jenis malpraktik berdasarkan hukum-2

19
MALPRAKTIK DITINJAU DARI ASPEK HUKUM DI INDONESIA Oleh : Sufrensi A. Manan, SH. MH Advokat & Legal Konsultan Untuk malpraktik hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang hukum yang dilanggar, yakni Criminal Malpractice, Civil Malpractice dan Administrative Malpractice. 1. Criminal malpractice Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminalmalpractice manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni : a. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) yang merupakan perbuatan tercela. b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mans rea) yang berupa kesengajaan (intensional), kecerobohan (reklessness) atau kealpaan (negligence). Criminal malpractice yang bersifat sengaja (intensional) misalnya melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis (pasal 299 KUHP). Criminal Malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent. Criminal Malpractice yang bersifat negligence (lalai) misalnya kurang hati-hati yang mengakibatkan luka, carat atau 1

Upload: inas-khr

Post on 02-Feb-2016

306 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

malpraktik berdasarkan kaidah bioetik kedokteran

TRANSCRIPT

Page 1: Jenis Malpraktik Berdasarkan Hukum-2

MALPRAKTIK DITINJAU DARI ASPEK HUKUM

DI INDONESIA

Oleh : Sufrensi A. Manan, SH. MHAdvokat & Legal Konsultan

Untuk malpraktik hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai

bidang hukum yang dilanggar, yakni Criminal Malpractice, Civil Malpractice dan

Administrative Malpractice.

1. Criminal malpractice

Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminalmalpractice manakala

perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni :

a. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) yang merupakan perbuatan

tercela.

b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mans rea) yang berupa kesengajaan

(intensional), kecerobohan (reklessness) atau kealpaan (negligence).

Criminal malpractice yang bersifat sengaja (intensional) misalnya melakukan

euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat

surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis

(pasal 299 KUHP).

Criminal Malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya melakukan

tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent.

Criminal Malpractice yang bersifat negligence (lalai) misalnya kurang hati-hati yang

mengakibatkan luka, carat atau meninggalnya pasien.

Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat

individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau

kepada rumah sakit/ sarana kesehatan.

2. Civil Malpractive

Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tak

melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya tidak memberikan

prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga kesehatan

yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain :

1

Page 2: Jenis Malpraktik Berdasarkan Hukum-2

a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan

b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat

melakukannya.

c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.

d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.

Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat

pula dialihkan kepada pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip

ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang

dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam

rangka melaksanakan tugas kewajibannya.

3. Administrative malpractice

Tenaga bidan dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala tenaga

bidan tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam

melakukan police power, pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai

ketentuan di bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga bidan untuk

menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktik), batas kewenangan serta

kewajiban tenaga bidan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang

bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum administrasi.

UPAYA PENCEGAHAN MALPRAKTIK

Upaya Pencegahan Dan Menghadapi Tuntutan Malpraktik adalah

1. Upaya pencegahan malpraktik dalam pelayanan kesehatan

Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga bidan karena adanya

malpraktik diharapkan,para bidan dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati,

yakni

a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena

perjanjian berbentuk daya upaya (inspa. ning verbintenis) bukan perjanjian akan

berhasil (resultaat verbintenis).

b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.

c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam media.

d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.

e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala

kebutuhannya.

f. Menjalin komunikasi yang balk dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.

2

Page 3: Jenis Malpraktik Berdasarkan Hukum-2

2. Upaya menghadapi tuntutan hukum

Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien tidak memuaskan sehingga bidan

menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga bidan seharusnyalah bersifat pasif dan pasien

atau keluarganyalah yang aktif membuktikan kelalaian bidan. Apabila tuduhan kepada

bidan merupakan criminal malpractice, maka tenaga bidan dapat melakukan

a. Informal defence. yakni dengan mengajukan bukti untuk menangkis/menyangkal bahwa

tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang

ada, misalnya bidan mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan tetapi

merupakan risiko medik (risk of treatment), atau mengajukan alasan bahwa dirinya

tidak mempunyai sikap batin (mens rea) sebagaimana disyaratkan dalam perumusan

delik yang dituduhkan.

b. FormaNegal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan atau menunjuk

pada doktrin-doktrin hukum, yaitu dengan menyangkal tuntutan dengan cara menolak

unsur-unsur pertanggung jawaban atau melakukan pembelaan untuk membebaskan

din dan pertanggung jawaban, dengan mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah

pengaruh daya paksa.

