jurnal asuransi syariah-faktor makro ekonomi dan demografi
DESCRIPTION
Jurnal terbitan AAMAITRANSCRIPT
16 | P a g e
Analisis Faktor-Faktor Makro Ekonomi dan Demografi Terhadap
Fungsi Permintaan Asuransi Jiwa di Indonesia
Prihantoro1, Imam Basuki
2, Kasir Iskandar
3
Dosen Pascasarjana Universitas Gunadarma,
Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan AAMAI1
E-mail: [email protected]
Sekretaris Dewan Pengurus AAMAI, President Director KIS Aktuaria2
E-mail : [email protected]
Ketua Komisi Penguji Sektor Jiwa AAMAI3
E-mail : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis faktor-faktor determinat
fungsi permintaan asuransi jiwa di Indonesia. Model penelitian yang digunakan
mengacu pada model penelitian Outreville (1996) yang telah dikembangkan oleh
Arena (2006) dan Nesterova (2008). Motivasi utama penelitian ini didasarkan
pada fenomena pertumbuhan dan kontribusi asuransi jiwa di Indonesia yang
pesat.
Variabel penelitian independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tingkat pertumbuhan produk domestik bruto, tingkat inflasi, tingkat bunga
tabungan, tingkat pertumbuhan sektor keuangan (representasi dari jumlah M2
terhadap pdb), tingkat pendidikan dan dependency ratio. Sedangkan variabel
dependen dalam penelitian ini adalah penetrasi asuransi jiwa terhadap produk
domestik bruto (life insurance penetration). Data penelitian menggunakan data
sekunder selama lima tahun (2006 – 2011), yang dianalisis dengan metode
statistik multiple regression, dengan software komputer SPSS ver 19.0.
Berdasarkan analisis terhadap pengaruh seluruh variabel yang dibahas
dalam penelitian, serta berbagai data pendukungnya, maka fungsi permintaan
asuransi pada industri jiwa yang direpresentasikan dengan life insurance
penetration di Indonesia dalam kondisi perekonomian yang relative stabil dengan
tingkat pertumbuhan yang normal (ceteris paribus) cenderung akan mengalami
pertumbuhan rata-rata sebesar 19.3%. Beberapa faktor utama (determinant
factor) yang perlu diperhatikan oleh industri asuransi jiwa dalam meningkatkan
permintaan produk asuransi adalah tingkat produk domestik bruto, tingkat
pendidikan masyarakat, tingkat pertumbuhan sektor keuangan dan tingkat bunga
tabungan (berpengaruh positif signifikan). Sedangkan faktor lain yang juga
memerlukan pertimbangan adalah tingkat inflasi dan dependency ratio penduduk
(berpengaruh negative signifikan).
Dalam penetapan kebijakan pemasaran produk asuransi jiwa secara regional
pada setiap kabupaten/kota, industri asuransi jiwa dapat menggunakan data
produk domestik regional bruto. Faktor lain yang juga perlu dipertimbangkan
adalah tingkat pendidikan penduduk pada setiap daerah kabupaten/kota yang
menjadi target dan sasaran pemasaran produknya. Sehingga industri asuransi
jiwa dapat secara tepat menerapkan berbagai kebijakan premi dan target
penjualan produk asuransinya.
17 | P a g e
Kata kunci: determinant factor, life insurance penetration, fungsi permintaan
asuransi jiwa
1. Pendahuluan
Industri Perasuransian merupakan salah satu bentuk Lembaga Keuagan Non
Bank yang berperan menjadi salah satu pilar perekonomian nasional. Peran tersebut
terkait dengan kemampuannya sebagai lembaga penerima pemindahan risiko (transfer
of risk) masyarakat serta lembaga penghimpun dan penyerap akumulasi dana
masyarakat. Konsep tersebut sejalan dengan beberapa hasil studi dan penelitian empiris
yang telah dilakukan pada beberapa negara lain di Asia yang menunjukkan bahwa,
industri asuransi menjadi salah satu pilar dalam pertumbuhan ekonomi (Soo, 1999;
Webb, 2000; Ward dan Zurbrueeg, 2000; Hwang dan Greenford, 2005; Feyen et al,
2011).
Hasil studi empiris yang dilakukan oleh Zhu (1999), Hwang dan Gao (2003),
serta Hwang dan Greenford (2005) menunjukkan bahwa pertumbuhan industri
perasuransian di China memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap
perkembangan ekonomi makro negara tersebut. Menurut hasil penelitian Beck dan
Levine (2004), serta Arena (2006) negara-negara dengan memiliki tingkat pertumbuhan
industri asuransi berpengaruh secara positif terhadap faktor produksi, tabungan dan
akumulasi modal investasi.
Berdasarkan analisis terhadap beberapa indikator perkembangan industri
perasuransian Indonesia dalam kurun waktu 2006 – 2011 menunjukkan bahwa sektor
asuransi jiwa memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan industri
perasuransian Indonesia. Hal tersebut terlihat dari beberapa indikator kontribusi asuransi
jiwa terhadap perkembangan bisnis industri perasuransian nasional dalam periode enam
tahun terakhir yang meliputi (1) total kekayaan (assets) asuransi jiwa dengan kontribusi
rata-rata sebesar 46,5%; (2) tingkat rata-rata pertumbuhan kekayaan (assets) asuransi
jiwa dengan kontribusi 33%; serta, (3) tingkat rata-rata pertumbuhan premi dengan
kontribusi sebesar 22,4%. Berdasarkan hal tersebut studi empiris faktor-faktor yang
mempengaruhi fungsi permintaan asuransi jiwa di Indonesia merupakan salah satu
bahan diskusi yang menarik.
18 | P a g e
Pertumbuhan bisnis dan permintaan asuransi jiwa menurut beberapa studi empiris
yang telah dilakukan terdahulu dipengaruhi oleh peningkatan kondisi sosial, perubahan
demografi dan perkembangan ekonomi makro (Lewis, 1989; Bernheim, 2001; Lind dan
Grace, 2006; Nestrova, 2008; serta Celik dan Kayali, 2009). Hasil studi empiris Ward
dan Zurbruegg (2002) di negara-negara yang tergabung dalam Organization for
Economic Cooperation and Development (OECD) menunjukkan bahwa, terdapat
hubungan kausalitas yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan
asuransi jiwa. Menurut studi Webb et al (2002) perkembangan ekonomi makro dapat
digunakan sebagai predictor variable dalam melakukan analisis permintaan asuransi
jiwa. Berdasarkan analisis terhadap beberapa studi empiris terdahulu dari Ward dan
Zurbruegg (2002), Web et al (2002), serta Kugler dan Ofoghi (2006) fungsi permintaan
industri asuransi jiwa dipengaruhi oleh pertumbuhan dan peningkatan Gross Domestic
Product (GDP).
Beberapa studi yang terdahulu dan kajian teoritis menunjukkan bahwa, fungsi
permintaan (demand function) asuransi jiwa merupakan representasi beberapa indikator,
meliputi (1) Life insurance penetration, yaitu rasio jumlah premi asuransi jiwa
dibandingkan dengan tingkat Product Domestic Bruto (Ward dan Zurbruegg, 2002; Web
et al, 2002; Beck, 2002). (2) Life insurance density, yaitu rasio jumlah premi asuransi
jiwa dibandingkan dengan jumlah penduduk (Ward dan Zurberegg, 2000; Beck, 2002;
Lind dan Grace, 2006; Kugler dan Ofoghi, 2006; Nestrova, 2008). (3) Life insurance in
private saving, yaitu rasio jumlah premi asuransi terhadap jumlah tabungan masyarakat
(Web et al, 2002; Beck, 2002; Kugler dan Ofoghi, 2006).
