jogja ninin

4
DESTINASI 134 VENUE | DESEMBER 2012 DESTINASI di 7 Jam Yogyakarta Tujuh jam seolah waktu yang sebentar jika dihabiskan di Yogyakarta. Sihir dan pesona Kota Gudeg tersebut memang mampu membuat raga dan pikiran betah berlama-lama tinggal didalamnya. OLEH HANINDYA CHRISTIANA B erkonferensi sambil berlibur kadang menjadi kendala. Namun, dengan padatnya jadwal konferensi, kebutuhan refreshing jadi hal yang dirasa perlu. Beberapa dari mereka memilih memperpanjang masa tinggal agar bisa menikmati liburan di destinasi tempat konferensi terselenggara. Namun, bagi mereka yang terpaksa kembali ke rutinitas keesokan harinya, memanfaatkan waktu selepas konferensi adalah jalan keluar terbaik. Jika Anda hanya mempunyai waktu tujuh jam di kota Gudeg ini, pasti Anda akan sangat bingung dalam mengatur waktu untuk memilih tempat yang harus Anda kunjungi. Ya, karena Yogya merupakan kota dengan seribu tempat yang layak dan menarik untuk dikunjungi. Mulai dari alamnya yang sejuk, orang sekitar yang ramah, batiknya, jajanan kulinernya, pantainya yang juga menawarkan keindahan, makanannya yang akan menggoyang lidah Anda semua, dan masih banyak lagi. Untuk lebih mempermudah perjalanan Anda, VENUE sengaja meminta rekomendasi destinasi di Yogyakarta dari Susilowani Daud selaku Managing Director Pacto, Adrie Subono, Pimpinan Java Musikindo, dan Ernst K. Remboen, Presiden Direktur Radyatama. Ketiganya, selain khatam setiap sudut Yogyakarta, mereka juga terbilang sering melakukan trip hitungan jam.

Upload: hanindya-christiana

Post on 11-Feb-2017

106 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: jogja ninin

DESTINASI

134 VENUE | Desember 2012

DESTINASI

di7JamYogyakarta

Tujuh jam seolah waktu yang sebentar jika dihabiskan di Yogyakarta. Sihir dan pesona Kota Gudeg tersebut memang mampu membuat raga dan pikiran betah berlama-lama tinggal didalamnya.

Oleh Hanindya CHristiana

Berkonferensi sambil berlibur kadang menjadi kendala. Namun, dengan padatnya jadwal konferensi, kebutuhan refreshing jadi hal yang dirasa perlu. Beberapa dari mereka memilih memperpanjang

masa tinggal agar bisa menikmati liburan di destinasi tempat konferensi terselenggara. Namun, bagi mereka yang terpaksa kembali ke rutinitas keesokan harinya, memanfaatkan waktu selepas konferensi adalah jalan keluar terbaik.

Jika Anda hanya mempunyai waktu tujuh jam di kota Gudeg ini, pasti Anda akan sangat bingung dalam mengatur waktu untuk memilih tempat yang harus Anda kunjungi. Ya, karena Yogya merupakan kota dengan seribu tempat yang layak dan menarik untuk dikunjungi. Mulai dari alamnya yang sejuk, orang sekitar yang ramah, batiknya, jajanan kulinernya, pantainya yang juga menawarkan keindahan, makanannya yang akan menggoyang lidah Anda semua, dan masih banyak lagi.

Untuk lebih mempermudah perjalanan Anda, VENUE sengaja meminta rekomendasi destinasi di Yogyakarta dari Susilowani Daud selaku Managing Director Pacto, Adrie Subono, Pimpinan Java Musikindo, dan Ernst K. Remboen, Presiden Direktur Radyatama. Ketiganya, selain khatam setiap sudut Yogyakarta, mereka juga terbilang sering melakukan trip hitungan jam.

Page 2: jogja ninin

Salah satu saujana jantung Jawa adalah Candi Borobudur. Bukan saja karena masuk dalam daftar situs warisan dunia oleh UNESCO, namun Candi Borobudur juga merupakan perpaduan sempurna keagungan serta keanggunan pusaka alam juga budaya dalam kesatuan ruang dan waktu. Maka menyambangi Borobudur menjadi agenda pertama yang wajib dikunjungi Susilowani Daud setiap kali dia berada di Yogyakarta.

Sejak ditemukan pada tahun 1814, telah dilakukan beberapa upaya pelestarian

candi, yang menurut perkiraan para ahli, Candi

Borobudur didirikan di atas bukit dan memiliki luas 123 x 123 meter persegi. Candi ini memiliki sebuah stupa induk, 72 buah stupa terawang dan 504 buah patung Buddha. Selain itu, ada ribuan relief yang tersusun dalam panel-panel di Candi Borobudur, yang menggambarkan kisah, agama, ataupun sejarah masa lampau.

