jurnal awal tetes mata kloramfenikol

26
JURNAL AWAL PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL TETES MATA KLORAMFENIKOL 0,5% OLEH : Arifani Siswidiasari (0508505008) I Gusti Agung Putu Deddy M. (0708505032) I Putu Bagus Maha Paradipa (0808505001) Anggy Anggraeni Wahyudhie (0808505002) Ni Made Wiryatini (0808505003) Ni Ketut Melysa Cahyani (0808505004) Liana Dwi Anggraini (0808505005) Ni Putu Dian Priyatna Sari (0808505007)

Upload: addy-bukan-dwi

Post on 04-Jan-2016

4.294 views

Category:

Documents


67 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Awal Tetes Mata Kloramfenikol

JURNAL AWAL PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

TETES MATA KLORAMFENIKOL 0,5%

OLEH :

Arifani Siswidiasari (0508505008)

I Gusti Agung Putu Deddy M. (0708505032)

I Putu Bagus Maha Paradipa (0808505001)

Anggy Anggraeni Wahyudhie (0808505002)

Ni Made Wiryatini (0808505003)

Ni Ketut Melysa Cahyani (0808505004)

Liana Dwi Anggraini (0808505005)

Ni Putu Dian Priyatna Sari (0808505007)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2011

Page 2: Jurnal Awal Tetes Mata Kloramfenikol

TETES MATA KLORAMFENIKOL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan sediaan steril tetes mata

Kloramfenikol.

2. Untuk mengetahui masalah apa saja yang terjadi pada pembuatan sediaan steril tetes

mata Kloramfenikol serta mengetahui cara penngatasannya.

3. Dapat membuat sediaan steril tetes mata Kloramfenikol skala laboratorium sesuai

dengan persyaratan sediaan steril yang telah ditentukan.

1.2 Dasar Teori

Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang

dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata (Anonim, 1995).

Sedangkan menurut Ansel, tetes mata adalah cairan steril atau larutan berminyak atau

suspensi yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam saccus conjungtival. Mereka dapat

mengandung bahan-bahan antimikroba seperti antibiotik, bahan antiinflamasi seperti

kortikosteroid, obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau obat midriatik seperti atropin sulfat

(Ansel, 1989).

Pembuatan tetes mata pada dasarnya dilakukan pada kondisi kerja aseptik dimana

penggunaan air yang sempurna serta material wadah dan penutup yang diproses dulu dengan

anti bakterial menjadi sangat penting artinya (Voight, 1995).

Tetes mata kloramfenikol adalah larutan steril kloramfenikol. Mengandung kloramfenikol,

C11H12Cl2N2O5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 130,0% dar jumlah yang tertera

pada etiket (Anonim, 1995).

Faktor-faktor dibawah ini sangat penting dalam sediaan larutan mata :

1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan;

2. Sterilitas akhir dari collyrium dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif untuk

menghambat pertumbuhan dari banyak mikroorganisme selama penggunaan dari sediaan;

3. Isotonisitas dari larutan;

Page 3: Jurnal Awal Tetes Mata Kloramfenikol

4. pH yang pantas dalam pembawa untuk menghasilkan stabilitas yang optimum 

(Akbar, 2010)

Sediaan untuk mata terdiri dari bermacan-macam tipe produk yang berbeda. Sediaan ini

bisa berupa larutan (tetes mata/pencuci mata), suspensi atau salep. Kadang-kadang injeksi

mata digunakan dalam kasus khusus. Sediaan mata sama dengan sediaan steril lainnya yaitu

harus steril dan bebas dari bahan partikulat. Dengan pengecualian jumlah tertentu dari injeksi

mata, sediaan untuk mata adalah bentuk sediaan topikal yang digunakan untuk efek lokal dan

karena itu tidak perlu untuk bebas pirogen. Syarat-syarat harus dipertimbangkan dalam

pembuatan dan kontrol terhadap produk optalmik yaitu sterilitas pengawet, kejernihan bahan

aktif, buffer viskositas, pH stabilitas, dan isotonisitas (Rgmaisyah, 2009).

