juknis pem invest mei 2009
TRANSCRIPT
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
1/154
Lampiran : Keputusan BPK-RI
Nomor : 17/K/I-XIII.2/12/2008
Tanggal : 24 Desember 2008
PETUNJUK TEKNIS
PEMERIKSAAN INVESTIGATIF
ATAS INDIKASI TINDAK PIDANA KORUPSIYANG MENGAKIBATKAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
2 0 0 8
301.000/2008
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
2/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
UUD 1945
Peraturan Per-UU-an Pemeriks aan Keuangan Negara
SPKN
PMP
Kode Etik
100
Pemeriksaan Keuangan
300
Pemeriksaan Dengan Tujuan
Tertentu
101.000
Pemeriksaan LKPP dan LKKL
102.000
Pemeriksaan LKPD
100.003
Penetapan Batas Materialitas
Pemeriksaan Keuangan
100.004Penentuan Metode Uji Petik
Pemeriksaan Keuangan
100.002
Pemahaman dan Penilaian
Risiko Pemeriksaan
100.001
Pemahaman dan Penilaian SPI
Pemeriksaan Keuangan
200.001
Penentuan Area Kunc i
302.000
Pemeriksaan Pengelolaan
Lim bah RSUP/RSUD
303.000
Pemeriksaan Pengendalian
Pencemaran Udara DariSumber Bergerak
201.000
Pemeriksaan Atas Rehabilitasi
Hutan dan Lahan (RHL)
304.000
Pemeriksaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
203.000Pemeriksaan At as
Pengendalian dan
Pengelolaan Limbah Indust ri
200.002
Penentuan Krit eria
Pedoman Umum
Juklak
Juknis
103.000
Pemeriksaan atas Laporan
Keuangan Bank Indonesia
301.000
Pemeriksaan Investigatif atas
Indikasi TPK yangMengakibatkan Kerugian
Negara/Daerah
400
Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu
500
Penatalaksanaan Kertas Kerja Pemeriksaan
400.001
Reviu Pemeriksaan
600Pemeriksaan Berperspektif Lingkungan Hidup
200
Pemeriksaan Kinerja
302.000
Pemeriksaan Pengelolaan
Lim bah RSUP/RSUD
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
3/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Daftar Isi
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................................... i
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1A. Latar Belakang .......................................................................................... 1B. Tujuan ...................................................................................................... 2C. Lingkup Bahasan....................................................................................... 3D. Dasar Hukum Penyusunan......................................................................... 4E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 4
BAB II GAMBARAN UMUM .................................................................................... 5
A.Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan Investigatif ....................... ......... ........ 5B.Konsep Pemeriksaan Investigatif............................................................... 5C. Jenis Penyimpangan .................................................................................. 6D.Aksioma dan Prinsip Pemeriksaan Investigatif .......................................... 7E. Peraturan Terkait Pemeriksaan Investigatif ................................................ 9F. Sasaran dan Ruang Lingkup Pemeriksaan Investigatif .............. ................. 10G.Kewajiban Pemeriksa Investigatif.............................................................. 10H.Kualitas Pemeriksa Investigatif ................................................................. 10I. Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan Investigatif. ............................................ 11
BAB III PRA PEMERIKSAAN INVESTIGATIF ......................................................... 15A. Umum....................................................................................................... 15B. Mekanisme Penanganan Informasi Awal................................................... 15C. Penanganan Informasi Awal...................................................................... 20
BAB IV PERSIAPAN PEMERIKSAAN INVESTIGATIF............. ............................... 29
A. Umum....................................................................................................... 29B. Pengembangan Hipotesa ........................................................................... 29C. Penyusunan Program Pemeriksaan ............................................................ 29D. Penentuan Kebutuhan Sumber Daya ......................................................... 32E. Penerbitan Surat Tugas ............................................................................. 32
BAB V PELAKSANAAN PEMERIKSAAN INVESTIGATIF .................................... 35
A. Umum....................................................................................................... 35B. Pembicaraan Pendahuluan......................................................................... 35C. Pengumpulan Bukti Pemeriksaan Berdasarkan Hipotesa .......... ................. 35
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
4/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Daftar Isi
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan ii
D. Analisis dan Evaluasi Bukti ...................................................................... 44E. Pemaparan Tim Pemeriksa di Lingkungan BPK........................................ 46F. Pemaparan Tim Pemeriksa dengan Instansi yang Berwenang ............ ........ 46G. Pembicaraan Akhir.................................................................................... 47
BAB VI PELAPORAN PEMERIKSAAN INVESTIGATIF.......................................... 49
A. Umum...................................................................................................... 49B. Prinsip Pelaporan Pemeriksaan Investigatif............................................... 49C. Susunan Laporan Pemeriksaan Investigatif ............................................... 50D. Reviu dan Tanda Tangan Laporan ............................................................ 52
BAB VII PENGHITUNGAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH................................ ... 53
A. Umum...................................................................................................... 53B. Tujuan ..................................................................................................... 53C. Ruang Lingkup ........................................................................................ 54D. Tahap-Tahap Pemeriksaan ....................................................................... 54
BAB VIII PENUTUP....................................................................................................... 61
A. Pemberlakuan Petunjuk Teknis Pemeriksaan Investigatif...................... ... 61B. Pemutakhiran Petunjuk Teknis Pemeriksaan Investigatif ............. ............ 61C. Pemantauan Petunjuk Teknis Pemeriksaan Investigatif......................... ... 61
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM
GLOSARIUM JUKNIS PEMERIKSAAN INVESTIGATIF
KETERANGAN GAMBAR
LAMPIRAN
TIM PENYUSUN JUKNIS PEMERIKSAAN INVESTIGATIF
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
5/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
DAFTAR LAMPIRAN
III.1 Hasil Telahaan Informasi Awal
III.2 Mekanisme Penanganan Informasi AwalIII.3 Tabel Kehandalan Sumber dan Validitas InformasiIII.4 Tabel Akuntabilitas Penanganan Sumber Informasi Awal
III.5 Hasil Analisis Informasi Awal
IV.1 Contoh Langkah-langkah Pemeriksaan
IV.2 Program Kerja PeroranganIV.3 Formulir Pengorganisasian Surat TugasIV.4 Matrik Komunikasi Kegiatan Persiapan Pemeriksaan
V.1 Bukti Pemeriksaan dan Bukti Hukum
V.2 Berita Acara Peminjaman DokumenV.3 Permintaan InformasiV.4 Teknik Wawancara
V.5 Berita Acara Permintaan Keterangan (BAPK)V.6 Berita Acara Pemeriksaan Fisik
V.7 Pengamanan Alat/Barang Bukti dan KKP
V.8 Matrik Unsur Tindak Pidana Korupsi
VI.1 Formulir Pengorganisasian Laporan Hasil Pemeriksaan Investigatif
VI.2 Matrik Komunikasi Kegiatan Pembuatan Laporan Hasil Pemeriksaan Investigatif
VII.1 Mekanisme Permintaan Penghitungan Kerugian Negara
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
6/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
7/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
BAB I
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
8/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab I
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang01 Praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) menyebabkan kerugian
bagi negara dan melanggar hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat. Untuk
itu, KKN di Indonesia harus diperangi dengan usaha keras dan langkah
tegas secara konsep maupun sistematis.
02 BPK sebagai lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam memeriksa
pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara, memiliki komitmen yangkuat untuk memerangi KKN bersama sama dengan semua pihak.
Kedudukan dan peran
BPK yang semakin kuatmengakibatkan BPK
perlu mengatur hal-hal
pokok yang memberikan
landasan yang seragam
bagi pemeriksa dalam
melakukan pemeriksaan
investigatif
03 Kedudukan BPK dalam struktur kenegaraan semakin kuat pasca
amandemen UUD 1945 yang mengubah ketentuan tentang BPK darisemula hanya 1 ayat menjadi 3 pasal 7 ayat. Kedudukan yang semakin kuat
ini didukung dengan diterbitkannya UndangUndang (UU) No. 17 Tahun
2003, UU No. 1 Tahun 2004, UU No. 15 Tahun 2004, dan UU No. 15Tahun 2006. Perubahan mendasar terletak pada lingkup pemeriksaan BPKyang semula hanya memeriksa tanggung jawab keuangan negara, menjadi
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Hal ini
membawa konsekuensi yuridis semakin besarnya mandat yang diembanBPK. Untuk menyelenggarakan mandat tersebut berdasarkan Pasal 4 UU
No. 15 Tahun 2006, BPK melaksanakan pemeriksaan keuangan negara
yang meliputi pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja dan pemeriksaandengan tujuan tertentu.
04 Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan
dengan tujuan khusus di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaankinerja, yaitu untuk memberikan simpulan atas suatu hal yang diperiksa.
Termasuk dalam pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaaninvestigatif. Pemeriksaan investigatif merupakan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu dengan prosedur eksaminasi.
05 Pemeriksaan investigatif dilakukan berdasarkan informasi awal yang
bersumber dari internal maupun eksternal BPK. Berdasarkan Pasal 13 UU
No. 15 Tahun 2004, pemeriksa dapat melaksanakan pemeriksaan
investigatif guna mengungkap adanya indikasi kerugian negara/daerahdan/atau unsur pidana.
06 Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) Pernyataan Standar
Pemeriksaan (PSP) 06 dan 07, menyatakan bahwa tujuan tersebut di atasdicapai dengan cara mendeteksi terjadinya penyimpangan dari ketentuanperaturan perundang-undangan, kecurangan (fraud), serta ketidakpatutan
(abuse). Penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangantersebut adalah penyimpangan yang mengandung unsur pidana yang terkait
dengan hal yang diperiksa.
07 Selanjutnya ketentuan Pasal 14 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2004 mengatur
bahwa apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK segeramelaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Laporan tersebut dijadikan
sebagai dasar penyidikan oleh pejabat penyidik yang berwenang sesuaidengan peraturan perundang-undangan.
08 Pemeriksaan investigatif yang dilakukan berdasarkan Pasal 13 UU No. 15
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
9/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab I
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 2
Tahun 2004 adalah pemeriksaan investigatif terkait dengan tindak pidana
yang terjadi dalam pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara,
seperti tindak pidana korupsi, tindak pidana di bidang perpajakan, tindakpidana di bidang perbankan atau tindak pidana di pasar modal.
09 Tindak pidana korupsi yang diatur dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo UU
No. 20 Tahun 2001 menyebutkan beberapa jenis tindak pidana korupsiantara lain korupsi yang terkait dengan kerugian negara, korupsi yang
terkait dengan suap-menyuap, korupsi yang terkait dengan penggelapandalam jabatan, korupsi yang terkait dengan perbuatan pemerasan, korupsiyang terkait dengan perbuatan curang, korupsi yang terkait dengan benturankepentingan dalam pengadaan, dan korupsi yang terkait dengan gratifikasi.
