jtptunimus gdl wahyunovia 6390 2 bab2dhf
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
1/63
8
BAB II
KONSEP DASAR
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan, dalam bentuk bio-psiko-sosiokultural-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik
sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan
dalam praktik keperawatan yang diberikan kepada klien pada berbagai
tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan,
pedoman standar keperawatan, serta landasan etika dan etiket keperawatan
dalam lingkup wewenang dan tanggung jawab keperawatan.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan.
(Sudiharto, 2007 : 22)
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
2/63
9
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
(Sri Setyowati, 2008 : 75)
2. Bentuk-Bentuk Keluarga
Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut.
a. Keluarga inti(Nuclear Family)
Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan
yang terdiri dari suam, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran
(natural) maupun adopsi.
b. Keluarga besar(Extended Family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah),
misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern,
seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan
sejanis(guy/lesbian families).
c. Keluarga Campuran(Blended Family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung dan anak-
anak tiri.
d. Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family) Anak-anak
yang tinggal bersama.
e. Keluarga orang tua tinggal
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah
bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah,
serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
3/63
10
f. Keluarga Hidup Bersama (Commune Family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal
bersama berbagi hak dan tanggungjawab, serta memiliki kepercayaan
bersama.
g. Keluarga Serial (Serial Family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan
mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing
menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangannya masing-
masing, tetapi semuanya mengganggap sebagai satu keluarga.
h. Keluarga Gabungan (Composite Family)
Keluarga yang terdiri dari suam dengan beberapa istri dan anak-anaknya
(poligami) atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya
(poliandri).
i. Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada
ikatan perkawinan yang sah.
Sedangkan menurut Sussman (1970) membedakan 2 bentuk keluarga, yaitu :
1. Keluarga Tradisional(Traditional Family)
a. Keluarga yang terbentuk karena/tidak melanggar norma-norma
kehidupan masyarakat yang secara tradisional dihormati bersama-
sama, yang terpenting adalah keabsahan ikatan keluarga.
b. Keluarga Inti(Nuclear Family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta anak-anak yang hidup
bersama-sama dalam satu rumah tangga.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
4/63
11
c. Keluarga Inti diad(Nuclear Dyad Family)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak, atau anak-anak
mereka telah tidak tinggal bersama.
d. Keluarga orang tua tunggal(Single Parent Family)
Keluarga inti yang suami atau istrinya telah meninggal dunia.
e. Keluarga orang dewasa bujangan(Single Adult Living Alone)
Keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa laki-laki atau wanita
yang hidup secara membujang.
f. Keluarga tiga generasi(Three Generation Family)
Keluarga inti ditambah dengan anak yang dilahirkan oleh anak-anak
mereka.
g. Keluarga pasangan umur jompo atau pertengahan (Middle Age or
Aldert Couple)
Keluarga inti diad yang suami atau istrinya telah memasuki usia
pertengahan atau lanjut.
h. Keluarga jaringan keluarga (Kin Network)
Keluarga inti ditambah dengan saudara-saudara menurut garis
vertikal atau horizontal, baik dari pihak suami maupun istri.
i. Keluarga karier kedua (Second Carrier Family)
Keluarga inti diad yang anak-anaknya telah meninggalkan keluarga,
suami atau istri aktif lagi kerja.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
5/63
12
2. Keluarga Non Tradisional
Keluarga yang pembentukannya tidak sesuai atau dianggap
melanggar norma-norma kehidupan tradisional yang dihormati bersama.
Yang terpenting adalah keabsahan ikatan perkawinan antara suami-istri.
Dibedakan 5 macam sebagai berikut :
a. Keluarga yang hidup bersama(Commune Family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal
bersama, berbagi hak dan tanggungjawab bersama serta memiliki
kekayaan bersama.
b. Keluarga dengan orang tua tidak kawin dengan anak (Unmarried
Parents and Children Family): pria atau wanita yang tidak pernah
kawin tetapi tinggal bersama dengan anak yang dilahirkannya.
c. Keluarga pasangan tidak kawin dengan anak (Unmarried couple with
children Family): keluarga inti yang hubungan suami-istri tidak terikat
perkawinan sah.
d. Keluarga pasangan tinggal bersama (Combifity Family): keluarga
yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ikatan
perkawinan yang sah.
e. Keluarga homoseksual (Homoseksual Union) adalah keluarga yang
terdiri dari dua orang dengan jenis kelamin yang sama dan hidup
bersama sebagai suami istri.
(Sudiharto, 2007 :23)
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
6/63
13
3. Tugas Kesehatan Keluarga
Dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan, tugas keluarga
merupakan faktor utama untuk pengembangan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Tugas kesehatan keluarga menurut Friedmann 1998
adalah sebagai berikut:
a. Mengenal gangguan perkembangan masalah kesehatan setiap
anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan
yang tidak dapat membantu dirinya sendiri.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timabal-balik antara keluarga lembaga-
lembaga kesehatan yang menunjukkan manfaat fasilitas kesehatan
dengan baik.
(Sri Setyowati, 2007 : 32)
4. Struktur dan Fungsi Keluarga
Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan
informal. Misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai kepala
keluarga dan pencari nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai panutan
dan pelindung keluarga.
Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi,
kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistem
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
7/63
14
pendukung diantara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, dan
kemampuan menyelesaikan masalah.
Menurut Friedman (1999) ada lima fungsi dasar keluarga adalah
sebagai berikut.
a. Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih,
serta saling menerima dan mendukung.
b. Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan
individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan
belajar berperan di lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarg meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.
e. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarg untuk
merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
(Sudiharto, 2007 : 24)
5. Peran Perawat Keluarga
Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat perlu
memerhatikan prinsip-prinsip berikut.
a. Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif.
b. Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
8/63
15
c. Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap
perkembangan keluarga.
d. Menerima dan mengakui struktur keluarga.
e. Menekankan pada kemampuan keluarga.
Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut.
a. Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga,terutama untuk memandirikan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang memiliki masalah
kesehatan.
b. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat
bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif.
c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan keperawatan dapat
diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota
keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan.
d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan
supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan
rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun
yang tidak.
e. Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat
keluarga untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.
f. Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu,
keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
9/63
16
keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu
memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.
g. Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat
memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota
keluarga.
h. Sebagai modifikasi lingkungan, perawat komunitas juga harus dapat
memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan
masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan
yang sehat.
(Sudiharto dan Sri Setyowati, 2007 : 29 dan 43)
B. Konsep Penyakit
Beberapa pengertian DHF (Dengue Haemoragic Fever) menurut beberapa
ahli :
DHF(Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang terdapat pada
anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang
disertai leucopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenopati.
Trombositopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan (petekie) spontan.
(Noer Sjaefullah, 2000 : 20)
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri
demam manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan
yang dapat menyebabkan kematian.
(Arief Mansjoer, 2000 : 428)
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
10/63
17
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh empat serotype virus dengue dan ditandai dengan empat
gejala klinis utama yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan,
hepatomegali, dan tandatanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya
renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma
yang dapat menyebabkan kematian.
(Soegeng Soegijanto, 2002 : 45)
Dari beberapa pengertian DHF (Dengue Haemoragic Fever) diatas
penulis dapat menyimpulkan dengue haemoragic fever adalah satu penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam
disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat menyebabkan
kematian.
C. Anatomi dan Fisiologi
Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan
oksigen dari traktus digestivus dan dari paru-paru ke sel-sel tubuh. Selain
itu, sistem sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa
metabolism dari sel-sel ke ginjal, paru-paru, dan kulit yang merupakan
tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi
mencakup jantung, pembuluh darah dan darah.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
11/63
18
1. Jantung
Merupakan organ yang berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan
dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Terletak di dalam
thorak, diantara paru-paru, agak lebih ke arah kiri.
Gambar 1
anatomi sistem sirkulasi
(Sumber: Guyton, 2000)
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
12/63
19
Gambar 2
anatomi pembuluh darah
(Gambar: Syaifuddin, 2000)
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
13/63
20
Struktur jantung :
a. Atrium kanan
Atrium kanan berada disepanjang sebelah kanan jantung dan terbuka
pada bagian kirinya kedalam segitiga ventrikel kanan.
b. Atrium kiri
Atrium kiri berbentuk persegi tidak beraturan dengan vena pulmonalis
masuk kedalam setiap sudutnya.
c. Ventrikel kanan
Atrium ini berada pada bagian depan jantung, dan memompakan
darah keatas masuk ke arteri pulmonalis.
d. Ventrikel kiri
Dinding ventrikel kiri jauh lebih tebal dibandingkan dinding ventrikel
kanan namun strukturnya sama. Dinding yang tebal diperlukan untuk
memompa darah teroksigenasi dengan tekanan tinggi melalui
sirkulasi sistemik.
e. Katup bikuspidalis
Katup yang menjaga aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri.
f. Katup trikuspidalis
Katup yang terdapat antara atrium kanan dengan ventrikel kanan yang
terdiri dari 3 katup.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
14/63
21
g. Endokardium
Merupakan lapisan jantung yang terdapat disebelah dalam sekali,
yang terdiri dari jaringan indotel atau selaput lender yang melapisi
permukaan rongga jantung.
h. Myocardium
Merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot jantung, otot
jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot.
i. Pericardium
Lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus,
terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral yang bertemu
dipangkal jantung membentuk kantung jantung.
2. Pembuluh darah
Pembuluh darah ada tiga, yaitu :
a. Arteri (pembuluh nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventrikel kiri dan kanan. Beberapa
pembuluh darah arteri yang penting :
1) Arteri koronaria
Arteri yang mendarahi dinding jantung
2) Arteri subklavikula
Arteri bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher melewati
aksila.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
15/63
22
3) Arteri brachialis
Arteri pada lengan atas.
4) Arteri radialis
Arteri yang teraba pada pangkal ibu jari.
5) Arteri karotis
Arteri yang mendarahi kepala dan otak.
6) Arteri temporalis
Arteri yang teraba denyutnya pada depan telinga.
7) Arteri facialis
Teraba berdenyut di sudut rahang bawah.
8) Arteri femoralis
Arteri yang berjalan ke bawah menyusuri paha menuju ke
belakang lutut.
9) Arteri tibia
Arteri pada kaki.
10) Arteri pulmonalis
Arteri yang menuju ke paru-paru.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
16/63
23
Gambar 3
Struktur arteri
(Akhtyo, 2009 http://akhtyo.blogspot.com/2009/04/struktur arteri.html
Sabtu, 23 Mei 2009)
b. Kapiler (pembuluh rambut)
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang berasal dari
cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali di bawah
mikroskop. Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh,
kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi pembuluh
darah yang lebih besar yang disebut vena. Fungsi kapiler adalah :
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
17/63
24
1) Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.
2) Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan
jaringan.
3) Mengambil hasil-hasil dari kelenjar.
4) Menyerap hasl makanan yang terdapat di usus.
5) Menyaring darah yang terdapat di ginjal.
c. Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung. Beberapa vena yang
penting :
1) Vena Cava Superior
Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor
dari daerah kepala, thorak, dan ekstremitas atas.
2) Vena Cava Inferior
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua
organ tubuh bagian bawah.
3) Vena Jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung.
4) Vena Pulmonalis
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru-paru.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
18/63
25
Gambar 4
Struktur vena
(Akhtyo, 2009 http://akhtyo.blogspot.com/2009/04/struktur vena.html
Sabtu, 23 Mei 2009)
3. Darah
Beberapa pengertian menurut beberapa ahli :
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian, bagian cair
yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel-sel darah.
