jenis dan fungsi gaya bahasa kiasan pada lirik lagu … · 2018. 2. 26. · x abstrak pratiwi,...
TRANSCRIPT
-
i
JENIS DAN FUNGSI GAYA BAHASA KIASAN
PADA LIRIK LAGU BAND NAIF DAN PAYUNG TEDUH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Anastasia Tita Pratiwi
NIM: 144114033
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada orang tuaku,
Paulus Tavip Sudiarto dan Kris Suharti.
dan juga semua orang yang saya kasihi, serta yang selalu mengkasihi saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
MOTO
“You Only Live Once”
(Pepatah Barat)
“Rejoice in the Lord always. I will say it again: Rejoice!”
(Philippians 4:4)
“Yang sia-sia akan jadi makna.”
(Yang Patah Tumbuh Yang Hilang Berganti, Banda Neira)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan terima kasih kepada Tuhan yang Maha
segala dan semesta atas berkat, karunia, dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Jenis dan Fungsi Gaya Bahasa Kiasan pada
Lirik Lagu Band Naif dan Payung Teduh” ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tercipta tanpa pihak yang
membantu, membimbing, memotivasi, dan mengarahkan penulis dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa terima
kasih kepada beberapa pihak.
Yang pertama, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.
Praptomo Baryadi Isodarus, M.Hum. dan Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. selaku
dosen pembimbing yang selalu setia dan sabar untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dari awal penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
Yang kedua, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen
Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma (USD), yaitu Susilawati Endah Peni
Adji S.S., M.Hum. selaku Ketua Program Studi Sastra Indonesia USD, Sony
Christian Sudarsono, S.S., M.A. selaku Wakil Ketua Program Studi Sastra
Indonesia USD, Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Maria Magdalena Sinta Wardani,
S.S., M.A., Dr. Paulus Ari Subgayo, M.Hum., (alm), dan Drs. Hery Antono,
M.Hum. (alm) yang telah bersedia membagi ilmunya selama saya berkuliah di
Program Studi Sastra Indonesia; juga kepada Staf Sekretariat Fakultas Sastra
khususnya Jurusan Sastra Indonesia atas pelayanannya yang baik selama ini.
Yang ketiga ucapan terima kasih teruntuk keluargaku; kedua orang tuaku,
Paulus Tavip Sudiarto dan Kris Suharti atas segala dukungan, doa, dan rasa
sayang serta perhatian yang tak henti-hentinya. Kedua saudaraku, Yohanes
Oktama Ardito dan Faustina Threesya Putri yang telah mewarnai hari yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
ABSTRAK
Pratiwi, Anastasia Tita. 2017. “Jenis dan Fungsi Gaya Bahasa Kiasan pada
Lirik Lagu Band Naif dan Payung Teduh”. Skripsi Strata Satu (S1).
Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata
Dharma.
Penelitian ini membahas jenis dan fungsi gaya bahasa kiasan pada lirik
lagu band Naif dan Payung Teduh. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian
ini adalah (i) jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam lirik lagu yang
diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh dan (ii) fungsi gaya bahasa kiasan yang
terdapat dalam lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh. Tujuan
penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat pada
lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh dan mendeskripsikan
fungsi gaya bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu yang diciptakan oleh Naif
dan Payung Teduh.
Data penelitian berupa lirik-lirik lagu yang diciptakan oleh band Naif dan
Payung Teduh. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak. Peneliti
menyimak data gaya bahasa kiasan pada lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan
Payung Teduh menurut data lirik lagu di internet, kemudian dicatat dan
diklasifikasikan. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode agih
dan metode padan. Penelitian ini menggunakan analisis metode padan referensial.
Teknik yang dipakai dalam metode agih adalah teknik pilah unsur tertentu.
Sedangkan teknik lanjutan yang dipakai dalam metode padan adalah teknik
perluas.
Berdasarkan hasil penelitian, jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat pada
lirik lagu band Naif dan Payung Teduh ada empat jenis yakni (i) personifikasi, (ii)
simile atau persamaan, (iii) metafora, dan (iv) ironi. Selain itu ditemukan
beberapa fungsi gaya bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu band Naif dan
Payung Teduh, yaitu (i) memperindah lirik lagu, (ii) menyamarkan sesuatu, (iii)
menciptakan suasana tertentu, (iv) mempunyai tujuan untuk membujuk,
mengingatkan, atau meyakinkan, dan (v) menyindir.
Kata kunci: gaya bahasa kiasan, lirik lagu, Naif, Payung Teduh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
ABSTRACT
Pratiwi, Anastasia Tita. 2017. “The Types and Style Functions of Figurative
Language in Naif and Payung Teduh's Song Lyrics”. Bachelor Degree.
Indonesian Letters Study Program, Department of Indonesian Letters,
Faculty of Letters, Sanata Dharma University.
This research discusses the types and style functions of figurative language
in Naif and Payung Teduh’s Song Lyrics. The problems discussed in this research
are (i) the types of figurative language in song lyrics created by Naif and Payung
Teduh and (ii) the style functions of figurative language in song lyrics created by
Naif and Payung Teduh. The purpose of this research is to describe the types of
figurative language in song lyrics created by Naif and Payung Teduh and to
describe the style functions of figurative language in song lyrics created by Naif
and Payung Teduh.
The data analyzed are song lyrics which are created by Naif and Payung
Teduh. The data are collected by applying observation method. The researcher
scrutinizes the data of figurative language found in song lyrics which are created
by Naif and Payung Teduh based on the lyrics in the internet. Subsequently, the
researcher takes record (note-taking) and classifies them. In analyzing the data,
the researcher applies Agih and Padan methods. This research uses Padan
Referensial analysis method. The technique used in Agih method is Pilah Unsur
technique. Meanwhile, the advanced technique used in Padan method is Perluas
technique.
According to the result, there are four types of figurative languages in Naif
and Payung Teduh’s song lyrics, namely (i) personification, (ii) simile or
similarity, (iii) metaphor, and (iv) ironic. Furthermore, this research also finds out
that there are the style functions of figurative language in Naif and Payung
Teduh’s song lyrics. They are found (i) to adorn the song lyrics, (ii) to dissemble
something, (iii) to create certain atmospheres, (iv) to have purposes on
persuading, reminding, or convincing, and (v) to make innuendo.
Keywords: figurative language, song lyrics, Naif, Payung Teduh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................. iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi
MOTO …................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
ABSTRAK ................................................................................................. x
ABSTRACK ................................................................................................. xi
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah ............................................. 1
2. Rumusan Masalah ...................................................... 6
3. Tujuan Penelitian ........................................................ 6
4. Manfaat Penelitian ..................................................... 7
5. Tinjauan Pustaka ........................................................ 8
6. Landasan Teori ............................................................ 10
6.1 Lirik Lagu .............................................................. 10
6.2 Gaya Bahasa .......................................................... 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
6.3 Gaya Bahasa Kiasan .............................................. 11
6.4 Fungsi Gaya Bahasa Kiasan .................................. 15
7. Metode Penelitian ….................................................... 16
7.1 Metode Teknik dan Pengumpulan Data ................ 16
7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ......................... 16
7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis .......................... 18
8. Sistematika Penyajian ................................................ 18
BAB II JENIS GAYA BAHASA KIASAN YANG
TERDAPAT PADA LIRIK LAGU YANG
DICIPTAKAN OLEH NAIF DAN PAYUNG
TEDUH
2.1 Pengantar ................................................................... 20
2.2 Personifikasi ............................................................... 20
2.2.1 Gaya Bahasa Personifikasi yang Terdapat
pada Lirik Lagu Naif ........................................ 21
2.2.2 Gaya Bahasa Personifikasi yang Terdapat
pada Lirik Lagu Payung Teduh ........................ 26
2.3 Simile ......................................................................... 32
2.3.1 Gaya Bahasa Simile yang Terdapat pada Lirik
Lagu Naif ......................................................... 33
2.3.2 Gaya Bahasa Simile yang Terdapat pada Lirik
Lagu Payung Teduh ......................................... 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
2.4 Metafora .................................................................... 37
2.4.1 Gaya Bahasa Metafora yang Terdapat pada
Lirik Lagu Naif ................................................ 37
2.4.2 Gaya Bahasa Metafora yang Terdapat pada
Lirik Lagu Payung Teduh ................................ 45
2.5 Ironi …....................................................................... 47
2.5.1 Gaya Bahasa Ironi yang Terdapat pada Lirik
Lagu Naif ......................................................... 47
2.5.2 Gaya Bahasa Ironi yang Terdapat pada Lirik
Lagu Payung Teduh ......................................... 48
2.6 Jumlah Pemakaian Gaya Bahasa Kiasan yang
Terdapat pada Lirik Lagu yang Diciptakan oleh
Naif dan Payung Teduh ............................................ 48
BAB III FUNGSI GAYA BAHASA KIASAN YANG
TERDAPAT PADA LIRIK LAGU YANG
DICIPTAKAN OLEH NAIF DAN PAYUNG TEDUH
3.1 Pengantar ................................................................... 49
3.2 Memperindah Lirik Lagu .......................................... 50
3.2.1 Fungsi Memperindah Lirik Lagu pada Lirik
Lagu Naif ......................................................... 50
3.2.2 Fungsi Memperindah Lirik Lagu pada Lirik
Lagu Payung Teduh ......................................... 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
3.3 Menyamarkan Sesuatu ……...................................... 59
3.3.1 Fungsi Menyamarkan Sesuatu pada Lirik
Lagu Naif ......................................................... 59
3.3.2 Fungsi Menyamarkankan Sesuatu pada Lirik
Lagu Payung Teduh ......................................... 62
3.4 Menciptakan Suasana Tertentu ................................. 65
3.4.1 Fungsi Menciptakan Suasana Tertentu pada
Lirik Lagu Naif ................................................ 65
3.4.2 Fungsi Menciptakan Suasana Tertentu pada
Lirik Lagu Payung Teduh ................................ 68
3.5 Membujuk, Mengingatkan, dan Meyakinkan ........... 71
3.5.1 Fungsi Membujuk, Mengingatkan, dan
Meyakinkan pada Lirik Lagu Naif ................... 71
3.5.2 Fungsi Membujuk, Mengingatkan, dan
Meyakinkan pada Lirik Lagu Payung Teduh ... 74
3.6 Menyindir ................................................................. 74
3.4.1 Fungsi Menyindir pada Lirik Lagu Naif …...... 75
3.4.2 Fungsi Menyindir pada Lirik Lagu Payung
Teduh ............................................................... 75
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ................................................................ 76
4.2. Saran .......................................................................... 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 78
LAMPIRAN ............................................................................................. 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lagu adalah salah satu sarana komunikasi yang disampaikan melalui
liriknya. Lirik adalah susuan kata sebuah nyanyian, dengan kata lain karya sastra
dalam (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian
(Hasan, 2007: 121). Lirik lagu ditulis dengan banyak maksud dan makna,
beberapa hanya bertujuan untuk menghibur, tetapi tak jarang pula yang memakai
lagu sebagai sarana untuk mencurahkan hati dan menyindir. Melalui sebuah lagu,
dapat didapatkan makna secara tepat dan dalam, tetapi dalam sebuah wadah yang
tidak membosankan pula. Masyarakat sekarang cenderung lebih tertarik terhadap
sesuatu yang tidak terlalu serius, melainkan menghibur.
