jurnal fauzi fachdarismanw

16
Fauzi Fachdarisman Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan 1110005301055 Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.) Page | 1 Universitas Tamansiswa padang TAKARAN BAHAN ORGANIK BLOTONG TEBU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays var. saccharata Sturt) Fauzi Fachdarisman Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga didapat 15 plot perlakuan. Kelima perlakuan tersebut adalah : 0 ton blotong/ha kontrol (B0),5 ton blotong/ha setara dengan 0,5 kg/m 2 (B1), 10 ton blotong/ha setara dengan 1 kg/m 2 (B2), 15 ton blotong/ha setara dengan 1,5 kg/m 2 (B3), 20 ton blotong/ha setara dengan 2 kg/m 2 (B4). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberian bahan organik blotong tebu sampai 20 ton/ha tidak memberikan pengaruh nyata terhadap Tinggi Tanaman, Total Luas Daun, Ideks Luas Daun, Umur Silking (50 % tanaman telah keluar rambut), Umur Teasseling (50% tanaman telah keluar tasel), Panjang Tongkol, Lingkar Tongkol, Jumlah Biji/Tongkol, Berat Tongkol Segar/Batang, Berat Tongkol Berklobot/Plot, Berat Tongkol Tanpa Klobot/Plot, Berat Tongkol/ha. Hal ini di sebabkan karena lahan tempat penelitian cukup baik sehingga pengaruh pemberian bahan organik tidak nyata, disarankan untuk mencoba penelitian pada lahan dan takaran yang berbeda. PENDAHULUAN Jagung manis (Zea mays var. saccharata Sturt) dengan nama sweet corn merupakan jenis jagung yang baru dikenal dan dikembangkan di Indonesia. Jagung manis semakin populer dan dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis, aroma lebih harum, dan kandungan gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan jagung biasa, serta aman dikonsumsi bagi penderita diabetes karena mengandung gula sukrosa dan rendah lemak. Keistimewaan lain yang dimiliki jagung manis adalah biji, dari butiran jagung lebih khas, tidak lembek dan memiliki serat yang tidak terlalu liat. Hal ini menyebabkan jagung manis banyak digemari kalangan menengah ke atas dan masyarakat perkotaan sehingga banyak ditemukan di pasar swalayan (Putri, 2011). Hampir seluruh bagian dari tanaman jagung manis memiliki nilai ekonomi, beberapa bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan diantaranya, batang, daun muda untuk pakan ternak, batang dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau atau kompos, batang dan daun kering sebagai pengganti kayu bakar, buah jagung muda

Upload: pahlawankesiangan

Post on 14-Sep-2015

219 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

sas

TRANSCRIPT

  • Fauzi Fachdarisman Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan 1110005301055 Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.)

    P a g e | 1

    Universitas Tamansiswa padang

    TAKARAN BAHAN ORGANIK

    BLOTONG TEBU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

    HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays var. saccharata Sturt)

    Fauzi Fachdarisman Program Studi Agroteknologi

    Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari Takaran Bahan

    Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea

    mays var. Saccharata Sturt). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok

    (RAK) dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga didapat 15 plot perlakuan.

    Kelima perlakuan tersebut adalah : 0 ton blotong/ha kontrol (B0),5 ton blotong/ha setara

    dengan 0,5 kg/m2

    (B1), 10 ton blotong/ha setara dengan 1 kg/m2 (B2), 15 ton blotong/ha

    setara dengan 1,5 kg/m2 (B3), 20 ton blotong/ha setara dengan 2 kg/m

    2 (B4). Hasil

    penelitian ini menunjukan bahwa pemberian bahan organik blotong tebu sampai 20

    ton/ha tidak memberikan pengaruh nyata terhadap Tinggi Tanaman, Total Luas Daun,

    Ideks Luas Daun, Umur Silking (50 % tanaman telah keluar rambut), Umur Teasseling

    (50% tanaman telah keluar tasel), Panjang Tongkol, Lingkar Tongkol, Jumlah

    Biji/Tongkol, Berat Tongkol Segar/Batang, Berat Tongkol Berklobot/Plot, Berat

    Tongkol Tanpa Klobot/Plot, Berat Tongkol/ha. Hal ini di sebabkan karena lahan tempat

    penelitian cukup baik sehingga pengaruh pemberian bahan organik tidak nyata,

    disarankan untuk mencoba penelitian pada lahan dan takaran yang berbeda.

    PENDAHULUAN

    Jagung manis (Zea mays var. saccharata Sturt) dengan nama sweet corn

    merupakan jenis jagung yang baru dikenal dan dikembangkan di Indonesia. Jagung

    manis semakin populer dan dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis, aroma

    lebih harum, dan kandungan gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan jagung biasa,

    serta aman dikonsumsi bagi penderita diabetes karena mengandung gula sukrosa dan

    rendah lemak. Keistimewaan lain yang dimiliki jagung manis adalah biji, dari butiran

    jagung lebih khas, tidak lembek dan memiliki serat yang tidak terlalu liat. Hal ini

    menyebabkan jagung manis banyak digemari kalangan menengah ke atas dan

    masyarakat perkotaan sehingga banyak ditemukan di pasar swalayan (Putri, 2011).