Berbicara mengenai pembelaan, ada baiknya bidan menggunakan jasa penasehat hukum,

sehingga yang sifatnya teknis pembelaan diserahkan kepadanya. Pada perkara perdata dalam

tuduhan civil malpractice dimana bidan digugat membayar ganti rugi sejumlah uang, yang

dilakukan adalah mementahkan dalil-dalil penggugat, karena dalam peradilan perdata, pihak

yang mendalilkan harus membuktikan di pengadilan, dengan perkataan lain pasien atau

pengacaranya harus membuktikan dalil sebagai dasar gugatan bahwa tergugat (bidan)

bertanggung jawab alas derita (damage) yang dialami penggugat.

Untuk membuktikan adanya civil malpractice tidaklah mudah, utamanya tidak

diketemukannya fakta yang dapat berbicara sendiri (res ipsa loquitur), apalagi untuk

membuktikan adanya tindakan menterlantarkan kewajiban (dereliction of duty) dan adanya

hubungan langsung antara menterlantarkan kewajiban dengan rusaknya kesehatan pasien

(damage), sedangkan yang harus membuktikan adalah orang-orang awam dibidang kesehatan

dan hal inilah yang menguntungkan tenaga kebidanan.

3

Page 4: Jenis Malpraktik Berdasarkan Hukum-2

TANGGUNG JAWAB HUKUM

Siapa yang harus bertanggung gugat apabila kerugian tersebut merupakan akibat kelalaian

tenaga bidan?.

Di dalam transaksi terapeutik ada beberapa macam tanggung gugat, antara lain :

1. Contractual liability

Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya kewajiban dari hubungan

kontraktual yang sudah disepakati. Di bagian pengobatan, kewajiban yang harus

dilaksanakan adalah daya upaya maksimal, bukan keberhasilan, karena health cara

provider baik tenaga kesehatan maupun rumah sakit hanya bertanggung jawab atas

pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan standar profesi/standar pelayanan.

2. Vicarius liability

Vicarius liability atau respondeat superior ialah tanggung gugat yang timbul atas

kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang ada dalam tanggung jawabnya (sub

ordinate), misalnya rumah sakit akan bertanggung gugat atas kerugian pasien yang

diakibatkan oleh kelalaian bidan sebagai karyawannya.

3. Liability in tort

Liability in tort adalah tanggung gugat atas perbuatan melawan hukum (on rechtmatige

daad). Perbuatan melawan hukum tidak terbatas hanya perbuatan yang melawan hukum,

kewajiban hukum baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, akan tetapi

termasuk juga yang berlawanan dengan kesusilaan atau berlawanan dengan ketelitian

yang patut dilakukan dalam pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda orang lain.

CARA MENGHINDARI MALPRAKTIK

Untuk menghindari kejadian malpraktik, ada hal yang harusnya di perhatikan, yakni

diantaranya adalah :

1. Pilih tempat pengobatan (RS atau Klinik) yang memiliki reputasi cukup baik. Jangan hanya

mempertimbangkan jar dengan rumah sebagai dasar memilih tempat berobat. Jangan ragu

memilih di tempat yang jauh asalkan reputasinya bagus, meskipun di dekat rumah ada

layanan kesehatan tetapi belum jelas reputasinya.

2. Ketika pasien melakukan rawat inap, akan ada dokter yang ditunjuk untuk menangani

pasien. Jangan ragu untuk meminta bidan/tenaga kesehatan yang dipercayai kepada pihak

manajemen, apalagi jika merasa ragu dengan kemampuan dari pelayanan bidan/tenaga

kesehatan yang menangani.

