jembatan tanah abang- petamburan.pdf

84
  D ISUSUN O LEH : P OL IT EKNIK NE G ER I J A KA R T A P ER ANC ANG A N J AL AN D AN J EMBAT AN DES EMBER 2003 FITRI KHAIRINA DJUANDA HILD A O CTAV IATI U TAMI RAHMAWATI AYUDIA

Upload: nindia-andani-indraningtyas

Post on 08-Oct-2015

30 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • DISUSUN OLEH :

    POLITEKNIK NEGERI JAKARTA PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN

    DESEMBER 2003

    FITRI KHAIRINA DJUANDA

    HILDA OCTAVIATI UTAMI

    RAHMAWATI AYUDIA

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,

    karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Tugas Pemeliharaan dan

    Rehabilitasi Jembatan ini. Kami berterima kasih pada Bapak Andi Indianto selaku dosen

    mata kuliah Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan yang telah memberikan tugas

    bermanfaat ini kepada kami mahasiswa perancangan jalan dan jembatan.

    Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan

    serta pengetahuan kami mengenai Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jembatan baik di Indonesia

    maupun di negara lain yang pada dasarnya hampir sama dalam hal pemeliharaannya. Kami

    juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan

    jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan

    demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa

    sarana yang membangun.

    Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

    Sekiranya tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang

    membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabil terdapat kesalahan berupa kata-kata

    yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

    di masa depan.

    Depok, Desember 2013

    Penyusun

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ................................................................................. i

    DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

    BAB II DASAR TEORI .............................................................................. 4

    BAB III PEMBAHASAN ............................................................................ 54

    BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 79

    DAFTAR PUSTAKA

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG Jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap saran transportasi jalan yang

    menghubungkan suatu tempat ke tempat lainnya, yang dapat dilintasi oleh sesuatu

    benda bergerak misalnya suatu lintasan yan terputus akibat suatu rintangan atau sebeb

    lainnya, dengan cara melompati rintangan tersebut tanpa menutup/menimbun rintangan

    itu dan apabila jembatan terputus maka lalu lintas akan terhenti. Lintas tersebut bisa

    merupakan jalan kendaraan, jalan kereta api atau jalan pejalan kaki, sedangkan

    rintangan tersebut dapat berupa jalan kendaraan, jalan kereta api, sungai, lintasan air,

    lembah atau jurang.

    (a)

    (b)

  • 2

    (c)

    Gambar 1.1 Jembatan dengan Berbagai Rintangan (a) Jalan Kendaraan (b) Rel Kereta Api (c) Sungai

    Agar mencapai umur jembatan yang direnccanakan perlu dilakukan perawatan dan

    pemeliharaan jembatan secara berkala. Apabila terjadi kerusakan pada jembatan,

    terutama kerusakan yang parah sehingga jembatan tersebut tidak dapat dilewari oleh

    kendaraan maka harus segera ditangani, mengingat pentingnya fungsi jembatan sebagai

    penghubung antar wilayah. Bila jembatan tidak berfungsi dengan baik, maka dapat

    menggangu kegiatan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat sekitar.

    Pada mata kuliah Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jembatan yang wajib diikuti oleh

    mahasiswa S1 Terapan Politeknik Negeri Jakarta, Jurusan Teknik Sipil, Program Studi

    Perncanaan Jalan dan Jembatan, dijelaskan mengenai bagaimana metode rehabilitasi

    dan rekonstruksi yang baik dan benar sesuai dengan Panduan Pemeliharaan dan

    Rehabilitasi Jembatan yang dikeluarkan oleh Bridge Managment System dan Direktorat

    Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. Untuk lebih memperdalam ilmu

    mengenai rehabilitasi dan rekonstruksi jembatan dan juga menyelesaikan tugas sebagai

    salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jembatan, maka

    disusun makalah mengenai pemeliharaan dan perbaikan jembatan, dengan studi kasus

    Jembatan Tanah Abang Petamburan, Jakarta Pusat.

    B. TUJUAN Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat kelulusan Mata

    Kuliah Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jembatan, dan untuk mengetahui tingkat

    kerusakan Jembatan Tanah Abang Petamburan, Jakarta Pusat berdasarkan nilai

    kondisi.

  • 3

    C. PERUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah tingkat kerusakan pada Jembatan Tanah Abang Petamburan,

    Jakarta Pusat?

    2. Bagaimanakah perbaikan yang tepat untuk kerusakan yang terjadi pada elemen-

    elemen Jembatan Tanah Abang Petamburan, Jakarta Pusat?

    3. Berapakah prediksi umur sisa Jembatan Tanah Abang Petamburan, Jakarta Pusat?

    D. METODOLOGI PENULISAN Metodologi penulisan yang digunakan adalah dengan studi literatur dan observasi.

    Studi literatur ini diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan rehabilitasi dan

    rekonstruksi jembatan. Observasi dilakukan dengan tinjauan langsung ke lapangan,

    yaitu pada lokasi Jembatan Tanah Abang Petamburan, Jakarta Pusat.

    E. ACUAN

    F. SISTEMATIKA PENYUSUNAN MAKALAH Penulisan makalah ini disusun dalam bab-bab yang secara garis besar adalah sebagai

    berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang, tujuan penulisan, perumusan masalah,

    metodologi penulisan, dan sistematika penulisan yang merupakan gambaran umum dari

    isi makalah ini.

    BAB II DASAR TEORI

    Dalam bab ini berisikan dasar-dasar teori yang berhubungan dengan permasalahan yang

    akan dibahas dalam makalah ini.

    BAB III PEMBAHASAN

    Dalam bab ini berisikan mengenai data teknis jembatan, foto kerusakan jembatan,

    analisa tingkat kerusakan jembatan, metode perbaikan jembatan, dan prediksi umur

    jembatan.

    BAB IV KESIMPULAN

    Dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang didapat dari hasil pembahasan

    permasalahan yang diajukan.

  • 4

    BAB II

    DASAR TEORI

    A. JEMBATAN BETON BERTULANG 1. Unit Pracetak

    Unit pracetak biasanya dibuat di luar lokasi dan dibuat dalam kuantitas yang

    cukup, sehingga dapat dibenarkan penggunaan acuan yang tahan lama dan bermutu

    tinggi. Bagian - bagian pracetak yang tipikal dari bangunan atas jembatan adalah

    papan - papan lantai, pelat lantai, gelagar, pelat soffit lantai, unit kereb dan tiang

    (post).Dalam pekerjaan pracetak, diharapkan adanya keseragaman mutu, bentuk,

    warnadan penampilan umum, dan ciri - ciri tersebut dipengaruhi oleh kuantitas

    acuan,jenis minyak acuan dan bahan pelapas acuan, perubahan dalam sifat atau

    proporsi bahan mentah yang dipakai, jumlah atau jenis getaran, jenis perawatan,

    umur padapembongkaran dan bahkan pada perubahan cuaca.Unit - unit pracetak

    dapat mudah rusak pada waktu penanganan, penumpukan danpengangkutan. Jika

    tersedia alat alat pengangkut dalam unit, alat tersebut harusdipakai. Bila titik -

    titik penyangga pada waktu penumpukan tidak terlihat pada gambar rencana, harus

    dimintakan nasehat perencana. Penyanggaan pada lebih daridua titik

    dapat menyebabkan kerusakan berat. Ketika menumpuk unit serupa,penyangga

    harus diletakkan satu di atas lainnya dengan tepat. Bahan pembungkus (packing)

    harus dari bahan tetap (inert), atau kalau dari kayu hard wood (keras)harus dibungkus

    plastik untuk menghindari kelunturan. Pelendutan (sagging ) atau pemuntiran dari unit yang

    tipis dan panjang mungkin terjadi jika kurangdiperhatkan desain system penyangga

    pada waktu penyimpanan. Gerakan relativepenggetar awal (premovement ) dan

    trailer harus dipertimbangkan untuk mencegah keretakan torsi, pecah atau gesekan

    pada waktu mengangkut unit.Unit pracetak dipasang dengan menggunakan satu

    crane atau dua crane.

    2. Cor In-Situ Jembatan beton bertulang ini dipasang dengan menggunakan perancah. Perancah

    yang dibuat harus memperhatikan kondisi aliran sungai pada waktu banjir,

    apabiladilaksanakan pada saat kemungkinan adanya banjir. Kestabilan

    dan kekuatanperancah sangat dominan. Setelah perancah selesai dibuat

  • 5

    dan diyakini stabil dan kuat, mulai dibuat acuan atau bekisting untuk gelagar beton bertulang.

    Acuan dibuat dengan dimensi sesuai dengan Gambar Rencana,

    mempunyaikelurusan yang baik dan tidak bocor. Setelah acuan selesai, mulai

    dipasang baja tulangan dalam acuan tersebut, dengan memperhatikan selimut tebal

    selimut beton dengan menahan baja tulangan dengan beton decking. Mutu beton decking

    harus lebih tinggi dari beton yang akan di cor. Setelah semua baja tulangan selesai dipasang dan

    acuan dibersihkan dari kotoran-kotoran yang ada, maka barulah dilakukan pengecoran

    beton dengan mengacupada pelaksanaan pekerjaan beton.Perancah baru boleh

    dilepas setelah beton mempunyai kuat tekan minimal 85%dari beton karakteristik.

    Untuk bentang pendek dapat dicor bersama-sama denganlantai.

    3. Plat Lantai a. Acuan

    Acuan lantai dapat dilepas atau ditinggal di tempat. Yang ditinggalkan biasanya

    terbuat dari baja galvanisasi, semen serat kompresi (compressed fibre-cement

    or concrete) atau beton. Acuan baja galvanisasi yang akan ditinggal di tempat

    biasanya merupakan lantaibaja trough yang disangga balok memanjang dan

    gelagar melintang. Bagian bawahdari lantai beton dengan acuan yang ditinggal

    tidak dapat diperiksa, oleh karena ituperlu perhatian khusus pada waktu pengecoran dan

    penggetaran beton untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya beton berpori pada

    bagian bawah. Lantai kantilever dan trotoar adalah bagian yang paling kelihatan

    dari jembatan. Gelagar jembatan melendut pada waktu pelat lantai sedang dicor, dan lendutan

    iniharus diperhitungkan pada waktu memasang acuan pinggir, sehingga pinggir

    lantai merupakan garis menerus, lurus atau dengan lawan lendut (camber ) pada

    bentang tengah. Acuan lantai harus disangga dari gelagar dan bukan dari tanah,

    pilar atau kepala jembatan.Pada waktu lantai dicor, penting untuk melindungi

    gelagar luar dan landasanterhadap pengaruh momen torsi yang disebabkan oleh

    perputaran lantai kantilever dan trotoar. Ini dilakukan dengan mengikat bagian

    atas gelagar menjadi satudengan batang penguat yang dilas dan perkuatan (strutting)

    pada permukaan flens bawah.

    b. Penulangan

    Setelah acuan untuk pelat lantai telah selesai dan diperiksa kekuatannya,

    pengerjaannya, kerapatan adukan, ketinggian dan kebersihan, penulangan dapat

  • 6

    dipasang. Perlu untuk sering memeriksa ukuran pada waktu pembengkokan

    dilokasi, atau tepat sesudah pengiriman ke lokasi jika tulangan dibengkokan

    di luar lokasi. Penggunaan kayu, rak baja atau penyangga lain adalah supaya

    penulangantidak mengenai tanah atau lumpur sampai siap dipakai. Cat, minyak,

    lemak,Lumpur, mill scale lepas atau karat lepas akan mengurangi sifat pelekatan

    daribatang sederhana khususnya dan harus dilepas. Penutup (selimut) sangat

    penting terutama pada pelat lantai yang relative tipis, kurangnya selimut dapat

    mengakibatkan berkaratnya batang dan terkikisnya beton, sedangkan terlalu

    banyak selimut dapat mengakibatkan kekuatan rencana diperkirakan dari

    pelattidak tercapai.Pengikat kawat sama cepat berkarat seperti batang biasa, dan

    ujung pengikat harusdijauhkan dari permukaan beton.Blok adukan dan dudukan

    (chair ) plastik dipakai untuk memelihara selimut lebihdisukai daripada dudukan

    baja dengan pinggiran plastik. Beberapa dudukan plastik mempunyai luas dasar

    yang kurang, dan dapat hancur bila dibebani, apalagi dalamcuaca panas. Bila

    dudukan dipakai pada posisi horizontal untuk memegangpenulangan vertikal

    kadang - kadang berputar kecuali jika dipasang dengan baik.Penulangan harus

    ditopang sedemikian rupa sehingga tidak berpindah, distorsi,atau rusak dengan

    cara apapun pada waktu pengecoran pelat lantai.

    c. Urutan Pengecoran

    Perencanaan urutan pengecoran harus mempertimbangkan hal - hal

    sebagaiberikut:

    1) melintang = dimulai pengecoran beton di tengah, bergerak keluar secaraseimbang /

    teratur.

