jenis – jenis toksin pada shellfish
DESCRIPTION
Membahas mengenai jenis-jenis toksin marin alami pada kerang-kerangan.TRANSCRIPT
S e t i a w a n P u t r a S y a h 2 0 1 0 | 1
Mikrobiologi Pangan Kesehatan Masyarakat Veteriner
Sekolah Pascasarjana Institute Pertanian Bogor
JENIS – JENIS TOKSIN PADA SHELLFISH
Setiawan Putra Syah B251100011
PS Kesehatan Masyarakat Veteriner Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
I. Pendahuluan
Shellfish (kerang-kerangan) merupakan salah satu organisme laut yang
memiliki banyak jenis toksin tergantung dari spesiesnya. Toksin pada Shelfish
disebut toksin marin. Istilah untuk toksin marin khusus digunakan untuk toksin-toksin
yang berasal dari organisme laut. Toksin adalah suatu substansi yang mempunyai
gugus fungsional spesifik, letaknya di dalam molekul dan menunjukkan aktivitas
fisiologis kuat. Toksin atau racun biasanya terdapat dalam tubuh hewan, tumbuhan
bakteri dan makhluk hidup lainnya, merupakan zat asing bagi korbannya atau
bersifat anti-gen dan bersifat merugikan bagi kesehatan korbannya. Istilah lain yang
ada kaitannya dengan toksin adalah racun dan “bisa”. Istilah racun digunakan untuk
substansi toksin yang menyebabkan keracunan bila masuk ke dalam tubuh melalui
mulut, sedangkan “bisa” bila masuk ke dalam tubuh melalui sengatan atau gigitan.
II. Paralytic Shellfish Poison (PSP)
Saxitoxin merupakan senyawa toksin utama dari Paralytic Shellfish Poison
(PSP) yang bersifat neurotoxin. Keracunan ini disebabkan karena mengkonsumsi
kerang-kerangan yang memakan dinoflagelata beracun. Dinoflagelata adalah agen
saxitoxin dimana zat terkonsentrasi di dalamnya. Kerang-kerangan menjadi
beracun di saat dinoflategelata sedang melimpah karena laut sedang pasang
merah atau „red tide’.
Sebenarnya penyakit PSP tidak hanya disebabkan oleh konsumsi kerang
tetapi juga dapat disebabkan oleh konsumsi rajungan, gastropoda, mackerel, dan
ikan pemakan plankton (Falconer, 1992, diacu dalam Sudarmiati dan Zaman,
2007). Di Jepang bagian selatan ditemukan spesies kepiting (Zosimus aeneus),
S e t i a w a n P u t r a S y a h 2 0 1 0 | 2
Mikrobiologi Pangan Kesehatan Masyarakat Veteriner
Sekolah Pascasarjana Institute Pertanian Bogor
hewan ini mengakumulasi dalam jumlah besar saxitoxin. Dan dilaporkan
menyebabkan kematian pada manusia yang mengkonsumsinya (Purwantisari,
2008). Menurut Arif (2009), jenis plankton yang memproduksi saxitoxin adalah
Alexandrium catenella dan A. tamarensis, Pyrodinium bahamense bertanggung
jawab terhadap beberapa keracunan di Papua New Guinea, Brunei dan negara-
negara Asian bagian barat lainnya. Organisme tersebut menyebabkan „red tide‟
karena „blooming‟, meracuni kerang-kerangan. Komponen toksin yang utama
adalah saxitoksin dan gonyautoxin. Gymnodium catenatum, juga pada perairan
pesisir Thailand dengan tingkat toksik yang rendah. dilaporkan sebagai sumber
saxitoxin di Mexico, Spanyol, Tasmania dan Jepang.
Saxitoxin ditemukan sebagai suatu dihidroklorida dengan rumus molekul
C10H17N7O4.2HCl dan bentuk molekulnya sebagai berikut :
Gambar 4. Bentuk molekul saxitoxin, Schener (1994), diacu dalam Sudarmiati dan Zaman (2007).
Keracunan saxitoxin menimbulkan gejala seperti rasa terbakar pada lidah,
bibir dan mulut yang selanjutnya merambat ke leher, lengan dan kaki. Kemudian
berlanjut menjadi mati rasa sehingga gerakan menjadi sulit. Dalam kasus yang
hebat diikuti oleh perasaan melayang-layang, mengeluarkan air liur, pusing dan
muntah. Toksin memblokir susunan saraf pusat, menurunkan fungsi pusat pengatur
pernapasan dan cardiovasculer di otak, dan kematian biasanya disebabkan karena
kerusakan pada sistem pernapasan (Purwantisari 2008). Saxitoxin menyebabkan
kematian pada tikus percobaan dalam waktu 15 menit. Tanda dan gejala
berkembang cepat dalam waktu 1-2 jam setelah mengkonsumsinya. LD50 saxitoxin
adalah 9 µg/kg berat badan tikus, sementara dosis mematikan untuk manusia
adalah sekitar 1 – 4 mg (Arif 2009).