    Hampir seluruh bagian dari tanaman jagung manis memiliki nilai ekonomi,

    beberapa bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan diantaranya, batang, daun muda

    untuk pakan ternak, batang dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau atau

    kompos, batang dan daun kering sebagai pengganti kayu bakar, buah jagung muda

  • Fauzi Fachdarisman Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan 1110005301055 Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.)

    P a g e | 2

    Universitas Tamansiswa padang

    untuk sayuran, bakwan dan berbagai macam produk olahan lainya (Parwono dan

    Hartono, 2007).

    Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (2012), selama kurun waktu empat tahun

    terakhir ( 2009-2012) produksi jagung manis di Sumatera Barat cendrung tidak stabil

    atau mengalami penurunan mulai dari 351,843 ton/tahun, 341,795 ton/tahun, 354,262

    ton/tahun, 327.086 ton/tahun. Direktotar Jendral Perdagangan Dalam Negeri (2012)

    menyatakan untuk memenuhi kebutuhan jagung dipenuhi dari impor sebesar 2,5 juta ton

    pada tahun 2012 dan dirasakan masih kurang memadai.

    Rendahnya produksi tanaman jagung manis disebabkan oleh kesuburan tanah

    yang rendah, dan semakin kurangnya lahan produktif. Salah satu upaya yang dapat

    dilakukan adalah memperbaiki kesuburan tanah, dengan pemberian bahan organik.

    Pengembalian bahan organik topsoil kedalam tanah adalah hal yang mutlak dilakukan,

    untuk mempertahankan kesuburan lahan pertanian agar tetap produktif (Musnamar,

    2003).

    Salah satu bahan organik yang berpotensi berasal dari limbah industri gula berupa

    blotong tebu dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik. Blotong mempunyai potensi

    besar untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Subagio dan

    Murwandono, 1991).

    Blotong adalah limbah pabrik gula yang berbentuk lumpur berwarna gelap yang

    sering dibuang dan belum sepenuhnya dimanfatkan secara optimal sehingga

    menimbulkan polusi udara, Menurut Prawirosemadi (1990) dan Damayanti (1991)

    blotong yang telah dikeringkan dapat digunakan untuk pemupukan tanaman karna

    mengandung unsur hara. Fadjari (2009) menyatakan blotong kering dapat digunakan

    langsung sebagai pupuk, karena mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanah.

    Analisis kimia blotong: pH= 7.53, Karbon (C) = 26.51%, Nitrogen (N) = 1.04 %,

    Nisbah C/N = 25.62, Fosfat (P2O5) = 6.142 %, Kalium (K2O) = 0.485 %, Natrium

    (Na2O) = 0.082 %, Kalsium (Ca) = 5.785 %, Magnesium (Mg) = 0.419 %, Besi (Fe) =

    0.191 %, Mangan (Mn) = 0.115 %.

    Sebagaimana di laporkan oleh Prawirosemadi (1990) dan Damayanti (1991)

    Pemberian bahan organik blotong tebu mencapai 40 ton/ ha nyata meningkatkan tinggi

    tanaman tebu, jumlah batang per rumpun, diameter batang dan bobot kering tebu,

    penelitian pemberian bahan organik blotong tebu pada tanaman pertanian telah

  • Fauzi Fachdarisman Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan 1110005301055 Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.)

    P a g e | 3

    Universitas Tamansiswa padang

    dilakukan pada tanaman tebu. Namun demikian hasil penelitian pemanfaatan blotong

    tebu pada tanaman pangan termasuk tanaman jagung belum digunakan, untuk itu perlu

    dilakukan penelitian Takaran Bahan Organik Blotong Tebu terhadap Pertumbuhan dan

    Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata sturt).

    BAHAN DAN METODE

    Penelitian telah dilakukan di lahan sawah, Kelurahan Korong Gadang, Kecamatan

    Kuranji Padang Sumatra Barat, dengan ketinggian tempat 30 m dpl, dimulai sejak

    bulan Mei sampai dengan Agustus 2013.

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung manis

    Varietas SUGAR 75, Blotong Tebu, Urea, SP36, KCl, fungisida, insektisida, herbisida.

    Alat-alat yang digunakan antara lain parang, cangkul, gembor, tali plastik, rol atau

    meteran, hand sprayer ukuran 1 liter, timbangan analitik, alat tulis, kalkulator, gunting,

    pisau.

    Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5

    perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga didapat 15 plot perlakuan. Kelima perlakuan

    tersebut adalah sebagai berikut : 0 ton blotong/ ha kontrol (B0), 5 ton blotong/ ha (B1),

    10 ton blotong/ ha (B2), 15 ton blotong/ ha (B3), 20 ton blotong/ha

    ( B4). Hasil data

    yang diperoleh dianalisis secara statistika dengan uji F, jika F hitung perlakuan lebih

    besar dari F tabel 5% Duncans Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

    Bahan limbah blotong tebu yang di gunakan diperoleh dari pabrik gula PTPN II

    (Kwala Madu Tandam Hilir) Medan Sumatra Utara. Blotong tebu yang telah diambil

    dari tempat penumpukan blotong, kemudian dikering anginkan di atas terpal plastik

    sampai kering.

