jurnal 10

6
Jurnal- jurnal tentang faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas tidur dengan konsentrasi belajar Faktor lingkungan yang mempengaruhi kualitas tidur dan dapat menyebabkan gangguan tidur pada setiap individu yaitu: suara/kebisingan, ventilasi yang baik, ruang dan tempat tidur yang nyaman, cahaya/lampu yang terlalu terang, dan suhu yang terlalu panas/terlalu dingin serta bau yang tidak nyaman. Suara/kebisingan Suara mempengaruhi tidur. Tingkat suara yang diperlukan untuk membangunkan orang tergantung pada tahap tidur (Webster & Thompson, 1986). Suara yang rendah lebih sering membangunkan seseorang dari tidur tahap 1, sementara suara yang keras membangunkan orang pada tahap tidur 3 dan 4. Level suara pada percakapan yang normal sekitar 50 dB (Potter & Perry, 2005). Level suara dibawah 40 dB biasanya dibutuhkan oleh seseorang untuk tidur dan peningkatan intensitas suara dapat menyebabkan seseorang terbangun dari tidurnya (Baker, 1984 Freedman, 1999; Suryani, 2004). Ventilasi yang baik Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang (Potter & Perry, 2005). Kelembaban ruangan perlu diatur agar paru-paru tidak kering karena apabila kelembaban ruangan tidak diatur maka seseorang tidak akan dapat tidur, walaupun dapat tidur maka seseorang akan terbangun dengan kerongkongan kering seakan-akan seseorang tersebut menderita radang amandel (Septiyadi, 2005). Ruang dan tempat tidur yang nyaman Ruang tidur merupakan tempat dimana seseorang melepaskan pikiran-pikiran yang penat / lelah setelah seharian melakukan aktifitas. Apabila ruang tidur kotor ataupun bau maka bisa

Upload: kireina-amanda-nuriandarie

Post on 28-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal 10

Jurnal- jurnal tentang faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas tidur dengan konsentrasi

belajar

Faktor lingkungan yang mempengaruhi kualitas tidur dan dapat menyebabkan gangguan tidur

pada setiap individu yaitu: suara/kebisingan, ventilasi yang baik, ruang dan tempat tidur yang

nyaman, cahaya/lampu yang terlalu terang, dan suhu yang terlalu panas/terlalu dingin serta

bau yang tidak nyaman.

Suara/kebisingan

Suara mempengaruhi tidur. Tingkat suara yang diperlukan untuk membangunkan orang

tergantung pada tahap tidur (Webster & Thompson, 1986). Suara yang rendah lebih sering

membangunkan seseorang dari tidur tahap 1, sementara suara yang keras membangunkan

orang pada tahap tidur 3 dan 4. Level suara pada percakapan yang normal sekitar 50 dB

(Potter & Perry, 2005). Level suara dibawah 40 dB biasanya dibutuhkan oleh seseorang

untuk tidur dan peningkatan intensitas suara dapat menyebabkan seseorang terbangun dari

tidurnya (Baker, 1984 Freedman, 1999; Suryani, 2004).

Ventilasi yang baik

Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang (Potter & Perry, 2005).

Kelembaban ruangan perlu diatur agar paru-paru tidak kering karena apabila kelembaban

ruangan tidak diatur maka seseorang tidak akan dapat tidur, walaupun dapat tidur maka

seseorang akan terbangun dengan kerongkongan kering seakan-akan seseorang tersebut

menderita radang amandel (Septiyadi, 2005).

Ruang dan tempat tidur yang nyaman

Ruang tidur merupakan tempat dimana seseorang melepaskan pikiran-pikiran yang penat /

lelah setelah seharian melakukan aktifitas. Apabila ruang tidur kotor ataupun bau maka bisa

dikatakan itulah faktor utama dari susahnya tidur (Septiyadi, 2005). Ukuran, kekerasan dan

posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur (Potter & Perry, 2005).  