Objek sasaran penelitian ini adalah gaya bahasa kiasan yang digunakan
oleh Naif dan Payung Teduh dalam pembuatan lirik lagu mereka. Naif merupakan
sebuah band indie yang terbentuk pada tahun 1995, sedangkan Payung Teduh
yang merupakan band indie pula yang terbentuk pada tahun 2007. Kedua band
tersebut terbentuk di dua era yang berbeda, 90-an dan 2000-an. Naif dan Payung
Teduh mempunyai eksistensinya masing-masing. Naif yang terbentuk dari tahun
90-an masih mempunyai banyak penggemar hingga sekarang, juga Payung Teduh
yang sejak pertama terbentuk mempunyai tempat khusus di banyak hati
penggemarnya. Naif terkenal dengan lirik lagunya yang indah dan mudah untuk
dipahami, sedangkan Payung Teduh dikenal sebagai band indie yang memberikan
unsur „puisi‟ di dalam lirik-lirik lagunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
Hingga saat ini Naif telah mengeluarkan delapan album, yaitu “Naif”
(1998), “Jangan Terlalu Naif” (2000), “Titik Cerah” (2002), “The Best of Naif”
(2005), “Retropolis” (2005), “Televisi” (2007), “A Night at Schouwburg” (2008),
dan “Planet Cinta” (2011). Sedangkan Payung Teduh telah mengeluarkan tiga
album, yaitu “Payung Teduh” (2010), “Dunia Batas” (2012), dan “Live and
Loud” (2016).
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran dengan memperlihatkan
jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa tersebut melalui bahasa secara
khas (Keraf, 1984:113). Menurut Gorys Keraf, gaya bahasa berdasarkan langsung
tidaknya makna terbagi menjadi dua macam, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya
bahasa kiasan. Gaya bahasa retoris terbagi menjadi aliterasi, asonansi, anastrof,
apofasis atau preterisio, apostrof, asindenton, polisindeton, kiasmus, elipsis,
eufemismus, histeron porteron, pleonasme dan tautologi, perifrasis, prolepsis atau
antisipasi, erotesis atau pertanyaan retoris, silepsis dan zeugma, koreksio atau
epanortosis, hiperbol, paradoks, dan oksimoron. Sedangkan gaya bahasa kiasan
itu sendiri terbagi menjadi persamaan atau simile, metafora, alegori, parabel,
fabel, personifikasi atau prosopopoeia, alusi, eponim, epitet, sinekdoke,
metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme, sarkasme, satire, inuendo,
antifrasis, dan pun atau paronomasia. Dalam penelitian ini secara khusus akan
membicarakan gaya bahasa kiasan.
Perbandingan gaya bahasa kiasan pada lirik lagu yang diciptakan oleh
Naif dan Payung Teduh dipilih sebagai topik dalam penelitian ini didasarkan
alasan sebagai berikut. Pertama, lagu merupakan salah satu sarana komunikasi
dan hiburan yang digemari oleh masyarakat dari waktu ke waktu. Kedua, terkait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
dengan pembuatan lirik lagu yang seringkali melibatkan bidang sastra di dalam
penulisannya agar terkesan lebih mendramatisir, mendalam, dan indah. Ketiga,
terkait dengan frekuensi banyak dan tidaknya jumlah gaya bahasa kiasan yang
digunakan dalam pembuatan lirik lagu pada dua era yang berbeda. Keempat, gaya
bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu yang diciptakan oleh band di dua era
yang berbeda ada berbagai jenis menurut kepenuhan makna kiasnya.
Hal pertama yang dibahas dalam penelitian ini adalah jenis gaya bahasa
kiasan pada lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh, seperti
tampak dalam data berikut:
(1) “Cerita Tentang Gunung dan Laut” (Payung Teduh, 2017) (a) Aku pernah berjalan disebuah bukit (b) Tak ada air (c) Tak ada rumput (d) Tanah terlalu kering untuk ditapaki (e) Panas selalu menghantam kaki dan kepalaku (f) Aku pernah berjalan diatas laut (g) Tak ada tanah (h) Tak ada batu (i) Air selalu merayu (j) Menggodaku masuk ke dalam pelukannya (k) Tak perlu tertawa atau menangis (l) Pada gunung dan laut (m) Karena gunung dan laut (n) Tak punya rasa (o) Aku tak pernah melihat gunung menangis (p) Biarpun matahari membakar tubuhnya (q) Aku tak pernah melihat laut tertawa (r) Biarpun kesejukkan bersama tariannya
Pada data (1) dalam lirik lagu “Cerita Tentang Gunung dan Laut” pada
album terbaru Payung Teduh, gaya bahasa kiasan yang terkandung di dalamnya
adalah personifikasi. Data gunung menangis (1o) dan laut tertawa (1q)
„menghidupkan benda mati‟ atau „benda mati melakukan kegiatan yang dilakukan
manusia‟. Gaya bahasa personifikasi gunung menangis dan laut tertawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
bermaksud untuk mengindahkan lirik lagu agar lirik lagu terkesan lebih puitis.
Gunung menangis (1o) dapat berarti gunung yang meledak, tetapi agar lebih puitis
dan indah dibuat menjadi gunung menangis, begitu pula dengan laut tertawa (1q).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada beberapa jenis gaya bahasa kiasan
dalam Bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, akan dibahas jenis-jenis gaya
bahasa kiasan dalam Bahasa Indonesia. Berikut ini dikemukakan data yang lain:
(2) Aku Rela (a) Sejak kubertemu (b) Denganmu kekasih hatiku (c) Engkau selalu cemburu (d) Kau terus mencoba (e) untuk berkuasa (f) Tidakkah cukup bagimu (g) semua pengorbananku (h) Dan (i) Aku rela meninggalkan pacarku (j) Demi 'tuk dapatkan (k) Kau kekasihku (l) Aku tak menyangka (m) Kau hancurkan semua (n) Impian di depan mata (o) Kau terus mencoba (p) Untuk berkuasa (q) Tidakkah cukup bagimu (r) Semua pengorbananku
Pada data (2) dalam lirik lagu “Aku Rela” yang terdapat pada album
terakhir Naif, tidak terdapat gaya bahasa kiasan tertentu. Penulis lirik hanya
mengubah kata perkata agar tertulis lebih indah, tetapi tidak memanfaatkan gaya
bahasa kiasan di dalamnya.
Masalah kedua yang dikaji dalam penelitian ini adalah fungsi gaya bahasa
kiasan pada lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh, seperti
terlihat dalam data berikut:
(s) “Benci Untuk Mencinta” (Naif, 2005) (a) Oh betapa ku saat ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
(b) Ku benci untuk mencinta (c) Mencintaimu (d) Oh betapa ku saat ini (e) Ku cinta untuk membenci (f) Membencimu (g) Aku tak tahu apa yg terjadi (h) Antara aku dan kau (i) Yang ku tahu pasti (j) Aku begitu mencintaimu (k) Aku tak tahu apa yg terjadi (l) Antara aku dan kau (m) Yang ku tahu pasti (n) Ku benci untuk mencintaimu (o) Aku tak tahu apa yg terjadi (p) Antara aku dan kau (q) Yang ku tahu pasti (r) Ku benci untuk mencintaimu (s) Yang kutahu pasti kubenci untuk mencintaimu
(3) “Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan” (Payung Teduh, 2013)
(a) Tak terasa gelap pun jatuh (b) Di ujung malam menuju pagi yang dingin (c) Hanya ada sedikit bintang malam ini (d) Mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya (e) Lalu mataku merasa malu (f) Semakin dalam ia malu kali ini (g) Kadang juga ia takut (h) Tatkala harus berpapasan ditengah pelariannya (i) Di malam hari (j) Menuju pagi (k) Sedikit cemas (l) Banyak rindunya
Terlihat perbandingan frekuensi penggunaan gaya bahasa kiasan yang
terdapat pada kedua data tersebut. Pada data lirik lagu “Benci Untuk Mencinta”
yang ditulis tahun 2005 (3), tidak terdapat gaya bahasa kiasan tertentu. Lirik lagu
tersebut bermakna sesungguhnya. Penulis lirik hanya memperindah kalimat
dengan kata-kata yang puitis namun tidak mengubahnya menjadi suatu makna
kias tertentu. Tanpa menelaah lebih dalam, kita dapat langsung mengetahui
maksud penulis lirik tersebut adalah perbedaan yang sangat tipis antara cinta dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
benci. Sedangkan pada data lirik lagu “Untuk Perempuan yang Sedang dalam
Pelukan” yang ditulis tahun 2013, terdapat beberapa gaya bahasa kiasan yaitu
personifikasi pada data (4a), (4e), (4g), dan (4h). Personifikasi adalah gaya bahasa
kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak
bernyawa atau tidak hidup tetapi seolah-seolah memiliki sifat kemanusiaan
(Keraf, 1984: 140). Tidak hanya memperindah lirik dengan kata-kata puitis,
penulis lirik tersebut menyembunyikan makna tertentu dibalik kalimatnya. Makna
lagu tersebut adalah sepasang kekasih yang sedang memadu asmara. Terlihat pada
lirik (4c) Hanya ada sedikit bintang malam ini (4d) mungkin karena kau sedang
cantik-cantiknya yang menunjukkan keromantisan sepasang kekasih.
Berdasarkan data (3) dan (4), fungsi gaya bahasa kiasan yang terdapat
pada lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh menjadi pokok
permasalahan yang kedua dalam penelitian ini.
2. Rumusan Masalah
2.1 Apa jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu yang diciptakan
oleh Naif dan Payung Teduh?
2.2 Bagaimana fungsi gaya bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu yang
diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh?
3. Tujuan Penelitian
3.1 Mendeskripsikan jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu
yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
3.2 Mendeskripsikan fungsi gaya bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu
yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh.
4. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah deskripsi perbandingan fungsi gaya bahasa
kiasan pada lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh. Manfaat
teoretis dari hasil penelitian ini adalah memberi sumbangan teori gaya bahasa
kiasan pada lirik lagu dalam bidang semantik. Sedangkan manfaat praktis dari
hasil penelitian ini adalah sebagai salah satu aspek yang dapat dipergunakan
dalam panduan untuk menyusun lirik lagu bagi para penyusun lagu dan dapat
menjadi panduan untuk memahami makna atau isi lirik lagu bagi para penikmat
lagu. Selain itu, penelitian ini dapat memberi masukan bagi band Naif dan Payung
Teduh dalam hal pembuatan lirik lagu mereka.