    2) memanjang = pengecoran beton sedemikian sehingga lendutan

    maksimumterjadi pada awal, sehingga bila pengerasan awal

    terjadi beton tidak akanterpengaruh oleh lendutan yang

    disebabkan pengecoran beton kemudian.Bila pelat yang

    sedang dicor tidak lurus, biasanya dalam praktek dikerjakan

    darititik terendah menuju titik tertinggi.

  • 7

    d. Pengecoran

    Pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum mengecor pelat lantai adalah

    sebagai berikut:

    1. periksa bahwa semua kotoran debu, beton lama, potongan kawat

    pengikat dansebagainya dibersihkan dari acuan.

    2. menegaskan bahwa jembatan kerja (runway) ditopang bebas dari penulangan.

    3. Jika keadaan cuaca kurang baik, terutama cuaca panas, periksa agar

    pekerjaandapat berlangsung tanpa melanggar Syarat - syarat Teknik.

    4. memastikan adanya pengaturan untuk cahaya buatan (penerangan)

    bilapengecoran tidak dapat diselesaikan sebelum gelap.

    5. memastikan terdapat cukup kayu untuk membuat stop - end bila

    persediaanbeton terganggu / terlambat

    6. memastikan ketersediaan tenaga dan fasilitas untuk mengambil benda uji bahanatau beton

    sesuai dengan Syarat - syarat Teknik.

    7. menegaskan bahwa talang (chutes) terbuat dari logam atau dilapisi logam

    sehingga beton tidak akan terpisah dalam talang atau diperbolehkan jatuh

    lebih dari1,5 m.

    8. memeriksa tersedianya alat cadangan (standby) yang cukup, termasuk

    pengetar,dalam kondisi siap pakai.

    Beton dapat dicampur di lokasi atau di tempat lain, dan dapat dicor

    denganmenggunakan kereta dorong pada jembatan kerja dengan

    talang,monorail conveyor dari ember yang diangkat oleh keran atau katrol (hoist),

    atau dipompa.Beton harus dicor dengan kedalaman penuh dalam acuan sedekat

    mungkin denganposisi akhir, sehingga tidak perlu dipindah - pindahkan dengan

    screed atau penggetar.

    Operator berpengalaman dan pengawasan ketat diperlukan dalam penggetaran

    untuk menjamin bahwa beton dipadatkan segera setelah dicor. Melalui

    penggetar dalam (internal) dapat dihasilkan lantai yang padat dan beton yang

    tahan sertapadat disamping dengan menggunakan screed penggetar dan penghalus tangan

    (hand floating) atau screed tangan dan penghalus mesin (power float ).

    Bila lantai akan diberi lapisan permukaan aspal, suatu daya lekat yang baik

    akanterjadi antara beton dan aspal bila permukaan diperkasar, dan ini

    didapat dengancara menyeret sapu kaku secara melintang pada permukaan

    sebelum mengeras.

  • 8

    Timing dari kegiatan ini penting untuk mendapat hasil yang baik. Prosedur perawatan

    dimulai segera setelah pengerasan awal terjadi.Perlu pertimbangan tambahan

    dalam hal flens balok T prategang pracetak merupakan bagian dari pelat lantai.

    Setelah gelagar telah dipasang diperlukan suaturangkaian pengisi memanjang

    (infill).

    Harus diperhatikan tempat sambungan pelaksanaan antara tepi gelagar pracetak

    beton pengisi yang dicor. Pinggiran pracetak harus diperkasar pada tempat

    (yard) pencetakan dan dibasahi segerasebelum beton pengisi dicor. Meskipun dilakukan

    dengan hati - hati, penyusutanbeton dan kelenturan (flexibility) dari bagian prategang

    yang baru seringmengakibatkan keretakan pada sambungan pelaksanaan,

    sehingga membranekedap air sering dipasang pada lantai sebelum pengaspalan.

    Pelat lantai beton yang berdampingan dengan hidung sambungan pemuaian

    harusdicor bersamaan dengan pengecoran lantai utama. Praktek

    (kebiasaan) meniadakanbeton sebatas 300 mm dari sambungan harus tidak

    diijinkan oleh engineer karena beton yang ditambahkan setelah beton yang

    utama, tidak dapat disambung dengan memuaskan pada beton lantai utama dan

    akan timbul masalah dengan sambunganpemuaian pada umur awal bangunan.

    Hal yang sama berlaku pada peniadaan betondi sekeliling tiang pagar beton

    pada waktu pengecoran lantai utama.Praktek (kebiasaan) pemasangan lapisan

    adukan pada acuan lantai sebelumpengecoran tidak boleh diijinkan. Hal ini

    mengakibatkan suatu lapisan adukanyang lemah di mana biasanya retak dan

    terlepas pada tahap awal.

  • 9

    Gambar 2.1 Tampak Samping dan Atas Jembatan Beton

    Tabel 2.1 Jenis Jembatan Berdasarkan Bentang

  • 10

    B. PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN JEMBATAN 1. Pemeriksaan Jembatan

    Pemeriksaan jembatan adalah salah satu komponen terpenting dalam sistem

    informasi manajemnen jembatan. Pemeriksaan merupakan hal penting yang akan

    menghubungkan antara keadaan jembatan yang ada dengan rencana pemeliharaan

    atau peningkatan dalam waktu mendatang. Tujuan dari pemeriksaan jembatan

    adalah untuk meyakinkan bahwa jembatan tersebut masih berfungsi secara aman

    atau perlu diadakan suatu tindakan tertentu guna pemeliharaan adn perbaikan

    secara berkala. Beberapa tujuan yang spesifik dalam pemeriksaan jembatan adalah:

    - Memeriksa keamanan jembatan pada saat layan;

    - Menjaga terhadap ditutupnya jembatan;

    - Mencatat kondisi jembatan pada saat tersebut;

    - Menyediakan data bagi personil perencanaan teknis, konstruksi dan pemeliharaan;

    - Memeriksa pengaruh dari beban kendaraan dan jumlah kendaraan;

    - Memantau keadaan jembatan secara jangka panjang;

    - Menyediakan informasi mengenai dasar daripada pembebanan jembatan.

    Pemeriksaan dilakukan sejak jembatan tersebut masih baru dan berkelanjutan

    selama umur jembatan. Data yang dikumpulkan dari pemeriksaan harus betul-betul

    merupakan data yang mutakhir, akurat dan lengkap sehingga hasil yang

    dikeluarkan betul-betul dapat dipercaya. Berdasarkan skala dan intensitasnya, jenis

    pemeriksaan yang utama dalam sistem informasi manajemen jembatan adalah

    sebagai berikut:

    a) Pemeriksaan Inventarisasi

    Pemeriksaan Inventarisasi dilakukan pada saat awal untuk mendaftarkan setiap

    jembatan ke dalam data base. Pemeriksaan inventarisasi juga dilaksanakan jika pada

    jembatan yang tertinggal pada waktu data base dibuat. Selanjutnya pada jembatan

    baru yang belum perbah dicatat harus dilaksanakan pemeriksaan inventarisasi.

    Perlintasan Kereta Api, penyebrangan sungai, gorong-gorong dan lokasi dimana

    terdapat penyebrangan ferri juga diperiksa dan didaftar.

    Pemeriksaan inventarisasi adalah pengumpulan data dasar administrasi, geometri,

    material dan data-data tambahan lainnya pada setiap jembatan, termasuk lokasi

    jembatan, panjang bentang dan jenis konstruksi untuk setiap bentang. Kondisi

  • 11

    secara kseluruhan diberikan pada komponen-komponen utama bangunan atas dan

    bangunan bawah jembatan.

    Pemerikasaan inventarisasi dilakukan oleh pemeriksa dari instansi yang terkait yang

    sudah dilatih atau oleh seorang sarjana yang berpengalaman dalam bidang

    jembatan.

    b) Pemeriksaan Detail

    Pemeriksaan Detail dilakukan untuk mengetahui kondisi jembatan dan elemennya

    guna mempersiapkan strategi penanganan untuk setiap individual jembatan dan

    membuat urutan prioritas jembatan sesuai dengan jenis penanganannya.

    Pemeriksaan detail dilakukan paling sedikit sekali dalam lima tahun atau dengan

    interval waktu yang lebih pendek tergantung pada kondisi jembatan. Pemeriksaan

    Detail juga dilakukan setelah dilaksanakan pekerjaan rehabilitasi atau pekerjaan

    perbaikan besar jembatan, guna mencatat data baru, dan setelah pelaksanaan

    konstruksi jembatan baru, untuk mendaftarkan ke dalam database dan mencatatnya

    dalam format pemeriksaan detail.

    Dasar dari sistem pemeriksaan secara detail adalah penilaian kondisi elemen dan

    kelompok elemen menurut keadaannya dan keseriusan dari

    kekurangan/kelemahannya.

    Pemeriksaan secara detail bertujuan mendata kondisi elemen pada Level yang

    paling tinggi, dan pada Level ini semua elemen memiliki kondisi yang sama. Level

    tertinggi elemen dinilai pada Level 4 atau Level 5.

    Dalam upaya menyederhanakan prosedur pemeriksaan, hanya kerusakan yang

    penting yang dicatat selama pemeriksaan secara detail. Bila ditemukan kerusakan

    kecil yang dapat diperbaiki dalam pemeliharaan rutin, kerusakan ini hanya perlu

    dilaporkan dalam Bagian Pemeliharaan Rutin.

    Untuk setiap elemen yang memiliki kerusakan yang berarti, ditentukan oleh 5 nilai,

    yaitu:

    - Nilai Struktur (S);

    - Nilai Kuantitasnya (volume) (K);

    - Nilai Kerusakannya (R);

  • 12

    - Nilai Fungsi (F);

    - Nilai Pengaruh (P).

    Setiap nilai diberi angka 0 atau 1, sehingga subjektivitas selama pemeriksaan dapat

    diminimalkan dan penilaian menjadi lebih konsisten.

    Elemen atau kelompok elemen dinilai dengan diberikan suatu Nilai Kondisi antara 0

    dan 5. Angka-angka tesebut mewakili jumlah dari kelima nilai yang ditentukan di

    atas.

    Sesuadah penilaian elemen pada Level 5, 4, atau 3. Nilai Kondisi untuk elemen pada

    Level yang lebih tinggi dalam hirarki ditentukan dengan cara mengevaluasi sejauh

    mana kerusakan dalam elemen pada Level yang lebih rendah dalam kaitannya

    dengan elemen-elemen pada level yang lebih tinggi berikutnya, apakah elemen-

    elemen ini dapat berfungsi, dan apakah elemen-elemen ini dapat berfungsi, dan

    apakah elemen-elemen lain pada level yang lebih tinggi dipengaruhi oleh kerusakan-

    kerusakan tersebut.

    Nilai Kondisi untuk elemen Level 3 yang relevan untuk suatu jembatan tertentu

    ditentukan oleh pemeriksa di lapangan dengan menggunakan cara ini, dan dicatat

    dalam Formulil Pemeriksaan. Pemeriksaan ini menggunakan Nilai Kondisi pada

    Level 3 untuk mendapatkan suatu Nilai Kondisi jembatan pada Level 1 dan untuk

    menetukan strategi pemeliharaan secara keseluruhan untuk jembatan yang

    bersangkutan. Pemeliharaan yang dianjurkan dapat berbentuk penggantian jembatan

    bila jembatan berada dalam kondisi kritis dan biaya perbaikan terlalu tinggi,

    rehabilitasi jembatan dengan melakukan perbaikan besar atau penggantian

    komponen utama jembatan, perbaikan elemen individual, atau sekedar pemeliharaan

    rutin.

