jong islamieten bond 1925 . 1942
TRANSCRIPT
....---·. - ·····------··--· -----... , .- . ; :-. -\KAAN
PRG; ... ,:.; ; .~;:-...;ASARJANA IAfl\' -.:.,. :. ·. · ·· tIYAKARTA
JONG ISLAMIETEN BOND 1925 . 1942
( Sejarah, Pemikiran, dan Gerakan)
Oleh:
Drs. ABDURRAHMAN NIM. 84305-B
J.:X~.693 8
,l\BD
DISERTASI Diajukan Kepada lnstitut Agama Islam Negeri
Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Doktor
dalam llmu Agama Islam
YOGYAKARTA
J c . I
1 9 9 4.l.--__ _._, . '' .-~- ·--=--·-~--~;;-1 Ml' ii· pC':;:.11t:'Tti,l!,\o<< ...... ~.,: ·, ~·" ~~~~~-~~;~-~-·~::~~:~ - -~-,-
Nomor : ~\ / r· •· .;_ :.· t-\ ' ~ <j..
.,..,....,nn~1 = t 1 ~mv lQQQ
DEPARTEMEN AGAMA
IAIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
DISERTASI berjudul
Ditulis oleh
NIM
PENGESAHAN
,.~.-1.,.t. (a..a1.a., 11 'lld•'li ._ G1111r.a)
........ 111•• .. .,..
Telah dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Doktor dalam llmu Agama Islam
Yogyakarta, 11 Mell• 1'n
l Rektor/Ketua Sen at
p.,_J ~ ..................
.... 1"'"'26
DEPARTEMEN AOAllA
IAIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
DEWAN PENGUJI UJIAN TERBUKA/PROMOSI
Nama lllh .A.lllll 11111 ..
NIM 84~
Judul aw ~ .. 1915 .. 1941 (..,.._.., ftetJdlea, dNl Gel&llM)
Ketua
Sekretaris
Anggota
9. -
Diuji di Yogyakarta pada tanggal 11 OJ&W• 1'9t Pukul ot.OO sd •111dNIB.
Hasil/Nilai ... J.S..f. ..... Predikat : -.4&Pl! •askan/Sangat memuaskan/OeAftBR pUjian *
1 Coral yang tidal< aasuai
\
.--------- ~~
DEPAATENEN AGAlllA
IAIN SUNAN KALUAGA PROGRAM PASCASARJANA
YOGYAKARTA
PROMOTOR I
PROMOTOR· 11
PROMOTOR Ill
Judul disertasi
Penulis
ABSTRAK
: Jong Islamieten Bond 1925-1942 (Sejarah, pemikiran, dan gerakan)
: Drs. Abdurrahman
Disertasi berjudul jong Islamieten Bond 1925-1942 (Sejarah
Pemikiran dan Gerakan) ini merupakan rekonstruksi sejarah organisasai
pemuda Islam yang berpendidikan Barat pada masa akhir penjajahan
Belanda di Indonesia. Rekonstruksi sejarah tersebut penting dilakukan
karena beberapa tulisan tentang JIB belum mampu mengungkap sejarah
organisasi tersebut secara utuh, karena terbatasnya sumber yang
dipergunakan, dan pendekatan dan analisis yang lebih menekankan JIB
sebagai gerakan sosial daripada sebagai gerakan pemikiran agama, serta
kesimpulan yang masih bisa dipertajam lagi. Pendeka~ sejarah yang
difokuskan pada peristiwa demi peristiwa secara berurutan dilakukan
untuk memberikan perspektif dalam dimensi waktu yang meliputi kurun
waktu 17 tahun. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian
sejarah dengan memperhatikan. hasil-hasil penelitian di bidang ilmu-ilmu
sosial dan agama yang relevan dengan studi sejarah JIB. Sumber dan bahan
penulisan diperoleh dari studi arsip dan kepustakaan yang dilakukan di
Indonesia dan Belanda
v
PERPUSTi\KAA1\i 1·
PROGRAM PASCASAIUANA
I
Kesepakatan membentuk JIB oleh Sam dan kawan-kawannya anggota
jong Java terjadi pada malam tahun baru 1925 di Yogyakarta ,dan
peresmiannya dilakukan pada tanggal 8 Pebruari 1925 di Jakarta. Latar
belakang pembentukannya dapat diketemukan pada pelaksanaan politik
etis yang ikut mendorong munculnya elit baru Indonesia yang memiliki
kesadaran kebangsaan, dan terbentuknya pelbagai organisasi modern yang
berfungsi sebagai sosialisasi politik, serta munculnya gerakan pembaharuan
Islam pada awal abad ke 20 di Indonesia. Motivasi pembentukannya
tumbuh dari kesadaran keagamaan dan keinginan anggota jong Java yang
beragama Islam, untuk menemukan identitas dan memikirkan
kelompoknya, karena merasa diperlakukan tidak adil dalam organisasi jong
Java. Dalam hubungan ini, peranan Haji Agus Salim, Haji Fachruddin,
Mirza Ahmad Wali Baig, dan tokoh-tokoh pembaharu Islam lainnya
nampak dalam perkembangan pemikiran dan kegiatan awal JIB
.Sebagai organisasi pemuda yang berdasarkan Islam,//B telah
menunjukkan diri sebagai organisasi modern, intelektual, dan berfungsi
sebagai organisasi kader. Agama Islam yang menjadi identitas dan dasar
organisasi, memudahkan JIB menembus batas kedaerahan sempit, dan
merekrut anggota dari bermacam suku dan menjangkau hampir seluruh
vi
pelosok Nusantara. Sikap organisasi yang tidak melakukan kegiatan
politik praktis, independent, moderat dan menggunakan pendekatan
kultural, membuat JIB mampu menjalankan organisasinya di tengah
dinamika sosial politik, agama dan budaya pada masanya. Kelemahan dan
hambatannya terletak pada kurang berhasilnya pembinaan kader yang
memiliki wawasan keilmuan dan keagamaan, serta kemampuan
berorganisasi. Keterbatasan perhatian, ke sempatan dan tempat tinggal para
pimpinannya yang berpindah-pindah, menjadikan mekanisme organisasi
tidak berjalan sebagaimana direncanakan. Secara eksternal , kebijaksanaan
politik yang menekan setiap gerakan perlawanan terhadap penjajah dan
malaeise yang melanda dunia semenjak tahun 1930-an menjadi faktor yang
ikut menghambat perkembangan organisasi.
II
Dalam jalur pergerakan nasional Indonesia, arti dan peranan JIB
terlihat dalam pemikiran yang dikemukakan, dan kegiatan yang dilakukan
dalam rangka mempersiapkan dan menyongsong kemerdekaan Indonesia.
Dari segi pemikiran, JIB telah ikut menumbuhkan dan menguatkan
kesadaran kebangsaan dan kerakyatan di kalangan terpelajar berpendidikan
Barat, mengemukakan pemikiran alternatif tentang nasionalisme dan
vii
persatuan Indonesia, mendorong anggotanya bersikap demokratis dan
toleran terhadap setiap perbedaan, melaksanakan prinsip-prinsip modern
dalam berorganisasi, serta menanggapi maraknya ideologi-ideologi modern
secara ilmiah yang digerakkan oleh semangat keagamaan yang tinggi.
Dari segi kegiatan, JIB telah mengambil peran aktif dalam setiap
kegiatan kepemudaan, kepanduan, pendidikan, pers dan kewanitaan
melalui organisasi yang dibentuk seperti Het Licht, JIBDA, Natipij,
Kernlichaam dan SIC Dalam rangka komunikasi sosial dengan organisasi
lain, JIB telah melakukan koordinasi dan kerja sama kegiatan untuk
menanggapi dinamika sosial, politik, dan ekonomi yang berkembang pada
masa akhir penjajahan Belanda di Indonesia. Dari semua pemikiran dan
kegiatan yang dilakukan, JIB tumbuh berkembang menjadi pusat latihan
kepemimpinan Islam yang berdampingan dengan intelektual Indonesia
' sekuler yang berorientasi ke Barat, menghalangi proses asosiasi yang
dilaksanakan pemerintah kolonial, dan menjembatani kesenjangan dan
keterputusan kultural politik antara kelompok intelektual dengan rakyat.
Dalam jalur gerakan pembaharuan Islam di Indonesia, JIB berperan
dalam meningkatkan kepekaan dan penghargaan yang tinggi terhadap
Islam yang dipahami bukan hanya sebagai sistem ritual dan kepercayaan
viii
semata, melainkan juga sebagai sistem sosial dan merupakan agama
nasional. Ajarannya dirumuskan sesuai alam pikiran modem, atau setidak
tidaknya tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan modem. Dengan
mengambil alih pemikiran Barat, Islam ditampilkan sebagai agama yang
rasional, dinamis, egaliter , toleran, terbuka , tidak terlalu normatif, mampu
menjawab persoalan sosial budaya dan politik ekonomis .Dari segi
pemikiran ini, pengaruh pemikiran pembaharuan ulama Timur Tengah
tidak begitu nampak karena keterbatasan anggota JIB memahami bahasa
Arab, tetapi justru · yang nampak adalah pengaruh pemikiran Ahmadiyah
yang rasional dan liberal
Secara organisatoris JIB merupakan organisasi pemuda Islam
pertama yang bercorak modern dan merupakan satu-satunya organisasi
Islam yang paling dekat dan intensif berkomunikasi dengan budaya Barat,
serta mampu mengambil alih cara berorganisasi dan tradisi Barat serta
menciptakan sintesa yang harmonis antara Islam dengan kebudayaan Baral
Dari segi kegiatan, JIB telah mampu mempersatukan kalangan
intelektual Islam, menjadi wadah komunikasi pemuda Islam dengan
kelompok pemuda lainnya melalui pelbagai kegiatan untuk
mengembangkan Islam dan mengadakan pembelaan dari serangan luar
ix
dengan kritis tanpa sikap apologis yang berlebihan.Lebih daripada itu, JIB
menjadi sarana untuk kembali kepada Islam, menghambat pengaruh yang
menjauhkan pemuda dari Islam dan melepaskan diri dari dominasi Barat.
Secara organisatoris, JIB tidak terikat kepada kelompok Islam
tertentu, meskipun sebagian besar pimpinan dan anggotanya dekat dengan
tokoh-tokoh pembaharu Islam di Indonesia. Karena sikapnya itu, JIB dapat
bersikap netral, tidak terlibat konflik dan mampu berkomunikasi serta
bekerja sama dengan organisasi modern maupun tradisional. Bersama
mereka, JIB mengadakan pembelaan Islam dari serangan luar dengan sikap
kritis, jauh dari sikap apologis yang berlebihan. Lebih dari semua itu, JIB
telah membangkitkan kesadaran umat Islam tentang pentingnya organisasi
sebagai alat mencapai tujuan, mendorong dan memberikan motivasi dan
inspirasi terbentuknya organisasi pemuda, pelajar dan mahasiswa yang
berdasarkan Islam.
m
Dengan semua kelebihan dan kekurangannya, JIB telah mencoba
melakukan peran sejarahnya dalam jalur pergerakan nasional dan
pembaharuan Islam di Indonesia, meskipun perannya tidak terlalu
menonjol dan kurang mendapatkan perhatian dalam kebanyakan karya
x
sarjana Indonesia maupun Baral Penulisan disertasi ini diharapkan
merupakan jawaban terhadap sikap para sarjana tersebut, meskipun diakui
karena keterbatasan sumber penulisan dan kemampuan analisis, disertasi
ini masih jauh dari memuaskan. Oleh karena itu, penelitian dan penulisan
tentang JIB masih mungkin dilakukan para sarjana lainnya dengan
menekankan aspek tertentu yang belum terungkap dalam disertasi ini.
xi
PEN GANT AR
Segala puji clan syukur dipersembahkan sema~ kepada Allah yang
memberikan karunia yang tidak terhingga, baik berupa bimbingan, kekuatan,
pertolongan, maupun hidayah dan taufikNya, sehingga disertasi berjudul Jong
Jslamieten Bond (Sejarah, Pemikiran dan Gerakan) dapat terselesaikan melalui
rentang waktu yang amat panjang, mengatasi banyak hambatan dan tantangan yang
amat melelahkan.
Penelitian dan penulisan disertasi ini hampir tidak mungkin dilaksanakan
tanpa bantuan banyak pihak, baik secara kelembagaan maupun perorangan. Secara
kelembagaan, ucapan terima kasih disampaikan kepada pimpinan IAIN Sunan
Kalijaga Y ogyakarta yang memberikan kesempatan dan bantuan guna
terselesaikannya disertasi ini. Demikian pula penghargaan dan terima kasih
disampaikan kepada Kementerian Luar Negeri Belanda yang memberikan
kesempatan dan bantuan untuk melakukan orientasi akademik di Universitas Leiden
selama sebelas bulan dalam tahun 1983/1984.
Bantuan diterima pula dari Departemen Agama Republik Indonesia melalui
Proyek Pengembangan Tenaga Akademik Perguruan Tinggi Agama berupa
xii
kesempatan dan dana untuk penulisan disertasi ini. Bantuan serupa juga diterima
dari Indonesia Netherlands Cooperation in Islamic Studies berupa kesempatan dan
dana untuk melengkapi data selama enam bulan dalam tahun 1990/1991.
Penghargaan, penghormatan serta terima kasih yang sebesar-besarnya
dihaturkan kepada yang tersebut di bawah ini :
1. Bapak Prof Dr. H.A. Mukti Ali yang memberikan panutan, bimbingan dan
bantuan yang tidak temilai semenjak tahun 1967 dengan ilmu yang diberikan,
ucapan, tindakan dan seluruh kepribadian yang pantas dijadikan panutan.
2. Bapak Prof. Dr. Harun Nasution (almarhum) yang memberikan perhatian,
bimbingan dan kemudahan menyelesaikan disertasi ini dengan keikhlasannya.
Semoga Allah mengampuni dosa kesalahannya dan menerima amal ibadah nya.
Amin.
3. Bapak Dr. Karel A. Steenbrink dan Dr.Paule Maas yang telah membantu dan
mendorong penyelesaian disertasi ini, mulai dari mengajar bahasa Belanda,
membantu memilih topik, mempergunakan bahan arsip, membimbing penelitian
dan penulisan disertasi, baik ketika berada di Indonesia maupun di negeri
Belanda.
xiii
4. Bapak Rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan
kesempatan dan kemudahan penyelesaian disertasi ini.
5. Bapak Prof. DR. H.Nourouzzaman Shiddiqi MA. (almarhum) Direktur Program
Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang memberikan dorongan dan
kemudahan dalam penyelesaian disertasi ini. Semoga Allah menerima amal
ibadahnya dan mengampuni dosa kesalahannya.
6. Para sesepuh yang sangat menaruh perhatian terhadap disertasi ini seperti Prof.
Drs. H.A. Muin Umar, Prof. DR. H. Simuh, Drs. H.A. Soetjipto.
7. Prof. Dr. Taufik Abdullah yang memperkenalkan dan mendorong minat penulis
pada studi sejarah, ketika penulis mengikuti Studi Puma Sarjana dan Program
Latihan dan Penelitian Agama, serta arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan
disertasi ini
. 8. lbu Prof. Dr. Edi Sedyawati, dan Dr. l.G.N. Anom, Dirjen Kebudayaan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang memberikan perhatian dan
bantuan dalam penyelesaian akhir disertasi ini.