10 Petunjuk teknis ini khusus mengatur tentang pemeriksaan investigatif atasindikasi tindak pidana korupsi yang mengakibatkan kerugian negara/daerah,supaya juknis ini bisa lebih fokus, mengingat banyaknya tindak pidana
terkait kerugian negara maupun jenis tindak pidana korupsi. Selain itu, jenis
TPK yang mengakibatkan kerugian negara/daerah adalah jenis perbuatan
melawan hukum yang sering ditemukan oleh pemeriksa BPK di lapangan.Perbuatan melawan hukum terkait tindak pidana dan tindak pidana korupsilainnya akan diatur oleh juknis tersendiri.
11 Selama belum ada juknis tersendiri yang mengaturnya, juknis ini bisadijadikan acuan untuk melakukan pemeriksaan investigatif atas tindakpidana selain tindak pidana korupsi yang mengakibatkan kerugian
negara/daerah.
12 Pedoman pemeriksaan investigatif sebelumnya telah ditetapkan dengan
pedoman pemeriksaan yaitu Keputusan BPK No. 17/SK/K/1995 tentangPemeriksaan Khusus. Sejalan dengan perkembangan organisasi dan
peraturan perundang-undangan khususnya bidang pemeriksaan pengelolaandan tanggung jawab keuangan negara, dipandang perlu menyempurnakan
Pedoman dimaksud.
13 Dengan ditetapkannya juknis pemeriksaan investigatif atas indikasi tindakpidana korupsi yang mengakibatkan kerugian negara/daerah diharapkan
pemeriksa dapat melakukan pemeriksaan investigatif atas indikasi tindakpidana korupsi yang mengakibatkan kerugian negara/daerah denganpemahaman, pemikiran dan tindakan yang sama, sehingga diperoleh hasilpemeriksaan investigatif yang obyektif, akurat, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
B.Tujuan14 Tujuan Juknis pemeriksaan investigatif atas indikasi tindak pidana korupsi
yang mengakibatkan kerugian negara/daerah ini adalah untuk :1.Menyamakan pemahaman atas pemeriksaan investigatif atas indikasi
tindak pidana korupsi yang mengakibatkan kerugian negara/daerah;
2.Memberikan pedoman kepada pemeriksa yang melakukan pemeriksaaninvestigatif atas indikasi tindak pidana korupsi yang mengakibatkan
kerugian negara/daerah sehingga perencanaan, pelaksanaan, danpelaporan pemeriksaan investigatif dapat selaras dan dapat segera
ditindaklanjuti oleh instansi yang berwenang;
3. Mengefektifkan pelaksanaan pemeriksaan investigatif atas indikasitindak pidana korupsi yang mengakibatkan kerugian negara/daerah agar
mencapai hasil pemeriksaan yang optimal sesuai dengan standarpemeriksaan.
Tujuan JuknisPemeriksaan Investigatif
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
10/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab I
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 3
C.Lingkup Bahasan15 Juknis pemeriksaan ini mengatur tentang tata cara pelaksanaan pemeriksaan
investigatif atas indikasi tindak pidana korupsi yang mengakibatkan
kerugian negara/daerah mulai dari tahap pra pemeriksaan investigatif hinggatahap pelaporan. Juknis ini juga berisi pedoman pelaksanaan pemeriksaan
investigatif dalam rangka penghitungan kerugian negara/daerah atas
permintaan instansi yang berwenang.
Lingkup juknis
16 Definisi keuangan negara/daerah mengacu kepada definisi yang terdapatdalam Pasal 1 angka 1 dan Pasal 2 UU No. 17 Tahun 2003 yaitu semua hak
dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu
baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negaraberhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Keuangan
negara tersebut meliputi:
1. Hak Negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkanuang, dan melakukan pinjaman;
2. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umumpemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
3. Penerimaan Negara;4. Pengeluaran Negara;5. Penerimaan Daerah;6. Pengeluaran Daerah;7. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak
lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lainyang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkanpada perusahaan negara/perusahaan daerah;
8. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangkapenyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
9. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yangdiberikan pemerintah.
17 Pengertian kerugian negara/daerah dapat diartikan sebagaimana tercantumdalam Pasal 1 angka 22 UU No. 1 Tahun 2004 dan pengertian dalam
perspektif Pasal 2 dan Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun
2001.Pasal 1 angka 22 UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
mendefinisikan kerugian negara/daerah adalah kekurangan uang, surat
berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibatperbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.
Dalam perspektif Pasal 2 dan Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, kerugian negara
adalah kerugian yang disebabkan karena perbuatan melawan hukum atautindakan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
pada seseorang karena jabatan atau kedudukannya dibedakan atas:1.Kerugian yang secara nyata telah ada, yaitu kerugian negara yang sudah
dapat dihitung jumlahnya; dan
2.Kerugian yang belum nyata dan pasti atau masih bersifat potensi.Meskipun baru potensi, nilai kerugian negara tersebut harus dapat
dihitung.
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
11/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab I
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 4
D.Dasar Hukum Penyusunan18 Dasar hukum penyusunan juknis ini adalah:
1. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaandan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4400);
2. Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan PemeriksaKeuangan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 4654);
3. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentangStandar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 4707);
4. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 31/SK/I-VIII.3/8/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang Tata Cara Pembentukan
Peraturan, Keputusan, dan Naskah Dinas Pada Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia;
5. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 39/K/I-VIII.3/7/2007tanggal 13 Juli 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;
6. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008tanggal 19 Februari 2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan;
7. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 09/K/I-XIII.2/7/2008tanggal 31 Juli 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata CaraPenyusunan atau Penyempurnaan Pedoman Pemeriksaan dan Non
Pemeriksaan
Dasar hukum penyusunan
E.Sistematika Penulisan19 Juknis Pemeriksaan ini disusun dengan sistematika penyajian sebagai
berikut:
Juknis ini terdiri daridelapan bab
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Gambaran UmumBab III : Pra Pemeriksaan InvestigatifBab IV : Persiapan Pemeriksaan Investigatif
Bab V : Pelaksanaan Pemeriksaan InvestigatifBab VI : Pelaporan Pemeriksaan InvestigatifBab VII : Penghitungan Kerugian Negara/Daerah
Bab VIII : PenutupReferensi
Lampiran-Lampiran
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
12/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
BAB II
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
13/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab II
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 5
BAB II
GAMBARAN UMUM
A.Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan Investigatif01 Pemeriksaan investigatif berbeda dengan pemeriksaan keuangan dan
pemeriksaan kinerja yang sifatnya proaktif yaitu untuk melihat kelemahan
Sistem Pengendalian Intern (SPI), terutama yang berkenaan dengan
safeguarding of asset, yang rawan akan terjadinya penyimpangan.
Pemeriksaaninvestigatif berbeda
dengan pemeriksaan
keuangan atau kinerja
02 Pemeriksaan investigatif bersifat reaktif, yakni pemeriksaan yang dilakukan
sesudah ditemukannya indikasi awal adanya penyimpangan.
Penyimpangan merupakan definisi yang dipakai sebagai payung dari
berbagai macam white-collar crime, seperti penyalahgunaan aset, suap,
korupsi, pencucian uang, penghindaran pajak, sertafraudulent statements.
Pemeriksaan investigatif merupakan pemeriksaan lanjutan dari auditing,auditing yang lebih khusus dan mendalam, yang menuju pada
pengungkapan penyimpangan.
Pemeriksaaninvestigatif bersifat
reaktif
03 Pemeriksaan investigatif merupakan bagian dari akuntansi forensik, yaitu
aplikasi keterampilan/keahlian keuangan/akuntansi dan cara berpikir
investigatif untuk memecahkan masalah-masalah hukum. Hal ini memiliki
makna bahwa hasil akuntansi forensik dapat dijadikan alat bukti untuk suatutuntutan di pengadilan atau layak untuk menjadi perdebatan publik.
Sebagai disiplin ilmu, akuntansi forensik mencakup keahlian keuangan,
pengetahuan bisnis, pengetahuan tentang fraud, teknologi informasi, sertapemahaman akan sistem hukum.
Akuntansi forensik dapat diterapkan dalam berbagai bidang sepertipemeriksaan investigatif di perusahaan dan pemerintahan, proses litigasi,
penelusuran dan penilaian aset, serta reviu bisnis. Pemeriksaan investigatifmenerapkan teknik-teknik untuk merekonstruksi suatu peristiwa atau
transaksi untuk memastikan fakta mengenai siapa, apa, dimana, kapan,
mengapa, dan bagaimana di sekitar lingkungan kejadian atau transaksiyang sedang diperiksa.
Akuntansi forensik
04 Tujuan pemeriksaan investigatif sesuai dengan Pasal 13 UU No. 15 Tahun
2004 adalah pemeriksaan yang dilaksanakan guna mengungkap adanyaindikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana.
Tujuan pemeriksaan
investigatif
B.Konsep Pemeriksaan Investigatif05 Pemeriksaan reguler merupakan pengujian prosedural yang pelaksanaannya
dilakukan secara reguler atau berbasis pada pelaksanaan kerja untuk
menemukan indikasi penyimpangan. Bila ditemukan indikasi
penyimpangan maka pemeriksa akan memperluas ruang lingkuppemeriksaan dan melakukan analisa untuk membuktikan kebenaran indikasi
penyimpangan tersebut, dan kegiatan ini perlu menerapkan keahlian
pemeriksaan investigatif. Selain dari hasil pemeriksaan internal BPK,pemeriksaan investigatif dapat dilaksanakan berdasarkan dari informasieksternal, contohnya permintaan instansi yang berwenang atau pengaduan
masyarakat.
Pemeriksaan investigatif
dilaksanakan
berdasarkan informasi
awal dari pihak i nternal
dan eksternal
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
14/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab II
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 6
06 Secara garis besar langkah langkah pemeriksaan investigatif sebagaiberikut:
1. Menganalisis data yang tersedia. Kegiatan ini dilakukan pada tahapanpra pemeriksaan investigatif.
2. Mengembangkan hipotesis. Kegiatan ini dilakukan pada tahapanpersiapan pemeriksaan.
3. Menguji dan memperbaiki hipotesis. Kegiatan ini dilakukan padatahapan pelaksanaan pemeriksaan.
Garis besar langkah
pemeriksaan i nvestigati f
07 Dalam pemeriksaan, pemeriksa harus melakukan penelusuran yangmengarah pada upaya menemukan fakta serta menghindari pengumpulanfakta dan data yang berlebihan secara prematur. Penelusuran dapat
berdasarkan adanya dugaan, pengaduan, kecurigaan, dan fakta-fakta yangselanjutnya dianalisa untuk membuktikan kebenaran adanya penyimpangan.