Keuntungan sediaan tetes mata antara lain secara umum larutan berair lebih stabil daripada

salep dan tidak menganggu penglihatan ketika digunakan. Sedangkan kerugian sediaan tetes

mata yaitu waktu kontak yang relatif singkat antara obat dan permukaan yang terabsorsi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan tetes mata yaitu:

1. Cuci tangan

2. Dengan satu tangan, tarik perlahan-lahan kelopak mata bagian bawah

3. Jika penetesnya terpisah, tekan bola karetnya sekali ketika penetes dimasukkan ke dalam

botol untuk membawa larutan ke dalam penetes.

4. Tempatkan penetes di atas mata, teteskan obat ke dalam kelopak mata bagian bawah

sambil melihat ke atas jangan menyentuhkan penetes pada mata atau jari.

5. Lepaskan kelopak mata, coba untuk menjaga mata tetap terbuka dan jangan berkedip

paling kurang 30 detik

6. Jika penetesnya terpisah, tempatkan kembali pada botol dan tutup rapat

7. Jika penetesnya terpisah, selalu tempatkan penetes dengan ujung menghadap ke bawah

8. Jangan pernah menyentuhkan penetes denga permukaan apapun

9. Jangan mencuci penetes

10. Ketika penetes diletakkan diatas botol, hindari kontaminasi pada tutup ketika

dipindahkan

11. Ketika penetes adalah permanen dalam botol, ketika dihasilkan oleh industri farmasi

untuk farmasis, peraturan yang sama digunkahn menghindari kontaminasi

12. Jangan pernah menggunakan tetes mata yang telah mengalami perubahan warna

Page 4: Jurnal Awal Tetes Mata Kloramfenikol

13. Jika anda mempunyai lebih dari satu botol dari tetes yang sama, buka hanya satu botol

saja

14. Jika menggunakan lebih dari satu jenis tetes pada waktu yang sama, tunggu beberapa

menit sebelum menggunakan tetes mata yang lain

15. Sangat membantu penggunaan obat dengan latihan memakai obat di depan cermin

16. Setelah penggunaan tetes mata jangan menutup mata terlalu rapat dan tidak berkedip

lebih sering dari biasanya karena dapat menghilangkan obat tempat kerjanya.

(Rgmaisyah, 2009)

Sebagian besar zat aktif yang digunakan untuk sediaan mata bersifat larut air, basa lemah

atau dipilih bentuk garamnya yang larut air. Sifat-sifat fisikokimia yang harus diperhatikan

dalam memilih garam untuk formulasi larutan optalmik yaitu :

1. Kelarutan

2. Stabilitas

3. pH stabilitas dan kapasitas dapar

4. Kompatibilitas dengan bahan lain dalam formula.

Bentuk garam yang biasa digunakan adalah garam hidroklorida, sulfat, dan nitrat.

Sedangkan untuk zat aktif yang berupa asam lemah, biasanya digunakan garam natrium

(Lund, 1994).

Larutan obat mata dapat dikemas dalam wadah takaran ganda bila digunakan secara

perorangan pada pasien dan bila tidak terdapat kerusakan pada permukaan mata. Wadah

larutan obat mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian

pertama. Sedangkan untuk penggunaan pembedahan, disamping steril, larutan obat mata

tidak boleh mengandung antibakteri karena dapat mengiritasi jaringan mata (Anonim, 1995).

Page 5: Jurnal Awal Tetes Mata Kloramfenikol

BAB II

TINJAUAN FARMAKOLOGI BAHAN OBAT

1.1 Farmakokinetik

Setelah administrasi kloramfenikol melalui mata, obat terabsorpsi melalui aqueous

humour. Jumlah obat yang terpenetrasi bervariasi tergantung sediaan dan frekuensi aplikasi

(McEvoy, 2002). Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik yang memiliki mekanisme kerja

menghambat sisntesis protein pada tingkat ribosom. Obat ini mengikatkan dirinya pada situs-

situs terdekat pada subunit 50S dari ribosom RNA 70S. Kloramphenikol menyekatkan ikatan

persenyawaan aminoacyl dari molekul tRNA yang bermuatan ke situs aseptor kompleks

mRNA ribosom. Ikatan tRNA pada kodon-nya tidak terpengaruh. Kegagalan aminoacyl

untuk menyatu dengan baik dengan situs aseptor menghambat reaksi transpeptidase yang

dikatalisasi oleh peptidyl transferase. Peptida yang ada pada situs donor pada kompleks

ribosom tidak ditransfer ke asamamino aseptornya, sehingga sintesis protein terhenti

(Katzung, 2004).