Laporan Perasuransian (2011) menunjukkan bahwa tingkat penetrasi asuransi
jiwa di Indonesia yang dicerminkan oleh rasio premi bruto asuransi jiwa terhadap
Product Domestic Bruto (PDB), dalam periode tahun 2006 – 2011 secara berurutan
adalah sebesar 0.82% tahun 2006, 1,15% tahun 2007, 1,01% tahun 2008, 1,10% tahun
2009, serta 1,13% tahun 2010. Berdasarkan data tersebut tingkat penetrasi asuransi jiwa
(life insurance penetration) tertinggi diraih pada tahun 2011 yaitu sebesar 1,19%,
dengan tingkat pertumbuhan premi sebesar 40%. Tingkat pertumbuhan premi pada
tahun 2011 tersebut merupakan tingkat pertumbuhan yang tertinggi dalam periode tahun
2006 – 2011. Deskripsi selengkapnya perkembangan penetrasi, density dan kontribusi
asuransi jiwa disajikan pada gambar 1.
19 | P a g e
Pada gambar 1., ditunjukkan perkembangan nilai life insurance density yaitu
perbandingan nilai premi bruto yang berhasil dikumpulkan oleh industri asuransi jiwa
dengan jumlah penduduk tahun 2006 - 2010. Tingkat life insurance density tertinggi
selama periode lima tahun tersebut dicapai pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp.
315.844,00. Besarnya life insurance density mencerminkan rata-rata setiap penduduk di
Indonesia mengeluarkan dana sebesar Rp. 315.844,00 untuk membayar premi asuransi
jiwa. Indikator fungsi permintaan lainnya adalah tingkat life insurance in private saving,
yang mencerminkan besarnya prosentase nilai premi asuransi jiwa dibandingkan dengan
tabungan masyarakat. Besarnya life insurance in private saving pada tahun 2010 adalah
sebesar 12.29%, kondisi tersebut mencerminkan bahwa jumlah dana yang dialokasikan
oleh masyarakat untuk membayar premi asuransi jiwa sebesar 12.29% dari jumlah dana
yang ditabung di bank.
Sumber: - Laporan Perasuransian 2010 (Bapepam LK)
- Statistik Ekonomi Indonesia, Maret 2012 (Biro Pusat Statistik)
Gambar 1.
Grafik Perkembangan Penetrasi Asuransi, Insurance Density dan
Kontribusi Premi Asuransi Terhadap TabunganIndonesia (2006-2011)
Hasil analisis terhadap tingkat penetrasi, density dan kontribusi asuransi jiwa
(gambar 1.) menunjukkan bahwa peningkatan dan pertumbuhan asuransi jiwa di
Indonesia sampai dengan sekarang masih belum mampu memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap perkembangan perekonomian nasional. Sehingga materi penelitian
0.82% 1.15% 1.01% 1.10% 1.13% 1.19%
123.4 202.8 220.6 266.9 315.8 425.7
8.18% 10.38% 10.02% 12.63% 12.29% 12.87%
Insr Penetration Insr Density Insr Contrbution Saving
20 | P a g e
yang menarik adalah analisis faktor-faktor makro ekonomi dan demografi terhadap
fungsi permintaan asuransi jiwa di Indonesia.
2. Studi Empiris Fungsi Permintaan Asuransi Jiwa
Studi Ward dan Zurbruegg (2002) melakukan analisis terhadap fungsi permintaan
asuransi jiwa di 37 negara yang tergabung dalam Organization for Economic
Cooperation and Development (OECD) dan Asia, periode 1987 – 1998. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat elastisitas pendapatan terhadap permintaan asuransi jiwa di
Asia bersifat elastis. Hal ini ditunjukkan oleh pengaruh peningkatan income per kapita
sebesar 10,0%, akan mendorong peningkatan konsumsi asuransi jiwa sebesar 13,13%,
sedangkan untuk negara-negara yang tergabung dalam OECD (selain Asia) bersifat
inelastis. Hasil penelitian Ward dan Zurbruegg (2002) juga menunjukkan bahwa
peningkatan inkome per kapita di beberapa negara di Asia seperti Indonesia,
Bangladesh, Myanmar dan Thailand masih belum mampu mendorong pertumbuhan
permintaan asuransi jiwa, seperti yang ditunjukkan di negara-negara Asia lainnya.
Studi yang dilakukan Arena (2006) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
saling berpengaruh (causal relationship) antara pertumbuhan makro ekonomi dan
perkembangan asuransi jiwa. Studi tersebut dilakukan dengan menerapkan metode panel
terhadap 56 negara dengan menggunakan data historis selama 28 tahun (1976 – 2004).
Variabel utama yang digunakan oleh Arena (2006) mengacu pada penelitian Outreville
(1996), yaitu (1) faktor ekonomi makro, yang meliputi tingkat product domestic bruto,
tingkat inflasi, dan tingkat bunga tabungan masyarakat; (2) faktor demografi, yang
meliputi tingkat pendidikan dan tingkat urbanisasi. Rekomendasi yang diberikan oleh
Arena (2006) terhadap penelitian lanjutan untuk menganalisis fungsi permintaan adalah
penambahan faktor tingkat bunga saving deposit untuk variabel makro ekonomi serta
dependency ratio, yaitu faktor rasio ketergantungan anggota keluarga baik yang masih
berusia muda ataupun usia lanjut.
Penelitian lanjutan yang mengacu pada model yang dikembangkan oleh Arena
(2006) dilakukan Heiss dan Sumegi (2008). Riset yang dilakukan oleh Heiss dan
Sumegi (2008) menggunakan metodologi panel terhadap 29 negara Eropa periode tahun
1992 – 2005 menunjukkan bahwa, asuransi sektor jiwa berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi 15 negara Eropa. Penelitian yang dilakukan oleh Heiss dan
21 | P a g e
Sumegi (2008) tersebut menunjukkan bahwa variabel dependency ratio tidak signifikan
berpengaruh terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa.
Studi lain yang dilakukan oleh Nesterova (2008) menunjukkan bahwa, fungsi
permintaan asuransi jiwa secara signifikan dipengaruhi oleh variabel makro ekonomi
dan variabel demografi. Sedangkan variabel institusional, yang meliputi stabilitas politik
serta efisiensi dan korupsi pemerintah pada fungsi permintaan asuransi jiwa
berpengaruh tidak signifikan. Kontribusi utama yang diberikan oleh Nesterova (2008)
adalah melakukan penelitian dengan menggunakan data historis 11 tahun terhadap 14
negara di Eropa Timur (cross country analysis). Rekomendasi penelitian yang diajukan
oleh Nesterova (2008) adalah penggunaan model penelitian Outreville (1996) yang telah
disempurnakan oleh Arena (2006).
Hasil analisis dan kajian terhadap beberapa penelitian terdahulu dalam bidang
fungsi permintaan asuransi jiwa seperti Outreville (1996), Ward dan Zurbruegg (2002),
Arena (2006), Heiss dan Sumegi (2008) serta Nesterova (2008), menunjukkan bahwa
model penelitian yang direkomendasikan untuk melakukan analisis fungsi permintaan
asuransi jiwa mengacu pada model penelitian Outreville (1996) yang telah
dikembangkan oleh Arena (2006), serta disempurnakan oleh Nesterova (2008).
Hasil penelitian Ward dan Zurbrueeg (2002) yang menggunakan data tahun 1987
– 1988, menunjukkan bahwa Indonesia peningkatan income per kapita masyarakat
masih belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan industri
asuransi jiwa dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya. Hasil penelitian Ward
dan Zurbruegg (2002) tersebut memperkuat motivasi penelitian ini untuk melakukan
analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa di
Indonesia.
Berdasarkan pada fenomena dan motivasi penelitian, serta rekomendasi penelitian
yang menganalisis fungsi permintaan asuransi jiwa maka perumusan masalah yang
dibahas dalam penelitian ini adalah Analisis Pengaruh Makro Ekonomi dan Demografi
Terhadap Fungsi Permintaan Asuransi Jiwa di Indonesia, Periode Tahun 2006-2011.