Demikian pula rekan~rekan yang sangat mendorong dan membantu seperti
Drs. Siswanto Masruri, MA., Drs. Taufik Ahmad Dardiri, SU., Drs. Muhammad
xiv
Anis, MA., Drs. lskandar Zulkarnain, Drs. M. Damami MA., Drs. Oman
Fathurrahman SW., MA., Drs. Muh. Isnanto, dan Drs. Sigit Widodo.
Kepada para pegawai dan petugas Perpustakaan Islam, Perpustakaan PP.
Muhammadiyah, Perpustakaan IAIN Sunan Kalijaga, Perpustakaan Wilayah Kanwil
Depdikbud, Perpustakaan Sanabudaya semuanya di Y ogyakarta, Monumen Pers
Surakarta, Perpustakaan Nasional dan Arsip Nasional Jakarta, ARA di Den Haag,
KITLV dan UB di Leiden, /IMO Utrecht serta KIT di Amsterdam, disampaikan
tertima kasih atas layanannya yang simpatik dan mengesankan.
Penelitian dan penulisan disertasi ini hampir tidak mungkin terselesaikan
tanpa dorongan semangat, kerelaan mengiringi dalam suka dan duka, serta do'a tulus
dari ibu penulis, Maryam Djariman, istri Hardjanah, anak-anak Eka Darukusuma,
Yulia Widyahayati, Dini Widyasari dan Muhammad Arif Wicaksana, serta adik-adik
Dawimah dan Hadisiswaya, Djandaroh dan Ahmadi, Sri Untari dan Zulfa Mahasin,
sanak famili dan seluruh keluarga yang mengharapkan disertasi ini selesai.
Kepada mereka yang telah disebutkan di muka dan nama-nama lain yang
tidak mungkin disebut satu persatu, sangat dirasakan dan dihargai bantuan mereka,
disertai ucapan terima kasih yang tiada terhingga dan do'a semoga semoga Allah
xv
senantiasa berkenan menerima amal ibadah mereka, meridhai dan membalas dengan
pahala yang berlipat ganda. Amin.
xvi
Yogyakarta, September 1999
Penulis,
Drs. Abdurrahman NIM. 84305-B
DAFTARISI
J>E:.l'l(;~Sii\.~ ·······························································
LEMBARA.N PEMBIMBIN G ............................................. . .
J\.JJ~'I'RA.I( ...................................................................... .
I>~~(;i\..l'l'J:J\~ .••...•..•......................•....•......................•.....
I>.t\.F"I'J\.lll~I .................................................................... .
I>~J\.lt~ll'l(;i(J\~~---···················································
I. PENDAHULU.AN" ••••.•.•••.•••.••••.••••••••••••.••••••••..•••
A. Latar belakang dan masalah ........................................... .
B. Pendekatan dan kerangka pemikiran ............................... .
C. Tinjauan Pustaka ........................................................ .
D. Sumber dan bahan penulisan ........................................ .
E. Penyajian .................................................................. .
II PERTUMBUHAN D~ PERKEMBANGAN JIB 1925 -
l1l
lV
v
Xll
xvn
xx
1
1
18
24
30
32
1942........................................................................... 37
A. Periode Samsoeridjal: Awal pertumbuhan....................... 39
1. Pembentukan dan kegiatan awal organisasi.............. .... 49
2. Sambutan dan tanggapan............... ......................... 53
3. Kongres pertama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 64
B. Periode Raden Wiwoho Poerbohadidjaja : Perkembangan yang
meluas .............................................................. 77
l. Kepem1mp1nan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 87
2. Keanggotaan............... ... . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . 92
:\.'Vii
3. Ca bang-ca bang JIB................................................. 97
4. Tantangandanjawaban.......................................... 104
5. Konggres-konggres yang diadakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 125
C. Periode Kasman: Masa tantangan dan ujian..................... 149
1. Kepemimpinan dan keanggotaan.............................. 154
2. Perkembangan organisasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 157
3. Tantangan dan jawaban...................................... ... 160
4. Kongres-kongres .................................................. 171
D. Periode Aboe Arifaini dan Soenarjo Mangoenpoespito:
M . . enJaga war1san ..................................................... .
III ORGANISASI ONDERBOUW JIB ................................... .
A. Jong lslamieten Bond Dames Afdeeling ........................... .
1. Perkembangan organisasi ...................................... ..
2 Kegiatan JIBDA ................................................... .
B. National Indonesische Padvinderij ................................ ..
1. Perkembangan Natipij .......................................... .
2. Hubungan Natipij dengan JIB ................................. .
3. Hubungan Natipij dengan organisasi kepanduan lainnya
C. Majalah _Het Licht ..................................................... ..
D. Kernlichaam ............................................................. .
E. Stu die Informatie Comrnisie ......................................... .
IV PEMIKIRAN DALAM JIB .............................................. ..
A. Asal-usul pemikiran .................................................. .
B. Terna pemikiran yang dipilih ...................................... .
1. Islam sebagai agarna dan pandangan hid up .............. .
2. Ahrnadiyah ....................................................... .. xviii
189
198
198
201
203
209
216
228
236
240
258
261
264
267
285
287
316
3. Agama lain ........................................................ ..
4. Pendidikan ........................................................ ..
5. Nasionalisme ..................................................... ..
6. Islam dan wanita .................................................. .
7. Masalah lain ....................................................... .
V ARTI DAN PE RAN AN JIB ............................................. .
A. Arti dan peranan JIB dalam gerakan pemuda .................. .
B. Arti dan peranan JIB dalam pergerakan nasional Indonesia ..
C. Arti dan peranan JIB dalam. pembaharuan Islam. di
Indonesia ................................................................. .
VI KESIMPULAN ................................................ .
DAFT AR KEPUSTAKAAN ............................................... .
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................... ..
xix
326
334
339
361
396
406
410
423
434
462
473
475
AMS
ANO
ARA
BO
BKI
CS!
ELS
GAPI
HBS
HIS
IM
IP
IPO
JIB JIBDA
JPO KBI
KITLV
MOSVIA
MIAI
MULO
Mr
Natipij
NIPV
DAFT AR SINGKATAN
: Algemene Middlebare School
: Anshor Nahdlatoel Oelama
: Algemene Rijksarchief
: Boedi Oetomo
: Bijdragen tot de Taal-Land-en Volken Kunde
: Centraal (centrale) Sarekat Islam
: Europesche Lagere School
: Gabungan Politik Indonesia
: Hoogere Burger School
: Hollandsch Inlandsche School
: Indonesia Moeda
: Indische Partij
: Indlandsch Pers Overzicht
: Jong Islamieten Bond
: Jong Islamieten Bond Dames Afdeeling
: Jawaans Padvinderij Organisatie
: Kepandoean Bangsa Indonesia
: Koninklijk Instituut voor Taal-Land-en Volkenkunde
: Middelbare Opleiding School voor lndlandsche Ambtenaren
: Madjelis Islam A'la Indonesia
: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs
: Mailrapporten
: National Indonesische Padvinderij
: Nederland Indische Padvinder Vereeniging
xx
NIAS
NPO
NO
OSVIA
PAPI
Persipi
PIT
PNI
PPKI
PPNO
PPPI
RHS
SIC
SIS
STOVIA
voe
: Nederlandsch Indische Artsen
: National Padvinder Organisatie
: Nahdlatoel Oelama
: Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren
: Persaoedaraan Antar Pandoe Indonesia
: Persatoean Pemoeda Moeslimin Indonesia
: Partai Islam Indonesia
: Partai Nasional Indonesia
: Persatoean Politik Katolik Indonesia
: Persatoean Pemoeda Nahdlatoel Oelama
: Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia
: Rijk Hoogere School
: Studie Informatie Commisie
: Studenten Islam Studie Klub
: School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen
: Vereenigde Oos-Indische Compagnie
xxi
I
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang dan masalah
Mungkin hanya suatu kebetulan saja, bahwa proses
pembentukan tradisi kecendekiaan Islam di Indonesia bermula di
Yogyakarta pada malam tahun baru 1925, ketika Haji Agus Salim
menemui Sam dan kawan-kawannya seusai mengikuti kongres jong
Java ke N yang mengecewakan mereka. Di salah satu sudut jalan di
kota itu, Sam dan kawan-kawan sesama anggota jong Java menjalin
kesepakatan untuk membentuk organisasi berdasarkan Islam bagi
pemuda yang memperoleh pendidikan Baral 1
Haji Agus Salim menceritakan pertemuan dengan Sam itu di
depan para mahasiswa Cornell University tahun 1953 sebagai berikut:
"Suatu waktu, ketika sebuah persatuan pemucla bemama jong Java seclang mengaclakan kongres, muncul imbauan clari kelompok yang beragama Islam. Kelompok ini mengatakan bahwa para anggota perkumpulan yang beragama Katolik Roma clan Protestan, masing-masing ada gerejanya untuk mendengarkan khotbah dan ajaran. Sebaliknya, untuk yang beragama Islam dan bersekolah di sekolah Barat, umumnya menjadi terpisah dari pimpinan agama mereka. Kelompok ini menghimbau agar perkumpulan jong Java menyelenggarakan pencliclikan agama untuk anggota-anggota yang memeluk agama Islam. Imbauan ini clitolak clalam kongres. Pimpinan kelompok pemucla beragama Islam ini, Sjamsoericljal, sangat peclih clan ketika pulang
1 Lihat. RSam, "De Jong Islamieten Bond", De Taak, 8 April 1925, hlm. 332 ; Opwekker, April 1925, hlm. 8-9 ; Kasman," Pergerakan Pemuda-Pemuda dan Natipij" Het Licht, JanuariFebruari 1929, hlm. 279.
2
dari malam kongres itu, masih kira-kira 200 meter dari tempat pertemuan, aku mencoba menghibumya dan berkata: Jangan sedih, mari segera bentuk persatuan pemuda Islam dan kita akan menerbitkan surat kabar Islam berjudul Het Licht ( Sinar). Orang-orang itu telah mencoba mematikan sinar Ilahi tetapi Tuhan tak akan membiarkannya." 2
Organisasi yang mereka bentuk itu dinamakan jong Islamieten
Bond, disingkat JIB. Anggotanya terdiri atas pemuda yang beragama
Islam, berasal dari keluarga priyayi Jawa, mendapatkan pendidikan
Barat serta akrab dengan lingkungan dan situasi perkotaan. Ada dua hal
yang baru dalam organisasi tersebut Pertama, organisasinya tidak
berdasarkan kedaerahan seperti organisasi pemuda sezamannya dan
anggota-anggotanya menamakan dirinya nasionalis Indonesia. Kedua,
anggota JIB akan mempelajari dan melaksanakan ajaran Islam karena
didorong oleh kesadaran sebagai calon pemimpin yang harus mengenal
basis rohani rakyatnya, yaitu agama Islam.3
Dalam waktu singkat JIB berkembang menjadi organisasi yang
berhasil menembus batas-batas kesukuan, kedaerahan, kewilayahan
maupun kepulauan. Cita-cita akan sebuah nasionalisme Indonesia
berdasarkan Islam yang dikemukakan dalam sirkuler dan diedarkan
pada pertengahan Januari 1925 menarik banyak kalangan terpelajar
2 Kusniaty Mohtar," Agus Salim manusia bebas" dalam Panitia Buku Peringatan JOO tahun Haji Agus Salim, Seratus Tahun Haji Agus Salim (Jakarta: Sinar Harapan, 1984) him. 67
3 Mr. MohamadRoem,"Haji Agus Salim", ibid., him. 187
3
untuk bergabung dalam organisasi tersebut. JIB kemudian tumbuh
menjadi organisasi intelektual muda yang percaya diri dan menjadi
pusat latihan bagi kepemimpinan Islam yang berbeda dari intelektual
Indonesia "sekuler" yang berorienta~i ke Barat .JIB juga merupakan
latar belakang penting bagi para tokoh Masyumi, partai politik
muslimin yang progresif.4
Munculnya JIB menurut Dawam Rahardjo menunjukkan
perlunya proses Islamisasi di kalangan terpelajar dan merupakan reaksi
atau responsi umat Islam terhadap ethische politiek. yang telah
menghasilkan kaum terpelajar yang tersisih dari Islam sebagai agama
rakyat dan agama orang tua mereka. Dalam hubungan itu peranan Haji
Agus Salim sangat penting karena mengembangkan cara berfikir ilmiah
untuk memahami dan menafsirkan agama Islam di kalangan anggota
JIB, sehingga ajaran Islam menjadi relevan untuk persoalan zamannya. 5
Modernisme Islam pada tingkatnya yang paling "modem", kata
Taufik Abdullah, dibawa Haji Agus Salim melewati JIB, organisasi para
terpelajar muda yang berbahasa Belanda. 6 Melalui keyakinan agama
4 Lihat, Karel ASteenbrink, Kawan dalam Pertikaian ; Kaum Kolonia/ Be/anda dan Islam di Indonesia (15%-1942),(Penerbit Miz.an, Bandung, 1995) blm., 163
5 lihat, Dawam Raharqo, lntelektua/, Jntelegentia dan Perilaku Politik Bangsa, (Penerbit Mizan, Bandung 1993), blm.51.
6 Taufik Abdullah, "Haji Agus Salim dan Pembentukan Tradisi Kecendekiaan Islam di Indonesia" dalam Panitia Buku Peringatan Seratus Tahun Haji Agus Salim, op.cit., blm. 224
4
yang mendalam, JIB kemudian berhubungan erat dengan sejumlah
besar orang Indonesia yang secara politik arriat penting dalam
serangan balasan terhadap alienasi di kalangan mahasiswa yang
terdidik secara Belanda.