    Blotong tebu diberikan sebelum penanaman dengan takaran (B0) = 0 ton

    blotong/ha (kontrol), (B1) = 5 ton blotong/ha, (B2) = 10 ton blotong/ha, (B3) = 15 ton

    blotong/ha, (B4) = 20 ton blotong/ha, dengan ukuran plot 240 cm x 160 cm. Pemberian

    pupuk dasar N, P dan K diberikan setengah rekomendasi dari yang ditentukan, Urea 125

    kg/ha setara, SP36 37.5 kg/ha, KCL 25 kg/ha, pemupukan Urea diberikan setengah

    bagian pada saat 4 hari sesudah penanaman dengan cara larikan dan setengah bagian

    lagi diberikan saat penyiangan serta pembumbunan pada tanaman ber umur 45 hari.

  • Fauzi Fachdarisman Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan 1110005301055 Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.)

    P a g e | 4

    Universitas Tamansiswa padang

    Penanaman dilakukan satu minggu setelah aplikasi perlakuan blotong tebu,

    dengan jarak tanam 40 x 60 cm, benih jagung manis yang digunakan adalah Varietas

    SUGAR 75. Penjarangan dilakukan pada umur tanaman satu minggu setelah tanam.

    Pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan dan pembumbunan. serta pengendalian

    hama penyakit. Panen dilakukan setelah tanaman berumur 75 hari atau biji sudah terisi

    penuh dan berwarna kuning muda, ciri-ciri lainnya rambut tongkol telah mencapai

    panjang 2-3 cm dan jika biji dipencet akan mengeluarkan cairan berwarna putih susu,

    pemanenan dilakukan dengan memotong tangkai tongkol.

    Parameter yang diamati adalah Tinggi Tanaman, Total Luas Daun, Ideks Luas

    Daun, Umur Silking (50 % tanaman telah keluar rambut), Umur Teasseling (50%

    tanaman telah keluar tasel), Panjang Tongkol, Lingkar Tongkol, Jumlah Biji/Tongkol,

    Berat Tongkol Segar/Batang, Berat Tongkol Berklobot/Plot, Berat Tongkol Tanpa

    Klobot/Plot, Berat Tongkol/ha.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Tabel 1. Tinggi tanaman jagung pada beberapa takaran bahan organik blotong tebu.

    Takaran blotong (ton/ha) Tinggi Tanaman (cm)

    0 201.78

    5 198.33

    10 222.33

    15 196.67

    20 220.33

    KK = 6.70

    Pada Tabel 1 terlihat bahwa takaran bahan organik blotong tebu berpengaruh

    tidak nyata terhadap tinggi tanaman yaitu berturut-turut dari tertinggi 222.33 cm (10

    ton/ha), 220.33 cm (20 ton/ha), 201.78 cm(0 ton/ha), 198.33 cm (5 ton/ha), 196.67 cm

    (15 ton/ha). Tidak adanya pengaruh bahan organik blotong tebu terhadap tinggi tanaman

    diduga bahwa lahan bekas tanaman padi sawah ditempat penelitian sudah cukup subur,

    dibuktikan dari hasil tinggi tanaman.

    Lahan sawah yang ditanami padi pada umumnya tergenang dan mempunyai pH

    cendrung rendah (masam), hal ini membuat unsur hara terikat koloid tanah dan kurang

    tersedia bagi tanaman. Pada saat lahan sawah dikeringkan untuk ditanam jagung pH

    akan cendrung meningkat dan unsur hara akan terlepas dari koloid tanah dan lebih

    tersedia untuk tanaman, dengan pengelolaan, drainase dan airase yang cukup tanah akan

  • Fauzi Fachdarisman Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan 1110005301055 Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.)

    P a g e | 5

    Universitas Tamansiswa padang

    menyokong sifat fisik yang lebih baik sehingga unsur hara akan lebih mudah terserap

    akar sebagai mana yang telah disampaikan Danarti (1992) pertumbuhan tinggi tanaman

    jagung tidak terlepas dari sifat fisika tanah yang mampu menciptakan kondisi yang baik

    bagi pertumbuhan akar. Dengan sifat fisika tanah yang lebih baik maka ketersedian air,

    unsur hara yang ada akan lebih mudah diserap oleh akar tanaman dan mampu

    menstimulir tinggi tanaman. Hubungan antara pemberian takaran blotong tebu dengan

    tinggi tanaman jagung disajikan pada Gambar 1.

    Gambar 1. Hubungan antara perlakuan dengan tinggi tanaman jagung pada umur 2, 3,

    4, 5, 6, 7, dan 8 MST.

    Pada Gambar 1 dilihat bahwa pemberian takaran blotong tebu 0,5,10,15, dan 20

    ton/ha menunjukan pertumbuhan yang relatif seragam pada tinggi tanaman hingga 8

    MST. Hasil 8 MST terlihat pada grafik adanya perbedan tinggi tanaman pada dosis 20

    dan 10 ton/ha namun dianalisisa secara statistik tidak memberikan pengaruh yang nyata,

    diduga ketersediaan unsur hara pada tanah telah tersedia sehingga penyerapan unsur

    hara pada tanah dapat dimanfaatkan oleh tanaman jagung dengan baik.

    Tabel 2. Total luas daun terhadap beberapa takaran bahan organik blotong tebu

    Takaran blotong (ton/ha) Total Luas Daun (cm2)

    0 4952.31

    5 5458.35

    10 5001.74

    15 5261.71

    20 5914.15

    KK = 8.56

    Pada Tabel 2 terlihat bahwa takaran beberapa bahan organik blotong

    berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun yaitu berurut dari total luas daun

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    2 3 4 5 6 7 8

    Tin

    ggi t

    anam

    an (c

    m)

    Minggu setelah tanam (MST)

    0 ton/ha

    5 ton/ha

    10 ton/ha

    15 ton/ha

    20 ton/ha

  • Fauzi Fachdarisman Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan 1110005301055 Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.)