    Pemeriksaan detail mendata semua kerusakan yang berarti pada elemen jembatan,

    dan ditandai dengan nilai kondisi untuk setiap elemen, kelompok elemen dan

    komponen utama jembatan. Nilai Kondisi untuk jembatan secara keseluruhan

    didapat dari nilai kondisi setiap elemen jembatan.

    c) Pemeriksaan Rutin

    Pemeriksaan rutin dilakukan setiap tahun sekali yaitu untuk memeriksa apakah

    pemeliharaan rutin dilaksanakan dengan baik atau tidak dan apakah harus

  • 13

    dilaksanakan tindakan darurat atau perbaikan untuk memelihara jembatan agar tetap

    dalam kondisi aman dan layak. Pemeriksaan ini dilaksanakan dantara pemeriksaan

    detail.

    d) Pemeriksaan Khusus

    Pemeriksaan khusus biasanya disarankan oleh pemeriksa jembatan pada waktu

    pemeriksaan detail karena pemeriksaan merasa kurangnya data, pengalaman atau

    keahlian untuk menetukan kondisi jembatan.

    Semua jenis pemeriksaan di atas dilakukan oleh seorang sarjana yang berpengalaman

    dalam bidang jembatan atau staf teknik yang mempunyai keahlian dalam bidang

    jembatan.

    2. Pemeliharaan Jembatan Pemeliharaan Jembatan mencakup tiga jenis pekerjaan yaitu:

    a) Pemeliharaan Rutin

    b) Pemeliharaan Berkala

    c) Rehabilitasi dan Perbaikan Besar

    Sebagai tambahan, pekerjaan penunjang kadang kala dilakukan agar jembatan tetap

    berfungsi sampai menunggu adanya dana untuk perbaikan atau penggantian.

    Tingkat pelayanan jembatan yang mendapatkan penunjangan biasanya lebih rendah

    daripada jembatan asalnya dan hal ini dilaksanakan untuk sementara waktu saja,

    tergantung dari pelaksanaan perbaikan besar atau perencanaan untuk penggantian

    jembatan baru.

    Kegiatan ini mencakup pekerjaan menunjang jembatan dengan pilar sementara atau

    jenis penunjang lainnya, pembatasan muatan dan lain-lain. Dalam beberapa hal,

    pekerjaan penunjang jembatan memerlukan penyelidikan dan perencanaan sebelum

    dilaksanakan.

    Perbaikan darurat kadang-kadang memerlukan pembatasan kecepatan kendaraan

    agar jembatan tetap aman.

    a) Pemeliharaan Rutin

    Pemeliharaan Rutin pada dasarnya menjaga jembatan dalam keadaan seperti

    semula dan mencakup beberapa pekerjaan yang berulang, yang secara teknis cukup

    sederhana. Pemeliharaan rutin harus dimulai pada waktu jembatan selesai dibangun

  • 14

    (jembatan masih dalam keadaan baru) dan dilanjutkan seumur jembatan

    tersebut.Hal ini merupakan suatu pengalokasian dan ayang efektif dalam hal

    pemeliharaan. Pemeliharaan Rutin Jembatan biasanya dimasukan dalam pekerjaan

    Pemeliharaan rutin jalan dan dilaksanakan bersamaan dengan pemeliharaan rutin

    jalan tersebut. Lingkup pekerjaan pemeliharaan rutin jembatan adalah sebagi

    berikut:

    - Pembersihan secara umum

    - Membuang tumbuhan liar dan sampah

    - Pembersihan dan melancarkan

    - Penanganan kerusakan ringan drainase

    - Pengecatan sederhana

    - Pemeliharaan permukaan lantai kendaraan

    Pelaksanaan Pembersihan

    Jembatan harus dipersihkan dengan baik/tepat untuk menjamin bahwa

    penumpukan kotoran tidak akan menyebabkan kerusakanelemen jembatan atau

    jembatan secara keseluruhan di kemudian hari.

    Kegiatan pembersihan mencakup:

    i) Membersihkan tanah, kerikil, pasir dan sebagainya dari tempat-tempat yang

    seharusnya tidak ada dan yang mungkin, mempunyai pengaruh yang

    mebahayakan:

    Semua drainase

    Lantai dan sambungan siar muai

    Daerah sekitar perletakan/landasan dan sambungan siar muai

    Semua komponen rangka yang menahan kotoran dan sampah

    Tiang sandaran dan sandarannya

    Gelagar melintang

    Ikatan angin horisontal

    Sayap pada gelagar dan diafragma yang berbentuk rangka

    Kabel pendukung pada pilon jembatan gantung

    Bagian atas balok kepala

    Lubang suling-suling di kepala jembatan

    Pembersihan sampah-sampah yang masih sedikit di bagian aliran sungai

  • 15

    ii) Pembersihan tumbuhan liar, terutama pada daerah perletakan/landasan dan

    sambungan siar muai, pada dinding batau atau beton dan sekitar struktur kayu.

    Pembersihan tersebut harus dilakukan pada daerah kurang lebih 3 meter dari

    setiap sisi jembatan. Pada setiap pekerjaan pembersihan harus diingat adanya

    pengaruh yang mungkin terjadi erosi yang disebabkan oleh pembabatan

    tumbuhan yang ada.

    iii) Membersihkan/mencuci tanda-tanda lalu lintas, papan nama jembatan dan

    sandaran yang dicat.

    Pada umumnya kegiatan tersebut diatas dilaksanakan dengan menggunakan sapu

    atau sekop. Untuk membersihkan tumbuhan dapat diapakai parang pembabat,

    kapak dan/atau gergaji.

    Pengecatan Sederhana

    Pengecatan-pengecatan sederhana atau sedikit pada sandaran dan parapet tercakup

    dalam pemeliharaan rutin.

    Penanganan Kerusakan

    Yang termasuk dalam pekerjaan adalah penanganan lubang-lubang dan kerusakan

    pada permukaan lantai kendaraan serta jalan pendekat.

    Pemeliharaan Permukaan Jalan

    Pemeliharaan permukaan jalan terdiri dari penambalan lubang-lubang dan

    perbaikan kerusakan lapisan aspal pada jembatan serta jalan pendekatnya.Dan hal

    ini pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pekerjaan pemeliharaan.

    b) Pemeliharaan Berkala

    Pemeliharaan berkala mencoba untuk mengembalikan jembatan pada kondisi dan

    daya layan yang dipunyai atau seharusnya dipunyai jembatan segera setelah

    pembangunan dan mencakup tipe kegiatan di bawah ini :

    - Kegiatan pemeliharaan yang dapat diperkirakan, dilakukan pada tenggang waktu

    yang direncanakan

    - Perbaikan kecil

  • 16

    Kegiatan pemeliharaan yang dapat diperkirakan mencakup hal-hal sebagai berikut:

    - Pengecatan ulang

    - Pelapisan permukaan aspal

    - Penggantian lantai kayu

    - Penggantian jalur roda kendaraan, kayu

    - Pembersihan penyeluruh jembatan

    - Pemeliharaan perletakan jembatan

    - Pemeliharaan perletakan/landasan

    - Penggantian siar muai (sambungan siar muai)

    Perbaikan kecil mencakup hal-hal berikut ini:

    - Perbahurui bagian-bagian dan elemen-elemen kecil

    - Perbaiki pegangan sandaran dan pagar pengaman

    - Jalankan bagian-bagian yang dapat bergerak

    - Perkuat bagian struktural

    - Perbaiki longsor dan erosi tebing

    - Perbaiki pekerjaan pengalihan aliran sungai

    c) Pemeliharaan Berkala yang Terencana atau Dapat Diperkirakan

    Pengecatan Kembali

    Pengecatan dilakukan dengan maksud:

    - Lindungi bagian-bagian baja dari korosi

    - Beri tanda pada elemen tertentu

    - Arahkan lalu lintas

    - Lindngi kayu terhadap pembungkusan dan serangga

    - Lindungi beton dari lembab

    Elemen-elemen dalam Tabel 2.2 biasanya memerlukan pengecatan.Elemen level 3

    yang terdapat pada daftar termasuk semua elemen level 4 yang berhubungan.

  • 17

    Tabel 2.2 Elemen yang Memerlukan Pengecatan

    Penggantian Lapisan Aspal Permukaan

    Lapis permukaan jalan pada jembatan memerlukan penggantian secara berkala.

    Permukaan aspal yang berada di atas lantai baja atau lantai beton akan tahan sekitar 5

    sampai 8 tahun sebelum memerlukan penggantian. Lapisanaspal permukaan

    sebaiknya dikupas terlebih dulu dari lantai sebelum lapisan yang baru

    dipasang.Ketebalan lapisan aspal tidak boleh melebihi 50 mm.

    Permukaan lantai kendaraan yang menggunakan kerikil dengan semprotan bahan

    penhikat biasanya mengalami perubahan bentuk (deformasi) atau pecah, untuk

    mengatasi hal tersebut harus digali kemudian ditambah kerikil dan dipadatkan

    kembali sebelum diberi lapisan atas yang memakai bahan pengikat aspal yang

    disemprotkan.

    Penggantian Lantai Kayu dan Jalur Roda Kendaraan

    Papan lantai kayu yang melintang jembatan biasanya dapat bertahan sampai kurang

    lebih 5 tahun. Bilaman lantai papan digunakan di atas gelagar baja maka bersamaan

    dengan mengganti papan lantainya harus dikerjakan pengecatan gelegar bajanya, masa

    penggantian papan lantai dengan masa pengecatan ulang gelagar kurang lebih sama.

    Juga diharapkan penggantian papan jalur roda kendaraan bersamaan dengan

    penggantian papan lantai karena hal itu akan merupakan pekerjaan pemeliharaan yang

    efisien dipandang dari sudut gangguan terhadap lalu-lintas dan kemudahan

    pembangunan lantai baru.

    Papan jalur roda kendaraan yang terbuat dari kayu memerlukan penggantian setiap 2

    tahun.Papan baru tersebut harus dibaut dengan lantainya.

  • 18

    Pembersihan Utama

    Pembersihan utama suatu struktur akan memerlukan pembersihan yang memakai

    sistem pembersihan dengan air bertekanan tinggi, lebih disukai apabila alat tersebut

    dapat dipindah-pindah dengan truck. Daya tekan semprotan tersebut disarankan

    mempunyai tekanan hingga 35.000 kPa.

    Volume pekerjaan pembersihan tidak selalu sama antara jembatan yang satu dengan

    jembatan yang lain tetapi pada umumnya, mencakup pembersihan bagian luar gelagar,

    sayap gelagar dimana banyak kotoran yang menumpuk, dudukan perletakan/ landasan

    dan bagian lain yang tidak dapat terjangkau pada waktu diadakan pemeliharaan rutin.

    Jenis pekerjaan ini mungkin memerlukan tangga/ perancah dan sebaiknya kelompok

    pekerja pemeliharaan ini dilengkapi dengan tangga.

    Landasan/Perletakan

    Landasan harus dibersihkan dengan baik dari tumbuh-tumbuhan, lumut dan

    kotoran.Pencucian, penyikatan dan penggosokan hendaknya dilakukan apabila

    diperlukan.

    Jenis landasan yang bergerak hendaknya diberi pelumas setiap 3 tahun sekali dan

    banyak jembatan yang memerlukan tangga atau peralatan lainnya untuk melakukan

    jenis pekerjaan ini.

    Bagian nipel atau lubang guna pelumasan seringkali tersumbat atau rusak, maka

    bagian tersebut diganti agar pelumas dapat dipompakan dengan efektif kedalam nipel

    tersebut sampai di bagian ujung yang lain.

    Landasan tersebut perlu diberi pelumasan tetapi hendaknya tidak berlebihan atau

    secukupnya saja sehinnga jangan sampai menutupi masalah yang akan timbul

    (sebelum pelumasan berikutnya) dan menghalangi pendeteksian pada pemeriksaan

    berikutnya.

    d) Perbaikan Ringan

    Elemen-elemen pada Tabel 2.3 pada umumnya memerlukan perbaikan

    sederhana/ringan.