3. Jangan takut untuk bertanya kepada bidan/tenaga kesehatan mengenai tindakan medis 4

Page 5: Jenis Malpraktik Berdasarkan Hukum-2

yang dilakukan. Menurut UU Kesehatan, keluarga pasien berhak tahu apa saja tindakan

medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kepada pasien. Jangan ragu untuk bertanya

mengenai diagnosa, dasar tindakan medis dan apa manfaat dari tindakan medis yang

dilakukan oleh bidan/tenaga kesehatan tersebut.

4. Jangan takut untuk bertanya kepada bidan/tenaga kesehatan obat yang diberikan kepada

pasien. Keluarga berhak tahu dan dilindungi oleh UU Kesehatan. Hal ini karena tidak

jarang ada oknum hanya mengejar komisi dari perusahaan distributor obat sehingga

memberikan obat yang lebih banyak atau bahkan tidak diperlukan kepada pasien.

C. INFORMED CONSENT

PENGERTIAN

Informed Consent terdiri dari dua kata yaitu "informed" yang berarti telah mendapat

penjelasan atau keterangan (informasi), dan "consent" yang berarti persetujuan atau memberi

izin. Jadi "informed consent" mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan

setelah mendapat informasi.

Menurut john M. echols dalam kamus inggris - Indonesia (2003), informed berarti

telah diberitahukan, telah disampaikan, telah diinformasikan. Sedangkan consent berarti

persetujuan yang yang diberikan kepada seseorang untuk berbuat sesuatu.

Menurut Jusuf Hanifah (1999), informed consent adalah persetujuan yang diberikan

pasien kepada bidan atau tenaga kesehatan setelah diberi penjelasan. Dalam praktiknya,

seringkali istilah informed consent disamakan dengan surat izin operasi (S10) yang diberikan

oleh tenaga kesehatan kepada keluarga sebelum seorang pasien dioperasi, dan dianggap

sebagai persetujuan tertulis. Akan tetapi, perlu diingatkan bahwa informed consent bukan

sekedar formulir persetujuan yang didapat dari pasien, juga bukan sekedar tanda tangan

keluarga, namun merupakan proses komunikasi. Inti dari informed consent adalah

kesepakatan antara tenaga kesehatan dan klien, sedangkan formulir hanya merupakan

pendokumentasian hasil kesepakatan.

Dengan dernikian dapat disimpulkan bahwa "informed consent" dapat didefinisikan

sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan

mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta risiko yang berkaitan

dengannya.

Jika dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam Informed

5

Page 6: Jenis Malpraktik Berdasarkan Hukum-2

Consent terdapat beberapa point penting diantaranya :

1. Persetujuan yang diberikan pasien atau walinya yang berhak terhadap terhadap bidan

untuk melakukan suatu tindakan kebidanan kepada pasien setelah memperoleh informasi

lengkap dan dipahami mengenai tindakan yang akan dilakukan.

2. Informed consent merupakan suatu proses.

3. Informed consent bukan hanya suatu formulir atau selembar kertas, tetapi bukti jaminan

informed consent telah terjadi.

4. Secara hukum informed consent belaku sejak tahun 1981, PP No. 8 Tahun 1981.

5. Merupakan dialog antara bidan dengan pasien didasari keterbukaan akal pikiran, dengan

bentuk birokratisasi penandatanganan formulir.

6. Informed consent berarti pernyataan kesediaan atau pernyataan penolakan setelah

mendapat informasi secukupnya sehingga yang diberi informasi sudah cukup mengerti

akan segala akibat dari tindakan yang akan dilakukan terhadapnya sebelum ia mengambil

keputusan.

7. Berperan dalam mencegah konflik etik tetapi tidak mengatasi masalah etik, tuntutan. pada

intinya adalah bidan harus berbuat yang terbaik bagi pasien atau klien.

TUJUAN INFORMED CONSENT

1. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan bidan dan atau tenaga

kesehatan yang sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar

pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.

