jurnal ( desi indriasari )
DESCRIPTION
Keywords: Local government financial reporting, Information value, Human resource capacity, Information technology utilization, and Accounting intern control.TRANSCRIPT
PENGARUH KAPASITAS SUMBERDAYA MANUSIA, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, DAN PENGENDALIAN INTERN AKUNTANSI
TERHADAP NILAI INFORMASI PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
(Studi Pada Pemerintah Kota Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir)
Desi Indriasari, S.E., M.Si., Ak.POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
Dr. Ertambang Nahartyo, M.Sc.UNIVERSITAS GADJAH MADA
ABSTRACT
Basically, the objective of this research is to examine the factors that influence information value of local government financial reporting. Information value refers to reliability and timeliness, whereas factors that influence are human resource capacity, information technology utilization, and accounting intern control.
Data collection was done by providing questionnaires to 73 heads and staffs of SKPD’s accounting department in Palembang City and Ogan Ilir District and also by interviewing some of them. The collected data was processed using SPSS version 13. The statistic method used to test the hypotheses was multiple linier regression.
Hypotheses testing results are as follows. First, information technology utilization and accounting intern control have a positive and significant influence on reliability of local government financial reporting, while human resource capacity has no influence. Second, both of human resource capacity and information technology utilization have positive and significant influence on timeliness of local government financial reporting.
Keywords: Local government financial reporting, Information value, Human resource capacity, Information technology utilization, and Accounting intern control.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini
adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat
maupun daerah. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi
dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu
media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003 dalam
Mardiasmo, 2006).
Dimensi akuntabilitas publik meliputi akuntabilitas hukum dan kejujuran,
akuntabilitas manajerial, akuntabilitas program, akuntabilitas kebijakan, dan akuntabilitas
finansial (keuangan). Terkait dengan tugas untuk menegakkan akuntabilitas finansial,
khususnya di daerah, pemerintah daerah bertanggung jawab untuk mempublikasikan
laporan keuangan kepada pemangku kepentingannya (stakeholder). Governmental
Accounting Standards Board (1999) dalam Concepts Statement No. 1 tentang Objectives
of Financial Reporting menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar pelaporan
keuangan di pemerintahan yang didasari oleh adanya hak masyarakat untuk mengetahui
dan menerima penjelasan atas pengumpulan sumber daya dan penggunaannya.1
Harus disadari bahwa ada banyak pihak yang akan mengandalkan informasi
dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh pemerintah daerah sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, informasi tersebut harus bermanfaat bagi para
pemakai.
1 Ada perbedaan antara pengertian pelaporan keuangan (financial reporting) dan laporan keuangan (financial reports). Pelaporan keuangan yang meliputi segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan penyampaian informasi keuangan. Aspek-aspek tersebut antara lain lembaga yang terlibat, peraturan yang berlaku termasuk PABU, dan mekanisma penyampaian informasi. Sedangkan laporan keuangan merupakan medium dalam penyampaian informasi. Laporan keuangan pemerintah merupakan representasi posisi keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh pemerintah.
Mengatakan bahwa informasi harus bermanfaat bagi para pemakai sama saja
dengan mengatakan bahwa informasi harus mempunyai nilai (Suwardjono, 2005).
Informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut berpaut dengan keputusan yang
menjadi sasaran informasi. Informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut dipahami
dan digunakan oleh pemakai. Informasi juga akan bermanfaat kalau pemakai
mempercayai informasi tersebut.
Kebermanfaatan (usefulness) merupakan suatu karakteristik yang hanya dapat
ditentukan secara kualitatif dalam hubungannya dengan keputusan, pemakai, dan
keyakinan pemakai terhadap informasi. Oleh karena itu, kriteria ini secara umum disebut
karakteristik kualitatif (qualitative characteristics) atau kualitas (qualities) informasi.
Adapun kriteria dan unsur-unsur pembentuk kualitas informasi yang menjadikan
informasi dalam laporan keuangan pemerintah mempunyai nilai atau manfaat
sebagaimana disebutkan dalam Rerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan terdiri
dari (PP No. 24 Tahun 2005): (a) relevan, (b) andal, (c) dapat dibandingkan, dan (d)
dapat dipahami.
Berbicara mengenai pelaporan keuangan dan nilai informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan pemerintah akan menimbulkan pertanyaan apakah pelaporan
keuangan pemerintah selama ini sudah memenuhi kriteria kualitas informasi yang
disyaratkan dalam peraturan perundang-undangan? Apakah laporan keuangan pokok
yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan
atas Laporan Keuangan (UU No 17 Tahun 2003) telah relevan, andal, dapat
dibandingkan, dan dapat dipahami?
Fenomena pelaporan keuangan pemerintah di Indonesia merupakan sesuatu hal
yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Dari berbagai tulisan yang berhasil di-download
dari internet, ternyata di dalam laporan keuangan pemerintah masih banyak disajikan
data-data yang tidak sesuai. Selain itu juga masih banyak penyimpangan-penyimpangan
yang berhasil ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dalam pelaksanaan audit
laporan keuangan pemerintah. Beberapa tulisan yang berhasil dihimpun adalah sebagai
berikut:
Pansus LPJ Gubernur Jawa Barat mempertanyakan sejumlah perbedaan data anggaran yang dicantumkan dengan realisasi pada dinas-dinas terkait. Menurutnya, ada banyak perbedaan terutama dalam data arus kas, misalnya, belanja modal sebesar Rp 580,5 miliar dengan rincian aset tetap dan aset tidak tetap (Pikiran Rakyat, 27 April 2004).
…. Ketua BPK, Anwar Nasution sebelumnya mengatakan bahwa laporan keuangan daerah banyak mengalami kebocoran. Dalam Hapsem tersebut BPK menemukan adanya beberapa dugaan penyimpangan, antara lain pemberian tunjangan, honorarium, insentif, bantuan keuangan sebesar Rp 517,35 miliar kepada DPRD, Sekretariat DPRD, Kepala Daerah, Sekretaris Daerah, Muspida dan Badan Pengawas Pembangunan yang tidak sesuai dengan ketentuan. Selain itu, BPK juga menemukan adanya pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan sebesar Rp 211,48 miliar, realisasi belanja Rp 621,29 miliar yang tidak dilengkapi bukti dan diduga menyimpang, serta pembagian hasil pajak dan kewajiban pemerintah pusat dan provinsi yang belum disalurkan sebesar Rp 436,09 miliar… (Suara Karya, 17 Desember 2005).
Ketua Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) Anwar Nasution menilai laporan keuangan Pemerintah Daerah banyak yang bermasalah bahkan tidak layak audit. Anwar Nasution menyebutkan, permasalahan yang ditemukan diantaranya terkait ketidakjelasan penyimpanan dana daerah dan penggunaan keuangan daerah dengan boros yang tidak jelas keperluannya. Anwar Nasution juga mengkritik akuntabilitas transparasi laporan keuangan Pemda masih sangat rendah (indosiar.com, 10 Januari 2007).
…. Menurut Mardiasmo, dalam Pasal 33 UU No 33/2004 disebutkan bahwa Menkeu berhak menunda penyaluran DAU bila pemda belum menyerahkan laporan sistem keuangan daerah, termasuk APBD. Di tempat terpisah, Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Agung Pambudhi mendukung kebijakan Depkeu tersebut. Setidaknya terdapat tiga alasan yang dapat dijadikan dasar sanksi tersebut. Pertama, UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kedua, faktor koordinasi nasional, yakni kondisi pelaporan perda APBD yang sering terlambat sehingga mengganggu perekonomian nasional. Ketiga, faktor kepentingan daerah. ”Itu juga bagi kepentingan daerah sendiri, agar pembangunan ekonominya segera bisa dilaksanakan,”tambah dia. (Koran SINDO, 25 Januari 2007).
Another issue was the time frame of APBD for all districts and cities in Indonesia, only ten percent finished APBD on time. The delayed APBD has some impacts such as delays in the General Allocation Fund (DAU) by Central Government (Adriansyah, 2006).
Berdasarkan fenomena tersebut dapat dinyatakan bahwa laporan keuangan
pemerintah masih belum seluruhnya memenuhi kriteria keterandalan dan ketepatwaktuan
(timeliness). Mengingat bahwa keterandalan dan ketepatwaktuan merupakan dua unsur
nilai informasi yang penting terkait dengan pengambilan keputusan berbagai pihak,
peneliti tertarik untuk meneliti hal apa yang mungkin mempengaruhi keterandalan dan
ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah.
Di dalam Konsep Standar Pemeriksaan Keuangan Negara pada bab Standar
Pekerjaan Lapangan Pemeriksaan Keuangan mengenai Pengendalian Intern disebutkan
bahwa sistem informasi yang relevan dengan tujuan laporan keuangan, salah satunya
adalah sistem akuntansi yang terdiri dari metoda dan catatan yang dibangun untuk
mencatat, mengolah, mengikhtisarkan, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa
maupun kondisi) untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang, dan ekuitas yang
bersangkutan (BPK RI, 2006). Sistem akuntansi sebagai suatu sistem informasi
membutuhkan manusia untuk menjalankan sistem yang ada. Untuk dapat menghasilkan
laporan keuangan yang berkualitas, maka kapasitas sumber daya manusia yang
melaksanakan sistem akuntansi sangatlah penting.
Saat ini secara bertahap pemerintah berpindah meninggalkan sistem akuntansi
single entry menjadi double entry karena penggunaan single entry tidak dapat
memberikan informasi yang komprehensif dan mencerminkan kinerja yang
sesuangguhnya. Basis akuntansi yang diterapkan pun mengalami perubahan dari basis
kas (cash basis) ke basis akrual (accrual basis). Permasalahan penerapan basis akuntansi
bukan sekedar masalah teknis akuntansi, yaitu bagaimana mencatat transaksi dan
menyajikan laporan keuangan, namun yang lebih penting adalah bagaimana menentukan
kebijakan akuntansi (accounting policy), perlakuan akuntansi untuk suatu transaksi
(accounting treatment), pilihan akuntansi (accounting choice), dan mendesain atau
menganalisis sistem akuntansi yang ada. Kebijakan untuk melakukan aktivitas tersebut
tidak dapat dilakukan oleh orang (pegawai) yang tidak memiliki pengetahuan di bidang
akuntansi (Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik, 2006).
Penelitian mengenai sumber daya manusia yang ada di instansi pemerintah
pernah dilakukan. Penelitian Dinata (2004) menemukan bukti empiris bahwa secara garis
besar sumber daya manusia yang ada di instansi pemerintahan Kota Palembang belum
sepenuhnya dinyatakan siap atas berlakunya Sistem Akuntansi Keuangan Daerah yang
berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 (Dinata, 2004).
Penelitian Alimbudiono dan Fidelis (2004) memberikan temuan empiris bahwa pegawai
berlatar pendidikan akuntansi di subbagian akuntansi Pemerintah XYZ masih minim, job
description-nya belum jelas, dan pelatihan-pelatihan untuk menjamin fungsi akuntansi
berjalan dengan baik belum dilaksanakan.
Kegiatan lokakarya eksplorasi pengembangan kapasitas Pemerintah Daerah Kutai
Kartanegara yang dilaksanakan pada tahun 2003 berhasil mengidentifikasi permasalahan
sumber daya manusia dalam tiga tingkatan yaitu tingkat sistem, lembaga, dan individu.
Hasil perangkingan dari permasalahan tersebut menetapkan urutan prioritas penanganan
yang pertama adalah penempatan pegawai kurang sesuai dengan bidang ilmu yang
berdampak pada rendahnya pemahaman aparatur terhadap tugas dan fungsinya. Selain itu
terkait dengan sumber daya manusia di satuan kerja di Indonesia, sebuah tulisan di Media
Indonesia (9 Desember 2006) menyebutkan bahwa dari 19.670 satuan kerja, hanya empat
orang akuntannya.
Temuan-temuan tersebut menunjukkan bahwa kapasitas sumber daya manusia
yang ada di instansi pemerintahan masih belum memadai. Kapasitas sumber daya
manusia yang masih minim ini mungkin memiliki pengaruh terhadap keterandalan dan
ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah.