Ketika membentuk JIB, Sam dan kawan-kawannya berumur
antara 20 hingga 25 tahun. Mereka lahir dan dibesarkan di tengah
proses perubahan sosial yang diakibatkan oleh politik etis yang mulai
diberlakukan di Hindia Belanda pada awal abad ke 20. Politik etis
tersebut bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan
penduduk pribumi serta meningkatkan otonomi dan politik
desentralisasi dari Nederland Indie . Dari segi ini tujuan positif politik
etis dapat dilihat sebagai usaha mengakhiri hubungan kolonial yang
tidak wajar, membuka jalan bagi suatu arah perkembangan
, kebijaksanaan politik yang polos, negatif dan defensif pada tahun-
tahun terakhir pemerintah Belanda.7
7 Lihat, Akira Nagazumi, Bangkitnya Nasiona/isme lndonesia,(terj), (Jakarta: Pustaka Utama Garfiti clan KITL V, , 1989), hlm.28. Bandingkan dengan Elisbeth Lochter-Scbolten ," Politik Etis, Gambaran yang berkeping-keping" Etika Yang Berkeping-keping (terj) (Jakarta: Djambatan, 1996), hlm. 238-244. Selanjutnya lihat Abdurrachman Surjomihardjo, Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa Dalam Sejarah Indonesia Modern (Jakarta:Peneibit Sinar Harapan, 1986)hlm 44, D.M.G. Koch Menuju Kemerdekaan, Sejarah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia sampai 1942 (terj) (Jakarta: Jajasan Pembangunan,1951) hlm.23, Robert Van Niel, Munculnya Elit Modern Indonesia (terj) (Jakarta: Pustaka Jaya, 1984) hlm.82, Rupert Emerson, From Empire to Nation. The Rise of Self Assertion of Asian an African Peoples (Cambridge, 1962) hlm, 35-37
s
Dengan bemaung di bawah kebijaksanaan etis, pemerintah
kolonial meluncurkan program transmigrasi, irigasi serta memperluas
kesempatan bagi anak-anak pribumi yang dipilih secara selektif untuk
mengikuti pendidikan Belanda mulai d,ari tingkat dasar hingga
menengah maupun kejuruan. Semua jenis pendidikan itu bertujuan
untuk memperkenalkan bangsa Indonesia mengambil peran aktif dalam
bidang administrasi, politik, ekonomi dan masa depan mereka. Dengan
demikian, pendidikan yang diperkenalkan itu mengakibatkan
terbukanya jalan baru bagi mobilitas sosial menuju posisi urban seperti
pegawai negeri sipil, guru, guru, wartawan, ahli hukum, dokter dan
pekerja halus yang merupakan kriteria baru dalam status sosial dan
membentuk lapisan menengah dalam masyarakat pribumi.8
Dengan memberikan kesempatan bersekolah gaya Belanda dan
landasan pikiran Belanda kepada sekelompok kecil anggota masyarakat
pribumi, secara tidak langsung kolonial menciptakan kesenjangan,
bahkan keterputusan kultural dan intelektual mereka dengan
masyarakatnya, menjadikan mereka seperti "para perantau yang
terpencil", menemukan diri mereka menjadi bagian dari "masyarakat
8 Lihat, S.L. van der Wall, Ifet Onderwijsbeleid in Nederland Jndie, 1900-1940,(Groningen: JB. Wolters, 1963) hlm. 15: Carl.F. Hallcncreutz, Kraemer towards Tambaran: a Study Hendrik Kraemer Missionary approach (Upsalu, 1966) hlm.26; MC.Ricklefs, A II/story of modern Indonesia (The Macmillan Press, London, 1982) him. 146-148
6
orang-orang asing". Pendidikan Barat telah mengasingkan mereka dari
masyarakatnya sendiri dan pandangan-pandangan yang berlaku
sebelumnya, menjadikan mereka putera-putera Zaman Pencerahan
Eropa, tetapi tanpa menjadikannya orang Eropa. Dalam situasi seperti
itu mereka berusaha mencari jawaban keterasingan dan menemukan
kesadaran sebagai anak terjajah yang kemudian menimbulkan hasrat
untuk menemukan komunitas baru yang tidak terlepas dari proses
modernisasi dan penemuan harkat diri. 9
Dalam bidang agama, pelaksanaan politik etis telah memberikan
kesempatan bagi penerapan konsep netralitas agama dan sikap
waspada terhadap pengaruh Islam di bidang politik. Konsep tersebut
dimaksudkan untuk membangun fondasi bagi ketenteraman kehidupan
beragama dan meletakkan modus vivendi antara pemerintah kolonial
· dengan umat Islam. Namun zaman etis juga membuka jalan bagi
penyebaran agama Kristen dan Katolik yang dalam banyak hal
membantu proses asosiasi sebagaimana dikehendaki pemerintah
Belanda.10 Dari segi ini politik etis sejalan dengan usaha penjajah
9 Lihat, Taufik Abdullah, "Nasionalisme Indonesia, dari asal usuJ ke prospek masa depan", makalah pada Seminar Nasional Tentang Kontribusi Islam dalam Pembentukan Nasionalisme Indonesia, IAIN Alauddin Ujung Pandang, 8-9 Nopember 1997, him. 11- 12, bandingkan dengan John D. Legge, Sukarno, sebuah biografi politik (terj), (Jakarta : Sinar Harapan, 1985) hlm. 56
10 Lihat, Harry J. Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam Indonesia pada masa pendudukan Jepang (Terj), (Jakarta :Pustaka Jaya, , 1980) him. 47: H. Kraemer, De Islam als gadsdiens tig en lending Probleem (The Hague: Boek Centruum, 1936). hLm 286-287.
7
mencabut pengaruh Islam secara evolusi dan damai dari masyarakat
Indonesia dengan jalan berasosiasinya orang-orang Indonesia ke dalam
kebudayaan Belanda sebagaimana yang dinasihatkan Snouck
Hurgronje. Penduduk pribumi yang mengenal eratnya hubungan antara
agama dan pemerintah, setelah masuk Kristen atau Katolik diharapkan
menjadi warga yang loyal lahir batin kepada Belanda.11
Politik etis yang diberlakukan kurang dari satu dasa warsa juga
telah,mendorong tumbuhnya berbagai macam organisasi modern yang
berfungsi sebagai sosialisasi politik dengan memobilisasi rakyat untuk
melaksanakan tujuan organisasi dan memperbesar kesadaran kolektif
serta memperkuat solidaritas golongan. Berbagai macam organisasi
yang bergerak di bidang sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama
terbentuk dengan tujuan sama, yaitu berjuang melawan kekuasaan
kolonial.12
11 Lihat, Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (LPJES, Jakarta, 1980), hlm. 27.
12 Lihat, Sartono Kartodirdjo, Sejarah Pergerakan Nasional dari kolonialisme sampai nasionalisme, (Jakarta :Gramedia, 1990) hlm 228-229.: Djoko Suryo, "Masyarakat Indonesia dalam dinamika sejaral1: Kesinambungan dan perubahan" Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, 1998, him. 11~ Mengenai organisasi di atas, lihat bukubuku yang disebut terdahulu dan buku-buku LM. Sitorus, Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia (Jakarta 1947), Muhammad Dimyati, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan (Jakarta, 1950), SoesantoTirtoprodjo, Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia (Jakarta,1962), Th. P. Blumberger, De Nationa/istische Beweging in Nederlandsch-Indie (Haarlem: H.D. Tjeenk Willink & Zoon) AK. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950)
8
Sejalan dengan pertumbuhan organisasi-organisasi tersebut,
kebutuhan akan informasi kaum terpelajar untuk meluaskan wawasan
terhadap perkembangan politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan yang
terjadi di dalam dan luar negeri semakin meningkal Aliran informasi
lewat pers sangat membantu intensitas komunikasi dan mampu
membangkitkan kesadaran kolektif. Berita-berita mengenai luar negeri
secara tidak langsung menambah pengetahuan politik dunia, dan
menambah kesadaran politik pembaca.13 Situasi ini mendorong
kalangan pergerakan menerbitkan surat kabar, majalah, .gedenkboek,
brosur dan karya cetak lainnya sebagai organ resmi organisasi,
sehingga tercipta kebudayaan cetak di kalangan masyarakat Indonesia.
Pembentukan organisasi juga terlihat di kalangan pemuda
seperti Tri Koro Dharmo yang kemudian menjadi jong Java, jong
Sumateranen Bond, jong Celebes, Sekar Rukun yang berlatar belakang
kedaerahan serta organisasi yang berlatar belakang keagamaan seperti
Muda Kristen Jawi. Pada tahun .1920-an, kegiatan organisasi pemuda
tersebut semakin meningkat seiring dengan semangat yang ditiupkan
13 Sartono Kartodirdjo, Ibid., hlm. 113-114 : Yusmar Basri (ed), Jamon Kebangkilan Nasional dan Masa Akhir Hindia Belanda dalam Sartono Kartodirdjo dkk, Sejarah Nasional Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1977) hlm.305-306 : Abdunahman Surjomiharqjo, Kola Yogyakarta 1880-1930. Suatu Tinjauan Historis Perkembangan Sosial (Yogyakarta :Disertasi Doktor Universitas Gajah Mada, 1988) him. 18.
9
Perhimpunan Indonesia yang bersifat nasional, demokratis, non
kooperatif dan anti kolonial.
Secara intelektual, hampir semua organisasi yang berdiri sebelum
tahun 1925-an menunjukkan gejala yang sama yaitu pencarian yang
sungguh-sungguh untuk menemukan identitas dan rnenetapkan sikap
dasar dalam "komunitas yang dibayangkan". Berbagai percobaan
intelektual dilakukan untuk merumuskan corak komunitas baru yang
sedang dibentuk itu. Apakah "bangsa Hindia" seperti istilah yang
dipakai Abdul Rivai atau "bangsa Islam" sebagaimana Tirtoadisuryo
menyebut anak negeri ketika ia mendirikan Sarekat Dagang Islam di
Bogor?.14
Perdebatan juga timbul di kalangan. Budi Utomo untuk
menentukan dasar peradaban Jawa yang menjadi landasan dasar
· organisasi. Golongan Islam berpendapat bahwa dasar peradaban Jawa
adalah Islam, mengingat sebagian besar penduduk Jawa beragama
Islam. Sedangkan golongan terbesar yang diwakili dr. Radjiman
berpendapat bahwa dasar peradaban Jawa bukanlah Islam, melainkan
Hinduisme dan Buddhisme yang telah membangkitkan dan mendorong
daya cipta orang-orang Jawa. Pandangan tersebut ikut membentuk
14 Taufik Abdullah, op. cit., hJm.13
10
sikap netral Budi Utomo dalam masalah agama sebagaimana yang
dirumuskan dalam anggaran dasar perkumpulan yang berbunyi:
"Dalam bidang kebebasan beragama perkumpulan menghendaki akan
berusaha agar kebebasan beragama dipertahankan"15
Pada tahun 1918 muncul perdebatan di kalangan tokoh
pergerakan Jawa mengenai bentuk nasionalisme, tempat orang Jawa
membangun politiknya di masa depan; apakah nasionalisme Jawa atau
nasionalisme Hindia? Menurut Soetatmo yang mendukung
nasionalisme Jawa, sesuatu bangsa seharusnya dapat da:p. dibangun
atas landasan bahasa dan kebudayaan. Nasionalismme Jawa
mempunyai landasan kebudayaan, bahasa serta sejarah yang sama dari
suku Jawa, sedangkan nasionalisme Hindia Belanda tidak mempunyai
landasan kebudayaan, atau paling-paling merupakan produk
, pemerintah kolonial Belanda. Nasionalisme Jawa merupakan alat
ekspresi diri bagi orang Jawa, sedangkan nasionalisme Hindia pada
lndische Partij atau Islamisme pada Sarekat Islam, hanya merupakan
reaksi terhadap penjajahan Belanda atas Hindia Belanda
Di lain pihak Tjipto Mangoenkoesoemo menekankan
nasionalisme Hindia dengan menunjukkan kekurangan utama dalam
15 Moesken PR., Sejarah Kato/ik Indonesia: Pengintegrasian di a/am Indonesia, (Jakarta :Bagian Dokumentasi KWI, 1971) hlm. 245-246; Akira Nagazumi, Op. Cit, hlm 145-147
I I
pandangan Soetabno ialah unsur perkembangan sejarah dunia. Ia
menyatakan sudah jelas Eropa lebih maju dari pada Asia. Oleh karena
itu orang Jawa dapat belajar dari pengalaman-pengalaman sejarah
Eropa, mengingat pembentukan bangsa di Hindia akan mengikuti arah
itu. Dengan demikian Tjipto merumuskan gagasan mengenai bangsa di
Hindia sebagai masyarakat yang terdiri dari individu yang secara
politis independen atau merupakan pribadi demokrat sejati.16
Perdebatan tersebut mewakili dua kecenderungan pemikiran
tentang nasionalisme yang sering disebut Taufik Abdullah sebagai
nasionalisme kultural dan nasionalisme politik. Nasionalisme kultural
lebih berorientasi pada masa lalu, merindukan kembalinya kejayaan
kerajaan Nusantara seperti Sriwijaya dan Majapahit, sedangkan
nasionalisme politik yang berorientasi ke depan, mencita-citakan
, kesatuan dan keutuhan bangsa yang trans-etnik dengan terbentuknya
negara sebagai tujuan.11
Sementara itu gerakan pembaharuan Islam yang muncul pada
periode ini berusaha mengembalikan Islam kepada sumbernya yang
asli yaitu Alqur' an dan Sunnah, membersihkan Islam dari pengaruh
16 Uraian lebih lanjut bisa diketemukan dalam Takashi Shiraishi, "Satria " vs "Pandita",
Sebuah debat dalam mencari identitas'', dalam Akira Nagazumi, Indonesia dalam Kajian Sarjana Jepang, (Jakarta :Yayasan Obor Indonesia, ,1986) hlm. 158·188.
17 Lihat, Taufik Abdullah, op. cit., hlm. 15
12
dan kebiasaan bukan Islam serta merumuskan ajaran Islam dengan
pandangan alam pikiran modern. Di Sumatera Baral gerakan ini muncul
dalam bentuk perdebatan pemikiran keagamaan kaum muda dengan
tokoh seperti Syaikh Muhammad Jamil Jambek, Haji Abdul Karim
Amrullah dan Haji Abdullah Ahmad. Di Jawa gerakan tersebut muncul
dalam beberapa organisasi keagamaan seperti Persyarikatan Ulama,
Muhammadiyah, Al-Irsyad dan Persatuan Islam.is
Pemikiran dan gerak organisasi pembaharuan tersebut
kemudian harus berhadapan dengan formalisme ortodoxs y.ang terjelma
dalam kebudayaan santri di pedesaan Indonesia maupun
ketidakmurnian agama Islam di pedesaan yang animistik dan
dinamistik. Perdebatan akhimya harus terjadi antara kelompok
pembaharu dengan kelompok tradisionalis yang mempertahankan
, wawasan keagamaan empat madzhab, bukan hanya dalam masalah
ibadah semata, melainkan merambah pada masalah sosial dan kultural.
Di sisi lain, kalangan pembaharu dan tradisionalis bersatu menolak
18 Uraian tentang pembaharuan Islam di Swnatera Barat antara lain bisa dibaca dalam Taufik Abdullah, School and politics : The Kaum Muda Movement in West Sumatra (1927-1932) (Ithaca New York: Modem Indonesia Project South East Asia Program, Cornell University, 1971) dan di Jawa terutama Muhammadiyah bisa diketemukan dalam Alfian, Muhammadiyah The Political Behavior af A Muslim Modernist Organization under Dutch Colonialism ( Yogyakarta; Oadjah Mada University Press, 1989), Federspil, H.M., Persatuan Islam: Islamic Reform In Twentieth Century Indonesia (Ithaca, New York : Cornell University Press, 1970)
13
pemikiran keagamaan Ahmadiyah yang dinilai bertentangan dengan
dasar pokok agama.19
Di bidang politik, kalangan pembaharu harus bersaing dengan
unsur komunis dalam memperebutkan kepemimpi.nan Sarekat Islam.
Unsur komunis yang dimotori oleh Semaun, Darsono dan kawan-
kawannya dari Sarekat Islam cabang Semarang berusaha mendorong
Sarekat Islam ke arah gerakan komunis radikal berdasarkan teori
perjuangan Marxis. Sedangkan unsur Islam yang dimotori Haji Agus
Salim dan A.Muis tetap menginginkan Sarekat Islam sehagai gerakan
yang berdasarkan Islam. Perselisihan di antara kedua kelompok
tersebut berakhir dengan dikeluarkannya unsur komunis dari Sarekat
Islam pada tahun 1921 20
Setelah gagalnya pemberontakan komunis tahun 1924,
, perbedaan-perbedaan dasar lebih didefinisikan secara terbuka antara
kelompok nasionalis Islam dengan nasionalis sekuler bagi pergerakan
kebangsaan. Golongan nasionalis Islam menginginkan Islam sebagai
asas dasar perjuangan dan kehidupan bangsa. Sedangkan bagi golongan
'9Tentang Ahmadiyah lihat, Margareth Blood, The Ahmadiyah in Indonesia : Its early history and constribution to Islam in Archipelago (sub. Thesis , Departement of Indonesian Language and Literatures at the Australian National University, 1971).GF. Pijper, Fragmenta lslamica (Leiden: EJ. Brill, 1934).