“Ada banyak hal yang bisa dilakukan dalam kompleks Candi Borobudur, selain melihat relief Candi,” sahut Susilowani. Hal lain yang dimaksud di antaranya adalah menjelajahi danau purba, menyaksikan matahari terbit dari puncak bukit, dan menelusuri pemanfaatan ruang di Borobudur untuk kegiatan budaya—seperti rumah, galeri, dan museum seni Elo & Progo.

Perjalanan terus berlanjut, berselang-seling antara mengagumi kecantikan budaya dan kreativitas mengolah kerajinan, Susilowani memilih

menghabiskan sisa waktunya menikmati Candi Prambanan. Sudah berdiri sejak abad ke-9 M, Candi Prambanan tidak

cuma menjadi potret keindahan tetapi juga menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi Prambanan memiliki 2 buah candi apit, 4 buah candi kelir, dan 4 buah candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 buah candi.

Di malam hari (hanya setiap Selasa, Kamis dan Sabtu) Anda bisa menikmati sajian seni pertunjukan; Sendratari Ramayana namanya. Pertunjukan ini mampu menyatukan ragam kesenian Jawa berupa tari, drama, dan musik dalam satu panggung dan satu momentum untuk menyuguhkan kisah Ramayana, epos legendaris karya Walmiki, yang ditulis dalam

bahasa Sanskerta. “Kita tak akan kecewa menonton Ramayana sebab tak hanya tarian dan musik saja yang dipersiapkan. Pencahayaan disiapkan sedemikian rupa sehingga tak hanya menjadi sinar yang bisu, tetapi juga mampu menggambarkan kejadian tertentu dalam cerita,” ungkap Susilowani. Begitu pula riasan pada tiap penari, tak hanya mempercantik, tetapi juga mampu menggambarkan watak tokoh yang diperankan, sehingga penonton mudah mengenali tokoh meski tak ada dialog.

anPuas bermain-main dengan pesona

Candi Borobudur, Susilowani memilih lanjut menghabiskan waktu ke Desa Kasongan, yang merupakan sentra industri kerajinan gerabah. Di sinilah Anda dapat menemukan perkakas yang menggunakan tanah liat atau tanah lempung sebagai bahan utamanya. Desa Wisata Kasongan serta merta merupakan wilayah permukiman para pembuat barang-barang kerajinan

berupa perabotan dan barang-barang sejenisnya. Susilowani pun selalu menyarankan

wisatawan yang hendak ke Yogyakarta untuk menyempatkan berkunjung ke Kasongan. “Banyak perkakas unik yang hanya ditemukan di sini. Kerajinan gerabah ini akan menambah daftar souvenir yang patut diboyong jika kembali ke daerah asal wisatawan,” kata Susilowani.

Di Kasongan, wisatawan dapat sekadar melihat-lihat show room yang dipenuhi berbagai hasil kerajinan keramik. Dan jika tertarik melihat

pembuatan keramik, wisatawan dapat mengunjungi beberapa galeri keramik yang memproduksi langsung kerajinan khas itu di tempat. Pembuatan gerabah di desa ini, sekarang, tidak hanya terbatas pada perabotan rumah tangga saja, namun juga barang-barang lain sejenis yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran. Barang-barang seperti guci, pot bunga, lampu hias, miniatur alat transportasi (becak, sepeda, mobil), aneka tas, patung, serta hiasan lainnya yang menarik untuk dipajang di rumah, juga diproduksi di sini. Saat berkunjung ke desa Kasongan, para  wisatawan akan disambut hangat oleh penduduk setempat.

Susilowani Daud, Presiden Direktur Pacto Convex

terus berlanjut, berselang-seling antara mengagumi kecantikan budaya dan kreativitas mengolah kerajinan, Susilowani memilih

13.00

– 15.00

: Cand

i Bo

rob

od

ur

16.3

0 –

17.

30: D

esa

Wis

ata

Kas

ong

an

18.00 – 20.00: Candi Prambanan

candi, yang menurut perkiraan para ahli, Candi

an

berupa perabotan dan barang-barang sejenisnya. Susilowani

136 VENUE | Desember 2012

Page 3: jogja ninin

138 VENUE | Desember 2012

Adrie Subono, CEO Java Musikindo

Menjelajahi Yogyakarta, Adrie memilih memulai perjalanan dengan menyinggahi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dirancang oleh Sri Sultan Hamengkubuwono. Ini destinasi wajib yang kerap dikunjungi Adrie setiap dia mengunjungi Kota Gudeg ini, apalagi bila ia membawa rombongan artis dari luar negeri. Seakan ada kebanggaan bagi Adrie bisa memperlihatkan kepada mereka eksterior dan interior keraton yang berseni tinggi, juga benda-benda koleksinya yang bersejarah, dari batik, lukisan, gamelan, dan kursi singgasana ratusan tahun.