  • 19

    Tabel 2.3 Elemen Untuk Perbaikan Sederhana

    Uraian Uraian Uraian4.211 Tebing Sungai4.212 Aliran Air Utama4.213 Daerah Genangan Banjir4.221 Krib/ Pengarah Arus Sungai4.222 Bronjong dan Matras4.223 Talud Beton4.224 Pasangan Batu Kosong4.225 Turap Baja4.226 Sistem fender4.227 Dinding Penahan Tanah4.228 Pengamanan Dasar Sungai4.231 Timbunan Jalan Pendekat4.232 Drainase - Timbunan4.233 Lapisan Perkerasan4.234 Pelat Injak4.235 Tanah Bertulang4.322 Pilar dinding/kolom

    4.324 Tembok Sayap4.329 Drainase dinding4.504 Balok Tepi4.505 Jalur Roda Kendaraan4.506 Trotoar /Kerb4.507 Pipa Cucuran4.508 Drainase Lantai4.509 Lapis Permukaan4.601 Sambungan/ Siar Muai Baja4.602 Sambungan/ Siar Muai Baja Profil4.603 Sambungan/ Siar Muai Karet4.604 Sambungan-Sambungan4.611 Perletakan Baja4.612 Perletakan Karet4.613 Perletakan Pot4.614 Bantalan Mortar/Plat Dasar4.615 Baut Pengikat4.621 Tiang Sandaran4.622 Sandaran Horisontal4.623 Penunjang Sandaran4.624 Parapet/ tembok sedada4.701 Batas-bats ukuran4.711 Rambu-rambu4.712 Marka Jalan4.721 Lampu Penerangan4.722 Tiang Lampu4.723 Kabel Listrik4.731 Utilitas

    3.801 Gorong-gorong persegi3.802 Gorong-gorong pipa3.803 Gorong-gorong pelengkung

    2.800 Gorong-gorong

    3.600 Sambungan Lantai

    3.610 Landasan/ Perletakan

    3.620 Sandaran

    3.700 Perlengkapan

    2.200 aliran sungai/ tanah

    timbunan

    2.300 Bangunan Bawah

    Daftar Elemen

    3.210 aliran sungai

    3.220 Bangunan Pengamanan

    3.230 Tanah Timbunan

    3.230 Kepala Jembatan/Pilar

    3.500 Sistem Lantai

    4.323 Dinding penahan tanah/ dinding tembok sayap (kepala jembatan)

  • 20

    Penggantian Bagian-Bagian Kecil

    Penggantian bagian-bagian kecil dilaksanakan apabila diperlukan agar bagian-bagian

    kecil/sekunder tersebut dapat kembali berfungsi sebagaimana mestinya.

    Kegiatan penggantian mencakup semua bagian kecil/sekunder, bagian-bagian yang

    dapat diganti pada elemen adalah seperti dalam Tabel 2.4.

    Tabel 2.4 Penggantian Bagian bagian Kecil

    Membersihkan/Memperbaiki Bagian-Bagian yang Bergerak

    Bagian-bagian yang bergerak perlu dibersihkan atau diperbaiki agar bagian tersebut

    tetap dapat berfungsi dengan baik biasanya diberi pelumasan yang teratur dengan

    jenis gemuk berat setelah dibersihkan terlebih dahulu.

    e) Perbaikan Darurat dan Penanganan Sementara

    Perbaikan darurat pada hakekatnya merupakan kejadian yang tak terduga.Sehingga

    sangat penting apabila pada setiap propinsi tersedia sumber-sumber yang diperlukan

    untuk dapat bertindak secara cepat dan pasti saat terjadi keadaan darurat.

    Perbaikan darurat dapat berbentuk dari yang paling sederhana yaitu perbaikan

    sandaran jembatan yang rusak atau pemasangan jembatan sementara di atas jembatan

    yang runtuh akibat banjir atau beban yang berlebihan.

    Karena dana pemeliharaan seringkali terbatas jumlahnya, maka biasanya

    diprioritaskan jembatan-jembatan untuk pemeliharaan berkala, rehabilitasi dan

    perbaikan atau penggantian. Tak dapat dihindari bahwa beberapa jembatan tidak akan

    tetap berada pada tingkat kemampuan yang diinginkan hingga diselesaikannya

    tindakan-tindakan perbaikan dan mungkin suatu bentuk pekerjaan sementara

    dibutuhkan untuk mempertahankan struktur tersebut tetap dapat dipakai walaupun

    Uraian Uraian3.500 Sistem Lantai 4.507 Pipa Cucuran3.600 Sambungan Lantai 4.630 Sambungan Siar Muai Karet

    4.611 Perletakan Baja4.612 Perletakan Karet4.711 Rambu-rambu4.713 Papan Nama4.714 Patung4.721 Lampu Penerangan

    Daftar Elemen

    3.610 Landasan/perletakan

    3.700 Bangunan Pelengkap

  • 21

    kemampuannya pada tingkat yang lebih rendah. Penanganan sementara tersebut dapat

    berupa pembuatan pengaku sementara balok, menopang balok pada saat pengerjaan

    struktur sementara, baik pada lokasi yang sama atau berdekatan dengan struktur yang

    sudah ada.

    Penanganan sementara harus dilaksanakan dalam hal kerusakan jembatan disebabkan

    oleh kecelakaan, untuk menjamin keselamatan struktur itu sendiri dan pemakai jalan.

    Penanggulangan darurat dapat mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

    - Perbaikan pada bagian awal pagar pengaman

    - Pembuatan bangunan penahan tanah untuk menahan timbunan dan sebagainya.

    - Perbaikan bangunan pengamanan aliran sungai

    - Pembuatan pembatasan sementara lainnya atau mengalihkan lalulintas ke jalan

    alternatif

    - Pemasangan jembatan sementara

    - Penggantian komponen

    Penanganan sementara dapat mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

    - Membuat penyangga sementara dari bagian bawah gelagar

    - Penambahan baut untuk memperkuat komponen

    - Penambahan tiang pancang pada tiang pancang yang sudah ada

    - Memasang bangunan sementara diatas bangunan yang sudah ada guna

    memindahkan beban bangunan atas yang ada.

    C. Jenis jenis Kerusakan Struktur Beton a. Penyebab Kerusakan Beton Pada Jembatan Jembatan struktur yang melewatkan kendaraan untuk melalui suatu hambatan yang

    dapat berupa sungai, lembah, jalan atau hambatan-hambatan lainnya, dan merupakan

    bagian dari sistem jaringan dalam suatu ruas jalan. Berdasarkan data base Bridge

    Management System (BMS) yang dibuat pada tahun 1992, jumlah jembatan yang

    terletak pada ruas jalan Nasional dan Provinsi adalah 25.290 buah. Jumlah tersebut

    akan menjadi jauh lebih besar lagi jika diperhitungkan pula jembatan yang terletak

    pada ruas-ruas jalan perkotaan dan jalan kabupaten serta jalan poros desa dan jalan

    poros ke permukiman transmigrasi.

    Salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah mempertahankan dan mengingkatkan

    masa pelayanan jembatan sesuai dengan tuntutan perkembangan transportasi. Sasaran

  • 22

    ini akan dicapai melalui program pemeliharaan serta program penanganan jembatan

    berdasarkan suatu kriteria yang disusun dengan mempertimbangkan aspek teknis,

    urgensi dan skala prioritas serta dana yang tersedia. Aspek teknis berkaitan erat

    dengan kondisi jembatan, sedangkan urgensi dan skala prioritas ditentukan faktor-

    faktor tuntutan perkembangan lalu lintas serta peranannya untuk mendukung sektor-

    sektor lainnya.

    Beberapa segi aspek teknis yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada jembatan,

    yaitu:

    1. Terdapat kesalahan pada perencanaan/pelaksanaan

    Hasil pengamatan lapangan terdapat retak struktural/lendutan berlebih pada

    bagian struktur

    Mutu material, selama pelaksanaan menunjukkan hasil yang tidak memenuhi

    syarat

    Hasil perhitungan dengan memakai mutu yang aktual menunjukkan adanya

    penurunan kapasitas struktur

    2. Penurunan kinerja material/struktur eksisting

    Adanya pelapukan pada material struktur akibat umur, serangan zat kimiawi

    Adanya bencana kebakaran, gempa, atau banjir

    b. Jenis jenis Kerusakan Pada Struktur Jembatan Korosi Baja Tulangan

    Pada umumnya baja tulangan yang telah diselimuti oleh beton (portland cement

    concrete) tidak akan mengalami korosi karena pada permukaan baja telah dilapisi

    oleh lapisan tipis Fe(OH)2 ferro oksida) atau Lapisan Pasif. Lapisan pasif ini

    terbentuk dari kondisi lingkungan dari beton yang bersifat sangat alkali, yaitu pH

    = 12.5. Sifat alkali yang tinggi dari beton terjadi sewaktu semen tercampur

    dengan air (terhidrasi), sehingga Ca(OH)2 melepas ion (OH)-. Ion-ion ini

    membawa sifat alkali dari beton dan menempel pada permukaan baja tulangan

    yang selanjutnya akan bereaksi membentuk Fe(OH)2.

    Untuk baja dalam lingkungan alkali beton, kondisi korosi bergantung pada pH

    dan potensial. Situasi demikian dapat dirangkum dalam diagram Pourbaix seperti

    dalam gambar 2.2 berikut:

  • 23

    Gambar 2.2 Diagram Pourbaix untuk baja dalam beton

    Lapisan pasif sebagai pelindung baja tulangan dari serangan korosi akan hancur

    oleh serangan ion klorida (Cl-) dan serangan gas karbondioksida (CO2) atau

    dikenal dengan karbonasi. Bilamana lapisan film ini telah hancur, maka proses

    korosi segera dimulai.

    Korosi merupakan peristiwa elektro-kimia, yaitu adanya aliran elektron dari

    anoda menuju katoda yang dikenal dengan reaksi anodik dan katodik atau

    pengaruh derajat keasaman (pH). Logam pada umumnya akan mengalami proses

    korosi jika berada dalam lingkungan asam (pH < 7), seperti pada gambar di atas.

    Reaksi anodik adalah reaksi oksidasi atau pelepasan elektron dan reaksi katodik

    adalah reaksi reduksi atau penarikan elektron. Reaksi anodik dan katodik

    berlangsung secara bersamaan (lihat gambar 2.3).

    Reaksi anodik :

    Fe Fe2+ + 2e- .............................................................................................(2.1)

    Reaksi katodik :

    2e- + H2O + O2 2OH-..................................................................................(2.2)

  • 24

    Kemudian Fe(OH)2 akan bereaksi dengan air dan oksigen membentuk Fe(OH)3

    dan terhidrasi membentuk Fe2O3 atau karat merah (red-rust). Jenis karat yang lain

    adalah karat hitam (black rust) Fe3O4 yang terjadi pada lingkungan dengan

    kandungan oksigen yang kurang. Agar reaksi korosi dapat berlangsung maka

    harus ada oksigen (O2) di lingkungan tersebut. Dalam beberapa hal, seperti di

    bawah air, difusi oksigen yang masuk ke dalam beton akan menjadi kecil.

    4Fe(OH2) + O2 + 2H2O 4Fe(OH)3 ................................................................... (2.3)

    4Fe(OH)3 2Fe2O3 . H2O + 4 H2O ......................................................................(2.4)

    Gambar 2.3 Reaksi korosi pada baja tulangan dalam beton bertulang

    Awal mula korosi terjadi pada permukaan luar baja pada beton yang telah terkena

    karbonasi atau adanya ion klorida, kelembaban, dan oksigen. Secara cepat produk

    korosi ini akan menempati dengan volume yang jauh lebih besar dari volumen

    besi asli. Sehingga produk korosi ini akan mengakibatkan dan secara terus

    meningkat tegangan di dalam beton sampai terjadi retak. Secara umum retak akan

    berkembang dari tulangan sampai dengan kepermukaan beton dan retak pada

    permukaan akan mengikuti garis dari tulangan, seperti pada Gambar 2.4.

    Gambar 2.4 Kerusakan selimut beton akibat retak hasil dari korosi

    Selain bahaya retak akibat korosi, yang tidak kalah penting adalah adanya

    pengurangan luas baja tulangan akan mengakibatkan kapasitas struktur

    berkurang.

  • 25

    Karbonasi

    Sifat lingkungan dalam beton segar sangatlah alkali, dengan nilai pH diatas 12.5

    dan hal tersebut berlangsung terus sepanjang tidak ada masukan dari luar beton.