Hal kedua yang mungkin mempengaruhi keterandalan dan ketepatwaktuan
pelaporan keuangan pemerintah adalah pemanfaatan teknologi informasi. Seperti kita
ketahui bahwa total volume Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah
(APBN/D) dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang luar biasa. Dari sisi
akuntansi hal tersebut menunjukkan bahwa volume transaksi keuangan pemerintah juga
menunjukkan kuantitas yang semakin besar dan kualitas yang semakin rumit dan
kompleks. Peningkatan volume transaksi yang semakin besar dan semakin kompleks
tentu harus diikuti dengan peningkatan kemampuan pengelolaan keuangan pemerintah
(Sugijanto, 2002). Untuk itu Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban untuk
mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan
kemampuan mengelola keuangan daerah, dan menyalurkan Informasi Keuangan Daerah
kepada pelayanan publik. Kewajiban pemanfaatan teknologi informasi oleh Pemerintah
dan Pemerintah Daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang
Sistem Informasi Keuangan Daerah yang merupakan pengganti dari PP No. 11 Tahun
2001 tentang Informasi Keuangan Daerah.
Suatu teknologi informasi terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak,
manajemen data, dan jaringan (Wilkinson et al. (2000). Walaupun secara umum telah
banyak diketahui manfaat yang ditawarkan oleh suatu teknologi informasi antara lain
kecepatan pemrosesan transaksi dan penyiapan laporan, keakuratan perhitungan,
penyimpanan data dalam jumlah besar, kos pemrosesan yang lebih rendah, kemampuan
multiprocessing (Wahana Komputer, 2003), namun pengimplementasian teknologi
informasi tidaklah murah. Terlebih jika teknologi informasi yang ada tidak atau belum
mampu dimanfaatkan secara maksimal maka implementasi teknologi menjadi sia-sia dan
semakin mahal. Kendala penerapan teknologi informasi antara lain berkaitan dengan
kondisi perangkat keras, perangkat lunak yang digunakan, pemutakhiran data, kondisi
sumber daya manusia yang ada, dan keterbatasan dana. Kendala ini yang mungkin
menjadi faktor pemanfaatan teknologi informasi di instansi pemerintah belum optimal.
Belum optimalnya pemanfaatan teknologi informasi ini mungkin juga memiliki pengaruh
terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah.
Hal ketiga yang mungkin mempengaruhi keterandalan pelaporan keuangan
pemerintah adalah pengendalian intern akuntansi. Sistem akuntansi sebagai sistem
informasi merupakan subjek terjadinya kesalahan baik yang disengaja maupun yang
tidak disengaja (Riasetiawan). Oleh karena itu sistem akuntansi memerlukan
pengendalian intern atau dengan kata lain sistem akuntansi berkaitan erat dengan
pengendalian intern organisasi (Mahmudi, 2007).
Pengendalian intern menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan proses yang dirancang untuk memberikan
keyakinan yang memadai mengenai pencapaian tujuan pemerintah daerah yang tercermin
dari keandalan laporan keuangan, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program dan
kegiatan serta dipatuhinya peraturan perundang-undangan. Ada tiga fungsi yang terlihat
dari definisi tersebut yaitu: (a) keterandalan pelaporan keuangan, (b)
efisiensi dan efektivitas operasi, dan (c) kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Fungsi pertama dilakukan untuk mencegah terjadinya
inefisiensi dan dinamakan pengendalian intern akuntansi, sedangkan fungsi kedua dan
ketiga dilakukan secara khusus untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mendorong
dipatuhinya kebijakan manajemen dan dinamakan pengendalian intern administratif
(Moscove et al., 1990 dalam Triyuwono & Roekhudin, 2000). Komponen penting dari
pengendalian intern organisasi yang terkait dengan sistem akuntansi antara lain
(Mahmudi, 2007): (a) sistem dan prosedur akuntansi, (b) otorisasi, (c) formulir,
dokumen, dan catatan, dan (d) pemisahan tugas.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, dan
pengendalian intern akuntansi berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan
keuangan pemerintah daerah?
2. Apakah kapasitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi
berpengaruh terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Pelaporan Keuangan Pemerintah
Laporan keuangan pada dasarnya merupakan asersi dari pihak manajemen pemerintah
yang menginformasikan kepada pihak lain, yaitu para pemangku kepentingan
(stakeholder), tentang kondisi keuangan pemerintah. Di Indonesia, laporan keuangan
pokok yang harus dibuat oleh pemerintah sebagaimana tercantum dalam pasal 30 UU No.
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara meliputi: (1) Laporan Realisasi APBN/D, (2)
Neraca, (3) Laporan Arus Kas, (4) Catatan atas Laporan Keuangan, dan (5) Lampiran
laporan keuangan perusahaan negara/daerah. Tujuan pelaporan keuangan pemerintah
disajikan dalam tabel 1:
Tabel 1. Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah
2.2 Nilai Informasi
Agar manfaat dan tujuan penyajian laporan keuangan pemerintah dapat dipenuhi maka
informasi yang disajikan harus merupakan informasi yang bermanfaat bagi pihak yang
berkepentingan dengan informasi tersebut. Mengatakan bahwa informasi harus
bermanfaat bagi para pemakai sama saja dengan mengatakan bahwa informasi harus
mempunyai nilai (Suwardjono, 2005). Beberapa definisi dan rumusan kualitas informasi
disajikan dalam tabel 2:
Tabel 2. Definisi dan Rumusan Kualitas Informasi
Trade-off antara Keterandalan dan Ketepatwaktuan (Timeliness)
Sebagai aspek pendukung keberpautan, ketepatwaktuan adalah tersedianya informasi
bagi pembuat keputusan pada saat dibutuhkan sebelum informasi tersebut kehilangan
kekuatan untuk mempengaruhi keputusan. Sedangkan keterandalan adalah kemampuan
informasi untuk memberi keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau valid. Dalam
hal tertentu, mengejar keberpautan dan ketepatwaktuan untuk mencapai kebermanfaatan
harus dibarengi dengan mengorbankan kualitas lain yaitu keakuratan/presisi
(accuracy/precision) atau keterandalan. Jadi terdapat saling korban (trade-off) antara
ketepatwaktuan dan keterandalan/reliabilitas untuk mendapatkan kebermanfaatan.
Namun, walaupun berkurangnya reliabilitas berakibat berkurangnya kebermanfaatan,
dimungkinkan untuk mempercepat ketersediaan data secara aproksimasi tanpa
mempengaruhi reliabilitas secara material. Dengan begitu ketepatwaktuan dengan
aproksimasi justru akan meningkatkan kebermanfaatan secara keseluruhan (Suwardjono,
2005).
2.3 Kapasitas Sumber Daya Manusia
Kapasitas sumber daya manusia adalah kemampuan seseorang atau individu, suatu
organisasi (kelembagaan), atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau
kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Kapasitas harus
dilihat sebagai kemampuan untuk mencapai kinerja, untuk menghasilkan keluaran-
keluaran (outputs) dan hasil-hasil (outcomes).
Menurut Tjiptoherijanto (2001) dalam Alimbudiono & Fidelis (2004), untuk
menilai kapasitas dan kualitas sumber daya manusia dalam melaksanakan suatu fungsi,
termasuk akuntansi, dapat dilihat dari level of responsibility dan kompetensi sumberdaya
tersebut. Tanggung jawab dapat dilihat dari atau tertuang dalam deskripsi jabatan.
Deskripsi jabatan merupakan dasar untuk melaksanakan tugas dengan baik. Tanpa
adanya deskripsi jabatan yang jelas, sumberdaya tersebut tidak dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik. Sedangkan kompetensi dapat dilihat dari latar belakang
pendidikan, pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti, dan dari keterampilan yang
dinyatakan dalam pelaksanaan tugas.
Kompetensi merupakan suatu karakteristik dari seseorang yang memiliki
keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan kemampuan (ability) untuk
melaksanakan suatu pekerjaan (Hevesi, 2005). Menurut beberapa pakar, kompetensi
adalah karakteristik yang mendasari seseorang mencapai kinerja yang tinggi dalam
pekerjaannya. Pegawai yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup akan bekerja
tersendat-sendat dan juga mengakibatkan pemborosan bahan, waktu, dan tenaga.
Menurut Dunnetts dalam anonim, skill adalah kapasitas yang dibutuhkan untuk
melaksanakan suatu rangkaian tugas yang berkembang dari hasil pelatihan dan
pengalaman. Menurut Blanchard & Thacker (2004) dalam anonim, skill seseorang
tercermin dari seberapa baik seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan yang spesifik
seperti mengoperasikan suatu peralatan, berkomunikasi efektif, atau
mengimplementasikan suatu strategi bisnis.
2.4 Teknologi Informasi
Teknologi informasi meliputi komputer (mainframe, mini, micro), perangkat lunak
(software), database, jaringan (internet, intranet), electronic commerce, dan jenis lainnya
yang berhubungan dengan teknologi (Wilkinson et al., 2000). Teknologi informasi selain
sebagai teknologi komputer (hardware dan software) untuk pemrosesan dan
penyimpanan informasi, juga berfungsi sebagai teknologi komunikasi untuk penyebaran
informasi. Komputer sebagai salah satu komponen dari teknologi informasi merupakan
alat yang bisa melipatgandakan kemampuan yang dimiliki manusia dan komputer juga
bisa mengerjakan sesuatu yang manusia mungkin tidak mampu melakukannya.
2.4.1 Peningkatan Nilai Informasi
Pengolahan data menjadi suatu informasi dengan bantuan komputer jelas akan lebih
meningkatkan nilai dari informasi yang dihasilkan. Peningkatan nilai informasi tersebut
bisa kita amati dari hal sebagai berikut (Wahana Komputer, 2003).
1. Hubungan antara Nilai Informasi, Biaya, dengan Waktu pengolahan data
menjadi informasi.
Biaya/Nilai Informasi
Manfaat
Biaya Informasi
Nilai Informasi
Waktu
Gambar 1
Hubungan Biaya, Nilai, dan Waktu
Dari grafik yang menunjukkan hubungan antara biaya, nilai, dan waktu pengolahan
informasi, maka dapat diihat informasi yang memiliki nilai tinggi adalah informasi
yang disajikan dalam waktu yang cepat dan tepat. Untuk pemrosesan data manual
biasanya berlaku bahwa semakin cepat waktu yang diinginkan untuk pemrosesan,
maka biaya yang dibutuhkan akan semakin besar. Dengan bantuan komputer
pengolahan data bisa diatur sedemikian rupa sehingga informasi dapat disajikan tepat
waktu dan dengan biaya yang masih di bawah manfaat itu sendiri. Dengan kata lain,
kita bisa mengatur pengolahan data sehingga manfaat ekonomis sebuah informasi
dapat diperoleh secara maksimal.
2. Hubungan antara Biaya dengan Volume pemrosesan data menjadi informasi.
Biaya Rata-rata A Manual
B Mesin
Komputer
Volume Pemrosesan
Gambar 2
Hubungan Biaya dan Volume Pemrosesan
Tingginya biaya tenaga kerja manusia yang diperlukan dalam pemrosesan data membuat
pemrosesan secara manual kurang efektif jika ditinjau dari sisi volume dan biaya
pemrosesan. Pada Gambar 2 terlihat bahwa pemrosesan secara manual memiliki biaya
yang stabil pada angka yang cukup tinggi. Sementara dengan menggunakan mesin, meski
investasi awal lebih besar biayanya, namun pada perkembangannya akan dapat
mengurangi biaya pemrosesan dengan tetap menjaga volume. Sedangkan pengolahan
data dengan menggunakan komputer, akan dapat terus mengurangi biaya-biaya pada
posisi yang paling rendah dibandingkan dengan metoda pengolahan yang lain.
