dimulai sejak munculnya filsafat sampai dengan
munculnya Renaisance,
2. Filsafat Ilmu sejak munculnya Rennaisance sampai memasuki era positivism,
3. Filsafat Ilmu zaman Modern, sejak era Positivisme sampai akhir abad kesembilan belas,
4. Filsafat Ilmu era kontemporer yang merupakan perkembangan mutakhir Filsafat Ilmu
sejak awal abad keduapuluh sampai sekarang.
Perkembangan Filsafat ilmu pada keempat fase tersebut akan diuraikan dengan
mengedepankan aspek-aspek yang mewarnai perkembangan filsafat ilmu di masanya sekaligus
yang menjadi babak baru dan ciri khas fase tersebut yang membedakannya dari fase-fase
sebelum dan atau sesudahnya. Di samping itu juga akan mengungkap tentang peran filosof
muslim dalam perkembangan filsafat ilmu ini, walaupun bukan dalam suatu fase tersendiri.
A. Filsafat Ilmu Zaman Kuno
Filsafat yang dipandang sebagai induk ilmu pengetahuan telah dikenal manusia pada masa
Yunani Kuno. Di Miletos suatu tempat perantauan Yunani yang menjadi tempat asal mula
munculnya filsafat, ditandai dengan munculnya pemikir-pemikir (baca: filosof) besar
seperti Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Pemikiran filsafat yang memiliki ciri-ciri
27
dan metode tersendiri ini berkembang terus pada masa selanjutnya. Pada zaman Yunani Kuno
filsafat dan ilmu merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan. Keduanya termasuk dalam
pengertian episteme yang sepadan dengan kata philosophia. Pemikiran tentang episteme ini oleh
Aristoteles diartikan sebagaian organized body of rational konwledge with its proper object.
Jadi filsafat dan ilmu tergolong sebagai pengetahuan yang rasional. Dalam pemikiran Aritoteles
selanjutnya pengetahuan rasional itu dapat dibedakan menjadi tiga bagian yang disebutnya
dengan praktike (pengetahuan praktis), poietike (pengetahuan produktif), dan theoretike
(pengetahuan teoritis).
Pemikirannya hal tersebut oleh generasi-generasi selanjutnya memandang bahwa
Aristoteleslah sebagai peletak dasar filsafat ilmu. Selama ribuan tahun sampai dengan
akhir abad pertengahan filsafat logika Aristoteles diterima di Eropa sebagai otoritas yang
besar. Para pemikir waktu itu mengaggap bahwa pemikiran deduktif (logika formal atau
sillogistik) dan wahyu sebagai sumber pengetahuan.
B. Filsafat Ilmu Era Renaisance
Memasuki masa Rennaisance, otoritas Aritoteles tersisihkan oleh metode dan pandangan
baru terhadap alam yang biasa disebut Copernican Revolution yang dipelopori oleh
sekelompok sanitis antara lain Copernicus (1473-1543), Galileo Galilei (1564-1542) dan
Issac Newton (1642-1727) yang mengadakan pengamatan ilmiah serta metode-metode
eksperimen atas dasar yang kukuh.
Selanjutnya pada Abad XVII, pembicaraan tentang filsafat ilmu, yang ditandi dengan
munculnya Roger Bacon (1561-1626). Bacon lahir di ambang masuknya zaman modern
yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Bacon menanggapi Aristoteles bahwa
28
ilmu sempurna tidak boleh mencari untung namun harus bersifat kontemplatif.
Menurutnya Ilmu harus mencari untung artinya dipakai untuk memperkuat kemampuan
manusia di bumi, dan bahwa dalam rangka itulah ilmu-ilmu berkembang dan menjadi
nyata dalam kehidupan manusia. Pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam
kekuasaan mansia; human knowledge adalah human power.
Perkembangan ilmu pengetahuan modern yang berdasar pada metode eksperimental dana
matematis memasuki abad XVI mengakibatkan pandangan Aritotelian yang menguasai
seluruh abad pertengahan akhirnya ditinggalkan secara defenitif.
C. Filsafat Ilmu Era Positivisme
Memasuki abad XIX perkembangan Filsafat Ilmu memasuki Era Positivisme. Positivisme
adalah aliran filsafat yang ditandai dengan evaluasi yang sangat terhadap ilmu dan metode
ilmiah. Aliran filsafat ini berawal pada abad XIX. Pada abad XX tokoh-tokoh positivisme
membentuk kelompok yang terkenal dengan Lingkaran Wina, di antaranya Gustav
Bergman, Rudolf Carnap, Philip Frank Hans Hahn, Otto Neurath dan Moritz Schlick.
Pada penghujung abad XIX (sejak tahun 1895), pada Universitas Wina Austria telah
diajarkan mata kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan Induktif. Hal ini memberikan indikasi
bahwa perkembangan filsafat ilmu telah memasuki babak yang cukup menentukan dan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan dalam abad selanjutnya.