Penelusuran fakta terkait
penyimpangan dan nia t
pelaku
08 Pemeriksaan investigatif perlu menggali niat pelaku melakukanpenyimpangan dan mampu membuktikan apakah penyimpangandilakukan
di dalam pembukuan atau di luar pembukuan.
09 Secara teori terdapat empat hal yang dapat menjadi penyebab terjadinyapenyimpangan, yaitu motivasi (motivation), adanya kesempatan
(opportunity), rasionalisasi (rationalisation), serta adanya kemampuan(capability).
Motivasi pelaku untuk melakukan penyimpangan sangat beragam, mulai
dari alasan ekonomi, tekanan dari atasan, sampai balas dendam. Adanya
kesempatan bagi pelaku untuk melakukan tindakan menyimpang terkaitdengan lemahnya Sistem Pengendalian Intern entitas yang diperiksa.
Rasionalisasi terkait dengan pembenaran diri si pelaku terkait dengan
budaya di entitas yang diperiksa, misalnya tidak adanya hukuman setimpalyang diberikan atas penyimpangan yang diperiksa atau keyakinan untuk
mengembalikan aset yang diambil.
Ketiga penyebab tersebut hanya akan terlaksana apabila pelaku memilikikemampuan untuk melakukan tindakan penyimpangan, misalnya keahlian
teknologi yang memudahkan pelaku untuk memalsukan dokumen.
Empat hal penyebab
terjadinya
penyimpangan
10 Dalam pelaksanaan pemeriksaan, kesempatan diberikan kepada pihakterkait untuk menyampaikan pendapatnya mengenai kejadian yangsebenarnya berdasarkan pendapat mereka masingmasing, dimana dan
bilamana peristiwa terjadi sehingga tersedia kesempatan untuk
membenarkan atau menolak semua indikasi, pengaduan, tuduhan ataupenyimpangan tersebut.
Tanggapan dari pihak
terkait
C.Jenis Penyimpangan11 Konvensi PBB anti korupsi atau United Nations Convention Against
Corruption(UNCAC) dalam Pasal 15 sampai 25 menguraikan perbuatan
perbuatan yang dikategorikan sebagai tindak pidana dan penegakan
hukumnya antara lain adalah: menyuap pejabat negara (bribery of nationalpublic officials), menyalahgunakan wewenang (abuse of functions), dan
melakukan pencucian hasil kejahatan(laundering of proceeds of crime).
Jenis penyimpangan
menurut UNCAC dan
ACFE
12 Secara skematis Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)membahas penyimpangan di tempat kerja atau penyimpangan terkait
dengan pekerjaan/jabatan seseorang (occupational fraud) dalam fraud tree
yang terdiri dari: korupsi (corruption), penyalahgunaan aset (assetmisappropriation), dan salah saji laporan keuangan (fraudulent statements).
13 Istilah korupsi (corruption)menurut ACFE serupa tetapi tidak sama dengan
istilah korupsi dalam UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
15/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab II
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 7
UU No. 20 Tahun 2001. Istilah korupsi menurut undang-undang tersebut
meliputi 30 Tindak Pidana Korupsi, sedangkan corruptionmenurut ACFE
adalah empat bentuk yaitu: konflik kepentingan (conflicts of interests),menyuap (bribery), gratifikasi ilegal (illegal gratuities), dan pemerasan
(economic extortion).
14 Istilah asset misappropriation atau pengambilan aset secara ilegal dalambahasa seharihari disebut mencuri. Namun dalam istilah hukum,
mengambil aset secara ilegal (tidak sah atau melawan hukum) yangdilakukan oleh seseorang yang diberi wewenang untuk mengelola ataumengawasi aset tersebut disebut menggelapkan. Istilah pencurian dalamfraud tree disebut larceny, yaitu mengambil aset yang dimiliki orang lain
dimana si pelaku tidak memiliki wewenang untuk mengelola atau
mengawasi aset tersebut. Istilah penggelapan dalam bahasa Inggrisnyaadalah embezzlement, dimana si pelaku memiliki wewenang untuk
mengelola atau mengawasi aset tersebut tetapi kemudian menyalahgunakanwewenang tersebut untuk menggunakan aset bagi kepentingan pribadinya.
15 Istilah fraudulent statements adalah penyimpangan berkaitan denganpenyajian laporan keuangan. Terdapat dua kelompok dalam penyimpanganini. Yang pertama adalah penyimpangan dalam menyusun laporan
keuangan yang terdiri dari: 1) menyajikan aset atau pendapatan lebih tinggi
dari yang sebenarnya, dan 2) menyajikan aset atau pendapatan lebih rendahdari yang sebenarnya. Yang kedua adalah penyimpangan dalam menyusun
laporan non keuangan secara menyesatkan, yang disajikan lebih bagus darikeadaan yang sebenarnya dan seringkali merupakan pemalsuan atau
pemutarbalikan keadaan. Keduanya bisa tercantum dalam dokumen yangdipakai untuk keperluan intern maupun ekstern.
D.Aksioma dan Prinsip Pemeriksaan Investigatif16 1.Aksioma Pemeriksaan Investigatif
Pernyataan dalam pemeriksaan investigatif antara lain:
Beberapa aksiomapemeriksaan i nvestigati f
a. Tidak sama dengan kejahatan lainnya, pada hakekatnyapenyimpangan itu disembunyikan keberadaannya. Perampok bankmenggunakan ancaman atau paksaan, sementara pelakupenyimpangan perbankan, mereka tidak saja mencuri uang bank,
tetapi juga menutupi jejak pencuriannya. Sehingga, tidak ada satu
pernyataan dari seseorang bahwa penyimpangan telah atau tidak
terjadi dalam situasi khusus.Cara untuk menyembunyikan penyimpangan amat banyak dankadangkadang amat kreatif sehingga setiap orang bahkan seorang
pemeriksa dapat melakukan kecurangan. Karena penyimpangan itudisembunyikan teknik pemeriksaan yang non konvensional sesuai
dengan kewenangan harus digunakan secara optimal, misalnya dengan
menggunakan keahlian komputer forensik (forensic computer).
b. Terkait dengan perolehan bukti, pemeriksa melakukan pembuktiandua sisi (reverse proof). Untuk membuktikan bahwa penyimpangan
telah terjadi, pemeriksa juga mencoba membuktikan bahwa
penyimpangan tidak terjadi. Demikian juga dalam usaha membuktikanpenyimpangan tidak terjadi, maka pemeriksa juga harus mencobamembuktikan bahwa penyimpangan telah tejadi.
Karena melakukan pembuktian bersifat dua sisi, teknik pemeriksaandalam mengumpulkan informasi/data harus diperoleh baik dari pihak
yang memberatkan dan pihak yang meringankan si pelaku
penyimpangan.
c. Untuk mendapatkan bahwa penyimpangan telah terjadi, pemeriksaharus juga berupaya membuktikan penyimpangan tidak terjadi.
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
16/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab II
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 8
Pemeriksaan agar dimulai dengan preposisi bahwa penyimpangan
telah terjadi atau sebaliknya hal itu tidak terjadi. Artinya dalam
melakukan pembuktian seorang pemeriksa agar mempertimbangkankemungkinan adanya penyangkalan dari pihak lain.
d. Penetapan adanya penyimpangan adalah mutlak tanggung jawabpengadilan. Dalam pelaksanaan pemeriksaan tanggung jawabpemeriksa adalah untuk mengungkap fakta kejadian, dalam proses
penyidikan tanggung jawab aparat penyidik adalah untukmengumpulkan bukti untuk menyusun tuntutan; dan dalam prosespengadilan, tanggung jawab hakim adalah untuk menyatakan bersalahatau tidak bersalahnya terdakwa.
Oleh karena itu, pemeriksa tidak boleh menyatakan pendapat
mengenai salah atau tidak bersalahnya seseorang atau pihak tertentu,pemeriksa harus mengembangkan sebuah teori bersalah atau tidak
bersalah dalam upaya membuktikan teori tersebut. Dengan asumsibahwa kasus tersebut akan dilimpahkan ke tingkat litigasi maka dalam
melakukan pengujian seorang pemeriksa harus mempertimbangkankemungkinan - kemungkinan yang terjadi di pengadilan.
17 2.Prinsip Pemeriksaan InvestigatifSesuai Pasal 8 ayat (4) UU No. 15 Tahun 2006, laporan pemeriksaan
investigatif yang dilakukan oleh BPK dijadikan dasar penyidikan olehpejabat penyidik yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Oleh karena itu pelaksanaan pemeriksaan memerlukanpenerapan kecerdasan, pertimbangan yang sehat dan pengalaman, serta
pemahaman terhadap ketentuan perundangundangan dan prinsip prinsip pemeriksaan investigatif guna pemecahan masalah yang dihadapi.
Prinsip-prinsip
pemeriksaan i nvestigati f
Beberapa prinsip dalam melakukan pemeriksaan yang perlu diperhatikanadalah:
a. Pemeriksaan harus dilandasi praktik-praktik terbaik yang diakui,dengan cara membandingkan antar praktik yang ada dengan merujukkepada yang terbaik pada saat itu. Upaya ini dilakukan terus menerusuntuk mencari solusi terbaik.
b. Pemeriksaan investigatif adalah upaya mencari kebenaran, denganmemperhatikan keadilan dan berdasarkan pada ketentuan peraturanperundangundangan yang berlaku.
c. Kegiatan pemeriksaan termasuk pengumpulan buktibukti denganprinsip kehati-hatian sehingga bukti tersebut dapat diterima dipengadilan.
d. Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman,terlindungi dan diberi indeks dan jejak pemeriksaan tersedia. Hal inidiperlukan jika digunakan sebagai referensi atas penyidikan kasus di
kemudian hari.
e. Pastikan bahwa pemeriksa investigatif mengerti hak-hak asasipegawai dan senantiasa menghormatinya guna menghindarikemungkinan penuntutan dari yang bersangkutan.
f. Semakin dekat selang waktu antara terjadinya penyimpangan dengansaat meresponnya, maka kemungkinan peluang penyimpangan dapatterungkap semakin besar.
g. Pelaksanaan pemeriksaan harus dapat mengumpulkan faktafaktasehingga bukti yang diperoleh dapat memberikan kesimpulan sendiri,yaitu telah terjadi penyimpangan dan pihak yang diindikasikan terlibat
teridentifikasi.
h. Informasi diperoleh dari hasil wawancara dengan saksi akandipengaruhi oleh kelemahan manusia. Sepanjang diperlukan,
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
17/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab II
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 9
konfirmasi kembali dilakukan pada setiap pernyataan dan keterangan
yang diberikan oleh saksi.
i. Jawaban yang benar akan diperoleh jika pertanyaan yang diajukancukup jumlahnya dan pertanyaan tersebut disampaikan kepada orang
yang juga cukup jumlahnya.
j. Karena informasi sangat penting dalam pemeriksaan investigatif,maka segala kemungkinan upaya untuk memperoleh informasi harus
dipertimbangkan.