(Pearce Evelyn, 2008 : 133)
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat
tinggi yang berfungsi mengirimkan zat zat dan oksigen yang
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
19/63
26
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan bahan kimia hasil
metabolisme dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau
bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengn darah diawali dengan kata
hemo-atauhemato-yang berasal dari bahasa Yunanihaimayang berarti
darah.
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel sel di seluruh
tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut
zatzat sisa metabolisme dan mengandung berbagai bahan penyusun
sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai
penyakit. Hormonhormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui
darah. Proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat,
yaitu: sumsum tulang, hepar dan limpa.
(Syaifuddin, 2006 : 23)
a. Sumsum tulang
Sumsum tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah :
1) Tulang vertebrae
Vertebrae merupakan serangkaian tulang-tulang kecil yang
tidak teratur bentuknya dan saling berhubungan, sehingga tulang
belakang mampu melaksanakan fungsinya sebagai pendukung dan
penopang tubuh. Tubuh manusia mempunyai 33 vertebrae, tiap
vertebrae mempunyai korpus (badan ruas tulang belakang)
berbentuk kotak dan terletak di depan dan menyangga berat
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
20/63
27
badan. Bagian yang menjorok dari korpus ke belakang disebut
Arkus neoralis (lengkung neural) yang dilewati medulla spinalis
yang membawa serabut-serabut dari otak ke semua bagian tubuh.
Pada Arkus terdapat bagian yang menonjol pada vertebrae dan
dilekati oto-otot yang menggerakkan tulang belakang, yang
dinamakan Processus Spinalis.
2) Sternum (tulang dada)
Sternum adalah tulang dada. Tulang ini sebagai pelekatan
tulang costa dan klavikula. Sternum terdiri dari manubrium sterni,
Corpus Sterni, dan Processus Spinosis.
3) Costa (tulang iga)
Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang costa vertebra
sternalis, 3 pasang costa vertebra condrals dan 2 pasang costa
fluktuantes. Costa di bagian posterior tubuh melekat pada tulang
vertebrae dan bagian anterior melekat pada tulang sternum, baik
secara langsung maupun tidak langsung, bahkan ada yang sama
sekali tidak melekat.
b. Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar
pada tubuh manusia. Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen
di bawah diafragma. Kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
21/63
28
dextra dan lobus sinistra. Dari kedua lobus tampak adanya ductus
hepaticus dextra dan ductus hepaticus sinistra, kedua bertemu
membentuk ductus hepaticus komunis. Ductus hepaticus comunis
menyatu dengan ductus sistikus membentuk ductus coledaktus.
c. Limpa
Limpa terletak di bagian kiri atas abdomen limpa
berbentuk setengah bulan berwarna kemerahan. Limpa adalah organ
berkapsula dengan berat normal 100-150 gr. Limpa mempunyai 2
fungi sebagai organ limfoid dan mefagosit material tertentu dalam
sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi menghancurkan sel darah
merah yang rusak.
Volume darah pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat
darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan
jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama tergantung pada
umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Tekanan viskositas atau kekentalan dari pada darah lebih kental dari
pada air yaitu mempunyai berat jenis 1,041 1,067 dengan
temperature 38C dan Ph 7,37 7,45.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
22/63
29
Gambar 5
Komponen darah sel-sel darah
Fungsi darah secara umum terdiri atas :
a. Sebagai alat pengangkut
1) Mengambil O2atau zat makanan dari paru-paru untuk diedarkan
ke seluruh jaringan tubuh.
2) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-
paru.
3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan
dan dibagikan ke seluruh jaringan atau alat tubuh.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
23/63
30
4) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi
tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan
racun yang akan membinasakan tubuh dengan perantara leukosit,
antibodi atau zat-zat anti racun.
c. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh
Fungsi khususnya diterangkan lebih banyak di struktur atau
bagian-bagian dari masing-masing sel-sel darah dan plasma darah.
Gambar 6
Bagian-Bagian Darah
Sel-sel darah, ada tiga macam yaitu :
a) Eritrosit (sel darah merah)
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
24/63
31
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak
berhenti, ukurannya kira-kira 8 m, tidak dapat bergerak,
banyaknya kira-kira 5 juta dalam mm3. Eritrosit berwarna
kuning kemerahan karena didalamnya mengandung suatu zat
yang disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah
jika didalamnya banyak mengandung O2. Fungsi dari eritrosit
adalah mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan
melalui paru-paru.
Pengikat O2dan CO2 ini dilakukan oleh hemoglobin
yang telah bersenyawa dengan O2 disebut oksihemoglobin
yang telah bersenyawa dengan O2 disebut oksi hemoglobin
(Hb+ O2 HbO2) jadi O2dingkut dari seluruh tubuh sebagai
oksi hemoglobin dan kemudian dilepaskan dalam jaringan
HbO2 Hb+O2 dan seterusnya Hb akan mengikat dan
bersenyawa dengan Hb+ O2 HbO2CO2 yang disebut
karbondioksida hemoglobin (Hb+ CO2 HbCO2) yang mana
CO2akan dilepaskan dari paru-paru.
Eristrosit di buat dalam sumsum tulang, limpa dan
hati, yang kemudian akan beredar keseluruh tubuh selama 14-
15 hari, setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari
eritrosit yang mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin
yang menjadi Fe yang berguna untuk pembuatan eritrosit baru
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
25/63
32
dan hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat dalam eritrosit
yang berguna untuk mengikat O2dan CO2. Jumlah Hb dalam
orang dewasa kira-kira 11, 5-15 mg %. Normal Hb wanita 11,
5- 15, 5 mg % dan Hb laki-laki 13, 0- 17, 0 mg %.
Dari dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa
berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel
darah merah. Apabila keduanya berkurang maka keadaan ini
disebut anemia. Biasanya hal ini disebabkan karena pendarahan
yang hebat dan gangguan dalam pembuatan eritrosit.
