jurnal ikm hubungan antara faktor psikologis, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik dengan kegemukan...

19
LAPORAN PENELITIAN 2013 HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PSIKOLOGIS, KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEGEMUKAN PADA ANAK USIA 6-7 TAHUN DI SD YAPENKA, SDN 03 PAGI DAN SDN 04 PAGI KELURAHAN CIPETE SELATAN, JAKARTA, TAHUN 2013 Fathia, Selvi, Zahiera ABSTRACT Objective: To identify the association between, physicological factor, eating habits, and physical activity with obesity among children aged 6-7 years old at at SD Yapenka, SDN 03 Pagi, and SDN 04Pagi in Kelurahan Cipete Selatan. Methods: Samples from this analytic observation with cross-sectional study which use stratified random sampling were 87 children aged 6-7 years old at t SD Yapenka, SDN 03 Pagi, and SDN 04Pagi in Cipete Selatan. Data for physicological factor was obtained by using Strength and Diffilcuties (SDQ) questionnaire which given to the parents to adjust 5 aspects of physicological factors like emotional symptoms, conduct problems, hypereactivity, peer problem, and prosocial behavior. Data for the eating habits was obtained by using Food Recall 2x24 hours questionnaire, and children eating habits questionnaire to adjust calories intake, breakfast habit, eating fast food habit, eating snacks habit, and eating fruits and vegetables habit . Data for physical activity was obtained by using Children Physical Activity Questionnaire (CPAQ) and other physical activity questionnaire to adjust activity children like activity level, children excercise, and watching television habit . Data was analysed by using the chi squared test. Result: Retrieved from the results of the bivariate analysis of factors that are statistically associated with obesity among children aged 6-7 years old at the elementary school of Yapenka,03, and 04 in Cipete Selatan; emotional symptoms (p=0.006), prosocial behavior (p=0.010), peer problem (p=0.000), calories intake (p=0.001), breakfast habit (p=0,020), eating fast food habit (p=0,031), eating snacks habit (p=0,021), activity level (p=0,024), and exercise (p=0,000). Conclusion: Factors that are significantly associated to obesity among children are emotional symptoms, prosocial behavior, peer problem, calories intake, breakfast habit, eating fast food habit, eating snacks habit, activity level, and exercise. Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 1

Upload: fathiar

Post on 31-Dec-2015

418 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

k

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal IKM hubungan antara faktor psikologis, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik dengan kegemukan anak SD

LAPORAN PENELITIAN 2013

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PSIKOLOGIS, KEBIASAAN MAKAN

DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEGEMUKAN PADA ANAK USIA 6-7

TAHUN DI SD YAPENKA, SDN 03 PAGI DAN SDN 04 PAGI

KELURAHAN CIPETE SELATAN, JAKARTA, TAHUN 2013

Fathia, Selvi, Zahiera

ABSTRACT

Objective: To identify the association between, physicological factor, eating habits, and physical activity with obesity among children aged 6-7 years old at at SD Yapenka, SDN 03 Pagi, and SDN 04Pagi in Kelurahan Cipete Selatan. Methods: Samples from this analytic observation with cross-sectional study which use stratified random sampling were 87 children aged 6-7 years old at t SD Yapenka, SDN 03 Pagi, and SDN 04Pagi in Cipete Selatan. Data for physicological factor was obtained by using Strength and Diffilcuties (SDQ) questionnaire which given to the parents to adjust 5 aspects of physicological factors like emotional symptoms, conduct problems, hypereactivity, peer problem, and prosocial behavior. Data for the eating habits was obtained by using Food Recall 2x24 hours questionnaire, and children eating habits questionnaire to adjust calories intake, breakfast habit, eating fast food habit, eating snacks habit, and eating fruits and vegetables habit . Data for physical activity was obtained by using Children Physical Activity Questionnaire (CPAQ) and other physical activity questionnaire to adjust activity children like activity level, children excercise, and watching television habit . Data was analysed by using the chi squared test. Result: Retrieved from the results of the bivariate analysis of factors that are statistically associated with obesity among children aged 6-7 years old at the elementary school of Yapenka,03, and 04 in Cipete Selatan; emotional symptoms (p=0.006), prosocial behavior (p=0.010), peer problem (p=0.000), calories intake (p=0.001), breakfast habit (p=0,020), eating fast food habit (p=0,031), eating snacks habit (p=0,021), activity level (p=0,024), and exercise (p=0,000). Conclusion: Factors that are significantly associated to obesity among children are emotional symptoms, prosocial behavior, peer problem, calories intake, breakfast habit, eating fast food habit, eating snacks habit, activity level, and exercise.

Key words: child, obesity, psychology, nutrition, activity.

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 1

Page 2: jurnal IKM hubungan antara faktor psikologis, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik dengan kegemukan anak SD

LAPORAN PENELITIAN 2013

PENDAHULUAN

Masalah gizi di Indonesia saat ini

memasuki masalah gizi ganda (Double

Burden Nutrition). Artinya, masalah gizi

kurang masih belum teratasi sepenuhnya,

sementara sudah muncul masalah gizi

lebih. Masalah gizi lebih pada anak- anak

merupakan salah satu masalah yang

mendapat perhatian banyak negara.