Memasuki abad XX perkembangan filsafat ilmu memasuki era baru. Sejak tahun 1920
panggung filsafat ilmu pengetahuan didominasi oleh aliran positivisme Logis atau yang
disebut Neopositivisme dan Empirisme Logis. Aliran ini muncul dan dikembangkan oleh
Lingkaran Wina (Winna Circle, Inggris, Wiener Kreis, Jerman). Aliran ini merupakan
29
bentuk ekstrim dari Empirisme. Aliran ini dalam sejarah pemikiran dikenal dengan
Positivisme Logic yang memiliki pengaruh mendasar bagi perkem-bangan ilmu.
Munculnya aliran ini akibat pengaruh dari tiga arah. Pertama, Emperisme dan Positivisme.
Kedua, metodologi ilmu empiris yang dikembangkan oleh ilmuwan sejak abad XIX, dan
Ketiga, perkembangan logika simbolik dan analisa logis.
Secara umum aliran ini berpendapat bahwa hanya ada satu sumber pengetahuan yaitu
pengalaman indrawi. Selain itu mereka juga mengakui adanya dalil-dalil logika dan
matematika yang dihasilkan lewat pengalaman yang memuat serentetan tutologi - subjek
dan predikat yang berguna untuk mengolah data pengalaman indrawi menjadi keseluruhan
yang meliputi segala data itu.
Lingkaran Wina sangat memperhatikan dua masalah, yaitu analisa pengetahuan dan
pendasaran teoritis matematika, ilmu pengetahuan alam, sosiologi dan psikologi. Menurut
mereka wilayah filsafat sama dengan wilayah ilmu pengetahuan lainnya. Tugas filsafat
ialah menjalankan analisa logis terhadap pengetahuan ilmiah. Filsafat tidak diharapkan
untuk memecahkan masalah, tetapi untuk menganalisa masalah dan menjelaskannya. Jadi
mereka menekankan analisa logis terhadap bahasa. Trend analisa terhadap bahasa oleh
Harry Hamersma dianggap mewarnai perkembangan filsafat pada abad XX, di mana
filsafat cenderung bersifat Logosentrisme
D. Filsafat Ilmu Kontemporer
Perkembangan Filsafat Ilmu di zaman ditandai dengan munculnya filosof-filosof yang
memberikan warna baru terhadap perkembangan Filsafat Ilmu sampai sekarang. Muncul
Karl Raymund Popper (1902-1959) yang kehadirannya menadai babak baru sekaligus
30
merupakan masa transisi menuju suatu zaman yang kemudian di sebut zaman Filsafat
Ilmu Pengetahuan Baru. Hal ini disebabkan Pertama, melalui teori falsifikasi-nya, Popper
menjadi orang pertama yang mendobrak dan meruntuhkan dominasi aliran positivisme
logis dari Lingkaran Wina. Kedua, melalui pendapatnya tentang berguru pada sejarah
ilmu-ilmu, Popper mengintroduksikan suatu zaman filsafat ilmu yang baru yang dirintis
oleh Thomas Samuel Kuhn.
Para tokoh filsafat ilmu baru, antara lain Thomas S. Kuhn, Paul Feyerabend, N.R. Hanson,
Robert Palter dan Stephen Toulmin dan Imre Lakatos memiliki perhatian yang sama untuk
mendobrak perhatian besar terhadap sejarah ilmu serta peranan sejarah ilmu dalam upaya
mendapatkan serta mengkonstruksikan wajah ilmu pengetahuan dan kegiatan ilmiah yang
sesungguhnya terjadi. Gejala ini disebut juga sebagai pemberontakan terhadap
Positivisme.
Thomas S. Kuhn populer dengan relatifisme-nya yang nampak dari gagasan-gagasannya
yang banyak direkam dalam paradigma filsafatnya yang terkenal dengan The Structure of
Scientific Revolutions (Struktur Revolusi Ilmu Pengetahuan).
Kuhn melihat bahwa relativitas tidak hanya terjadi pada Benda yang benda seperti yang
ditemukan Einstein, tetapi juga terhadap historitas filsafat Ilmu sehingga ia sampai pada
suatu kesimpulan bahwa teori ilmu pengetahuan itu terus secara tak terhingga mengalami
revolusi. Ilmu tidak berkembang secara komulatif dan evolusioner melainkan secara
revolusioner.
Salah seorang pendukung aliran filsafat ilmu Baru ialah Paul Feyerabend (Lahir di Wina,
Austria, 1924) sering dinilai sebagai filosof yang paling kontroversial, paling berani dan
31
paling ekstrim. Penilaian ini didasarkan pada pemikiran keilmuannya yang sangat
menantang dan provokatif. Berbagai kritik dilontarkan kepadanya yang mengundang
banyak diskusi dan perdebatan pada era 1970-an.