Untuk penggunaan secara topikal pada mata, kloramfenikol diabsorpsi melalui cairan

mata. Berdasarkan penelitian, penggunaan kloramfenikol pada penyakit mata yaitu katarak

memberi hasil yang baik namun hasil ini sangat dipengaruhi oleh dosis dan bagaimana cara

mengaplikasikan sediaan tersebut. Jalur ekskresi kloramfenikol utamanya melalui urine.

Perlu diingat untuk penggunaan secara oral, obat ini mengalami inaktivasi di hati. Proses

absorsi, metabolisme dan ekskresi dari obat untuk setiap pasien, sangat bervariasi, khususnya

pada anak dan bayi. Resorpsinya dari usus cepat dan agak lengkap. Difusi kedalam jaringan,

rongga, dan cairan tubuh baik sekali, kecuali kedalam empedu. Kadarnya dalam CCS tinggi

sekali dibandingkan dengan antibiotika lain, juga bila terdapat meningitis. Plasma-t1/2-nya

rata-rata 3 jam. Didalam hati, zat ini dirombak 90% menjadi glukoronida inaktif. Bayi yang

baru dilahirkan belum memiliki enzim perombakan secukupnya maka mudah mengalami

keracunan dengan akibat fatal. Ekskresinya melalui ginjal, terutama sebagai metabolit inaktif

dan lebih kurang 10 % secara utuh (Tjay dan Rahardja, 2008).

Page 6: Jurnal Awal Tetes Mata Kloramfenikol

1.2 Indikasi

Untuk terapi infeksi superficial pada mata dan otitis eksterna yang disebabkan oleh

bakteri, blepharitis, katarak, konjungtifitis bernanah, traumatik karatitis, trakhoma dan

ulcerative keratitis (McEvoy, 2002).

1.3 Kontraindikasi

Pada pasien yang hipersensitif terhadap kloramfenikol (McEvoy, 2002).

1.4 Mekanisme Kerja

Menghambat sintesis protein pada mikroorganisme dengan berikatan pada subunit

ribosom 50 S, sehingga menghambat pembentukan ikatan peptide (McEvoy, 2002).

1.5 Efek Samping

Rasa pedih dan terbakar mungkin terjadi saat aplikasi kloramfenikol pada mata. Reaksi

hipersensitivitas dan inflamasi termasuk konjunctivitis, terbakar, angioneuro edema, urtikaria

vesicular/ maculopapular dermatitis (jarang terjadi) (McEvoy, 2002).

1.6 Dosis

Untuk sediaan tetes mata, Kloramfenikol digunakan sebanyak 0,5-1% dalam sediaan

(Ansel, 1989)

1.7 Penyimpanan

Pada suhu dibawah 30oC (Anonim, 2010).

Page 7: Jurnal Awal Tetes Mata Kloramfenikol

BAB III

TINJAUAN FISIKO-KIMIA BAHAN OBAT

3.1 Struktur dan Berat Molekul

Struktur molekul:

Berat molekul: 323,13

(Anonim, 1995)

3.2 Kelarutan

Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, sedikit larut dalam CHCl3, mudah larut

dalam propilen glikol, dalam aseton, dan dalam etil asetat (Anonim, 1995).

3.3 Stabilitas

Terhadap cahaya : tidak stabil, simpan pada tempat yang terlindung cahaya

(Reynolds, 1982).

Terhadap suhu : stabil selama 2 tahun, jika disimpan pada suhu 20-250 C

(Reynolds, 1982).

Terhadap pH : pKa 5,5 (McEvoy, 2002)

Terhadap oksigen : tidak stabil, simpan dalam wadah yang kedap udara

(Reynolds,1982).

3.4 Titik Lebur

149-1530 C (Reynolds, 1982)

3.5 Inkompatibilitas

Aminophyline, Ampicillin, Ascorbic acid, Calcium chloride, Carbenicillin sodium,

Chlorpromazine HCl, Erythromycin salts, Gentamicin sulfat, Hydrocortisone sodium

succinate, Hydroxyzine HCl, Methicilin sodium, Methylprednisolone sodium succinate,

Nitrofurantoin sodium, Novobiocin sodium, Oxytetracycline, Phenytoin sodium, Polymixin

Page 8: Jurnal Awal Tetes Mata Kloramfenikol

B sulphate, Prochlorperazine salts, Promazine HCl, Prometazine HCl, Vancomycin HCl,

Vitamin B complex (Lund, 1994).