5. Tinjauan Pustaka
Telah ada beberapa skripsi yang membahas mengenai gaya bahasa kiasan,
yaitu “Gaya Bahasa Kiasan dalam Kumpulan Cerita Pendek Roro Mendut dan
Atmo Karya Besar S. W.” oleh Lilid Perwira Setya, Program Studi Sastra
Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma; “Gaya Bahasa Kiasan
dalam Lirik Lagu Iwan Fals” oleh Diana Maria Adriana, Program Studi Sastra
Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma; “Gaya Bahasa Kiasan
dalam Wacana Ole Internasional di Tabloid Bola Tanggal 3 Maret 2006 s/d 22
September 2006” oleh Setiawan Werokila, Program Studi Sastra Indonesia,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Belum ada skripsi yang membahas
mengenai band Naif dan Payung Teduh.
Tinjauan pustaka penelitian ini diambil dari dua skripsi dan satu buku.
Yang pertama adalah skripsi berjudul “Gaya Bahasa Repetisi dalam Lirik Lagu
Ciptaan Ungu pada Album Sayang” oleh Marduita, yang kedua adalah skripsi
berjudul “Penggunaan Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Laluba Karya
Nukila Amal yang Mengacu pada Karya Grafis M. C. Escher: Analisis Stilistika”
oleh Evi Selviawati, dan sebuah buku berjudul “Teach Yourself Books:
Songwriting” oleh J. D. Lindsay.
Terdapat beberapa penelitian yang diketahui mengangkat masalah terkait
dengan gaya bahasa, salah satunya skripsi berjudul “Gaya Bahasa Repetisi dalam
Lirik Lagu Ciptaan Ungu pada Album Sayang” yang ditulis oleh Marduita,
Sarjana, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma
(2015). Skripsi tersebut bertujuan untuk menjelaskan jenis serta menguraikan
fungsi gaya bahasa repetisi lirik lagu ciptaan Ungu pada album Sayang.
Kesimpulan yang didapatkan dari skripsi tersebut adalah pertama, ciptaan Ungu
pada album Sayang mengandung sembilan jenis gaya bahasa repetisi, yaitu (i)
aliterasi, (ii) asonansi, (iii) antanaklasis, (iv) kiasmus, (v) epizeukis, (vi) tautotes,
(vii) anafora, (viii) epistrofa, dan (ix) simploke. Kedua, gaya bahasa repetisi pada
lirik lagu ciptaan Ungu pada album Sayang memiliki beberapa fungsi, yaitu (i)
fungsi menghaluskan, (ii) fungsi melebihkan, (iii) fungsi keindahan, dan (iv)
fungsi mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung.
Dalam skripsi yang berjudul “Penggunaan Gaya Bahasa dalam Kumpulan
Cerpen Laluba Karya Nukila Amal yang Mengacu pada Karya Grafis M. C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
Escher: Analisis Stilistika” yang ditulis oleh Evi Selviawati, Sarjana, Program
Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
(2012) dikatakan bahwa gaya bahasa repetisi dan simile menghasilkan beberapa
efek di dalam setiap cerpen. Efek yang paling besar adalah dalam membangun
citraan karya-karya grafis yang diacu pada setiap cerpen. Namun, repetisi dan
simile dapat menghasilkan efek lain di luar itu. Salah satu fungsi repetisi adalah
memberikan efek puitik, yakni dari presisi rima yang dihasilkan. Sedangkan
fungsi gaya bahasa simile adalah hadirnya referen pembanding turut membantu
memperkuat seperti apa nilai rasa dan ciri gambaran yang hendak dilukiskan
karena objek utama dapat dibandingkan dengan sesuatu yang lain yang bersifat
umum.
Menurut Lindsay (1966: 47-49), dalam buku yang berjudul Teach Yourself
Books: Songwriting, menjelaskan bahwa lirik yang baik mempunyai 3 unsur,
yaitu (1) subjek. Dalam sebuah lagu, harus mempunyai tema yang jelas agar
setiap bait mempunyai ceritanya masing-masing. Lalu (2) penataan kata, kata
dalam lagu harus disusun sedemikian rupa agar terlihat sungguh-sungguh. Unsur
yang terakhir yaitu (3) kejelasan. Lagu adalah perpaduan antara seni kata dan seni
musik, dalam musik tidak kata arti yang jelas, jadi kata-kata atau lirik yang ada
dalam musik tersebut haruslah jelas agar maksud yang direpresentasikan dapat
tersampaikan dengan baik.
Pembahasan mengenai teori gaya bahasa tertentu yang telah diteliti para
pendahulu mencakup teori gaya bahasa repetisi, beberapa teori gaya bahasa
retoris, serta beberapa bagian dari teori gaya bahasa kiasan. Begitu pula
pembahasan mengenai lirik lagu tertentu yang telah diteliti para pendahulu hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
khusus mencakup sebuah nama band. Pembahasan keseluruhan mengenai teori
gaya bahasa kiasan dalam lirik lagu belum diteliti oleh peneliti pendahulu, serta
belum ada yang membandingkan antara band yang satu dengan yang lain. Oleh
karena itu objek lirik lagu band Naif dan Payung Teduh dijadikan topik pada
penelitian ini.
6. Landasan Teori
6.1 Lirik Lagu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 835), lirik adalah karya
sastra dalam (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah
nyanyian. Lagu adalah berbagai irama yang meliputi suara instrument dan
bernyanyi (dalam tingkah laku: cara, lagak, menyanyikan lagu lama- tentang
seseorang yang selalu membanggakan masa lalunya). Sedangkan, lagu juga bisa
disebug dendang, nyanyian, tuturan. Lirik adalah sajak atau susunan kata sebuah
nyanyian; karya sastra yang berisi curahan pribadi; yang utama adalah lukisan
perasaannya (Sudjiman, 1990: 49).
Syair menurut Kamus Musik (1992: 131) adalah komposisi puisi yang
sering dilagukan. Tiap bait terdiri dari empat baris kalimat, yang keempatnya
merupakan kesatuan makna; atau kata-kata lagu.
6.2 Gaya Bahasa
Majas, kiasan, atau ‘figure of speech’ adalah bahasa kias, bahasa indah
yang dipergunakan untuk meninggikan serta meningkatkan efek dengan jalan
memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
benda atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata, penggunaan majas tertentu
dapat merubah serta menimbulkan nilai rasa atau konotasi tertentu (Dale dalam
Tarigan, 1985: 112).
Dalam bukunya yang berjudul “Diksi dan Gaya Bahasa” (1988: 129),
Keraf mengatakan ada beberapa dasar yang menentukan pembagian gaya bahasa,
salah satunya berdasarkan langsung tidaknya makna atau sering disebut trope atau
figure of speech yaitu apakah acuan yang dipakai masih mempertahankan makna
denotifnya atau sudah ada penyimpangan.
6.3 Gaya Bahasa Kiasan
Gaya bahasa kiasan ini pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan
atau persamaan. Membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, berarti
mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara kedua hal
tersebut. Perbandingan sebenarnya mengandung dua pengertian, yaitu
perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau langsung, dan
perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Perbandingan biasa
mencakup dua anggota yang termasuk dalam kelas yang sama, sedangkan
perbandingan kedua, sebagai bahasa kiasan, mencakup dua hal yang termasuk
dalam kelas yang berlainan (Keraf, 1984: 136). Berikut adalah macam-macam
gaya bahasa kiasan:
6.3.1 Persamaan atau Simile
Persamaan atau simile adalah perbandingan bersifat eksplisit. Yang
dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. (Keraf, 1984, 138). Persamaan
atau simile dapat ditunjukkan dengan kata-kata: sama, seperti, sebagai, laksana,
dan sebagainya.
6.3.2 Metafora
Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara
langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati,
cindera mata, dan sebagainya. Metafora dapat disebut dengan penyimpangan
makna pula (Keraf, 1984: 139).
6.3.3 Alegori, Parabel, dan Fabel
Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan. Makna
kiasan ini harus ditarik dari bawah permukaan ceritanya. Dalam alegori, nama-
nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya selalu jelas
tersurat (Keraf, 1984: 140).
Parabel adalah suatu kisah singkat yang mengandung kiasan (Keraf, 1984:
140).
Fabel adalah suatu metafora berbentuk cerita mengenai dunia binatang, di
mana binatang-binatang bahkan mahkluk-mahkluk yang tidak bernyawa bertindak
seolah-olah sebagai manusia (Keraf, 1984: 140).
6.3.4 Personifikasi
Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan
benda-benda atau makhluk lain selain manusia tetapi seolah-olah memiliki sifat-
sifat kemanusiaan. Personifikasi merupakan suatu corak khusus dari metafora,
yang mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara, seperti manusia
(Keraf, 1984: 140).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
6.3.5 Alusi
Alusi adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan
antara orang, tempat, atau peristiwa (Keraf, 1984: 141).
6.3.6 Eponim
Adalah suatu gaya di mana seseorang yang namanya begitu sering
dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan
sifat itu (Keraf, 1984: 141).
6.3.7 Epitet
Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang
khusus dari seseorang atau sesuatu hal (Keraf, 1984: 141).
6.3.8 Sinekdoke
Sinekdoke adalah semacam gaya bahasa figuratif yang mempergunakan
sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau
mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte)
(Keraf, 1984: 142).
6.3.9 Metonimia
Metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata
untuk menyatakan hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat (Keraf,
1984: 142).
6.3.10 Antonomasia
Antonomasia juga merupakan sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang
berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri, atau gelar
resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri (Keraf, 1984: 142).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
6.3.11 Hipalase
Hipalase adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu
dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada
sebuah kata lain (Keraf, 1984: 142).
6.3.12 Ironi, Sinisme, dan Sarkasme
Ironi atau kata sindiran adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu
dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian
kata-katanya (Keraf, 1984: 143).
Sinisme adalah ironi yang lebih kasar sifatnya. Sinisme merupakan
sindiran yang berbentuk kesangsian berisi suatu ejekan (Keraf, 1984: 143).
Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme.
Sarkasme mengandung kepahitan dan celaan yang getir. (Keraf, 1984: 143).
6.3.13 Satire
Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu (Keraf,
1984: 144).
6.3.14 Inuendo
Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang
sebenarnya (Keraf, 1984: 144).
6.3.15 Antifrasis
Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata
dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau
kata-kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat, dan sebagainya
(Keraf, 1984: 145). Contoh: Lihatlah si Putri Cantik telah datang (maksudnya si
Perempuan Lusuh).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
6.3.16 Pun atau Paronomasia
Pun atau paronomasia adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan
bunyi (Keraf, 1984: 145).
6.4 Fungsi Gaya Bahasa Kiasan
Dalam kehidupan sehari-hari digunakan istilah arti kiasan. Nampaknya
penggunaan istilah arti kiasan ini sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Oleh
karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun kalimat) yang tidak
merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif)
disebut mempunyai arti kiasan (Chaer, 1985: 80).