Dalam hubungannya dengan sistem informasi akuntansi, komputer akan
meningkatkan kapabilitas sistem. Ketika komputer dan komponen-komponen yang
berhubungan dengan teknologi informasi diintegrasikan ke dalam suatu sistem informasi
akuntansi, tidak ada aktivitas umum yang ditambah atau dikurangi. Sistem informasi
akuntansi masih mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data. Sistem masih
memasukkan pengendalian-pengendalian atas keakurasian data. Sistem juga
menghasilkan laporan-laporan dan informasi lainnya. Hanya saja pengkomputerisasian
sistem informasi akuntansi seringkali mengubah karakter aktivitas. Data mungkin
dikumpulkan dengan peralatan khusus. Catatan akuntansi menggunakan lebih sedikit
kertas. Kebanyakan, jika tidak semuanya, tahapan-tahapan pemrosesan dilakukan secara
otomatis. Output lebih rapi, dalam bentuk yang lebih bervariasi, dan lebih banyak.
Terlebih lagi, output dapat didistribusikan kepada orang lain yang terhubung lewat LAN.
Yang lebih penting dari semua perubahan ini adalah peningkatan dalam hal
(Wilkinson et al., 2000):
1. pemrosesan transaksi dan data lainnya lebih cepat,2. keakurasian dalam perhitungan dan pembandingan lebih besar,3. kos pemrosesan masing-masing transaksi lebih rendah,4. penyiapan laporan dan output lainnya lebih tepat waktu,5. tempat penyimpanan data lebih ringkas dengan aksesibilitas lebih tinggi ketika
dibutuhkan, 6. pilihan pemasukan data dan penyediaan output lebih luas/banyak, dan
7. produktivitas lebih tinggi bagi karyawan dan manager yang belajar untuk menggunakan komputer secara efektif dalam tanggung jawab rutin dan pembuatan keputusan.
Sedangkan kelemahannya, sistem komputer cenderung kurang fleksibel dan tidak
dapat cepat beradaptasi jika ada perubahan sistem, perencanaan dan pembuatan sistem
terkomputerisasi memakan waktu lebih lama, biaya pemasangan instalasi tinggi, butuh
kontrol yang lebih baik, jika ada bagian hardware yang tidak bekerja dapat
melumpuhkan sistem, komputer tidak dapat mendeteksi penyebab kesalahan, hilangnya
jejak audit, komputer peka terhadap pengaruh lingkungan, data yang disimpan mudah
rusak (Pujonggo, 2004).
2.5 Pengendalian Intern Akuntansi
Pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metoda, dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan
keterandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, dan dipatuhinya kebijakan pimpinan.
Menurut tujuannya, pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua yaitu pengendalian
intern akuntansi (internal accounting control) dan pengendalian intern administratif
(internal administrative control). Pengendalian intern akuntansi yang merupakan bagian
dari pengendalian intern yang berkaitan dengan tujuan pertama dan kedua sedangkan
pengendalian intern administratif berkaitan dengan tujuan ketiga dan keempat.
Banyak penulis yang mengemukakan komponen atau unsur-unsur pokok yang
termasuk dalam pengendalian intern akuntansi. Wilkinson et al., (2000) menyebutkan
subkomponen dari aktivitas pengendalian yang berhubungan dengan pelaporan keuangan
adalah (1) perancangan yang memadai dan penggunaan dokumen-dokumen dan catatan-
catatan bernomor; (2) pemisahan tugas; (3) otorisasi yang memadai atas transaksi-
transaksi; (4) pemeriksaan independen atas kinerja; dan (5) penilaian yang sesuai/tepat
atas jumlah yang dicatat.
Unsur-unsur pokok yang diperlukan dalam menciptakan pengendalian akuntansi
yang efektif antara lain (Wahana Komputer, 2003): (a) adanya perlindungan fisik
terhadap harta; (b) pemisahan fungsi organisasi yaitu pemisahan fungsi organisasi yang
saling berkaitan; (c) adanya jejak audit yang baik; dan (d) sumber daya manusia yang
optimal.
Sedangkan Mahmudi (2007) menyebutkan komponen penting yang terkait
dengan pengendalian intern akuntansi antara lain sebagai berikut.
a) Sistem dan prosedur akuntansi.
Sistem dan prosedur akuntansi keuangan daerah merupakan serangkaian tahap dan
langkah yang harus dilalui dalam melakukan fungsi akuntansi tertentu. Sistem dan
prosedur akuntansi pemerintah daerah paling sedikit meliputi (pasal 98 PP Nomor 58
tahun 2005): (1) sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas; (2) sistem dan
prosedur akuntansi pengeluaran kas; (3) sistem dan prosedur akuntansi aset; dan (4)
sistem dan prosedur akuntansi selain kas.
b) Otorisasi.
Otorisasi dalam sistem akuntansi pemerintah daerah sangat penting karena tanpa
sistem otorisasi yang baik, maka keuangan daerah sangat berisiko untuk terjadi
kebocoran. Sistem otorisasi menunjukkan ketentuan tentang orang atau pejabat yang
bertanggung jawab mengotorisasi suatu transaksi yang terjadi di pemerintah daerah.
Otorisasi tersebut bisa berbentuk kewenangan dalam memberikan tanda tangan pada
formulir dan dokumen tertentu. Tanpa otorisasi dari pihak yang berwenang maka
transaksi tidak dapat dilakukan, atau kalaupun ada transaksi tanpa otorisasi maka
transaksi tersebut dikategorikan tidak sah atau ilegal.
c) Formulir, dokumen, dan catatan.
Setiap transaksi yang terjadi di pemerintah daerah harus didukung dengan bukti
transaksi yang valid dan sah. Selain terdapat bukti yang valid dan sah, transaksi
tersebut harus dicatat dalam buku catatan akuntansi. Kelengkapan formulir dan
dokumen transaksi serta catatan akuntansi sangat penting dalam proses audit
keuangan.
d) Pemisahan tugas.
Fungsi-fungsi atau pihak-pihak yang terkait dalam suatu transaksi dalam suatu
transaksi harus dipisahkan. Suatu transaksi dari awal hingga akhir tidak boleh
ditangani oleh satu fungsi atau satu orang saja. Harus dipisahkan antara fungsi
pencatat uang serta pengotorisasi. Harus dilakukan pemisahan tugas secara tegas
dengan deskripsi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang jelas dalam rangka
menghindari terjadinya kolusi, kecurangan, dan korupsi.
1.6 Pengembangan Hipotesis
2.6.1 Hubungan Kapasitas Sumber Daya Manusia dan Nilai Informasi Pelaporan
Keuangan Pemerintah
PP Nomor 105 Tahun 2000 dan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 telah membawa
perubahan besar dan memberikan pendekatan baru dalam pengelolaan keuangan daerah.
Perubahan yang mendasar dalam PP Nomor 105 Tahun 2000 adalah terkait dengan
perubahan dalam sistem penganggaran, baik proses penganggarannya maupun bentuk
dan struktur APBD. Perubahan tersebut merupakan suatu perubahan yang bersifat
paradigmatik, sementara perubahan yang lebih bersifat pragmatik dan teknis operasional
diatur dalam Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, yaitu terkait dengan penatausahaan
keuangan daerah. Perubahan itu sudah sampai pada teknik akuntansinya yang meliputi
perubahan dalam pendekatan sistem akuntansi dan prosedur pencatatan, dokumen dan
formulir yang digunakan, fungsi-fungsi otorisasi untuk tujuan sistem pengendalian intern,
laporan, serta pengawasan (Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik, 2006).
Perubahan tersebut membutuhkan dukungan teknologi dan sumber daya manusia
yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi yang memadai. Penelitian mengenai
kesiapan sumber daya manusia subbagian akuntansi pemerintah daerah dalam kaitannya
dengan pertanggungjawaban keuangan daerah pernah dilakukan oleh Alimbudiono &
Fidelis (2004), Dinata (2004), Imelda (2005).
Temuan empiris dari penelitian mereka menunjukkan masih minimnya pegawai
berlatar pendidikan akuntansi, belum jelasnya job description, dan belum
dilaksanakannya pelatihan-pelatihan untuk menjamin fungsi akuntansi berjalan dengan
baik pada Pemerintah XYZ, Pemerintah Kota Palembang, atau Pemerintah Propinsi
Sumatera Selatan. Walaupun sistem akuntansi yang dibangun sudah baik tetapi sumber
daya manusianya tidak memiliki kapasitas untuk melaksanakannya, maka akan
menimbulkan hambatan dalam pelaksanaan fungsi akuntansi yang ada dan akhirnya
informasi akuntansi sebagai produk dari sistem akuntansi bisa jadi kualitasnya buruk.
Informasi yang dihasilkan menjadi informasi yang kurang atau tidak memiliki nilai, salah
satunya keterandalan sebagaimana yang masih banyak ditemui dalam pelaporan
keuangan pemerintah. Berdasarkan uraian tersebut penulis menduga terdapat hubungan
positif antara kapasitas sumber daya manusia dengan keterandalan pelaporan keuangan
pemerintah daerah dan hubungan tersebut dihipotesiskan:
H1a: Kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap keterandalan
pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Selain itu, rendahnya pemahaman pegawai terhadap tugas dan fungsinya serta
hambatan di dalam pengolahan data juga dapat berdampak pada keterlambatan
penyelesaian tugas yang harus diselesaikan, salah satunya adalah penyajian laporan
keuangan. Keterlambatan penyajian laporan keuangan berarti bahwa laporan keuangan
belum/tidak memenuhi nilai informasi yang disyaratkan, yaitu ketepatwaktuan.
Berdasarkan uraian tersebut penulis penulis menduga terdapat hubungan positif antara
kapasitas sumber daya manusia dengan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah
daerah dan hubungan tersebut dihipotesiskan:
H2a: Kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan
pelaporan keuangan pemerintah daerah.
2.6.2 Hubungan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Nilai Informasi Pelaporan
Keuangan Pemerintah
Perkembangan teknologi informasi tidak hanya dimanfaatkan pada organisasi bisnis
tetapi juga pada organisasi sektor publik, termasuk pemerintahan. Dalam Penjelasan
Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
disebutkan bahwa untuk menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang
sejalan dengan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance),
Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan
mengelola keuangan daerah, dan menyalurkan Informasi Keuangan Daerah kepada
pelayanan publik. Pemerintah perlu mengoptimalisasi pemanfaatan kemajuan teknologi
informasi untuk membangun jaringan sistem informasi manajemen dan proses kerja yang
memungkinkan pemerintahan bekerja secara terpadu dengan menyederhanakan akses
antar unit kerja.
Penelitian yang berhubungan dengan pemanfaatan sistem informasi dan teknologi
informasi pada organisasi sektor publik sudah pernah dilakukan. Uraian dan temuan
empiris mengenai teknologi informasi menunjukkan bahwa pengolahan data dengan
memanfaatkan teknologi informasi (komputer dan jaringan) akan memberikan banyak
keunggulan baik dari sisi keakuratan/ketepatan hasil operasi maupun predikatnya sebagai
mesin multiguna, multiprocessing. Pemanfaatan teknologi informasi juga akan
mengurangi kesalahan yang terjadi. Penelitian Donnelly et al., (1994) menemukan bahwa
sistem/teknologi informasi yang dimiliki pemerintah daerah di Skotlandia belum begitu
baik. Hal ini boleh jadi dialami juga oleh pemerintah daerah di Indonesia sebagaimana
dikatakan oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, dalam gala dinner bersama Guru Besar
Pemasaran, Philip Kotler di Jakarta. Beliau mengakui bahwa bangsa Indonesia masih
belum mampu menggunakan secara maksimal Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK), walaupun teknologi tersebut telah tersedia (ANTARA News, 2007). Berdasarkan
uraian tersebut diduga terdapat hubungan positif antara pemanfaatan teknologi informasi
dengan keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah sehingga penulis
mengajukan hipotesis:
H1b: Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap keterandalan
pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Selain keterandalan hasil operasi dan kemampuan untuk mengurangi human
error, pemanfaatan teknologi informasi dalam pengolahan data diketahui memiliki
keunggulan dari sisi kecepatan. Suatu entitas akuntansi yang bernama “pemerintah
daerah”, sudah pasti akan memiliki transaksi yang kompleks dan besar volumenya.