E.Peraturan Terkait Pemeriksaan Investigatif18 1. Peraturan yang terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan investigatif,
antara lain:
a. Pasal 13 UU No. 15 Tahun 2004 yang mengatur kewenangan BPKuntuk melakukan pemeriksaan investigatif.
b. Pasal 10, Pasal 24 ayat (1), (2), (4) UU No.15 Tahun 2004 jo. Pasal9 ayat (1) huruf b, c, dan d UU No. 15 Tahun 2006 yang mengatur
kewenangan meminta informasi atau dokumen.
c. Pasal 10 huruf d, Pasal 11, Pasal 24 ayat (3) UU No. 15 Tahun 2004yang mengatur permintaan keterangan dan pemanggilan.
d. Pasal 11 huruf c UU No. 15 Tahun 2006 yang mengatur pemberianketerangan ahli tentang kerugian negara dalam proses peradilan.
e. Pasal 16 ayat (3) dan Pasal 17 ayat (5) UU No. 15 Tahun 2004 yangmengatur laporan hasil pemeriksaan.
f. Pasal 25 ayat (1), (2), dan Pasal 26 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2004yang mengatur tentang sanksi pidana bagi pemeriksa yang
melanggar UU No. 15 Tahun 2004 dan UU No. 15 Tahun 2006.
Peraturan terkait
pemeriksaan i nvestigati f
19 2. Peraturan yang terkait tindak pidana khusus antara lain:a. UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001.b. UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan UU No. 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU
No. 3 Tahun 2004.
c. UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan UU
No. 28 Tahun 2007.
d. UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.e. UU No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
sebagaimana diubah dengan UU No. 25 Tahun 2003.
f. UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Peraturan terkait tindak
pidana khusus
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
18/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab II
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 10
3. Peraturan yang terkait dengan proses penegakan hukum, antara lain:a. UU No. 8 Tahun 1981 mengenai KUHAP;b. UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian;c. UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan;d. UU No. 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung;e. UU No. 35 Tahun 1999 tentang Ketentuan - Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman.
Peraturan terkait proses
penegakkan hukum
20 Perspektif kerugian negara menurut:
1. UU No. 31 Tahun 1999 dan UU No. 20 Tahun 2001, kerugian keuangannegara adalah yang disebabkan karena perbuatan melawan hukum atautindakan menyalahgunakan kewenangan/ kesempatan/ sarana yang ada
pada seseorang karena jabatan atau kedudukannya.
2. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendahaan Negara, menyatakanbahwa pengertian kerugian negara/daerah adalah kekurangan uang,
surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai
akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai
Perspektif kerugian
negara
F. Sasaran dan Ruang Lingkup Pemeriksaan Investigatif21 Sasaran pemeriksaan investigatif BPK adalah kasus yang berindikasi
kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana.Sasaran pemeriksaan investigatif yang diatur dalam juknis ini yaitu
perbuatan melawan hukum yang berindikasi tindak pidana korupsi yang
mengakibatkan kerugian negara/daerah, untuk selanjutnya dalam juknis ini
akan disebut sebagai TPKKN.
Sasaran dan ruang
lingkup pemeriksaan
investigatif
22 Ruang lingkup pemeriksaan investigatif adalah TPKKN pada seluruh
entitas pemeriksaan BPK, meliputi pengungkapan fakta dan proses
kejadian, sebab dan akibat, dan menentukan pihakpihak yang
diindikasikan terlibat dan atau bertanggung jawab atas TPKKN pada unitorganisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya,
Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum,Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola
keuangan negara.
G.Kewajiban Pemeriksa Investigatif23 Kewajiban pemeriksa investigatif BPK adalah melaksanakan pemeriksaan
guna mengungkap ada/tidaknya TPKKN dan apabila dalam pemeriksaantersebut ditemukan TPKKN, maka pemeriksa BPK melalui Ketua BPKmelaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kewajiban pemeriksa
investigatif
24 Kewajiban pemeriksa investigatif termasuk: 1) mentaati kebijakan dan
prosedur pemeriksaan yang telah ditetapkan dalam juknis ini; 2)menyampaikan situasi atau permasalahan yang tidak biasa dalam
pemeriksaan untuk mendapatkan arahan dari pejabat BPK terkait; dan 3)
selalu menjaga kerahasiaan informasi dan data yang diperoleh selamamelakukan pemeriksaan.
H.Kualitas Pemeriksa Investigatif25 Pemeriksa investigatif tak ubahnya seperti seorang akuntan forensik dan
menurut Robert J. Linquist (Fraud Auditing and Forensic Accounting: New
Kualitas yang harus
dimiliki pemeriksa
investigatif
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
19/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab II
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 11
Tools and Techniques, hal 48-49), kualitas yang harus dimiliki oleh seorang
akuntan forensik adalah:
a. Kreatif (Creative). Kemampuan untuk melihat sesuatu, yang orang lainmenganggap situasi tersebut adalah normal. Dengan intepretasinya ia
yakin bahwa situasi tersebut adalah tidak normal.
b. Rasa ingin tahu (Curious). Keinginan untuk menemukan apa yangsesungguhnya terjadi dalam rangkaian situasi.
c. Tak menyerah (Persistance). Kemampuan untuk maju terus pantangmundur walaupun fakta (seolah-olah) tidak mendukung, ketikadokumen atau informasi sulit diperoleh.
d. Akal sehat (Common Sense). Kemampuan untuk mempertahankanperspektif dunia nyata, yang mengerti betul kerasnya kehidupan.
e. Pengetahuan Bisnis (Bussines Accument). Kemampuan untukmemahami bagaimana bisnis sesungguhnya berjalan, dan bukan
sekedar memahami bagaimana transaksi dicatat.
f. Percaya diri (Self Confidence). Kemampuan untuk mempercayai diriakan temuannya, sehingga dapat bertahan pada saat diuji denganpertanyaan silang dari Jaksa Penuntut Umum dan Pembela.
g. Investigatif (Investigative). Kemampuan untuk melakukan investigasidan bagaimana bukti dapat diperoleh, selain ahli dalam bidangakuntansi dan audit.
h. Kompetensi gabungan (Mixed Competency). Memiliki pengetahuanyang memadai sebagai pemeriksa investigatif seperti akuntansi, hukum,permintaan keterangan, dan teknologi informasi.
I. Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan Investigatif26 UU No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan memberikan
mandat kepada BPK, apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana,
BPK melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan paling lama 1 (satu) bulansejak diketahui adanya unsur pidana tersebut. Dan laporan BPK tersebut
dijadikan dasar penyidikan oleh pejabat penyidik yang berwenang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Laporan BPK dijadikan
dasar penyidikan
27 Pemeriksa investigatif BPK bukan pejabat yang termasuk dalam kategori
penyelidik sesuai KUHAP, namun sesuai mandat BPK, hasil pemeriksaanmereka dijadikan dasar penyidikan oleh pejabat penyidik. Oleh karena itu,
kualitas hasil pemeriksaan investigatif BPK harus setara dengan kualitashasil penyelidikan yang dilakukan oleh aparat penyelidik.
28 Untuk memperoleh kualitas hasil pemeriksaan yang setara dengan hasil
penyelidikan, maka pemeriksaan investigatif BPK dilaksanakan dengantahap sebagai berikut: 1) pra pemeriksaan, 2) persiapan pemeriksaan, 3)
pelaksanaan pemeriksaan, dan 4) pelaporan pemeriksaan.
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
20/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab II
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 12
29 Tahapan pemeriksaan dapat dijelaskan dalam bagan arus berikut ini:Tahap pelaksanaan
pemeriksaan i nvestigati f
30 Tahap Pra Pemeriksaan Investigatif
Proses pra pemeriksaan meliputi: mengadministrasikan informasi awal,memahami informasi awal, menganalisis informasi awal, mengevaluasi
informasi awal, dan keputusan melaksanakan pemeriksaan investigatif.
Pra Pemeriksaan
Investigatif
31 Pra pemeriksaan bertujuan untuk menetapkan adanya alasan (predikasi)yang cukup kuat dan akurat sehingga pemeriksaan investigatif dapat
dilaksanakan secara obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dua hal penting yang harus dicermati dalam pra pemeriksaan yaitupenelahaan terhadap substansi informasi dan proses penanganan informasi
awal.
32 Tahap Persiapan Pemeriksaan Investigatif
Persiapan pemeriksaan investigatif bertujuan agar pelaksanaan pemeriksaaninvestigatif berjalan efisien dan efektif serta mencapai tujuan. Kegiatan
dalam persiapan pemeriksaan mencakup: 1) pengembangan hipotesis, 2)
penyusunan program pemeriksaan investigatif, 3) penentuan kebutuhansumber daya, dan 4) penerbitan surat tugas.
Tahap persiapanpemeriksaan i nvestigati f
33 Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan Investigatif
Pelaksanaan pemeriksaan investigatif meliputi kegiatan pembicaraanpendahuluan, pengumpulan bukti pemeriksaan berdasarkan hipotesa,analisis dan evaluasi bukti pemeriksaan, pemaparan tim pemeriksa di
lingkungan BPK, pemaparan tim pemeriksa kepada instansi yang
berwenang, dan pembicaraan akhir.
Tahap pelaksanaan
pemeriksaan i nvestigati f
34 Dari konsep laporan hasil pemeriksaan, tim harus melakukan pemaparan di
lingkungan intern BPK untuk memperoleh persetujuan Ketua/Angbintama/
Tortama/Kalan atas simpulan tim pemeriksa.
Pemaparan intern merupakan satu tahap yang sangat penting karena akan
menentukan proses tindak lanjut suatu kasus yang diindikasikan merugikan
keuangan negara dan atau TPKKN. Oleh karena itu, semua pihak intern
BPK yang hadir dalam pemaparan intern harus menguasai dan mendalamipengetahuan tentang unsur Tindak Pidana Korupsi dan tindak pidana khususlainnya terkait dengan tugas BPK.