Gambar 7
Struktur eritrosit yang berbentuk bikonkaf
b) Leukosit (sel darah putih)
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan
dapat bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia)
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
26/63
33
mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga dapat
dibedakan berdasar inti sel. Leukosit berwarna bening (tidak
berwarna), banyaknya kira-kira 4.000-11.000/mm3.
Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh, yaitu
membunuh dan memakan bibit penyakit atau bakteri yang
masuk ke dalam tubuh jaringan RES (Retikulo Endotel Sistem).
Fungsi yang lain yaitu sebagai pengangkut, dimana leukosit
mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus melalui
limpa ke pembuluh darah. Sel leukosit selain didalam
pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan tubuh
manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan karena
kemasukan kuman atau infeksi maka jumlah leukosit yang ada
dalam darah akan meningkat.
Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal
di dalam kelenjar limfe sekaran beredar dalam darah untuk
mempertahankan tubuh terhadap serangan bibit penyakit
tersebut. Macam-macam leukosit meliputi :
(1) Agranulosit
Sel yang tidak mempunyai granula, terdiri dari :
(a) Limfosit
Leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan
kelenjar limfe di dalam sitoplasmanya tidak terdapat
granula dan intinya besar, banyaknya 20-25%.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
27/63
34
Fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang
masuk ke dalam jaringan tubuh.
(b) Monosit
Fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 34%.
(2) Granulosit
(a) Neutrofil
Mempunyai inti, protoplasma banyaknya bintik-bintik,
banyaknya 60-70%.
(b) Eosinofil
Granula lebih besar, banyaknya kira-kira 24%.
(c) Basofil
Inti teratur dalam protoplasma terdapat granula besar,
banyaknya 1/2%.
Gambar 8
Jenis-jenis leukosit: (a) granulosit dan (b) agranulosit
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
28/63
35
(3) Trombosit (sel plasma)
Merupakan benda-benda kecil yang bentuknya dan
ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan ada
yang lonjong. Warnanya putih dengn jumlah normal
150.000-450.000/mm3. Trombosit memegang peran
penting dalam pembekuan darah, jika kurang dari normal.
Apabila timbul luka, darah tidak lekas membeku sehingga
timbul perdarahan terus menerus.
Proses pembekuan darah dibantu oleh zat Ca2+ dan
fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh
mendapat luka. Jika tubuh terluka, darah akan keluar,
trombosit pecah dan akan mengeluarkan zat yang disebut
trombokinase. Trombokinase akan bertemu dengan
protombin dengan bantuan Ca2+ akan menjadi thrombin.
Trombin akan bertemu dengan fibrin yang merupakan
benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur
letaknya, yang akan menahan sel darah, dengan demikian
pembekuan.
2) Plasma darah
Bagian darah encer tanpa sel-sel darah warna bening
kekuningan hampir 90% plasma darah terdiri dari :
(a) Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
29/63
36
(b) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan
lain-lain yang berguna dalam metabolisme dan juga
mengadakan osmotik).
(c) Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas
darah dan juga menimbulkn tekanan osmotik untuk
memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
(d) Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin).
(e) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
(Pearce Evelyn, 2008 : 121-167)
D. Etiologi
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke
dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe
yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut
terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara
serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini
berdiameter 40 meter dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai
macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel sel mamalia misalnya
sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun selsel Arthropoda misalnya
sel aedes Albopictus.
(Soedarto, 2001: 36)
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
30/63
37
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui
vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang
berperan berperan infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya
(Arief Mansjoer &Suprohaita, 2000: 420)
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan
vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya
melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di
daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua
nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang
biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana bejana yang
terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar
rumah di lubang lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan
daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk
betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari
terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.
(Soedarto, 2001 : 37)
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya
maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna,
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
31/63
38
sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama
tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever
(DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus
dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya
atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap
dengue dari ibunya melalui plasenta.
(Soedarto, 2001 : 38)
E. Patofisiologi
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang
jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal
di seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah
pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau
seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Pelepasan
zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga
cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya
perembesaran plasma akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang
terjadi hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem retikulo endotel bisa
terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti body yang akhirnya bisa
menyebabkan anaphylaxia.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
32/63
39
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan
menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia
yang berlanjut akan menyebabkan perdarahan karena gangguan trombosit
dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada perdarahan kelenjar
adrenalin.
Plasma merembas sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya
saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat
berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi
akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi
anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya renjatan ini
biasanya pada hari ke-3 dan ke-7.
Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya
gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler,
trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit
dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan
fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada intravaskuler (DIC) juga bisa
terjadi saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti petekie, ekimosis,
purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus
gastrointestinal.
(Salmiyatun, 2004 : 18 dan Soegeng Soegijanto, 2002 : 48)
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
33/63
40
F. Manifestasi Klinik
1. Masa Inkubasi
Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus
dengue ke dalam kulit , terdapat masa laten yang berlangsung 4 5 hari
diikuti oleh demam , sakit kepala dan malaise.
2. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlagsung selama 2 7 hari
kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan
dengan berlangsungnya demam , gejala- gejala klinik yang tidak spesifik
misalnya , anoreksia , nyeri punggung , nyeri tulang dan persendian ,
nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyertainya.
3. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari kedua dari demam dan
umumnya terjadi pada kulit , dan dapat berupa uji turniket yang positif ,
mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena , petekia dan purpura.
Selain itu juga dapat dijumpai epstaksis dan perdarahan gusi ,
hematomesis dan melena.
4. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba ,
meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah teraba. Bila terjadi
peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal , harus diperhatikan
kemungkinan akan terjadinya renjatan pada penderita.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
34/63
41
5. Renjatan ( syok )
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga sejak sakitnya
penderita , dimulai dengan tanda tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit
lembab , dingin pada ujung hidung , jari tangan dan jari kaki serta
cyanosis di sekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka
biasanya menunjukkan prognosis yang buruk. Nadi menjadi lembut dan
cepat , kecil bahkan sering tidak teraba. Tekanan darah sistolik akan
menurun sampai di bawah angka 80 mmHg.