Model penelitian yang digunakan mengacu pada model penelitian Outreville (1996)
yang telah dikembangkan oleh Arena (2006) dan Nesterova (2008).
22 | P a g e
3. Metodologi Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk menguji pengaruh variabel makro ekonomi dan
variabel demografi terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa di Indonesia. Variabel
ekonomi makro yang digunakan dalam penelitan ini berperan sebagai variabel bebas
(independent variables), serta mengacu pada studi dari Ward dan Zurgbruegg (2002)
serta penelitian Nesterova (2008), meliputi produk domestik bruto (PDB) per kapita,
inflasi, tingkat bunga, dan rasio jumlah uang beredar terhadap PDB. Variabel demografi
yang digunakan dalam penelitian ini berperan sebagai variabel bebas (independent
variables), serta mengacu pada studi Nesterova (2008), meliputi tingkat pendidikan dan
dependency ratio.
Fungsi permintaan asuransi jiwa yang digunakan sebagai variabel terikat
(dependent variable) dalam penelitian ini mengacu pada studi yang dilakukan oleh
Ward dan Zurbruegg (2002), Web et al, (2002), Beck (2002), Lind dan Grace (2006),
Kugler dan Ofoghi (2006), serta Nestrova (2008), yaitu life insurance penetration. Unit
analisis dalam penelitian ini adalah industri asuransi jiwa yang merupakan kumpulan
dari beberapa perusahaan asuransi jiwa. Dilihat dari periode waktu (time horizon),
penelitian ini bersifat cross section, yaitu informasi dari berbagai sumber secara empiris
langsung dikumpulkan, dengan tujuan untuk mengetahui obyek yang sedang diteliti
(Sekaran, 2000; Boudreau, et al., 2004).
3.1. Sumber Data
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari beberapa sumber, yaitu
Laporan Perasuransian Indonesia, yang berisi Kegiatan Operasional dan Aktivitas
Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Jiwa dan Kerugian yang beroperasi di
Indonesia, tahun 2010 (Bapepam – LK, 2010):
http://www.bapepam.go.id/perasuransian.
Statistik Kependudukan Indonesia, 2006-2011 (Biro Pusat Statistik, Desember
2011); http://www.bps.go.id.
Statistik Perbankan Indonesia, 2006-2011 (Bank Indonesia, Desember 2011);
http://www.bi.go.id.
23 | P a g e
Population and Development Report Periode 2006-2011 (World Bank, November
2011); http://data.worldbank.org/indicator/SP.POP.DPND.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel dependent yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
indikator life insurance penetration, sebagai proxy terhadap fungsi permintaan
asuransi jiwa. Indikator life insurance penetration menggambarkan tingkat
konsumsi asuransi jiwa masyarakat dan pertumbuhan ekonomi makro yang
dicerminkan oleh produk domestic bruto (PDB). Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ward dan Zurbruegg (2002) dan Nesterova (2008).
Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel
makro ekonomi dan variabel demografi. Deskripsi variabel makro ekonomi dalam
penelitian ini mengacu pada penelitian Ward dan Zurgbruegg (2002) serta
penelitian Nesterova (2008), meliputi produk domestik bruto (PDB) per kapita,
inflasi, tingkat bunga, dan rasio tabungan masyarakat terhadap PDB. Deskripsi
variabel demografi dalam penelitian ini mengacu pada studi Nesterova (2008),
yaitu tingkat pendidikan dan dependency ratio.
Tingkat Pertumbuhan PDB per kapita
Tingkat PDB per kapita merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap
fungsi permintaan asuransi jiwa. Menurut Global Competitiveness Report (2011)
dari World Economic Forum (WEF-UNO), PDB per kapita menunjukkan
kemampuan dan daya beli masyarakat suatu negara untuk berkonsumsi. Sehingga
PDB per kapita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat suatu negara (Ward dan Zurbruegg,
2002; Beck, 2002; Lind dan Grace, 2006; Kugler dan Ofoghi, 2006; Nesterova,
2008). Laju pertumbuhan ekonomi diukur melalui perkembangan PDB per kapita
yang dalam penelitian ini menggunakan data laporan Biro Pusat Statistik periode
tahun 2006 – 2011.
24 | P a g e
Inflasi
Inflasi sangat terkait dengan penurunan kemampuan daya beli, baik individu
maupun perusahaan, sehingga kecenderungan naiknya tingkat harga disebut gejolak
inflasi (Lipsey, 1992). Menurut Nopirin (1990), Lipsey (1992) dan Nesterova
(2008) metode yang digunakan untuk mengukur inflasi adalah harga umum, angka
deflator (deflator rate), indeks harga umum (IHK), harga pengharapan (expecting
price), indeks dalam dan luar negeri. Menurut beberapa penelitian terdahulu dari
Outreville (1996), Beck dan Web (2002), Ward dan Zurbruegg (2002), sert Lie et
al. (2007), menunjukkan bahwa tingkat inflasi merupakan salah satu faktor yang
memberikan pengaruh negatif terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa. Variabel
tingkat inflasi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada studi terdahulu
dari Beck dan Webb (2002) dan Nesterova (2008) dengan menggunakan nilai
inflasi harga yang berlaku di Indonesia periode tahun 2006 – 2011, dari Biro Pusat
Statistik (BPS).
Tingkat Bunga (Interest Rate)
Tingkat bunga merupakan salah satu faktor yang utama bagi perusahaan asuransi
jiwa, karena tingkat bunga akan merefleksikan besarnya return dana investasi yang
akan diperoleh perusahaan. Sehingga semakin tinggi tingkat bunga akan
mendorong naiknya profitabilitas perusahaan asuransi, dan selanjutnya akan
meningkatkan keuntungan nasabah asuransi jiwa. Sehingga pertumbuhan tingkat
bunga akan berpengaruh positif terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa (Beck
dan Web, 2002). Variabel tingkat bunga yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan nilai rata-rata tingkat bunga tabungan perbankan nasional periode
2006-2011, yang sesuai dengan metode penelitian yang dilakukan oleh Nesterova
(2008).
Pertumbuhan Sektor Keuangan
Rekomendasi penggunaan variabel pertumbuhan sektor keuangan untuk dianalisis
sebagai determinan fungsi permintaan asuransi jiwa diajukan oleh Outreville
(1996), Beck dan Web, (2002), Lin dan Grace (2006), serta Lien et al., (2007).
Indikator pertumbuhan sektor keuangan merupakan prosentase pertumbuhan
25 | P a g e
permintaan uang dari setiap unit output. Indikator tersebut dipresentasikan melalui
perbandingan jumlah uang beredar dalam arti luas (broad money atau M2) terhadap
produk domestik bruto (PDB). Peningkatan permintaan uang akan menjadi stimulus
peningkatan aktivitas dan return kegiatan investasi (Outreville, 1996 dan Masci,
2007).
Tingkat Pendidikan
Menurut hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa, tingkat pendidikan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa. Hal
ini disebabkan karena meningkatnya level pendidikan masyarakat akan
memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan terhadap manfaat dan peran
asuransi jiwa dalam memberikan perlindungan risiko (Ward dan Zurbruegg, 2002;
Web et al, 2002; Lie et al., 2007; serta Nestrova, 2008). Menurut Lie et al., (2007)
tingkat pendidikan masyarakat merupakan representasi dari rata-rata jangka waktu
(periode) pendidikan yang ditempuh oleh penduduk, dari setiap jenjang pendidikan.
Sedangkan menurut Nesterova (2008) indikator tingkat pendidikan masyarakat
dihitung dengan metode yang sesuai dengan standard UNDP-UNO (United Nation
Development Program – United Nation Organizations). Data yang digunakan
diperoleh dari laporan tahunan Human Development Index (HDI), dalam formula
prosentase angka partisipasi kasar dan prosentase angka partisipasi murni
pendidikan yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik tahun 2006 – 2011.