    Sifat alkali didapat dari kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan bentuk senyawa lain

    yang merupakan produk dari reaksi hidrasi semen portland. Karbon dioksida dan

    gas-gas lain di udara

    dapat masuk menembus (penetrasi) kedalaman beton melalui sistem pori-pori dan

    kapiler beton. Bilamana terdapat air (H20), karbon dioksida (CO2) dan gas-gas

    asam lainnya dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida dalam beton membentuk

    senyawa netral. Seperti kalsiom karbonat (CaCO3). Proses ini disebut karbonasi

    dapagambarkan sebagai berikut:

    CO2 + H20 H2CO3

    H2CO3 + Ca(OH)2 CaCO3 + 2 H20

    Persenyawaan antara air dengan karbondioksida membentuk asam karbonat

    (H2CO3) yang kemudian meresap melalui pori-pori atau retak pada beton dan

    bereaksi dengan kalsium hidroksida (Ca(OH2)) membentuk kalsium karbonat

    (CaCO3). Perubahan Ca(OH)2 menjadi CaCO3 menyebabkan Ph beton turun dari

    + 12,5 menjadi + 8,5 yang menyebabkan lapisan pasif hancur atau dalam kata lain

    baja tulangan sudah tidak terlindungi lagi dari korosi.

    Kedalaman penetrasi karbonasi dapat diambil secara proposional terhadap akar

    kuadrat waktu yang terekspose, bilamana faktor-faktor yang lain tetap konstan.

    Bilamana kenaikan waktu yang terekspose dikalikan faktor empat, maka

    kedalaman penetrasi karbonasi dikalikan dua.

    Laju penetrasi karbonasi pada beton bergantung pada besarnya perubahan parsial

    (kandungan CO2, kelembaban udara), permeabilitas beton, tipe semen dan

    kandungan semen. Masalah korosi akibat karbonasi tidak sama dengan akibat dari

    ion klorida. Dengan menambah tebal selimut beton, menaikan kepadatan beton

    dan menaikan kandungan semen pada beton akan sangat membantu pencegahan

    kerusakan akibat korosi. Kedalaman karbonasi cenderung akan menjadi besar

  • 26

    pada lokasi retak dan bentuk kerusakan lainnya karena hal tersebut akan menjadi

    jalan bagi udara untuk masuk kedalam beton, seperti terlihat dalam Gambar 2.5

    berikut:

    Gambar 2.5 Penambahan Kedalaman Karbonasi pada Daerah Retak

    Jika pori-pori beton tertutup oleh air secara keseluruhan, maka penetrasi karbon dioksida

    akan mengalami kesulitan. Dengan kata lain, karbonasi tidak akan terjadi pada beton yang

    benar-benar kering karena proses reaksi memerlukan adanya uap air. Laju karbonasi juga

    dipengaruhi oleh konstentrasi karbon dioksida pada lokasi beton yang terekspose.

    Konsentrasi karbon dioksida dalam udara kira-kira mencapai 300 ppm akan tetapi pada

    daerah lalu lintas padat konsentrasi tersebut menjadi tinggi.

    Proses karbonasi sendiri tidaklah merusak atau mengganggu beton. Hasil karbonasi akan

    mereduksi volume dengan sangat kecil, akan tetapi dapat menyebabkan terjadinya retak pada

    lapisan luar yang terkekang oleh beton yang tak terkarbonasi. Karbonasi juga dapat

    mengubah karakteristik fisik beton, seperti hasil pengujian permukaan beton sebagai contoh

    schmidt hammer test. Bagaimanapun, karbonasi merupakan pengaruh utama dalam hal

    keawetan (durability) beton seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

    Klorida

    Ion klorida (Cl) di dalam beton yang melebihi nilai batas yaitu 0,4% dari beat semen akan

    mengakibatkan lapisan pasif hancur, tanpa disertai oleh perubahan derajat keasaman (pH).

    Persamaan reaksi pada proses korosi akibat ion klorida adalah:

    Fe + 2 Cl- FeCl2

    FeCl2 Fe2+ + Cl-

  • 27

    Selama proses korosi, ion klorida tidak dikonsumsi dalam reaksi. Ion klorida akan terus

    menghancurkan lapisan pasif yang belum hancur. Dalam hal ini ion klorida berfungsi sebagai

    katalis. Berbeda dengan peristiwa karbonasi, proses korosi akan tetap terus berlangsung

    setelah kandungan klorida dalam beton sudah melebihi suatu nilai batas tertentu tanpa perlu

    penambahan dari luar. Proses tersebut di atas dapat terjadi pada banyak jenis logam tidak

    hanya terjadi pada baja dalam beton.

    Ion klorida yang masuk kedalam pori-pori dapat bersumber dari pencairan garam atau dari

    air laut pada lingkungan pantai. Garam umumnya juga tersebar di jalan raya dan akan

    menjadi garam cair. Bilamana sistem drainase tidak bekerja secara baik maka cairan garam

    tersebut dapat meressap ke dalam lantai beton, gelagar beton, kolom dan lain-lainnya. Ion

    klorida juga dapat tercampur dalam beton karena ketidak hati-hatian pada pemakaian air atau

    agregat.

    Tabel 2.5 Batas Ion Klorida untuk Campuran Semen Portland (%terhadap berat semen)

    Tingkat konsentrasi ion klorida yang dibutuhkan ntuk memulai terjadi korosi baja pada beton

    adalah bilamana konsentrasi klorida mencapai 0,4% terhadap berat semen, dengan

    konsentrasi sebesar nilai tersebut akan terjadi korosi pada tulangan.

  • 28

    Gambar 2.6 Difusi ion Cl- pada beton normal dan mutu tinggi setelah berumur 30 tahun,

    dengan asumsi konsentrasi ion Cl sebesar 5% terhadap berat semen pada permukaan beton

    Laju Korosi

    Salah satu faktor penting dalam menentukan laju korosi adalah ketersediaan oksigen pada

    sekeliling daerah katodik. Hal ini karena oksigen akan dikonsumsi pada reaksi katodik.

    Bilamana persediaan oksigen ke daerah katodik pada logam tidak berlangsung secara

    kontinyu maka reaksi korosi akan diperlambat. Besaran kandungan oksigen ini bergantung

    pada kondisi lingkungan. Selain itu laju korosi juga dipengaruhi besarnya aliran ion dan tahan

    listrik beton.

    Secara garis besar, laju proses korosi dapat dimodelkan dalam 2 (dua) tahap, seperti pada

    Gambar 2.7.

    Gambar 2.7 Model Korosi pada Beton Bertulang

  • 29

    Kondisi inisial berarti proses penghilangan lapisan pasif oleh penetrasi ion klorida atau

    penurunan pH akibat penetrasi karbon dioksida (CO2). Bagian propagasi adalah tahapan

    dimana telah dimulai terjadi proses korosi dan laju korosi dikontrol oleh ketersediaan oksigen

    (O2), tahapan listrik dari beton dan kondisi lingkungan seperti suhu (t) dan kelembaban relatif

    (RH).

    Proses korosi mengurangi luas dari baja tulangan, dan volume produk korosi lebih besar dari

    volume baja tulangan yang terkorosi. Sebagai konsekuensinya, terjadi tegangan ekspansif

    sepanjang tulangan terkorosi yang akan mengakibatkan retak atau spalling. Setelah terjadi

    retak atau spalling pada selimut beton maka laju korosi menjadi jauh lebih tinggi, seperti

    pada Gambar 2.7, karena baja tulangan telah terjadi kontak langsung dengan lingkungan.

    Serangan Sulfat

    Lain halnya dengan klorida, sulfat lebih menyerang secara kimiawi terhadap beton dan bila

    bekerja bersama-sama dengan klorida akan menyerang baja tulangan secara hebat. Serangan

    sulfat ini dapat terjadi pada dalam beton sendiri (sulfat dalam agregat) atau akibat masukan

    sulfat dari lingkungan seperti dari dalam tanah atau air. Reaksi serangan sulfat dapat

    dijelaskan sebagai berikut:

    Calsuim sulphate + tricalsium aluminate tricalcium sulphoaluminate (ettringite) + calcium

    hydroxide

    Volume ettringite ini jauh lebih besar dari hidrasi kalsium aluminate. Ekspansi ini akan

    menghasilkan tegangan tarik pada pasta semen dan berkembang menjadi retak didalam beton.

    Natrium sulfat (Na2SO4) dalam air tanah bereaksi dengan material beton dalam dua tahap.

    Tahap pertama, adalah bereaksi dengan kalsium hidroksida (Ca(OH)2) menghasilkan kalsium

    sulfat (CaSO4) dan natrium hidroksida (NaOH). Selanjutnya kalsium sulfat bereaksi dengan

    tricalsium aluminate seperti yang telah diuraikan diatas. Bilamana natrium sulfat dapat

    (selalu) tergantikan kembali seperti pada aliran air tanah, reaksi akan berlangsung terus

    dengan ekspansi lebih lanjut.

    Reaksi dengan magnesium sulfat (MgSO4) dalam air tanah berakibat lebih merusak.

    Magnesium sulfat bereaksi sekaligus dengan tricalsium aluminate dan kalsium hidroksida

    membentuk tricalcium sulphoaluminate, kalsium sulfat dan magnesium hidroksida. Reaksi

  • 30

    ini menghasilkan nilai pH rendah pada larutan air dan mengakibatkan kalsium silikat dalam

    pasta semen terurai dan melepaskan lebih banyak kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida ini

    akan terus bereaksi dengan magnesium sulfat (sepanjang masih tetap ada) dan mengakibatkan

    pH rendah. Jika kandungan magnesium sulfat sangat cukup, reaksi akan berlangsung terus

    sampai struktur kalsium silikat dalam pasta beton terurai keseluruhan dan menjadi lemah dan

    berongga. Pada beberapa kasus yang hebat, pasta semen akan terbuang sampai hanya tinggal

    agregat saja. Air laut mengandung sulfat dengan konsetrasi tertentu sampai dapat

    mengakibatkan kerusakan pada beton.

    Kerontokan

    Kerontokan adalah terlepasnya sebagian betonan dari beton secara keseluruhan. Hal ini dapat

    terjadi karena terjadinya karat dan pengembangan pada baja tulangan, kesalahan penanganan

    dan kurang tebalnya selimut beton.

    Gambar 2.8 Kerontokan pada beton

    Beton Keropos (Honeycombing)

    Beton yang keropos akan terjadi apabila material yang masuk tidak mengisi rongga-rongga

    antara agregat kasar dan baja.

    Beton keropos dapat terjadi akibat campuran yang kurang, cara penanganan yang kurang

    baik, seperti kurangnya pemadatan, hilangnya cairan beton yang disebabkan bekisting yang

    jelek, dan terlalu rapatnya baja tulangan.

  • 31

    Gambar 2.9 Beton yang keropos

    Beton yang Berongga/Berbunyi (Drumminess)

    Drumminess adalah suatu istilah yang diberikan untuk mutu beton yang jelek jika waktu

    dipukul dengan palu beton menjadi berlubang atau berbunyi seperti drum. Drumminess dapat

    diakibatkan oleh:

    Karat yang ada pada besi tulangan mendorong sebagian permukaan beton;

    Perbaikan yang tidak baik bila penambalan yang dilakukan tidak menempel dengan

    baik pada bahan dasar dan terjadi lapisan yang terpisah.

    Rembesan atau Bocoran Kedalaman Beton

    Rembesan air atau bocoran dalam beton dapat terjadi jika pada beton tersebut sudah terjadi

    kerusakan. Kerusakan-kerusakan ini mengakibatkan air dapat merembes masuk kedalam

    komponen. Rembesan dapat dikenali dengan adanya tanda warna pada permukaan beton.

    Kadang-kadang tanda warna tersebut adalah:

    Warna hijau karena ditumbuhi lumut;

    Warna putih berkerak atau bahkan membentuk stalatit berwarna putih, ini

    menandakan bahwa terdapat larutan kapur dari semen yang merembes keluar (atau

    terbuang). Hal ini akan memperlemah beton;

    Adanya daerah yang basah secara terus menerus

    Retak

    Retak pada beton merupakan hal yang umum. Retak dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:

    Retak structural;

    Retak non structural

  • 32

    Untuk mengetahui jenis penanganan atau perbaikan yang diperlukan, harus diketahui apakah

    retak tersebut adalah retak yang bergerak atau tetap.

    Retak structural adalah retak yang paling berbahaya diakibatkan adanya beban yang melebihi

    beban rencana atau kekuatan dari pada potongan.