6. Gejala klinik lain
Nyeri epigastrum , muntah-muntah , diare maupun obstipasi dan
kejang-kejang. Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan
akan terjadinya perdarahan gastrointestinal dan syok.
( Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002 )
G. Penatalaksanaan
Pemberantasan Dengue Haemoragic Fever (DHF) seperti juga
penyakit menular laibn didasarkan atas meutusan rantai penularan, terdiri
dari virus, aedes dan manusia. Karena sampai saat ini belum terdapat vaksin
yang efektif terdapat virus itu maka pemberantasan ditujukan pada manusia
terutama pada vektornya.
(Soemarmo, 2000 : 56)
Prinsip tepat dalam pencegahan DHF (Soemarmo, 2000 : 57)
1. Manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
35/63
42
melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada
tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu
sekolah dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi
penularan tinggi.
Menurut Rezeki S, 2002 : 22 ,
Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) ini yang
paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat
perindukannya dengan melakukan 3M yaitu :
a. Menguras tempattempat penampungan air secara teratur sekurang
kurangnya sxeminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya.
b. Menutup rapat rapat tempat penampung air.
c. Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat
menampung air hujan seperti dilanjutkan di baliknya.
Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever
(DHF) bersifat simtomatis dan suportif (Ngastiyah, 2001 : 344)
Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat,
Dengue Haemoragic Fever (DHF) sedang kadang kadang tidak
memerlukan perawatan, apabila orang tua dapat diikutsertakan dalam
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
36/63
43
pengawasan penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu
perburukan gejala klinik pada hari 3-7 sakit
( Purnawan dkk, 2001 : 571)
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA,
2004 : 203) yaitu: Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah,
masukan kurang) atau kejangkejang. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut,
pembesaran hati uji torniquet positif/negatif, kesakitan, Hb dan Ht/PCV
meningkat, Panas disertai perdarahan, Panas disertai renjatan.
Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF)
menurut UPF IKA, 2004 : 203 206 adalah.
Belum atau tanpa renjatan:
1. Grade I dan II
Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika
dan surface cooling. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan
asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan
Umur 6 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehari
Umur 1 5 tahun : 50 100 mg, 4 sehari
Umur 5 10 tahun : 100 200 mg, 4 kali sehari
Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari
Terapi cairan
1) infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak
dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
37/63
44
10 10 kg bersama sama di berikan minuman oralit, air susu
secukupnya
2) Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum
sebanyak banyaknya dan sesering mungkin.
3) Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan
infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita
dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik
untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
Dengan Renjatan ;
2. Grade III
a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg
dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral
hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi
dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung
berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi
cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
38/63
45
waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan
cairan dalam 24 jam diperhitungkan sebagai berikut :
100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan berat badan 26-30 Kg.
60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.
1. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam
keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat
lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma
atau plasma ekspander (dextran L atau yang lainnya) sebanyak 10
mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam
kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan
RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang
sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
2. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg
BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang
80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita
tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L
atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang
maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
39/63
46
H. Tumbuh Kembang Anak
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan
pertumbuhan dan perkembangan per definisi adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan(growth)berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang
bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran
panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolic (retensi
kalsium dan nitrogen tubuh).
2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak
terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan
pematangan fungsi organ/individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu
terjadi secara sinkron pada setiap individu.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
40/63
47
a. Tumbuh kembang Infant / bayi , umur 0 12 bulan
1) Umur 1 bulan :
Fisik : berat badan akan meningkat 150 200
gram/minggu, tinggi badan meningkat 2,5 cm /
bulan, lingkar kepala meningkat 1,5 cm/bulan.
Besarnya kenaikan seperti ini akan berlangsung
sampai bayi umur 6 bulan.
Motorik : Bayi akan mulai berusaha untuk mengangkat
kepala dengan dibantu oleh orang tua, tubuh
ditengkurapkan, kepala menoleh ke kiri ataupun ke
kanan, reflek menghisap, menelan, menggenggem
mulai positif.
Sensoris : Mata mengikuti sinar ke tengah
Sosialisasi : Bayi sudah mulai tersenyum pada orang yang ada
di sekitarnya
2) Umur 2 3 bulan :
Fisik : fontanel posterior sudah menutup
Motorik : mengangkat kepala, dada dan berusaha untuk
menahannnya sendiri dengan tangan, memasukkan
tangan ke mulut, mulai berusaha untuk meraih
benda-benda yang menarik yang ada di sekitarnya,
bisa di dudukkan dengan posisi punggung
disokong, mulai asyik bermain-main sendiri,dengan
tangan dan jari-jarinya.
Sensoris : sudah bisa mengikuti arah sinar ke tepi, koordinasi
ke atas dan ke bawah, mulai mendengarkan suara
yang didengarnya
Sosialisasi : Mulai tertawa pada seseorang, senang jika tertawa
keras, menangis sudah mulai berkurang.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
41/63
48
3) Umur 4 5 bulan :
Fisik : berat badan menjadi dua kali berat badan lahir,
ngeces karena tidak adanya koordinasi menelan
saliva
Motorik : jika di dudukkan kepala sudah bisa seimbang dan
punggung sudah mulai kuat, bila ditengkurapkan
sudah bisa mulai miring dan kepala sudah bisa
tegak lurus, berusaha meraih benda di sekitar
tangannya.
Sensoris : sudah bisa mengenal orang-orang yang sering
berada di dekatnya, akomodasi mata positif
Sosialisasi : senang jika berinteraksi dengan orang lain
walaupun belum pernah dilihat atau dikenalnya,
sudah bisa mengeluarkan suara petanda tidak
senang bila mainan atau benda miliknya diambil
oleh orang lain.