Cahaya/lampu yang terlalu terang

Tingkat cahaya dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur (Potter dan Perry, 2005). Level

cahaya yang normal adalah cahaya disiang hari lebih terang apabila dibandingkan dengan

malam hari (Redeker, 1998; Retti Suryani, 2004). Seseorang yang terbiasa dengan lampu

Page 2: Jurnal 10

yang redup disaat tidur akan mengalami kesulitan tidur jika sorot lampu yang terlalu terang

(Le, 1997; Potter dan Perry, 2001; Suryani, 2004).

Suhu ruangan

Ruangan yang terlalu panas/terlalu dingin seringkali menyebabkan seseorang gelisah.

Keadaan ini akan mengganggu tidur seseorang (Potter & Perry, 2005). Miller (2004) dalam

Suryani (2004) tahap tidur REM menurun jika suhu terlalu panas/terlalu dingin.

Bau yang tidak nyaman

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2004) melaporkan bahwa tidur responden

terganggu akibat bau ruangan yang tidak nyaman. Sementara hal yang sama juga dilaporkan

oleh Karota-Bukit (2003) bahwa 13% responden mengalami gangguan tidur pada tingkat

sedang karena bau yang tidak nyaman. 

http://www.e-jurnal.com/2014/01/faktor-lingkungan-yang-mempengaruhi.html

Ada beberapa Faktor Psikososial yang mempengaruhi kualitas tidur. Gangguan tidur

dilaporkan oleh 90% individu yang mengalami stres, perasaan cemas, dan depresi

(Chokroverty, 1999; Suryani, 2004). Hal ini terjadi pada seseorang yang mempunyai

penyakit(Potter & Perry, 2005).  

Stres

Seseorang dapat mengalami stres emosional karena penyakit. Oleh karena itu emosi

seseorang dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Stres emosional menyebabkan

seseorang menjadi tegang dan seringkali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stres juga

menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tertidur, sering terbangun selama siklus

tidur, atau terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang

buruk (Potter & Perry, 2005). Stres dapat mengubah pola tidur seseorang dalam beberapa

waktu. Selama adanya stres psikologis, waktu yang dibutuhkan untuk memulai tidur dan

tahap tidur NREM ke 1 dan 2 meningkat (Monroe, Simons, dan Thasle, 1992; Lee, 1997;

Suryani, 2004).

Cemas

Page 3: Jurnal 10

Penderita penyakit yang memiliki resiko terhadap kecemasan adalah mereka yang takut dan

khawatir akan penyakitnya, diisolasi dari keluarga dan kerabat, dan tidak familiar dengan

lingkungan (Webster & Thompson, 1986). Perasaan cemas menyebabkan waktu yang

dibutuhkan untuk memulai tidur sangat lama, tahap tidur NREM ke 4 dan tidur REM

menurun, serta pasien lebih sering terbangun pada malam hari (Karacan et al, 1968, 1978;

Closs, 1988; Suryani, 2004).

Depresi

Depresi merupakan suatu penyakit yang berpengaruh kepada efek kejiwaan. Seseorang yang

telah terkena depresi akan mengalami gangguan tidur yang mana ciri khas seseorang yang

terkena sindrome tersebut adalah susah untuk tidur dan selalu murung (Septiyadi, 2005).

http://www.e-jurnal.com/2014/01/faktor-psikososial-yang-mempengaruhi.html

Ternyata profesi menentukan kualitas tidur Anda, misalnya pengacara lebih memiliki tidur cukup dibandingkan pekerja media, seperti dikutip Huffingtonpost, Rabu (4/9/2013).

Sebanyak 83 persen orang mengalami tidur yang buruk pada malam hari, pendapatan dan profesi menjadi faktor yang mempengaruhi hal ini.Menurut penelitian, sebanyak 20 persen pekerja yang berpendapatan tinggi mungkin mendapatkan tidur malam yang lebih baik.