20 Lihat, Moesken, op.cit., hlm.228 : GMT. Kahin, Nationalism and Revolution in Indonesia (Ithaca New York: Cornell University Press, 1960) him. 76; J.M. van der Kroef, him. 305-306. Indonesia in the Modern World II. (Bandung: Masa Baru ltd, 1950) him, 305-306
14
nasionalis sekuler, agama merupakan pribadi seseorang dan bukan
sebagai satu sistem ideologi yang harus diamalkan di bidang
pemerintahan atau politik. Golongan ini menghendaki nasionalisme
sebagai dasar pergerakan dan persatuan serta daya penarik dan
penghimpun massa rakyat. 21
Sementara itu setelah politik etis ditinggalkan pada tahun 1919,
pemerintah kolonial menerapkan kebijaksanaan baru yang berdasarkan
hukum adat. Pembaharuan yang merupakan kata kunci dari sikap
politik ditanggalkan, diganti dengan rust en orde, keamanan dan
ketertiban yang diberlakukan secara ketat oleh pemerintah kolonial.
Setiap usaha yang mengarah kepada pemusatan kekuatan untuk tujuan-
tujuan politik sejak dini dipantau, ditekan serta diambil tindakan keras
mulai dari penggeledahan, penggropyokan, penahanan sampai
pembuangan. 22
Sejalan dengan itu, proses perluasan industri yang membawa
akibat golongan Barat hendak berkelompok sendiri dari golongan
pribumi,dan kecenderungan kaum terpelajar pribumi, menggabungkan
diri dengan pergerakan kebangsaan, menjadikan gagasan unifikasi
21 Lihat, BJ. Boland, The Struggle of Islam in modern Indonesia (The Hque: Martinus Nijhoff, 1971) hlm. 8. Moesken,PR., Op cit, hlm 257. Lebihjauh lihat, M. Natsir versus Soekarno (dokumen) Jajasan Pendidikan Islam (JAPI) Padang, 1968.
22 Lihat, Benda, op.cit., him. 92 : DMG. Koch, op. cit., him. 94.
15
melalui asosiasi dan asimilasi tidak lagi terdengar gemanya.
Pertentangan antara Barat dan Timur semakin tajam. Kenyataan yang
nampak, semakin kuat radikalisasi pergerakan kebangsaan, semakin
reaksioner dan represif tindakan-tindakan yang diambil pemerintah
Belanda.23
Menghadapi sikap pemerintah tersebut, kalangan pergerakan
terpecah menjadi dua. Pertama, mengambil sikap kooperasi, melalui
jalan legal bersedia bekerja sama dengan pemerintah melalui Volksraad
untuk mencapai Indonesia merdeka. Kedua, mengambil sikap non
kooperasi, tidak bersedia bekerjasama dengan pemerintah di segala
lapangan dan badan pemerintah apapun juga. Sikap tersebut
memperlihatkan perbedaan orientasi radikal non koopersi dengan
moderat kooperatif organisasi bangsa Indonesia baik yang berhaluan
religius maupun sekuler. 24
Sebagai organisasi pemuda, keberadaan JIB tidak bisa terlepas
dari situasi sosial, budaya, politik dan keagamaan yang mengitari
selama masa pertumbuhan dan perkembangannya. Situasi yang tercipta
waktu itu merupakan sala~ satu faktor penting yang menjadi latar
belakang pembentukannya, merupakan tantangan yang harus dihadapi
23 Lihat, Yusmar Basri, op.cit., him. 94. 24 Ong Hok Ham, Runluhnya Hindia Be/am/a (Jakarta: PT. Gramedia, 1987) hlm. 87
16
dan diberikan jawabannya serta sekaligus mewarnai pemikiran yang
dikembangkan dan corak kegiatan yang dilakukan.
Berdasarkan paparan di atas, sedikitnya dapat di tarik tiga
permasalahan penting untuk dibahas. Pertama, mengapa pemuda
pemuda Islam yang berpendidikan Barat tersebut membentuk ]I'D?;
Permasalahan terse but menumbuhkan pertanyaan, apakah
terbentuknya JIB terkait dengan perobahan sosial yang terjadi di
Indonesia pada awal abad ke-20 yang antara lain mendorong
terbentuknya elit modern Indonesia?; Apakah situasi yang dihadapi
para pendiri JIB dalam organisasi jong Java yang bercorak etnis dan
bersikap netral dalam masalah agama menjadi sebab utama
pembentukan ]I'D?; Siapakah tokoh yang berperan dalam pembentukan
f/Bdan latar belakang pemikiran yang mendasarinya?.
Kedua, setelah terbentuk pada awal tahun 1925, permasalahan
yang muncul adalah bagaimana para pendiri merumuskan dan
menetapkan organisasi JIB menjadi organisasi pemuda Islam yang
bercorak modern dan intelektual ? Bagimana ide-ide yang mendasari
dan menjadi tujuan organisasi disosialisasikan?; Nilai-nilai apa sajakah
yang diakui dan dijadikan dasar organisasi?; Bagaimana proses
rekruitmen anggota dan pimpinan organisasi dipilih dan ditetapkan?;
Bagaimana mekanisme organisasi dijalankan?; Bagaimana JIB
17
memahami dan merumuskan pesan teologis dari kebenaran Islam
ketika dihadapkan kepada lingkungan sosial dan kultural yang
mengitari?; Terna pemikiran apa sajakah yang dipilih dan
dikembangkan?; Bagaimanakah pola pemikiran terbentuk dan
perdebatan intelektual menjadi bagian utama dalam JIB sebagai
organisasi intelektual?. Kegiatan apa sajakah yang dilakukanJIBsebagai
organisasi pemuda yang bercorak modern dan intelektual?; Bagaimana
JIB mengatur berbagai macam kepentingan para pendukungnya tanpa
harus menghilangkan dinamika organisasi serta menghancurkan
organisasi secara keseluruhan?; Faktor-faktor apa sajakah yang
mendukung dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan JIB
selama 17 tahun tersebut?.
Ketiga, setelah menelusuri pemikiran dan kegiatan JIB,
, pertanyaan selanjutnya adalah, di mana posisi JIB dalam gerakan
pemuda dan pembaharuan Islam Indonesia?; Di mana posisi JIB di
tengah perdebatan intelektual yang mewarnai pergerakan nasional pada
periode akhir penjajahan Belanda di Indonesia?; Sejauh mana arti dan
peranan JIB sebagai organisasi pemuda dan pengaruhnya dalam sejarah
modern Indonesia?
Melalui tiga permasalahan di atas, dalam disertasi ini akan
ditelusuri dan diungkapkan sejarah pertumbuhan dan perkembangan
18
JIB secara lebih luas dan mendalam. Lingkup temporalnya dibatasi
semenjak tahun 1925 saat JIB dibentuk hingga tahun 1942 ketika
Belanda menyerah dan beralihnya kekuasaan di Indonesia kepada
Beland a.
B. Pendekatan dan kerangka pemikiran
Disertasi ini bertujuan menghasilkan sebuah penelitian sejarah
JIB. Sebagai studi sejarah, pendekatan yang dipergunakan pertama-
tama dan terutama sekali adalah pendekatan sejarah yang difokuskan
pada peristiwa demi peristiwa secara berurutan. Dengan pendekatan
ini, basil yang ingin dicapai adalah sebuah penulisan sejarah kritis yang
mampu menelusuri latar belakang, hubungan-hubungan yang terkait,
kecenderungan-kecenderungan yang tumbuh serta perkembangannya
sebagai organisasi kepemudaan yang berdasarkan Islam serta
mengungkapkan dinamika sosial, politik dan keagamaan yang
melingkunginya. 25
Oleh karena itu berbagai konsep dan teori ilmu pengetahuan
sosial dan keagamaan diperlukan untuk mengungkap berbagai aspek
kehidupan yang terstuktur dalam peristiwa masa lampau agar lebih
25 Lihat Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan llistoriograji Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia 1982) hlm. 40-41 ; Sartono Kartodirqjo, Pendekatan I/mu Sosial dalam Metodologt Sejarah (Jakarta: PT. Gramedia 1992) hlm. 123
19
bermakna. Dengan demikian studi ini diharapkan memberikan
perspektif yang lebih luas dan mendalam di dalam dimensi waktu
yang akan meliputi kurun waktu kurang lebih tujuh belas tahun, karena
menampakkan aspek-aspek sosial keagamaan yang melingkunginya.
Dengan model pendekatan tersebut disertasi ini menempatkan
JIB sebagai organisasi pemuda yang keberadaannya dapat dilihat dalam
perspektif gerakan pemuda, gerakan pembaruan pemikiran Islam dan
pergerakan nasional. Sebagai organisasi, JIB akan dilihat sebagai suatu
bentuk kesatuan sosial dengan batasan peran yang secara fungsional
saling berhubungan untuk mencapai tujuan berbagai macam kegiatan
yang terkoordinasikan secara sadar dan sistematis.
Akan dilihat pula elemen utama yang melekat dalam organisasi
seperti struktur sosial, partisipan, teknologi, tujuan dan pemeliharaan.26
Tipe ideal organisasi modern sebagaimana dikatakan Weber
dipergunakan untuk melihat apakah JIB sudah memenuhi kriteria
sebagai organisasi pemuda Islam yang bercorak modem dan
membedakannya dengan organisasi pemuda yang lain. atau belum.27
26 Richard W. Scott, Organization : Rational, Natural and Open Systems (New Yersey, Printice Hall Inc 1987) hlm. 15-20
27 Marvin E. Olsen, The proces of social organization (New Delhi: Oxford & mH, 1975) hlm. 296-300 ; Max Weber The Theory of Social and Economic Organization trans. H.H. Gerth and C. Wright Mills (New York: Oxford University Press 1946) him. 329-341
20
Sebagai organisasi pemuda, terbentuknya JIB tidak bisa
dilepaskan kaitannya dengan organisasi jong Java, tempat sebagaian
besar pimpinan awal JIB belajar berorganisasi secara modem. Oleh
karena itu disertasi ini akan mencoba melihat hubungan yang tetjalin
antara JIB dengan organisasi yang berdiri sebelum dan sesudah
pembentuknya. Dengan demikian akan terlihat sejauh mana JIB
melakukan komunikasi sosial yang diperlukan dalam proses
pembentukan suatu bangsa. Dalam komunikasi sosial tersebut,
pendidikan Barat yang diperkenalkan lewat politik etis mempunyai
peranan penting karena telah memberikan kemungkinan bagi para
pemimpin pergerakan Indonesia untuk berkumpul dan bertukar pikiran
dalam bahasa yang mereka kuasai yaitu Belanda28
Dalam hubungan ini, akan dilihat pula peran JIB dalam proses
pencarian komunitas dan identitas bangsa, terutama setelah dasa warsa
pertama abad ke-20. Peran JIB tersebut akan dilihat dalam kerangka
integrasi nasional yang dipahami sebagai suatu proses penyatuan
berbagai kelompok budaya dan sosial kedalam satu kesatuan wilayah
dan pembentukan suatu identitas nasional dalam suatu sistem politik
28 Menurut Karl Deutsch, komunikasi sosial penting sekali dalarn pembentukan suatu nation. Ia menarik kesimpulan bahwa sebuah masya.rakat yana mengijinkan scjarah bersama (common history) clialami bersama, adalah sebual1 masyarakat yang mempunyai kelak:uan komplimenter dan memikilik fasilitas; Leo Surjaclinata op. cit., balm. 1~2
21
yang sebelumnya terpisah dan berbeda satu sama lain. Integrasi
nasional juga dipahami sebagai usaha membangun interdepensi lebih
erat antara anggota masyarakat sehingga tercipta suatu kondisi yang
memungkinkan terjalinnya kerjasama dalam mencapai tujuan yang
ditentukan bersama.2CJ
Dalam perspektif pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia,
JIB secara teoritis dapat ditempatkan sebagai gerakan keagamaan yang
bertolak dari suatu kesediaan bertanya dan mempertentangkan antara
tuntutan yang melekat pada doktrin dengan realitas yang mengitari diri
dan mempersoalkan corak hubungan antara kedua aspek tersebut.
Sebagai gerakan keagamaan, akan dilihat apakah JIB juga
mempertanyakan doktrin yang menjadi dasar dari kenyataan batiniah
dan pencarian pesan teologis dari kebenaran agama, atau
memunculkan kecenderungan non teologis dalam menghadapkan diri
kepada lingkungan sosial dan kultural yang mengitari?.30
Kedua proses intelektual tersebut secara atraktif akan
melahirkan pemahaman agama secara rasional dan regional,
29 Lihat Mc Alister, South East Asia: The Politics of Natio11al /11tegratio11 (New York ; Ronclom House, 1973) hlm. 4-6; Myron Wiener, Jntegrasi politik dan pembangunan politik dalam Yahya Muhaimin dan Colin Mc Andrew, Masalah-masalah pembangunan politik (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press 1988) him. 41; Maurice Duverger, Sosiologi Politik,(terj). (Jakarta: Rajawali Pers 1993) him. 340.
30 Lihat Tauftk Abdullah, Cita dan corak reformasi Islam di Indonesia, Maka/ah Seminar Agama dan Perubahan Sosial, Jakarta, IAIN Syarifllidayatullah, 1974, hlm.3-4
22
mempermasalahkan konsistensi antara ajaran agama dan realitas sosial
yang kemudian sering berbenturan dengan keharmonisan sosial,
mendorong timbulnya sikap apologi terhadap serangan dari pihak lain
serta menekankan pentingnya akhlak dalam pembentukan bangsa.
Sebagai gerakan keagamaan, terbentuknya JIB akan ditelusuri
dari lima faktor yang disebut A. Mukti Ali melatar belakangi timbulnya
pembaruan Islam di Indonesia yaitu;
1. Ketiadaanbersihnya dan campur aduknya kehidupan agama Islam
di Indonesia.
2. Ketidak efisiennya lembaga-lembaga pendidikan agama;
3. Aktivitas misi Katolik dan Protestan;
4. Sikap acuh tak acuh, merendahkan diri golongan intelegensia
terhadap Islam;
5. Keadaan politik, ekonomi dan sosial sebagai akibat keadaan
Indonesia sebagai negeri jajahan.31
Dengan demikian akan dapat dipahami mengapa JIB dalam
kegiatannya banyak menekankan pada usaha membersihkan Islam dari
pengaruh dan kebiasaan bukan Islam. Melaksanakan reformasi doktrin-
31 Lihat A Mukti Ali, Alam Pikiran Modern Islam di Indonesia (Yogyakarta : Penerbit Nida 1968) hlm. 11-12 bandingkan HAR. Gibb, Aliran-aliran Modern dalam Islam, ( terj.) (Jakarta: Tintamas 1954) him. 41-42.