2. Memberi perlindungan hukum kepada bidan dan atau tenaga kesehatan terhadap suatu

kegagalan dan bersifat negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa risiko, dan

pada setiap tindakan medik ada melekat suatu risiko (Permenkes No. 290/

Menkes/Per/III/2008 Pasal 3).

MANFAAT INFORMED CONSENT

Keberadaan informed consent sangat penting, karena mengandung ide moral, seperti

tanggung jawab (autonomi tidak terlepas dari tanggung jawab). Jika individu memilih untuk

melakukan sesuatu, ia hanya bertanggung jawab terhadap pilihannya dan tidak bisa

menyalahkan konsekuensi yang akan terjadi. Ide moral lain adalah pembaruan. Tanpa

autonomi, tidak ada pembaruan dan jika tidak ada pembaruan, maka masyarakat tidak akan

maju. Informed consent mempunyai peran sangat penting dalam penyelenggaraan praktik

kebidanan.

Manfaat informed consent adalah sebagai berikut

6

Page 7: Jenis Malpraktik Berdasarkan Hukum-2

1. Membantu kelancaran tindakan medis.

Melalui informed consent, secara tidak langsung terjalin kerjasama antara bidan dan klien

sehingga memperlancar tindakan yang akan dilakukan. Keadaan ini dapat meningkatkan

efisiensi waktu dalam upaya tindakan kedaruratan.

2. Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi. Tindakan bidan yang

tepat dan segera, akan menurunkan risiko terjadinya efek samping dan komplikasi pada

pasien.

3. Mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit, karena si ibu/pasien

memiliki pemahaman yang cukup terhadap tindakan yang dilakukan.

4. Meningkatkan mutu pelayanan

peningkatan mutu ditunjang oleh tindakan yang Iancar, efek samping dan komplikasi yang

minim, dan proses pemulihan yang cepat.

5. Melindungi bidan dari kemungkinan tuntutan hukum Jika tindakan medis menimbulkan

masalah, bidan memiliki bukti tertulis tentang persetujuan pasien.

KOMPONEN INFORMED CONSENT

Menurut culver and Bert ada 4 komponen yang harus di pahami pada suatu persetujuan

1. Sukarela (Voluntariness)

Sukarela mengandung makna bahwa pilihan yang dibuat adalah dasar sukarela tanpa ada

unsur paksaan di dasari informasi dan kompetensi. Sehingga pelaksanaan sukarela harus

memenuhi unsur informasi yang di berikan sejeIas-jelasnya.

2. Informasi (Information)

Jika pasien tidak tahu sulit untuk dapat mendeskripsikan keputusan tersebut.

3. Kompetensi (Competence)

Dalam konteks consent competensi bermakna suatu pemahaman bahwa seseorang

membutuhkan sesuatu hal untuk mampu membuat keputusan dengan tepat, juga

membutuhkan banyak informasi

4. Keputusan (Decision)

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, dimana merupakan persetujuan tanpa

refleksi. Pembuatan keputusan merupakan tahap terakhir proses pemberian persetujuan.

DIMENSI INFORMED CONSENT

7

Page 8: Jenis Malpraktik Berdasarkan Hukum-2

1. Dimensi hukum, merupakan perlindungan terhadap bidan yang berperilaku memaksakan

kehendak, memuat

a. Keterbukaan informasi antara bidan dengan pasien.

b. Informasi yang diberikan harus dimengerti pasien.

c. Memberi kesempatan pasien untuk memperoleh yang terbaik.

2. Dimensi Etik, mengandung nilai-nilai :

a. Menghargai otonomi pasien.

b. Tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila diminta atau

dibutuhkan.

c. Bidan menggali keinginan pasien baik secara subyektif atau hasil pemikiran rasional.