    Retak pada beton dan elemen utama dapat disebabkan oleh:

    Momen (sekitar daerah tengah bentang), retak ini berupa retak yang

    tegak/vertikal (gambar 2.10);

    Gaya lintang dekat landasan, retak ini biasanya membuat sudut 40 sampai

    dengan 50 derjat terhadap sumbu elemen yang bersangkutan (gambar 2.11);

    Kombinasi momen dan gaya lintang

    Gambar 2.10 Retak structural akibat momen

    Gambar 2.11 Retak strukturral akibat gaya lintang

  • 33

    Daerah yang perlu diperiksa untuk retak structural adalah:

    Daerah Tarik

    Daerah yang kritis yang perlu ditinjau adalah bagian yang menahan tarik. Sebagai

    contoh padabagian balok kepala pilar atau pada bagian tengah daripada gelagar

    seperti terlihat pada gambar 2.12

    Gambar 2.12 Retak tarik akibat momen lantur

    Retak Akibat Gaya Lintang

    Retak ini biasanya terjadi dekat daerah perletakan. Untuk ini daerah dekat perletakan

    gelagar dan dekat daripada kepala kolom harus diperhatikan.

    Retak structural biasanya dapat diraba dan bukan dilihat. Untuk ini ada cara yang

    terbaik yaitu dengan meletakkan telapak tangan pada permukaan retakan pada saat

    lalu-lintas berat diatasnya. Perbedaan pergerakan akan terasa oleh tangan kita (gambar

    2.13)

    Gambar 2.13 Pemeriksaan Retak Struktural

  • 34

    Retak Akibat Penurunanan Pondasi

    Apabila pondasi mengalami penurunan atau bergerak, terjadi banyak gaya-gaya tambahan

    dalam struktur beton. Retak akibat gaya-gaya tersebut tidak mempunyai pola yang pasti.

    Gambar 2.14 Retak Akibat Penurunan pada Pondasi

    Retak Akibat Karat

    Retak dapat juga terjadi akibat terjadinya karat pada tulangan baja dibawah permukaan.

    Karena karat tersebut mengembang, itu akan mengangkat permukaan dan mengakibatkan

    retak. Jika keretakan tersebut tidak diperiksa, maka akan terjadi kerontokan pada beton.

    Retak Non Struktural

    Retak non structural atau retak tak bergerak biasanya terjadi pada bagian permukaan dan

    umumnya tidak bertambah besar. Beberapa jenis retak ini ada yang berbahaya tetapi dapat

    tidak berbahaya. Terdapat beberapa jenis retak-retak non structural yang terjadi adalah

    sebagai berikut:

    retak akibat susut;

    retak permukaan;

    retak-retak struktur dan akibat bekisting yang bergerak.

    Pola retak non structural yang umum terjadi dapat dilihat pada gambar 2.15

  • 35

    Gambar 2.15 Pola retakan tidak structural yang sering terjadi dalam beton

    Kerusakan Tipikal Beton Pasa Elemen Jembatan

    Untuk mengevaluasi bagaimana retak menjadi berbahaya terhadap ketahanan dan

    keselamatan jembatan, perlu ditentukan penyebab yang mengarah pada retak di dalam beton.

    Penyebab tersebut kebanyakan tergantung pada tiga factor berikut ini yang menyangkut

    retak-retak tersebut:

    Waktu pembentukan retak setelah pengecoran beton atau konstruksi struktur

    Penampilan atau pola retak dari luar

    Lebar dan jumlah retak

    Kerusakan akibat struktur beton ditunjukan pada Tabel 2.6, kerusakan tipikal pada kepala

    jembatan ditujukan pada Tabel 2.7, kerusakan tipikal pada pilar tipe kolom ditujukan pada

    2.8, kerusakan tipikal pada pelat lantai jembatan ditunjukan pada Tabel 2.9.

    Semua jenis kerusakan terdaftar dalam tabel dapat menjadi bahaya terhadap keselamatan,

    pelayanan dan ketahanan jembatan beton bertulang dan jembatan beton pratekan. Retak

    berbagai tipe merupakan kebanyakan fitur karakteristik kerusakan dalam struktur beton.

    Bagaimanapun, haruslah diingat bahwa menjadi sifatnya jika retak itu dihubungkan dengan

    sifat alami beton sebagai bahan yang rapuh. Parameter yang bersifat menentukan yang

    mempengaruhi ketahanan jembatan adalah lebar retak yang ditandai dalam tabel-tabel oleh

  • 36

    lambing w. Secara umum, ketika w 0.2 mm menandakan bahwa secara penggetaran yang

    tidak cukup selama pengecoran terlalu banyak tulangan dalam penampang melintang, beban

    berlebih, korosi baja tulangan dan lain-lain.

    Tabel 2.6 Penyebab dan penampilan retak struktur beton

    No. Penyebab Waktu pembentukan

    Tampak visual Ilustrasi Keterangan

    1 Penurunan plastis

    Beberapa jam pertama setelah pengecoran

    Retak sepanjang tulangan. Retak pada perubahan bentuk penampang

    Retak dapat menjadi besar (w>1mm)

    2 Susut plastis Beberapa jam pertama sesudah pengfecoran

    Pola keretakan atau retak memanjang pada permukaan dari pengecoran elemen dalam kondisi pengeringan

    Retak dapat menjadi besar (w=2-4 mm tidak umum)

    3 Retak ternal awal

    Beberapa jam pertama sesudah pengecoran

    Retak besar pada hubungan konstruksi di dalam dinding. Retak lainnya tergantung pada gejala pengekangan

    Dapat dikendalikan dengan tulangan (w

  • 37

    mungking dapat dilihat di atas permukaan beton dalam kondisi basah

    6 Reaksi agregat alakali

    Beberapa tahun sehabis konstruksi

    Mulai terjadi dalam kondisi basah, seiring pada retak yang meluas hanya dengan tipe khusus agregat (yaitu reaktif alkali)

    Retak dapat menjadi besar (bahkan w>1.0mm)

    7 Pembebanan pada masa layan

    Tergantung pada penggunaan struktur

    Kecil secara umum (w

  • 38

    Tabel 2.7 Kerusakan tipikal pada kepala jembatan

    Tipe dan penyebab kerusakan Ilustrasi Kerusakan yang dihasilkan sebagian besar dari sambungan siar-muai yang bocor

    1. Kebocoran pada dinding 2. Gompal pada beton 3. 3. Dudukan perletakan yang tidak bersih

    Retak tunggal dan relative besar pada bagian tertentu kepala jembatan.

    1. Retak dinding dengan tulangan yang relative lemah yang dihasilkan dari tidak seragamnya penurunan tanah dasar.

    2. Retak geser yang dihasilkan dari kekurangan sambungan siar-muai atau gejala yang mengakibatkannya terkunci.

    Banyak retak yang relative kecil yang dihasilkan dari penyusutan dan tidak cukupnya tulangan dalam lapisan permukaan dinding sebagaimana tidak cukupnya teknologi pengecoran.

    1. Kerusakan pada dudukan perletakan

    yang dihasilkan dari sambungan siar muai yang bocor, struktur yang tidak cukup dari perletakan atau kegagalannya.

    2. Gompal pada beton akibat korosi tulangan

    3. Retak akibat tidak cukupnya tulangan atau tidak memadainya teknologi pengecoran

  • 39

    Tabel 2.8 Kerusakan pilar tipe kolom

    Tipe dan penyebab kerusakan Ilustrasi 1. Kebocoran pada balok kepala 2. Retak memanjang akibat korosi

    tulangan 3. Gompal selimut beton semua yang

    tersebut diatas merupakan tipe kerusakan yang teramati dalam pilar yang ditempatkan di bawah sambungan siar-muai yang bocor dari dalam bangunan atas

    Retakan akibat muatan berlebih pada balok kepala

    Kemiringan kolom yang disebabkan kegagalan pondasi atau terlalu lemahnya jepitan dari kolom pracetak di bagian dasar.

    Tabel 2.9 Kerusakan tipikal pada lantai jembatan

    Penyebab Kerusakan Ilustrasi 1. Pelat lantai (keterangan) 2. Gelagar (keterangan) 3. Tulangan gelagar (keterangan) 4. Bocor pada bagian bawah

    permukaan pelat lantai 5. Gompal seimut beton 6. Retak akibat muatan lebih pelat

    lantai 7. Retak akibat korosi

  • 40

    D. PERBAIKAN MATERIAL BETON Terdapat tiga macam jenis beton yang berbeda yang dipakai untuk konstruksi

    jembatan :

    a) Beton tak bertulang

    b) Beton bertulang

    c) Beton prategang

    Elemen dengan bahan beton pratekan biasanya didapati pada bagian gelagar

    jembatan.Perbaikan pada pemeliharaan hanya dibatasi untuk bahan beton. Jadi untuk

    perbaikan bahan beto pratekan akan ditangani seperti penanganan bahan beton.

    Apabila bagian kabel prategang beton pratekan terlihat, laporkan segera kepada

    pengawas jembatan yang bertanggung jawab dan segera lakukan pemeriksaan khusus

    untuk menentukan jenis kerusakannya.

    Banyak masalah yang timbul pada beton bertulang yang disebabkan oleh air dan

    udara yang merembes masuk kedalam beton yang menyebabkan berkaratnya besi

    tulangan.Air dan udara juga dapat membawa zat kimia ke dalam beton yang dapat

    merusak beton dan atau menyebabkan besi tulangan lebih cepat berkarat (misalnya air

    asin, sulfat).

    Cara terbaik untuk melindungi beton bertulang adalah menjaganya sekering mungkin

    dan mencegah terjadinya keretakan.

    Pada umumnya cat yang kedap air atau suatu lapisan tipis tidak diperlukan untuk

    beton yang berkualitas baik dan dapat melindungi besi tulangan dengan cukup baik

    jika selimut beton mempunyai ketebalan minimum 30 mm sampai 50 mm untuk

    daerah pantai.

    Biasanya banyak digunakan plesteran untuk melindungi permukaan beton.Jika hal

    tersebut dikerjakan dengan baik dan tepat, maka hal itu dapat merupakan suatu

    metoda perlindungan yang efektif.

  • 41

    KERUSAKAN 201 Cacat Pada Beton

    Cacat pada beton mencakup maslah-masalah sebagai berikut :

    a) Gompal beton

    b) Beton keropos

    c) Beton yang berongga

    d) Mutu beton yang jelek

    e) Beton yang tidak padat

    Gambar 2.16 Beton yang gompal (a), Beton yang keropos (b), beton yang tidak padat

    CARA PENANGANAN :

    a) Buang atau lepaskan semua bagian beton yang lepas dan rusak sampai

    bagian beton yang baik terlihat dan dalam keadaan bersih.

    b) Usahakan membersihkan beton sampai 15 mm di belakang besi tulangan

    agar didapat ikatan yang baik.

    c) Bersihkan semua karat yang ada pada besi tulangan

  • 42

    d) Kaitkan atau ikatkan besi tulangan yang baru jika didapat bagian besi

    tulangan yang diameternya hilang lebih dari 20 %

    e) Pakailah bahan perekat pada permukaan yang kering dengan bahan yang

    dapat disetujui.

    f) Pasanglah dan bentuklah beton baru untuk mendapatkan selimut beton yang

    sesuai asalnya dengan menggunakan bahan yang disetujui.

    Gambar 6-6 menunjukan langkah-langkah dalam perbaikan beton

    Gambar 2.17 Perbaikan Beton

    Catatan :

    a) Jika besi tulangantidak terlihat dan hanya sedikit kerusakan beton, maka

    plesteran saja sudah cukup untuk memperbaikinya. Permukaan harus

  • 43

    dibersihkan dan dilembabkan untuk memudahkan pengikatan beton lama

    dengan beton baru.

    b) Jika ketebalan tambalan lebih dari 40 mm, disarankan agar ditambahkan

    jaring-jaring tulangan yang ditempelkan pada permukaan beton yang lama

    sebelum dipasang beton yang baru. Jaring-jaring tersebut akan memberikan

    daya rekat dan kekuatan yang lebih baik pada tambalan tadi.

    c) Disarankan agar menggunakan epoksi beton halus sebagai bahan untuk

    pembentukan kembali elemen struktur baru yang mempunyai ketebalan

    melebihi 40 mm atau dimana besi tulangan terlihat.