Memang tidak semua bagian keraton bisa dijelajahi, tetapi setidaknya ia bisa

mengetahui bagian-bagian pentingnya, seperti Bangsal Sri Manganti, yang menjadi tempat pertunjukan seni bagi pengunjung. Ia juga mengetahui penggalan sejarah peran keraton sebagaimana disampaikan oleh sang pemandu; sejak era kekuasaan Kerajaan Mataram sampai awal kemerdekaan, yakni ketika kedudukan pemerintah Republik Indonesia dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta pada 1946. Mendalami Keraton Yogyakarta, bagi Adrie, seperti meresapi sebuah fi losofi kehidupan; hakikat seorang manusia, bagaimana alam bekerja dan manusia menjalani hidupnya, dan berbagai perlambangan eksistensi kehidupan.

Sore menjelang, Adrie memilih mengarahkan tujuannya bersantap Gudeg Yu Djum. “Ini gudeg legendaris,” begitu celoteh Adrie. Selama 40 tahun, Gudeg Yu Djum masih mempertahankan cara masak tradisional, yaitu dengan meletakkannya di panci-panci besar dan dimasak di atas kompor yang menggunakan kayu bakar. Selain melihat langsung proses pembuatan gudeg, pengunjung juga diperbolehkan terlibat proses pembuatan gudeg yang diracik Mbah Djuwariah (nama asli pemilik Gudeg Yu Djum) bersama 40 orang yang menjadi karyawannya.

Sebenarnya Gudeg Yu Djum juga ada di daerah Wijilan, yang juga dikenal sebagai kampung gudeg. “Tapi saya lebih menyukai makan di Gudeg Yu Djum yang ada di daerah Mbarek, Jalan Kaliurang Selokan Mataram, deket MM UGM Yogya. Lebih nyaman,” celetuk Adrie. Di sana, lanjut Adrie, sambil menikmati suguhan gudeg kering, pengunjung juga disuguhi alunan musik beberapa lagu pop dan juga alunan musik dari peralatan keroncong sederhana yang mendayu-dayu, sehingga benar-benar menciptakan suasana yang haujek soro (enak banget).

Perjalanan menuju Kaliurang, dari arah Yogya, akan mengingatkan Adrie pada lukisan pemandangan saat masih di taman kanak-kanak. Sebuah gunung dengan jalan di tengahnya serta hamparan hijau yang membentang di kedua sisinya, dan dihiasi rumah penduduk, akan menghilangkan penat dalam bingkai lukisan alam. Bersentuhan dengan udara sejuk dan meresapi suasana romantis ala nyonya dan meneer Belanda tempo dulu di Kaliurang yang terletak di kaki Gunung Merapi; inilah mengapa Adrie begitu menyukai tempat ini. Pemandangan Gunung Merapi memberi sensasi tersendiri di kawasan ini. “Bagaikan seorang gadis desa yang menutup tabirnya bila sengaja diperhatikan, gunung ini akan tertutup kabut seolah malu

bila sengaja datang untuk melihatnya” ungkap Adrie sedikit berpuisi.

Di samping keindahan alamnya, Kaliurang juga mempunyai beberapa bangunan peninggalan sejarah. Di antaranya adalah Wisma Kaliurang dan Pesanggrahan Dalem Ngeksigondo milik keraton yang pernah dipakai sebagai tempat berlangsungnya Komisi Tiga Negara. Atau Museum Ullen Sentalu yang sebagian bangunannya berada di bawah tanah. Museum ini menguak misteri kebudayaan dan nilai-nilai sejarah Jawa, terutama yang berhubungan dengan putri Keraton Yogyakarta dan Surakarta pada abad ke-19.

15.00 – 16.30: Gudeg Yu Djum, dekat Universitas Gajah Mada

17.00 – 20.00: Kaliurang

Jam 13.00—14.30: Keraton Yogyakarta

Page 4: jogja ninin

VENUE | Desember 2012 139

Ernst K.Remboen, Presiden Direktur Radyatama

Setelah seharian berkutat dalam hiruk-pikuk konferensi, tentunya Anda ingin menikmati suasana khas Yogya. Oleh karena itu, Ernst harus mampir ke Malioboro.“Di sepanjang Malioboro, terdapat pedagang asongan, kaki lima—yang menjual berbagai macam oleh-oleh dari Yogya seperti batik, gantungan kunci, sandal batik, tas anyaman, dan lainnya—yang berujung pada pasar Batik Beringharjo, surganya batik Yogya,” kata Ernst.