Dependency Ratio
Dependency ratio adalah rasio dari ketergantungan penduduk yang berusia dibawah
15 tahun dan berusia diatas 64 tahun, terhadap angkatan kerja (World Bank Report,
2011). Hasil studi Lewis (1989) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
positif antara dependency ratio penduduk dengan fungsi permintaan asuransi jiwa.
Menurut Laporan World Bank (2011), metode yang digunakan untuk menghitung
dependency ratio dilakukan dengan menentukan nilai prosentase jumlah angkatan
kerja dengan jumlah populasi sesuai dengan tingkatan umur. Data yang digunakan
untuk menentukan indikator dependency ratio dalam penelitian ini diperoleh dari
Laporan Tahunan World Bank periode 2006 – 2011 (World Bank Report, 2011).
26 | P a g e
3.3. Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif,
untuk memperkirakan secara kuantitatif pengaruh dari beberapa variabel
Independen secara bersama‐sama maupun secara sendiri‐sendiri terhadap variabel
dependen. Hubungan fungsional antara satu variabel dependen dengan variabel
independen dapat dilakukan dengan regresi berganda dan menggunakan data
gabungan antara cross section dan time series.
Metode analisis yang digunakan adalah regresi, yang bertujuan untuk
menentukan faktor determinant fungsi permintaan asuransi jiwa sesuai dengan studi
yang dilakukan oleh Ward dan Zurgbruegg (2002), Beck dan Webb (2002), Lind
dan Grace (2006), Kugler dan Ofoghi (2006), serta Nesterova (2008). Penelitian ini
menganalisis 7 variabel, yaitu pertumbuhan produk domestic bruto per kapita
(pdb), tingkat inflasi (Infl), tingkat bunga (Int), dependency ratio (depend),
pertumbuhan sektor keuangan (keu), tingkat pendidikan (pend), serta permintaan
asuransi jiwa (Y). Koefisien dan δ merupakan koefisien regression weight, serta
merupakan disturbance term (error).
4. Pengujian Data Penelitian
4.1. Uji Asumsi Klasik
Analisis data yang dilakukan yaitu analisis regresi berganda dengan
menggunakan bantuan program komputer SPSS for windows versi 15.0. Untuk
mendapat estimasi yang terbaik, terlebih dahulu data sekunder tersebut harus
dilakukan pengujian asumsi regresi klasik, yaitu: uji multikolineritas, uji normalitas
dan uji autokorelasi.
Berdasarkan output yang diolah dengan menggunakan program SPSS for
windows versi 15.0, untuk menguji multikolinearitas adalah seluruh variabel
independen mempunyai nilai tolerance kurang dari 10 persen. Hal ini menunjukkan
tidak terdapat korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 90 persen.
Selain itu, hasil VIF juga terlihat bahwa tidak ada variabel independen yang
memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
27 | P a g e
Pengujian normalitas data menggunakan metode analisis grafik dan melihat
normal probability plot. Setelah data dimasukkan dan diolah oleh program SPSS,
diperoleh hasil uji Normal Probability Plot seperti pada gambar 2. Untuk
mendukung tingkat normalitas data juga dilakukan pengujian Kolmogorov Smirnov,
yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi ujinya lebih besar dari 0,05 (≥0,05).
Hasil tersebut menandakan bahwa data penelitian yang digunakan berdistribusi
normal.
Gambar 2.
Hasil Pengujian Normalitas
Menurut Santoso (2000), jika angka Durbin Watson berkisar antara –2
sampai dengan +2 maka koefisien regresi bebas dari gangguan autokorelasi
sedangkan jika angka DW dibawah –2 berarti terdapat autokorelasi positif dan jika
angka DW diatas +2 berarti terdapat autokorelasi negatif. Pada uji regresi yang telah
dilakukan dengan menggunakan software SPSS for windows versi 19.0, memberikan
hasil penilaian Durbin‐Watson sebesar 1,633, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi problem autokorelasi.
4.2. Uji Regresi & Determinasi
Berdasarkan output regresi linear dengan program SPSS, maka model analisis
regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
dependpendkeuIntInflpdb 076.0261.0246.0178.0087.0284.0193.0
28 | P a g e
Berdasarkan persamaan regresi yang telah dibuat, maka beberapa hal yang berkaitan
dengan tingkat permintaan asuransi jiwa di Indonesia dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Konstanta menunjukkan nilai sebesar 0.193, yang berarti bahwa tanpa variabel
independent tingkat permintaan asuransi jiwa sudah tumbuh 19.3%. Hal tersebut
mencerminkan bahwa permintaan asuransi jiwa memerlukan dukungan dari
beberapa variabel pertumbuhan pdb, penurunan inflasi dan tingkat bunga,
pertumbuhan keuangan, peningkatan level pendidikan serta penurunan
dependency ratio.
2. Variabel pertumbuhan produk domestik bruto menunjukkan nilai 0.284. Hal ini
berarti bahwa setiap peningkatan produk domestik bruto sebesar 1% akan
meningkatkan permintaan asuransi jiwa sebesar 28.4%, apabila seluruh variabel
lainnya konstan.
3. Variabel tingkat inflasi menunjukkan nilai -0.087. Hal ini berarti bahwa setiap
terjadi peningkatan inflasi sebesar 1% akan menurunkan permintaan asuransi jiwa
sebesar 8.7%, apabila seluruh variabel lainnya konstan.
4. Variabel tingkat bunga tabungan menunjukkan nilai 0.178. Hal ini berarti bahwa
setiap terjadi kenaikan tingkat bunga sebesar 1% akan meningkatkan permintaan
asuransi jiwa sebesar 17.8%, apabila seluruh variabel lainnya konstan.
5. Variabel pertumbuhan keuangan menunjukkan nilai 0.246. Hal ini berarti bahwa
setiap pertumbuhan sektor keuangan sebesar 1%% akan meningkatkan
permintaan asuransi jiwa sebesar 24.6%, apabila seluruh variabel lainnya
konstan.
6. Variabel level pendidikan menunjukkan nilai 0.261. Hal ini berarti bahwa setiap
peningkatan level pendidikan penduduk sebesar 1%% akan meningkatkan
permintaan asuransi jiwa sebesar 26.1%, apabila seluruh variabel lainnya
konstan.
7. Variabel dependency ratio menunjukkan nilai -0.076. Hal ini berarti bahwa setiap
terjadi peningkatan dependency ratio sebesar 1% akan menurunkan permintaan
asuransi jiwa sebesar 7.6%, apabila seluruh variabel lainnya konstan.
29 | P a g e
Hasil pengujian siginifikansi pengaruh dengan Uji F yang dilakukan,
menunjukkan nilai sebesar 0.03. Hasil uji siginifikansi (uji F) tersebut menunjukkan
nilai yang lebih kecil dari tingkat kesalahan penelitian yang ditentukan yaitu sebesar
5%, sehingga hal ini memberikan gambaran bahwa seluruh variabel bebas yaitu
pertumbuhan pdb, tingkat inflasi, tingkat bunga, pertumbuhan keuangan, level
pendidikan dan dependency ratio berpengaruh signifikan terhadap tingkat
permintaan asuransi jiwa.
Hasil pengujian determinasi menunjukkan bahwa tingkat determinasi persamaan
yang dicerminkan dengan nilai R2 adalah sebesar 0.689. Hal ini mencerminkan
bahwa 68.9% prediksi tingkat permintaan asuransi jiwa dapat dijelaskan oleh
keenam variabel bebas, yaitu pertumbuhan pdb, tingkat inflasi, tingkat bunga,
pertumbuhan keuangan, level pendidikan dan dependency ratio. Sedangkan 31.1%
sisanya permintaan asuransi jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti tingkat
pendapatan perkapita, budaya, kebutuhan, dan lain sebagainya.