    Jika beton yang rusak mencakup seluruh permukaan lantai beton jembatan maka

    jalan yang terbaik untuk memperbaikinya adalah membongkar semua beton yang

    rusak tersebut dan menggantinya dengan beton baru dengan cara sebagai berikut :

    a) Semua beton yang lepas sekitar besi tulangan yang sudah berkarat dan pada

    bagian beton yang jelek harus dibongkar dan besi tulangan dibersihkan

    kemudian diberi lapisan sebagaimana dijelaskan pada bagian ini.

    b) Kemudian, sisa permukaan tadi dikasarkan dengan pahat. Kemudian dibor

    lubang-lubang pada lantai beton lama agar dapat memasukan kawat angker

    (diameter 8mm) yang kemudian di cor dengan adukan khusus denngan jarak

    dari as ke as 500 x 500 mm. Angker khusus ini sekarang sudah terpasang

    yang kemudian di beri lem epoksi yang sudah disediakan.

    c) Kemudian Seluruh bidang diperkuat dengan jaring-jaring tulangan

    berukuran 5 x 100 x 100 mm, dan corkan lapisan beton baru yang

    berkualitas tinggi (kekuatan minimum 27,5 Mpa ) dengan

    ketebalanminimum 50 mm (lihat gambar 6-7) diatas beton lama.

    d) Beton tersebut harus dipadatkan dengan vibrator yang sesuai.

    e) Permukaan beton baru tersebut harus diusahakan tetap lembab paling sedikit

    selama 7 hari.

    Beton Keropos

    Perbaikan atau penangan secara umum untuk beton yang keropos dilaksanakan sama

    seperti pada beton yang rontok.

    Jika sudah terdapat rembesan lantai beton akibat beton yang keropos, maka harus

    dilakukan beberapa hal berikut ini :

  • 44

    a) Kupaslah lapisan aspal pada permukaan jalan dan bersihkan dengan baik

    bagian atas lantai beton tersebut.

    b) Kerjakan peng-graut-an pada daerah beton yang berpori atau kurang padat

    atau beton yang keropos

    c) Berilah lapisan kedap air di atas daerah beton yang kurang padat tadi.

    d) Kerjakan lapisan perkerasan kembali

    Gambar 2.18 Potongan Melintang Perbaikan Lantai Beton

    Jika suatu rembesan air terjadi melewati dinding penahan tanah atau kepala jembatan,

    hal ini mungkin diakibatkan oleh kurangnya lubang saluran air dinding atau

    tersumbatnya lubang saluran air dinding tersebut.Jika lubang drainase dinding maka

    tambahan lubang harus disediakan.

    Hal tersebut akan membebaskan tekanan air pori di belakang dinding dan mengurangi

    penguapan air melalui dinding beton. Apabila dibuat lubang saluran air tambahan

    dengan cara mengebor dinding, maka kehati-hatian harus diambil membuka tulangan

    yang terekspose terhadap korosi. Setiap tulangan yang terekspos harus dilapisi dengan

    komponen pengisi retak epoksi untuk mencegah koosi

  • 45

    KERUSAKAN 202 Keretakan Beton

    Sebelum pekerjaan perbaikan dimulai adalah perlu untuk menentukan penyebab retak

    dan bagian yang mengalami keretakan tersebut dibuang jika perlu.

    Sejumlah pertanyaan harus di jawab yaitu:

    a) Apakah yang menyebabkan keretakan?

    b) Apakah didapati pergerakan pada keretakan tersebut?

    Keretakan dapat disebabkan oleh :

    a) Beban yang berlebihan pada elemen tersebut. Dalam hal ini harus dilakukan

    perkuatan atau pembatasan muatan yang diterapkan pada struktur

    b) Tidak samanya penurunan yang terjadi. Dalam hal ini, penurunan lebih

    lanjut harus dicegah dengan perkuatan pondasi.

    c) Susut, terutama pada pelat lantai beton

    d) Kualitas beton yang rendah.

    CARA PENANGANAN :

    Bagian Non Struktural dan Retak Non Struktural

    Jika retak tersebut lebuh kecil dari 0,5 mm lebarnya :

    a) Bersihkan retak tersebut dengan menggunakan sikat dan kemudian

    ditiup denganangin yang bertekanan

    b) Tutup retak tersebut dengan campuran slurry semen yang encer.

    Jika lebar retak antara 0,5 mm sanpai 3 mm :

    a) Bentuk pada bagian retak seperti huruf V sampai kedalaman kurang

    lebih 5 mm kemudian bersihkan bagian tersebut.

    b) Gunakan perekat atau epoxy yang telah disetujui oleh direksi yang

    kemudian di lapiskan pada sisi bagian V tadi.

    c) Kemudian tutup bagian V tadi dengan adukan semen atau epoksi.

    Jika retak yang ada terus berkembang maka harus dicari penyebabnya dan kemudian

    penyebabkeretakan tersebut harus dihilangkan. Misal terjadinya keretakan pada

    gelagar yang disebabkan adanya penurunan pada jalan pendekat yang mengakibatkan

    adanya daya kejut tambahan, atau gelagar beton yang retak pada daerah gaya lintang

  • 46

    yang diakibatkan oleh adanya penurunan pada kepala jembatan maka harus dilakukan

    penanganan kerusakan kepala jembatan terlebih dahulu.

    Jika retak berkembang pada daerah gaya lintang atau momen maksimun, maka elemen

    harus diperkuat atau beban dikurangi.

    Gambar 2.19 Lantai beton yang retak (a) dan perbaikan lantai beton yang

    retak (b)

    Kriteria-kriteria keretakan pada elemen beton yang fungsinya struktural dibagi

    menjadi tiga bagian yaitu :

    Kriteria I :

    a) Lebar retak berkisar antara 0,1 mm sampai 0,25 mm dan mencakup

    daerah kurang dari 30 % dari luas elemen yang bersangkutan.

    b) Tidak terjadi rembesan atau adanya bocoran air.

    c) Mutu beton lantai tidak kurang dari 22,5 Mpa

    d) Mutu beton gelagar, kepala jembatan, pilar tidak kurang dari 17,5 Mpa

    e) Nilai kondisa elemen bersangkutan adala 2

    Kriteria II :

    a) Lebar retak kurang dari 2 mm dan mencakup daerah kurang lebih 50%

    dari luas elemen yang bersangkutan

    b) Tidak terjadi rembesan atau adanya bocor air

  • 47

    c) Diperlukan suatu perkuatan yang disebabkan terjadinya beban yang

    berlebihan yang tidak dapat diterima oleh lantai atau gelagar akibat mutu

    beton yang tidak sesuai dengan persyaratan.

    d) Mutu beton lantai tidak kurang dari 22,5 Mpa

    e) Mutu beton gelagar, kepala jembatan, pilar tidak kurang dari 17,5 Mpa

    f) Nilai kondisa elemen bersangkutan adala 3

    Kriteria III :

    a) Lebar retak lebih besar dari 2mm dan mencakup daerah lebih dari 50%

    luas elemen tersebut

    b) Tidak terjadi rembesan atau adanya bocoran air.

    c) Mutu beton lantai kurang dari 22 Mpa

    d) Mutu beton gelagar, kepala jembatan, pilar kurang dari 17,5 Mpa

    e) Nilai kondisa elemen bersangkutan adala 4 atau 5

    Prosedur perbaikan untuk menangani keretakan beton tergantung pada jenis kriteria

    masing-masing elemen. Jenis penanganan sesuai dengan kriteria adalah sebagai

    berikut :

    a) Kriteria I perbaikan keretakan dengan metoda suntikan bahan perekat atau epoksi sehingga beton dapat berfungsi kembali dan menjadi satu

    kesatuan kembali serta berfungsi sebagaimana mestinya.

    b) Kriteria II perbaikan keretakan dengan menggunakan metode suntikan bahan perekat epoksi ditambah dengan perkuatan untuk

    menahan gaya momen atau gayalintang yang tidak dapat ditahan lagi

    oleh elemen yang bersangkutan. Perkuatan tersebut dapat berupa pelat

    baja yang direkatkan pada bagian bawah pelat lantai atau balok,

    biasanya pelat tersebut berfungsi untuk menahan gaya momen atau gaya

    lintang yang berlebihan, perkuatan tersebut dapat juga berupa

    menambah balok baja atau gelagar pada bagian bawah lantai hal ini

    berfungsi untuk memperkecil bentang yang ada.

    c) Kriteria III dalam hal ini mutu beton sudah tidak dapat dipertanggungjawabkan lagi, lebar keretakan juga sudah melampaui

    batas yang dapat diperbaiki, sehingga apabila keadaan ini terjadi maka

    beton pada elemen yang bersangkutan harus dibongkar untuk kemudian

  • 48

    dipasang kembali dengan beton yang sesuai persyaratan dan ukuran

    serta bentuknya seperti aslinya dengan mempertimbangkan sebab-sebab

    terjadinya keretakan sebelumnya. Apabila terjadi sambungan antara

    permukaan beton lama dan beton baru maka hal tersebut dapat ditangani

    sesuai dengan penanganan kerontokan pada beton dengan kerusakan 201

    Rekomendasi penenganan perbaikan retak dengan cara suntikan epoksi adalah

    sebagai berikut :

    a) Bersihkan semua jenis kotoran, bekas beton yang tidak sempurna atau

    sejenisnya yang menyebabkan terjadinya kontaminasi pada retak dengan

    menggunakan sikat kawat atau gerinda pada daerah selebar kurang lebih

    5 cm sepanjang keretakan tersebut. Jika terdapat minyak atau gemuk

    pada bagian tersebut harus dibersihkan dengan thinner.

    b) Pasangkan pipa penyuntik ditengah-tengah permukaan yang retak

    dengan menggunakan bahan penutup (seal). Jarak setiap perletakan pipa

    penyuntik tergantung pada lebar dan dalamnya retak

    c) Tutupi sepanjang jalur retakan antara alat penyuntik dengan

    meggunakan bahan penutup (seal) atau pasta epoksi dengan lebar 5 cm

    dan tebal 3 mm dan ditunggu sampai mengeras.

    d) Pasang alat penyuntik dengan kuat pada pipa penyuntik kemudian

    pompakan bahan epoksi ke dalam alat penyuntik dengan suatu tekanan

    yang tertentu sesuai dengan spesifikasi bahan.

    e) Setelah selesai penyuntikan dan bahan epoksi mengering dalam waktu

    yang tertentu, kemudian lepaskan kembali alat-alat suntikan dan

    bersihkan kembali bahan-bahan penutup retakan.

    f) Bersihkan permukaan beton yang sepanjang retakan yang diperbaiki

    bengan menggunakan gerindra atau dengan melembutkan bahan penutup

    dengan api dan mengelupaskannya.

    Catatan : semua spesifikasi yang disyaratkan oleh pabrik pembuat bahan epoksi atau

    bahan perekat untuk retak harus diikuti.

    Bentuk keretakan lain yang seringkali terjadi adalah jenis retak yang tidak beraturan

    dan pada umumnya dijumpai pada lantai beton jembatan.

  • 49

    Jika yang retak hanya sebagian saja, maka penanganannya dapat dilakukan dengan

    cara penanganan retak sebagian atau pada mutu beton yang rendah, lihat penanganan

    untuk kerusakan 201. Jika lalulintas pada jembatan tidak dapat ditutup maka

    perbaikan dilaksanakan dengan cara penanganan dengan mempergunakan bahan yang

    tidak terpengaruh oleh gerakan yang ditimbulkan oleh beban lalu-lintas dan juga

    bahan tersebut harus cepat mengering dalam waktu yang tertentu. Biasanya jenis

    bahan perekat tersebut mempunyai harga yang mahal, tetapi mempunyai keuntungan

    tanpa menutup lalu-lintas yang ada.Dalam hal ini direksi harus memperhitungkan

    mana yang lebih ekonomis dalam penggunaan bahan perekat.

    KERUSAKAN 203 Korosi Tulangan Baja

    Gambar 2.20 Korosi tulangan pada beton

    CARA PENANGANAN :

    a) Bersihkan karat yang ada pada besi tulangan

    b) Jika setelah dibersihkan ternyata luas tulangan berkurang hingga 20% maka

    pada bagian tersebut harus ditambah tulangan yang baru dengan panjang

    sambungan kurang lebih 300 mm pada masing masing ujungnya dengan

    menyambungkannya secara mekanis atau las yang baik sehingga pemindahan

    gaya yang ada tetap terjamin dengan baik. Posisi sambungan atau bagian

    sambungan harus ditempatkan di luar daerah dimana besi tulangan yang

    berkarat tersebut. Mungkin perlu membongkar sebagian beton agar terlihat

    besi tulangan yang tidak berkarat guna penyambungan tersebut.