23
doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern dan
mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan dari luar serta
kemudian merambah pada masalah-masalah sosial, politik, ekonomi,
kebudayaan dan peradaban pada umumnya.32
Dalam perspektif pergerakan nasional, JIB ditempatkan sebagai
bagian dari dinamika pergerakan nasional yang lahir sebagai reaksi
bangsa Indonesia terhadap pengaruh Barat dan disebabkan oleh
perobahan sosial yang diakibatkan oleh kolonialisme. Dalam
pergerakan tersebut, ras, agama dan bahasa dipergunakan. oleh tokoh-
tokoh nasionalisme sebagai alat pemersatu menyerang penguasa atau
kolonial. Pergerakan itu juga lahir karena beberapa sebab yang saling
berkaitan antara kebijaksanaan politik Belanda dan akibat yang
ditimbulkannya dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat33
Kebijaksanaan etis yang mulai diperkenalkan pada awal abad ke-
20 telah memberikan kesempatan bersekolah gaya Barat dan landasan
pikiran Barat kepada sekelompok kecil anggota masyarakat tradisional
yang dipilih dengan sangat selektif dan kemudian melahirkan
kelompok intelektual dalam masyarakat Indonesia. Kelompok
intelektual ini berperan dalam memunculkan kelas borjuis sebagai grup
32 Harry J Benda, op. cit., him. 36 33 Lihat Leo Surjadinata. op. cil., hlm. 5
24
yang berhasil menerobos batas-batas kesukuan dan kedaerahan. Di
pihak lain, politik etis juga telah mengakibatkan perubahan sosial dan
mempercepat runtuhnya masyarakat tradisi. Dua hal tersebut, yaitu
munculnya kelas borjuis dan desintegrasi sosiat merupakan dua hal
yang selalu dihubungkan dengan lahirnya pergerakan nasional yang
membedakannya dengan kegelisahan di pedesaan (rural unrest). 34
C. Tinjauan pustaka
Sebagai fakta sejarah JIB telah mendapatkan perhatian para ahli
seperti Blumberger seorang pejabat pemerintah kolonial Belanda yang
menulis JIB sebagai gerakan pemuda dalam bukunya yang berjudul De
Nationalistische Beweging in Nederlandsch lndie. Dalam buku tersebut
diuraikan sejarah terbentuknya JIB hingga tahun 1930 ketika dipimpin
Sam dan Wiwoho. Blumberger melihat JIB sebagai benih untuk SI
sebagaimana halnya Jong Java untuk Budi Utomo. Disayangkan tulisan
tersebut tidak menjelaskan latar belakan~ sebab-sebab terbentuknya
34 Uraian tentang politik etis dapat dilihat antam lain dalam Akim Nagazumi, 1Ja11gkit1~va
Nasionalisme Indonesia: Budi Utomo 1908-1918 terj. (Jakarta : Pustaka Garliti 1989) hlm. 26-29; Robert Van Niel op. cit., him. 50-51 ; Carl F. Hallen Crcutz, Kraemer towards Tambaran, A Stuc{v in Hendrik Kraemer Missionary Approach (Upsala 1966) him. 26 ; MC . Ricklefs, A llistory of modern Indonesia, (London : Mac Millan Press ltd 1982) him. 143 ;SL. Van Der Wall, lief Onderwijsbeleid in Nederland Indie (Groningen: JB. Wolters 1963) him. 14-15; Harry J. Benda op. cit., him. 47; W.F. Wertheim, Indonesian Society in Transition; A Studi of Social Change (Den Haag-Bandung: W.van Hoeve, 1956).
25
secara mendalam, sehingga tidak terungkap motivasi pokok yang
melandasi pembentukan JIB. 35
Koch yang memberikan tempat setengah halaman bagi JIB
dalam bukunya Om de Vrijheid juga mempunyai kesan adanya
kedekatan JIB dengan SI. Kesan serupa juga nampak pada AK
Pringgodigdo dalam buku 5<.jarah Pergerak1:1n Rakyat Indonesia ketika
membicarakan tentang JIB namun dibantah oleh Pluvier dalam buku
Overzicht van ontwikkeling der nationalistische beweging in Indonesie
in de jaren 1930-1942. Dalam uraian singkat tentang JIB, dijelaskan
bahwa organisasi ini tidak mempunyai hubungan apapun dengan 51.36
Tahun 1954 Hardjito menulis Risalah Gerakan Pemuda yang
menyatakan JIB lahir karena adanya pandangan berbeda tentang
politik dalam Jong Java yang tidak dapat diselesaikan dalam
kongresnya tahun 1924, sehingga lahir organisasi baru JIB yang
menjadikan agama sebagai dasar perjuangan.37 Tulisan agak panjang
tentang JIB dapat diketemukan dalam buku Sejarah Perjuangan Pemuda
Indonesia terbitan Panitia Penyusun Biro Pemuda Departemen PD dan
K yang sebagian besar isinya didasarkan pada tulisan Blumberger dan
35 Th. Blwnberger, op. cit., him. 171-17-i. 36 D.M.G. Koch, op. cit., b\m. um-HU ; J.M. Pluvier, op.cil., blm. 153. 37 Hardjito, op. cit., hlm. 11-12
26
penulis tersebut diatas. Tulisan sekitar 10 halaman tersebut
mengesankan kelahiran JIB karena campur tangan Haji Agus Salim
dalam kongres jong Java tahun 1924 yang tidak menginginkan pemuda
pelajar yang tergabung dalam jong Java jauh dari agama Islam,
sementara jong Java bersikap netral dalam masalah agama. Ditulis pula
sikap JIB yang tidak mendukung fusi untuk mendirikan satu organisasi
Pemuda lndonesia3s
Tulisan tentang JIB dapat dijumpai pula dalam karya Van Niel
The Emergence of Modem Indonesian Elite; .Benda/ The Crescent and
the Rising Sun, Indonesian Islam under the Japanese Occupation; van
Dijk Rebellion under the banner of Islam serta Alfian ketika menulis
tentang Muhammadiyah; Gatot Abdul Mughni dalam bukunya Pandu
Indonesia dari Masa ke Masa juga menulis tentang National
Indonesische Padvinderij, disingkat Natipij organisasi kepanduan JIB,
terutama dalam kaitannya dengan kegiatan Persaudaraan Antar Pandu
Indonesia yang diketuai Mr. Sartono.39
Para penulis tersebut memberikan perhatian kepada JIB ketika
telaah mereka tentang satu topik terkait dengan organisasi tersebut, baik
yang menyangkut pribadi, pemikiran maupun kegiatannya. Van Niel
38 Biro Pemuda .Departemen PD &K. , op. cit., him . .i9 39 Gatot Abdul Mughni, op. cit., hlm. 49.
27
misalnya, ketika membicarakan gerakan pembaharuan Islam yang
mempunyai pengaruh memberi kekuatan kepada Islam di Indonesia,
menyebut pemimpin muda JIB, sebagai hasil usaha bersama SI dan
Muhammadiyah. Melalui keyakinan agama yang mendalam JIB telah
berhubungan erat dengan sejumlah besar orang Indonesia dan yang
telah banyak berpengaruh di kalangan bagian-bagian penduduk
Indonesia yang luas.40
Demikian pula Benda ketika membicarakan kaum reformis
Indonesia menyatakan JIB sebagai organisasi yang secara .politik amat
penting dalam serangan balasan kaum reformis terhadap alienasi di
kalangan mahasiswa yang terdidik secara Belanda. JIB tumbuh menjadi
pusat latihan bagi kepemimpinan Islam yang berbeda dari intelektual
Indonesia "sekuler" yang berorientasi ke Baral Van Dijk menyebut JIB
hanya dalam setengah halaman ketika membicarakan riwayat hidup
Kartosuwirjo yang pernah menjadi anggotaJ/Bcabang Surabaya.41
Alfian membicarakan JIB dalam kaitannya dengan asal-usul dan
pertumbuhan modernis Islam Indonesia. Dalam uraian sebanyak dua
setengah halaman dikemukakan secara singkat terbentuknya JIB ,
tujuan dan beberapa kongres yang diadakan hingga tahun 1927. Arti
40 Van. Niel, Op cit, him 223 41 Van Dijk, Op cit, hlm 17
28
penting JIB menurut dia adalah menyelamatkan pemuda muslim yang
mengikuti pendidikan Barat agar tidak menjadi intelektual sekuler dan
membentuk intelektual ulama seperti Wiwoho, Mohamad Roem,
Kasman Singodimedjo, Joesoef Wibisono dan Mohammad Natsir.42
Uraian tentang JIB agak panjang bisa dibaca dalam tulisan Deliar
Noer dalam buku memperingati 70 Tahun Mohamad Roem. Dalam
uraian sebanyak 14 halaman , Deliar mengungkapkan beberapa segi
perkembangan dan peranan JIB, di mana Mohamad Roem dahulu aktif
di dalamnya. Diuraikan di dalamnya awal mula berdirinya JIB, latar
belakang dan sebab-sebabnya, tujuan, sifat anggota dan pimpinan,
kegiatan, arti dan peranan JIB. Tulisan Deliar Noer tersebut meskipun
ringkas dan hanya sampai tahun 1927, telah mengungkapkan segi-segi
menarik dari JIB, terutama pada masa penyebarannya yang meluas di
bawah kepemimpinan Wiwoho.43
Tahun 1990 Ridwan Saidi menerbitkan buku berjudul
Cendekiawan Islam zaman Belanda yang menguraikan pergerakan
intelektual JIB dan SIS. Dalam tulisan sebanyak 24 halaman diuraikan
secara singkat perkembangan JIB mulai tahun 1925 hingga 1942.
42 Al:fian, Op cit, hlm 123-125 43 Deliar Noer, "Jong Islamieten Bond'', dalam 70 Tahun Mohamad Roem, Pejuang
Perunding (Jakarta: Bulan Bintang ,1978). Him 240-254.
29
Dibandingkan pula majalah yang diterbitkan kedua organisasi tersebut
yaitu Het Lichtdan Moslimse Reveil.44
Dari telaah yang telah dilakukan para ahli tersebut, terlihat masih
banyak permasalahan yang belum terungkap lebih luas dan mendalam.
Dari sumber yang dipergunakan, nampak bahan-bahan penulisan
masih kurang untuk sebuah penulisan yang rinci dan komprehensif
tentang JIB, sehingga kemungkinan untuk melengkapi dengan sumber
lain masih terbuka. Dengan demikian satu tulisan tentang JIB
berdasarkan data yang lebih lengkap dan interpretasi baru . masih perlu
dilakukan.
Dari segi kurun waktunya, apa yang ditelaah pada umumnya
hanya sampai tahun 1927, ketika JIB berada pada periode
perkembangan yang meluas. Periode sesudahnya hingga tahun 1942
belum tersentuh, padahal pada periode tersebut JIB dihadapkan pada
tantangan yang berat sebagai akibat siluasi ekonomi yang buruk, sikap
pemerintah yang semakin keras terhadap pergerakan yang menuntut
kemerdekaan penuh dari penjajah, semakin radikalnya gerakan
nasional serta munculnya perbedaan pandangan di kalangan pengurus
44 Ridwan Saidi, Cendekiawan ls/am pada Zaman Belanda (Jakarta: Pimnti Umu, 1990)
30
JIB sendiri yang kemudian menimbulkan pertentangan dan perpecahan
dalam organisasi.
Lebih daripada itu para penulis tersebut pada umumnya berasal
dari lingkungan ahli ilmu-ilmu sosial. Sesuai dengan minat dan
keahliannya, mereka lebih tertarik untuk memberikan perhatian dan
interpretasi terhadap JIB sebagai organisasi sosial daripada melihatnya
sebagai organisasi yang terbentuk dengan latar belakang, motivasi dan
mempunyai tujuan keagamaan. Dengan demikian, penulisan tentang JIB
dari sud ut pandangan yang berbeda dengan minat dan keahlian para
penulis tersebut di atas; yaitu melihat JIB sebagai gerakan keagamaan
akan melengkapi kajian tentang JIB.
D. Sumber dan bahan penulisan
Sumber dan bahan penulisan disertasi ini diperoleh dari studi
arsip dan kepustakaan yang dilakukan di negeri Belanda dan Indonesia.
Di negeri Belanda, bahan-bahan itu diperoleh dari Perpustakaan
Koninklijk Instituut voor Taal-Land en Volkenkunde, Leiden,
Perpustakaan Koninklijk Insituut voor de Tropen, Amsterdam,
Algemeen Rijksarchief Den Haag serta perpustakaan pribadi Dr. Karel
A Steenbrink. Di Indonesia, bahan-bahan tersebut berasal dari
Perpustakaan Islam Indonesia, Perpustakaan Gajah Mada dan
31
Perpustakaan IAIN Sunan Kalijaga, semuanya di Yogyakarta,
Perpustakaan Monumen Pers di Surakarta dan Arsip Nasional serta
Perpustakaan Nasional di Jakarta.
Bahan primer bagi penulisan disertasi ini adalah majalah Het
Licht, organ resmi JIB antara tahun 1925-1942. Mengingat sulitnya
mendapatkan bahan, nomor lengkap Het Licht hanya diperoleh antara
tahun 1925 hingga 1930. Untuk 1931-1935 beberapa nomor tidak
lengkap dan untuk tahun 1936-1942 hanya diperoleh satu nomor. Guna
melengkapinya, dipergunakan bahan-bahan yang berasal dari
mailrapporten dan verbaal, baik yang masih berupa arsip maupun yang
telah tercetak.45 Demikian pula bahan-bahan sumber yang diterbitkan
Snouck Hurgronje, f Brugman, R. C Kwantes, S. van der Wal dan Harry
Poeze, diperlakukan sebagai bahan primer penulisan disertasi ini.
Sumber sekunder yang dipergunakan berasal dari surat kabar
sezaman terutama yang termuat dalam Overzicht van de Inlandsche en
Meleisch-Chineese Pers (!PO), De Taak, Macedonier, Almanak
Muhammadiyah, Pedoman Masjarakat, Bandera Islam, Bintang Timur,
45 Mailrapporten adalah laporan melalui pos, adalah salinan (afschrift) surat-surat, laporanlaporan keputusan-keputusan dan nasehat-nasehat pejabat Hindia Belanda yang dikirimkan secara teratur kepada Menteri Urusan Jajahan. Verbaal van het Departemen,, clisingkat verbaal adalah berita-berita acara departemen. Lebih lanjut, lihat Sartono Kartodirdjo, "Metode penggunaan bahan dokumen". Dalam Koentjaran.ingrat, Metode-metode Penelltlan Ma.,yarakat, (Jakarta: Oramed.ia, 1977).
32
Penjebar Semangat dan sebaginya. Selain itu dipergunakan bahan-
bahan yang berasal dari karya cetak, disertasi, tesis dan artikel yang
tersebar di majalah, surat kabar dan kumpulan karangan. Interview
tidak dilaksanakan mengingat keterbatasan waktu dan dana, di
samping karena sebagian besar pelaku sejarah JIB telah meninggal
dunia dan kalaupun masih ada sudah sangat tua, sehingga sulit
mengungkap memori yang obyektif dari mereka.
E. Penyajian
Dalam garis besarnya disertasi ini terdiri atas lima bab yang terkait
satu sama lain dan merupakan keutuhan dari sejarah JIB selama 17
tahun.