5. Analisis dan Pembahasan
Hasil penelitian secara empiris yang dilakukan dengan menggunakan data selama
lima tahun (2006-2010) menunjukkan bahwa faktor ekonomi dan demografi secara
signifikan berpengaruh terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa di Indonesia. Pengaruh
faktor makro ekonomi ditunjukkan dengan melalui pengaruh positif variabel
pertumbuhan PDB, pengaruh negatif tingkat inflasi, pengaruh positif tingkat bunga
tabungan dan pengaruh positif pertumbuhan sektor keuangan. Hasil penelitian ini
mendukung studi terdahulu yang dilakukan oleh Yaari (1965), Neuman (1989), Lewis
(1989), Bernheim (2001), Lind dan Grace (2006), serta Nesterova (2008). Pengaruh
faktor demografi ditunjukkan dengan pengaruh positif variabel tingkat pendidikan dan
pengaruh negative variabel dependency ratio. Hasil penelitian ini mendukung studi
terdahulu yang dilakukan oleh Hammond et al. (1987), Beenstock et al. (1986), Browne
dan Kim (1993), Beck dan Webb (2003), Bils dan Klenow (2005), serta Nesterova
(2008).
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa yang variabel yang
berpengaruh positif terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa adalah variabel
pertumbuhan pdb sebesar 28,4%; kemudian diikuti oleh variabel tingkat pendidikan
sebesar 26,1%; selanjutnya variabel pertumbuhan keuangan sebesar 24,6% serta
30 | P a g e
variabel tingkat bunga tabungan sebesar 17,8%. Sedangkan variabel yang berpengaruh
negative terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa adalah variabel tingkat inflasi sebesar
-8,7% dan variabel dependency ratio sebesar -7,6%.
Elaborasi terhadap seluruh hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa variabel yang memberikan pengaruh cukup besar dan signifikan
terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa pada faktor makro ekonomi adalah variabel
pertumbuhan pdb, pertumbuhan keuangan, dan tingkat bunga tabungan, sedangkan pada
faktor demografi adalah variabel tingkat pendidikan. Berdasarkan hal tersebut maka
terdapat empat faktor yang menjadi determinant fungsi permintaan asuransi jiwa, yaitu
variabel pertumbuhan produk domestik bruto (pdb), kemudian variabel tingkat
pendidikan masyarakat, selanjutnya adalah variabel pertumbuhan sektor keuangan, dan
yang terakhir adalah variabel tingkat bunga tabungan.
Pengaruh seluruh faktor determinant tersebut terhadap fungsi permintaan asuransi
jiwa adalah positif. Sehingga peningkatan dan pertumbuhan seluruh variabel
determinant akan mendorong pertumbuhan fungsi permintaan asuransi jiwa di
Indonesia. Hal ini mencerminkan bahwa pertumbuhan pdb, peningkatan level
pendidikan masyarakat, pertumbuhan sektor keuangan dan kestabilan tingkat bunga
akan mendorong meningkatnya permintaan asuransi jiwa di Indonesia. Berdasarkan
hasil analisis terhadap faktor determinant yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan
asuransi jiwa tersebut, maka faktor utama yang perlu diperhatikan kalangan industri
asuransi jiwa di Indonesia dalam usahanya untuk meningkatkan akumulasi preminya
adalah faktor pertumbuhan pdb, level pendidikan masyarakat, pertumbuhan sektor
keuangan dan kestabilan tingkat bunga tabungan.
Pengaruh pertumbuhan PDB terhadap peningkatan permintaan asuransi jiwa
berkaitan dengan indikator kesejahteraan penduduk dalam kegiatan pengeluaran dan
konsumsi. Semakin tinggi tingkat pengeluaran dan konsumsi yang dilakukan penduduk,
maka secara simultan mendorong peningkatan income per kapita, dan selanjutnya akan
mendorong fungsi permintaan asuransi jiwa. Tumbuhnya tingkat income per kapita akan
memberikan keleluasaan penduduk untuk mengatur dan mengelola risiko. Sehingga
peningkatan income per kapita secara berkesinambungan akan meningkatkan jumlah
premi asuransi jiwa, serta pada akhirnya tingkat penetrasi premi asuransi jiwa terhadap
31 | P a g e
PDB (life insurance penetration) akan meningkat (Yaari, 1965; Neuman, 1989; Lewis,
1989; Bernheim, 2001; Lind dan Grace, 2006; serta Nesterova, 2008).
Berdasarkan hasil analisis pentingnya peran pertumbuhan produk domestik bruto
(pdb) terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa tersebut, maka industri asuransi jiwa
dalam kegiatan pemasaran produk asuransi jiwa, perlu untuk memperhatikan faktor
produk domestik regional bruto (pdrb) dari setiap daerah kabupaten/kota dalam kegiatan
pemasarannya. Sehingga pada daerah kabupaten/kota dengan tingkat pdrb yang tinggi,
cenderung memiliki potensi yang tinggi untuk membeli produk industri asuransi jiwa.
Hasil pemetaan terhadap laporan Biro Pusat Statistik, beberapa daerah
kabupaten/kota di Indonesia memiliki tingkat pdrb yang tidak merata, beberapa daerah
telah memiliki pdrb diatas 50 juta rupiah, dan bahkan 6 daerah kabupaten/kota yang
memiliki pdrb diatas 100 juta rupiah. Sedangkan sebagian besar daerah kabupaten/kota
di Indonesia yang lainnya masih memiliki pdrb dibawah 20 juta rupiah. Berdasarkan hal
tersebut, maka kebijakan dan strategi pemasaran yang diterapkan oleh industri asuransi
jiwa dalam kegiatan pemasaran produk asuransinya perlu untuk mempertimbangkan
kondisi dan tingkat pdrb yang dimiliki oleh setiap daerah kabupaten/kota. Sehingga
pada daerah yang memiliki tingkat pdrb yang tinggi kebijakan dan strategi
pemasarannya berbeda dengan daerah yang memiliki pdrb rendah. Perbedaan tersebut
terkait dengan kemampuan keuangan serta kebutuhan proteksi calon nasabah dalam
membeli produk asuransi jiwa.
Menurut data yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik tahun 2011 menunjukkan
bahwa beberapa kabupaten/kota di Indonesia memiliki tingkat produk domestik regional
bruto (pdrb) diatas 100 juta rupiah, yaitu Bontang (369.51 juta rupiah), Mimika (324.72
juta rupiah), Jakarta Pusat (251.81 juta rupiah), Kediri (213.21 juta rupiah), Bengkalis
(157.71 juta rupiah), dan Sumbawa Barat (156.25 juta rupiah). Sedangkan beberapa
daerah lainnya yang memiliki tingkat pdrb berkisar antara 50 – 100 juta rupiah adalah
Teluk Bintuni (90.86 juta rupiah), Kepulauan Anambas (72.30 juta rupiah),
Lhokseumawe (62.11 juta rupiah), Cilegon (59.56 juta rupiah), Cilacap (56.68 juta
rupiah), Jakarta Timur (54.56 juta rupiah), serta Musi Banyuasin (50.55 juta rupiah).
Tingkat pendidikan merupakan variabel yang juga berpengaruh terhadap fungsi
permintaan asuransi jiwa, setelah tingkat pertumbuhan pdb. Tingkat pendidikan
masyarakat merupakan salah satu faktor utama yang menjadi pendorong peningkatan
32 | P a g e
fungsi permintaan asuransi jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan dalam populasi akan mendorong pertumbuhan dan perkembangan fungsi
permintaan asuransi jiwa (Bils dan Klenov, 2005). Menurut Nesterova (2008) semakin
tinggi tingkat pendidikan masyarakat akan berpengaruh secara langsung terhadap fungsi
permintaan asuransi jiwa. Sehingga, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan
memperluas kesempatan untuk menambah tingkat produktivitasnya dalam membantu
keluarga. Kemudian selanjutnya akan menambah kemampuan keuangan setiap keluarga
untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan tabungannya. Sementara itu, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat akan
meningkatkan kesadaran dan persepsi masyarakat terhadap konsep benefit dan risiko,
serta manfaat dan peran asuransi jiwa (Bils dan Klenov, 2005; Nesterova, 2008;
Thobary, 2009). Berdasarkan hal tersebut maka tingkat pendidikan masyarakat akan
berpengaruh secara langsung terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa.