35 Pemaparan tim pemeriksa kepada instansi yang berwenang pada
Pra
Pemeriksaan
Investigatif
Persiapan
PemeriksaanInvestigatif
Pelaksanaan
PemeriksaanInvestigatif
Pelaporan
Pemeriksaan
Investigatif
SumberInformasi Awal
(IA)
Administrasikan
IA
Pahami IA
Analisis IA
Evaluasi IA
Keputusan
melaksanakanpemeriksaaninvestigasi
5 elemen dasarMengembang
kan hipotesis
Menyusunprogram
pemeriksaan
Menetapkan
kebutuhan
sumber daya
Menerbitkan
surat tugas
Pembicaraanpendahuluan
Mengumpulkan bukti
Menganalisis dan
mengevaluasi bukti
Pemaparan tim
pemeriksa di
lingkungan BPK
Pemaparan tim
pemeriksa kepada
instansi yang
berwenang
Pembicaraan akhir
Prinsippelaporan
Susunan
laporan
Reviu dan
tanda tangan
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
21/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab II
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 13
dasarnya merupakan tindak lanjut hasil pemaparan di lingkungan intern
BPK.
Tujuan pemaparan ini agar BPK memperoleh masukan dari instansi yangberwenang terkait terpenuhinya indikasi unsur-unsur TPKKN.
36 Umumnya BPK dan instansi yang berwenang sepakat bahwa dari
pemaparan disimpulkan kasus telah memenuhi indikasi unsurunsurTPKKN, belum memenuhi indikasi unsurunsur TPKKN sehingga perlu
ditempuh langkah lebih lanjut, dan tidak memenuhi indikasi unsurunsurTPKKN.
37 Pada akhir pelaksanaan pemeriksaan investigatif harus dilakukanpembicaraan akhir pemeriksaan oleh penanggung jawab pemeriksaan atau
pejabat yang ditunjuk dengan pejabat entitas yang diperiksa.
Pembicaraan akhir tersebut dilakukan dengan menyampaikan kepadapejabat entitas yang diperiksa mengenai perkembangan akhir kasus tanpa
memberikan simpulan dari kasus tersebut dengan tetap menjaga kerahasiaan
substansi atau materi dari proses dan atau pelaksanaan pemeriksaan yang
sedang berjalan.
38 Tahap Pelaporan Pemeriksaan Investigatif
Tujuan pelaporan pemeriksaan investigatif adalah dijadikan dasarpenyidikan oleh pejabat penyidik yang berwenang sesuai dengan peraturanperundang-undangan.
Pelaporan pemeriksaan agar mempertimbangkan prinsip pelaporan, susunan
laporan, reviu, dan tanda tangan laporan.
Prinsip pelaporan pemeriksaan investigatif harus akurat, jelas, tidak
memihak, relevan, dan tepat waktu.
Pelaporan pemeriksaan
investigatif
Aksioma dan Prinsip Pemeriksaan Investigatif
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
22/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab II
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 14
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
23/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab II
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 15
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
24/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
BAB III
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
25/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 15
BAB III
PRA PEMERIKSAAN INVESTIGATIF
A.Umum01 Informasi awal adalah keterangan permulaan mengenai suatu
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, kecurangan
(fraud), serta ketidakpatutan (abuse) yang telah/sedang/dan akan terjadi.
Penelahaan informasi
awal
02 Tidak semua informasi yang diterima sebagai dasar pelaksanaanpemeriksaan investigatif memiliki keandalan dan validitas yang sama. Oleh
karena itu, untuk setiap informasi awal yang diterima perlu dilakukanpenelaahan terlebih dahulu.
03 Tujuan dilakukannya penelaahan informasi awal adalah untuk menetapkan
adanya alasan (predikasi) yang cukup kuat dan akurat sehingga
pemeriksaan investigatif dapat dilaksanakan secara obyektif dan dapatdipertanggungjawabkan.
Tujuan penelahaan
informasi awal
04 Informasi yang diperoleh dapat bersumber dari intern BPK seperti: Temuan
Pemeriksaan (TP), Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), inisiatif Badan,maupun ekstern BPK seperti permintaan instansi yang berwenang/Instansi
Pemerintah/Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)/Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), LHP Aparat Pengawasan Intern Pemerintah/SPI, danlaporan/pengaduan masyarakat.
Sumber informasi awal
05 Dokumen yang memuat informasi awal dapat berbentuk surat permintaan
untuk melakukan pemeriksaan dan surat pengaduan dari masyarakat yangdisampaikan secara langsung atau tidak langsung termasuk melaluiteknologi informasi.
06 Dalam tahapan perencanaan pemeriksaan investigatif yang meliputi pra
pemeriksaan investigatif dan persiapan pemeriksaan investigatif dibentukTim Persiapan Pemeriksaan Investigatif (TPPI) oleh Tortama sesuai dengan
kebutuhan.
Tim persiapan pemeriksaan investigatif ini mengacu kepada PanduanManajemen Pemeriksaan (PMP) Bab III mengenai perencanaan
pemeriksaan.
07 Telaahan informasi disajikan dalam Hasil Telaahan Informasi Awal, dengan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran III.1.
B.Mekanisme Penanganan Informasi Awal08 Penanganan informasi awal berdasarkan sumber informasi awal diperoleh
dari TP/LHP Auditama Keuangan Negara, TP/LHP BPK Perwakilan,
inisiatif Badan, permintaan instansi yang berwenang kepada Ketua BPK,
permintaan instansi yang berwenang kepada Kepala Perwakilan BPK,permintaan pihak ketiga kepada Ketua BPK, serta permintaan pihak ketigakepada Kepala Perwakilan BPK.
Mekanisme penanganan informasi awal tersebut adalah sebagai berikut:
Mekanisme penanganan
informasi awal
09 1. TP/LHP Auditama Keuangan Negara (Kantor Pusat)Apabila dari TP/LHP pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang dilaksanakan oleh AKN atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara menemukan indikasi
Sumber Informasi awal
dari hasil pemeriksaanAKN
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
26/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 16
TPKKN yang masih perlu diperdalam/dikembangkan, tim pemeriksa
AKN mengusulkan agar pendalaman/pengembangan kasus dilakukan
melalui pemeriksaan investigatif. Bagan arus mekanisme penangananinformasi awal dapat dilihat pada lampiran III.2.
Mekanisme penanganan dilakukan sebagai berikut:
a. Tim pemeriksa AKN melalui Tortama menyerahkan TP/LHP kepadaTPPI serta melakukan pemaparan atas temuan tersebut dan jika
dipandang perlu dapat meminta pertimbangan Ditama Binbangkum
untuk membahas apakah temuan tersebut terdapat cukup alasanuntuk dilakukannya pemeriksaan investigatif.
b. Apabila dari hasil pemaparan disimpulkan terdapat cukup alasandilakukan pemeriksaan investigatif, tim pemeriksa melalui Tortama
menyerahkan Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) kepada TPPI.
c. Pejabat yang hadir dalam pemaparan adalah Tortama atau Pejabatyang ditunjuk pada AKN yang bersangkutan, tim pemeriksa AKN,
pengendali teknis AKN, dan TPPI. Jika diperlukan dapat dihadiri
oleh Ditama Binbangkum, Staf Ahli Bidang PemeriksaanInvestigatif, serta Tenaga Ahli yang terkait.
d. TPPI melakukan telaahan atas TP dan/atau LHP serta KKP. TemuanAKN diharapkan dapat mengungkap unsur Who, yaitu pihak yangbertanggung jawab, dan juga bukti petunjuk yang dapat membuatpeluang pembuktian menjadi lebih meyakinkan, misalnya:
1) Surat Pernyataan/Keterangan dari entitas yang diperiksadan/atau pihak lain yang terkait yang membenarkan terjadinya
TPKKN; atau
2) Dokumen yang berkorelasi dengan TPKKN yang diperoleh darientitas yang diperiksa dan/atau pihak lain yang terkait.
e. Jika dari hasil telaahan atas TP dan/atau LHP serta KKP telahmengungkap semua unsur 5W+1H dan indikasi unsur TPKKN,
maka TPPI mengusulkan untuk dilakukan pemaparan denganinstansi yang berwenang sebelum laporan hasil pemeriksaandiserahkan kepada Ketua BPK. Selanjutnya, Ketua BPK
menyampaikan kepada instansi yang berwenang.
f. Jika dari hasil telaahan atas TP dan/atau LHP serta KKP belummengungkap semua unsur 5W+1H dan indikasi unsur TPKKN, TPPI
menyimpulkan hasil telaahan sebagai berikut:
1) Tidak cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan investigatifkarena tidak memenuhi unsur 3W (What, Where, dan When)
dan indikasi unsur TPKKN.
2) Belum cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan investigatifkarena data pendukung belum lengkap untuk memenuhi unsur
3W(What, Where, dan When) dan indikasi unsur TPKKN.
3) Cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan investigatif dalamarti bahwa terpenuhinya unsur 3W (What, Where, dan When)
dan beberapa indikasi unsur TPKKN denganmempertimbangkan materialitas dari nilai kerugian negara.
g. Jika hasil telaahan menyimpulkan tidak cukup alasan untukdilakukan pemeriksaan investigatif maka TPPI menyerahkan hasil
telaahan TP dan/atau LHP serta KKP kepada Tortama untukdiadministrasikan.
h. Jika hasil telaahan menyimpulkan belum cukup alasan untukdilakukan pemeriksaan investigatif maka dimintakan tambahan buktipendukung.
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
27/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 17
1) Dalam hal tambahan bukti pendukung tidak cukup memenuhiunsur 3 W (What, Where, dan When) dan indikasi unsur TPKKN
maka langkah selanjutnya sesuai dengan butir g.
2) Dalam hal tambahan bukti pendukung cukup memenuhi unsur 3W (What, Where, dan When) dan indikasi unsur TPKKN maka
langkah selanjutnya sesuai dengan butir i.
i.