4) Usia 6 7 bulan :
Fisik : berat badan meningkat 90-150 gram/minggu, tinggi
badan meningkat 1,25 cm/bulan, lingkar kepala
meningkat 0,5 cm/bulan, besarnya kenaikan seperti
ini akan berlangsung sampai bayi berusia 12 bulan,
gigi sudah mulai tumbuh.
Motorik : bayi sudah bisa membalikkan badan sendiri,
memindahkan anggota badan dari tangan yang satu
ke tangan yang lainnya, mengmbil mainan dengan
tangannya, senang memasukkan kaki ke mulut,
sudah bisa memasukkan makanan ke mulut sendiri.
Sensoris : sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya
dengan yang tidak dikenalnya, jika bersama dengan
orang yang tidak dikenalnya bayi akan merasa
cemas, sudah dapat menyebut atau mengeluarkan
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
42/63
49
suara em...em...em..., bayi biasanya cepat menangis
jika terdapat hal-hal yang tidak disenanginyaakan
tetapi akan cepat tertawa lagi.
5) Umur 8 9 bulan :
Fisik : sudah bisa duduk dengan sendirinya, koordinasi
tangan ke mulut sangat sering, bayi mulai
tengkurap sendiri dan mulai belajar untuk
merangkak, sudah bisa mengambil benda dengan
menggunakan jari-jarinya.
Sensoris : bayi tertarik dengan bend-benda kecil yang ada
disekitarnya
Sosialisasi : bayi merasa cemas terhadap hal-hal yang belum
dikenalnya ( orang asing ) sehingga dia akan
menangis dan mendorong serta meronta-ronta,
merangkul/memeluk orang yang dicintainya, jika
dimarahi dia sudah bisa memberikan reaksi
menangis dan tidak senang, mulai mengulang kata-
kata dada...dada tetapi belum punya arti.
6) Umur 10 12 bulan :
Fisik : berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi
bagian atas dan bawah mulai tumbuh.
Motorik : sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan
lama, belajar berjalan dengan bantuan, sudah bisa
berdiri dan duduk sendiri, mulai belajar makan
dengan menggunakan sendok, akan tetapi lebih
senang menggunakan tangan, sudah bi8sa bermain
ci...luk...ba.., mulai senang mencorat-coret kertas.
Sensoris : sudah dapat membedakan bentuk
Sosialisasi : emosi positif, cemburu, marah, lebih senang pada
lingkungan yang sudah diketahuinya, merasa takut
pada situasi yang asing, mulai mengerti akan
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
43/63
50
perintah yang sederhana, sudah mngerti namanya
sendiri, sudah bisa menyebut abi,umi.
b. Tumbuh kembang Toddler, umur 1 3 tahun
1) Umur 15 bulan :
Motorik kasar : sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan
orang lain.
Motorik halus : sudah bisa memegangi cangkir,
memasukkan jari ke lubang, membuka
kotak , melempar benda.
2) Umur 18 bulan :
Motorik kasar : mulai berlari tetapi masih sering jatuh,
menarik-narik mainan, mulai senang naik
tangga tetapi masih dengan bantuan.
Motorik halus : sudah bisa makan dengan menggunakan
sendok, bisa membuka halaman buku,
belajar menyusun balok-balok.
3) Umur 24 bulan :
Motorik kasar : berlari sudah baik, dapat naik tangga
sendiri dengan kedua kaki tiap tahap.
Motorik halus : sudah bisa membuka pintu, membuka
kunci, menggunting sederhana, minum
dengan menggunakan cangkir, sudah dapat
menggunakan sendok dengan baik.
4) Umur 36 bulan :
Motorik kasar : sudah bisa naik turun tangga tanpa
bantuan, memakai baju dengan bantuan,
mulai bisa naik sepeda roda tiga.
Motorik halus : bisa menggambar lingkaran, mencuci
tangannya sendiri, menggosok gigi.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
44/63
51
c. Tumbuh kembang Pra Sekolah
1) Usia 4 tahun
Motorik kasar : berjalan berjinjit, melompat, melompat
dengan satu kaki, menangkap bola dan
melemparkannya dari atas kepala.
Motorik halus : sudah bisa menggunakan gunting dengan
lancar, sudah bisa menggambar kotak,
menggambar garis vertikal maupun
horizontal, belajar membuka dan
memasang kancing baju.
2) Usia 5 tahun
Motorik kasar : berjaln mundur sambil berjinjit, sudah bisa
menangkap dan melempar bola dengan
baik, sudah dapat melompat dengan kaki
secara bergantian.
Motorik halus : menulis dengan angka-angka, menulis
dengan huruf, menulis dengan kata-kata,
belajar menulis nama, belajar mengikat tali
sepatu.
Sosial emosional : bermain sendiri mulai berkurang,sering
berkumpul dengan teman sebaya, interaksi
sosial selama bermain meningkat, sudah
siap untuk menggunakan alat-alat bermain.
Pertumbuhan fisik : berat badan meningkat 2,5 kg/tahun, tinggi
badan meningkat 6,75 7,5 cm/tahun.
d. Tumbuh kembang Usia Sekolah
Motorik : lebih mampu menggunakan otot-oto kasar
daripada otot-otot halus . Misalnya lompat tali,
batminton, bola volley,pada akhir masa sekolah
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
45/63
52
motorik halus lebih berkurang, anak laki-laki
lebih aktif daripada anak perempuan.
Sosial emosional : mencari lingkungan yang lebih luas sehingga
cenderung sering pergi dari rumah hanya untuk
bermain dengan teman, saat ini sekolah sangat
berperan untuk membentuk pribadi anak, di
sekolah anak harus berinteraksi dengan orang
lain selain keluarganya, sehingga peranan guru
sangatlah besar.