Menurut Global Competitiveness Report (2011) menunjukkan bahwa jumlah
penduduk Indonesia yang berkesempatan untuk mengikuti pendidikan tinggi di
Perguruan Tinggi masih kurang dari 10% atau rata-rata sebesar 9.97%. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia yang dapat menikmati pendidikan di
tingkat perguruan tinggi masih sangat kurang yaitu 10% dari seluruh jumlah populasi.
Salah satu faktor penyebab rendahnya level pendidikan tinggi masyarakat berkaitan
dengan besarnya investasi (biaya pendidikan yang mahal) untuk menempuh pendidikan
tinggi. Kondisi ini memberikan peluang dan tantangan kepada industri asuransi jiwa
nasional untuk secara aktif meningkatkan permintaan asuransi jiwa dengan melalui
pengembangan desain produk baru dengan karakteristik tertentu sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik masyarakat, salah satunya adalah dengan program asuransi
jiwa dengan simpanan jangka panjang (program asuransi dwiguna) serta dilengkapi
dengan berbagai alternative pola investasi.
Pengaruh pertumbuhan sektor keuangan terhadap permintaan asuransi jiwa,
ditunjukkan melalui berkembangnya kegiatan sektor perbankan yang memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu kebutuhan
yang menjadi prioritas masyarakat dalam lima tahun terakhir ini adalah keamanan dan
jaminan keuangan pada masa mendatang. Peningkatan kebutuhan tersebut sesuai dengan
pertambahan usia dan kebutuhan jaminan keuangan dalam menghadapi faktor
33 | P a g e
ketidakpastian ekonomi. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan semakin tingginya
risiko hari tua (pensiun, kesehatan atapun kematian), serta risiko kebutuhan pendidikan
keluarga. Pemenuhan kebutuhan masyarakat tersebut dilakukan dengan membuat suatu
produk baru yang merupakan kombinasi program asuransi dan perbankan, dengan
melibatkan unsur investasi dan saving, transaksi serta risk cover.
Pengaruh faktor tingkat bunga tabungan terhadap permintaan asuransi jiwa,
ditunjukkan melalui jumlah uang beredar M1. Rendahnya jumlah uang beredar M1 akan
menekan laju inflasi, dan pada akhirnya akan meningkatkan disposable income dan
selanjutnya meningkatkan jumlah tabungan masyarakat. Tingginya tingkat tabungan
masyarakat akan memberikan keleluasan pada masyarakat tersebut untuk menjaga dan
meningkatkan kapasitas keuangannya. Dampak selanjutnya dari akumulasi dana
masyarakat di lembaga perbankan adalah timbulnya motivasi dan keinginan masyarakat
terhadap pemenuhan kebutuhan keamanan dan jaminan keuangan pada masa
mendatang. Peningkatan kebutuhan tersebut sesuai dengan pertambahan usia dan
kebutuhan jaminan keuangan dalam menghadapi faktor ketidakpastian ekonomi.
Kondisi tersebut akan mendorong masyarakat untuk melakukan pembelian program
asuransi jiwa dengan tanpa menghilangkan unsur investasi dan saving, transaksi, serta
risk cover. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan semakin tingginya risiko hari tua
(pensiun, kesehatan atapun kematian), serta risiko kebutuhan pendidikan keluarga.
Pemenuhan kebutuhan masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan membuat suatu
produk baru yang merupakan kombinasi program asuransi dan perbankan, dengan
melibatkan unsur investasi dan saving, transaksi serta risk cover. Sehingga tingkat
bunga tabungan dan jumlah uang beredar M2 dapat berpengaruh terhadap peningkatan
fungsi permintaan asuransi jiwa. (Lewis, 1989; Bernheim, 2001; Lind dan Grace, 2006;
dan Thobary, 2009).
Sedangkan beberapa variabel lain yang juga dielaborasi dan dianalisis dalam
penelitian ini seperti tingkat inflasi dan dependency ratio bukan tergolong sebagai faktor
determinant. Hal ini disebabkan karena rendahnya nilai pengaruh kedua variabel
tersebut terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa, yaitu masing-masing sebesar -8.7%
dan -7.6%. Walaupun kedua variabel tersebut bukan merupakan faktor yang tergolong
determinant, tetapi hasil pengujian secara statistik kedua variabel tersebut memberikan
pengaruh yang signifikan. Sehingga dalam kegiatan pemasaran produk industri asuransi
34 | P a g e
jiwa juga diharapkan mempertimbangkan faktor tingkat inflasi dan dependency ratio
masyarakat.
Pengaruh inflasi terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa adalah melalui disposable
income, yaitu tingkat penghasilan riil yang dapat digunakan untuk berkonsumsi oleh
masyarakat. Tingkat inflasi yang tinggi akan menurunkan disposable income, dan
selanjutnya akan menurunkan nilai uang, sehingga masyarakat cenderung untuk
berusaha mencari berbagai alternative dalam pemenuhan kebutuhannya sesuai dengan
kapasitas anggaran (budget) yang tersedia, seperti berusaha untuk menurunkan tingkat
kepuasannya dengan melalui penurunan kualitas produk yang dikonsumsi. Sehingga
semakin tinggi tingkat inflasi akan menurunkan kemampuan dan daya beli masyarakat
terhadap barang dan jasa, termasuk program asuransi jiwa.
Tingkat dependency ratio memberikan pengaruh negative terhadap permintaan
asuransi jiwa. Pengaruh negative tingkat dependency ratio disebabkan karena adanya
tingkat ketergantungan dalam satu keluarga, sehingga semakin banyak jumlah anggota
keluarga yang tidak bekerja dalam satu keluarga, akan menurunkan kemampuan
keluarga tersebut untuk melakukan berbagai konsumsi barang dan jasa yang tergolong
sekunder dan tersier. Selain itu, tingginya tingkat dependency ratio akan membatasi
kemampuan keluarga tersebut untuk melakukan kegiatan saving dan investasi. Dampak
selanjutnya yang terjadi adalah semakin rendahnya tingkat saving masyarakat yang
tergolong memiliki tingkat dependency ratio yang tinggi akan menurunkan permintaan
terhadap asuransi jiwa.
Tingginya tingkat dependency ratio suatu negara atau wilayah disebabkan oleh
rendahnya nilai dan komposisi level pendidikan penduduknya. Semakin tinggi tingkat
pendidikan akan memperluas kesempatan dan menambah tingkat produktivitasnya
dalam membantu keluarga, sehingga akan menurunkan tingkat dependency ratio.
Sedangkan pengaruh tingkat pendidikan terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa
ditunjukkan dengan konsepsi bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk akan
meningkatkan kesadaran dan persepsi masyarakat terhadap konsep benefit dan risiko,
serta manfaat dan peran asuransi jiwa.
Berdasarkan analisis terhadap pengaruh seluruh variabel yang dibahas dalam
penelitian, serta berbagai data pendukungnya, maka fungsi permintaan asuransi pada
industri jiwa yang direpresentasikan dengan life insurance penetration di Indonesia
35 | P a g e
dalam kondisi perekonomian yang relative stabil dengan tingkat pertumbuhan yang
normal (ceteris paribus) cenderung akan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar
19.3%. Beberapa faktor utama (determinant factor) yang perlu diperhatikan oleh
industri asuransi jiwa dalam meningkatkan permintaan produk asuransi adalah tingkat
produk domestik bruto, tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pertumbuhan sektor
keuangan dan tingkat bunga tabungan. Sedangkan faktor lain yang juga memerlukan
pertimbangan adalah tingkat inflasi dan dependency ratio penduduk. Dalam penetapan
kebijakan pemasaran produk asuransi jiwa secara regional pada setiap kabupaten/kota,
industri asuransi jiwa dapat menggunakan data produk domestik regional bruto. Faktor
lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah tingkat pendidikan penduduk pada setiap
daerah kabupaten/kota yang menjadi target dan sasaran pemasaran produknya. Sehingga
industri asuransi jiwa dapat secara tepat menerapkan berbagai kebijakan premi dan
target penjualan produk asuransinya.