Dalam berkomunikasi kita tidak hanya berhadapan dengan “kata”, tetapi
dengan suatu rangkaian kata yang mendukung suatu amanat, maka ada beberapa
unsur yang terkandung dalam ujaran kita yaitu: pengertian, perasaan, nada, dan
tujuan. Makna kata dapat dibatasi sebagai hubungan antara bentuk dengan hal
atau barang yang diwakilinya (referen) (Keraf, 1984: 25).
Menurut de Saussure, setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu
(1) yang diartikan dan (2) yang mengartikan. Yang diartikan sebenarnya tidak lain
daripada konsep atau makna dari sesuatu tanda bunyi. Sedangkan yang
mengartikan itu adalah tidak lain daripada bunyi-bunyi itu, yang terbentuk dari
fonem-fonem bahasa yang bersangkutan (Chaer, 2009: 29).
Dalam bukunya yang berjudul “Semantik”, Geoffrey Leech
mengkategorikan salah satu jenis makna yang bernama makna tematik. Makna
tematik adalah makna yang dikomunikasikan menurut cara penutur atau penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
menata pesannya, dalam arti menurut urutan, fokus, dan penekanan (Leech, 2003:
33).
7. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, (i) pengumpulan data, (ii)
analisis data, dan (iii) penyajian data.
7.1 Metode Teknik dan Pengumpulan Data
Objek penelitian ini adalah gaya bahasa kiasan. Data penelitian adalah
lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh. Pengumpulan data
dilakukan dengan metode simak. Metode simak yaitu metode yang dilakukan
dengan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Peneliti
menyimak data gaya bahasa kiasan pada lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan
Payung Teduh menurut data lirik lagu di internet. Teknik lanjutan yang digunakan
pada metode ini adalah teknik catat. Data yang sudah terkumpul kemudian dicatat
pada kartu daya yang dilanjutkan dengan klasifikasi (Sudaryanto, 1993:135). Pada
penelitian ini diambil data 64 lagu ciptaan band Naif dan 16 lagu ciptaan band
Payung Teduh.
7.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Setelah semua data gaya bahasa pada lirik lagu yang diciptakan oleh Naif
dan Payung Teduh terklasifikasikan, kemudian peneliti menganalisis data tersebut
menggunakan metode padan dan metode agih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
Untuk menganalisis dasar gaya bahasa pada lirik lagu yang diciptakan
oleh Naif dan Payung Teduh, digunakan metode padan. Metode padan adalah
metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak
menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto,
1993: 13). Alat penentu yang digunakan peneliti adalah metode padan referensial,
yaitu metode padan yang alat penentunya berupa referen bahasa (Kesuma, 2007:
48). Referen bahasa adalah kenyataan atau unsur luar bahasa yang ditunjuk satu
kebahasaan (Kridalaksana, 2001: 186). Metode padan referensial itu digunakan
untuk menentukan identitas satuan kebahasaan menurut referen yang ditunjuk
(Kesuma, 2007: 48). Teknik dasar dalam metode padan adalah teknik pilah unsur
penentu, yaitu teknik analisis data dengan cara memilah-milah satuan kebahasaan
yang dianalisis dengan alat penentu berupa daya pilah yang bersifat mental yang
dimiliki oleh penelitinya (Sudaryanto, 1993: 1). Jenis penentunya adalah daya
pilah referensial, yaitu daya pilah yang menggunakan referen atau sosok yang
diacu oleh satuan kebahasaan sebagai alat penentu (Kesuma, 2007: 52). Peneliti
menggunakan referen berupa gaya bahasa pada penelitian ini.
Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam
dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993: 15). Teknik
yang dipakai dalam metode agih adalah teknik perluas. Teknik perluas adalah
teknik analisis data dengan cara memperluas satuan kebahasaan yang dianalisis
dengan menggunakan satuan kebahasaan tertentu (Kesuma, 2007: 59). Teknik
perluas digunakan untuk menentukan segi-segi kemaknaan satuan kebahasaan
tertentu (Sudaryanto 1993: 55).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis
Setelah selesai pada tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah
penyajian hasil analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan
metode informal, yaitu penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-
kata biasa (Kesuma, 2007: 71).
8. Sistematika Penyajian
Laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab, yaitu:
Bab I adalah pendahuluan. Bab ini memaparkan perihal latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka,
landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab II berisi penjelasan tentang jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat
pada lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh. Peneliti menemukan
frekuensi jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu yang diciptakan
oleh Naif dan Payung Teduh.
Bab III berisi uraian mengenai fungsi gaya bahasa kiasan yang terdapat
pada lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh. Peneliti menemukan
perbandingan fungsi gaya bahasa yang terdapat pada lirik lagu yang diciptakan
oleh Naif dan Payung Teduh.
Bab IV adalah penutup. Bab ini berisi kesimpulan penelitian dan saran.
Kesimpulan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbandingan frekuensi
penggunaan gaya bahasa pada lirik lagu band pop di dua era yang berbeda. Saran
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah saran kepada penulis lirik lagu untuk
memperbanyak gaya bahasa kiasan pada karyanya agar terkesan lebih indah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
saran kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti topik yang sama dengan
kajian yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
BAB II
JENIS GAYA BAHASA KIASAN YANG TERDAPAT PADA LIRIK LAGU
YANG DICIPTAKAN OLEH NAIF DAN PAYUNG TEDUH
2.1 Pengantar
Pada bab II ini diuraikan jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat pada lirik
lagu yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh. Dalam pembahasan ini
dikemukakan dua rumusan yang berbeda, yaitu gaya bahasa kiasan yang terdapat
pada lirik lagu Naif dan gaya bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu Payung
Teduh. Data diambil dari lagu-lagu di seluruh album Naif dan Payung Teduh.
Adapun jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu yang
diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh adalah (i) personifikasi, (ii) simile atau
persamaan, (iii) metafora, dan (iv) ironi.
2.2 Personifikasi
Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-
benda atau makhluk hidup lain seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan atau
melakukan kegiatan yang biasa dilakukan oleh manusia. Personifikasi mengiaskan
untuk bertindak, berbuat, berbicara, seperti manusia. Personifikasi mengandung
unsur kesamaan. Berbeda dengan metafora, yaitu membuat perbandingan dengan
suatu hal yang lain, maka dalam penginsanan hal yang lain itu adalah benda-
benda mati yang bertindak dan berbuat seperti manusia, atau perwatakan manusia.
Pokok yang dibandingkan itu seolah-olah berwujud manusia, baik dalam tindak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
tinduk, perasaan, dan perwatakan manusia padahal sesungguhnya tidak (Keraf,
1984: 140-141).
2.2.1 Gaya Bahasa Personifikasi yang Terdapat pada Lirik Lagu Naif
Berikut merupakan gaya bahasa personifikasi yang terdapat pada lirik lagu
dalam album Naif:
(4) Puspa Indah (a) Telah lama terkenang (b) Puspa Indahku tersayang (c) Selalu kumenunggu (d) Surat dan kabarmu (e) Ah... puspa indahku (f) Oh... buluh perindu (g) Ku takkan jemu-jemu (h) 'Tuk bersurat slalu (i) Walau jauh di mata (j) Tapi dekatlah di hati (k) Tempo-tempo bersua (l) Di stasiun kota
(5) Hai Monas (a) Bangun pagi-pagi, menghadapi hari (b) Ayam berdiri berkokok (c) Ayo bersiap 'tuk memulai hari ini (d) Udara yang segar buat badan bugar (e) Kuhirup dan kuberlari (f) Putari Monas tujuh kali tiap hari (g) Di tiap hari ... slalu begini (h) Berulang kali ... peristiwa yang kualami tiap hari tiap pagi (i) Mentari tlah datang (j) Hai Monas menantang (k) Peluh mulai bercucuran (l) Kulitku kini memerah habis terpanggang (m) Nafasku terengah, tubuhku pun lelah (n) Namun tanpa keluh kesah (o) Kulari dan kuberlari pantang menyerah (p) Di tiap hari ... slalu begini (q) Berulang kali ... peristiwa yang kualami tiap hari tiap pagi (r) Hai Monas kini tlah ramai lagi ... semua menari ... menikmati
segarnya udara di pagi hari ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
(6) Safari Menuju Laut (Jangan Terlalu Naif, 2000) (a) Uuhu ... tancap kombimu, safari menuju laut (b) Waw!!! Gadis pantai menantimu, bikini bikin terpaku (c) Oh indahnya suasana ... laut tiada matinya (d) Langit cerah ... bergairah ... ceria di tepi samudera ... (e) Uuhu ... angkat papanmu, berlari menuju laut Waw!!! (f) Nah 'tu dia ombak datang, hatiku semakin girang (g) Dan ku terjang ... papan goyang, meluncur tiada terhalang (h) Ku dipandang gadis pirang berbikini belang-belang (i) Uuhu ... laju papanku ... kendali ombak menderu (j) Waw!!! Terhempas ke dasar laut, hampir ku di ujung maut (k) Oh ternyata ... tiba-tiba ... ku tertolong lumba-lumba (l) Ooh dahsyatnya ... waah asyiknya berpapan selancar ria
(7) Bunga Hati (a) Takkan layu bunga terkasihku (b) Yang tumbuh berseri (c) Indah di taman hatiku (d) Takkan layu bunga pujaanku (e) Walaupun sang waktu (f) Datang dan berlalu, Ooo (g) Bunga hatiku, jangan pernah kau layu (h) Mekar dan berseri (i) Bunga taman hatiku (j) Harum dan mewangi (k) S'panjang waktu (l) Kan kujaga sepenuh jiwa (m) Takkan layu bunga pujaanku (n) Walaupun sang waktu (o) Datang dan berlalu, Ooo (p) Kan kujaga sepenuh jiwa (q) Kau bungaku
(8) Ceriakan Dunia (a) Ceria (b) Lihat duniaku yang kini penuh warna (c) Berhiaskan cinta di relung hati kita (d) Kau yang slalu buatku ceria (e) Dan, oh, saat ini kau tetap mempesona (f) Detik demi detik kan terasa menggoda (g) Kau yang slalu membuatku ceria (h) Di balik hati yang gulana (i) Lihat duniaku yang kini penuh warna (j) Berhiaskan cinta di relung hati kita (k) Kau yang slalu membuatku ceria (l) Dibalik hati yang gulana (m) Burung pun bernyanyi tralala (n) Kau yang slalu buatku ceria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
(9) Dia Adalah Pusaka Sejuta Umat Manusia Yang Ada Di Seluruh Dunia (a) Manusia berkembang menurut (b) perkembangan jaman yang ada (c) Tengoklah kiri dan kanan sudah (d) banyak gedung yang tinggi menjulang (e) Pohon-pohon yang dulu hijau kini (f) telah berubah menjadi batu (g) Kurasa manusia kini tak pernah (h) peduli lagi dengan alamnya (i) Dia... Adalah pusaka sejuta umat (j) manusia yang ada di seluruh dunia (k) Langit biru cerah tak mungkin (l) lagi terlihat bersih dan ceria (m) Pelangi yang berwarna-warni (n) warnanya semakin tak menentu (o) Bunga-bunga yang indah tak (p) pernah semerbak lagi seperti dulu (q) Udara segar yang dulu ada (r) kini tak pernah lagi kurasakan
(10) Gula-Gula (a) Tak pernah aku meminta maka usah engkau memberi (b) Kau tahu hati adalah penglihatan paling sejati (c) Tolonglah jauhi aku ku tak pernah ingin terjatuh (d) Ke dalam sesuatu yang lebih baik kuanggap tabu (e) Gula-gula... Tak mudah untuk memilah rasa cinta dan bukan cinta (f) Sanggupkah kulawan semua nafsu yang kan menjadi karma (g) Tolonglah jauhi aku ku tak pernah ingin terjatuh (h) Ke dalam sesuatu yang lebih baik kuanggap tabu (i) Gula-gula... Tak pernah aku meminta maka usah engkau memberi (j) Kau tahu hati adalah penglihatan paling sejati (k) Tak mudah untuk memilah rasa cinta dan bukan cinta (l) Sanggupkah kulawan semua nafsu yang kan menjadi karma Gula-