    P a g e | 6

    Universitas Tamansiswa padang

    tertinggi 5914.15 cm2 (20 ton/ha), 5458.35 cm

    2 (5 ton/ha), 5261.71 cm

    2 (15ton/ha),

    5001.74 cm2

    (10 ton/ha), 4952.31 cm2

    (0 ton/ha). Tidak adanya pengaruh bahan organik

    blotong tebu terhadap total luas daun, disebabkan oleh faktor genetik yang lebih

    dominan dibanding dengan faktor lingkungan.

    Daun merupakan salah satu organ vegetatif yang pertumbuhan terbatas baik dari

    sisi ukuran maupun jumlah. Gardner, Pearce dan Mitchell (1981), daun memiliki sel

    yang terbatas pertumbuhannya setelah mencapai ukuran tertentu maka daun tidak lagi

    bertambah ukuran tumbuhnya. Terbatasnya pertumbuhan daun tidak terlepas dari

    peranan faktor genetik dan lingkungan.

    Hubungan antara takaran bahan organik blotong tebu dengan total luas daun

    disajikan pada Gambar 2.

    Gambar 2. Hubungan antara perlakuan dengan total luas daun pada umur 4, 6 dan 8

    MST.

    Tabel 3. Indeks luas daun (ILD) terhadap beberapa takaran bahan organik blotong tebu

    Takaran Blotong (ton/ha) Indeks Luas Daun

    0 2.06

    5 2.27

    10 2.08

    15 2.19

    20 2.46

    KK = 8.60

    Pada Tabel 3 dapat dilihat takaran bahan organik blotong tebu terhadap indeks

    luas daun tanaman jagung manis diurut berdasarkan yang tertinggi 2.46 (20 ton/ha),

    2.27 (5 ton/ha), 2.19 (15 ton/ha), 2.08 (10 ton/ha), 2.06 (0 ton/ha). memberikan

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    4 6 8

    Luas

    dau

    n (c

    m2)

    Minggu setelah tanam (MST)

    0 ton/ha

    5 ton/ha

    10 ton/ha

    15 ton/ha

    20 ton/ha

  • Fauzi Fachdarisman Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan 1110005301055 Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.)

    P a g e | 7

    Universitas Tamansiswa padang

    pengaruh tidak nyata terhadap indeks luas daun (ILD) diduga lebih dipengaruhi oleh

    faktor genetik tanaman bila dibanding dengan faktor lingkungan.

    Indeks luas daun (ILD) sudah sesuai menurut pertumbuhannya, hal ini didukung

    oleh pertumbuhan tinggi tanaman yang juga normal dan tidak kerdil, takaran bahan

    organik blotong tebu 0 kg/ha menunjukan bahwa indek luas daun juga mencapai

    pertumbuhan normal. Seperti yang telah dijelaskan Jasmaniar (2006) bahwa secara

    fisiologi pertumbuhan daun terbatas, apa bila telah mencapai ukuran maksimal.

    Hubungan antara perlakuan bahan organik blotong tebu dengan indeks luas daun (ILD)

    disajikan pada Gambar 3.

    Gambar 3. Hubungan antara perlakuan dengan indeks luas daun (ILD) pada umur 4,6

    dan 8 MST.

    Berdasarkan Gambar 3, hasil pengamatan ILD jagung manis di atas dapat dilihat

    bahwa ILD tanaman jagung manis mengalami peningkatan yang baik pada 4 MST, 6

    MST dan 8 MST sesuai dengan data yang didapat dari hasil total luas daun, maka

    didapat bentuk grafik yang relatif sama. Pemberian perlakuan 0,5,10,15 dan 20 ton

    memiliki ILD yang relatif sama baiknya, maka secara analisis statistik menunjukan

    pengaruh tidak nyata terhadap pemberian bahan organik blotong tebu terhadap ILD

    tanaman jagung manis.

    Tabel 4. Umur tasseling (50% tanaman telah keluar tassel) terhadap pemberian beberapa

    takaran bahan organik blotong tebu

    Takaran Bahan Organik (ton/ha) Umur taseing 50% (hari)

    0 48.67

    5 47.33

    10 48.33

    15 48.00

    0

    0,5

    1

    1,5

    2

    2,5

    3

    4 6 8

    Ind

    eks

    Luas

    Dau

    n (

    ILD

    )

    Minggu setelah tanam (MST)

    0 ton/ha

    5 ton/ha

    10 ton/ha

    15 t0n/ha

    20 ton/ha

  • Fauzi Fachdarisman Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan 1110005301055 Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.)

    P a g e | 8

    Universitas Tamansiswa padang

    20 47.67

    KK = 2.74

    Tabel 4 menyajikan bahwa takaran bahan organik blotong tebu tidak

    berpengaruh terhadap umur tasseling (50% telah keluar tasel) berturut dari umur yang

    dahulu mengeluarkan tasel yaitu 47.33 hari (ton/ha), 47.67 hari (ton/ha), 48.00 har

    (ton/ha), 48.33 hari (10 ton/ha), 48.67 hari (ton/ha), umur muncul bunga jantan tidak

    dipengaruhi oleh pemberian takaran blotong tebu hingga 20 ton/ha. Beberapa takaran

    blotong juga tidak mampu mempercepat munculnya bunga jantan, demikian pula

    terlihat bahwa blotong tebu tidak memperlambat munculnya bunga jantan disebabkan

    faktor genetik lebih dominan pengaruhnya terhadap munculnya bunga jantan.