Pertumbuhan fisik : berat badan meningkat 2 3 kg/tahun, tinggi
badan meningkat 6 7 cm/tahun.
e. Tumbuh Kembang Remaja ( Adolescent )
Pertumbuhan fisik : merupakan tahap pertumbuhan yang sangat
pesat, tinggi badan 25 %, semua sistem tubuh
berubah dan yang paling banyak perubahan
adalah sistem endokrin, bagian bagian tubuh
tertentu memanjang, misalnya tangan, kaki,
proporsi tubuh memanjang.
Sosial emosional : kemampuan kan sosialisasi meningkat, relasi
dengan teman wanita/pria akan tetapi lebih
penting dengan teman yang sejenis,
penampilan fisik remaja sangat penting karena
supaya mereka diterima oleh kawan dan
disamping itu pula persepsi terhadap badannya
akan mempengaruhi kosep dirinya, peranan
orang tua/keluarga sudah tidak begitu penting
tetapi sudah mulai beralih pada teman sebaya.
(Soetjiningsih, 2002 : 1)
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
46/63
53
I. Komplikasi
Adapun komplikasi dariDengue Haemoragic Feveradalah
1. Perdarahan
Perdarahan pada Dengue Haemoragic Fever disebabkan adanya
perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan koagulopati, dan
trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda dalam
sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendesi
perdarahan saluran cerna, hematemesis, melena.
2. Kegagalan Sirkulasi
DSS (Dengue Syock Syndrome) biasanya terjadi sesudah hari 2-7
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena, preload, miokardium, penurunan volume
sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan
sirkulasi dan penurunan perfusi organ. Dengue Syock Syndrome juga
disertai dengan kegagalan homeostatis mengakibatkan aktifitas dan
integritas sistem kardiovaskuler, perfusi miokard dan curah jantung
menurun, sirkulasi darah terganggu dan iskemi jaringan dan kerusakan
fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan
organ sehingga pasien akan meninggal dalam waktu 12-24 jam.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
47/63
54
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan
nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobules hati dan sel-sel
kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limfosit yang lebih besar dan
lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibodi.
4. Efusi Pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasi cairan intravaskuler sel, hal tersebut dapat dibuktikan adanya
cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea.
J. Pengkajian Fokus
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Utama DHF (Dengue
H aemorr agic F ever)
Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga dengan DHF menurut Friedman.
1. Identitas Data
a. Nama Kepala Keluarga :
b. Usia :
c. Pendidikan :
d. Pekerjaan :
e. Alamat :
f. Komposisi keluarga
Jumlah keluarga yang banyak (extended family), status sosial
ekonomi menurun dan tingkat pendidikan dan pengetahuan rendah
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
48/63
55
menyebabkan keluarga tidak mampu menjalankan 5 fungsi keluarga
di bidang kesehatan (5 tahap) terhadap penderita DHF di keluarga.
g. Tipe keluarga
Biasanya tipe keluarga besar yang ekonominya rendah, lebih
berpengaruh terhadap status kesehatan terutama DHF.
h. Suku bangsa
Asal suku, identifikasi budaya suku yang terkait dengan masalah
kesehatan.
i. Agama
Agama yang dianut serta kepercayaan yang dapat berpengaruh pada
persepsi keluarga dalam pengobatan atau perawatan pada penderita
DHF.
j. Status sosial ekonomi keluarga
Pendidikan yang rendah, didukung pendapatan yang rendah pula kan
berpengaruh pada keluarga dalam mengenal masalah DHF dalam
pengambilan keputusan, dan keluarga tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan gizi pada penderita DHF serta
biaya pengobatannya.
k. Latar Belakang Budaya
1) Kebiasaan fasilitas Kesehatan
Keluarga mempunyai kebiasaan jika ada anggota keluarga yang
sakit, sumber pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
49/63
56
merupakan tempat pertama yang dituju dalam rangka
pengobatan. Contohnya Puskesmas.
2) Pengobatan Tradisional
Keluarga biasanya hanya memberikan pengobatn tradisional,
misalnya untuk mengurangi demam, keluarga menganjurkan
penderita untuk istirahat dan jika masih demam hanya dibelikan
obat di warung.
l. Aktivitas di waktu senggang
Kebiasaan aktivitas yang mempengaruhi penderita DHF yaitu
aktivitas yang banyak apalagi di tempat yang kotor. Penderita DHF
harus mengurangi aktivitas, istirahat dan harus bayak minum air putih
secara teratur.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Anggota keluarga yang tertua akan berpengaruh pada keluarga,
dalam pengambilan keputusan untuk mengatasi masalah.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Dalam tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi misalnya
dalam masalah kesehatan, keluarga belum bisa meningkatkan
kesehatan anggota keluarga.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
50/63
57
c. Riwayat keluarga inti
Jika dalam silsilah keluarga didapatkan anggota keluarga ada yang
menderita DHF maka tidak dapat beresiko pada kerabat atau
keturunan berikutnya untuk menderita DHF, sebab DHF merupakan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue.
3. Data Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Karakteristik luas tipe, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan
ruangan, peletakan perabot, jarak sumber air dengan septic tank,
sumber air yang digunakan, status kepemilikan dan denah rumah.
Keadaan rumah yang kecil, sempit, kotor, ventilasi yang kurang,
perabotan rumah berserakan, penataan ruangan atau kamar yang
banyak baju bergantungan. Hal tersebut merupakan faktor
predisposisi timbulnya penyakit DHF. Di samping itu, tempat-tempat
di luar rumah penderita DHF, misal : lingkungan dengan kondisi atau
keadaan kotor, pembuangan sampah terbuka, pembuangan air limbah
tidak lancar.
(Nelson, 2001)
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Karakteristik fisik tetangga dan masyarakat yang berpengaruh pada
penyakit DHF, misal : sanitasi jalan terlihat kumuh, rumah,
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
51/63
58
pekerjaan, kelas sosial dan karakteristik sosial budaya masyarakat,
serta sulitnya masyarakat menggunakan transportasi.
c. Mobilitas geografis keluarga
Penderita DHF biasanya sering bertempat tinggal di daerah yang
kumuh, kotor sehingga akan mempengaruhi pada penderita DHF.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga menyadari pentingnya intoleransi dengan masyarakat dan
menggunakan fasilitas pelayanan masyarakat misalnya pelayanan
kesehatan.
e. Sistem pendukung keluarga
Biasanya yang membantu keluarga saat membutuhkan bantuan
adalah tetangga dekat atau sanak keluarga dan petugas kesehatan
dalam membantu kesehatan keluarga.