gula
(11) Katakan Iya (a) Semakin engkau jauh (b) Semakin kuingin mendekati dirimu (c) Meski kau tak peduli (d) Di setiap langkahmu disitu ku ada (e) Takkah engkau merasa (f) Kesungguhan di dalam jiwaku (g) Terpuji dirimu bila kaupalingkan hatimu darinya (h) Semesta jadi saksinya aku yang pantas menjadi milikmu (i) Katakan iya
(12) Pagi (a) Salah bila dikau mencintaiku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
(b) Simpan saja rasa hatimu itu (c) Bukannya aku tak suka (d) Ku telah ada yang punya (e) dan hatiku tak mampu untuk mendua (f) Salah bila dikau mengharapkanku (g) Tutup saja pintu hatimu itu (h) Bukannya aku tak suka (i) Ku telah ada yang punya (j) dan hatiku tak mampu untuk mendua (k) Bukan maksud hati tuk lukaimu (l) Dengan kuberkata sejujurnya (m) Kuharap dikau mengerti padaku (n) dan hatiku tak mampu tuk mendua (o) Bila malam lewat jelang, bunga tidurpun hilang (p) Saat yang kunantikan pun datang (q) Cahaya sang mentari sinari alam ini (r) Buat cerahnya hati... berseri (s) Alangkah indahnya, oh pagi hadirmu slalu kunanti (t) Janjiku takkan tinggalkan mu, oh pagi (u) Mungkinkah oh semua ini akan terus kualami (v) Bila ia tinggalkan aku sendiri (w) Tetes embun basahi daun, bunga bersemi (x) Kumbang, lebah, kupu-kupu, menari
(13) Tidurlah (a) Tidurlah oh tidurlah (b) hari sudah larut malam (c) Biar kukecup kening di wajahmu (d) nan ayu dan lembut (e) Mimpilah oh mimpilah (f) bawa serta oh mimpiku (g) Terbang jauh ke langit ketujuh (h) Pejamkanlah matamu (i) ku takkan mengganggu (j) Ku akan selalu ada (k) di sini menemanimu (l) Tidurlah oh tidurlah (m) hanyut dalam peraduan (n) Bulan bintang hampiri (o) 'tuk menimang (p) Tidurlah oh tidurlah (q) hari sudah larut malam (r) Biar kukecup kening di wajahmu (s) nan ayu dan lembut (t) Mimpilah oh mimpilah (u) hingga pagi hari datang (v) Dan kini kuucapkan, (w) Sampai jumpa esok... hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
Pada data (5), terlihat dari data (5c) dan (5d), bahwa penulis lirik selalu
menunggu surat dan kabar dari sang „Puspa Indah‟. Penulis mengandaikan sebuah
bunga dapat mengirim kabar melalui sebuah surat.
Pada (6), gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada (6j) hai Monas
menantang, seolah-olah Monas seperti manusia yang bisa menantang. Monas
merupakan benda mati yang adalah salah satu objek wisata di Jakarta yang
menjadi simbol dari Ibu Kota Negara Indonesia pula.
Pada data (7), terdapat sebuah gaya bahasa personifikasi yaitu (7d) langit
cerah, bergairah, ceria di tepi samudera. Langit yang cerah diandaikan dapat
memiliki sifat ceria serta bergairah layaknya manusia.
Pada data (8), gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada (8n) hingga (8o)
sang waktu datang dan berlalu. Pada kalimat tersebut, waktu dipersamakan
dengan manusia yang dapat datang dan berlalu.
Pada lirik “Ceriakan Dunia” (9), (9m) burung pun bernyanyi tralala
merupakan gaya bahasa personifikasi karena bernyanyi adalah kegiatan yang
hanya bisa dilakukan oleh manusia, tetapi dalam lirik tersebut burung diandaikan
dapat bernyanyi.
Data (10) menunjukkan bahwa penulis memanusiakan langit, yaitu (10l)
langit biru cerah tak mungkin lagi terlihat bersih dan ceria. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008: 784), langit adalah ruang luas yang terbentang di
atas bumi.
Data (11) menyamakan hati dengan penglihatan. Disebutkan pada (11j)
hati adalah penglihatan paling sejati. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008: 487), hati adalah organ badan yang berwarna kemerah-merahan di bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
kanan atas rongga perut. Jadi hati tidak bisa bertindak selayaknya suatu panca
indera, salah satunya penglihatan.
Pada data (12) ditunjukkan adanya satu gaya bahasa personifikasi, yaitu
(12h) semesta jadi saksinya aku yang pantas menjadi milikmu. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008: 1263), semesta adalah kata numeralia yang berarti
semua yang ada di alam dan kata sifat yang berarti seluruh dunia. Dapat dikatakan
bahwa semesta tidak bisa menjadi saksi layaknya manusia.
Gaya bahasa personifikasi pada data (13) ditunjukkan pada baris lirik
terakhir yaitu kumbang, lebah, kupu-kupu menari. Kumbang, lebah, dan kupu-
kupu adalah jenis hewan. Sedangkan menari adalah kata kerja yang hanya dapat
dilakukan manusia. Lirik tersebut memanusiakan hewan.
Pada data (14), gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada (14n) dan
(14o) bulan bintang hampiri ‘tuk menimang. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008: 219), bulan adalah satelit alami yang mengitari bumi, tampak
bersinar pada malam hari karena pantulan sinar matahari dan bintang adalah
benda langit yang mampu memancarkan cahaya dan memproduksi energi sendiri,
misalnya matahari. Kedua benda tersebut merupakan benda mati yang tidak dapat
menimang layaknya manusia.
2.1.2 Gaya Bahasa Personifikasi yang Terdapat pada Lirik Lagu Payung
Teduh
Berikut merupakan gaya bahasa personifikasi yang terdapat pada lirik lagu
dalam album Payung Teduh:
(14) Angin Pujaan Hujan (Payung Teduh, 2010) (a) Datang dari mimpi semalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
(b) Bulan bundar bermandikan sejuta cahaya (c) Di langit yang merah (d) Ranum seperti anggur (e) Wajahmu membuai mimpiku (f) Sang pujaan tak juga datang (g) Angin berhembus bercabang (h) Rinduku berbuah lara
(15) Cerita Tentang Gunung dan Laut (a) Aku pernah berjalan di sebuah bukit (b) Tak ada air (c) Tak ada rumput (d) Tanah terlalu kering untuk ditapaki (e) Panas selalu menghantam kaki dan kepalaku (f) Aku pernah berjalan di atas laut (g) Tak ada tanah (h) Tak ada batu (i) Air selalu merayu (j) Menggodaku masuk ke dalam pelukannya (k) Tak perlu tertawa atau menangis (l) Pada gunung dan laut (m) Karena gunung dan laut (n) Tak punya rasa (o) Aku tak pernah melihat gunung menangis (p) Biarpun matahari membakar tubuhnya (q) Aku tak pernah melihat laut tertawa (r) Biarpun kesejukkan bersama tariannya
(16) Berdua Saja (a) Ada yang tak sempat tergambarkan oleh kata (b) Ketika kita berdua (c) Hanya aku yang bisa bertanya (d) Mungkinkah kau tahu jawabnya (e) Malam jadi saksinya (f) Kita berdua di antara kata (g) Yang tak terucap (h) Berharap waktu membawa keberanian (i) Untuk datang membawa jawaban (j) Mungkinkah kita ada kesempatan (k) Ucapkan janji takkan berpisah selamanya
(17) Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan (a) Tak terasa gelap pun jatuh (b) Di ujung malam menuju pagi yang dingin (c) Hanya ada sedikit bintang malam ini (d) Mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya (e) Lalu mataku merasa malu (f) Semakin dalam ia malu kali ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
(g) Kadang juga ia takut (h) Tatkala harus berpapasan di tengah pelariannya (i) Di malam hari (j) Menuju pagi (k) Sedikit cemas (l) Banyak rindunya
(18) Malam (a) Terang masih saja milik malam (b) Bahkan malam yang terlalu terang (c) Sanggup menjadi terik (d) Dan matahari masih sedih (e) Bersandar di belakang (f) Mungkin ia belum lelah menanti (g) Kedatangan cinta (h) Atau ia sudah bosan (i) Menanti kedatangan apapun (j) Atau teriknya (k) Sudah tidak membangunkan kita lagi (l) Bukankah kita sudah berjanji semua selesai (m) Ketika ada kita
(19) Tidurlah (a) Akhirnya malam tiba juga (b) Malam yang kunantikan sejak awal (c) Malam yang menjawab akhir kita (d) Inikah akhir yang kita ciptakan (e) Dan pagi takkan terisi lagi (f) Lonceng bertingkah sebagaimana mestinya (g) Membangunkan orang tanpa membagi (h) Sedikit asmara untuk memulai hari (i) Tidurlah (j) Malam terlalu malam (k) Tidurlah (l) Pagi terlalu pagi
(20) Kucari Kamu (a) Kucari kamu dalam setiap malam (b) Dalam bayang masa suram (c) Kucari kamu dalam setiap langkah (d) Dalam ragu yang membisu (e) Kucari kamu dalam setiap ruang (f) Seperti aku yang menunggu kabar dari angin malam (g) Aku cari kamu (h) Di setiap malam yang panjang (i) Aku cari kamu (j) Kutemui kau tiada (k) Aku cari kamu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
(l) Di setiap bayang kau tersenyum (m) Aku cari kamu (n) Kutemui kau berubah (o) Kucari kamu dalam setiap jejak (p) Seperti aku yang menunggu kabar dari matahari
(21) Menuju Senja (a) Harum mawar di taman (b) Menusuk hingga ke dalam sukma (c) Yang menjadi tumpuan rindu cinta bersama (d) Di sore itu menuju senja (e) Bersama hati yang terluka (f) Tertusuk pilu menganga luka itu (g) Di antara senyum yang menapaki jejak kenangan (h) Di sore yang gelap ditutupi awan (i) Bersama setangkup bunga cerita yang kian (j) Merambat di dinding penantian (k) Ada yang mati saat itu dalam kerinduaan (l) Yang tak terobati (m) Harum mawar di taman (n) Menusuk hingga ke dalam sukma (o) Yang menjadi tumpuan rindu cinta bersama (p) Di sore itu menuju senja (q) Baru saja kuberanjak beberapa saat sebelum itu (r) Ada yang mati menunggu sore menuju senja (s) Bersama (t) Harum mawar di taman (u) Menusuk hingga ke dalam sukma (v) Yang menjadi tumpuan rindu cinta bersama (w) Di sore itu menuju senja
(22) Biarkan (a) Turunlah ke pelukanku (b) Nyanyikan lagu rindu para wanita (c) Menata sanggul di tepi sungai (d) Menarilah bersamaku (e) Turunlah ke pelukanku (f) Nyanyikan lagu rindu para wanita (g) Melenakan para pendamba (h) Meratapi kepergian malam (i) Biarkan dewi malam menatap sayu (j) Meratapi bulan yang memudar (k) Biarkan bulan berjalan tunduk (l) Menyambut senyuman matahari (m) Biarkan matahari membuka mata (n) Membangunkan alam yang lelap (o) Biarkan dewi malam menatap sayu (p) Meratapi bulan yang memudar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
(q) Biarkan bulan berjalan tunduk (r) Menyambut senyuman matahari (s) Biarkan matahari membuka mata (t) Membangunkan alam yang lelap
(23) Di Ujung Malam (a) Di ujung malam, di antara lelap dan sadar (b) Mulailah sekarang bernyanyilah bersamaku (c) Di ujung malam, di antara lelap dan sadar (d) Mulailah sekarang menarilah bersamaku (e) Sunyi ini merdu seketika (f) Sunyi ini merdu seketika (g) Sunyi ini merdu seketika (h) Di ujung malam, di antara lelap dan sadar (i) Mulailah sekarang menarilah bersamaku (j) Sunyi ini merdu seketika (k) Sunyi ini merdu seketika (l) Sunyi ini merdu seketika (m) Sunyi ini merdu seketika (n) Sunyi ini merdu seketika (o) Sunyi ini merdu seketika
Pada data (15), ditunjukkan dua gaya bahasa kiasan personifikasi, yaitu
(15b) dan (15h). Pada (15b) dikatakan bahwa bulan bundar bermandikan sejuta
cahaya yang di mana bulan bundar merupakan benda mati yang tidak bisa
melakukan kegiatan mandi. Begitu halnya dengan data (15h) rinduku berbuah
lara. Rindu merupakan suatu bentuk perasaan yang tak hidup, sedang menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1175), rindu adalah sangat ingin dan
berharap benar pada sesuatu. Ia tidak bisa berbuah. Penulis lirik memanusiakan
benda mati.
