jizyah, ghanimah, dan fa'i
TRANSCRIPT
Muh. Yusuf
Muh. Fadhilah
M. Yusup Sahrul
• Allah SWT telah menetapkan secara umum tentang tata kelola
keuangan sebuah Negara. Melalui Rasul-Nya Muhammad SAW.
• Kalau melihat sejarah, pada awal-awal pemerintahan Rasulullah
di Madinah, pendapatan hampir tidak ada. Namun, setelah
diwajibkannya sedekah, zakat fitrah dan zakat mal maka
pendapatan Negara sudah mulai ada.
• Adapun sumber-sumber pendapatan Negara pada masa
Rasulullah SAW adalah kharaj, ushr, wakaf, infaq dan sedekah,
amwal fadhla, Nawaib, khumus rikaz, jizyah, ghanimah, fai,
kaffarah, hadiah dan pinjaman baik dari muslim maupun non-
muslim.
• Jizyah
– Pengertian
– Jizyah dalam Islam (Al-Qur’an dan Hadits)
– Subjek Jizyah
– Syarat Pemungutan Jizyah
– Tujuan dan Hikmah Pensyariatan Jizyah
• Ghanimah– Pengertian
– Ghanimah dalam Islam (Al-Qur’an dan Hadits)
– Pembagian Ghanimah
• Fa’I– Pengertian
– Fai’ dalam Islam (Al-Qur’an dan Hadits)
– Latarbelakang Munculnya Fa’i
– Pembagian Fa’i
PengertianMenurut Bahasa: Jizyah atau jizya (Arab: جزية) berasal
dari kata Jaza’ yang berarti Kompensasi
Menurut Terminologi: merupakan istilah yang digunakanuntuk beban yang diambil dari penduduk Non-Muslim yang ada dinegara Islam, sebagai biaya perlindunganyang diberikan kepada mereka atas kehidupan dankekayaan serta kebebasan untuk menjalankan agama mereka. Disamping itu, mereka dibebaskan pula dari
kewajiban militer dan diberi keaman social. Sabahuddin Azmi,
Op.Cit, hlm 112
Dalam Al-Qur’an kata Jizyah dapat dilihat dalam Surah At-Taubah: ayat 29.
مون ما ح وال باليوم اآلخر وال يحره ورسوله وال قاتلوا الذين ال يؤمنون بالله م الله من ر الذين يدينون دين الحقه
٢٩-أوتوا الكتاب حتى يعطوا الجزية عن يد وهم صاغرون -
"Perangilah orang-orang yang tak beriman kepada Allah ... yaitu golongan
orang yang telah diberi Kitab, sampai mereka membayar pajak (jizyah)
sebagai pengakuan kedaulatan, dan mereka dalam kondisi takluk “.
Bukhari dan Tirmidzi meriwayatkan dari Abdurrahman bin auf bahwa nabi
Muhammad saw. Mengambil jizyah dari orang-orang majusi Hajar. Dan juga
diriwayatkan dari Tirmidzi bahwa Rasulullah saw. Mengambil jizyah dari orang-
orang majusi Bahrain, Umar mengambil jizyah dari penduduk Persia, sedangkan
Utsman mengambil jizyah dari orang-orang Persia dan Barbar. Fiqih Sunnah, Sayid
Sabiq. Hlm. 43
Dalam Islam
(Al-Qur’an dan Hadits)
Subjekorang yang berhak membayar Jizyah ialah orang-orang yang
diperintahkan untuk diperangi, yaitu para Lelaki kafir yang
mampu berperang, karna Islam tidak membolehkan memerangi
wanita, Kanak-kanak, Orang tua dan budak (walaupun bisa berperang).
Adapun mengenai ketentuan jumlah Jizyah terdapat perbedaan
pendapat diantara Ulama, Imam Syafi’I berpendapat dan satu riwayat
dari Ahmad, tidak ada ketentuan batas minimal dan batas
maksimal. Ketentuan masalah ini harus diserahkan kapada Ijtihad
pemimpin untuk menentukan kewajiban setiap orang membayar
jizyah yang disesuaikan dengan keadaan ekonomi masing-masing.
Syarat Pemungutanpembayar jizyah haruslah memiliki syarat-syarat seperti yang
disebutkan dalam Qs. At-Taubah:29, sebagai berikut:
• Laki-laki
• Mukallaf (tidak gila)
• Merdeka (bukan budak)
Maksudnya, pemungutan jizyah haruslah terhadap orang yang mampu
dan kaya.