Di seberang Pasar Beringharjo ada Mirota

Batik, salah satu toko batik terlengkap di Yogyakarta. Jika Anda adalah tipe orang yang pintar menawar harga dan tidak mempunyai masalah dalam berdesak-desakan, masuklah ke pasar Beringharjo. Tetapi jika Anda tipe orang yang kurang bisa untuk menawar dan mencari sedikit kenyamanan berbelanja, maka Anda cukup mampir ke Mirota Batik.

Jika tangan sudah dipenuhi dengan tas belanja,

Anda bisa menyempatkan untuk menaiki andong. Biasanya, Anda akan dibawa berkeliling Yogya selama kurang lebih setengah jam. Perjalanan menaiki andong ini seolah mengalihkan kepenatan dari tumpukan pekerjaan.

Belum puas mencari buah tangan di Malioboro? Ernst menyarankan untuk berburu kerajinan perak yang sangat khas di Kotagede. Menjejakkan kaki ke Kotagede berarti siap menyaksikan geliat sebuah kota tua yang tak pernah lekang dan menyerah menempuh masa. Lima ratus tahun sudah kawasan kota tua ini mewujud sebagai sebuah permukiman, yang diawali dari pendirian Kedaton Dalem Kerajaan Mataram Islam oleh Ki Ageng Pemanahan di paruh akhir abad ke-16 M. Selain sebagai pusat produksi dan penjualan perhiasan perak, Kotagede juga menyimpan sekitar 170 buah bangunan kuno buatan tahun 1700 hingga 1930. Hal tersebut menjadikan Kotagede tidak hanya sebagai Kota Perak, tetapi juga kota tua bersejarah. Kerajinan perak sendiri merupakan budaya turun-temurun.

Pada awalnya kerajinan di Kotagede berupa emas, perak, dan tembaga. Namun seiring waktu, kerajinan peraklah yang paling diminati. Sehingga para pengrajin lebih banyak memilih untuk mengolah perak hingga sekarang. Saat ini, kerajinan ini sudah diekspor ke mancanegara. “Bengkel-bengkel dan toko-toko kerajinan perak juga bisa ditemui di sepanjang jalan. Anda dapat melihat proses pembuatan kerajinan perak dan membeli perhiasan

dari perak seperti gelang, cincin, anting, (dan) kalung di sini,” kata Ernst menjelaskan. Di Kotagede juga terdapat pabrik cokelat Monggo, sebuah produk cokelat asli Yogyakarta. Di sana kita diperbolehkan masuk ke dalam pabriknya (kecuali pada hari Minggu) untuk melihat sendiri dari dekat proses pengolahan cokelat super enak tersebut.

Jarang ada penyelenggara yang menyuguhkan masakan khas daerah setempat selama konferensi. Kalaupun ada, hanya menu populer, semisal gudeg untuk mewakili cita rasa Yogyakarta. Nah, biasanya untuk melengkapi hari setelah konferensi yang melelahkan, Ernst menyempatkan diri mampir menikmati Bakmi Jawa Kadin.

Apa yang istimewa dari Bakmi Jawa Kadin kesukaan Ernst ini? “Di sini sang pemilik mengolah sendiri mie melalui proses memasak yang dicampur dengan telur bebek di atas bara arang,” sahut Ernst menjelaskan. Kemudian setelah hampir matang, mie Jawa panas disajikan bersama rajangan kol dan suwiran ayam goreng. Sambil ditemani segelas teh manis, menghabiskan malam menyantap Bakmi Jawa Kadin menjadi puncak pelarian tujuh jam berlibur di kota Yogyakarta. Apalagi, untuk menikmati satu porsi bakmi Jawa yang terletak di Pakualaman, Anda hanya perlu merogoh kocek Rp10.000 hingga Rp19.000.

13.00–15.00: Malioboro

18.00 – 20.00: Bakmi Jawa Kadin

pasar Beringharjo. Tetapi jika Anda bisa menyempatkan

sini,” kata Ernst menjelaskan. Di Kotagede juga terdapat pabrik cokelat Monggo, sebuah produk cokelat asli Yogyakarta. Di sana kita diperbolehkan masuk ke dalam pabriknya (kecuali pada hari Minggu) untuk melihat sendiri dari dekat proses pengolahan cokelat super enak tersebut.

Jam

15.

30 –

17.

00

: Ko

tag

ede