Pada data (16) dalam lirik lagu “Cerita Tentang Gunung dan Laut” pada
album terbaru Payung Teduh, gaya bahasa kiasan yang terkandung di dalamnya
adalah personifikasi. Data gunung menangis (16o) dan laut tertawa (16q)
„menghidupkan benda mati‟ atau „benda mati melakukan kegiatan yang dilakukan
manusia‟. Gaya bahasa personifikasi gunung menangis dan laut tertawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
bermaksud untuk mengindahkan lirik lagu agar lirik lagu terkesan lebih puitis.
Gunung menangis (16o) dapat berarti gunung yang meledak, tetapi agar lebih
puitis dan indah dibuat menjadi gunung menangis, begitu pula dengan laut
tertawa (16q).
Pada data (17), kalimat (17e) malam jadi saksinya (17h) berharap waktu
membawa keberanian (17i) untuk datang membawa keberanian menunjukkan
personifikasi. Malam dan waktu merupakan benda mati yang dimanusiakan untuk
menjadi seorang saksi dan mempunyai sifat berani untuk membawa suatu
jawaban.
Pada data (18), terdapat beberapa gaya bahasa personifikasi pada data
(18a), (18e), (18g), dan (18h). Benda mati yang dibuat seakan melakukan sebuah
kegiatan manusia, gelap yang dapat jatuh hingga mata yang dapat merasa malu
dan takut di tengah pelariannya.
Pada data di atas, gaya bahasa personifikasi ditunjukkan dari (19d) hingga
(19i). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 887), matahari adalah
benda angkasa. Sedangkan pada lirik tersebut, ditunjukkan matahari yang adalah
sebuah benda mati dapat merasa sedih, bersandar, menanti, didatangi, serta
merasa bosan layaknya manusia.
Pada lirik lagu “Tidurlah”, terdapat sebuah gaya bahasa personifikasi yaitu
(20f) lonceng bertingkah sebagaimana mestinya. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008: 840), lonceng adalah genta. Lonceng dipersamakan dengan
manusia yang dapat bertingkah.
Pada data (21), ditunjukkan beberapa gaya bahasa personifikasi, yaitu
(21d) ragu yang membisu; (21f) kabar dari angin malam; dan (21p) kabar dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
matahari. Ragu, angin malam, serta matahari dipersamakan dengan hal-hal yang
biasa dilakukan manusia.
Pada data (22), gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada (22g) senyum
yang menapaki jejak kenangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:
1227), senyum adalah gerak tawa ekspresif yang tidak bersuara menunjukkan rasa
senang, gembira, suka. Senyum diibaratkan seperti manusia yang dapat menapaki
suatu jejak.
Pada data (23), gaya bahasa personifikasi dapat ditunjukkan pada kalimat
biarkan bulan berjalan tunduk, biarkan matahari membuka mata, dan meratapi
kepergian malam. Bulan dipersamakan dengan manusia yang dapat berjalan;
matahari yang dapat membuka mata layaknya manusia; pun malam dipersamakan
dengan manusia yang dapat pergi.
Pada lirik lagu (24) “Di Ujung Malam”, kalimat sunyi ini merdu seketika
merupakan gaya bahasa personifikasi. Sunyi merupakan suatu keadaan,
sedangkan merdu adalah suara yang dihasilkan oleh manusia.
2.3 Persamaan atau Simile
Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang
dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung
menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya
yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama,
sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya (Keraf, 1984: 138). Persamaan ada
yang mengandung perincian mengenai sifat persamaan itu dan ada pula yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
mengandung perincian mengenai sifat persamaan itu kemudian pembaca
diharapkan akan mengira sendiri sifat persamaan tersebut.
2.3.1 Gaya Bahasa Simile yang Terdapat pada Lirik Lagu Naif
Berikut merupakan gaya bahasa simile yang terdapat pada lirik lagu dalam
album Naif:
(24) Air Dan Api (a) Apa mauku apa maumu (b) Slalu saja menjadi (c) Satu masalah yang tak kunjung henti (d) Bukan maksudku bukan maksudmu (e) Untuk selalu (f) Meributkan hal yang itu-itu saja (g) Mengapa kita saling membenci (h) Awalnya kita slalu memberi (i) Apakah mungkin hati yang murni (j) Sudah cukup berarti (k) Ataukah kita belum mencoba (l) Memberi waktu pada logika (m) Jangan seperti selama ini (n) Hidup bagaikan air dan api
(25) Itulah Cinta (a) Aku sedang berjalan (b) Menyusuri relung di hatimu (c) Aku sedang mencari (d) Sesuatu di balik matamu (e) Yang mampu membuatku terpesona (f) Yang mampu membuatku terpesona (g) Apakah dirimu yang mampu (h) Membuat hatiku bagai melayang di awan (i) Dan apakah dirimu yang mampu membuat hatiku bagai terpanah
asmara
(j) Dan ku yakin itulah cinta (k) Aku sedang berjalan (l) Mengikuti kata di hatiku (m) Aku sedang mencari (n) Rahasia di balik matamu (o) Yang mampu membuatku terpesona (p) Yang mampu membuatku terpesona (q) Apakah dirimu yang mampu (r) Membuat hatiku bagai melayang di awan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
(s) Dan apakah dirimu yang mampu membuat hatiku bagai terpanah asmara
(t) Dan ku yakin itulah cinta (u) Kuyakin itulah asmara (v) Kuserasa di surga (w) Dan hatiku berbunga-bunga (x) Apakah dirimu yang mampu (y) Membuat hatiku bagai melayang di awan (z) Dan apakah dirimu yang mampu membuat hatiku bagai terpanah
asmara
(26) Kuda Besi (a) Ku jelang siang (b) Ku terjang malam (c) Tak pernah pulang (d) Kuda besiku (e) Melaju kencang (f) Bagaikan setan (g) Diterpa hujan (h) Dikejar angin (i) Dan halilintar (j) S„makin kupacu (k) Kuda besiku (l) Jantungku menderu (m) Coba kau ikuti aku ayoo (n) Bergaya dan trus melaju ayooo (o) Coba-coba ikut aku ayooo (p) Kalau kau belum jago janganlah kau sok tau (q) Siapa yang bilang (r) Anak jalanan (s) Binatang jalang (t) „ku hanya ingin (u) bersenang-senang (v) bukan menantang
Pada data (25), gaya bahasa simile jelas ditunjukkan pada baris terakhir
lirik tersebut yang menyebutkan kata sambung berupa bagaikan. Data (25)
berbunyi hidup bagaikan air dan api. Penulis memakai kata bagaikan sebagai
persamaan antara hidup dengan air dan api.
Data (26) menunjukkan bahwa terdapat dua lirik yang mengandung gaya
bahasa simile. Pada data (26h) dikatakan membuat hatiku bagai melayang di
awan dan data (26i) dan apakah dirimu yang mampu membuat hatiku bagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
terpanah asmara. Pada kedua data tersebut, terdapat kata bagai yang mewakilkan
gaya bahasa simile di dalamnya. Kedua data tersebut mengandaikan hati yang
dapat melayang di awan dan panah asmara.
Pada data (27), gaya bahasa simile ditunjukkan pada (27d), (27e), dan
(27f) kuda besiku melaju kencang bagaikan setan. Kuda besinya yang melaju
kencang disamakan dengan setan menggunakan kata hubung bagaikan.