Pemanfaatan teknologi informasi mesti akan sangat membantu mempercepat proses
pengolahan data transaksi dan penyajian laporan keuangan pemerintah sehingga laporan
keuangan tersebut tidak kehilangan nilai informasi yaitu ketepatwaktuan. Berdasarkan
uraian tersebut diduga terdapat hubungan positif antara pemanfaatan teknologi informasi
dengan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah sehingga penulis
mengajukan hipotesis:
H2b: Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan
pelaporan keuangan pemerintah daerah.
2.6.3 Hubungan Pengendalian Intern Akuntansi dan Nilai Informasi Pelaporan
Keuangan Pemerintah
Penyimpangan dan kebocoran yang masih ditemukan di dalam laporan keuangan
menunjukkan bahwa laporan keuangan tersebut belum memenuhi karakteristik/nilai
informasi yaitu keterandalan. Bila dikaitkan dengan penjelasan mengenai pengendalian
intern akuntansi, maka penyebab ketidakandalan laporan keuangan tersebut merupakan
masalah yang berhubungan dengan pengendalian intern akuntansi. Berdasarkan uraian
dan temuan empiris tersebut, penulis mengajukan hipotesis:
H1c: Pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif terhadap keterandalan
pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Selanjutnya hipotesis yang diajukan penulis akan dibagi menjadi dua kelompok
dan pembagian didasarkan atas nilai informasi yang diuji, yaitu keterandalan dan
ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hipotesis pertama mengenai
hubungan variabel independen yaitu kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan
teknologi informasi, dan pengendalian intern akuntansi dengan variabel dependen
keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Dengan demikian hipotesis pertama
terdiri dari H1a, H1b, H1c. Berdasarkan ketiga hipotesis tersebut, penting juga diketahui
apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap keterandalan
pelaporan keuangan pemerintah daerah. Untuk itu dikembangkan hipotesis H1d sebagai
berikut:
H1d: Kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, dan
pengendalian intern akuntansi secara bersama-sama berpengaruh positif
terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Hipotesis kedua mengenai hubungan variabel independen yaitu kapasitas sumber
daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi dengan variabel dependen
ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Dengan demikian hipotesis
pertama terdiri dari H2a, H2b. Berdasarkan kedua hipotesis tersebut, penting juga diketahui
apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap ketepatwaktuan
pelaporan keuangan pemerintah daerah. Untuk itu dikembangkan hipotesis H2c sebagai
berikut:
H2c: Kapasitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi secara
bersama-sama berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan
keuangan pemerintah daerah.
3. METODA PENELITIAN
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data
akan dilakukan melalui survai kuesioner yang diantar dan diambil sendiri oleh peneliti
terhadap bagian akuntansi/penatausahaan keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD). SKPD ini meliputi dinas, badan, kantor, dan bagian. Peneliti juga melakukan
tanya jawab (wawancara) kepada responden yang bersedia diwawancarai mengenai
kondisi sumber daya manusia, teknologi informasi, dan pengendalian intern yang ada di
satuan kerja responden. Lokasi penelitian terbatas di Kota Palembang dan Kabupaten
Ogan Ilir. Kedua daerah ini termasuk dalam wilayah Propinsi Sumatera Selatan.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah bagian akuntansi/penatausahaan keuangan pada
SKPD di Kota Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir. Penyampelan atas responden
dilakukan secara purposive. Purposive sampling digunakan karena informasi yang akan
diambil berasal dari sumber yang sengaja dipilih berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan peneliti (Sekaran, 2003). Kriteria responden dalam penelitian ini adalah para
pegawai yang melaksanakan fungsi akuntansi/tata usaha keuangan pada SKPD.
Responden dalam penelitian ini adalah yaitu kepala dan staf subbagian
akuntansi/penatausahaan keuangan. Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah
117 responden untuk kedua daerah, dengan masing-masing daerah tidak kurang dari 30
responden.
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Masing-masing variabel diukur dengan model skala Likert lima poin, yaitu (1) Sangat
Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Ragu-Ragu, (4) Setuju, dan (5) Sangat Setuju.
Responden diminta untuk menyatakan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya
terhadap pertanyaan yang diajukan sesuai dengan kondisi mereka yang sesungguhnya.
Tabel 3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Operasional Item Pertanyaan
1. Kapasitas Sumber Daya Manusia
2. Pemanfaatan teknologi Informasi
3. Pengendalian Intern Akuntansi
4. Nilai Informasi - Keterandalan
- Ketepatwaktuan
Kemampuan baik dalam tingkatan individu, organisasi/kelembagaan, maupun sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.(Laporan akhir studi GTZ & USAID/CLEAN Urban (2001)).
Tingkat integrasi teknologi informasi pada pelaksanaan tugas-tugas akuntansi.(Jurnali & Supomo (2002)).
Bagian dari pengendalian intern yang meliputi rencana organisasi, prosedur, dan catatan yang dirancang untuk menjaga keterandalan data akuntansi.
Kemampuan informasi untuk memberikan keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau valid.(PP No. 24 Tahun 2005)
Tersedianya informasi bagi pembuat keputusan pada saat dibutuhkan sebelum informasi tersebut kehilangan kekuatan untuk mempengaruhi keputusan.(PP No. 24 Tahun 2005)
1. Subbagian keuangan/akuntansi anda memiliki staf yang berkualifikasi dalam jumlah yang cukup.
2. Paling tidak 10 persen dari staf subbagian keuangan/akuntansi anda merupakan lulusan D3 akuntansi atau lebih tinggi.
3. Subbagian keuangan/akuntansi anda memiliki uraian peran dan fungsi yang jelas.4. Peran dan tanggung jawab seluruh pegawai subbagian keuangan/akuntansi anda ditetapkan
secara jelas dalam peraturan daerah.5. Uraian tugas subbagian keuangan/akuntansi anda sesuai dengan fungsi akuntansi yang
sesungguhnya.6. Terdapat pedoman mengenai prosedur dan proses akuntansi.7. Subbagian keuangan/akuntansi anda telah melaksanakan proses akuntansi.8. Subbagian keuangan/akuntansi anda memiliki sumber daya pendukung operasional yang
cukup.9. Pelatihan-pelatihan untuk membantu penguasaan dan pengembangan keahlian dalam tugas
dilakukan.10. Dana-dana dianggarkan untuk memperoleh sumber daya, peralatan, pelatihan yang
dibutuhkan.
1. Subbagian akuntansi/keuangan anda memiliki komputer yang cukup untuk melaksanakan tugas.
2. Jaringan internet telah terpasang di unit kerja anda.3. Jaringan internet telah dimanfaatkan sebagai penghubung antar unit kerja dalam pengiriman
data dan informasi yang dibutuhkan.4. Proses akuntansi sejak awal transaksi hingga pembuatan laporan keuangan dilakukan secara
komputerisasi.5. Pengolahan data transaksi keuangan menggunakan software yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.6. Laporan akuntansi dan manajerial dihasilkan dari sistem informasi yang terintegrasi.7. Adanya jadwal pemeliharaan peralatan secara teratur.8. Peralatan yang usang/rusak didata dan diperbaiki tepat pada waktunya.
1. Subbagian keuangan/akuntansi anda menyelenggarakan sistem akuntansi yang meliputi:a. Prosedur akuntansi penerimaan kas b. Prosedur akuntansi pengeluaran kas c. Prosedur akuntansi aset d. Prosedur akuntansi selain kas
2. Daftar rekening (chart of account) pemerintah daerah tersedia dan digunakan.3. Transaksi tidak dapat dilakukan tanpa adanya otorisasi dari pihak yang berwenang. 4. Setiap transaksi yang terjadi harus didukung dengan bukti transaksi yang valid dan sah. 5. Setiap transaksi dicatat dalam buku catatan akuntansi. 6. Catatan akuntansi dijaga untuk tetap “up-to-date”.7. Laporan-laporan keuangan direview dan disetujui terlebih dahulu oleh kepala subbagian
keuangan/akuntansi sebelum didistribusikan 8. Sistem akuntansi yang ada memungkinkan audit/transaction trail. 9. Ada pemisahan tugas dalam rangka pelaksanaan APBD.
1. Transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan tergambar dengan jujur dalam laporan keuangan.
2. Neraca disajikan.3. Laporan realisasi anggaran atau laporan perhitungan APBD disajikan.4. Catatan atas laporan keuangan disajikan.5. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji.6. Rekonsiliasi dilakukan secara periodik antara catatan akuntansi dengan catatan bank atau
catatan pihak eksternal yang membutuhkan konfirmasi atau rekonsiliasi.7. Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak
tertentu.
1. Informasi yang dibutuhkan segera tersedia ketika diminta.2. Laporan-laporan sering disediakan secara sistematis dan teratur, misal: laporan harian,
laporan mingguan, laporan bulanan, laporan semester, dan laporan tahunan (bila laporan jarang tersedia berikanlah tanda pada angka satu).
3. Laporan-laporan berikut disampaikan secara sistematis dan teratur a. Laporan realisasi semester pertama b. Laporan realisasi anggaran atau laporan perhitungan APBDc. Neracad. Catatan atas Laporan Keuangan
3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas menggunakan analisis faktor dengan tujuan untuk mengetahui kevalidan
butir-butir pertanyaan untuk masing-masing variabel atau untuk mengetahui validitas
konstruk (Chenhall & Morris, 1986). Asumsi yang mendasari dapat tidaknya digunakan
analisis faktor adalah data matrik harus memiliki korelasi yang cukup (sufficient
correlation). Alat uji yang digunakan untuk mengukur tingkat interkorelasi tersebut
adalah Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA). Masing-
masing instrumen harus memiliki nilai KMO MSA (Measure of sampling adequacy)
lebih dari 0.50 sehingga data yang dikumpulkan dapat dikatakan tepat untuk analisis
faktor (Hair et al., 2006).
Uji reliabilitas dilakukan dengan cara menghitung nilai cronbach alpha dari
masing-masing instrumen dalam suatu variabel. Nilai cut off untuk menentukan
reliabilitas suatu instrumen adalah nilai cronbach alpha lebih dari 0.60 (Nunnally, 1978).
3.5 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji normalitas, heteroskedastisitas,
multikolinieritas, dan autokorelasi data penelitian (Hair et al., 2006; Gujarati, 2003).