6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis, maka kesimpulan penelitian adalah sebagai
berikut:
Hasil penelitian secara empiris yang dilakukan menunjukkan bahwa faktor makro
ekonomi dan demografi secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi permintaan
asuransi jiwa di Indonesia. Pengaruh faktor makro ekonomi ditunjukkan dengan melalui
pengaruh positif variabel pertumbuhan PDB, pengaruh negatif tingkat inflasi, pengaruh
positif tingkat bunga tabungan dan pengaruh positif pertumbuhan sektor keuangan.
Faktor utama (determinant factor) yang perlu diperhatikan oleh industri asuransi
jiwa dalam meningkatkan permintaan produk asuransi adalah tingkat produk domestik
bruto, tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pertumbuhan sektor keuangan dan tingkat
bunga tabungan. Sedangkan tingkat inflasi dan dependency ratio berpengaruh negative
terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa.
Pengaruh pertumbuhan produk domestik bruto memberikan pengaruh yang terbesar
terhadap pertumbuhan asuransi jiwa dibandingkan dengan beberapa faktor lain.
Pengaruh pertumbuhan PDB terhadap peningkatan permintaan asuransi jiwa berkaitan
dengan indikator kesejahteraan penduduk dalam kegiatan pengeluaran dan konsumsi.
Semakin tinggi tingkat pengeluaran dan konsumsi yang dilakukan penduduk, maka
36 | P a g e
secara simultan mendorong peningkatan income per kapita, dan selanjutnya akan
mendorong fungsi permintaan asuransi jiwa.
Pengaruh level pendidikan terhadap permintaan asuransi jiwa ditunjukkan dengan
konsepsi bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk akan meningkatkan
kesadaran dan persepsi masyarakat terhadap konsep benefit dan risiko, serta manfaat
dan peran asuransi jiwa.
Pengaruh pertumbuhan sektor keuangan terhadap permintaan asuransi jiwa,
ditunjukkan melalui berkembangnya kegiatan sektor perbankan yang memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan keamanan dan jaminan
keuangan pada masa mendatang. Pemenuhan kebutuhan masyarakat tersebut dilakukan
dengan membuat suatu produk yang merupakan kombinasi program asuransi dan
perbankan, dengan melibatkan unsur investasi dan saving, transaksi serta risk cover.
Pengaruh faktor tingkat bunga tabungan terhadap permintaan asuransi jiwa,
ditunjukkan melalui jumlah uang beredar M1. Rendahnya jumlah uang beredar M1 akan
menekan laju inflasi, dan pada akhirnya akan meningkatkan disposable income dan
selanjutnya meningkatkan jumlah tabungan masyarakat, serta mendorong tumbuhnya
fungsi permintaan asuransi jiwa.
Pengaruh inflasi terhadap fungsi permintaan asuransi jiwa adalah melalui disposable
income, yaitu tingkat penghasilan riil yang dapat digunakan untuk berkonsumsi oleh
masyarakat. Tingginya tingkat inflasi akan menurunkan kemampuan dan daya beli
masyarakat terhadap barang dan jasa, termasuk program asuransi jiwa.
Pengaruh negative tingkat dependency ratio terhadap permintaan asuransi jiwa
disebabkan karena semakin banyak jumlah anggota keluarga yang tidak bekerja dalam
satu keluarga, akan menurunkan kemampuan keluarga tersebut untuk melakukan
berbagai konsumsi barang dan jasa, serta membatasi kemampuan keluarga tersebut
untuk melakukan kegiatan saving dan investasi. Kemudian selanjutnya semakin
rendahnya tingkat saving masyarakat yang tergolong memiliki tingkat dependency ratio
yang tinggi akan menurunkan permintaan terhadap asuransi jiwa.
Saran dan Implikasi
Pertama, hasil penelitian menunjukkan bahwa, pengaruh pertumbuhan produk
domestik bruto memberikan pengaruh yang terbesar terhadap pertumbuhan asuransi
37 | P a g e
jiwa dibandingkan dengan beberapa faktor lain. Fenomena empiris menunjukkan bahwa
dalam kurun waktu lima tahun terakhir tingkat pertumbuhan negara ini menunjukkan
angka positif, serta menjadi salah satu negara yang termasuk dalam kategori negara
dengan penghasilan menengah bila mengacu pada Indikator ekonomi yang dibuat Bank
Dunia (Global Competitiveness Report-World Economic Forum, 2011). Berdasarkan hal
tersebut, maka kondisi ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi industri asuransi
jiwa nasional untuk dapat meningkatkan market share (dalam konteks jumlah
tertanggung) dan akumulasi premi per tahunnya. Salah satu alternatif pasar sasaran yang
potensial untuk dielaborasi dan dikembangkan adalah penduduk yang masuk dalam
kategori kelas menengah (54.5% dari populasi), dengan melalui berbagai kegiatan
sosialisasi tentang manfaat dan benefit pengelolaan risiko melalui perusahaan asuransi
jiwa, serta modifikasi dan pembuatan produk asuransi jiwa yang lebih menarik.
Kedua, industri asuransi jiwa dalam penetapan kebijakan pemasaran produk asuransi
jiwa secara regional pada setiap kabupaten/kota, dapat menggunakan data produk
domestik regional bruto pada setiap daerah tersebut. Faktor lain yang juga perlu
dipertimbangkan adalah tingkat pendidikan penduduk pada setiap daerah
kabupaten/kota yang menjadi target dan sasaran pemasaran produknya. Sehingga
industri asuransi jiwa dapat secara tepat menerapkan berbagai kebijakan premi dan
target penjualan produk asuransinya.
Ketiga, jumlah penduduk Indonesia yang dapat menikmati pendidikan di tingkat
perguruan tinggi masih sangat kurang yaitu 10% dari seluruh jumlah populasi. Salah
satu faktor penyebab rendahnya level pendidikan tinggi masyarakat berkaitan dengan
besarnya investasi (biaya pendidikan yang mahal) untuk menempuh pendidikan tinggi.
Kondisi ini memberikan peluang dan tantangan kepada industri asuransi jiwa nasional
untuk secara aktif meningkatkan permintaan asuransi jiwa dengan melalui
pengembangan desain produk baru dengan karakteristik tertentu sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik masyarakat, salah satunya adalah dengan program asuransi
jiwa dengan simpanan jangka panjang (program asuransi dwiguna) serta dilengkapi
dengan berbagai alternative pola investasi.
38 | P a g e
Daftar Pustaka
Beck, T. dan I. Webb. 2002. Economic, Demographic, and Institutional Determinants of
Life Insurance Consumption across Countries. World Bank and International
Insurance Foundation. (http://siteresources.worldbank.org/DEC/Resources/bwf.pdf)
Beenstock, M., G. Dickinson dan S. Khajuria. 1986. The Determinants of Life Premiums:
An International Cross-Section Analysis 1970-1981. Insurance Mathematics and
Economics. Vol. 5, No. 4, 261-270.
Beenstock, M., Dickinson, G., dan S. Khajuria. 1988. The Relationship Between Property-
Liability Insurance Premiums and Income: An International Analysis. The Journal
of Risk and Insurance. Vol. 55, No. 2, 259-272.