Jika hasil telaahan menyimpulkan cukup alasan untuk dilakukanpemeriksaan investigatif, maka TPPI menyampaikan hasil telaahan
tersebut kepada Ketua BPK melalui Tortama dan Angbintama untukdilakukan pemeriksaan investigatif.
j. Berdasarkan hasil telahan tersebut, Ketua BPK dapat :1) menugaskan tim khusus, atau2) mendisposisikan kepada Tortama melalui Angbintama terkait;Untuk melakukan pemeriksaan investigatif.
k. Selanjutnya informasi dan berkas penelaahan dikembalikan untukdiarsipkan oleh Tortama terkait. Arsip tersebut dapat digunakan
sebagai bahan informasi pada waktu AKN melakukan pemeriksaankeuangan, kinerja atau pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
10 2. TP/LHP BPK PerwakilanApabila dari TP/LHP pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, danpemeriksaan dengan tujuan tertentu yang dilaksanakan oleh Kepala
Perwakilan (Kalan) atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara menemukan TPKKN, yang masih perludiperdalam/dikembangkan, tim pemeriksa BPK Perwakilan
mengusulkan agar pendalaman/pengembangan kasus dilakukan melaluipemeriksaan investigatif.
Sumber Informasi awal
dari hasil pemeriksaan
BPK Perwakilan
Mekanisme penanganan dilakukan sebagai berikut:a. Tim pemeriksa di Perwakilan melalui Kalan menyampaikan TP/LHP
kepada Tortama. Kemudian Tortama menyerahkan temuan tersebut
kepada TPPI. Tim Pemeriksa di Perwakilan melakukan pemaparanatas temuan pemeriksaannya dengan TPPI dan jika dipandang perludapat meminta pertimbangan Ditama Binbangkum untuk dibahas
apakah terdapat cukup alasan dilakukannya pemeriksaan investigatif.
b. Apabila dari hasil pemaparan disimpulkan terdapat cukup alasandilakukan pemeriksaan investigatif, tim pemeriksa di Perwakilan
melalui Tortama/Kalan menyerahkan KKP kepada TPPI.
c. Pejabat yang hadir dalam pemaparan adalah Tortama, Kalan ataupejabat yang ditunjuk, tim pemeriksa Perwakilan, TPPI. Jika
diperlukan dapat dihadiri oleh Ditama Binbangkum, Staf Ahli
Bidang Pemeriksaan Investigatif, serta Tenaga Ahli yang terkait.
d. Langkah selanjutnya sesuai dengan butir B.1.dsampai dengan butirB.1.k.
11 3. Inisiatif BadanAdalah informasi dari sumber intern BPK yang berasal dari Badan dalamhal ini adalah dari Ketua BPK, Wakil Ketua BPK, dan Anggota BPK
tentang informasi TPKKN yang terjadi di entitas yang diperiksa BPK.
Penanganan informasi yang berasal dari inisiatif Badan dilakukandengan mekanisme sebagai berikut:
a. Badan menyampaikan perintah telaah kepada Tortama melaluiAngbintama mengenai informasi adanya TPKKN. Tortamamenyampaikan informasi tersebut kepada TPPI untuk ditelaah.
Sumber informasi awal
dari inisiatif Badan
b. TPPI kemudian melakukan telaahan dan membuat laporan hasil
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
28/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 18
telaahan dengan menilai apakah kasus tersebut berada dalam
kewenangan BPK. Selanjutnya TPPI menganalisis dan mengevaluasi
informasi dengan mempertimbangkan nilai kebenaran, materi dankelengkapan informasi. Jika dipandang perlu, TPPI dapat meminta
pertimbangan Ditama Binbangkum, Staf Ahli Bidang Pemeriksaan
Investigatif serta Tenaga Ahli terkait.
c. Laporan hasil telaahan TPPI memuat simpulan:1)
Tidak cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan investigatifkarena tidak memenuhi unsur 3W (What, Where, dan When)dan indikasi unsur TPKKN.
2) Belum cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan investigatifkarena data pendukung belum lengkap untuk memenuhi unsur
3W(What, Where, dan When) dan indikasi unsur TPKKN.3) Cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan investigatif dalam
arti bahwa terpenuhinya unsur 3W (What, Where, dan When)dan beberapa indikasi unsur TPKKN dengan
mempertimbangkan materialitas dari nilai kerugian negara.
d. Jika hasil telaahan menyimpulkan tidak cukup alasan untukdilakukan pemeriksaan investigatif maka TPPI menyerahkan hasil
telaahan kepada Badan melalui Tortama untuk di administrasikan
dan menjadi bahan informasi pada waktu AKN melakukanpemeriksaan keuangan, kinerja atau pemeriksaan dengan tujuan
tertentu.
e. Jika hasil telaahan menyimpulkan belum cukup alasan untukdilakukan pemeriksaan investigatif maka TPPI menyampaikan hasil
telaahan tersebut kepada Ketua melalui Tortama dan mengusulkan
untuk dilakukan pemeriksaan pendahuluan untuk melengkapi datapendukung. Jika hasil pemeriksaan pendahuluan:1) Data pendukung tidak memenuhi memenuhi unsur 3W(What,
Where, dan When) dan indikasi unsur TPKKN maka TPPImenyerahkan hasil telaahan kepada Badan untuk di
administrasikan dan menjadi bahan informasi pada waktu AKN
melakukan pemeriksaan keuangan, kinerja atau pemeriksaandengan tujuan tertentu.
2) Data pendukung telah memenuhi memenuhi unsur 3W(What,Where, dan When) dan indikasi unsur TPKKN maka langkah
selanjutnya sesuai dengan butir f.
f. Jika hasil telaahan menyimpulan cukup alasan untuk dilakukanpemeriksaan investigatif, maka TPPI menyampaikan hasil telaahan
tersebut kepada Ketua BPK melalui Tortama untuk dilakukanpemeriksaan investigatif.
g. Berdasarkan hasil telahan tersebut, Ketua BPK dapat :1) Menugaskan tim khusus, atau2) Mendisposisikan kepada Tortama melalui Angbintama terkait;untuk melakukan pemeriksaan investigatif.
12 4. Permintaan Instansi yang berwenang kepada Ketua BPKAdalah informasi dari sumber ekstern BPK seperti Kejaksaan Agung,Komisi Pemberantasan Korupsi, dan Kepolisian.
Sumber Informasi awaldari permintaan Instansi
yang berwenang ke Ketua
Umumnya permintaan Instansi yang berwenang dapat dibedakan dalam
dua kategori yaitu permintaan pada tahapan penyelidikan danpenyidikan.
Tujuan permintaan pada tahapan penyelidikan umumnya untukmengungkap adanya TPKKN untuk memperjelas posisi suatu
kasus/kejadian.
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
29/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 19
Tujuan permintaan pada tahapan penyidikan umumnya untuk
menetapkan adanya kerugian negara guna melengkapi konstruksi hukum
dan unsur melawan hukum yang telah dikembangkan oleh instansi yangberwenang. Permintaan pemeriksaan dalam rangka melakukan
penghitungan kerugian negara/daerah dari Instansi yang berwenang,
diatur tersendiri pada Bab VII.Mekanisme penanganan informasi awal yang bersumber dari permintaan
Instansi yang berwenang kepada Ketua BPK dilakukan sebagai berikut:
a. Instansi yang berwenang menyampaikan permintaan bantuankepada Ketua BPK, untuk di Pemerintahan Pusat disampaikan olehLiason Officer (LO) dari Kejaksaan Agung/KPK/Mabes POLRI
sedangkan di Pemerintahan Daerah disampaikan oleh LO dari
Kejaksaan Tinggi/Kapolda.
b. Kemudian Ketua menyampaikan permintaan tersebut kepada TPPImelalui Tortama.
c. TPPI meminta instansi yang berwenang untuk melakukanpemaparan dan menyajikan bukti pendukung yang diperlukandengan tujuan untuk mengidentifikasi TPKKN. Jika dipandang
perlu TPPI dapat meminta Ditama Binbangkum untuk hadir dalam
rangka memberi pertimbangan masalah hukum, Staf Ahli BidangPemeriksaan Investigatif serta Tenaga Ahli terkait.
d. Setelah pemaparan oleh instansi yang berwenang selanjutnya TPPImelakukan telaahan dengan menilai apakah permintaan tersebutberkaitan dengan entitas yang merupakan lingkup pemeriksaan
BPK sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Selanjutnya TPPI menganalisis dan mengevaluasi informasi denganmempertimbangkan nilai kebenaran, materi dan kelengkapaninformasi.
f. TPPI membuat hasil telaahan dengan simpulan:1) Menerima permintaan bantuan karena TPKKN cukup jelas,
yang disertai dengan data pendukung yang memadai.2) Menolak permintaan bantuan karena TPKKN tidak jelas serta
tidak dilengkapi dengan data pendukung yang memadai.
g. Dalam hal masih diperlukan data tambahan untuk memperkuatkesimpulan, maka pengumpulan bukti tersebut dapat dilakukan
sendiri oleh instansi yang berwenang atau membentuk Tim
Gabungan yang terdiri dari pemeriksa BPK dan penyidik dariinstansi yang berwenang atau oleh tim pemeriksa BPK.
h. Selanjutnya, TPPI menyampaikan hasil telaahan tersebut kepadaKetua BPK melalui Tortama.
i. Berdasarkan hasil telahan tersebut, Ketua BPK dapat:1) Menerima permintaan instansi yang berwenang untuk
melakukan pemeriksaan investigatif dengan:a) menugaskan tim khusus, ataub) mendisposisikan kepada Tortama melalui Angbintama
terkait.2) Menolak permintaan dengan menyampaikan surat jawaban ke
instansi yang berwenang.
13 5. Permintaan Instansi yang berwenang kepada BPK PerwakilanMekanisme penanganan permintaan instansi yang berwenang kepadaBPK Perwakilan untuk melakukan pemeriksaan investigatif dilakukan
sebagai berikut:
a. Instansi yang berwenang menyampaikan permintaan bantuan kepada
Sumber informasi awal
dari permintaan Instansi
yang berwenang ke BPKPerwakilan
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
30/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 20
Kepala Perwakilan BPK.
b. Kemudian Kalan menyampaikan permintaan tersebut kepadaTortama dan meneruskannya kepada TPPI.
c. Langkah selanjutnya sesuai dengan butir B. 4.csampai dengan B.4.i.14 6. Permintaan Pihak Ketiga kepada Ketua BPK
Adalah informasi dari sumber ekstern BPK yaitu permintaan dari DPR,
DPD, APIP, dan masyarakat berkaitan dengan permintaan pemeriksaaninvestigatif kepada Ketua BPK.