I. berisi pendahuluan yang merupakan pertanggungan jawab
metodologi tentang telaah yang telah dilaksanakan. Secara singkat
dalam bah ini diungkapkan beberapa segi dari organisasi yang
sejaman dengan JIB serta situasi politik ekonomi dan sosial
keagamaan yang menjadi latar belakang dan menjadi pentas
sejarah JIB. Berangkat dari latar belakang tersebut, dirumuskan~ ~
permasalahan tentang JIB dan diuraikan secara teoritis pende~ dan kerangka pemikiran yang dipergunakan serta diikuti
kemudian dengan tinjauan pustaka yang telah dilakukan oleh para
33
ahli sebelumnya sebagai pedoman, rujukan dan perbandingan
dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. Secara ringkas
diuraikan pula sumber dan bahan penulisan yang dipergunakan
serta sistimatika yang penyajian. Hal-hal teknis seperti sistem ejaan
yang dipergunakan dalam disertasi ini juga dikemukakan dalam
pendahuluan ini.
II. berusaha menelaah masa pembentukan, pertumbuhan dan
perkembangan JIB semenjak tahun 1925 hingga 1942. Rekonstruksi
sejarah yang dibangun dibagi dalam empat periode. berdasarkan
periode kepemimpinan, baik dengan mengungkapkan kesamaan
maupun perbedaannya. Setiap periode yang diungkap antara lain
menjelaskan institusi organisasi sebagaimana yang nampak dalam
pertumbuhan dan perkembangan jumlah cabang beserta
anggotanya, dinamika kepemimpinan, pemikiran yang
dikembangkan serta kegiatan yang dilakukan, kongres-kongres
yang dilaksanakan, hubungan yang dijalin dengan organisasi lain
dan hal-hal yang terkait dengannya.
Periode pertama adalah periode awal pertumbuhan, ketika
pucuk pimpinan JIB di tangan Samsoeridjal, salah seorang
pencetus ide dan tokoh utama organisasi. Periode kedua di bawah
kepemimpinan Wiwoho Poerbohadidjaja merupakan periode
34
keemasan selama tahun 1926 hingga ·1929 yang ditandai dengan
penyebaran yang cepat dan meluas, menjangkau hampir semua
kota besar di Indonesia. Periode keempat di bawah kepemimpinan
Kasman adalah masa yang pen uh tantangan dari dalam dan I uar
organisasi. Dari dalam organisasi, Kasman dihadapkan pada
pertentangan yang mulai muncul dalam tubuh pimpinan
utamanya, ditambah dengan situasi tanah jajahan yang terlanda
maleise, sikap pemerintah yang semakin keras dan mengakibatkan
semakin radikalnya pergerakan kebangsaan. Secara . run tut akan
digambarkan bagaimana Kasman dan pimpinan JIB memahami
dan merumuskan tantangan yang dihadapi serta memberikan
jawaban untuk menyelamatkan organisasi lepas dari kemelut
sejarahnya.
Periode keempat yang terentang antara tahun 1936 hingga
1942 pimpinan JIB berada dalam tangan Aboe Arifaini dan
Soenarjo Mangoenpoespito. Duduknya Aboe Arifaini di puncak
pimpinan JIB merupakan fenomena yang menarik, karena
namanya jarang muncul dan kalah populer dengan nama Joesoef
Wibisono, Soepadi, dr. Ahmad Ramali yang dikalahkan dalam
kongres JIB di Malang tahun 1935. Ia adalah gambaran dari
pemimpin yang cepat muncul dan tenggelam. Penggantinya,
35
Soenarjo Mangoenpoespito bersama istrinya Soekaptinah
merupakan pasangan yang selalu setia dan terlibat dalam kegiatan
JIB. Dengan susah payah Soenarjo Mangoenpoespito menjaga
warisan pendahulunya sampai akhir penjajahan Belanda di
Indonesia tahun 1942.
ill. membicarakan beberapa organisasi yang dibentuk JIB untuk
menangani masalah kewanitaan, kepanduan, majalah, informasi
pendidikan, dana dan kader inti organisasi. Organisasi yang
diberi nama JIB DA, Natipij, Het Licht, SIC, Studie. Fonds dan
Kernlichaam, semuanya berfungsi sebagai kepanjangan tangan
pimpinan pusat JIB yang secara organisatoris tidak terlepas dari
induknya. Organisasi-organisasi ini dari satu segi bisa membantu
kegiatan JIB, tetapi dari segi lain justru menjadi sumber konflik
dalam organisasi.
N. membahas tema-tema yang sering dibicarakan dalam kongres dan
majalah Het Licht menggambarkan pergumulan pemikiran
anggota JIB ketika harus menghadapkan doktrin agama dengan
pemikiran modern yang mereka peroleh di bangku sekolah dan
realitas sosial keagamaan yang ditemui dalam masyarakat muslim
yang terjajah. Pemikiran tersebut dikelompokkan kedalam tema
umum dan agama yang dijabarkan dalam beberapa sub tema
36
yaitu Islam sebagai agama dan pandangan hidup; Agama lain;
Ahmadiyah: Pendidikan; Nasionalisme; Islam dan wanita serta
masalah lain ..
V. merupakan telaah analitis tentang kedudukan dan peran yang
dilakukan JIB sebagai organisasi pemuda yang terlibat dalam
pergerakan nasional dan pembaharuan Islam di Indonesia selama
17 tahun. Hasil analisis tersebut akan dirangkum dalam
kesimpulan pada Bab VI, dilengkapi saran yang merupakan
refleksi dari seluruh proses penelitian, beberapa catatan tentang
sumber-sumber yang dipergunakan dan lampiran lainnya.
Ejaan yang dipergunakan dalam disertai ini adalah ejaan
bahasa Indonesia yang diatur dalam Pedoman Umum Bahasa
Indonesia yang disempumakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
tahun 1980. Untuk nama orang, dipergunakan ejaan lama atau
ejaan yang sering dipakai oJeh yang bersangkutan seperti
Mohamad Roem, Wiwoho Poerbohadidjaja, Djarnawi
Hadikoesoema, Soenarjo, sering ditulis Mohamad Rum, Wiwoho
Purbahadijaya, Djamawi Hadikusuma dan Sunarjo.
VI
KESIMPULAN
462
Kesepakatan untuk membentuk organisasi }TB oleh Sam dan kawan
kawannya terjadi atas dorongan Haji Agus Salim pada malam tahun baru
1925 di Yogyakarta, dan peresmiannya dilaksanakan di Jakarta pada
tanggal 8 Pebruari 1925. Latar belakang pembentukannya dapat
diketemukan pada pelaksanaan politik etis yang mempercepat proses
perubahan sosial di Indonesia pada awal abad ke 20. Di bawah naungan
politik etis pemerintah kolonial mefancarkan program .transmigrasi,
irigasi, dan pendidikan guna memacu dan mengarahkan kemajuan
ekonomi, politik, dan sosial di tanah jajahan.
Melalui program pendidikan, pemerintah kolonial memberikan
kesempatan bersekolah gaya Barat dan landasan pikiran Barat kepada
sekelompok kecil masyarakat tradisional yang dipilih secara selektif dan
membentuk lapisan menengah baru serta mendorong munculnya elit
modem Indonesia. Kelompok menengah tersebut memiliki kesadaran
kebangsaan sebagai anak tetjajah yang berusaha mencapai kemajuan dan
melawan kekuasaan kolonial melalui berbagai macam organisasi yang
bergerak di bidang sosial, budaya, politik, ekonomi dan agama.
Pendidikan Barat juga m~ngakibatkan kesenjangan dan
keterputusan kultural dan intelektual antara elite kaum terpelajar yang
berpendidikan barat dengan masyarakat Indonesia yang sebagian besar
463
beragama Islam. Melalui pendidikan Barat, pemerintah kolonial
berusaha menerapkan konsep asosiasi untuk mencabut kaum terpelajar
dari akar budayanya dan membebaskan dari apa yang disebut Snouck
Hurgronje "batas-batas sempit sistem Islam", sehingga pada umumnya
mereka bersikap netral bahkan acuh tak acuh, malah terkadang
merendahkan Islam dan para pemeluknya.
Sementara itu, kesadaran akan dekadensi Islam sebagai agama dan
keterbelakangan para pemeluknya mendorong para pemuka Islam
merumuskan kembali pemahaman keagamaan mereka, ketika ajaran Islam
dihadapkan pada pemikiran modem yang rasional dan liberal serta
realitas sosial politik umat Islam sebagai bangsa terjajah. Kesadaran itu
dipercepat dengan semakin banyaknya para jemaah haji yang bermukim
dan belajar di Makah yang kembali ke Indonesia dengan semangat
pemurnian agama, dan masuknya ulama-ulama dari Timur Tengah, serta
tersebamya buku dan majalah tentang Islam dalam berbagai bahasa dari
luar negeri.
Motivasi pembentukan JIB dapat dilihat pada keinginan sebagian
anggota Jong Java yang beragama Islam untuk memikirkan kelompoknya,
melihat dan mencari identitasnya sebagai pemuda Islam. Mereka
merasakan kekecewaan dan kegelisahan karena diperlakukan tidak adil
dalam masalah pendidikan agama. Dengan demikian faktor agama lebih
464
terlihat sebagai sebab utama pembentukan JIB daripada faktor politik
seperti yang banyak dikemukakan dalam beberapa penulisan sejarah
Indonesia modern. Dalam hubungan ini tokoh Haji Agus Salim
memainkan peranan yang amat penting dalam pembentukan dan
perkembangan awal Jlli di samping Mirza Ahmad Wali Baig dan Haji
Fachruddin
Secara organisatoris JIB menunjukkan ciri sebagai organisasi
modern yang berfungsi sebagai organisasi kader dan intelektual yang
bercorak nasional. Sebagai organisasi modern, semenjak awal
pembentukannya JIB telah memiliki anggaran dasar yang menetapkan
tujuan organisasi, struktur dan mekanisme kerja yang mengatur
pembatasan peran dan tugas, serta sosialisasi ide dan pemikiran melalui
berbagai kegiatan yang dilakukan. Rekruitmen anggota dilakukan melalui
berbagai macam saluran komunikasi modern seperti propaganda,
pertemuan berkala, debating club, kongres, sirkuler dan penerbitan
majalah. Penunjukan seseorang menjadi pengurus dilakukan atas dasar
kemampuan yang dimiliki dan dipertimbangkan atas dasar kegiatan yang
pernah dijalani dalam organisasi.
Sebagai organisasi kader, JIB berorientasi pada peningkatan
kualitas anggotanya dengan memberikan kesempatan luas menambah
ilmu pengetahuan, pengayaan wawasan dan pengalaman berorganisasi
465
dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Kedekatan anggota JIB dengan
tokoh-tokoh Islam seperti Haji Agus Salim, HOS. Cokroaminoto, H.
Fachruddin, H. Mas Mansur dan Mirza Ahmad Wali Baig, merupakan
salah satu wujud sistem pengkaderan di samping kursus dan ceramah
yang dilakukan di pusat maupun cabang JIB. Dengan usahanya itu, JIB
berhasil melahirkan tokoh-tokoh yang berwawasan kebangsaan dan
keislaman yang berpengaruh pada wacana keilmuan dan ketata negaraan
di Indonesia .
Sebagai organisasi intelektual yang anggotanya · terdiri atas
kalangan terpelajar, JIB terbuka bagi munculnya gagasan clan pemikiran
baru, perbedaan pandangan, dan perdebatan masalah-masalah sosial,
politik, ekonomi, clan agama secara ilmiah. Kegiatan yang dilakukan
mendorong anggotanya untuk bersikap terbuka, percaya pada diri sendiri,
kritis terhadap situasi sekitarnya dan tidak pasif menghadapinya, serla
nenas nerfikir. Kebebasan berfikir tersebut mencakup: pengamatan yang
cermat terhadap gejala-gejala di suatu lingkungan, pemahaman tentang
sebab-sebab gejala-gejala itu serta korelasinya dengan gejala lainnya, dan
pada akhirnya perumusan kesimpulan yang dikomunikasikan kepada
pihak lain.
Secara organisatoris JIB memberikan kesempatan anggotanya
berperan dalam kegiatan yang tidak mesti berkaitan dengan disiplin ilmu
466
yang dikuasai, menumbuhkan kepekaan sosial dan agama serta kritis
terhadap semua pemikiran yang mapan. JIB merupakan satu-satunya
organisasi Islam yang memberikan reaksi langsung lerhadap sistem
pendidikan Barat, namun paling dekat dan intensif berkomunikasi dengan
budaya Barat, mengambil alih cara berorganisasi dan tradisi Barat, serta
mampu menciptakan sintesa yang harmonis antara Islam dengan budaya
Barat, menjernbatani kesenjangan dan keterputusan kultural dan politik
memisahkan kelompok intelektual dengan rakyatnya, melalui agarna
Islam.
Perkembangan organisasi yang mampu bertahan dalam kurun
waktu lama, banyak didukung oleh faktor Islam yang menjadi identitas,
dasar dan tujuan organisasi, sehingga JIB mampu menembus batas
kedaerahan sempit dan menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia,
merekrut anggota dari pelbagai macam ethnis. Identitas Islam menjadi
daya penarik dan pengikat bagi kalangan intelektual yang merasa
terasing dalam organisasi pemuda bercorak kedaerahan, karena pada
umumnya bersikap netral dalam masalah agama.
Pilihan untuk tidak menjadi organisasi pemuda yang melakukan
kegiatan politik praktis serta menjadi kepanjangan atau tempat
persemaian kelompok politik tertentu, namun membebaskan anggotanya
secara pribadi aktif dalam kegiatan politik, menjadikan JIB sebagai
467
organisasi yang tidak dicurigai pemerintah. Dengan pilihannya itu, JIB
menunjukkan diri sebagai gerakan kultural kegamaan, independen,
egaliter, moderat dan bersikap toleran terhadap setiap pandangan yang
berbeda.
Faktor penghambatnya dapat diketemukan pada keterbatasan
pimpinan yang memiliki kemampuan berorganisasi dan wawasan
keilmuan serta keagamaan yang memadai . Masih aktifnya beberapa
orang pimpinan JIB dalam waktu lama, menunjukkan kelemahan
pembinaan sebagai organisasi kader, serta bergesernya · JIB dari
organisasi pemuda menjadi organisasi orang dewasa. Di samping itu
kebijaksanaan politik radikal pemerintah kolonial yang menindas setiap
pergerakan yang anti penjajahan serta malaise yang melanda Hindia
Belanda pada tahun 1930-an merupakan faktor luar yang mempengaruhi
perkembangan JIB dan organisasi pemuda secara keseluruhan.
Dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia, JIB berada dalam
barisan gerakan pemuda yang bertujuan melawan pengaruh kolonial di
bidang sosial, budaya dan agama yang mengutamakan pendekatan
kultural dan evolusi dalam mencapai tujuan organisasi. Dari segi
pemikiran dan kegiatan yang dilakukan, JIB telah mampu menghalangi
sebagian pemuda Islam yang berpendidikan Barat tercabut dari akar
budayanya akibat penerapan konsep asosiasi pemerintah kolonial.
468
Peranannya cukup penting namun tidak menonjol serta tidak
menunjukkan dinamika organisasi karena tidak ada perobahan yang
signifikan dalam kurun waktu lama ..
Sejak awal terbentuknya JIB telah mengemukakan paham
kebangsaan berdasarkan agama dengan mengenyampingkan pemikirnn
kedaerahan yang menjadi dasar dan tujuan kebanyakan organisasi
pemuda sejamannya. Dengan demikian JIB telah ikut memperkuat
paham kebangsaan dan kerakyatan dengan menekankan pentingnya
seorang pemimpin memahami dasar rohani yang · membentuk
kepribadian rakyat yang akan dipimpinnya, bergaul dengan mereka,
menyadarkan kewajiban serta kepentingannya. Dasar rohani tersebut
adalah agama Islam yang dianut sebagian besar rakyat Indonesia.