BENTUK - BENTUK INFORMED CONSENT

Informed consent harus dilakukan setiap kali akan melakukan tindakan medis, sekecil

apapun tindakan tersebut. Menurut depertemen kesehatan (2002), informed consent dibagi

menjadi 2 bentuk :

1. Implied consent

Implied consent yaitu persetujuan yang dinyatakan tidak langsung. Contohnya : scat bidan

akan mengukur tekanan darah pasien, ia hanya mendekati si pasien dengan membawa

sfingmomanometer tanpa mengatakan apapun kepada pasien dan si pasien langsung

menggulung lengan bajunya (meskipun tidak mengatakan apapun, sikap ibu menunjukkan

bahwa ia tidak keberatan terhadap tindakan yang akan dilakukan bidan).

2. Express Consent

Express consent yaitu persetujuan yang dinyatakan dalam bentuk tulisan atau secara

verbal. Sekalipun persetujuan secara tersirat dapat diberikan, namun sangat bijaksana bila

persetujuan pasien dinyatakan dalam bentuk tertulis karena hal ini dapat menjadi bukti

yang lebih kuat dimasa mendatang. Contoh, persetujuan untuk pelaksanaan episiotomy.

Pasien dinyatakan memiliki kapasitas untuk memberi consent apabila

a. Pasien mampu memahami keputusan medis berdasarkan berbagai informasi yang ia

peroleh.

b. Persetujuan dibuat tanpa tekanan.

c. Sebelum memberi consent, pasien terlebih dahulu harus diberikan informasi yang

memadai (informed choice).

Persetujuan atau kesepakatan antara tenaga kesehatan dan klien harus mencakup :

8

Page 9: Jenis Malpraktik Berdasarkan Hukum-2

a. Pemberi penjelasan, yaitu tenaga kesehatan.

b. Penjelasan yang akan disampaikan memuat lima hal yaitu

Tujuan tindakan medis yang akan dilakukan.

Tata cara tindakan yamg akan dilakukan.

Risiko yang mungkin dihadapi.

Alternatif tindakan medik dari setiap alternatif tindakan. Prognosis, bila tindakan itu

dilakukan atau tidak.

c. Cara menyampaikan penjelasan

d. Pihak yang berhak menyatakan persetujuan yaitu pasien, tanpa paksaan dari pihak

manapun.

e. Cara menyatakan persetujuan (tertulis atau lisan).

SYARAT SAHNYA PERJANJIAN ATAU CONSENT (KUHP 1320)

1. Adanya Kata Sepakat

Sepakat dari pihak bidan maupun klien tanpa paksaan, tipuan maupun kekeliruan setelah

diberi informasi sejelas-jelasnya.

2. Kecakapan

Artinya seseorang memiliki kecakapan memberikan persetujuan. jika orang itu mampu

melakukan tindakan hukum, dewasa dan tidak gila. Bila pasien seorang anak, yang berhak

memberikan persetujuan adalah orang tuanya, pasien dalam keadaan sakit tidak dapat

berpikir sempurna sehingga ia tidak dapat memberikan persetujuan untuk dirinya sendiri,

seandainya dalam keadaan terpaksa tidak ada keluarganya dan persetujuan diberikan

oleh pasien sendiri dan bidan gagal dalam melakukan tindakannya maka persetujuan

tersebut dianggap tidak sah.

Contoh

Bila ibu dalam keadaan inpartu mengalami kesakitan yang hebat, maka is tidak dapat

berpikir dengan baik, maka persetujuan tindakan kebidanan dapat diberikan oleh

suaminya. Apabila tidak ada keluarga atau suaminya pada saat akan melakukan tindakan

kebidanan, dan bila bidan memaksa ibu untuk memberikan persetujuan melakukan

tindakan, dan pada saat pelaksanaan tindakan tersebut gagal, maka persetujuan dianggap

tidak sah.

3. Suatu Hal Tertentu

9

Page 10: Jenis Malpraktik Berdasarkan Hukum-2

Obyek persetujuan antara bidan dan pasien harus disebutkan dengan jelas dan terinci.

Misalnya dalam persetujuan ditulis dengan jelas identitas pasien meliputi nama, jenis

kelamin, alamat, nama suami, atau wali. Kemudian yang terpenting harus dilampirkan

identitas yang membuat persetujuan.