Page 9: Jurnal Awal Tetes Mata Kloramfenikol

BAB IV

BENTUK SEDIAAN, DOSIS DAN CARA PEMAKAIAN

4.1 Bentuk Sediaan

Tetes mata Kloramfenikol 0,5%

4.2 Dosis

Diteteskan sebanyak 2 tetes 3-4 kali sehari.

4.3 Cara Pemakaian

Diteteskan pada mata

Page 10: Jurnal Awal Tetes Mata Kloramfenikol

BAB V

FORMULASI

5.1 Formulasi Baku/ Standar

Formula I

R/ Polyethylene Glycol          0,1327 ml

Polyoxil 40 Stearate                70 mg

Chloramphenicol                     6,2 mg

Disodium Edetate                   0,127 mg

Phenylmercuric Nitrate           0,04 mg

Hydrochloric Acid                  qs

Sodium Hydroxide                 qs

Water Purified                        qs                 

    (Niazi, 2004).

Formula II

R/ Chloramphenicol               30 mg/ml

Collidon                                  150 mg/ml

Preservatives                          qs

Water Purified                         qs                   

  (Niazi, 2004)

5.2 Formulasi yang akan digunakan

R/ Kloramfenikol 50 mg

Kalium Hidrogen Fosfat 0,2 M

Natrium Hidroksida 0,2 M

Metil Paraben 0,02%

NaCl 0,9%

Aquades ad 10 ml

5.3 Permasalahan

1. Kloramfenikol sukar larut dalam air

2. Cairan yang diaplikasikan pada mata harus isotonis dengan cairan mata.

Page 11: Jurnal Awal Tetes Mata Kloramfenikol

3. Cairan yang diaplikasikan pada mata harus isohidris dengan cairan mata.

4. Pelarut utama dalam sediaan ini adalah air sehingga mudah ditumbuhi mikroba dan jamur.

5. Sediaan tetes mata harus dalam keadaan steril.

5.4 Pengatasan Masalah

1. Kloramfenikol memilki sifat yang sukar larut dalam air. Untuk mengatasi permasalahan

tersebut maka terlebih dahulu kloramfenikol dibuat menjadi sedikit basa dengan cara

dilarutkan dalam pelarut dengan pH 7- 9. Larutan yang digunakan adalah dapar KH 3PO4

pH 7,4.

2. Agar sediaan tetes mata yang dibuat isotonis dengan cairan mata maka ditambahkan NaCl

yang berfungsi sebagai zat pengisotonis ke dalam sediaan. Jika sediaan yang dibuat sudah

dalam kondisi hipertonis, maka NaCl tidak perlu lagi ditambahkan.

3. Agar sediaan tetes mata yang dibuat isohidris, maka digunakan dapar pH 7,4 yaitu

KH3PO4 yang berfungsi sebagai buffering agent yang berguna untuk menyamakan pH

sediaan dengan pH cairan biologis.

4. Untuk mengatasi sifat air yang mudah ditumbuhi mikroba dan jamur maka digunakan

bahan pengawet metil paraben dengan rentang konsentrasi antara 0,015% - 0,2%.

5. Karena sediaan tetes mata tidak bisa disterilisasi akhir, mengingat wadah yang digunakan

terbuat dari plastik maka untuk menjaga agar sediaan tetes mata tetap dalam keadaan

steril, pengerjaan dilakukan dengan metode aseptis.

5.5 Perhitungan

Volume sediaan : 10 mL

Jumlah sediaan : 2 botol

Kloramfenikol

Penambahan bobot 10% = 0,05 gram + (10% x 0,05 gram)

= 0,055 gram

Untuk 2 buah sediaan = 0,055 gram x 2 = 0,11 gram

Page 12: Jurnal Awal Tetes Mata Kloramfenikol

Metil Paraben

Penambahan bobot 10% = 0,002 gram + (10% x 0,002 gram)

= 0,0022 gram

Untuk 2 buah sediaan = 0,0022 gram x 2 = 0,0044 gram

= 4,4 mg

NaCl

Perhitungan Tonisitas

- Kesetaraan NaCl yang diperlukan untuk 11 mL larutan isotonik:

Kesetaraan NaCl = 11 mL x 0,9 % b/v = 0,099 gram

- Kesetaraan NaCl untuk Kloramfenikol (0,14)

Jumlah Kloramfenikol = 0,5 gram/100 mL = x/11 mL

= 0,055 gram

Jumlah NaCl = 0,055 gram x (E)

= 0,055 gram x 0,14

= 0,0077 gram

Jumlah NaCl yang ditambahkan = Kesetaraan NaCl – Kesetaraan NaCl untuk

kloramfenikol

= 0,099 gram – 0,0077 gram = 0,0913 gram

Untuk 2 buah sediaan = 0,0913 gram x 2 = 0,1826 gram

Perhitungan Dapar Fosfat pH 7,4

NaOH 25 ml

0,2 M = mol/ 0,025

mol = 0,005

gram = 0,005 x 40

= 0,2 gram

= 200 mg

KH3PO4 5 ml

0,2 M = mol/0,005

mol = 0,001 mol

Page 13: Jurnal Awal Tetes Mata Kloramfenikol

0,001 mol = gram/ 136,09 gram/mol

gram = 0,001 mol x 136,09 gram/mol

= 0,13609 gram

= 136,09 mg

5.6 Tabel Penimbangan

No. Bahan Fungsi Penimbangan 1

sediaan ± 10%

Penimbangan 2

sediaan

1. Kloramfenikol Zat aktif 0,055 gram 0,11 gram

2. Metil paraben Pengawet 0,0022 gram 0,0044 gram

3. NaCl Pengisotonis 0,0913 gram 0,1826 gram

Penimbangan dapar pH 7, 4

5. NaOH Dapar 200 mg

6. KH3PO4 Dapar 136,09 mg

Page 14: Jurnal Awal Tetes Mata Kloramfenikol

BAB VI

ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

6.1 Alat dan Bahan

Alat

1. Gelas ukur

2. Pipet tetes

3. Beaker glass

4. Corong gelas

5. Kertas saring

6. Batang pengaduk

7. Labu Ukur

8. Sendok tanduk

9. Botol dropp tetes mata

10. Erlenmeyer

11. Spuit injeksi

Bahan

1. Kloramfenikol

2. Metil paraben

3. NaCl

4. NaOH

5. KH3PO4

6. Aquadest

6.2 Alat-alat yang digunakan dan cara sterilisasinya

No. Nama Alat Cara sterilisasi Suhu (oC) Waktu

1. Gelas ukur Autokla

f

121o 15’

2. Pipet tetes Autokla

f

121o 15’

Page 15: Jurnal Awal Tetes Mata Kloramfenikol

3. Beaker glass Autoklaf 121o 15’

4. Corong gelas Autoklaf 121o 15 ‘

5. Kertas saring Autoklaf 121o 15 ‘

6. Batang pengaduk Oven 160 30’

7. Labu ukur Autoklaf 121o 15 ‘

8. Sendok tanduk Autoklaf 121o 15 ‘

9. Erlenmeyer Autoklaf 121o 15 ‘

10. Spuit injeksi - - -

11. Botol dropp tetes mata - - -

6.3 Cara Kerja

Pembuatan Dapar Fosfat

Ditimbang NaOH sebanyak 200 mg dan KH3PO4 sebayak 136,09 mg.

NaOH sebanyak 200 mg dilarutkan dengan aquades yang telah disaring

sebelumnya, ke dalam labu ukur 25 mL kemudian di ad hingga 25 mL

KH3PO4 sebanyak 136,09 mg dilarutkan dengan aquades yang telah disaring

sebelumnya, ke dalam labu ukur 5 mL kemudian di ad hingga 5 mL

Masukkan sebanyak 3,9 mL larutan NaOH 0,2 M kedalam 5 mL larutan KH2PO4

0,2 M sehingga didapatkan buffer fosfat dengan pH 7,4

Page 16: Jurnal Awal Tetes Mata Kloramfenikol

Pembuatan Sediaan Tetes Mata Kloramfenikol

Alat-alat dan wadah yang akan digunakan disterilkan terlebih dahulu, termasuk

botol dropp tetes mata yang telah berisi penanda 10 mL

Semua bahan ditimbang untuk membuat 2 buah sediaan tetes mata

Metil paraben yang telah ditimbang kemudian dilarutkan ke dalam larutan dapar

fosfat

Kemudian ditambahkan dengan Kloramfenikol, aduk hingga larut dalam campuran

NaCl yang telah ditimbang, dilarutkan dengan aquades secukupnya (yang telah

disaring sebelumnya) kemudian ditambahkan ke dalam campuran yang telah

dibuat

Ad aquades ke dalam campuran hingga 20 mL (volume untuk 2 buah sediaan)