3.6 Pengujian Hipotesis
Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh tiap variabel independen
terhadap variabel dependen. Persamaan regresi untuk menguji hipotesis-hipotesis yang
diajukan dinyatakan dengan model sebagai berikut:
KA = a + b1KSDM + b2PTI + b3PIA + e...............................(1)KW = a + b1KSDM+ b2PTI + e................................................(2)
Keterangan:KA : Keterandalan Laporan KeuanganKW : Ketepatwaktuan Laporan Keuangana : Konstantab1,b2,b3 : Koefisien regresiKSDM : Kapasitas Sumber Daya ManusiaPTI : Pemanfaatan Teknologi InfomasiPIA : Pengendalian Intern Akuntansie : error
3.7 Model Penelitian
Model Pertama
Kapasitas Sumber Daya Manusia
Pemanfaatan Teknologi Informasi
Keterandalan Laporan Keuangan
Pengendalian Intern Akuntansi
H1a
H1b
H1c
H1d
Gambar 3a
Model Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia, Pemanfataan Teknologi Informasi, dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Daerah
Model Kedua
H2a
H2b
H2c
Gambar 3b
Model Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia dan Pemanfataan Teknologi Informasi Terhadap Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4. 1 Statistik Deskriptif
4.1.1 Sampel
Survey dilakukan dengan menyebar kuesioner sebanyak 117 untuk bagian akuntansi/tata
usaha keuangan SKPD di Kota Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir yang keduanya
berada di Propinsi Sumatera Selatan. Kuesioner didistribusikan untuk kepala dan staf
bagian akuntansi/tata usaha keuangan. Dari seluruh kuesioner yang telah disebar
diperoleh 79 kuesioner yang kembali (67,52%). Kuesioner yang memenuhi syarat untuk
diuji dan dapat digunakan untuk dianalisis selanjutnya adalah sebanyak 73 kuesioner
(92,41%). Selanjutnya karakteristik sampel responden dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik Sampel (n=73)
Wilayah Kota Palembang (n=43)
Kabupaten Ogan Ilir (n=30)
Total
Kapasitas Sumber Daya Manusia
Pemanfaatan Teknologi Informasi
Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Daerah
Pengendalian Intern Akuntansi
Kapasitas Sumber Daya Manusia
Pemanfaatan Teknologi Informasi
Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Daerah
Karakteristik Jumlah % Jumlah % Jumlah %Usia
- ≤ 30 tahun- 31 - 40 tahun- 41 - 50 tahun- ≥ 51 tahun
1311154
30.225.634.9
9.3
512112
16.740.036.7
6.7
182326
6
24.731.535.6
8.2Jenis Kelamin
- Pria- Wanita
2320
53.546.5
1515
5050
3835
52.147.9
Pendidikan- SMA- D3- S1- S2
6-
307
14.0-
69.816.3
41
223
13.33.3
73.310.0
101
5210
13.71.4
71.213.7
Jabatan- Kasubbag- Staf
1726
39.560.5
1218
4060
2944
39.760.3
Masa Kerja- ≤ 10 tahun- 11 - 20 tahun- 21 - 30 tahun
201211
46.527.925.6
128
10
40.026.733.3
322031
43.827.442.5
Sumber: diolah dari hasil penelitian
4.1.2 Variabel
Statistik deskriptif tiap variabel dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Statistik Deskriptif Variabel
Variabel Mean MedianDeviasi Standar
Minimum Maksimum
Keterandalan 4.31 4.43 0.69 1 .43 5.00
Ketepatwaktuan 4.13 4.33 0.85 2.00 5.00
Kapasitas Sumber Daya Manusia 4.23 4.40 0.69 1.40 5.00
Pemanfaatan Teknologi Informasi 3.96 4.00 0.72 1.38 5.00
Pengendalian Intern Akuntansi 4.39 4.43 0.63 1.86 5.00
Sumber: diolah dari hasil penelitian
4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Berdasarkan hasil uji validitas terhadap butir-butir pertanyaan masing-masing variabel,
dinyatakan terdapat tujuh butir pertanyaan dari 37 butir pertanyaan harus dikeluarkan
(drop), yaitu lima pertanyaan pada variabel kapasitas sumber daya manusia (butir
1,2,6,7,10) dan dua pertanyaan pada variabel pengendalian intern akuntansi (butir 3,9).
Hal ini karena ketujuh butir pertanyaan tersebut memiliki nilai loading factor di atas 0,40
pada dua komponen faktor yang berbeda.
Sedangkan hasil uji reliabilitas membuktikan bahwa besaran Conbrach’s Alpha
untuk masing-masing variabel pengukur di atas 0,60. Hasil ini berarti bahwa kuesioner
yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat reliabilitas yaitu reliabel (variabel
ketepatwaktuan dan kapasitas sumber daya manusia) dan sangat reliabel (variabel
keterandalan, pemanfaatan teknologi informasi, dan pengendalian intern akuntansi).
Hasil uji validitas dan reliabilitas disajikan dalam tabel 6.
Tabel 6. Uji Validitas dan Reliabilitas
Variabel Nilai KMO MSA Nilai Cronbach’s Alpha
Keterandalan 0.901 0.900
Ketepatwaktuan 0.712 0.784
Kapasitas Sumber Daya Manusia 0.622 0.798
Pemanfaatan Teknologi Informasi 0.726 0.808
Pengendalian Intern Akuntansi 0.809 0.880
Sumber: diolah dari hasil penelitian
4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik
4.3.1 Normalitas
Uji normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati plot grafis
distribusi normal dan uji statistik dari distribusi residual. Uji statistik dilakukan dengan
Kolmogorov-Smirnov test (Hair et.al, 2006). Hasil uji mengindikasikan bahwa distribusi
residual adalah normal karena nilai Kolmogorov-Smirnov tidak signifikan (p>0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas dalam regresi terpenuhi.
4.3.2 Multikolinieritas
Uji multikolinearitas dibuktikan dengan nilai variance inflation factor (VIF) dan nilai
tolerance. Hasil pengujian menyatakan bahwa nilai VIF dan tolerance pada masing-
masing variabel independen menunjukan angka lebih kecil dari 10 dan lebih besar dari
0,10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi linear penelitian ini tidak
terjadi multikolinearitas.
4.3.3 Autokorelasi
Autokorelasi diasumsikan bahwa unsur gangguan yang berhubungan dengan observasi
tidak dipengaruhi oleh unsur disturbansi atau gangguan yang berhubungan dengan
pengamatan lain (Gujarati, 2003). Gejala autokorelasi dapat dideteksi dengan nilai
Durbin Watson. Hasil pengujian menunjukkan tidak ada autokorelasi karena nilai Durbin
Watson berada dalam kriteria du<d<4-du.
4.3.4 Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya ketidaksamaan variansi
residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji heterokedastisitas dilakukan
dengan mengamati grafik penyebaran residual dan pengujian statistik menggunakan uji
Glejser (Gujarati, 2003).
Hasil pengamatan grafik menyatakan bahwa pola penyebaran residual terhadap
nilai prediksi Y yang menyebar di sekitar garis horizontal (standard error of estimate,
se=0) tidak membentuk pola tertentu. Uji Glejser menghasilkan nilai p-value semua
variabel independen lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
model regresi linear penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.4 Pengujian Hipotesis
Pengujian secara parsial dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen yang digunakan dalam model penelitian secara individual mampu
menjelaskan variabel dependen. Hipotesis H1a, H1b, H1c, H2a, dan H2b akan diuji dengan
partial correlation. Pengujian signifikansi dilakukan melalui t-test.
Selanjutnya pengujian secara simultan dilakukan untuk mengetahui apakah
variabel-variabel independen yang digunakan dalam model penelitian secara bersama-
sama mampu menjelaskan variabel dependen. H1d dan H2c akan diuji dengan menghitung
koefisien korelasi berganda (multiple correlation). Pengujian signifikansi dilakukan
melalui F-test.
Tabel 8. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis Pengujian secara simultanPengujian secara
parsial Keputusanttest sig
Hipotesis IKapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, dan pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Persamaan regresiKA=0.055+0.015KSDM+0.193PTI+0.780PIA+eNilai Ftest 72.913 R2 = 0.760Signifikansi 0.000 Adjusted R2 = 0.750Artinya:Variabel kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, dan pengendalian intern akuntansi secara bersama-sama memiliki pengaruh positif signifikan dengan nilai probabilitas 0.000 < α 0.05 terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah
KSDM 0.158PTI 2.516PIA 7.860
0.8750.0140.000
H1a = ditolakH1b = diterimaH1c = diterima
Hipotesis IIKapasitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi, berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Persamaan regresiKA=0.743+0.403KSDM+0.426PTI+eNilai Ftest 22.638 R2 = 0.393Signifikansi 0.000 Adjusted R2 = 0.375Artinya:Variabel kapasitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi secara bersama-sama memiliki pengaruh positif signifikan dengan nilai probabilitas 0.000 < α 0.05 terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah
KSDM 2.693PTI 2.947
0.0090.004
H2a = diterimaH2b = diterima
Sumber: diolah dari hasil penelitian
4.5 Diskusi
Hasil pengujian hipotesis H1a menunjukkan bahwa kapasitas sumber daya manusia tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan
pemerintah daerah. Ketidaksignifikanan ini mungkin disebabkan kondisi kapasitas
sumber daya manusia di subbagian akuntansi/tata usaha keuangan yang belum
mendukung. Dari hasil wawancara pada saat pengambilan kuesioner diperoleh informasi
bahwa sumber daya manusia di subbagian akuntansi/tata usaha keuangan yang ada di
Kota Palembang maupun di Kabupaten Ogan Ilir diakui masih sangat kurang dari sisi
jumlah maupun kualifikasinya. Dari sisi jumlah, beberapa satuan kerja yang ada hanya
memiliki satu pegawai akuntansi, yaitu “the one and only” kepala subbagian
akuntansi/tata usaha keuangan. Dari sisi kualifikasi, sebagian besar pegawai subbagian
akuntansi/tata usaha keuangan tidak memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan
hal ini terlihat dari data demografi responden. Uraian tugas dan fungsi subbagian
akuntansi/tata usaha keuangan yang ada juga masih terlalu umum (belum terspesifikasi
dengan jelas). Padahal fungsi dan proses akuntansi hanya dapat dilaksanakan oleh
pegawai yang memiliki pengetahuan di bidang ilmu akuntansi. Namun secara praktik di
lapangan kondisinya berbeda. Karena masih sangat sedikit jumlah akuntan atau pegawai
yang berpendidikan tinggi akuntansi, sementara peraturan perundang-undangan telah
mewajibkan setiap satuan kerja untuk menyelenggarakan akuntansi dan menyusun
laporan keuangan, maka pegawai yang ada yang diberdayakan. Kelemahan yang ada
diimbangi dengan mengikutsertakan pegawai dalam pelatihan-pelatihan yang
berhubungan dengan akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah.
Hasil pengujian hipotesis H2a menunjukkan bahwa kapasitas sumber daya
manusia berpengaruh positif signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan
pemerintah daerah. Logis dari temuan ini adalah ketika seseorang memiliki kapasitas
yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas yang menjadi tanggung
jawabnya maka ia akan menyelesaikan pekerjaan/tugasnya dengan baik dan lebih cepat.
Namun satu hal yang perlu dipertanyakan dari temuan ini adalah mengenai perbedaan
signifikansi antara pengaruh variabel kapasitas sumber daya manusia terhadap
keterandalan dan ketepatwaktuan. Boleh jadi temuan ini memberikan dukungan
mengenai saling korban (trade-off) antara ketepatwaktuan dan keterandalan untuk
mendapatkan kebermanfaatan sebagaimana dijelaskan dalam bab II. Dengan kata lain,
ketepatwaktuan dengan aproksimasi/taksiran justru akan meningkatkan kebermanfaatan
secara keseluruhan (Suwardjono, 2005).
Selanjutnya hasil pengujian hipotesis H1b dan H2b menunjukkan bahwa
pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan
dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Temuan ini mendukung
literatur-literatur yang berkaitan dengan manfaat dari suatu teknologi informasi dalam
suatu organisasi, termasuk pemerintah daerah yang harus mengelola APBD dimana
volume transaksinya dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan dan semakin
kompleks. Pemanfaatan teknologi informasi yang meliputi teknologi komputer dan
teknologi komunikasi dalam pengelolaan keuangan daerah akan meningkatkan
pemrosesan transaksi dan data lainnya, keakurasian dalam perhitungan, serta penyiapan
laporan dan output lainnya lebih tepat waktu.
Hasil pengujian hipotesis H1c menunjukkan bahwa pengendalian intern akuntansi
berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah
daerah. Temuan ini juga mendukung berbagai literatur yang menjelaskan tentang tujuan
dari pengendalian intern akuntansi yaitu memberikan keyakinan yang memadai mengenai
pencapaian tujuan pemerintah daerah yang tercermin dari keterandalan laporan keuangan.
Terakhir, secara simultan hipotesis pertama (H1d) dan hipotesis kedua (H2c) yang
diajukan terdukung. Hal ini terlihat dari nilai Ftest 72.913 dan probabilitas 0.000 < α 0.05
(H1d) dan nilai Ftest 22.638 dan probabilitas 0.000 < α 0.05 (H2c) dengan nilai koefisien
determinasi (adjusted R2) masing-masing 0.750 dan 0.375 dan ini berarti variabel-
variabel independen yang digunakan dalam model penelitian secara bersama-sama
mampu menjelaskan variabel dependen.