2.3.2 Gaya Bahasa Simile yang Terdapat pada Lirik Lagu Payung Teduh
Berikut merupakan gaya bahasa simile yang terdapat pada lirik lagu dalam
album Payung Teduh:
(27) Angin Pujaan Hujan (Payung Teduh, 2010) (a) Datang dari mimpi semalam (b) Bulan bundar bermandikan sejuta cahaya (c) Di langit yang merah (d) Ranum seperti anggur (e) Wajahmu membuai mimpiku (f) Sang pujaan tak juga datang (g) Angin berhembus bercabang (h) Rinduku berbuah lara
(28) Kita adalah Sisa-sisa Keikhlasan yang Tidak Diikhlaskan (a) Kita tak semestinya berpijak di antara (b) Ragu yang tak berbatas (c) Seperti berdiri di tengah kehampaan (d) Mencoba untuk membuat pertemuan cinta (e) Ketika surya tenggelam (f) Bersama kisah yang tak terungkapkan (g) Mungkin bukan waktunya (h) Berbagi pada nestapa (i) Atau mungkin kita yang tidak kunjung siap (j) Kita pernah mencoba berjuang (k) Berjuang terlepas dari kehampaan ini (l) Meski hanyalah dua cinta (m) Yang tak tahu entah akan dibawa kemana (n) Kita adalah sisa-sisa keikhlasan (o) Yang tak diikhlaskan (p) Bertiup tak berarah (q) Berarah ke ketiadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
(r) Akankah bisa bertemu (s) Kelak di dalam perjumpaan abadi
(29) Kucari Kamu (a) Kucari kamu dalam setiap malam (b) Dalam bayang masa suram (c) Kucari kamu dalam setiap langkah (d) Dalam ragu yang membisu (e) Kucari kamu dalam setiap ruang (f) Seperti aku yang menunggu kabar dari angin malam (g) Aku cari kamu (h) Di setiap malam yang panjang (i) Aku cari kamu (j) Kutemui kau tiada (k) Aku cari kamu (l) Di setiap bayang kau tersenyum (m) Aku cari kamu (n) Kutemui kau berubah (o) Kucari kamu dalam setiap jejak (p) Seperti aku yang menunggu kabar dari matahari
Pada data (28), sangat terlihat ada gaya bahasa kiasan simile yang
dipaparkan pada (28d) ranum seperti anggur. Seperti yang sudah dipaparkan di
atas, bahwa ciri-ciri gaya bahas a kiasan simile adanya kata hubung seperti, sama,
bagaikan, dan lain-lain. Makna pada data tersebut dipaparkan sebagai berikut,
ranum „sangat masak‟ seperti buah anggur, artinya langit yang sedang merah
seperti warna buah anggur yang sedang masak.
Pada data (29), gaya bahasa simile ditunjukkan pada baris lirik (29b)
hingga (29c) ragu yang tak terbatas seperti berdiri di tengah kehampaan. Kata
seperti sudah sangat menunjukkan bukti adanya keberadaan gaya bahasa simile
dalam lagu tersebut.
Pada data (30), gaya bahasa simile ditunjukkan di empat baris lirik yang
berbeda tetapi dengan kalimat yang mirip. Yang pertama, pada (30e) hingga (30f)
kucari kamu dalam setiap ruang seperti aku yang menunggu kabar dari angina
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
malam dan yang kedua, pada (30o) hingga (30p) kucari kamu dalam setiap jejak
seperti aku yang menunggu kabar dari matahari.
2.4 Metafora
Metafora adalah analogi yang membandingkan dua hal secara langsung,
tetapi dalam bentuk yang singkat dan tidak menggunakan kata banding. Misalnya:
bunga bangsa, buaya darat, buah tangan, kambing hitam, dan lain sebagainya
(Keraf, 1984: 139). Metafora adalah pembanding langsung, yaitu tidak
mempergunakan kata-kata banding seperti halnya pada simile, sehingga pokok
pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua. Metafora ini menyatakan
sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan hal lain, yang sebenenarnya
tidak sama (Pradopo, 2012: 66).
2.4.1 Gaya Bahasa Metafora yang Terdapat pada Lirik Lagu Naif
Berikut merupakan gaya bahasa metafora yang terdapat pada lirik lagu
dalam album Naif:
(30) Akulah Pasanganmu (a) Sudah pernah kubilang selang kita bertemu (b) Jauh sebelum engkau menjadi kekasihku (c) Dan engkau sadari itu terbenam di hatimu (d) Tak perlu ku ingatkan ya kau dan aku satu (e) Wahai sang bunga akulah si kumbang itu (f) yang setia untuk menunggu mekarmu (g) Engkau wanita ni akulah pasanganmu (h) yang setia untuk slalu bersamamu (i) Saat kau ada ragu jangan lalu membisu (j) dengarlah lagu kita tak susah tuk ceria (k) Saat kita bersama semua pun berwarna (l) udara berarom ramaikan hati kita (m) Wahai sang bunga akulah si kumbang itu (n) yang setia untuk menunggu mekarmu (o) Engkau wanita ni akulah pasanganmu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
(p) yang setia untuk slalu bersamamu (q) yang setia untuk slalu bersamamu (r) yang setia untuk slalu bersamamu (s) slalu menjagamu (t) slalu menghiburmu (u) slalu mendukungmu (v) slalu yakinimu (w) slalu bersamamu
(31) Bunga Hati (a) Takkan layu bunga terkasihku (b) Yang tumbuh berseri (c) Indah di taman hatiku (d) Takkan layu bunga pujaanku (e) Walaupun sang waktu (f) Datang dan berlalu, Ooo (g) Bunga hatiku, jangan pernah kau layu (h) Mekar dan berseri (i) Bunga taman hatiku (j) Harum dan mewangi (k) S'panjang waktu (l) Kan kujaga sepenuh jiwa (m) Takkan layu bunga pujaanku (n) Walaupun sang waktu (o) Datang dan berlalu, Ooo (p) Kan kujaga sepenuh jiwa (q) Kau bungaku
(32) Johan & Enny (a) Hei kamu yang di belakang situ, ku ingin engkau tau (b) Bila dikau menutup pintu, ku 'kan tetap menunggu (c) Usah kau resah selalu ... yang lalu biar berlalu (d) Selama mentari menyinari dunia fana ini (e) Ku harap tak kau tutup pintu, biarkan ku termangu (f) Yang lalu telah berlalu ... usah kau ragukanku (g) Jalan kita masih panjang biar terus berjalan (h) Tolong Tuhan bantu hamba ... jangan (i) Kau buat sirna (j) Hei kamu yang di balik pintu, ku ingin engkau tau (k) Bila saat pintu kau buka, ku akan tetap ada (l) Usah kau resah selalu (m) Yang lalu biar berlalu (n) Jangan kau ragukanku
(33) Stop (Air Mata Buaya) (a) Ku akan pergi, jangan khawatir (b) Ku akan pergi, janganlah khawatir (c) Sudahlah kau hentikan, segala tangismu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
(d) Ku tau semua yang kau inginkan (e) Hentikanlah! .. Hentikan saja tangismu! (f) Ku mohon .. stop! Tak malukah dirimu (g) Ku akan pergi, jangan khawatir (h) Hendak ke mana tiada terpikir (i) Ku pasti akan rindu .. air mata buayamu (j) Tapi ku tak mau jadi dombamu! (k) Hentikanlah! .. Hentikanlah semua! (l) Ku mohon .. stop!!! (m) Ku pergi segera. Ke Bali, ke Hawaii, ke Paris, ke Belgi, ke London (n) India .. Malaysia .. ke Cina .. keliling-keliling dunia
(34) Dia Adalah Pusaka Sejuta Umat Manusia Yang Ada Di Seluruh Dunia
(a) Manusia berkembang menurut (b) perkembangan jaman yang ada (c) Tengoklah kiri dan kanan sudah (d) banyak gedung yang tinggi menjulang (e) Pohon-pohon yang dulu hijau kini (f) telah berubah menjadi batu (g) Kurasa manusia kini tak pernah (h) peduli lagi dengan alamnya (i) Dia... Adalah pusaka sejuta umat (j) manusia yang ada di seluruh dunia (k) Langit biru cerah tak mungkin (l) lagi terlihat bersih dan ceria (m) Pelangi yang berwarna-warni (n) warnanya semakin tak menentu (o) Bunga-bunga yang indah tak (p) pernah semerbak lagi seperti dulu (q) Udara segar yang dulu ada (r) kini tak pernah lagi kurasakan
(35) Gula-Gula (a) Tak pernah aku meminta maka usah engkau memberi (b) Kau tahu hati adalah penglihatan paling sejati (c) Tolonglah jauhi aku ku tak pernah ingin terjatuh (d) Ke dalam sesuatu yang lebih baik kuanggap tabu (e) Gula-gula... Tak mudah untuk memilah rasa cinta dan bukan cinta (f) Sanggupkah kulawan semua nafsu yang kan menjadi karma (g) Tolonglah jauhi aku ku tak pernah ingin terjatuh (h) Ke dalam sesuatu yang lebih baik kuanggap tabu (i) Gula-gula... Tak pernah aku meminta maka usah engkau memberi (j) Kau tahu hati adalah penglihatan paling sejati (k) Tak mudah untuk memilah rasa cinta dan bukan cinta (l) Sanggupkah kulawan semua nafsu yang kan menjadi karma Gula-
gula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
(36) Itulah Cinta (a) Aku sedang berjalan (b) Menyusuri relung di hatimu (c) Aku sedang mencari (d) Sesuatu di balik matamu (e) Yang mampu membuatku terpesona (f) Yang mampu membuatku terpesona (g) Apakah dirimu yang mampu (h) Membuat hatiku bagai melayang di awan (i) Dan apakah dirimu yang mampu membuat hatiku bagai terpanah
asmara
(j) Dan ku yakin itulah cinta (k) Aku sedang berjalan (l) Mengikuti kata di hatiku (m) Aku sedang mencari (n) Rahasia di balik matamu (o) Yang mampu membuatku terpesona (p) Yang mampu membuatku terpesona (q) Apakah dirimu yang mampu (r) Membuat hatiku bagai melayang di awan (s) Dan apakah dirimu yang mampu membuat hatiku bagai terpanah
asmara
(t) Dan ku yakin itulah cinta (u) Kuyakin itulah asmara (v) Kuserasa di surga (w) Dan hatiku berbunga-bunga (x) Apakah dirimu yang mampu (y) Membuat hatiku bagai melayang di awan
(37) Kencan Pertama (a) Tak sabar ku menunggu 'tuk berjumpa (tak sabar ku 'tuk berjumpa) (b) Pergi ke rumah kekasihku yang tersayang bawa bunga sekeranjang
harum indah menawan
(c) Sejuta kata manis yang telah kusiapkan 'tuk kelak ku katakan pada gadisku seorang
(d) "Kau pelangiku cerah selalu warnamu, secerah hatiku kala ku ingat dirimu."
(e) Dikau kekasih yang cantik nan rupawan (kekasih... rupawan) membuat hati Abang melayang jauh ke awan (jauh ke awan)
(f) Semoga semua ini yang kurasakan (semoga... rasakan) padamu seorang tak bertepuk sebelah tangan (sebelah tangan)
(g) "Kau pelangiku cerah selalu warnamu, secerah hatiku kala ku ingat dirimu."