Larutan difiltrasi dengan corong gelas yang telah dilapisi dengan kertas saring

yang telah dibasahi dengan aquades ke dalam beaker glass

Filtrat dimasukkan ke dalam spuite injeksi 10 mL dan dimasukkan ke dalam

wadah botol dropp tetes mata

Wadah ditutup, diberi etiket dan dimasukkan ke dalam kemasan sekunder.

Page 17: Jurnal Awal Tetes Mata Kloramfenikol
Page 18: Jurnal Awal Tetes Mata Kloramfenikol

BAB VII

EVALUASI SEDIAAN

7.1 Uji Organoleptis

Uji organoleptis terhadap sediaan dilakukan dengan peninjauan dari segi warna dan bau

yang ditimbulkan oleh cairan tetes mata. Diamati warna cairan dan ada tidaknya aroma yang

ditimbulkan. Selain itu juga dilakukan uji tetesan dengan melihat konsistensi cairan yang

dihasilkan dan apakah dapat menetes bila dituang.

7.2 Uji pH

Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH stick. Sejumlah cairan tetes mata diletakkan di

dalam beaker glass. pH stick dicelupkan ke dalam cairan tetes mata, setelah beberapa saat

dicek warna yang terbentuk pada pH stick. Warna yang terbentuk pada pH stick kemudian

dicocokan dengan rentang warna yang terdapat pada kemasan pH stick untuk mengetahui pH

dari sediaan.

7.3 Uji Kejernihan

Uji kejernihan terhadap sediaan dilakukan dengan meletakkan wadah sediaan yang berisi

cairan tetes mata di dalam kotak dengan latar hitam dan putih yang didalamnya terdapat

lampu yang menyinari wadah dari arah samping. Pertama wadah didekatkan pada lampu

pada sisi dengan latar putih, amati kejernihan cairan dengan melihat ada atau tidak kotoran

berwarna gelap. Selanjutnya wadah didekatkan pada lampu pada sisi dengan latar hitam,

amati kejernihan kembali dengan melihat ada atau tidak kotoran yang berwarna muda

kemudian bandingkan dengan perlakuan pertama pada latar putih.

Pernyataan kejernihan suatu cairan dinyatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air

atau pelarut yang digunakan.

7.4 Uji Kebocoran

Uji kebocoran dilakukan dengan membalikkan botol sediaan tetes mata dengan mulut

botol menghadap ke bawah . Diamati ada tidaknya cairan yang keluar menetes dari botol.

Page 19: Jurnal Awal Tetes Mata Kloramfenikol

BAB VIII

ETIKET, BROSUR DAN KEMASAN SEKUNDER

Page 20: Jurnal Awal Tetes Mata Kloramfenikol

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, K. 2010. Sterilisasi Tetes Mata. (cited 2011, April 9).

Available at : http://www.m2pc.web.id/2010/06/sterilisasi-tetes-mata.html

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Anonim, 2010. Kalmicetine Kloramfenikol. (cited 2011, April 9).

Available at : http://www.dechacare.com/KALMICETINE-Kloramfenikol-Kapsul-

P573.html

Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Jakarta : UI Press.

Katzung, B. G. 2004. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika

Lund, W. 1994. The Pharmaceutical Codex, Twelfth Edition. London : PhP

McEvoy, G. K. 2002. AHFS Drug Information. USA : American Society of Health System

Pharmcists.

Niazi. 2004. Hand book of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Sterile Products

Volume 4.Washington DC: CRC Press

Rgmaisyah. 2009. Tetes mata. (cited 2011, April 9).

Available at : http://rgmaisyah.wordpress.com/2009/06/06/tetes-mata/

Tjay, T. H. dan Rahardja K. 2008. Obat-Obat Penting. Jakarta : Elex Media Komputindo

Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.