Tindak lanjut atas permintaan langsung dari pihak ketiga kepada KetuaBPK dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
Sumber Informasi awal
dari Pihak ke III ke Ketua
a. Berdasarkan permintaan dari DPR/DPD, APIP, dan masyarakatmengenai adanya TPKKN kepada Ketua BPK, Ketua kemudianmenyampaikan perintah telaah kepada Tortama yang selanjutnyameneruskan kepada TPPI mengenai informasi adanya TPKKN
tersebut.
b. TPPI melakukan telaahan dengan menilai apakah permintaantersebut berkaitan dengan entitas yang merupakan lingkuppemeriksaan BPK sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Langkah selanjutnya sesuai dengan butir B. 4.esampai dengan B.4.i.15 7. Permintaan Pihak Ketiga kepada BPK Perwakilan
Permintaan pihak ketiga kepada BPK Perwakilan dapat berasal dariDPRD, APIP, dan masyarakat berkaitan dengan permintaan pemeriksaan
investigatif kepada BPK Perwakilan.Tindak lanjut atas permintaan langsung dari pihak ke III kepada BPK
Perwakilan dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
Sumber informasi awal
dari permintaan Pihak ke
III ke Perwakilan
a. Berdasarkan permintaan dari DPRD, APIP, dan masyarakatmengenai adanya TPKKN kepada Kalan, selanjutnya Kalanmenyampaikan informasi tersebut kepada Tortama.
b. Tortama kemudian menyampaikannya kepada TPPI mengenaiinformasi adanya TPKKN tersebut.
c. TPPI selanjutnya melakukan langkahlangkah sesuai dengan butirB. 6.b.sampai dengan B. 6.c.
16 8. Jalur Komunikasi Pengaduan MasyarakatBPK menyediakan jalur komunikasi untuk penyampaian pengaduanyaitu:
Jalur Komunikasi
pengaduan
a. Badan Pemeriksa Keuangan RI up. Sekretaris Pimpinan BPK-RI,Jl. Jend. Gatot Subroto No 31 Jakarta Pusat 10210 ;
b. Badan Pemeriksa Keuangan RI Kantor Perwakilan Propinsi.......up. Kasubag Humas, Jl............................(alamat disesuaikan dengan
lokasi kantor Perwakilan);
c.
Alamat email [email protected] untuk penyampaian laporanmelalui email.
C.Penanganan Informasi Awal17 Dua hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan informasi awal yaitu
substansi informasi dan proses penanganan informasi awal.
18 1. Substansi InformasiPenelaahan dilakukan terhadap substansi informasi mengenai: a.
Kewenangan BPK, b. Nilai Kebenaran, c. Materi informasi dan d.Kelengkapan Informasi
Substansi informasi
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
31/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 21
19 a. Kewenangan BPKDilakukan penelahaan terhadap substansi informasi apakah TPKKN
terjadi pada entitas yang merupakan lingkup pemeriksaan BPK sesuaidengan ketentuan yang berlaku.
20 b.Nilai KebenaranMenggambarkan apakah informasi awal, berasal dari sumberinformasi yang handal dan memiliki validitas informasi yang tinggi.
Misalnya: Informasi awal yang diperoleh dari pengembangan temuanAKN adalah berasal dari sumber informasi yang sangat diandalkan,
dan memiliki validitas informasi yang tinggi. Sedangkan informasiyang diperoleh dari seseorang tanpa identitas adalah berasal dari
sumber yang tidak diketahui dan memiliki validitas informasi yangrendah.Jika informasi berasal dari sumber informasi sangat diandalkan dan
memiliki validitas yang tinggi maka nilainya adalah 8 (sangat
diandalkan = 4; validitas tinggi = 4).
Tingkat kehandalan sumber informasi dan validitas informasi inimempunyai nilai yang dituangkan dalam skala sebagaimana terlampirdalam Lampiran III.3.
21 c. Materi informasiMateri informasi menggambarkan adanya TPKKN.Jika materi informasi yang disajikan masih diragukan, maka terlebih
dahulu dilakukan pengumpulan keterangan yang diperlukan untukmelengkapi data yang tersedia agar diperoleh alasan yang cukup
untuk dilakukan pemeriksaan investigatif.
22 d. Kelengkapan InformasiInformasi awal menyajikan minimum 3 unsur W, yaitu What(indikasi adanya TPKKN yang dilakukan), Where (dimana TPKKN
dilakukan), dan When(kapan TPKKN dilakukan).
23 2. Proses Penanganan Informasi AwalProses penanganan dalam penelaahan informasi awal mencakup: a.
mengadministrasikan informasi awal, b. memahami informasi awal, c.menganalisis informasi awal, d. mengevaluasi informasi awal, dan e.keputusan melaksanakan pemeriksaan investigatif.
Proses penangananinformasi awal
24 a. Mengadministrasikan Informasi AwalDalam mengadministrasikan informasi awal, BPK
mempertimbangkan dua hal yaitu: 1) kerahasiaan sumber-sumberinformasi awal dan 2) akuntabilitas penanganan sumber-sumber
informasi awal.
Mengadministrasikan
informasi
1) Kerahasiaan sumber-sumber informasi awala) BPK harus memperlakukan seluruh informasi awal termasuk
pengaduan masyarakat yang diterima sebagai informasi
rahasia dengan cara tidak akan mengungkapkan indentitaspemberi laporan kepada pihak lain kecuali apabila sebelumnyaBPK telah mendapatkan kewenangan dari pemberi laporan
atau diharuskan oleh ketentuan perundangan-undangan yang
berlaku.
b) Seluruh laporan mengenai terjadinya penyimpangan yangditerima dari masyarakat harus diidentifikasi antara lain asal
sumber informasi (AKN, DPR/D, Instansi yang berwenang,APIP), bulan dan tahun laporan diterima, dan lain-lain.
c) Seluruh informasi berbentuk nonelektronis dikonversi menjadielektronis untuk memudahkan distribusi dan pengendalian.
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
32/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 22
d) Akses terhadap dokumen yang memuat semua informasi awaldari semua sumber informasi awal termasuk pengaduan
masyarakat baik dokumen dalam bentuk fisik maupunnonfisik, harus dikendalikan dan dibatasi.
e) BPK tidak mempunyai kewenangan untuk membatasi pemberilaporan yang bermaksud mempublikasikan informasi awaltermasuk pengaduan masyarakat yang disampaikan kepada
BPK.
2) Akuntabilitas penanganan sumber informasi awalBPK menyelenggarakan suatu administrasi penanganan sumberinformasi awal yang akan mencatat setiap penerimaan informasi
awal termasuk pengaduan masyarakat, antara lain:
a) Jumlah informasi awal termasuk pengaduan masyarakat yangbukan di bawah kewenangan BPK yang diteruskan ke instansi
lain yang berwenang;b)Jumlah informasi awal yang masih dalam penelaahan;c) Jumlah informasi awal yang telah ditindaklanjuti dengan
kegiatan koordinasi dengan lembaga pengawasan dan instansi
yang berwenang;
d)Jumlah informasi awal yang sudah diteruskan ke aparatpenyidik untuk tahap penyidikan; dane) Jumlah informasi awal yang tidak ditindaklanjuti.Tabel akuntabilitas penanganan sumber informasi awal ini dapatdilihat pada lampiran III.4.
25 b. Memahami Informasi Awal1) Informasi awal mengenai TPKKN biasanya memuat halhal yang
bersifat umum, tidak menjelaskan secara rinci masalah yangterjadi, dan cenderung memuat informasi yang tendensius,berpihak, memiliki motif yang tidak sehat dan subyektif,
sehingga tingkat keandalan dan validitas informasi bisa (1) sangatmungkin terjadi, (2) mungkin terjadi, (3) diragukan, dan (4) tidak
mungkin terjadi. Oleh karena itu informasi ini harus ditanganisecara obyektif.
Memahami informasi
awal
2) Setiap informasi awal yang diterima BPK ditelaah denganmenggunakan pendekatan 5W (what, who, where, whendan why)
dan 1H (how) untuk menetapkan cukup tidaknya alasan dilakukan
pemeriksaan, yang mengarah kepada terpenuhinya unsur unsurTPPKN terkait pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara. Informasi awal biasanya tidak mungkin dapat menjawab
seluruh unsur TPKKN, namun pada umumnya menyebutkan Who(siapa yang diindikasikan melakukan TPKKN) dan What
(TPKKN apa yang dilakukan).
26 c. Menganalisis Informasi Awal1) Tujuan menganalisis informasi awal adalah menjelaskan seluruh
informasi awal ke dalam pendekatan 5W + 1H .
Menganalisis informasiawal
2) Selain dengan menggunakan pendekatan 5W + 1H dalammenganalisis informasi awal yang diterima, penelaah juga
menggunakan laporanlaporan BPK yang terdahulu yang relevan
untuk menetapkan cukup tidaknya alasan dilakukan pemeriksaan.
3) Dengan pendekatan pendekatan 5W + 1H, hasil analisismencakup hal-hal sebagai berikut:
a) Unsur 5W+1H(1) Jenis TPKKN (what)
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
33/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 23
Dengan menjawab pertanyaan what diharapkanpenelaah memperoleh informasi tentang substansiTPKKN yang dilaporkan. Informasi ini akan berguna
pada saat pengembangan hipotesis awal untuk
menetapkan jenis TPKKN.
(2) Pihak pihak yang bertanggung jawab (who)Dengan menjawab pertanyaan who diharapkan
penelaah memperoleh informasi tentang pihakpihakyang bertanggung jawab atas TPKKN yang terjadi atau
pihak pihak terkait yang akan dimintakan
keterangannya.
(3) Dimana TPKKN terjadi (where)Dengan menjawab pertanyaan where diharapkanpenelaah memperoleh informasi tentang dimana TPKKNterjadi, khususnya entitas/unit kerja dimana TPKKNterjadi. Informasi ini amat berguna pada saat menetapkan
ruang lingkup pemeriksaan investigatif dan juga
membantu pada saat menentukan locus delictie (tempatterjadinya TPKKN).
(4) Waktu terjadinya TPKKN (when)Dengan menjawab pertanyaan when diharapkan
penelaah memperoleh informasi tentang kapan terjadinyaTPKKN. Informasi ini akan berguna dalam penetapanruang lingkup pemeriksaan investigatif. Penentuan
tempos delictie (waktu terjadinya TPKKN) akanmembantu pemeriksa dalam memahami ketentuan yang
akan digunakan.
(5) Penyebab terjadinya TPKKN (why)Dengan menjawab pertanyaan why diharapkan
penelaah memperoleh informasi tentang mengapa
seseorang melakukan TPKKN. Hal ini terkait dengan
motivasi seseorang melakukan kecurangan sehinggadapat membantu pemeriksa dalam membuktikan adanya
unsur niat seseorang melakukannya.