    Hal ini disebabkan karena blotong masih belum tersedia secara optimal dalam

    memacu munculnya bunga jantan, disebabkan blotong merupakan bahan organik yang

    lambat tersedia. Sama halnya peranan blotong terhadap komponen pada fase vegetatif

    dari masa pertumbuhan tanaman yang belum juga terlihat berpengaruh nyata. Hal

    tersebut dijelaskan oleh Fadjari (2009) bahwa blotong mengandung unsur hara makro

    maupun mikro. Blotong memiliki efek residu lebih lama didalam tanah, dan

    menyediakan hara bagi tanaman lebih lama dibandingkan dengan pupuk kimia buatan.

    Tabel 5. Umur silking (50 % telah keluar rambut) terhadap beberapa takaran bahan

    organik blotong tebu

    Takaran Blotong (ton/ha) Umur Silking 50% (hari)

    0 50.67

    5 49.00

    10 50.33

    15 50.00

    20 49.67

    KK = 2.86

    Tabel 5 memperlihatkan pemberian beberapa takaran bahan organik blotong

    tebu memberikan berpengaruh tidak nyata terhadap umur silking (50% telah keluar

    rambut) tanaman jagung manis diurutkan mulai tanaman yang dahulu mengeluarkan

    rambut (silking) yaitu 49.00 hari (5 ton/ha), 49.67 hari (20 ton/ha), 50.00 hari(15

    ton/ha), 50.33 hari (10 ton/ha) dan 50.67 hari(0 ton/ha), Umur muncul bunga betina

    menentukan cirinya tanaman akan memasuki fase generatif. Tidak adanya pengaruh

    nyata pada perlakuan bahan organik blotong tebu terhadap munculnya bunga betina

    diduga lebih besarnya kecendrungan faktor genetik dibandingkan faktor lingkungan.

  • Fauzi Fachdarisman Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan 1110005301055 Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.)

    P a g e | 9

    Universitas Tamansiswa padang

    Ermi (1997) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman jagung dari waktu

    berkecambah sampai keluarnya malai dan rambut merupakan suatu priode yang sangat

    bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik tanaman jagung tersebut. Secara

    umum bunga akan muncul terlebih dahulu yang jantan kemudian di ikuti oleh keluarnya

    bunga betina berselang waktu 2- 3 hari kmudian, hal ini mencirikan dari sifat genetik

    tanaman tersebut lebih umum terjadinya penyerbukan silang.

    Tabel 6. Panjang tongkol akibat pemberian takaran bahan organik blotong tebu

    Takaran Blotong (ton/ha) Panjang Tongkol (cm)

    0 17.66

    5 19.50

    10 18.85

    15 18.78

    20 21.33

    KK = 8.19

    Tabel 6 terlihat bahwa pemberian takara bahan organik blotong tebu

    menghasilkan panjang tongkol relatif sama, panjang tongkol berukuran antara 17-

    21cm, tongkol terpanjang yaitu 21.33 cm (20 ton/ha), 19.50 cm (5 ton/ha), 18.85 cm (10

    ton/ha), 18.78 cm (15 ton/ha) dan 17.66 cm(0 ton/ha) Hal ini disebabkan panjang

    tongkol yang dihasilkan tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh tersedianya hara yang

    cukup. tetapi juga dipengaruhi oleh faktor genetik.

    Menurut Gardner, pearce dan Mitchell (1991) menyatakan pertumbuhan buah

    menuntut nutrisi yang banyak, sehingga terjadi mobilisasi dari bagian vegetatif ke

    tongkol dan biji pada tanaman jagung. Persentase nitrogen, fosfor dan kalium pada

    batang dan daun jagung memuncak setelah terbentuknya rambut dan menurun lagi

    dengan pembentukan biji. Oleh karena itu pertumbuhan tongkol setelah terbentuknya

    rambut, tidak lagi mengalami pertumbuhan yang meningkat meskipun terjadi

    meningkatnya hara, karena hara yang tersedia cendrung mengarah pada pembentukan

    dan pengisian biji. Oleh sebab itu tongkol yang dihasilkan relatif sama.

    Tabel 7. Lingkar tongkol terhadap takaran bahan organik blotong tebu

    Takaran Blotong (ton/ha) Lingkar Tongkol (cm)

    0 20.08

    5 19.67

    10 19.66

    15 20.17

    20 19.42

  • Fauzi Fachdarisman Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan 1110005301055 Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.)