4.6 Analisis Sensitivitas
Selain melakukan pengujian hipotesis, dalam penelitian ini juga dilakukan analisis
sensitivitas sebagai analisis tambahan. Analisis sensitivitas ini digunakan untuk menguji
perbedaan nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah di Kota Palembang dan
di Kabupaten Ogan Ilir dipengaruhi oleh kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan
teknologi informasi, dan pengendalian intern akuntansi. Analisis ini dilakukan karena
adanya perbedaan kondisi pada kedua daerah dimana Pemerintah Kota Palembang
merupakan pemerintah daerah yang sudah lama terbentuk, sedangkan Pemerintah
Kabupaten Ogan Ilir merupakan pemerintah daerah yang baru terbentuk sebagai hasil
dari pemekaran Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda dengan menambah variabel dummy. Dalam melakukan pengujian dengan
variabel dummy, maka harus ditentukan kelompok yang diberi nilai dummy 0 disebut
excluded group dan kelompok yang diberi nilai dummy 1 disebut included group (Mirer,
1990 dalam Ghozali, 2005). Excluded group akan digunakan sebagai pembanding untuk
interpretasi koefisien parameter variabel dummy. Dalam penelitian ini Kota Palembang
diberi nilai 0 dan Kabupaten Ogan Ilir diberi nilai 1.
Dari hasil analisis regresi terlihat nilai koefisien dummy (variabel dependen
keterandalan) adalah sebesar 0,117 dan nilai t-test sebesar 1.402, sedangkan nilai
signifikansinya sebesar 0,166. Sedangkan nilai koefisien dummy (variabel dependen
ketepatwaktuan) adalah sebesar 0,009 dan nilai t-test sebesar 0,052, sedangkan nilai
signifikansinya sebesar 0,958. Hasil ini menunjukkan bahwa pelaporan keuangan
pemerintah Kabupaten Ogan Ilir lebih andal 11,7% dan lebih tepat waktu 0,9%
dibandingkan dengan pelaporan keuangan pemerintah Kota Palembang. Namun variabel
dummy wilayah dengan menggunakan tingkat α sebesar 0,05 secara statistik tidak
signifikan, yang berarti tidak ada pengaruh variabel dummy wilayah terhadap variabel
keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan daerah. Ini berarti hasil yang
diperoleh tetap konsisten dengan hasil analisis pada pengujian hipotesis sebelumnya.
5. PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi berganda (multiple
regression) disimpulkan bahwa:
1. Secara simultan, hipotesis pertama dan hipotesis kedua yang diajukan terdukung. Hal
ini terlihat dari nilai Ftest 72.913 dan probabilitas 0.000 < α 0.05 (hipotesis
pertama) dan nilai Ftest 22.638 dan probabilitas 0.000 < α 0.05 (hipotesis kedua)
dengan nilai koefisien determinasi (adjusted R2) masing-masing 0.750 dan 0.375.
2. Dilihat dari nilai ttest dan probabilitasnya, hipotesis H1a yang diajukan tidak
terdukung karena ttest 0.158 dan probabilitas 0.875 > α 0.05. Sedangkan hipotesis H2a
terdukung dengan nilai ttest 2.693 dan probabilitas 0.009 < α 0.05.
3. Dilihat dari nilai ttest dan probabilitasnya, hipotesis H2a yang diajukan terdukung
dengan ttest 2.516 dan probabilitas 0.014 < α 0.05. Hipotesis H2b juga terdukung
dengan nilai ttest 2.947 dan probabilitas 0.004 < α 0.05.
4. Dilihat dari nilai ttest dan probabilitasnya, hipotesis H1c yang diajukan terdukung
dengan ttest 7.860 dan probabilitas 0.000 < α 0.05.
5. Hasil analisis sensitivitas menggunakan regresi linier dengan penambahan variabel
dummy wilayah menunjukkan bahwa pelaporan keuangan pemerintah Kabupaten
Ogan Ilir lebih andal 11,7% dan lebih tepat waktu 0,9% dibandingkan dengan
pelaporan keuangan pemerintah Kota Palembang.
5.2 Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan hanya di dua wilayah Propinsi Sumatera Selatan, yaitu
Kota Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir sehingga hasil penelitian belum dapat
digeneralisir ke semua objek. Dengan kata lain validitas eksternal dari hasil
penelitian ini masih rendah.
2. Instrumen dan daftar pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini sebagian
besar dikembangkan sendiri oleh peneliti, selebihnya mengadopsi dari County of
Yolo dan Laporan Pengelolaan Keuangan Publik di Aceh yang merupakan hasil
kerjasama antara BRR NAD-Nias, Bank Dunia, Unsyiah dan USAID-LGSP.
Peneliti berusaha menyesuaikan dengan kondisi yang ada dan telah melakukan
beberapa kali perbaikan namun tetap memiliki kelemahan-kelemahan.
3. Keterbatasan yang dirasa cukup mengganggu dalam penelitian ini adalah model
yang digunakan. Model yang digunakan dalam penelitian ini bukanlah model yang
telah teruji di dalam penelitian sebelumnya. Model penelitian ini dibangun atas
dugaan yang kuat akan hubungan variabel yang dihipotesiskan.
4. Kurangnya pemahaman dari responden terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam
kuisioner serta sikap kepedulian dan keseriusan dalam menjawab semua
pertanyaan-pertanyaan yang ada. Masalah subjektivitas dari responden dapat
mengakibatkan hasil penelitian ini rentan terhadap biasnya jawaban responden.
5.3 Kontribusi Penelitian dan Saran
Hasil penelitian ini memberikan bukti baru bahwa keterandalan pelaporan keuangan
pemerintah daerah dipengaruhi oleh pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian
intern akuntansi. Sedangkan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah
dipengaruhi oleh kapasitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi.
Hasil ini diharapkan bisa dijadikan dasar atau acuan bagi pihak-pihak yang terkait dengan
pengelolaan keuangan daerah. Dengan memperhatikan dan meningkatkan kapasitas
sumber daya manusia yang dimiliki baik pada tingkatan sistem, kelembagaan, maupun
individu, didukung dengan pemanfaatan teknologi informasi seoptimal mungkin, dan
adanya rancangan pengendalian intern akuntansi yang memadai diharapkan pihak
pengelola keuangan daerah khususnya bagian akuntansi mampu melaksanakan tugas dan
fungsi akuntansi dengan baik yang akhirnya bermuara pada dihasilkannya laporan
keuangan pemerintah daerah yang andal dan tepat waktu. Kontribusi lainnya adalah
bahwa temuan dalam penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya,
misalnya dua nilai informasi lain yang belum diteliti yaitu dapat dibandingkan dan dapat
dipahami.
Beberapa saran untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Memperbesar jumlah sampel dan melengkapi metoda survai dengan wawancara
karena saat melakukan penelitian ini peneliti sempat mewawancarai beberapa
responden dan menemukan adanya perbedaan antara jawaban di kuesioner dan
jawaban secara lisan untuk pertanyaan/pernyataan yang sama.
2. Memperbaiki terlebih dahulu kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini atau
menggunakan kuesioner yang tingkat validitas dan reliabilitasnya lebih tinggi.
3. Terakhir, mempertimbangkan variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh
terhadap nilai informasi laporan keuangan, misalnya lokasi pemerintahan yang
terpadu karena dari hasil analisis sensitivitas dengan penambahan dummy wilayah
ditemukan bukti empiris bahwa laporan keuangan pemerintah Kabupaten Ogan Ilir
lebih andal dan tepat waktu bila dibandingkan dengan laporan keuangan pemerintah
Kota Palembang. Penelitian lanjutan dapat juga meneliti mengenai hubungan
keterandalan dan ketepatwaktuan karena antara keterandalan dan ketepatwaktuan
sendiri sering kali terjadi trade-off.
DAFTAR PUSTAKA
Adriansyah. 2006. Local Financial Information Systems. Makalah Training Budget Performance Capacity Building for Effective Public Finance.
Alimbudiono, Ria Sandra & Fidelis Arastyo Andono. 2004. Kesiapan Sumber Daya Manusia Sub Bagian Akuntansi Pemerintah Daerah “XYZ” dan Kaitannya Dengan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Kepada Masyarakat: Renungan Bagi Akuntan Pendidik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik. Vol. 05 No. 02. Hal. 18-30.
Anonim. Tinjauan Pustaka. www.yahoo.com
ANTARA News. 7 Agustus 2007. Wapres Akui Pemanfaatan TIK Belum Maksimal.
Auditor-Controller County of Yoo Department. Februari, 2005. Internal Control Questionnaire.
Badan Pemeriksa Keuangan RI. 2006. Konsep Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Chenhall, RH. & Morris, D. 1986. The Impact of Structure, Environment, and Interdependence on Perceived Usefulness of Management Accounting Systems. The Accounting Review, Vol.61, pp.16-35.
Cooper, Donald R. & Pamela S. Schindler. 2003. Business Research Method. Eight Edition. Mc Graw Hill
Dinata, Anton Mulhar. 2004. Tinjauan Atas Kesiapan SDM pada Instansi Pemerintah Kota Palembang dalam Penerapan Akuntansi Daerah Menuju Terciptanya Good Governance di Era Otonomi Daerah. Skripsi, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
Donnelly, Mike, John F. Dalrymple, & Ivan P. Hollingsworth. 1994. “The Use and Development of Information Systems and Technology in Scottish Local Government”. International Journal of Public Sector Management. Vol. 7 No. 3. Hal.4-15.
Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik. 2006. Standar Akuntansi Pemerintahan: Telaah Kritis PP Nomor 24 Tahun 2004. BPFE, Yogyakarta.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Governmental Accounting Standards Boards (GASB). 1999. Concepts Statement No. 1: Objectives of Financial Reporting in Governmental Accounting Standards Boards Series Statement No. 34: Basic Financial Statement and Management Discussion and Analysis for State and Local Government. Norwalk.
Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics. McGraw-Hill, Inc. New York.
Hair, J.F., Black, William C. Babin, Barry J. Anderson, Rolph E. Tatham, & Ronald L. 2006. Multivariate Data Analysis. Sixth Edition. Upper Saddle River, Prentice Hall International, Inc.
Henley, D., A. Likierman, J. Perrin, M. Evans, I. Lapsley, & J. Whiteoak. 1992. Public Sector Accounting and Financial Control. Fourth Edition. Chapman & Hall.
Hevesi, G. Alan. 2005. Standards for Internal Control in New York State Government. www.osc.state.ny.us.
Imelda. 2005. Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah (SIAKD) Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Skripsi, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
Indosiar. 2007. Temuan BPK: Laporan Keuangan Pemda Tidak Layak. indosiar.com.
Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan RI. 2005. Kelemahan Desain dan Pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal. www.itjen.depkeu.go.id.
-------------------, 2006. “Peran Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan terkait dengan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)”. www.itjen.depkeu.go.id.
Jones, Rowan & Maurice Pendlebury. 1996. Public Sector Accounting. Fifth Edition. London: Pitman.
Jurnali, Teddy & Bambang Supomo. 2002. Pengaruh Faktor Kesesuaian Tugas-Teknologi dan Pemanfaatan TI terhadap Kinerja Akuntan Publik. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 5 No. 2 Hal. 214-228.
Koran SINDO. Kamis, 25 Januari 2007. Pusat Tahan DAU Daerah.
Mahmudi. 2007. Analisis Laporan Keuangan Daerah: Panduan Bagi Eksekutif, DPRD, dan Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan Ekonomi, Sosial, dan Politik. UPP STIM YKPN.
Mardiasmo. 2006. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance. Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol. 2 No. 1, Hal. 1-17.
Media Indonesia. 9 Desember 2006. Sistem Akuntansi Pemerintah Lemah.
Nunnally, J.C. 1978. Psychometric Theory. New York, Mc Graw-Hill.
Pikiran Rakyat. Selasa, 27 April 2007. DPRD Kemungkinan Panggil Gubernur: Dipertanyakan Ketidaksesuaian LPJ.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
-------------------, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
-------------------, Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.
-------------------, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Riasetiawan, Mardhani. Tinjauan Teoritis Sistem Informasi Akuntansi. www.google.com.
Sekaran, Uma. 2003. Research Methods For Business: A Skill-Building Approach. John Wiley and Sons Inc, New York.
Suara Karya. Sabtu, 17 Desember 2005. BPK Baru Audit 80 Persen APBD.