Konsep nasionalisme yang didasarkan dan digerakkan agama,
merupakan alternatif lain dari pemikiran nasionalisme yang didasarkan
atas persamaan ras, bahasa dan persamaan nasib sebagai bangsa terjajah.
Nasionalisme yang dipahami sebagai bentuk kecintaaan terhadap tanah
air yang didasarkan atas persamaan agama, berbeda dengan konsep
ashabiah yang ditolak kalangan pembahnru Islam, namun tidak
sepenuhnya sama dengan konsep Pan Islamisme yang ditiupkan Jamal
uddin Al-Afghani dan para pembaru Timur Tengah.
469
Dalam hubungan dengan nasionalisme tersebut JIB memandang
pentingnya ide persatuan dalam proses integrasi bangsa seperti yang
diperjuangkan semua organisasi pemuda sejamannya. Persatuan itu
diwujudkan dalam bentuk federasi, dengan tetap menghargai identitas
masing-masing organisasi, berbeda dengan bentuk fusi yang melebur
semua identitas organisasi seperti dianut sebagian besar organisasi
pemuda waktu itu. Bentuk fusi yang melebur semua identitas organisasi
menurut JI~ selain bertentangan dengan hak asasi dan demokrasi
temyata tidak mudah diwujudkan dalam pergerakan nasional.
Dalam gerakan pambaharuan Islam Indonesia JIB bisa dimasukkan
dalam kelompok modernis yang berusaha mengembalikan ajaran Islam
kepada Alqur' an dan Sunnah dan menyesuaikan ajarannya dengan
perkembangan zaman dengan merangsang minat pada penguasaan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan Baral Berbeda dengan kelompok modemis
lainnya yang mendapatkan inspirasi dan pengaruh dari Timur Tengah,
anggota JIB memahami Islam lewat literatur berbahasa Belanda, Jerman,
Inggris dan Perancis dan pergaulan mereka dengan para pembaru Islam
Indonesia seperti Haji Agus Salim, Haji Fachroeddin, HOS. Tjokroaminoto
dan Mirza Ahmad Wali Baig. Keterbatasan memahami bahasa Arab
menyebabkan mereka tidak mengenal dan terpengaruh tradisi intelektual
dan pemikiran pembaharuan yang berkembang di Timur Tengah.
470
Corak pemikiran keagamaan anggota JIB banyak diwarisi dari Haji
Agus Salim yang mengembangkan cara berfikir ilmiah untuk memahami
dan menafsirkan Islam, sehingga ajaran Islam menjadi relevan untuk
persoalan zamannya. Agama Islam tidak dipahami secara normatif dan
begitu persis secara tekstual, melainkan pada nilai-nilai dasar yang secara
inheren dan aslinya selalu modern. Pemikiran keagamaannya lebih
ditujukan untuk menjawab hubungan antara Islam dan pengetahuan dan
masalah sosial budaya lainnya daripada mempersoalkan masalah
khilafiah dalam bidang kalam, figh dan masalah furu' lainnya. Dengan
ilmu pengetahuan dan semangat keagamaan, JIB telah berhasil
menemukan sintesa dan menciptakan harmoni antara ilmu pengetahuan
modern dengan Islam serta nampak pengaruh pemikiran Islam India
yang diperkenalkan Ahmadiyah.
Dengan mengambil alih pemikiran Barat untuk memahami Islam,
JIB mampu menunjukkan Islam secara rasional dan regional, konsistensi
antara ajaran ajaran agama dan realitas sosial, sehingga agama bukan
hanya dipahami sebagai sistem kepercayaan dan ritual semata, melainkan
juga sebagai sistem sosial yang terkait dengan masalah sosial budaya,
politik ekonomis dan menjadi agama nasional . Dalam pemahaman JIB,
Islam menjadi lebih dinamis dan diekspresikan dalam budaya modern
melalui majalah Het Licht dan pelbagai kegiatan yang dilakukannya.
471
Islam dalam pemahaman JIB dirumuskan sesuai dengan ilmu
pengetahuan, atau setidak-tidaknya menggunakan terminologi yang bisa
diterima alam pikiran modern. Tetapi karena keterbatasan pengetahuan
agama, pemikiran yang dikembangkan terasa dipaksakan sesuai dengan
latar belakang pendidikan mereka sebagai pelajar sekolah menengah.
Meskipun demikian demikian, JIB mampu membuat Islam lebih dinamis,
demokratis, egaliter, penuh toleransi terhadap pihak yang berbeda
pandangan dan menggabungkan wawasan keislaman, keilmuan dan
kebangsaan secara harmonis.
Secara organisatoris kegiatan yang dilakukan JIB dengan Het Licht
JIBDA/ Natipij, Kernlichaam dan SIC telah membangkitkan kesadaran
berorganisasi di kalangan umat Islam Indonesia. Kegiatan yang dilakukan
merupakan latihan bagi anggotanya, sehingga JIB tumbuh berkembang
menjadi pusat latihan bagi kepemimpinan Islam yang berbeda dari
intelektual Indonesia sekuler yang berorientasi ke Barat. Pembentukan JIB
juga menjadi pendorong berdirinya berbagai organisasi pemuda Islam
sejamannya dan segaris dalam perjuangannya.
Sebagai organisasi pembaharuan, JIB telah melakukan perannya
sebagai wadah komunikasi pemuda Islam dengan kelompok Islam
lainnya melalui berbagai kegiatan uuntuk mengembangkan Islam dan
mengadakan pembelaan Islam dari serangan luar dengan sikap kritis
472
tanpa sikap apologis yang berlebihan. Lebih daripada itu, JIB telah
melakukan perannya dalam menghambat pengaruh Barat yang berusaha
menjauhkan Islam dan melepaskan diri dari dominasi Baral JIB sedikit
banyak telah ikut berperan dalam membuyarkan angan-angan dan irnpian
Snouck Hurgronje yang berusaha rnencabut pengaruh Islam melalui
konsep unifikasi dengan jalan berasirnilasi dan berasosinya orang-orang
Indonesia ke dalam kebudayaan Baral Dengan demikian JIB bukan hanya
kependekan dari Jong Islamieten Bond, rnelainkan juga kependekan dari
Jawaban Integral terhadap Belanda.
Gagasan J/Bternyata telah memberi pekerjaan jangka panjang pada
generasi sesudahnya yaitu menghadapkan Islam dengan ilmu
pengetahuan dan perkembangan sosial kultural,politik ekonorni,
menghidangkan Islam secara modern kepada kaum terpelajar yang
relevan untuk persoalan zarnannya serta rnenjembatani jurang yang
memisahkan Islam idealis dengan Islam historis.
Dalam perspektif historis, terbentuknya JIB pada tahun 1925
merupakan awal terentangnya benang ernas yang menghubungkannya
secara inspiratif dan aspiratif dengan Partai Islam Indonesia, Studenten
Islam Studie Gub, Masyumi, Himpunan Mahasiswa Islam, Pelajar Islam
Indonesia, Persatuan Sarjana Muslim Indonesia dan Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia
47]
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Kumpulan arsip penting yang dipergunakan adalah milik bekas
Kementrian Urusan Tanah Jajahan,. yang kini disimpan di bawah
penguasaan ARA ( Algemeen Rijksarchief di Den Haag berupa vb. atau
verbaal, Mr. atau mailrapporten dan M.V.0. atau Memorie Van Overgave.
Arsip lain berasal dari Arsip Umum Negara Kerajaan Belanda (Algemeen
Rijksarchief) di Den Haag. Kumpulan dari Koninklijk Jm;tituut Voor Taal,
Land en Volkenkunde (KITL J-? Leiden dan Arsip Nasional Republik
Indonesia.
Surat Kabar, Majalah dan Penerbitan sejaman (1920 - 1942)
AKSI
Almanak Muhammadiyah
Bendera Islam
Bintang Borneo
Bintang Hindia
Bintang Timur
Bintang Islam
De Opwl•kker
De Taak
Hindia Baru
Hetlicht
Indische Gids
1987:
1989:
1997:
Alfi an 1978:
1989:
475
Islam dan Masyarakaf., Pantulan Sejarah Indonesia, Jakarta LP3ES
Tradisi dan Kebangkitan : Islam di Asia Tenggara, Jakarta LP3ES.
Nasionalisme Indonesia, dari asal usul ke prospek masa depan, makalah pada Seminar Nasional Tentang Kontribusi Islam dalam Pembentukan Nasionalisme Indonesia, Ujung Pandang : IAIN Alauddin
''Corak-Corak Elite Indonesia" Masyarakat Indonesia, jilid V, No.L
Muhammadiyah The Political Beha viur of A Muslim Modernist Organization under Dutch Colonialism, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Algadri, H. 1964: Politik Belanda Terhadap Islam dan Keturunan Arab, Jakarta:
Sinar Harapan,
Ali, A. Mukti 1968: Alam Pikiran Islam Modem di Indonesia, Yogyakarta :Yayasan
Nida,
1968: Bagainzana menghampiri Isra' dan Mi'raj Nabi besar Muhammad SAW atau Iman dan Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta : Yayasan Nida
1993: Alam Pikiran Islam Modem di India dan Pakistan, Bandung : Mizan
476
Alister, Mc 1973: South East Asia, TI1e Politics of National Integration, New York:
Rondom House
Anam, Chairul 1990: "Derap Langkah Pemuda Anshor'', Majalah Nahdlatul Ulama
A ULA, Surabaya.
Anderson, BR.O.C. The Pemuda Revolution : Indonesian Politics 1945-1946, Ithaca,
New York: Thesis Doctoral Cornell University
Atjeh, H. Abu Bakar, 1957: Sejarah Hidup KHA. Wahid Hasjim dan Karangan Tersiar,
Panitia Buku Peringatan Alm. KHA. Wahid , Djakarta.
Azra, Ayusmardi 1985: Perkembangan modem dalam Islam, Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia
Bagian Dokumentasi Penerangan Kantor W ali Gereja Indonesia, 1974: Sejarah Gereja Katolik jilid 3: Wilayah-wilayah Keuskupan dan
Majelis Agung Wali Gereja Indonesia, Flores : Arnold us, Ende
Baljon, JMS, 1951: Sajjid Ahmad Khan (terj.), Jakarta : Djambatan
Bandjaran Sari, Soedomo, dan Tjek Tik Kie, 1965: Peringatan 200 Tahun kotafogjakarta 1756-1956 dan Pekan Raya,
Jogjakarta
Benda, Harry J. , 1965: "Political Elites in Colonial South East Asia : An Historical
Analysis'' dalam Comparativ.e Studies in Society and history, volume VII, Number 3, April
1972: "Christian Snouck Hurgronje and the Foundation of Dutch Islamic policy in Indonesia" dalam Conb'nuity and Chan8e in South East Asia, Yale University.
1980 : Bulan Sa bit dan Matahari Terbit (terj. ), Jakarta : Pustaka Jay a
477
Blood, Margareth, 1974: The Ahmadijah in Indonesia; its early history and contribution
to Islam in the Archipelego, sub thesis, Australian National University.
Blumberger, J. th. Petrus, 1931 : De Nationalistische Beweging in Nederlandsch Jndie, Haarlem.
Boland, BJ., 1971 : The Struggle of Islam in Modem Indonesia, The Hague
1983;
Martinus Nijhoff
Islam in Indonesia : A Bibliographical Survey 1600-1942 with Post 1945 Addenda, Leiden: Km V
Brooshooff, P., 1901 : De Ethische Koers in de Koloniale Politiek, Amsterdam : J.H. de
Bussy,
Brugmans, I.J. , 1983 : Geschiedenis van Het Onderwijs in Nederlandsch Indie,
Groningen, Batavia.
Dahm, Bernard, 1969 : Soekamo and the struggle for Indonesian Independence ,Ithaca
New York
Departemen Penerangan, Direktorat publikasi, 1985: Sejarah Kebangkitan Nasional Pemuda dan Pe.mbangunan 20
Mei 1908-1985, Jakarta.
Drewes, GWL. , 1962: "New Light on the Coming of Islam to Indonesia", dalam BK!,
118.
Embuiru, H. SVD. , 1967 : Gereja Sepanjang Masa, Flores Ende : Nusa Indah
Emerson, Rupert, 1962 : From Empire to Natio~ the Rise of Self Assertion of Asian and
African Peoples, Cambridge.
478
Esser, BJ., 1942: "Modeme islam-Propaganda in Europa en Amerika en haar
teruuslag op Java", De Opwekker no. 1 Januari.
Federspiel, H.M. 1970: Persatuan Islam : Islamic Reform in. Twentieth Century
Indonesia. Ithaca New York: Cornell University Press
Feith, Herbert 1970: Indonesian political thinking 1945-196$ Ithaca New York
Cornell University Press
Furnivall, JS. , 1944 : Netherlands India, A Study of Plural Economy, Cambridge U.P.,
1948:
Cambridge.
Colonial Policy and Practice: A Comparative Study of Burma and Netherlands India, Cambridge : U.P Cambridge.
Gobee, E., 1990 : Nasehat-nasehat C Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya
Kepada Pemerintah Belanda 1889-1936, (tetj.) Jakarta: INIS
Gunseikanbu, 1989 : Orimg Indonesia yang Terkemuka di fawa, Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press
Hallencreutz, Carl F., 1966: Kraemer Towards Tambaran: A Stuudy in Hendrik Kraemer's
Missionary Approach, Upsala.
Hardjito, 1952 : Risalah Gerakan Pemuda, Jakarta : Pustaka Antara
Hardjo Satoto, Suhartoyo, 1985: Sejarah Pergerakan nasional Indonesia, Yogya.karta: Liberty
Hasan A., 1984: Islam dan Kebangsaan, Bangil Lajnah Penerbitan Pesantren
Persis Bangil
479
Hurgronje, C. Snouck, 1915: Nederlands en de Islam, Leiden: E.J. Brill
Ingleson, John., 1983; falan ke Pengasingan,, Pergerakan nasionalis Indonesia 1972-
1993:
1934, (tetj.) Jakarta: LP3ES.
Perhimpunan Indonesia dan Pergerakan Kebangsaan, (terj.) Jakarta : PT Grafiti
Jay, Robert R, 1963: Religion and politics in rural Central Java/ USA: Yale University
Kartodirjo, Sartono, 1972: "Politik Kolonia! Belanda antara Perang Dunia I dan Perang
Dunia II", Lembaran Sejarah no. 8 Yogyakarta: Fakultas Sastra UGM.
1977:
1982:
1990:
1995:
Memori Serah Terima fabatan 1921-1930 (Jawa Tengah), Jakarta: Arsip Nasional RI.
Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia, Jakarta : PT. Grarnedia
Pengantar Sejarah Indonesia Baro : Sejarah Pergerakan nasional Dari Kolonialisme sampai Nasionalisme, Jilid 2, Jakarta : PT Gramedia
Negara dan Nasionalisme Indonesia : lntegrasi, Disintegrasi dan Suksesi, Jakarta: Grarnedia Widiasarana Indonesia
Koch, DMG. 1951: Menuju Kemerdekaan : Sedjarah Pergerakan Kebangsaan
Indonesia sampai 1942( tetj.) Jakarta: PT. Pembangunan.