M. Fungsi Dari Filsafat Ilmu
Cara kerja filsafat ilmu memiliki pola dan model-model yang spesifik dalam menggali
dan meneliti pengetahuan melalui sebab musabab pertama dari gejala ilmu pengetahuan. Di
dalamnya mencakup paham tentang kepastian , kebenaran, dan obyektifitas. Cara kerjanya
bertitik tolak pada gejala – gejala pengetahuan mengadakan reduksi ke arah intuisi para
ilmuwan, sehingga kegiatan ilmu – ilmu itu dapat dimengerti sesuai dengan kekhasannya
masing-masing disinilah akhirnya kita dapat mengerti fungsi dari filsafat ilmu.
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu
kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan
filsafat lainnya.
Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan.
Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek
32
kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Jadi, Fungsi filsafat
ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori
sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah.
Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu:
sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis
dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena
kecil ataupun besar secara sederhana. Manfaat lain mengkaji filsafat ilmu adalah
Tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual.
Kritis terhadap aktivitas ilmu/keilmuan.
Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus-menerus sehingga
ilmuwan tetap bermain dalam koridor yang benar (metode dan struktur ilmu).
Mempertanggungjawabkan metode keilmuan secara logis-rasional.
Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan valid.
Berpikir sintetis-aplikatif (lintas ilmu-kontesktual).
33
BAB. III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta
kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannya
yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Menurut beberapa ahli,
filsafat dapat dikatakan sebagai induk ilmu, karena dari sinilah ilmu pengetahuan lainnya
muncul. Filsafat kerap disandingkan dengan kata “heran” dan “penasaran”. Mulailah seseorang
berfikir bebas maka akan ditemukan hal baru, berkembang pertanyaan, dan muncul hal-hal baru
lainnya. Hasilnya, muncul ilmu-ilmu pengetahuan baru; mempelajari sosial, ilmu pasti,dsb.
Ilmu filsafat, dari sinilah kita mulai berpikir dari suatu titik dasar, pikiran murni, logika dan
pertanyaan paling sederhana. Disinilah kondisi dimana kita tidak mengetahui apapun tentang
“sesuatu” yang ingin kita ungkap kebenarannya.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal
itu membuat filsafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping
nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan yang
34
dimasukkan ke dalam proses dialektika. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju suatu yang
paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis.
Filsafat dari ilmu pengetahuan, saat kita berfikir bebas untuk menyelami hakikat dan makna dari
ilmu pengetahuan itu. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan seperti penelitian dan percobaan
(misal pada ilmu eksak) untuk menyibak misterinya. Akan muncul lagi pertanyaan-pertanyaan
baru, berfilsafat, berfikir, penelitian, dan penarikan kesimpulan, begitulah seterusnya.
Antara ilmu Pengetahuan dan Filsafat ada persamaan dan perbedaannya. Ilmu Pengetahuan
bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-pengujian secara
berulang-ulang sedangkan Filsafat bersifat priori kesimpulannya ditarik tanpa pengujian,sebab
Filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti yang dimiliki ilmu karena Filsafat
bersifat Spekulatif. Disamping adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah
persamaan yaitu sama-sama mencari kebenaran. Ilmu memiliki tugas melukiskan dan filsafat
bertugas untuk menafsirkan kesemestaan aktivitas. Ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana
menjawab pelukisan fakta sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana
sesungguhnya fakta itu darimana awalnya dan akan kemana akhirnya.
filsafat ilmu dapat dipandang sebagai upaya menjembatani jurang pemisah antara filsafat
dengan ilmu. Dengan demikian filsafat ilmu merupakan jawaban filsafat atas pertanyaan ilmu
atau filsafat ilmu merupakan upaya penjelasan dan penelaahan secara mendalam hal-hal yang
berkaitan dengan ilmu.
35
B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat saya susun. Sebagai mahasiswa kita harus mengembangkan
ilmu yang kita peroleh dan mencari kebenaran ilmu itu semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua, akhir kata saya menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses akhir, tetapi merupakan
langkah awal yang masih banyak memerlukan perbaikan. Karena itu saya sangat mengharapkan
tanggapan, saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya makalah saya yang
selanjutnya. atas perhatiannya kami sampaikan terimakasih.
36
DAFTAR PUSTAKA
Asmoro, Acmadi.2010. Filsafat Umum. Jakarta.
Sumber: Pengertian Filsafat, Ilmu, dan Filsafat Ilmu Dari beberapa Tokoh. dan Ruang
Lingkupnya. http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/pengertian-filsafat-ilmu-dan-
filsafat.html#ixzz2mI4uEV5q
Sumber: Perkembangan Filsafat Ilmu
http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/03/perkembangan-filsafat-
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090913053818AA54TO6
Ismaun, 2000. Catatan Kuliah Filsafat Ilmu (Jilid 1 dan 2), Bandung. UPI
Jujun S Suriasumantri, 1996. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jakarta Pustaka Sinar
Harapan
www.google.com
37