(6) Modus operandi TPKKN (how)Dengan menjawab pertanyaan how diharapkan
penelaah memperoleh informasi tentang bagaimana
TPKKN itu dilakukan. Informasi ini akan membantupemeriksa dalam menyusun modus operandi TPKKN
tersebut.
b) Unsur TPKKNDengan menggunakan pendekatan unsurunsur TPKKN,diharapkan penelaah dapat menjelaskan tentang TPKKN yang
dilaporkan.Misalnya: TPKKN tersebut dapat dijelaskan dalam empatunsur dalam pasal 2 Undang Undang No. 31 Tahun 1999
tentang Tindak Pidana Korupsi:
(1) setiap orang.(2) secara melawan hukum.(3) melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi.(4) dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara.
Hasil analisis 5W + 1 H kemudian dituangkan dalam bentuk
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
34/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 24
matrik dengan format sebagaimana tercantum pada lampiran
III.5
27 d. Mengevaluasi Informasi Awal1) Tujuan mengevaluasi informasi awal adalah meyakinkan apakah
informasi awal yang diperoleh telah didukung dengan data
pendukung misalnya kelengkapan administrasi akuntansi yangmemadai.
Mengevaluasiinformasiawal
2) Untuk melengkapi informasi awal, penelaah dapat memperolehtambahan informasi dari berbagai sumber tanpa harus melakukan
hubungan secara langsung dengan pihak-pihak terkait yangmelakukan TPKKN, seperti informasi dari pemasok barang dan
jasa, pembeli dan konsumen barang dan jasa, media masa,internet, dan informasi intern BPK lainnya.
3) Jika selama kegiatan penelaahan diperoleh tambahan data daninformasi lain, penelaah harus membandingkan informasi tersebutdengan informasi yang sudah dimilikinya mengenai hal-hal
sebagai berikut:
a) Unsur TPKKNDengan menggunakan pendekatan unsur TPKKN, diharapkan
penelaah dapat mengevaluasi informasi awal tentang TPKKNyang dilaporkan tersebut dengan data pendukungnya.
Contoh:
Hasil evaluasi atas data pendukung yang diperoleh terkaitTPKKN dengan menggunakan Pasal 2 UndangUndang No.
31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi:
No Unsur TPK Bukti
1 Setiap orang SK Bendahara
2 Secara melawan hukum Melakukan
pembayaran tanpaotorisasi
3 Melakukan perbuatan memperkaya dirisendiri atau orang lain atau suatu korporasi
Rekening PribadiBendahara
4 Dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara
-
Contoh unsur TPK
b) Unsur 5W+1HDengan menggunakan kriteria 5W + 1H, pelaksanaan evaluasiatas informasi mencakup hal-hal sebagai berikut:
(1) Jenis TPKKN (what)Penelaah membandingkan informasi mengenai jenisTPKKN yang diperoleh dengan bukti-bukti terkait.
Jika dalam pengaduan tersebut belum mengungkapinformasi kemungkinan adanya kerugian negara/ daerah,
hal ini tidak berarti bahwa pengaduan tidak layak untuk
ditindaklanjuti. Faktorfaktor lain yang terungkap akanmempengaruhi dalam menentukan simpulan.
(2) Pihak yang bertanggungjawab (who)Penelaah mengidentifikasi pihakpihak yang mungkin
bertanggung jawab atas TPKKN yang terjadi atau pihakpihak terkait yang akan dimintakan keterangannya.Mungkin saja informasi ini tidak terungkap dalam
pengaduan. Jika demikian halnya, sepanjang informasi
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
35/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 25
lain terungkap dalam pengaduan, penelaah dapat
menyusun hipotesis awal tentang siapa yang
diindikasikan melakukan kecurangan.Tambahan data yang memuat informasi tentang pihak
pihak yang bertanggung jawab mungkin diperoleh selama
melakukan pemeriksaan investigatif.Sebagai contoh, meskipun informasi Who (siapa) tidak
terungkap dalam pengaduan, tetapi berdasarkan informasi
adanya indikasi terjadi KKN pada proyek X, makapemeriksa dapat melakukan hipotesis kemungkinansiapasiapa yang diduga melakukan TPKKN.
(3) Dimana TPKKN terjadi (where)Penelaah melakukan evaluasi tentang dimana TPKKNterjadi, khususnya entitas/unit kerja dimana TPKKN
terjadi.Informasi tentang dimana terjadinya TPKKN merupakan
salah satu faktor penting yang harus ada untukmenentukan layak tidaknya dilakukan pemeriksaan
investigatif.
Informasi ini berguna untuk menetapkan ruang lingkup
penugasan agar lebih terarah (fokus).(4) Waktu terjadinya TPKKN (when)
Penelaah melakukan evaluasi tentang kapan terjadinyaTPKKN. Informasi tentang kapan terjadinya TPKKN
merupakan salah satu faktor yang sangat penting yangharus terungkap untuk menentukan layak tidaknya
dilakukan pemeriksaan investigatif.
Informasi ini berguna untuk menetapkan ruang lingkuppenugasan agar lebih terarah (fokus).
(5) Penyebab terjadinya TPKKN (why)Penelaah melakukan evaluasi tentang mengapa TPKKN
dapat terjadi. Informasi mengenai penyebab terjadinyaTPKKN adalah penting untuk menentukan alasan logis
atas terjadinya suatu TPKKN sehingga memperkuat
hipotesis yang akan ditetapkan.Informasi ini jarang terungkap dalam pengaduan, namun
hal ini tidak mengurangi perlunya dilaksanakan
pemeriksaan investigatif, apabila informasi atas unsurunsur lainnya telah mencukupi.
(6) Modus operandi TPKKN (how)Penelaah melakukan evaluasi tentang bagaimana suatuTPKKN dilakukan. Informasi tentang bagaimana suatuindikasi TPKKN terjadi merupakan salah satu unsur
penting dalam penelaahan dan unsur kunci untuk menilai
apakah suatu TPKKN telah dilakukan.Sebagaimana unsur why di atas, unsur ini juga jarang
terungkap dalam pengaduan.
Namun demikian walaupun informasi tersebut tidakterungkap, bukan berarti pemeriksaan investigatif tidaklayak untuk dilakukan apabila unsur lainnya telah
mencukupi, karena unsur ini nantinya dapat
dikembangkan pada saat pelaksanaan pemeriksaaninvestigatif.
Unsur How berkaitan langsung dengan modus operandiatau cara seseorang atau pihak tertentu melakukan
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
36/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 26
TPKKN. Unsur How merupakan tindakan verbal
seseorang atau sebaliknya seseorang tidak melakukan
tindakan, sehingga secara keseluruhan merupakanTPKKN.
Contoh:
Hasil evaluasi atas data pendukung yang diperoleh terkaitdengan informasi penyimpangan dalam pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah pada Pemerintah
Daerah Kabupaten ABC:
No Unsur 5W + 1H Fakta
1 Jenis TPKKN(What) Pelanggaran PP No. 105/2000 dalam
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangandaerah melalui mekanisme kas bon.
2 Pihak yangbertanggungjawab (Who)
Bupati Pemda Kab. ABC
3 Dimana TPKKN terjadi(Where)
Pemda Kab. ABC
4 Waktu terjadinya TPKKN(When)
TA 2006/2007
5 Penyebab terjadinya
TPKKN (Why)-
6 Modus operandi TPKKN(How) -
4) Jika dari penanganan informasi awal unsur 5W + 1H belumdiperoleh secara lengkap, tetapi dengan memperhatikan prioritas
penanganan dan arti pentingnya informasi, maka TPKKN dapatdiindikasikan dengan minimal terpenuhinya tiga unsur yaitu:
What (adanya TPKKN), When (tahun anggaran yang berkaitan
dengan kejadian), dan Where(entitas dimana TPKKN terjadi).
5) Hasil penelaahan informasi awal dituangkan dalam bentuksimpulan penelaahan informasi awal dengan pilihan sebagai
berikut:
a) Cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan investigatifdalam arti bahwa terpenuhinya unsur 3W (What, Where, danWhen) dan beberapa indikasi unsur TPKKN dengan
mempertimbangkan materialitas dari nilai kerugian negara.b) Belum cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan
investigatif sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan
untuk melengkapi informasi mengenai unsur 3W (What,Where, dan When) dan indikasi unsur TPKKN yang belumdiperoleh.
c) Tidak cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan investigatifkarena tidak memenuhi unsur 3W atau dilengkapi datapendukung yang lengkap.
6) Jika dari hasil telaahan dianggap perlu untuk mendapatkaninformasi tambahan langsung dari pihak ketiga atau unsur terkait,TPPI mengajukan usul kepada Ketua BPK untuk melakukan
pengumpulan bahan dan keterangan dengan mempertimbangkanfaktor-faktor antara lain:
a) Materialitas nilai kerugian negara.b) Sensitivitas isu tersebut.c) Kecenderungan TPKKN di tempat lain.d) Kemungkinan kemudahan mendapatkan tambahan informasi
yang diperlukan.Usulan pengumpulan bahan dan keterangan disetujui oleh Ketua
BPK dengan menerbitkan disposisi kepada Tortama terkait atau
TPPI untuk mengumpulkan data atau bukti pendukung tambahan
-
5/26/2018 Juknis Pem Invest Mei 2009
37/154
Juknis Pemeriksaan Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian Negara/Daerah Bab III
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 27
pada entitas terkait.
Pengumpulan bahan dan keterangan dapat dilakukan denganmemanfaatkan laporan dan/data dari instansi lain.
7) Pengumpulan data dimaksudkan untuk memastikan/memperkuat/mendukung indikasi bahwa halhal yang
diungkapkan dalam informasi benarbenar mempunyai dasar
untuk ditindaklanjuti dengan pemeriksaan.
8) Hasil telaahan dan pengembangan informasi dilaporkan kepadaKetua BPK dalam waktu selambatlambatnya tujuh hari setelah
surat tugas pengumpulan data selesai.
9) Simpulan penelaahan informasi awal bersifat intern. Simpulantersebut disusun dan ditandatangani oleh TPPI dan disampaikan
kepada Ketua BPK untuk keputusan lebih lanjut.
28 e. Keputusan Melaksanakan Pemeriksaan Investigatif1) Berdasarkan simpulan penelaahan informasi awal, Ketua BPK
dapat:a) menugaskan tim khusus, ataub)mendisposisikan kepada Tortama melalui Angbintama terkait;untuk melakukan pemeriksaan investigatif.
Keputusan melaksanakan
pemeriksaan i nvestigati f
2) Selanjutnya, informasi dan berkas penelaahan diarsipkan olehTPPI. Arsip tersebut dapat digunakan sebagai bahan informasipada waktu AKN/Kalan untuk melakukan pemeriksaan keuangan,
kinerja, atau pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Aksioma dan Prinsip Pemeriksaan Investigatif
-
5