Koentjaraningrat,
480
1977: Metode.;.Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : PT Gramedia
Kowani, 1978; Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka
Koningsveld, P.SJ. van 1989: Snouck Hurgronje dan Islam (terj.), Jakarta :Pustaka Girimukti
Kutojo, Sutrisno 1983: HAgus Salim,, riwayat hidup dan peijuangannya,, Jakarta
Mu tiara
Krakouskt, JJ. 1996: "The Memory of C. Snouck Hurgronje" BKL No. 122 Leiden
Kruger, Th. Muller, 1959: Sedjarah Geredja di Indonesia,, Djakarta : Balai Pustaka Kristen
Kwantes, R.C. 1978: De ontwikkeling van de nationalistische beweging in
Nederlands lndieJ tweede stukJ Medio 1923-192El Groningen, Netherlands
1980: De ontwikkeling van de nationalistische beweging in Nederlands IndieJ derde stuk,, 1928-Aug. 1933, Groningen, Netherlands
1982: De ontwikkeling van de nationalistische beweging in Nederlands IndieJ vierde stuk,, Aug. 1933-1944 Groningen, Netherlands
Larson, George D. 1990: Masa menjelang Revolus.l Kraton dan Kehidupan Politik di
Surakarta 1912-1942(terj.), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Legge, JD. 1972: Sukarno,, sebuah biografi politik (terj.), Jakarta : Sinar Harapan
481
1980: Indonesia,, third edition, Australia: Prentice Hall of Australia
Maarif, Ahmad Syafii, 1985: Islam dan masalah kenegaraan,, Jakarta: LP3ES
1994: Peta bumi intelektualisme Islam di Indonesia,, Bandung: Mizan
Madjid, Nurcholis ,1984: Khazanah Intelektual Islam,, Jakarta: Bulan Bintang
1987: Islan1 kemodeman dan Kelndonesiaan,, Bandung: Mizan
Martha, Ahmaddani, dkk. 1984: Pemuda Indonesia dalam dimensi sejarah perjuangan bangsa,,
Jakarta: Yayasan Sumpah Pemuda
Meyerhoff, Hans (ed) 1959: The philosophy of history in our time,, New York: Doubleday
Anchor Book
Muhaimin, Yahya 1988: Masalah-masalah pembangunan politik, Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press
M uzani, Saiful ( ed) 1995: Islam rasional gagasan dan pemikiran Prof.Dr. Harun
Nasution,, Bandung : Mizan
Naelan, Ruben 1978 : "Faktor agama dalam pergerakan pemuda di masa pergerakan
nasional" dalam Bunga Rampai Soempah Pemoeda, Jakarta : Yayasan Gedung-gedung Bersejarah
N agazumi, Akira 1986: Indonesia dalam kajian sarjanafepang,, Jakarta: Yayasan Obor
482
1989: Bangkitnya nasionalisme Indonesia : Budi Utomo 1908-1918 (terj.) Jakarta : Pustaka Utama Grafiti
Nasution, Harun 1982: Pembaharuan dalam Islam/ Jakarta: Bulan Bintang
1985:
Natsir, M
Perkembangan modem dalam Islam Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
1955 : Capita selekta, Djakarta : Pustaka Pendis
Noer, Deliar 1979 : "Islam dan politik di Indonesia" dalam Prisma/ Agustus, Jakarta
: LP3ES
1980: Gerakan modem Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta; LP3ES
Notosusanto, Nugroho 1974 : Norma-norma dasar penelitian dan penulisan sejarah Jakarta :
Pusat Sejarah ABRI
Nurlina, Nana 1970 : "Peranan pemuda dalam gerakan kebangsaan" Makalah
Seminar Sejarah Nasional II 26-29 Agustus 1970, Yogyakarta
Olsen, Marvin E. 1968 : The procese of social organization., New Delhi
Ong Hok Ham 1987: Runtuhnya Hindia Belanda/ Jakarta : Gramedia
Panitia Peringatan Haji Agus Salim 1954 : f ejak langkah Haji Agus Salim, Jakarta : Tintamas
Panitia Buku Peringatan " Natsir & Roem 70 tahun" 1978: Mohamad Roem 70 tahun, pejuang perundina; Jakarta: Bulan
Bin tang
Panitia Buku Peringatan Seratus Tahun Haji Agus Salim
483
1984 : Seratus tahun Haji Agus Salim/ Jakarta : Sinar Harapan
Panitia Penyusun Biro Pemuda, Departemen PD &K 1965 : Sejarah perjuangan pemuda Indonesia/ Jakarta : BaJai Pustaka
Panitia Peringatan Kota Yogyakarta 200 Tahun 1956: Kola Yogyakarta 200 tahun Yogyakarta: Sub.pan.ilia penerbitan
Panitia 75 Tahun Kasman 1982: Hidup itu berjuang: Kasman Singodimedjo 70 tahun, Jakarta:
Bulan Bintang
Panitia Penulisan Buku 70 tahun Prof Dr. HM. Rasyidi 1985: 70 tahun Prof.Dr.HMRasyidi Jakarta: Harian Umum Felita
Panitia Penerbitan Buku dan Seminar 70 tahun Prof. Dr. Harun Nasution 1989 : Refleksi pembaharuan pemikiran Islam 70 tahun Prof.Dr. Harun
Nasution Jakarta : Lembaga Studi Agama dan Filsafat
Panitia Penulisan Buku 70 tahun Prof.Dr. H. Munawir Syadzali MA 1995 : Kontektualisasi ajaran Islam/ Jakarta: IPHI dan Paramadina
Pabnono, SK.Th 1989: "Pemuda Kristen dalam gerakan kebangsaan dan gerakan
oikumene" Peninjau tahun XIV
Peacock,J 1978 : Muslim puritans: Reformist psychology in South East Asian
Islam, Berkeley : University of California Press
Pedersen, Johannes 1957 : The scientific works of Snouck Hurgronje/ Leiden : EJ. Brill
Pedoman Besar Jong Java 1930: Gedenkboek Jong Java 1915-1930, Batavia
Pedoman Besar SIAP PMI 1930 : Gedenkboek SIAP PMI., Tjilatjap
Pijper, GF. 1934: Fragmenta Islamica, Leiden: EJ. Brill
484
1957: Islam and the Netherlands, Leiden: E.J. Brill
Pipit Seputra 1973 : Beberapa aspek dari sejarah Indonesia : Aliran Nasionalism~
Islam/ Katolik sampai zaman perbedaan paham/ Flores Ende; Nusa Indah
Sidjabat, WB. 1968: Parb:Sipasi Kristen dalam nation building di Indonesia/ Jakarta:
BPK
Scolten, Elizabeth Locher 1996: Etika yang berkeping-keping: Lima telaah kajian aliran etis
dalam politik kolonial Jakarta : Djambatan
Soemardjan, Selo 1981: Perubahan sosial di Yogyakarta/ Yogyakarta Gadjah Mada
University Press
Steenbrink, Karel A. 1986 : Pesantren madrasah sekolah : Pendidikan Islam dalam kurun
1995:
modem/ Jakarta : LP3ES
Kawan dala111 pertikaian: Kaw11 kolonial Belanda dan Islam di Indonesia 1596-194Z Bandung: Mizan
Steinberg, David Joel (ed) 1971: Dunia baru Islam (terj.), Jakarta
Subagjo, IN. 1980 : fusuf Wibisono: Karang di tengah gelombang, Jakarta : Gunung
Agung
Suharto, Pitut dan A. Zainoel Ihsan 1981 : Maju setapak Jakarta : Aksara Jayasakti
1981: Aku pemuda kemarin di hari esok Jakarta : Aksara Jayasakti
485
Pluvier, JM. 1953 : Overzicht van de ontwikkeling der nationalistische beweging in
Indonesia 1930 tot 194Z Gravenhage, Bandung : Uitgeverij W.vanHoeve
Pringgodigdo, AK. 1950: Sedjarah pergerakan rakyat Indonesia, Djakarta Pustaka
Rakjat
Ricklefs, Mc 1981 : A History of modem Indonesia, London: Macmillan
Sam 1924: "Jong Java als deel van de Inlandsche volkbeweging" De fawa/
Extra nomor
1925: "Jong Islamieten Bond, De Taak
Sagimun, MD. 1989 : Peranan pemuda : Dari Sumpah Pemuda sampai Pro.klamasi
Jakarta: Bina Aksara
Saidi, Ridwan 1984 : Pemuda Islam dalam dinamika sejarah, Jakarta : CV. Rajawali
1990 : Cende.kia wan Islam zaman Belanda : Studi pergerakan intelektual JIB dan SI~ Jakarta : Piranti Ilmu
Sasjardi 1981 : KH. Fachruddin Jakarta : Departemen P&K
Schmutzer, Eduard JM. 1977: Dutch colonial policy and the search for identity in Indonesia,
Leiden: EJ. Brill
Schott, Richard W. 1987: Organization, rational, natural and open systems, New Yersey:
Prentice Hall
486
Sitorus, LM. 1947: Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia/ Jakarta
Suharto no 1994 : Sejarah pergerakan nasional dari Budi Utomo sampai
Proklamasi 1908-194~ Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sularto, B. 1986 : Dari kongres pemuda Indonesia pertama sampai ke Sumpah
Pemuda, Jakarta; Balai Pustaka
Suminto, H. Akib 1985 : Politik Islam Hindia Belanda/ Jakarta : LP3ES
Sunarjo,
1970 : "Perhimpunan Indonesia dan peranannya dalam perjuangan
kemerdekaan kita" Makalah pada Seminar Sejarah Nasional II 26-29 Agustus di Yogyakarta
Surjadinata, Leo 1970: "Ciri-ciri k.has pergerakan nasional Indonesia sebelum perang",
Makalah pada Seminar Sejarah Nasional II 26-29 Agustus di Y ogyakarta ·
Surjomihardjo, Abd urrachman 1974: "Partai kebangsaan pertama", Masyarakat Indonesia tahun I
1988: Kata Yogyakarta 1880-1930, Suatu tinjauan historis perkembangan sosial, Disertasi doktor Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Sutherland, Heather 1983: Terbentuknya sebuah elit birokrasi (terj.), Jakarta Sinar
Hara pan
487
Suwarno, PJ. 1994: Hamengku Buwono IX dan sistem birokrasi pemerintahan
Yogyakarta 1942-1974/ sebuah tinjauan historis, Yogyakarta. : Kanisius
Rahardjo, Dawam 1993: Intelektua.l intelegensia dan perilaku politik bangsa/ Bandung:
Mizan
Rahman, Buddhy Munawwar 1995: Kontektualisasi doktrin dalam sejarah Jakarta: Paramadina
Ukur, Fridolin 1979: ferih danjuan~ Jakarta: LPS DGI.
Van Niel, Robert 1984: Munculnya elit modem Indonesia (terj.), Jakarta : Pustaka Jaya
Van Ronkel 1950: Bingkisan Budl Leiden: BJ.Brill
Vlekke, Bernard HM. 1946 : The story of the Dutch East Indies/ Cambridge
1959: Nusantara a history of Indonesia/ The Hague
Wertheim, WF. 1956: Indonesian society in transition: A Study of social change, The
Hague, Bandung
477
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama NIP. Tempat dan tanggal lahir
Pangkat/Golongan
Jabatan
Agama Status perkawinan Nama istri Namaanak
Alamat kantor
Alamat rumah
Riwayat Pendidikan
: Drs. Abdurrahman : 150110387 : Y ogyakarta 8 November 1946
: Pembina Utama Muda (IV/c) I Lektor Kepala
Mad ya
: Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta : Islam : Kawin : Hardjanah : Eka Darukusuma
Yulia Widyahayati Dini Widyasari Muhammad Arif Wicaksana
: Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Jln.
Adisucipto Y ogyakarta
Telp. (0274) 512156
: Bandung Pendawaharjo Sewon Bantul Y ogyakarta
Telp. (0274) 368 126 1. Sekolah Rakyat Muhammadiyah Karangkajen
tahun 1958 di Yogyakarta
2. KMI Pondok Modem Gontor tahun 1963 di
Ponorogo
3. Sarjana Lengkap Fakultas Ushuluddin Jurus
. an Perbandingan Agama tahun 1970
4. PGC Ilmu Perbandingan Agama tahun 1973
di Y ogyakarta, dan PGC Ilmu Tafsir tahun
1974 di Yogyakarta
5. Penataran Tenaga Peneliti tahun 1975 di
Jakarta
Riwayat Jabatan
Karya Tulis antara lain:
6. Studi Puma Sarjana
Yogyakarta
478
tahun 1977 di
7. Program Latihan Penelitian Agama tahun
1978 di Jakarta
8. PGC Islamic Studies, Leiden University tahun
1983 di Belanda
9. Strategic Planning and Management IMDI
University tahun 1992 di Pittsbmg USA
10. SESPANAS LAN tahun 1995 di Jakarta
1. Ketua Jurusan Teologi Fakultas Ushuluddin
IAIN Sunan Kalijaga tahun 1974-1981
2. Wakil Dekan III Fakultas Ushuluddin IAIN
Sunan Kalijaga tahun 1981-1983
3. Pembantu Dekan II Fakultas Ushuluddin IAIN
Sunan Kalijaga tahun 1988-1992
4. Pembantu Rektor II IAIN Sunan Kalijaga tahun
1992-1997
5. Kepala Pusat Pelatihan dan Pengembangan
Manajemen IAIN Sunan Kalijaga , tahun 1997-
6. Direktur Binyat Ditjend Kebudayaan Depdikbud
tahun 1998- sekarang
1. Muhammad Ali Pasha: Peletak dasar Mesir modem tahun 1975 2. Pan Islamisme, tahun 1976 3. Gerakan Hizbullah di Yogyakarta tahun 1979 4. Beberapa pola perkawinan di Gunung Kidul tahun 1980 5. Muhammad Ibn Abdul Wahhab tahun 1981 6. Islamic Education in Indonesia dalam Seiji Imanaga (ed) The Islamic Society in
Indonesia, Depatrmen of Asian History, Hiroshima University Japan tahun 1982
7. Asykar Perang Sabil di Y ogyakarta tahun 1982 8. Jamaluddin Al-Afghani tahun 1983 9. Beberapa pokok ajaran Buddha Dharrna tahun 1984 10. Penulisan sejarah agama di Indonesia tahun 1985 11. Tiga pola pemikiran Islam di India tahun 1986 12. Hizbul Wathan tahun 1987 13. Organisasi Kaum Muda Islam di Jawa pada masa akhir penjajahan Belanda
1925-1940, tahun 1988 14. Agama Buddha di Indonesia, tahun 1988 15. Beberapa aspek ajaran Hindu dan moralitas pembangunan, tahun 1989 16. Gerakan Angkatan Muda Islam di Jawa tahun 1940-1950, tahun 1989 17. Agama Buddha di Indonesia, tahun 1990 18. Jong Islamieten Bond, tahun 1991 19. Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, tahun 1992 20. Pengamalan nilai-nilai luhur budaya bangsa dalam pembangunan nasional,
tahun 1993 21. Masalah kegiatan spiritual dalam rangka meningkatkan kerukunan nasional,
tahun 1994 22. Manajemen sumber daya perguruan tinggi tahun 1995
479
23. J atidiri pemuda penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 1996 24. Beberapa masalah pembinaan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, 1999 25. Visi, misi dan startegi pembinaan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, tahun 1999
-----------000-----------