4. Suatu Sebab Yang Halal

Isi persetujuan tidak boleh bertentangan dengan undangundang, tata tertib, kesusilaan,

norma dan hukum.

Contoh

Pada kasus pada seorang pasien dengan abortus provocatus oleh bidan. Meskipun

mendapatkan persetujuan si pasien dan persetujuan telah disepakati kedua belah pihak

tetapi dianggap tidak sah sehingga dapat dibatalkan demi hukum.

SEGI HUKUM INFORMED CONSENT

1. Pernyataan dalam informed consent menyatakan kehendak kedua belah pihak, yaitu

pasien menyatakan setuju atas tindakan yang dilakukan bidan dan formulir persetujuan

ditandatangani oleh kedua belah pihak, maka persetujuan tersebut mengikat dan tidak

dapat dibatalkan oleh salah satu pihak.

2. Informed consent tidak meniadakan atau mencegah diadakannya tuntutan dimuka

pengadilan atau membebaskan Rumah Sakit (RS) atau Rumah Bersalin (RB) terhadap

tanggung jawabnya bila ada kelalaian. Hanya dapat digunakan sebagai bukti tertulis

Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan adanya izin atau persetujuan dari pasien terhadap

diadakannya tindakan medis.

3. Formulir yang ditandatangani pasien atau wali pada umumnya berbunyi segala akibat dari

tindakan akan menjadi tanggung jawab pasien sendiri dan tidak menjadi tanggung jawab

bidan atau rumah bersalin. Rumusan tersebut secara hukum tidak mempunyai kekuatan

hukum, mengingat seseorang tidak dapat membebaskan din dari tanggung jawabnya atas

kesalahan yang belum dibuat.

DASAR HUKUM INFORMED CONSENT

Di Indonesia perkembangan "informed consent" secara yuridis formal, ditandai dengan

munculnya pernyataan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tentang "informed consent" melalui SK

PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 pada tahun 1988. Kemudian dipertegas lagi dengan PerMenKes

No. 585 tahun 1989 tentang "Persetujuan Tindakan Medik atau Informed Consent". Hal ini

tidak berarti para dokter dan tenaga kesehatan di Indonesia tidak mengenal dan

10

Page 11: Jenis Malpraktik Berdasarkan Hukum-2

melaksanakan "informed consent" karena jauh sebelum itu telah ada kebiasaan pada

pelaksanaan operatif, dokter selalu meminta persetujuan tertulis dari pihak pasien atau

keluarganya sebelum tindakan operasi itu dilakukan.

Baru sekitar tahun 1988 di Indonesia ada peraturan dan pedoman bagi para dokter

untuk melaksanakan konsep informed consent dalam praktik sehari-hari yakni berupa fatwa

PB. IDI No. 319/ PB/A.4/88 tentang informed consent, yang kemudian diadopsi isinya hampir

sebagian besar oleh Permenkes No. 585 Tahun 1989 tentang persetujuan tindakan medik.

Dengan adanya peraturan Permenkes No.585 Tahun 1989 tentang persetujuan

tindakan medik, maka peraturan tersebut menjadi aturan pelaksanaan dalam setiap tindakan

medis yang berhubungan dengan persetujuan dan pemberian informasi terhadap setiap

tindakan medik. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa setiap tindakan medik harus ada

persetujuan dari pasien yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Permenkes No.585 Tahun 1989,

yang berbunyi "semua tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat

persetujuan".

Adanya pengaturan mengenai informed consent yang terdapat dalam Permenkes

No.585 Tahun 1989 tersebut juga diperkuat dengan adanya Undang-Undang Nomor 29 Tahun

2004 tentang Praktik Kedokteran yang terdapat pada Pasal 45 ayat (1) sampai (6) yang

berbunyi :

1. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau

dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.

2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat

penjelasan secara lengkap.

3. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup :

a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis.

b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan.

c. Alternatif tindakan lain dan risikonya.

d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan

e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

4. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis

maupun lisan.

5. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengan dung risiko tinggi harus

diberikan dengan persetujuan tertuli! yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan

persetujuan.

6. Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi

11

Page 12: Jenis Malpraktik Berdasarkan Hukum-2

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ayat (2), ayat (30), ayat (4) dan ayat (5) diatur

dengan Peratural Menteri.

Dan Ketentuan Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentan! Praktik Kedokteran

tersebut terutama pada pasal 45 ayat menyebutkan bahwa pengaturan mengenai tata cara

persetujuan tindakan kedokteran (informend consent) diatur oleh peraturan menteri yaitu

Permenkes No.585 Tahun 1989.

Ada beberapa kaidah yang harus diperhatikan dalam menyusun dan memberikan Informed

Consent agar hukum perikatan ini tidak carat hukum, diantaranya adalah

1. Tidak bersifat memperdaya (Fraud).

2. Tidak bempaya menekan (Force).

3. Tidak menciptakan ketakutan (Fear).

Persetujuan yang ditanda tangani oleh pasien atau keluarga terdekatnya tersebut,

tidak membebaskan bidan dan tenaga kesehatan lainnya dari tuntutan jika bidan atau tenaga

kesehatan melakukan kelalaian. Tindakan medis yang dilakukan tanpa persetujuan pasien

atau keluarga terdekatnya, dapat digolongkan sebagai tindakan melakukan penganiayaan

berdasarkan KUHP Pasal 351 (trespass, battery, bodily assault).

Menurut Pasal 5 Permenkes No. 290/Menkes/PER/III/2008, persetujuan tindakan

kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang memberi persetujuan, sebelum

dimulainya tindakan (Ayat 1). Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran harus dilakukan

secara tertulis oleh yang memberi persetujuan (Ayat 2).

Secara umum bentuk persetujuan yang diberikan pengguna jasa tindakan medis

(pasien) kepada pihak pelaksana jasa tindakan medis (dokter/bidan) untuk melakukan

tindakan medis dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu

1. Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang mengandung risiko

besar, sebagaimana ditegaskan dalam PerMenKes No. 585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3

ayat (1) dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 butir 3, yaitu intinya setiap tindakan medis

yang mengandung risiko cukup besar, mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah

sebelumnya pihak pasien memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan

medis serta risiko yang berkaitan dengannya (telah terjadi informed consent).

2. Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat non-invasif

dan tidak mengandung risiko tinggi, yang diberikan oleh pihak pasien.

3. Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya pasien yang akan

disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung menyodorkan lengannya sebagai

tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.

MASALAH YANG LAZIM TERJADI PADA INFORMED CONSENT

12

Page 13: Jenis Malpraktik Berdasarkan Hukum-2

1. Masalah wali yang sah

Masalah ini timbul apabila pasien atau ibu tidak mampu secara hukum untuk menyatakan

persetujuannya.

2. Masalah informasi yang diberikan

Yaitu seberapa jauh informasi dianggap telah dijelaskan dengan cukup jelas kepada

pasien, tetapi juga tidak terlalu rind sehingga dianggap menakut-nakuti pasien.

PERBEDAAN PILIHAN (CHOICE) DENGAN PERSETUJUAN (CONSENT)

1. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan dengan

aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan

bidan.

2. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan

kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya dan

merupakan aspek otonomi pribadi dalam menentukan pilihannya sendiri. Choice berarti

ada alternatif lain, ada lebih dari satu pilihan dan klien mengerti perbedaannya sehinggga

dia dapat menentukan mana yang disukai atau sesuai dengan kebutuhannya.

PERBEDAAN PILIHAN (CHOICE) DENGAN PERSETUJUAN (CONSENT)

1. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan dengan aspek

hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan bidan.

2. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan

kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya dan

merupakan aspek otonomi pribadi dalam menentukan pilihannya sendiri. Choice berarti ada

alternatif lain, ada lebih dari satu pilihan dan klien mengerti perbedaannya sehinggga dia dapat

menentukan mana yang disukai atau sesuai dengan kebutuhannya.

13