S e t i a w a n P u t r a S y a h 2 0 1 0 | 3
Mikrobiologi Pangan Kesehatan Masyarakat Veteriner
Sekolah Pascasarjana Institute Pertanian Bogor
III. Amnesic Shellfish Poison (ASP)
Domoic acid merupakan komponen utama dari amnesic shellfish poison.
Domoic acid merupakan asam amino neurotosik, keracunannya dikenal dengan
istilah ”Amnesic shellfish poisoning”. Keracunan ini diakibatkan karena
mengkonsumsi remis (mussel). Toksin ini diproduksi oleh alga laut Nitzhia pungens
dimana melalui rantai makanan, mengakibatkan remis mengandung racun tersebut.
Struktur Domoic acid adalah C15H21O6N dengan berat molekul 311 (Daltons, diacu
dalam Arif 2009).
Domoic acid mengikat reseptor glutamat di otak mengakibatkan rangsangan
yang terus-menerus pada sel-sel saraf dan akhirnya terbentuk luka. Korban
mengalami sakit kepala, hilang keseimbangan, menurunnya sistem saraf pusat
termasuk hilangnya ingatan dan terlihat bingung, serta gejala sakit perut seperti
umumnya keracunan makanan. Telah dilaporkan toksin tersebut juga dapat
mengakibatkan kematian (Purwantisari 2008).
Gejala gastrointestinal dapat muncul 24 jam setelah mengkonsumsi moluska
yang terpengaruh. Penderita mungkin dapat muntah, mual, diare, perut kram dan
perdarahan gastritis. Dalam kasus yang lebih berat ada gejala neurologis yang dapat
memakan waktu beberapa jam atau sampai tiga hari untuk berkembang. Dalam hal
ini termasuk sakit kepala, pusing, disorientasi, gangguan penglihatan, hilangnya
memori jangka pendek, kelemahan motor, kejang, boros sekresi pernafasan,
hiccoughs, tidak stabil, tekanan darah, aritmia jantung, dan koma. Seseorang
keracunan dengan dosis tinggi karena sangat toksin atau menampilkan faktor risiko
seperti usia tua dan gagal ginjal dapat menimbulkan kematian. Kasus kematian yang
telah terjadi dalam 4 dari 107 kasus yang dikonfirmasi. Dalam beberapa kasus,
secara permanen gejala sisa kerugian termasuk memori jangka pendek dan perifer
polineuropati. Tidak ada penawar yang dikenal dan tersedia untuk asam domoic, jadi
jika gejala sesuai dengan gambaran, disarankan untuk segera pergi ke rumah sakit.
Memasak atau pembekuan ikan kerang terpengaruh atau jaringan tidak mengurangi
kadar racunnya (Scientific 2010).
S e t i a w a n P u t r a S y a h 2 0 1 0 | 4
Mikrobiologi Pangan Kesehatan Masyarakat Veteriner
Sekolah Pascasarjana Institute Pertanian Bogor
IV. Neurotoxic Shellfish Poison (NSP)
Komponen utama dari neurotoxic shellfish poison adalah brevitoxin.
Keracunan yang disebabkan oleh toksin brevitoxin disebut ”Neurotoxic shellfish
poisoning”. Keracunan ini diakibatkan mengkonsumsi kerang-kerangan dan tiram.
Toksin ini diproduksi oleh alga laut Ptychodiscus brevis dimana melalui rantai
makanan mengakibatkan kerang dan tiram mengandung racun tersebut. Menurut
Dalton, diacu dalam Arif (2009), struktur brevitoxin adalah C50H70O14 dengan berat
molekul 894. Gejala keracunannya meliputi rasa gatal pada muka yang menyebar ke
bagian tubuh yang lain, rasa panas-dingin yang bergantian, pembesaran pupil dan
perasaan mabuk.
V. Diarrhetic Shellfish Poison (DSP)
Okadaic acid adalah komponen utama DSP. Komponen yang lain adalah
pectenotoxin dan yessotoxin. Keracunan yang disebabkan oleh toksin Okadaic acid
ini disebut ”Diarrhetic shellfish poisoning”. Keracunan ini diakibatkan mengkonsumsi
kepah (mussel) dan remis (scallop). Toksin ini diproduksi oleh alga laut Dinophysis
fortii dimana melalui rantai makanan mengakibatkan remis mengandung racun
tersebut. Adapun struktur okadaic acid : C44H70O13 dengan berat molekul 804
(Daltons, diacu dalam Arif 2009).
Senyawa dari klas okadaic acid ini mempunyai efek sebagai promotor tumor.
Gejala utama keracunan DSP adalah diare yang akut, dimana serangannya lebih
cepat dibandingkan dengan keracunan makanan akibat bakteri. Selain itu, mual,
muntah, sakit perut, kram dan kedinginan. Hingga saat ini informasi ataupun
penelitian yang berkaitan dengan cara penanganan dan atau pengolahan yang
mampu untuk mencegah bahaya keracunan toksin tersebut belum banyak diperoleh
(Purwantisari 2008).