Adapun Hak-hak bagi pembayar Jizyah akan mendapatkan dua hak,
yaitu:
• Tidak boleh diperangi agar mereka tidak akan merasa takut
• Berhak untuk mendapatkan perlindungan
Tujuan dan Hikmah Pensyariatan
Tujuan mengambil jizyah dari orang-orang kafir adalah sebagai
tanda orang-orang kafir tersebut mengaku berdamai dan tidak
akan menyerang kaum muslimin dan sebagai balasannya kaum
muslimin wajib berperang bagi pihak mereka jika ada musuh lain
yang mencoba mengganggu mereka dan inilah yang diistilahkan
oleh ahli-ahli fiqih Islam sebagai zimmi (berarti di dalam
tanggungan).
Harus juga diingat jizyah itu adalah suatu kontrak antara
muslim dan non muslim yang berkemampuan sahaja dan agama
Islam tidak mewajibkan jizyah ke atas orang-orang kafir yang fakir
dan miskin.
DefenisiMenurut bahasa: Al-Ghanimah berasal dari bahasa
arab yang berarti apa yang diperoleh manusia
melalui usaha.
Menurut Syariat: Ghanimah adalah harta yang diperoleh
dari musuh-musuh Islam melalui peperangan dan
pertempuran meliputi: Harta manqul (yang dibawa),
Tawanan, dan Tanah.
Harta rampasan atau Ghanimah juga dikenal dengan al-
anfal berarti tambahan bentuk jamak dari kata nafal karna
merupakan penambahan harta kaum muslimin.
Dalam Al-Qur’an ada sebuah surah yang khusus diberi nama oleh Allah
dengan sebutan al-Anfaal (Surah ke 8) yang berarti Harta Rampasan,
Surah ke-8 ini diturunkan di Madinah sebanyak 75 Ayat. dengan Awal
surah yang berbunyi:
يسألونك سول فاتقوا الله والر عن األنفال قل األنفال لله وله ورس وأصلحوا ذات بينكم وأطيعوا الله
ؤمنين ١-إن كنتم م -
Mereka bertanya kepadamu tentang pembagian harta rampasan perang.
Katakanlah, "Harta rampasan Perang itu kepunyaan Allah dan Rasul, sebab
itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu,
dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang
beriman". (QS. al-Anfal 8:1)
“Ghonimah merupakan syariat yang khusus diperuntukkan buat Nabi
Muhammad”
Dalam Islam
(Al-Qur’an dan Hadits)
'Ubdah bin Shamit berkata: Ayat ini diturunkan
bertalian dengan kami, pelaku Peristiwa Badar,
ketika kami berselisih tentang harta rampasan
perang dan pada saat itu kami berperilaku tercela,
sehingga Allah merampas ghanimah dari kami, lalu
ia diberikan kepada Rasul-Nya. Kemudian beliau
membagikannya kepada Kaum Muslimin secara
adil. (HR. Ahmad)
Perang Badar Terjadi ????
17 Ramadhan tahun 2 hijriyah
Pembagian
GhanimahAllah telah menjelaskan tata cara pembagian ghanimah lewat firman-Nya
dalam QS. Al-Anfaal:41 yang berbunyi:
خمسه وللر و ن شيء فأن لله اعلموا أنما غنمتم مه كين سول ولذي القربى واليتامى والمسا
وما أنزلنا على عبد ن نا يوم الفرقان يوم التقى الجمعاوابن السبيل إن كنتم آمنتم بالله والله
٤١-على كله شيء قدير -
“Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai
rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul,
kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan Ibnu Sabil. Jika
kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada
hamba Kami (Muhammad) di hari furqan, yaitu di hari bertemunya dua
pasukan. Dan Allah Maha Penguasa segala sesuatu”. (QS. Al-Anfal 8:41)
ghonimah ini dibagi menjadi lima bagian, 1/5 dibagi lagi untuk lima
kelompok,
• pertama untuk Allah (kemaslahatan kaum muslimin) dan
rasul-Nya.
• Kedua, untuk kerabat Rasul,
• ketiga untuk orang – orang yatim,
• keempat untuk orang-orang miskin
• dan kelima ibnu sabil (orang yang terlantar di perjalanan
atau terusir dari tempat tinggalnya.
Sedangkan 4/5 bagian diperuntukkan para tentara yang turut berperang.
Telah dibicarakan bahwa syarat memperoleh ghanimah
adalah: akil baligh, laki-laki, merdeka. Maka yang belum
memenuhi syarat ini, tidak mendapatkan bagian ghanimah.
Sekalipun dia mendapatkannya maka itu bukan berarti
bagian.