    P a g e | 10

    Universitas Tamansiswa padang

    KK = 7.76

    Tabel 7 menunjukkan takaran bahan organik blotong tebu menunjukan pengaruh

    tidak nyata terhadap lingkar tongkol yang relatif sama diurut mulai lingkar tongkol yang

    tertinggi yaitu 20.17 cm (15 ton/ha), 20.08 cm (0 ton/ha), 19.67 cm (5 ton/ha), 19.66

    cm (10 ton/ha), dan 19.42 cm (20 ton/ha), pengaruh yang tidak nyata terhadap lingkar

    tongkol jagung diduga tidak terlepas dari faktor-faktor lain seperti faktor genetik dan

    lingkungan. Selain itu pertumbuhan lingkar tongkol sangat tergantung pada suplai hara

    yang diperlukan. Kebutuhan hara untuk pembentukan tongkol yang cukup tersedia,

    menyebabkan pertumbuhan tongkol akan mencapai pertumbuhan optimal. Setelah

    mencapai pertumbuhan optimal dengan kondisi lingkungan yang optimal, lingkar

    tongkol jagung tidak akan mengalami pertambahan yang cukup nyata.

    Hasil penelitian Dongoran (2009) dengan penggunaan pupuk organik cair juga

    tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tongkol jagung dengan lingkar

    tongkol yang dihasilkan 15,71 cm sampai 18,41 cm. dilihat dari lingkar tongkol yang

    dihasilkan masih berada pada kisaran yang baik.

    Tabel 8. Jumlah biji/tongkol pada beberapa takaran bahan organik blotong tebu

    Takaran blotong ton/ha Jumlah biji/tongkol

    0 512.67

    5 557.56

    10 538.44

    15 529.11

    20 541.44

    KK = 11.00

    Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa takaran bahan organik blotong tebu

    berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah biji/tongkol yaitu diurutkan dari jumlah biji

    yang terbanyak 557.56 biji (B1), 541.44 biji (B4), 538.44 biji (B2), 529.11 biji (B3),

    dan 512.67 biji (B0) tidak adanya pengaruh beberapa takaran bahan organik blotong

    tebu terhadap jumlah biji/tongkol, diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu

    yang optimum, keadan lingkunga dan faktor genetik.

    Suprapto dan Marzuki (2002) menyatakan selama pertumbuhan tanaman jagung

    membutuhkan suhu optimum antara 230C-27

    0C, suhu panas dan lembab sangat baik

    bagi pertumbuhan tanaman jagung pada priode tanam sampai pada fase produktif

    terutama sampai akhir pembuahan akan menghasilkan hasil yang baik pula.

  • Fauzi Fachdarisman Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan 1110005301055 Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.)

    P a g e | 11

    Universitas Tamansiswa padang

    Tabel 9. Berat tongkol segar berklobot/batang terhadap pemberian takaran bahan

    organik blotong tebu

    Takaran blotong ton/ha Berat tongkol segar berklobot/batang (gr)

    0 335.84

    5 374.27

    10 386.15

    15 570.48

    20 446.10

    KK = 33.53

    Pemberian beberapa takaran bahan organik blotong tebu menunjukan angka

    yang berbeda terhadap tinggi tanaman berturut-turut dari jumlah berat yang tertinggi

    570.48 gr (B3), 446.10 gr (B4), 386.15 gr (B2), 374.27 gr (B1), 335.84 gr (B0)

    namun analisa statistik tidak menunjukan perbedan yang nyata. Hal ini diduga bahwa

    kebutuhan hara P pada tanah telah tercukupi oleh adanya pemupukan padi sawah yang

    dilakukan pada areal persawahan yang digunakan untuk penelitian ditinjau dari jumlah

    biji yang dihasilkan cukup baik. Terpenuhinya unsur hara N, P dan K dalam tanah

    menyebabkan tidak adanya perlakuan yang berbeda nyata.

    Hal ini sesuai menurut Tisdale dan Nelson (1995) bagi tanaman biji-bijian

    unsure P diperlukan untuk pertumbuhan dan hasil yang baik. Terpenuhinya kebutuhan P

    yang berasal dari dalam tanah untuk membentuk biji, maka beberapa takaran bahan

    organik blotong tebu tidak lagi memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat tongkol

    berklobot/batang.

    Tabel 10. Berat tongkol berkelobot/plot terhadap beberapa takaran bahan organik

    blotong tebu.

    Takaran blotong ton/ha Berat tongkol berklobot/plot (gr)

    0 5373.49

    5 5988.37

    10 6178.38

    15 5785.15

    20 7137.65

    KK = 15.75

    Pada Tabel 10, terlihat bahwa takaran bahan organik blotong tebu berpengaruh

    tidak nyata terhadap berat tongkol berklobot/ plot yaitu berturut-turut dari jumlah yang

    tertinggi : 7137.65 gr (B4), 6178.15 gr (B2), 5988.37 gr (B1), 5373.49 gr (B0) dan

    5785.49 gr (B3), beberapa takaran bahan organik blotong tebu belum memberikan

  • Fauzi Fachdarisman Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan 1110005301055 Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.)

    P a g e | 12

    Universitas Tamansiswa padang

    pengaruh yang efektif terhadap berat tongkol berklobot/plot diduga hal ini disebabkan

    oleh hasil berat tongkol/batang dan ukuran tongkol yang dihasilkan berpengaruh tidak

    nyata. Pembrian bahan organik blotong tebu tidak menunjukkan peningkatan komponen

    hasil tersebut, sehingga produksi berat tongkol beklobot/plot yang dihasilkan relatif

    sama. Azwar (1999) menyatakan bahwa berat tongkol berklobot/plot yang dicapai

    tidak terlepas dari komponen hasil yang baik pada diameter tongkol, jumlah biji/tongkol

    dan berat tongkol/batang.