Sugijanto. 2002. Peranan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat Dalam Meningkatkan Akuntabilitas Keuangan dan Implikasi UU No. 22/25 Tahun 1999. Lintasan Ekonomi. Volume XIX Nomor 1.Hal. 50-66.
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. BPFE, Yogyakarta.
Tim GTZ-USAID/CLEAN Urban. Januari 2001. Pengembangan Kapasitas bagi Pemerintahan Daerah-Suatu Kerangka Kerja bagi Pemerintah dan Dukungan
Donor. Laporan Akhir: Studi Pengkajian Kebutuhan Pengembangan Kapasitas bagi Pemerintah Daerah dan DPRD. www.gtzsfdm.or.id.
Tim GTZ-Support for Decentralization Measures/P4D. Mei, 2005. Pengembangan Kapasitas Pemerintahan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara. Jilid II: Sumber Daya Manusia Aparatur dan Kelembagaan Pemerintah.
Triyuwono, Iwan & Roekhudin. 2000. Konsistensi Praktik Sistem Pengendalian Intern dan Akuntabilitas pada Lazis (Studi Kasus di Lazis X Jakarta). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 3 No. 2 Hal. 151-167.
Wahana Komputer. 2003. Panduan Aplikatif Sistem Akuntansi Online Berbasis Komputer. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Wilkinson, W. Joseph, Michael J. Cerullo, Vasant Raval, & Bernard Wong-On-Wing. 2000. Accounting Information Systems: Essential Concepts and Applications. Fourth Edition. John Wiley and Sons. Inc.
World Bank. Maret, 2007. Pengelolaan Keuangan Publik di Aceh: Mengukur Kinerja Pemerintah Daerah di Aceh.
LAMPIRAN 1LAMPIRAN 1VALIDITAS DAN RELIABILITASVALIDITAS DAN RELIABILITAS
Validitas Validitas KeterandalanKeterandalan
KMO and Bartlett's Test
.901
354.596
21
.000
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of SamplingAdequacy.
Approx. Chi-Square
df
Sig.
Bartlett's Test ofSphericity
Component Matrixa
.880
.614
.781
.923
.904
.871
.655
KA1
KA2
KA3
KA4
KA5
KA6
KA7
1
Component
Extraction Method: Principal Component Analysis.
1 components extracted.a.
Validitas Validitas KetepatwaktuanKetepatwaktuan
KMO and Bartlett's Test
.712
70.819
3
.000
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of SamplingAdequacy.
Approx. Chi-Square
df
Sig.
Bartlett's Test ofSphericity
Component Matrixa
.858
.832
.866
KW1
KW2
KW3
1
Component
Extraction Method: Principal Component Analysis.
1 components extracted.a.
Validitas Validitas Kapasitas Sumber Daya ManusiaKapasitas Sumber Daya Manusia
KMO and Bartlett's Test
.622
151.781
10
.000
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of SamplingAdequacy.
Approx. Chi-Square
df
Sig.
Bartlett's Test ofSphericity
Rotated Component Matrixa
.844 .311
.902 .163
.799 .136
.187 .843
.193 .857
KSDM3
KSDM4
KSDM5
KSDM8
KSDM9
1 2
Component
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Rotation converged in 3 iterations.a.
Validitas Validitas Pemanfaatan Teknologi InformasiPemanfaatan Teknologi Informasi
KMO and Bartlett's Test
.726
280.322
28
.000
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of SamplingAdequacy.
Approx. Chi-Square
df
Sig.
Bartlett's Test ofSphericity
Rotated Component Matrixa
.599 -.090
-.040 .940
.226 .917
.674 .324
.797 .198
.769 .234
.821 .003
.803 .032
PTI1
PTI2
PTI3
PTI4
PTI5
PTI6
PTI7
PTI8
1 2
Component
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Rotation converged in 3 iterations.a.
Validitas Validitas Pengendalian Intern AkuntansiPengendalian Intern Akuntansi
KMO and Bartlett's Test
.809
281.899
21
.000
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of SamplingAdequacy.
Approx. Chi-Square
df
Sig.
Bartlett's Test ofSphericity
Component Matrixa
.662
.631
.789
.864
.882
.766
.791
PIA1
PIA2
PIA4
PIA5
PIA6
PIA7
PIA8
1
Component
Extraction Method: Principal Component Analysis.
1 components extracted.a.
Reliabilitas KeterandalanReliabilitas Keterandalan
Reliability Statistics
.900 7
Cronbach'sAlpha N of Items
Item-Total Statistics
25.81 17.324 .814 .875
26.07 16.731 .521 .919
25.70 18.297 .687 .888
25.77 16.014 .864 .866
25.75 16.633 .835 .870
25.97 16.805 .798 .874
25.75 18.938 .561 .900
KA1
KA2
KA3
KA4
KA5
KA6
KA7
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Reliabilitas KetepatwaktuanReliabilitas Ketepatwaktuan
Reliability Statistics
.784 3
Cronbach'sAlpha N of Items
Item-Total Statistics
8.04 3.568 .657 .690
8.67 2.363 .630 .771
8.08 3.660 .673 .685
KW1
KW2
KW3
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Reliabilitas Kapasitas Sumber Daya ManusiaReliabilitas Kapasitas Sumber Daya Manusia
Reliability Statistics
.798 5
Cronbach'sAlpha N of Items
Item-Total Statistics
16.71 7.624 .735 .711
16.90 7.449 .684 .724
17.14 7.870 .557 .769
17.12 8.415 .462 .798
16.67 9.196 .492 .786
KSDM3
KSDM4
KSDM5
KSDM8
KSDM9
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Reliabilitas Pemanfaatan Teknologi InformasiReliabilitas Pemanfaatan Teknologi Informasi
Reliability Statistics
.808 8
Cronbach'sAlpha N of Items
Item-Total Statistics
27.19 29.574 .348 .808
27.95 26.886 .322 .823
28.36 23.344 .559 .784
27.63 25.459 .616 .773
27.64 25.177 .651 .768
27.71 25.347 .648 .769
27.62 26.795 .576 .781
27.79 26.082 .562 .781
PTI1
PTI2
PTI3
PTI4
PTI5
PTI6
PTI7
PTI8
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Reliabilitas Pengendalian Intern AkuntansiReliabilitas Pengendalian Intern Akuntansi
Reliability Statistics
.880 7
Cronbach'sAlpha N of Items
Item-Total Statistics
26.70 14.352 .562 .881
26.53 15.725 .529 .879
25.92 15.576 .691 .862
26.15 14.102 .776 .848
26.16 14.389 .807 .846
26.26 14.667 .654 .864
26.55 14.279 .706 .857
PIA1
PIA2
PIA4
PIA5
PIA6
PIA7
PIA8
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
LAMPIRAN 2LAMPIRAN 2UJI ASUMSI KLASIK DAN UJI HIPOTESIS IUJI ASUMSI KLASIK DAN UJI HIPOTESIS I
NormalitasNormalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
73
.0000000
.33617054
.051
.051
-.048
.440
.990
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
3210-1-2-3
Regression Standardized Residual
10
8
6
4
2
0
Fre
qu
ency
Mean = -2.86E-15Std. Dev. = 0.979N = 73
Dependent Variable: Rata-Rata Keterandalan
Histogram
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Exp
ect
ed C
um
Pro
b
Dependent Variable: Rata-Rata Keterandalan
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
MultikolinieritasMultikolinieritas
Coefficientsa
.392 2.550
.535 1.869
.415 2.411
Rata-Rata KapasitasSumber Daya Manusia
Rata-Rata PemanfaatanTeknologi Informasi
Rata-Rata PengendalianIntern Akuntansi
Model1
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Rata-Rata Keterandalana.
AutokorelasiAutokorelasi
Model Summaryb
.872a .760 .750 .34340 1.904Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Rata-Rata Pengendalian Intern Akuntansi,Rata-Rata Pemanfaatan Teknologi Informasi, Rata-Rata KapasitasSumber Daya Manusia
a.
Dependent Variable: Rata-Rata Keterandalanb.
HeteroskedastisitasHeteroskedastisitas
Coefficientsa
.782 .166 4.721 .000
.035 .053 .118 .665 .508
-.062 .044 -.217 -1.425 .159
-.096 .056 -.295 -1.704 .093
(Constant)
Rata-Rata KapasitasSumber Daya Manusia
Rata-Rata PemanfaatanTeknologi Informasi
Rata-Rata PengendalianIntern Akuntansi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: ABSRES_3a.
20-2-4-6
Regression Standardized Predicted Value
3
2
1
0
-1
-2
-3
Reg
ress
ion
Stu
den
tize
d R
esid
ual
Dependent Variable: Rata-Rata Keterandalan
Scatterplot
Uji Hipotesis IUji Hipotesis I
ANOVAb
25.794 3 8.598 72.913 .000a
8.137 69 .118
33.931 72
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Rata-Rata Pengendalian Intern Akuntansi, Rata-RataPemanfaatan Teknologi Informasi, Rata-Rata Kapasitas Sumber Daya Manusia
a.
Dependent Variable: Rata-Rata Keterandalanb.
Model Summary
.872a .760 .750 .34340Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Rata-Rata Pengendalian InternAkuntansi, Rata-Rata Pemanfaatan TeknologiInformasi, Rata-Rata Kapasitas Sumber Daya Manusia
a.
Coefficientsa
.055 .292 .190 .850
.015 .093 .015 .158 .875
.193 .077 .203 2.516 .014
.780 .099 .719 7.860 .000
(Constant)
Rata-Rata KapasitasSumber Daya Manusia
Rata-Rata PemanfaatanTeknologi Informasi
Rata-Rata PengendalianIntern Akuntansi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Rata-Rata Keterandalana.
LAMPIRAN 3LAMPIRAN 3UJI ASUMSI KLASIK DAN UJI HIPOTESIS IIUJI ASUMSI KLASIK DAN UJI HIPOTESIS II
NormalitasNormalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
73
.0000000
.66186922
.089
.055
-.089
.764
.604
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
210-1-2-3
Regression Standardized Residual
20
15
10
5
0
Fre
qu
ency
Mean = 2.49E-15Std. Dev. = 0.986N = 73
Dependent Variable: Rata-Rata Ketepatwaktuan
Histogram
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Exp
ecte
d C
um
Pro
b
Dependent Variable: Rata-Rata Ketepatwaktuan
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
MultikolinieritasMultikolinieritas
Coefficientsa
.579 1.726
.579 1.726
Rata-Rata KapasitasSumber Daya Manusia
Rata-Rata PemanfaatanTeknologi Informasi
Model1
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Rata-Rata Ketepatwaktuana.
AutokorelasiAutokorelasi
Model Summaryb
.627a .393 .375 .67126 1.924Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Rata-Rata Pemanfaatan Teknologi Informasi,Rata-Rata Kapasitas Sumber Daya Manusia
a.
Dependent Variable: Rata-Rata Ketepatwaktuanb.
HeteroskedastisitasHeteroskedastisitas
Coefficientsa
1.051 .306 3.436 .001
-.053 .089 -.092 -.599 .551
-.077 .086 -.137 -.893 .375
(Constant)
Rata-Rata KapasitasSumber Daya Manusia
Rata-Rata PemanfaatanTeknologi Informasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: ABSRES_4a.
210-1-2-3-4-5
Regression Standardized Predicted Value
2
1
0
-1
-2
-3
Reg
ress
ion
Stu
den
tize
d R
esid
ual
Dependent Variable: Rata-Rata Ketepatwaktuan
Scatterplot
Uji Hipotesis IIUji Hipotesis II
ANOVAb
20.401 2 10.201 22.638 .000a
31.541 70 .451
51.942 72
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Rata-Rata Pemanfaatan Teknologi Informasi, Rata-RataKapasitas Sumber Daya Manusia
a.
Dependent Variable: Rata-Rata Ketepatwaktuanb.
Model Summary
.627a .393 .375 .67126Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Rata-Rata PemanfaatanTeknologi Informasi, Rata-Rata Kapasitas SumberDaya Manusia
a.