VI. Ciguatoxin
Keracunan akibat ciguatoxin disebabkan karena mengonsumsi ikan dan
shellfish dikaitkan dengan rantai makanan, dimana sebagai agen toksin adalah blue
green algae (Gambierdiscus toxicus) yang hidup berkelompok pada permukaan
S e t i a w a n P u t r a S y a h 2 0 1 0 | 5
Mikrobiologi Pangan Kesehatan Masyarakat Veteriner
Sekolah Pascasarjana Institute Pertanian Bogor
sejumlah rumput laut. Alga tersebut kemudian dimakan oleh ikan dan shellfish yang
hidup di perairan dangkal sekitar karang. Sekitar 300 spesies ikan dan “shellfish”
yang hidup di perairan dangkal sekitar karang diketahui sebagai penyebab
keracunan ciguatoxin (Arif 2009).
Penyakit atau keracunan yang disebabkan ciguatoxin disebut ciguatera
(bukan merupakan penyakit yang fatal). Scheuer peneliti dari Universitas Hawaii
yang memberi nama ciguatoxin, berhasil mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa
yang menyusun ciguatoxin. Diperkirakan penyusunnya adalah suatu lipida yang
tidak umum (unusual) dan senyawa Nitrogen dengan BM sekitar 1500. Adapun
rumus kimia dari cigutoxin C35H65NO8. Gejala akibat keracunan ciguatoxin adalah
gangguan pada cardiovaskuler, gangguan saraf, asthenia dan arthalgia disertai
dengan gangguan saluran pencernaan. Ciguatoxin memiliki sifat farmakologis
terutama berpengaruh terhadap saraf periferal dan sentral, meningkatkan
permeabilitas membran sel otot dan saraf terhadap ion Na dan bersifat
anticholinesterase (Arif 2009).
VII. Toksin dari Logam Berat (arsen, cadmium, timbal, mercuri, dan besi)
Keracunan akibat logam berat (arsen, cadmium, timbal, mercuri, dan besi)
biasanya terjadi setalah memakan kerang jenis kerang hijau, kerang bulu (Anadara
antiquata), dan kerang darah (Anadara granosa). Penelitian yang pernah dilakukan
di Kelurahan Bagan Deli, mengungkapkan bahwa beberapa biota laut termasuk
kerang buluh, dan kerang darah tercemar timbal, sedangkan kerang darah tercemar
Cd dan Cr (Hayati 2009).
Absobsi logam berat tersebut secara tidak langsung terjadi melalui rantai
makanan dari kerang-kerang tersebut. sehingga apabila dikonsumsi oleh manusia
dapat mengakibatkan keracunan. Pencemaran logam berat dari Industri di alirkan
ke sungai-sungai dan akhirnya akan masuk ke laut, dan akan di makan oleh kerang-
kerang seperti jenis kerang kerang bulu (Anadara antiquata), dan kerang darah
(Anadara granosa).
S e t i a w a n P u t r a S y a h 2 0 1 0 | 6
Mikrobiologi Pangan Kesehatan Masyarakat Veteriner
Sekolah Pascasarjana Institute Pertanian Bogor
VIII. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa terdapat beberapa toksin
alami yang dihasilkan dan terdapat pada Shellfish (kerang-kerangan), diantaranya
yaitu: Paralytic Shellfish Poison (PSP), Amnesic Shellfish Poison (ASP), Neurotoxic
Shellfish Poison (NSP), Diarrhetic Shellfish Poison (DSP), Ciguatoxin, Toksin dari
Logam Berat (arsen, cadmium, timbal, mercuri, dan besi). Semua jenis toksin
tersebut dapat membahayakan kesehatan apabila dikonsumsi dalam kadar, jumlah
terntentu tergantung dari jenis toksin. Olehnya itu diperlukan suatu kehati-hatian
dalam mengonsumsi kerang-kerangan.
Daftar Pustaka
Arif S. 2009. Toxin Marin Alami. artikel. [terhubung berkala]. http://takute91.blogspot. com/2009/10/toksin-marin-alami.html. [5 Des 2010].
Hayati N. 2009. Analisis Kadar Arsen (As) pada Kerang (Bivalvia) yang berasal dari
Laut Belawan [skripsi]. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatra Utara.
Purwantisari S. 2008. Jenis-jenis Toksin Marin Alami. artikel. [terhubung berkala].
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:UPelgXc-CQ4J: www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php%3Ffuseaction%3Dberitacetak.detailberitacetak%26id_beritacetak%3D52494+toksin+pada+kerang&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a. [5 Des 2010].
Sudarmiati S, Zaman B. 2007. Mekanisme Keracunan Saraf Akibat Konsumsi
Kerang-kerangan yang Terkontaminasi Dinoflagellata Beracun. artikel Studi Literatur UNDIP 1(1).
Scientific. 2010. Amnesic Shellfish Poisoning. artikel. [terhubung berkala].
http://scientifict -aquamarine.blogspot.com/2010_07_01_archive.html. [5 Des 2010].