    Tabel 11. Berat tongkol tanpa klobot/plot pada beberapa takaran bahan organik blotong

    tebu

    Takaran blotong ton/ha Berat tongkol tanpa berklobot/plot (gr)

    0 243.40

    5 277.88

    10 280.97

    15 260.91

    20 295.00

    KK = 12.70

    Pada Tabel 11 terlihat bahwa takaran bahan organik blotong tebu berpengaruh

    tidak nyata terhadap berat tongkol tanpa klobot/ plot yaitu berturut-turut dari yang

    tertinggi 295.00 gr (B4), 280.97 gr (B2), 277.88 gr (B1), 260.91 gr (B3), 243.40 gr (B0)

    adanya pengaruh yang tidak nyata pada pemberian bahan organik blotong tebu terhadap

    parameter berat tongkol tanpsa klobot/ plot diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor,

    selain faktor iklim, tanah dan lingkungan yang turut memempengaruhi namun faktor

    genetik dari masing-masing varietas.

    Sesuai dengan pendapat Hayani, Slameto, dan Sopandi (1999) bahwa masing-

    masing varietas mempunyai ciri khas tersendiri dan tergantung pada sifat genetik yang

    dikandung masing-masing varietas serta kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan

    tempat tumbuh.

    Tabel 12. Berat tongkol/ha terhadap beberapa takaran bahan organik blotong tebu

    Takatan blotong ton/ha Berat tongkol/ha (ton)

    0 13.99

    5 15.59

    10 16.09

    15 15.07

    20 18.59

    KK = 15.75

  • Fauzi Fachdarisman Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan 1110005301055 Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.)

    P a g e | 13

    Universitas Tamansiswa padang

    Tabel 12, menunjukkan bahwa pemberian blotong tebu tidak mampu

    meningkatkan berat tongkol/ha yaitu diurut dari hasil yang tertinggi 18.58 ton (B4),

    16.09 ton (B2), 15.59 ton (B1), 15.07 ton (B3), dan 13.99 ton (B0) tidak adanya

    pengaruh yang nyata pada beberapa takaran bahan organik blotong tebu terhadap berat

    tongkol/ha. Hal ini diduga unsur hara yang ada dalam blotong tebu belum dapat

    dimanfatkan oleh tanaman dengan baik untuk memacu ukuran dan berat pada tongkol

    jagung, namun apabila dibandingkakan dengan jumlah yang dihasilkan oleh perlakuan

    tanpa blotong yang hanya mencapai 13.99 ton, blotong tebu dengan dosis 20 ton/ha

    mampu menghasilkan jagung manis sebesar 18.58 ton/ha. Mulyadi, (2000) melaporkan

    bahwa pemberian bahan organik blotong tebu nyata meningkatkan tinggi tanaman,

    jumlah tanaman perrumpun, diameter batang, bobot kering tebu bagian atas berumur

    empat bulan, dosis efektif pengunaan blotong pada tanah ini skitar 40 ton/ha ditandai

    dengan peningkatan tinggi tanaman sebesar 58%, jumlah tanaman/rumpun sebesar 25%,

    diameter batang sebesar 31% dan bobot kering tanaman/ rumpun sebesar 25%,

    disbandingkan perlakuan tanpa blotong.

    Fadjari (2009) juga menyatakan hasil demikian disebabkan bahan organik blotong

    tebu yang digunakan pada penelitian ini belum matang secara kimia, hal ini dapat dilihat

    dari hasil analisis kandungan C/N (nisbah) pada blotong cukup tinggi yaitu 25.62 %.

    Apabila C/N tinggi pada bahan organik akan terjadi pengikatan unsur hara makro.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Pemberian bahan organik blotong tebu sampai dengan 20 ton/ha belum

    memberikan berpengaruh nyata tehadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung pada

    semua parameter yang diamati. Namun hasil tanaman jagung memiliki pertumbuhan

    dan hasil yang cukup baik, diduga lahan yang digunakan sudah cukup subur.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2010. Budidaya Tanaman Jagung Manis. Balai Besar Pelatihan Pertanian

    Binuang Kalimantan Selatan.(http://goalterzoko.blogspot.com/2010/ 05

    /budidaya-jagung-manis.html www.wikipedia.com)

    Anonim. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial dan Ekonomi Sumatera

    Barat, Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung Menurut

    Subround, 2009-2012. Badan Pusat Statistik.

  • Fauzi Fachdarisman Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan 1110005301055 Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.)

    P a g e | 14

    Universitas Tamansiswa padang

    Anonim. 2006. Pelepasan Jagung Manis Hibrida SUGAR 73 Sebagai Varietas Unggul.

    Keputusan Mentri Pertanian No:123/Kpts/SR.120.

    Anonim. 2012 Menuju Swasembada Jagung Tahun 2014. Direktotat Jendral Tanaman

    Pangan Sumatera Barat.

    Azwar. 1999. Pengaruh Pupuk Kandang dan SP-36 terhadap Pertumbuhan dan Produksi

    Tanaman Jagung (zea mays L). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas

    Tamansiswa. Padang 61 hal.

    Damayanti,V.E. 1991. Pengaruh Penggunaan Pupuk Kandang Ayam yang Dicampur

    Blotong terhadap Beberapa Sifat dan kimia Tanah Regosol dan Latosol. Skripsi

    jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian UPNVeteran Yogyakarta.

