jurnal ekonomi islam

1
JURNAL EKONOMI ISLAM 208 Vol. III, No. 2, Desember 2009 ulana Hamzah: Optimalisasi Peran ... rbankan konvensional dengan bunga sebagai daya pikatnya dan PUAS (Pasar ng Antar Bank Syari’ah) di perbankan syariah dengan margin atau bagi hasil bagai penariknya. PUAS disyariah cenderung lebih aman bukan hanya karena ngkat spekulasi yang rendah tapi kuantitasnya yang lebih kecil dan terkendali dangkan PUAB di konvensional cenderung spekulatif belum lagi ada segmentasi ternal antara bank besar dan bank kecil,26 karena itu perlu adanya nominal chor yang mensinergikan bank kecil dan bank besar, tanpa menjadikan fungsi e Lender of Last Resort Bank Indonesia sebagai hal yang membebani anggaran merintah. . Kritik Terhadap Sistem Moneter di Indonesia Secara kondisional kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah kini dah cukup baik. Dimana ketika terjadi krisis global, dan adanya potensi efek mino akibat integrasi ekonomi. Pemerintah segera mengeluarkan beberapa bijakan yang memproteksi kestabilan ekonomi didalam negeri diantaranya 3 rpu yang berisi masing-masing: Peningkatan penjaminan oleh LPS dari semula maksimal Rp100 juta menjadi Rp2 milyar perorang pernasabah; Perubahan Undang-undang tentang Bank Indonesia yang memungkinkan penggunaan kredit lancar sebagai agunan dalam mendapatkan fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP) dari Bank Indonesia; dan Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK).27 Kebijakan ini cukup untuk menenangkan pasar, namun sebenarnya rmasalahan moneter di Indonesia bukan seutuhnya berasal dari kurang ngkapnya regulasi yang mendukung atau konsep moneter yang kurang matang. rena bila dilihat kini pemerintah sudah dapat dikatakan cepat tanggap dalam mbuat regulasi yang mendukung kestabilan ekonomi. Secara sitematis masalah ama stabilitas keuangan di Indonesia terletak pada 2 hal: Law enforcement dan stem yang rentan terhadap krisis. Contoh nyata pada kasus BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) tahun 2007 dan bank Century diawal triwulan II tahun 2009 ini. Kritik utama rhadap proses pemberian BLBI di tahun 2007 tersebut adalah kelemahan ngawasan. Seharusnya Bank Indonesia selaku pengawas bank, mengecek nggunaan pinjaman tersebut apakah benar-benar digunakan untuk membayar narikan simpanan nasabah.28 Hal tersebut kembali terulang di tahun ini, dimana 26 Kajian Stabilitas Keuangan, No.12 edisi Maret 2009. www.bi.go.id diakses 24 agustus 2009 27 Kajian Stabilitas Keuangan No,12 Maret 2009. Hal.16 www.bi.go.id. Diakses 24 agustus 2009 28 S.Batunanggar, Reformulasi Manajemen Krisis Indonesia: Deposit Insurance and

Upload: amanda-chen

Post on 02-Jan-2016

42 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Maulana Hamzah: Optimalisasi Peran ... perbankan konvensional dengan bunga sebagai daya pikatnya dan PUAS (Pasar Uang Antar Bank Syari’ah) di perbankan syariah dengan margin atau bagi hasil sebagai penariknya. PUAS disyariah cenderung lebih aman bukan hanya karena - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL EKONOMI ISLAM

JURNAL EKONOMI ISLAM208 Vol. III, No. 2, Desember 2009

Maulana Hamzah: Optimalisasi Peran ...

perbankan konvensional dengan bunga sebagai daya pikatnya dan PUAS (PasarUang Antar Bank Syari’ah) di perbankan syariah dengan margin atau bagi hasilsebagai penariknya. PUAS disyariah cenderung lebih aman bukan hanya karenatingkat spekulasi yang rendah tapi kuantitasnya yang lebih kecil dan terkendali,sedangkan PUAB di konvensional cenderung spekulatif belum lagi ada segmentasiinternal antara bank besar dan bank kecil,26 karena itu perlu adanya nominalanchor yang mensinergikan bank kecil dan bank besar, tanpa menjadikan fungsithe Lender of Last Resort Bank Indonesia sebagai hal yang membebani anggaranpemerintah.

B. Kritik Terhadap Sistem Moneter di Indonesia

Secara kondisional kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah kinisudah cukup baik. Dimana ketika terjadi krisis global, dan adanya potensi efekdomino akibat integrasi ekonomi. Pemerintah segera mengeluarkan beberapakebijakan yang memproteksi kestabilan ekonomi didalam negeri diantaranya 3perpu yang berisi masing-masing:a. Peningkatan penjaminan oleh LPS dari semula maksimal Rp100 juta menjadi

Rp2 milyar perorang pernasabah;b. Perubahan Undang-undang tentang Bank Indonesia yang memungkinkan

penggunaan kredit lancar sebagai agunan dalam mendapatkan fasilitaspendanaan jangka pendek (FPJP) dari Bank Indonesia; dan

c. Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK).27

Kebijakan ini cukup untuk menenangkan pasar, namun sebenarnyapermasalahan moneter di Indonesia bukan seutuhnya berasal dari kuranglengkapnya regulasi yang mendukung atau konsep moneter yang kurang matang.Karena bila dilihat kini pemerintah sudah dapat dikatakan cepat tanggap dalammembuat regulasi yang mendukung kestabilan ekonomi. Secara sitematis masalahutama stabilitas keuangan di Indonesia terletak pada 2 hal: Law enforcement dansistem yang rentan terhadap krisis.

Contoh nyata pada kasus BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia)ditahun 2007 dan bank Century diawal triwulan II tahun 2009 ini. Kritik utamaterhadap proses pemberian BLBI di tahun 2007 tersebut adalah kelemahanpengawasan. Seharusnya Bank Indonesia selaku pengawas bank, mengecekpenggunaan pinjaman tersebut apakah benar-benar digunakan untuk membayarpenarikan simpanan nasabah.28 Hal tersebut kembali terulang di tahun ini, dimana

26Kajian Stabilitas Keuangan, No.12 edisi Maret 2009. www.bi.go.id diakses 24agustus 2009

27Kajian Stabilitas Keuangan No,12 Maret 2009. Hal.16 www.bi.go.id. Diakses24 agustus 2009

28S.Batunanggar, Reformulasi Manajemen Krisis Indonesia: Deposit Insurance and