(h) Tak sabar ku menunggu 'tuk berjumpa (tak sabar ku 'tuk berjumpa...jumpa denganmu)
(i) Berjumpa dengan dirimu seorang (jumpa dirimu seorang) (j) Waktu terasa panjang saat jumpa menjelang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
(k) Tak sabar menunggu 'tuk berjumpa (tak sabar menunggu 'tuk berjumpa)
(38) Puspa Indah (a) Telah lama terkenang (b) Puspa Indahku tersayang (c) Selalu kumenunggu (d) Surat dan kabarmu (e) Ah... puspa indahku (f) Oh... buluh perindu (g) Ku takkan jemu-jemu (h) 'Tuk bersurat slalu (i) Walau jauh di mata (j) Tapi dekatlah di hati (k) Tempo-tempo bersua (l) Di stasiun kota
(39) Curi-curi Pandang (a) Curi-Curi Pandang (b) Curi curi-curi pandang (c) Curi curi-curi pandang (d) Curi ke depan curi ke belakang (e) Curi ke kanan dan curi ke kiri (f) Curi curi-curi pandang (g) Curi pandangmu kepada (h) bidadari yang di sana (i) Curi pandangmu kepada (j) bidadari yang di sana (k) Cu Cu Cu Cu Cu Cu Cu Cu (l) Cu Cu Cu Cu Cu Cu Cu Cu (m) Curi
(40) Electrified (a) Kutersengat Sungguh hebat (b) Tersengat oleh aroma (c) Tubuhmu yang menggoda (d) Kuterpikat Sangat dahsyat (e) Terpikat oleh gairah dirimu (f) Menggelora (g) Inginku 'ndekapmu (h) Merasakan cumbu dan rayumu (i) Oh, andaikan dapat kumiliki (j) semua yang kau punya (k) Dan kau buat oh diriku (l) ini tak berdaya (m) Dan semua hasrat tak terjaga (n) Akal sehat tak berguna (o) Ku rasa ingin ku Bercinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
(41) Kuda Besi (a) Ku jelang siang (b) Ku terjang malam (c) Tak pernah pulang (d) Kuda besiku (e) Melaju kencang (f) Bagaikan setan (g) Diterpa hujan (h) Dikejar angin (i) Dan halilintar (j) S„makin kupacu (k) Kuda besiku (l) Jantungku menderu (m) Coba kau ikuti aku ayoo (n) Bergaya dan trus melaju ayooo (o) Coba-coba ikut aku ayooo (p) Kalau kau belum jago janganlah kau sok tau (q) Siapa yang bilang (r) Anak jalanan (s) Binatang jalang (t) „ku hanya ingin (u) bersenang-senang (v) bukan menantang
Gaya bahasa metafora yang terdapat pada data (30) terlihat pada kalimat
akulah si kumbang itu. Sang penulis menyamakan dirinya dengan seekor
kumbang yang setia menunggu mekarnya bunga. Digambarkan bahwa ia setia
menunggu sang kekasih untuk menerima dirinya.
Pada lirik lagu (31) “Bunga Hati”, gaya bahasa metafora ditunjukkan pada
baris terakhir lirik lagu tersebut yaitu kau bungaku. Sang penulis menyamakan
kekasihnya seperti bunga yang tumbuh mekar berseri, harum, dan indah.
Pada data (32), gaya bahasa metafora ditunjukkan pada (32d) selama
mentari menyinari dunia fana ini. „Dunia fana‟ merupakan gaya bahasa metafora
karena dunia tidak sama atau seharga dengan dunia. Arti dari fana dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008: 387) adalah tidak kekal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
Gaya bahasa metafora yang ditunjukkan pada data (33) ada pada judul dan
(33i) yaitu air mata buaya. Pada kenyataannya buaya tidak bisa menangis. Air
mata buaya memiliki makna air mata palsu atau seseorang itu tidak dengan
sungguh sedih atau menangis. Ini disebut metafora yang sudah klise hingga orang
lupa bahwa itu merupakan sebuah metafora.
Data (34) menunjukkan bahwa manusia disamakan dengan pusaka secara
langsung. Pada (34i) dikatakan bahwa dia adalah pusaka sejuta umat. Penulis
menyamakan dia dengan suatu barang peninggalan orang meninggal atau nenek
moyang yang dimiliki sejuta umat.
Data (35) pada (35j) menyebutkan hati adalah penglihatan paling sejati.
Penulis menyamakan hati dengan suatu alat panca indera yaitu penglihatan yang
dapat melihat dan memantau segala suatunya. Selain itu, gula-gula menjadi gaya
bahasa metafora yang menyamakannya dengan sesuatu yang bisa dianggap
sebagai nafsu manusia yaitu hasrat untuk mendua atau selingkuh. Terbukti pada
(35e) gula-gula… tak mudah untuk memilah rasa cinta dan bukan cinta, (35f)
sanggupkah kulawan semua nafsu yang ‘kan menjadi karma, (35g) tolong jauhi
aku ‘ku tak pernah ingin terjatuh, dan (35h) ke dalam sesuatu yang lebih baik
kuanggap tabu.
Data (37) menunjukkan bahwa adanya unsur gaya bahasa metafora pada
(37w). Dikatakan bahwa dan hatiku berbunga-bunga. Hatiku disamakan dengan
bunga-bunga yang maksudnya adalah hatinya sedang sangat senang karena
kasmaran atau sedang jatuh cinta.
Data (38) yang menunjukkan adanya gaya bahasa metafora adalah pada
(38d). Pada lirik tersebut dikatakan kau pelangiku cerah selalu warnamu, secerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
hatiku kala kuingat dirimu. Penulis menyamakan kau dengan sebuah pelangi.
Pelangi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia via daring
(https://kbbi.kemdikbud.go.id/) adalah lengkung spektrum warna di langit,
tampak karena pembiasan sinar matahari oleh titik-titik hujan atau embun. Kau
diandaikan pelangi sebagai sesuatu yang cerah karena warnanya yang beraneka
ragam.
Pada data (38), terdapat satu gaya bahasa kiasan metafora yaitu sesuai
dengan judul lagu tersebut “Puspa Indah”. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008: 1221), puspa berarti bunga. Puspa indah merupakan nama salah
satu bunga yang ada di Indonesia, penulis lirik lagu membandingan seorang
wanita dengan bunga kemudian menyebutnya Puspa Indah.
Pada data (39), penulis lirik lagu menyamakan seseorang dengan sosok
bidadari. Tertulis di (39f) curi pandangmu kepada dan (39g) bidadari yang di
sana.
Pada (40), penulis menggunakan kata tersengat untuk mengatakan
ketertarikan akan seseorang. Tertulis pada (40a) kutersengat sungguh hebat, (40b)
tersengat oleh aroma, dan (40c) tubuhmu yang menggoda.
Pada (41), gaya bahasa kiasan metafora ditunjukkan oleh kuda besi yang
dimaksud adalah kendaraan bermotor yang dimilikinya dapat melaju kencang
bagaikan seekor kuda dan besi merepresentasikan suatu kekuatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
45
2.4.2 Gaya Bahasa Metafora yang Terdapat pada Lirik Lagu Payung
Teduh
Berikut merupakan gaya bahasa metafora yang terdapat pada lirik lagu
dalam album Payung Teduh:
(42) Di Ujung Malam (2012) (a) Di ujung malam, di antara lelap dan sadar (b) Mulailah sekarang bernyanyilah bersamaku (c) Di ujung malam, di antara lelap dan sadar (d) Mulailah sekarang menarilah bersamaku (e) Sunyi ini merdu seketika (f) Sunyi ini merdu seketika (g) Sunyi ini merdu seketika (h) Di ujung malam, di antara lelap dan sadar (i) Mulailah sekarang menarilah bersamaku (j) Sunyi ini merdu seketika (k) Sunyi ini merdu seketika (l) Sunyi ini merdu seketika (m) Sunyi ini merdu seketika (n) Sunyi ini merdu seketika (o) Sunyi ini merdu seketika
(43) Kita adalah Sisa-Sisa Keikhlasan yang Tak Diikhlaskan (a) Kita tak semestinya berpijak di antara (b) Ragu yang tak berbatas (c) Seperti berdiri di tengah kehampaan (d) Mencoba untuk membuat pertemuan cinta (e) Ketika surya tenggelam (f) Bersama kisah yang tak terungkapkan (g) Mungkin bukan waktunya (h) Berbagi pada nestapa (i) Atau mungkin kita yang tidak kunjung siap (j) Kita pernah mencoba berjuang (k) Berjuang terlepas dari kehampaan ini (l) Meski hanyalah dua cinta (m) Yang tak tahu entah akan dibawa kemana (n) Kita adalah sisa-sisa keikhlasan (o) Yang tak diikhlaskan (p) Bertiup tak berarah (q) Berarah ke ketiadaan (r) Akankah bisa bertemu (s) Kelak di dalam perjumpaan abadi
(44) Menuju Senja (a) Harum mawar di taman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
46
(b) Menusuk hingga ke dalam sukma (c) Yang menjadi tumpuan rindu cinta bersama (d) Di sore itu menuju senja (e) Bersama hati yang terluka (f) Tertusuk pilu menganga luka itu (g) Di antara senyum yang menapaki jejak kenangan (h) Di sore yang gelap ditutupi awan (i) Bersama setangkup bunga cerita yang kian (j) Merambat di dinding penantian (k) Ada yang mati saat itu dalam kerinduaan (l) Yang tak terobati (m) Harum mawar di taman (n) Menusuk hingga ke dalam sukma (o) Yang menjadi tumpuan rindu cinta bersama (p) Di sore itu menuju senja (q) Baru saja kuberanjak beberapa saat sebelum itu (r) Ada yang mati menunggu sore menuju senja (s) Bersama (t) Harum mawar di taman (u) Menusuk hingga ke dalam sukma (v) Yang menjadi tumpuan rindu cinta bersama (w) Di sore itu menuju senja
Pada data (42), gaya bahasa kiasan metafora ditunjukkan pada kalimat
sunyi ini merdu seketika. Sunyi diumpamakan sebagai suara merdu yang hanya
seketika. Di situ yang ditunjukkan bukan pembandingnya, tetapi sifat
pembandingnya.
Pada data (43), gaya bahasa kiasan metafora ditunjukkan pada kalimat kita
adalah sisa-sisa keikhlaskan yang tak diikhlaskan. Kita dalam lirik tersebut
dipersamakan dengan sisa-sisa keikhlasan yang tak diikhlaskan.
Pada data (44), gaya bahasa kiasan metafora ditunjukkan pada kalimat
bersama setangkup bunga cerita yang kian merambat di dinding penantian.
Maksud dari bunga cerita itu sendiri ialah segala rangkaian cerita yang telah ia
lewati bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
47
2.5 Ironi
Ironi adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna
yang berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Sebagai
bagian dari bahasa kiasan, ironi adalah suatu acuan yang ingin mengatakan
sesuatu dengan makna berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-
katanya (Keraf, 1984: 143). Sengaja atau tidak, kalimat yang digunakan
mengingkari maksud yang sebenarnya. Ironi akan dikatakan berhasil jika
pembaca atau pendengar dapat menemukan dan mengetahui maksud sebenarnya
di balik kalimat tersebut.
2.5.1 Gaya Bahasa Ironi yang Terdapat pada Lirik Lagu Naif
Berikut merupakan gaya bahasa ironi yang terdapat pada lirik lagu dalam