Dan perlu juga diketahui bahwa ghanimah diharamkan
untuk diambil sebelum dibagikan karna dapat memecah
belah kaum muslimin, menjadi sebab perselisihan dan
mengalihkan perhatian mereka dari perang serta membawa
kepada kekalahan. Fiqih Sunnah, Sayid Sabiq. Jilid 4. Hlm 56
Fai’ berasal dari kata Fa’a yafi’u yang berarti ‘harta yang
diperoleh kaum muslimin tanpa peperangan’. Fiqih Sunnah,
Sayid Sabiq. Jilid 4. Hlm 71
Menurut Abdul Baqi Ramdhon mendefinisikan fa’I yaitu “Segala
apa yang dirampas dari orang-orang kafir tanpa melalui perang
ataupun pengerahan kuda maupun unta, seperti harta yang
ditinggalkan orang-orang kafir karena takut diserang oleh kaum
muslimin dan mereka melarikan diri seperti harta jizyah, harta
pajak dan hasil kompensasi perdamaian, harta ahli dzimah yang
mati tidak punya ahli waris, dan harta orang murtad dari islam
apabila ia terbunuh atau mati” Jihad sabiluna, hal.235
Defenisi
Dalam Islam (Al-Qur’an dan
Hadits)Adapun Firman Allah swt. yang berkaitan dan membahas tentang Fa’I
terdapat dalam Qs. Al-Hasyr: 6 yang berbunyi sebagai berikut :
على رسوله منهم فما أوجفتم عليه من يسلهط وما أفاء الل رسله خيل وال ركاب ولكن الل
على كله شيء قدير على من يشاء والل
“Apa saja harta rampasan (fai) yang diberikan Allah kepada
Rasul-Nya (dari harta benda) mereka, maka untuk mendapatkan
itu kamu tidak mengerahkan seekor kuda pun dan (tidak pula)
seekor unta pun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan
kepada Rasul-Nya terhadap siapa yang dikehendaki-Nya. Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu”
Harta yang diperoleh kaum Muslim dari Yahudi Bani
Nadhir dan penduduk Fadak tidak didahului dengan
peperangan. Harta semacam ini menjadi milik Rasulullah
saw. Sebagian harta Fai ini Baginda belanjakan untuk
keperluan keluarganya selama setahun, dan sisanya
digunakan untuk penyediaan amunisi dan senjata untuk
berperang di jalan Allah. Praktik seperti ini diteruskan oleh
Abu Bakar dan Umar ra.
Konteks Sejarah
Pembagian Fa’i
Dari umar r.a. Berkata, “Harta benda Bani Nadhir termasuk
menjadi harta rampasan yang diberikan Allah kepada
rosulnya karena para sahabat tidak mengerahkan kuda atau
unta untuk kesana. Oleh karena itu, harta itu hanya
diperuntukan bagi nabi saw. Rosulullah saw lantas
menyisihkan untuk memberi nafkah keluarganya selama
setahun lamanya. Sisanya, beliau peruntukan untuk
pengadaan kuda dan persenjataan sebagai persiapan (jihad)
di jalan Allah swt. [Bukhori dan muslim]
Qurthubi dan Malik berkata bahwa pembagiannya
diserahkan kepada pendapat imam dan ijtihadnya. Dia
boleh mengambil tanpa adanya pembatasan dan memberikan
sebagiannya kepada keraba dengan ijtihadnya juga,
sedangkan sisanya Dia bagikan demi kemaslahatan kaum
muslimin. Seperti inilah khalifah empat berpendapat dan
mereka melaksanakannya. Sebagaimana dalam kitab Hujjatullah al-
balighah,
Perbedaan cara pembagian fai’ dalam
sunnah
• Rasulullah saw. langsung membagikannya pada hari itu juga.
Beliau memberikan kepada yang telah berkeluarga dua bagian dan
kepada yang belum berkeluarga mendapat satu bagian
• Abu Bakar membagikan kepada orang merdeka dan budak
berdasarkan kebutuhan mereka
• Umar r.a. membuat daftar prioritas keperluan setiap orang yang
menerimanya, orang yang lebih dahulu masuk islam lebih dahulu
diutamakan, prioritas kedua bagi orang yang besar jasanya bagi islam
pada urutan, dan prioritas ketiga bagi yang memiliki keluarga besar
Syarat dibolehkannya merampas dan mengambil harta orang
kafir untuk dijadikan ghonimah atau fa’I haruslah di darul
harbi. Di dalam kitab al wajiz syarhul wajiz di sana
dinyatakan; bahwasanya apabila ada salah seorang masuk ke
negeri harbi secara sembunyi-sembunyi dan mengambil
harta dengan mencuri maka itu adalah menjadi milik bagi
siapa yang mengambilnya tersebut secara khusus.
Dikatakan oleh Abdul Qadim Zallum, bahwa ghanimah dan fai
haruslah disimpan di Baitul Mal dan Kepala Negara diberikan
amanah untuk mengelolanya dalam rangka untuk
menciptakan kemaslahatan bagi semua rakyat baik
kemaslahatan di dunia dan juga di akhirat (jika Khilafah
Islamiyah telah berdiri).
KESIMPUL
AN