Survei juga meneliti pekerjaan tertentu mempengaruhi kebiasaan tidur. Banyak pekerja yang tidak memiliki waktu tidur seperti yang disarankan antara tujuh sampai sembilan jam.Hampir 40 persen orang berprofesi hukum mendapatkan tujuh sampai sembilan jam, sementara hanya 29,6 persen dari orang yang bekerja di media, menjadi sales ataupun marketing.Dan untuk orang-orang yang bekerja terjun langsung di lapangan rata-rata hanya lima sampai enam jam per malam.Ada beberapa trik sederhana untuk meningkatkan tidur malam ini. Pastikan kamar tidur sejuk, gelap dan tenang serta kurangi penggunaan kafein.  Pertimbangkan penggunaan barang elektronik, gelombang cahaya pada ponsel, laptop, tablet dan televisi sangat mengganggu produksi melatonin alami tubuh. - See more at: http://health.liputan6.com/read/683537/profesi-ternyata-pengaruhi-kualitas-tidur-seseorang#sthash.2CIVBJE0.dpuf

http://health.liputan6.com/read/683537/profesi-ternyata-pengaruhi-kualitas-tidur-seseorang

Page 4: Jurnal 10

Sungguh menyedihkan hidup dalam kesepian. Disamping kurangnya dukungan

sosial, hasil penelitian menunjukkan bahwa kesepian juga mengganggu waktu

istirahat malam. Para peneliti mengatakan bahwa kurangnya tidur merupakan salah

satu cara perasaan kesepian dapat mempengaruhi kesehatan.

Peneliti dari Universitas Chicago membandingkan tingkat kesepian 95 orang dewasa

di pedesaan South Dakota, AS dengan hasil pengukuran siklus tidurnya. Tidak ada

individu yang terisolasi secara sosial, namun persepsinya tentang kesepian

bervariasi.

Skor kesepian yang lebih tinggi berkaitan dengan tingginya tingkat tidur yang

terputus di malam hari. Jumlah total tidur dan kantuk di siang hari tidak

mempengaruhi.

“Bukan hanya karena individu yang sangat kesepian menjadi kurang tidur.

Hubungan antara kesepian dan kegelisahan tidur terjadi pada berbagai keterkaitan

yang dirasakan,” kata pemimpin penulis Lianne Kurina, PhD, dari Departemen Ilmu

Kesehatan di Universitas Chicago seperti dikutip darimedicalxpress.com, Selasa

(1/11/2011).

“Kesepian berkaitan dengan efek buruk terhadap kesehatan. Kami ingin menjelajahi

teori bahwa tidur dapat dipengaruhi oleh perasaan kesepian. Kami menemukan

bahwa kesepian tidak mengubah jumlah total tidur individu, tapi membangunkan

indvidu lebih sering sepanjang malam,” ujarnya.

Temuan ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya tahun 2002 yang diterbitkan

oleh American Psychological Society yang membandingkan kesepian dengan kualitas

tidur yang dilaporkan oleh siswa. Para siswa yang merasa kesepian lebih sering

terganggu tidurnya di malam hari.

Kesamaan antara kajian ini membantu menunjukkan bahwa kesepian dan isolasi

sosial adalah dua konsep yang berbeda. Peneliti berpendapat bahwa kesepian

mencerminkan isolasi sosial yang dirasakan atau perasaan menjadi orang buangan,

yaitu kesenjangan antara hubungan yang diinginkan dengan hubungan sosial

sebenarnya yang sering terasa menyakitkan.

“Kita semua nampaknya bergantung pada perasaan aman dalam lingkungan sosial

untuk dapat tidur nyenyak. Hasil dari penelitian ini bisa memberi pemahaman yang

lebih jauh mengenai bagaimana faktor-faktor sosial dan psikologis mempengaruhi

kesehatan,” pungkas Kurina. (sumber : detikhealth.com)

http://hutantropis.com/kualitas-tidur-bisa-terganggu-karena-kesepian