Coefficientsa
.743 .514 1.446 .153
.403 .150 .330 2.693 .009
.426 .144 .361 2.947 .004
(Constant)
Rata-Rata KapasitasSumber Daya Manusia
Rata-Rata PemanfaatanTeknologi Informasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Rata-Rata Ketepatwaktuana.
LAMPIRAN 4LAMPIRAN 4REGRESI LINEAR BERGANDA DENGAN VARIABEL DUMMY
Variabel Dependen: Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
Model Summary
.876a .767 .753 .34102Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Dum_Wilayah, Rata-RataPengendalian Intern Akuntansi, Rata-RataPemanfaatan Teknologi Informasi, Rata-RataKapasitas Sumber Daya Manusia
a.
ANOVAb
26.023 4 6.506 55.941 .000a
7.908 68 .116
33.931 72
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Dum_Wilayah, Rata-Rata Pengendalian Intern Akuntansi,Rata-Rata Pemanfaatan Teknologi Informasi, Rata-Rata Kapasitas Sumber DayaManusia
a.
Dependent Variable: Rata-Rata Keterandalanb.
Coefficientsa
.007 .292 .024 .981
-.011 .094 -.011 -.114 .910
.218 .078 .228 2.781 .007
.782 .099 .722 7.939 .000
.117 .084 .085 1.402 .166
(Constant)
Rata-Rata KapasitasSumber Daya Manusia
Rata-Rata PemanfaatanTeknologi Informasi
Rata-Rata PengendalianIntern Akuntansi
Dum_Wilayah
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Rata-Rata Keterandalana.
Variabel Dependen: Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
Model Summary
.627a .393 .366 .67609Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Dum_Wilayah, Rata-RataKapasitas Sumber Daya Manusia, Rata-RataPemanfaatan Teknologi Informasi
a.
ANOVAb
20.402 3 6.801 14.878 .000a
31.540 69 .457
51.942 72
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Dum_Wilayah, Rata-Rata Kapasitas Sumber DayaManusia, Rata-Rata Pemanfaatan Teknologi Informasi
a.
Dependent Variable: Rata-Rata Ketepatwaktuanb.
Coefficientsa
.740 .522 1.418 .161
.401 .155 .328 2.596 .012
.427 .150 .362 2.856 .006
.009 .166 .005 .052 .958
(Constant)
Rata-Rata KapasitasSumber Daya Manusia
Rata-Rata PemanfaatanTeknologi Informasi
Dum_Wilayah
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Rata-Rata Ketepatwaktuana.
LAMPIRAN 5LAMPIRAN 5STATISTIK DESKRIPTIF SAMPELSTATISTIK DESKRIPTIF SAMPEL
Wilayah
43 58.9 58.9 58.9
30 41.1 41.1 100.0
73 100.0 100.0
Palembang
Ogan Ilir
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Usia
2 2.7 2.7 2.7
1 1.4 1.4 4.1
1 1.4 1.4 5.5
2 2.7 2.7 8.2
2 2.7 2.7 11.0
2 2.7 2.7 13.7
4 5.5 5.5 19.2
2 2.7 2.7 21.9
2 2.7 2.7 24.7
2 2.7 2.7 27.4
4 5.5 5.5 32.9
3 4.1 4.1 37.0
2 2.7 2.7 39.7
3 4.1 4.1 43.8
1 1.4 1.4 45.2
3 4.1 4.1 49.3
2 2.7 2.7 52.1
3 4.1 4.1 56.2
3 4.1 4.1 60.3
5 6.8 6.8 67.1
2 2.7 2.7 69.9
4 5.5 5.5 75.3
3 4.1 4.1 79.5
3 4.1 4.1 83.6
1 1.4 1.4 84.9
2 2.7 2.7 87.7
3 4.1 4.1 91.8
3 4.1 4.1 95.9
2 2.7 2.7 98.6
1 1.4 1.4 100.0
73 100.0 100.0
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
48
49
50
51
52
53
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Jenis Kelamin
38 52.1 52.1 52.1
35 47.9 47.9 100.0
73 100.0 100.0
Pria
Wanita
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Pendidikan
10 13.7 13.7 13.7
1 1.4 1.4 15.1
52 71.2 71.2 86.3
10 13.7 13.7 100.0
73 100.0 100.0
SMA
D3
S1
S2
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Jabatan
29 39.7 39.7 39.7
44 60.3 60.3 100.0
73 100.0 100.0
Kasubbag
Staf
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Masa Kerja
4 5.5 5.5 5.5
3 4.1 4.1 9.6
3 4.1 4.1 13.7
4 5.5 5.5 19.2
4 5.5 5.5 24.7
5 6.8 6.8 31.5
1 1.4 1.4 32.9
2 2.7 2.7 35.6
2 2.7 2.7 38.4
4 5.5 5.5 43.8
5 6.8 6.8 50.7
1 1.4 1.4 52.1
1 1.4 1.4 53.4
2 2.7 2.7 56.2
3 4.1 4.1 60.3
1 1.4 1.4 61.6
2 2.7 2.7 64.4
2 2.7 2.7 67.1
3 4.1 4.1 71.2
1 1.4 1.4 72.6
4 5.5 5.5 78.1
2 2.7 2.7 80.8
6 8.2 8.2 89.0
2 2.7 2.7 91.8
1 1.4 1.4 93.2
3 4.1 4.1 97.3
1 1.4 1.4 98.6
1 1.4 1.4 100.0
73 100.0 100.0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
30
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
LAMPIRAN 6LAMPIRAN 6STATISTIK DESKRIPTIF VARIABELSTATISTIK DESKRIPTIF VARIABEL
Statistics
73 73 73 73 73
0 0 0 0 0
4.3053 4.1324 4.2274 3.9623 4.3875
4.4286 4.3333 4.4000 4.0000 4.4286
.68649 .84936 .69467 .71979 .63330
1.43 2.00 1.40 1.38 1.86
5.00 5.00 5.00 5.00 5.00
Valid
Missing
N
Mean
Median
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Rata-RataKeterandalan
Rata-RataKetepatwa
ktuan
Rata-RataKapasitas
Sumber DayaManusia
Rata-RataPemanfaatan
TeknologiInformasi
Rata-RataPengendalian
InternAkuntansi
Rata-Rata Keterandalan
1 1.4 1.4 1.4
1 1.4 1.4 2.7
1 1.4 1.4 4.1
1 1.4 1.4 5.5
1 1.4 1.4 6.8
1 1.4 1.4 8.2
1 1.4 1.4 9.6
6 8.2 8.2 17.8
5 6.8 6.8 24.7
9 12.3 12.3 37.0
3 4.1 4.1 41.1
4 5.5 5.5 46.6
4 5.5 5.5 52.1
3 4.1 4.1 56.2
8 11.0 11.0 67.1
12 16.4 16.4 83.6
12 16.4 16.4 100.0
73 100.0 100.0
1.43
2.43
2.57
3.00
3.29
3.43
3.57
3.71
3.86
4.00
4.14
4.29
4.43
4.57
4.71
4.86
5.00
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Rata-Rata Ketepatwaktuan
2 2.7 2.7 2.7
4 5.5 5.5 8.2
5 6.8 6.8 15.1
2 2.7 2.7 17.8
11 15.1 15.1 32.9
10 13.7 13.7 46.6
11 15.1 15.1 61.6
4 5.5 5.5 67.1
24 32.9 32.9 100.0
73 100.0 100.0
2.00
2.33
3.00
3.33
3.67
4.00
4.33
4.67
5.00
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Rata-Rata Kapasitas Sumber Daya Manusia
1 1.4 1.4 1.4
1 1.4 1.4 2.7
1 1.4 1.4 4.1
2 2.7 2.7 6.8
3 4.1 4.1 11.0
2 2.7 2.7 13.7
8 11.0 11.0 24.7
9 12.3 12.3 37.0
7 9.6 9.6 46.6
7 9.6 9.6 56.2
12 16.4 16.4 72.6
13 17.8 17.8 90.4
7 9.6 9.6 100.0
73 100.0 100.0
1.40
1.60
2.60
3.20
3.40
3.60
3.80
4.00
4.20
4.40
4.60
4.80
5.00
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Rata-Rata Pemanfaatan Teknologi Informasi
1 1.4 1.4 1.4
3 4.1 4.1 5.5
1 1.4 1.4 6.8
1 1.4 1.4 8.2
2 2.7 2.7 11.0
4 5.5 5.5 16.4
1 1.4 1.4 17.8
2 2.7 2.7 20.5
2 2.7 2.7 23.3
3 4.1 4.1 27.4
7 9.6 9.6 37.0
8 11.0 11.0 47.9
4 5.5 5.5 53.4
6 8.2 8.2 61.6
8 11.0 11.0 72.6
1 1.4 1.4 74.0
2 2.7 2.7 76.7
2 2.7 2.7 79.5
5 6.8 6.8 86.3
3 4.1 4.1 90.4
7 9.6 9.6 100.0
73 100.0 100.0
1.38
2.63
2.75
2.88
3.00
3.13
3.25
3.38
3.50
3.63
3.75
3.88
4.00
4.13
4.25
4.38
4.50
4.63
4.75
4.88
5.00
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Rata-Rata Pengendalian Intern Akuntansi
2 2.7 2.7 2.7
1 1.4 1.4 4.1
1 1.4 1.4 5.5
1 1.4 1.4 6.8
5 6.8 6.8 13.7
6 8.2 8.2 21.9
5 6.8 6.8 28.8
6 8.2 8.2 37.0
10 13.7 13.7 50.7
6 8.2 8.2 58.9
10 13.7 13.7 72.6
10 13.7 13.7 86.3
10 13.7 13.7 100.0
73 100.0 100.0
1.86
2.14
3.57
3.71
3.86
4.00
4.14
4.29
4.43
4.57
4.71
4.86
5.00
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
LAMPIRAN 7
Daftar Distribusi KuesionerUnit Kerja Pemerintah Kota Palembang
No. Unit KerjaJumlah kuesioner
yang dibagikanJumlah kuesioner yang dikembalikan
Jumlah kuesioner yang dapat digunakan
1 BAPPEDA 3 3 32 BAPEDALDA 3 3 23 BKB-PK 3 3 3
4Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat
3 3 3
5 Sekretaris DPRD 3 3 36 Inspektorat 3 3 37 Dinas Kesehatan 3 1 18 Dinas Tata Kota 3 0 09 Dinas Pendidikan Nasional 3 3 3
10 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 3 0 011 Dinas Informasi dan Komunikasi 3 3 112 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 3 3 313 Dinas Kesejahteraan Sosial 3 3 314 Dinas PBK 3 3 315 Dinas Pendapatan Daerah 3 3 316 Dinas Pekerjaan Umum 3 0 017 Bagian Keuangan Setda 3 3 318 Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi 3 3 319 Kantor Arsip 3 3 320 Kantor Pertanahan 3 0 0
Jumlah 60 46 43
LAMPIRAN 8Daftar Distribusi Kuesioner
Unit Kerja Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir
No. Unit KerjaJumlah kuesioner
yang dibagikanJumlah kuesioner yang dikembalikan
Jumlah kuesioner yang dapat digunakan
1 BAPPEDA 3 3 12 Badan Kesatuan Bangsa Politik 3 3 33 Badan Kepegawaian Daerah dan Diklat 3 0 04 Dinas PU Cipta Karya 3 3 35 Dinas Kesehatan 3 3 36 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 3 3 27 Dinas Pendapatan Daerah 3 0 08 Dinas Pertambangan Energi dan Lingkungan Hidup 3 3 39 Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura 3 1 1
10 Dinas Pendidikan Nasional 3 3 311 Dinas Peternakan dan Perikanan 3 0 012 Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi dan PKM 3 3 313 Dinas Kesejahteraan Sosial dan KB 3 1 114 Dinas Kehutanan dan Perkebunan 3 2 215 Dinas Tata Kota 3 1 116 Kantor Kebersihan Kota dan Pengelolaan Pasar 3 0 017 Kantor Catatan Sipil dan Mobduk 3 2 218 Kantor Polisi Pamong Praja 3 1 1
19 Kantor Pariwisata Seni Budaya Pemuda dan Olahraga 3 1 1
Jumlah 57 33 30
62