Bernheim, B. D. 1991. How Strong are bequest motives? Evidence Based on Estimates of
The Demand for Life Insurance and Annuities. Journal of Political Economy. Vol.
99. No. 5. 899-927.
Bernheim, B. D., Carman, K.G., Gokhale J., dan L.J. Kotlikoff. 2001. The Mismatch
between Life Insurance Holdings and Financial Vulnerabilities: Evidence from the
Survey of Consumer Finances. NBER Working Paper No. W8544.
(http://ssrn.com/abstract=287742).
Bevan, A.A. dan S. Estrin. 2004. The Determinants of Foreign Direct Investment into
European Transition Economies. Journal of Comparative Economics, 32, pp. 775-
787
.
Binder, S., B. Tab dan Y. Winston. 2004. Selling Life Insurance to China. McKinney
Quarterly., 00475394. Special Edition. 83-87.
Browne, M. J., J. Chung dan E. W. Frees. 2000. International Property-Liability Insurance
Consumption. The Journal of Risk and Insurance. Vol. 67. No. 1. 73-90.
Browne, M. dan K. Kim. 1993. An International Analysis of Life Insurance Demand. The
Journal of Risk and Insurance, Vol. 60, No. 4, pp. 616-634.
CEA Statistics. 2006. European Insurance in Figures in 2005. № 25.
(http://www.cea.assur.org/cea/download/publ/article251.pdf)
Celik Sibel dan Kayali Mesut Mustafa. 2009. Determinants of Demand for Life Insurance in
European Countries. Problem and Perspectives in Management Journal. Vol. 7.
Issue 3.
Daria Nesterova, 2008. Determinants of The Demand for Life Insurance: Evidence From
Selected CIS and CEE Countries. National University “Kyiv-Mohyla Academy”.
39 | P a g e
Eck R. James dan Nizovtsev Dmitri. 2006. The Impact of Culture and The Purchase of Life
Insurance in Latin American and The Caribbean. International Business and
Economics Research Journal. Vol. V, No. 1.
Enz, Rudolf. 2000. The S-Curve Relation between Per Capita Income and Insurance
Penetration. Geneva Papers on Risk and Insurance, Vol. 25, № 3, pp.396–406.
Feyen Erik, Lester Rodney dan Rocha R. 2011. What Drives The Development of The
Insurance Sectors?: An Empirical Analysis Based on a Panel of Developed and
Developing Countries. Policy Research Working Paper, No. 5572. The World Bank
Financial and Private Sector Development. Finance and Policy Units.
Fisher, I. 1930. The Theory of Interest. The Macmillan Company. New York.
Fortune, P. 1973. A Theory of Optimal Life Insurance: Development and Test. The Journal
of Finance, Vol. 28, №. 3, pp. 587-600.
Gorshkova, Y. 2006. Life Insurance of Debtor: Ukrainian Reality. Insurance Top, Vol.
4(16), pp.48-51.
Haiss Peter dan Sumegi K. 2008. Development and Economic Effect of The Insurance
Secttor in CEE and Mature European Economies – A Theoretical and Empirical
Analysis. Procedings 11th Conference of the ECB-CFS Research Network on The
Market for Retail Financial Services: Development, Integration, and Economic
Effects. CZ National Bank, Prague.
Hakansson, N. H. 1969. Optimal Investment and Consumption Strategies Under Risk, and
Under Uncertain Lifetime and Insurance. International Economic Review. Vol. 10,
No. 3. 443-466.
Headen, R. S. dan L. J. Finley. 1974. Life Insurance Demand and Household Portfolio
Behaviour. Journal of Risk and Insurance. Vol. 41, No. 4, 685-698.
Hwang, T. dan B. Greenford. 2005. A Cross-Section Analysis of the Determinants of Life
Insurance Consumption in Mainland China, Hong Kong, and Taiwan. Risk
Management and Insurance. Review. Vol. 8, No. 1, 103-125.
Hwang, T. dam S. Gao. 2003. The Determinants of Demand for Life Insurance in an
Emerging Economy- the Case of China. Managerial Finance. Vol. 29, No. 5/6. 82-
96.
Ibiwoye Ade, Ideji O Joseph, dan Oke O Babatunde, 2010. The Determinants of Life
Insurance Consumption in Nigeria: A Co-Integration Approach. International
Journal of Academic Research, Vol 2. No. 4, July 2010.
Josa, CS. 2005. Determinants of Bancassurance Demand and Life Insurance Consumption.
Thesis Master of Commerce. University of South Wales.
40 | P a g e
Karni, E. dan I. Zilcha. 1986. Risk Aversion in the Theory of Life Insurance: The Fisherian
Model. The Journal of Risk and Insurance, Vol. 53, No. 4, pp. 606-620.
Lenten, L.J.A. dan D.N. Rulli. 2006. A Time-Series Analysis of the Demand for Life
Insurance Companies in Australia: An Unobserved Components Approach.
Australian Journal of Management, Vol. 31, №.1, pp. 41-66.
Lewis, F.D. 1989. Dependents and the Demand for Life Insurance.American Economic
Review, № 79, pp. 452-466.
Li, D., Moshirian, F., Nguyen, P. and T. Wee. 2007. The Demand for Life Insurance in
OECD Countries. (Organization for Economic Cooperation and Development).
Journal of Risk and Insurance. Diunduh di
(http://goliath.ecnext.com/coms2/gi_0199-6949849/Thedemand-for-life-
insurance.html).
Lin Y. dan M.F. Grace. 2006. Household Life Cycle Protection: Life Insurance Holdings,
Financial Vulnerability and Portfolio Implications. Diunduh di
(http://ssrn.com/abstract=974914)
Marshall, A. 1920. Principles of Economics. Eights Edition. London: McMillan Press.
Masci P., Tejerina, L. dan I. Weeb. 2007. Insurance Market Development in Latin America
and the Caribbean. Inter - American Development Bank. Diunduh di
(http://idbdocs.iadb.org/wsdocs/getdocument.aspx?docnum=1176094).
Mossin, J. 1968. Aspects of Rational Insurance Purchasing, Journal of Political Economy,
Vol. 76, No. 4, Part 1, pp. 552-568.
Outreville, J.F. 1996. Life Insurance Markets in Developing Countries. Journal of Risk and
Insurance. Vol. 63, № 2, pp. 263-278.
Reddy M., Naidu V. dan S. Vosikata. 2004. Determinants of Household Savings Behavior
in An Emerging Economy: Market Factors vs. Non Market Factors. Diunduh dari
(http://www.usp.ac.fj/fileadmin/files/Institutes/piasdg/dev_studies/papers/reddy_sav
ings.pdf).
Sen, Subir. 2007. Are Life Insurance Demand Determinants Valid for Selected Asian
Economies and India?. Institute for Social and Economic Change.
Soo, Hak Hong. 1996. Life Insurance and Economic Growth: Theoretical and Empirical
Investigation. Ph.D Dissertation. University of Nebraska, Department of Economics,
Lincoln.
Truett, Dale B. dan Lila J. Truett. 1990. The Demand for Life Insurance in Mexico and the
United States: A Comparative Study. The Journal of Risk and Insurance. Vol. 57,
pp. 321-328.
41 | P a g e
Verbeek, M. 2004. A Guide to Modern Econometrics. 2nd
edition. John Wiley and Sons,
Ltd. Erasmus University Rotterdam.
Ward, D. dan R. Zurbruegg. 2002. Law, Politics and Life Insurance Consumption in Asia.
Geneva Papers on Risk and Insurance. Vol. 27; pp 395-412.
Yaari, M.E. 1965. Uncertain Lifetime, Life Insurance, and The Theory of the Consumer.
Review of Economic Studies. Vol. 32, № 2, pp.137-150.
Zhang Cuizhen dan Zhu Nong. 2006. Determinants of The Development of Insurance in
China Under The Globalization. Journal of Risk and Insurance. Vol. 23. No. 7.