  • 50

    c) Setiap besi tulangan yang mencuat harus dipoyong paling sedikit 20 mm di

    bawah permukaan beton kemudian beton diperbaiki sesuai dengan kerusakan

    201.

    KERUSAKAN 204 Aus , Perubahan akibat Cuaca dan Umur atau Penurunan

    Perlu diadakan penilaian untuk menetapkan apakah elemen tersebut perlu diganti jika

    kerusakan sudah mulai menyeluruh.

    CARA PENANGANANNYA :

    Jika kerusakan disebabkan oleh reaksi kimiawi seperti karbonasi atau serangan

    klorida maka diperlukan pengujian untuk menetapkan luas dan dalamnya daerah yang

    terkena untuk kemudian dapat ditentukan banyaknya bongkaran.

    Jika kerusakan disebabkan oleh karbonasi dan kedalamannya tidak lebih dari 25 mm,

    maka pengecatan sealent dengan bahan yang disetujui dapat dilakukan pada bagian

    luar beton.

    Kerusakan lain akibat keausan beton diperbaiki dengan cara seperti pada kerusakan

    201.

    KERUSAKAN 205 Pecah atau Hilangnya Bahan Beton

    Gambar 2.21 Pecahnya sebagian beton pada elemen jembatan

    CARA PENANGANANNYA :

    a) Angkatlah elemen yang mengalami kelebihan gaya tersebut akibat

    pecahnya atau hilangnya sebagian dari elemen tersebut

  • 51

    b) Gantilah bagian yang pecah tersebut dengan bahan yang sesuai

    spesifikasinya atau yang serupa atau sama dengan bentuk dan ukuran

    yang ditetapkan dalam spesifikasi aslinya.

    c) Bilamana bagian yang pecah tersebut memerlukan penggantian, maka

    hubungan antara permukaan yang baru dan yang lama harus ditangani

    sebagaimana diuraikan pada perbaikan pada kerusakan 201.

    KERUSAKAN 206 Lendutan Struktur Jembatan

    Lendutan yang berlebihan dari elemen mungkin disebabkan oleh :

    a) Beban yang berlebihan

    b) Tumbukan

    c) Pergerakan acuan beton pada saat pengecoran

    Gambar 2.22 Jembatan Yang Mengalami Lendutan Yang Berlebihan

    CARA PENANGANAN :

    Beban Yang Berlebihan

    Bilamana terjadi lendutan akibat beban yang berlebihan, maka, diperlukan

    pemeriksaan khusus untuk menetukan luas atau volume kerusakan.

    Situasi beban yang berlebihan harus dihindarkan dengan cara mengadakan

    pembatasan muatan di atas jembatan, bagian yang mengalami gaya yang berlebihan

    harus diperkuat, diganti atau diperbaiki.

    Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan tambahan gelagar memanjang, gelagar

    atau peletakan plat baja tergantung pada elemen yang akan diperkuat.

    Lendutan yang terjadi pada elemen beton akibat beban yang berlebihan sering

    berhubungan dengan keretakan atau pecah elemen tersebut.Perbaikan harus dilakukan

    sebagaimana yang dispesifikasikan untuk kerusakan 201 atau kerusakan 202.

  • 52

    Tumbukan

    Kerusakan akibat tumbukan secara normal berhubungan dengan sandaran.Sandaran

    yang rusak normalnya harus diganti karena terlalu lemah untuk menahan tumbukan

    berikutnya.

    Jenis kerusakan lain akibat kecelakaan yang mengakibatkan lendutan, biasanya

    diperbaiki sesuai dengan kerusakan akibat beban yang berlebihan (contoh beban

    yang berat sekali jatuh dari truk pengangkut yang menyebabkan lendutan pada gelagar

    dan lantai)

    Pergerakan acuan

    Jika acuan bergerak mengakibatkan terjadinya keretakan dari elemen yang

    bersangkutan maka hal tersebut dimasukan dalam masalah beban yang berlebihan.

    Jika tidak terlihat adanya lendutan yang berlebihan maka tidak diperlukan perbaikan

    atau suatu tindakan.

  • 53

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A. DATA TEKNIS JEMBATAN Jenis Struktur Jembatan = Beton Bertulang

    Panjang Bentang = 95 m

    Jumlah Bentang = 3 (tiga) Bentang

    Panjang B1 = 38 m

    Panjang B2 = 37 m

    Panjang B3 = 20 m

    Jumlah Pilar = 2 Pilar

    Tinggi Pilar = 7 m

    Jumlah Abutment = 2 Abutment

    Jenis Struktur Abutment = Pasangan Batu Kali

    Lebar Jalan = 7 m

    Lebar Trotoar = 2 x 1 m

    Tebal Lantai Beton = 0,2 m

    Tebal Aspal = 0,05 m

    Jenis Sandaran = Beton Bertulang

    Tinggi Sandaran = 1,5 m

    Bentang Pinggir

    Jumlah Girder = 7 buah

    Jarak antargirder = 1,19 m

    H Girder = 1 m

    B Girder = 0,50

    Jumlah Diagragma = 6 buah

    H Diagragma = 0,5 m

    B Diagragma = 0,69 m

    Bentang Tengah

    Jumlah Girder = 7 buah

  • 54

    Jarak antargirder = 1,19 m

    H Girder = 0,75 m

    B Girder = 0,50 m

    Jumlah Diagragma = 6 buah

    H Diagragma = 0,2 m

    B Diagragma = 0,69 m

    B. OBSERVASI LAPANGAN

    Lokasi Elemen Jembatan

    Lokasi Jembatan : Tanah Abang Petamburan, Perbatasan Jakarta Pusat dan

    Jakarta Barat.

    Struktur Jembatan : Potongan Memanjang Jembatan (Lampiran)

    Tampak Atas Jembatan (Lampiran)

    Potongan Melintang Jembatan Bentang Pinggir ( Lampiran )

    Potongan Melintang Jembatan Bentang Tengah ( Lampiran )

    a. Alur Pemeriksaan Jembatan

    Gambar 3.1 Alur pemeriksaan Jembatan Tanah Abang - Petamburan

  • 55

    b. Hasil Pengukuran dan Pemeriksaan Jembatan Hasil pengukuran dan pemeriksaan dilakukan pada 2 Desember 2013, dengan hasil

    sebagai berikut:

    No. Variabel yang diukur Hasil Pengukuran di

    Lapangan (m)

    1 Panjang Jembatan (L) (as ke as abutment) 95

    2 Lebar Jembatan 9

    3 Tebal Lantai Jembatan 0,2

    c. Hasil Pemeriksaan Hasil yang didapat dari pemeriksaan jembatan yaitu hanya berupa hasil pengukuran

    di lapangan yang terlampir pada data teknis jembatan. Keterbatasan peralatan

    (untuk pengujian kuat tekan, lebar retak, kedalaman retak, tebal selimut beton,

    lendutan, dan beban sumbu kendaraan) dan data invetarisasi (penulangan jembatan),

    menyebabkan pemeriksaan tidak dapat dilakukan secara khusus/mendetail.

    d. Data Visual Kerusakan

    Gambar 3.2 Gompal pada lantai jembatan

  • 56

    Gambar 3.3 Elemen hilang pada abutment jembatan

    Gambar 3.4 Kerontokan pada sandaran

  • 57

    Gambar 3.5 Rusak pada expansion joint

    Gambar 3.6 Benda asing pada expansion joint

    Gambar 3.7 Lumutan dan keropos pada girder

  • 58

    Gambar 3.8 Elastomer bearing yang menipis

    Gambar 3.9 Tidak terdapat lantai injak

  • 59

    Gambar 3.10 Lubang pada diafragma

    C. ANALISA KONDISI Analisa kondisi dilakukan untuk mengetahui kondisi akhir elemen jembatan dengan

    mengacu pada Pedoman Pemeriksaan Jembatan, Dirjend. Bina Marga : No.005-

    01/P/BM/2011.

    Penilaian dilakukan dengan memberikan nilai 0 atau 1 pada elemen-elemen jembatan

    yang diperiksa. Pada pemeriksaan jembatan Tanah Abang Petamburan dilakukan

    pemeriksaan pada elemen lantai, abutment, sandaran, girder, diafragma, elastomer,

    expansion joint, pilar dan oprit.

    Penilaian dengan memberikan nilai 0, untuk struktur yang tidak berbahaya, untuk

    kerusakan yang tidak parah, untuk area yang mengalami kerusakan kurang dari 50%,

    untuk elemen yang masih berfungsi dan untuk kerusakan elemen yang tidak berdampak

    terhadap kerusakan elemen lain atau terhadap lalu lintas.

    Penilaian dengan memberikan nilai 1, untuk struktur yang berbahaya, untuk kerusakan

    yang parah, untuk area yang mengalami kerusakan lebih dari 50%, untuk elemen yang

    tidak berfungsi dan untuk kerusakan elemen yang berdampak terhadap kerusakan

    elemen lain atau terhadap lalu lintas. Kriteria penilain seperti pada Tabel 3.1 di bawah

    ini.

  • 60

    Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Nilai Kondisi

    Sebelum dilakukan analisa kondisi, dilakukan analisa kerusakan pada elemen-elem

    jembatan yang akan dinilai. Hasil pemeriksaan kerusakan diberikan pada tabel-tabel di

    bawah ini. .

  • 61

    a. Data Kerusakan Abutment

    Tabel 3.2 Kerusakan Abutment

  • 62

    b. Data Kerusakan Pilar

    Tabel 3.3 Kerusakan Pilar

  • 63

    c. Data Kerusakan Girder

    Tabel 3.4 Kerusakan Girder

  • 64

    d. Data Kerusakan Diafragma

    Tabel 3.5 Kerusakan Diafragma

  • 65

    e. Data Kerusakan Elastomer

    Tabel 3.6 Kerusakan Elastomer

  • 66

  • 67

    f. Data Kerusakan Lantai

    Tabel 3.7 Kerusakan Lantai

  • 68

    g. Data Kerusakan Oprit

    Tabel 3.8 Kerusakan Oprit

  • 69

    h. Data Kerusakan Expansion Joint

    Tabel 3.9 Kerusakan Expansion Joint

  • 70

  • 71

    i. Data Kerusakan Sandaran

    Tabel 3.10 Kerusakan Sandaran

  • 72

    Analisa kondisi dari elemen-elemen yang diperiksa diberikan pada Tabel 3.11.

    Tabel 3.11 Nilai Kondisi Rata-Rata Jembatan

    D. PREDIKSI SISA UMUR JEMBATAN BERDASARKAN ANALISA KONDISI Prediksi sisa umur jembatan dilakukan berdasarkan nilai kondisi rata-rata dari elemen

    jembatan yang telah dilakukan. Berikut nilai kondisi rata-rata jembatan pada Tabel

    3.11.

    Diagram penurunan kondisi jembatan berdasarkan fungsi waktu dapat dilihat pada

    Gambar 3.11.

    No. Titik / Lokasi Tipe Struktur S R K F P NK Tingkat Kerusakan1 A2 Abutment 1 1 0 0 1 3 RUSAK2 P2 Pilar 0 0 0 0 0 0 BAIK SEKALI

    B1 G7B1 G1-G2B3 D1-D8

    B3 D9B3 D10-D16

    B3 G7 KIB3 G7 KAB2 G7 KIB1 G7 KA

    6 B2 Lantai 1 0 0 0 0 1 BAIKA1A2A1P1A2P3

    9 B2 Sandaran 1 1 0 1 0 3 RUSAK2 Rusak RinganNilai Kondisi Rata-Rata

    0 BAIK SEKALI

    1Diafragma 0 0 0 0 1 BAIK

    Gider 0 0 0 0 0

    3 RUSAK

    Elastomer Bearing 1 1 1 0 1

    Oprit 1 1 0 0

    2 RUSAK RINGAN

    3

    4

    5

    7

    8 Expansion Joint 1 0 0 0 1

    4 RUSAK KRITIS

    1

    Nilai 0 = Memenuhi / baik / lengkapNilai 1 = tidak memenuhi / rusak / hilang

  • 73

    Gambar 3.11 Diagram Penurunan Umur Jemb