4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Kurang komunikasi diantara keluarga yang menderita DHF akan
mempengaruhi pengambilan keputusaN dalam memutuskan suatu
masalah.
b. Struktur kekuatan keluarga
Dalam keluarga yang membuat keputusan dalam menyelesaikan
masalah biasanya dilakukan oleh kepala keluarga dengan cara
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
52/63
59
demokrasi. Jika kepala keluarga tidak mampu mengambil keputusan
tepat dalam mengatasinya maka dapat memperberat penyakit DHF.
c. Struktur Peran
Peran kepala keluarga adalah memenuhi kebutuhan anggota
keluarganya dn setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-
masing dalam menaggulangi, mencegah serta merawat anggota
keluarga yang sakit.
d. Nilai dan norma keluarga
Keluarga mempunyai persepsi bahwa suatu penyakit tidak dapat
sembuh tanpa diobati seperti DHF tidak dapat sembuh tanpa
pengobatan.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Perhatian yang kurang sehingga penderita DHF tidak mendapatkan
perawatan kesehatan yang dibutuhkan.
b. Fungsi Sosialisasi
Tingkat kependidikan dan pengetahuan masyarakat rendah, sehingga
dalam proses sosialisasi masyarakat, keluarga tidak mendapatkan
informasi yang tepat tentang DHF dan penanganannya.
c. Fungsi Kesehatan
Keluarga mampu melakukan lima tugas kesehatan keluarga yaitu :
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
53/63
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
54/63
61
b. Stressor jangka panjang
Keluarga mampu bertindak tenang dan sabar dalam perawatan DHF
dan pengobatannya.
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Keluarga begitu peka terhadap situasi yang terjadi dalam anggota
keluarga, sehingga akan lebih cepat dalam mengambil keputusan
sehingga tidak berakibat buruk, misal akibat atau komplikasi dari DHF
(Dengue Haemorragic Fever).
d. Strategi koping yang digunakan
Keluarga yang menggunakan mekanisme koping yang tidak adaptif
terkait dengan masalah kesehatan yang muncul, misal tidak segera
membawa anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan
cenderung akan mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga.
7. Keluhan utama
Penderita mengeluh badannya panas (peningkatan suhu tubuh) sakit
kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
8. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil
dan saat demam kesadaran kompos mentis. Turunya panas terjadi antara
hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
55/63
62
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan
pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis.
9. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya
mengalami serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.
10. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan
akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
11. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut
dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi
kurang.
12. Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan
yang kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang
di kamar).
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
56/63
63
13. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme
Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang, dan nafsu makan menurun.
b. Eliminasi BAB
Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau
konstipasi. Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi BAK
Eliminasi BAK: perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau
banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirahat
Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan
kuantitas tidur maupun istirahatnya kurang.
e. Kebersihan
Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada
keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
14. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak
adalah :
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
57/63
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
58/63
65
k. Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot,
sendi tulang
l. Genetalia : bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang
kateter
15. Sistem integumen
Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin dan lembab.
Kuku sianosis atau tidak.
a. Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tamp0ak kemerahan karena demam
(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan
(epistaksis) pada grade II,III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa
mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi
perdarahan telingga (grade II, III, IV ).
b. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan,
(efusi pleura), rales, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III
dan IV.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
59/63
66
c. Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
Ekstremitas : akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta
tulang.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
60/63
67
K. Pathways Keperawatan
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
61/63
68
L. Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. L dikeluarga Tn.
A dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat An. L yang
mengalami DHF (Dengue Haemorragic Fever).
2. Kurangnya volume cairan tubuh pada An. L dikeluarga Tn. A dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah An. L yang
mengalami DHF (Dengue Haemorragic Fever).
3. Kurangnya pengetahuan pada An. L dikeluarga Tn. A dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah An. L yang
mengalami DHF (Dengue Haemorragic Fever).
M. Fokus Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan 1
a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi
dapat terpenuhi.
b) Rencana tindakan
1) Pencegahan primer
- Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
- Meyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah kontipasi.
- Mengkaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan.
- Menurunkan kebutuhan metabolisme untuk mencegah
penurunan kalori dan simpanan energi dengan melakukan tirah
baring atau pembatasan aktivitas selama fase sakit.
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan masukan Fe, protein dan
Vitamin C.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
62/63
69
2) Pencegahan sekunder
- Anjurkan untuk sediakan makanan dalam ventilasi yang baik,
lingkungan menyenangkan karena lingkungan yang
menyenangkan akan menurunkan stress dan lebih kondusif
untuk makan.
- Berikan kebersihan oral karena mulut yang bersih dapat
meningkatkan rasa makanan.
3) Pencegahan tersier
- Monitor mual dan muntah.
- Monitor adanya penurunan BB.
- Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan.
- Kolaborasi nutrisi perenteral total, terapi IV sesuai indikasi.
2. Diagnosa Keperawatan 2
a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak adanya
tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan.
b) Rencana tindakan
1) Pencegahan primer
- Pantau status hidrasi (kelembaban membran, nadi akurat).
- Monitor masukan makanan/cairan.
2) Pencegahan sekunder
- Anjurkan banyak minum 1500-2000 ml/hari.
- Batasi aktivitas yang menguras tenaga.
3) Pencegahan tersier
- Kolaborasi dokter juga pemberian cairan IV sesuai dengan
suhu ruangan.
- Memberikan deuritik sesuai intruksi.
-
7/24/2019 Jtptunimus Gdl Wahyunovia 6390 2 Bab2dhf
63/63