    Danarti, S. Najiati. 1992 Palawija Budidaya dan Analisa Usaha Tani. Penebar Produksi

    Jagung Direktorat Bina Produksi Jakarta. 67 Halaman.

    Dongoran. D. 2009 Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis ( Zea

    mays saccharata Sturt.) terhadap Pemberian Pupuk Cair TFN dan Pupuk

    Kandang Ayam. Skripsi Faperta USU. Medan, 73 hal.

    Ermi. 1997. Pengaruh Pemberian Abu Sekam Terhadap Pertumbuhan dan Peroduksi

    Jagung. Skripsi S1 Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang. 44 hal.

    Fadjari. 2009. Memanfaatkan Blotong, Limbah Pabrik Gula. http://kulinet.com/ baca/

    memanfaatkan-blotong-limbah-pabrik-gula/536. diakses 9 januari 2010

    Gardner, F.P,R.B. Pearce. dan Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.

    Diterjemahkan oleh Susilo. H. Universitas Indonesia Perss. 428 hal.

    Hadisuwito, Sukamto. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Jakarta : AgroMedia

    Pustaka, 77 hal.

    Hartono, 2007. Bertanam Jagung Ungul. Penebar Suadaya, Depok, 65.

    Hayani, Slameto, dan Sopandi.1999 Kajian Dosis Pupuk NPK pada Beberapa Varietas

    Jagung Hibrida dan Komposit di Sidorahayu. Lampung Selatan. dalam

    Prosiding Kongres Nasional VII HITI. Bandung. Skripsi S1 Universitas

    Tamansiswa Padang. 43 hal

    Jasmaniar. 2006 . Pengaruh Jenis Kompos dan Varietas Jagung terhadap Pertumbuhan

    dan Hasil Jagung (Zea mays L.). Skripsi S1 Fakultas Pertanian Univesitas

    Tamansiswa Padang.40 hal.

    Mulyadi M. 2000. Kajian Pemberian Belotong dan Terak Baja pada Tanah Kondiudoxs

    Pelaihari dalam Upaya Memperbaiki Sifat Kimia Tanah, Serapan N, Si, P dan

    S Serta Pertumbuhan Tebu [Tesis], Bogor : Program Paska Sarjana IPB. 75

    hal.

  • Fauzi Fachdarisman Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan 1110005301055 Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.)

    P a g e | 15

    Universitas Tamansiswa padang

    Musnamar, E. I., 2003. Pupuk Organik Padat Pembuatan dan Aplikasi. Catatan I.

    Penebar Suadaya, Jakarta. Skripsi S1 Universitas Tamansiswa Padang. 52 hal

    Poehlman, 1997. Breeding Field Crops. Third Edition an AVI Book, New York. 140

    hal.

    Prawirosemadi, M. 1990. Pengaruh Pupuk Orgaik blotong PG. Madukismo, dan Pupuk

    Kandang terhadap Produksi Gula di Lahan Cangkring Yogyakarta, PG3GI.

    Pasuruan, Program Paska Sarjana IPB. 75 hal.

    Purwono, M. Hartono. 2007. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Suadaya, Depok. 32

    hal.

    Putri, Sabriananda. 2011. Pengaruh Beberapa Konsentrasi Pupuk Organik Cair Lengkap

    Biosugih Tehadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays

    saccharata Sturt). Skripsi S1 Universitas Andalas Padang, 63 hal.

    Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia Prinsip, Produk dan Gizi.

    Terjemahan Catur Harison. ITB-Press, Bandung. 29 hal.

    Rukmana, RH, 2007. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Skripsi UNIMED. Medan, 74 hal.

    Subagio, I dan Murwandono. 1991. Peranan Limbah Gula Sebagai Pupuk Organik

    terhadap Pertumbuhan Tebu. Berita. P3GI. 10 (5) : 15 19.

    Suhadi, Sumojo, 1985 Penggunaan Blotong terhadap Sifat Fisik dan Kimia Tanah

    Regosol Pasir Lampung. Pasuruan : P3GI . 5:31-33.

    Suprapto, Ir. H.S., 2000. Bertanam Jagung. Penebar Suadaya, Jakarta. Skripsi S1 IPB

    Bogor, 83 hal.

    Suprapto, H. S. dan A. R. Marzuki, 2002. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Skripsi S1 IPB Bogor. 83 hal.

    Sutanto. R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta. 38 hal.

    Sutoro. 1985. Metode Pendugaan Luas Daun Tanaman Jagung (Zea mays L) Tesis

    Pacasarjana IPB, Bogor. 126 hal.

    Tedjowahjono S, Kurniawan Y. 1982 Masalah Pencemaran Lingkungan Oleh Limbah

    Pabrik Gula dan Cara Pengendalian. BP3G, di Dalam : Proc. Pertemuan Teknis

    Tengah Tahunan 1, Pasuruan. 1800 hal.

    Tisdadale SL dan Nelson JD. 1975 Soil Fertility and Fertilizers 4th Ed. Mmacmilian

    Publisher. New York. 182 hal.

    Toharisman, Suhadi, Muliadi. 1991. Pemakaian Belotong Untuk Meningkatkan Kualitas

    Tebu di Lahan Kering. P3GI. di dalam : proc.Pertemuan Teknis TTI/1991.

    Perusahaan. 19 hal.

  • Fauzi Fachdarisman Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan 1110005301055 Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.)

    P a g e | 16

    Universitas Tamansiswa padang