Setengah dari anak yang mengalami

kelebihan berat badan atau obesitas akan

tumbuh menjadi orang dewasa yang

obesitas dan obesitas merupakan faktor

risiko berbagai masalah kesehatan kronis..

Kegemukan disebabkan oleh

ketidakseimbangan antara jumlah energi

yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh

tubuh untuk berbagai fungsi biologis

seperti pertumbuhan fisik, perkembangan,

aktivitas, pemeliharaan kesehatan.1 Jika

keadaan ini berlangsung terus menerus

(positive energy balance) dalam jangka

waktu cukup lama, maka dampaknya

adalah terjadinya obesitas.

Prevalensi obesitas meningkat dari

tahun ke tahun, baik di negara maju

maupun negara yang sedang berkembang.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan

tahun 2007, prevalensi obesitas pada anak-

anak usia 6 dan 14 tahun mencapai 9,5%

untuk pria, sedangkan pada perempuan

mencapai 6,4%. Kondisi ini meningkat

dari tahun 1990-an yang berkisar 4%

(RISKESDAS 2007). Menurut

RISKESDAS (2010) secara nasional

masalah kegemukan pada anak umur 6-12

tahun masih tinggi yaitu 9,2% atau masih

di atas 5,0%. Lalu menurut data Riskesdas

(2010) didapatkan bahawa angka

kegemukan pada anak umur 6-12 tahun d

Jakarta mencapai 12,8%.

Faktor yang sering dihubungkan

dengan kegemukan pada anak adalah

faktor psikologis. Yaitu, terdapatnya

masalah ketidakstabilan emosi, masalah

dalam lingkungan sosial, masalah dalam

pergaulan, masalah hiperaktif dan juga

tingkah laku. Dalam banyak kasus, sukar

dibedakan apakah faktor psikologis ini

merupakan suatu penyebab atau efek dari

obesitas. Faktor lain adalah adanya

ketidakseimbangan asupan energi dengan

keluaran energi. Asupan energi tinggi bila

konsumsi makanan berlebihan, sedangkan

keluaran energi menjadi lebih rendah bila

metabolisme tubuh dan aktivitas fisik

rendah. Hal tersebut banyak dialami oleh

golongan masyarakat tingkat menengah ke

atas. Di Indonesia, terutama di kota-kota

besar, dengan adanya perubahan gaya

hidup yang menjurus ke westernisasi dan

sedentary lifestyle berakibat pada

perubahan pola makan atau konsumsi

masyarakat yang merujuk pada pola

makan tinggi kalori, tinggi lemak, dan

kolesterol, terutama terhadap penawaran

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 2

Page 3: jurnal IKM hubungan antara faktor psikologis, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik dengan kegemukan anak SD

LAPORAN PENELITIAN 2013

makanan siap saji (fast food) yang

berdampak meningkatkan risiko obesitas.

Selain itu kebiasaan makan anak yang

gemar terhadap makanan cepat saji (fast

food) yang umumnya mengandung lemak

dan minuman ringan (soft drink) yang

mengandung gula yang tinggi juga

merupakan penyebab obesitas pada anak.

Selain karena masalah konsumsi pangan,

aktivitas fisik pada anak juga

mempengaruhi terjadinya obesitas pada

anak. Dulu permainan anak yang

umumnya dilakukan adalah permainan

fisik yang mengharuskan anak berlari,

melompat, atau gerakan lainnya, namun

kini digantikan dengan permainan anak

yang kurang melakukan gerak badannya

seperti game elektronik, komputer,

internet, atau televisi yang cukup

dilakukan dengan hanya duduk di

depannya tanpa harus bergerak.

Kegemukan tidak hanya disebabkan oleh

kebanyakan makan dalam hal karbohidrat,

lemak, maupun protein, tetapi juga karena

kurangnya aktivitas fisik). Dengan

demikian kegemukan pada anak

memerlukan perhatian yang serius dan

penanganan yang sedini mungkin, dengan

melibatkan peran serta orang tua.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

metode observasional analitik dengan

rancangan cross sectional (potong silang).

Dalam penelitian cross sectional peneliti

mencari hubungan antara variabel bebas

dan variabel tergantung dengan melakukan

pengukuran pada saat tertentu.

HASIL

Hasil Univariat

Dari 87 responden, terdapat 41 responden

dengan jenis kelamin laki – laki dengan

persentase sebesar 47,1 %, 46 responden

dengan jenis kelamin perempuan dengan

persentase 52,9 %.

Dari 87 responden, terdapat 24 responden

dengan status gizi gemuk dengan

persentase sebesar 27,6 %, 63 responden

dengan stastus gizi tidak gemuk dengan

persentase 72,4 %.

Dari 87 responden, terdapat 19 responden

dengan gejala emosional abnormal dengan

persentase sebesar 21,8 %, 68 responden

dengan gejala emosional normal dengan

persentase 78,2 %.

Dari 87 responden, terdapat 12 responden

dengan tingkah laku prososial abnormal

dengan persentase sebesar 13,8 %, 75

responden dengan tingkah laku prososial

normal dengan persentase 86,2 %.

Dari 87 responden, terdapat 23 responden

dengan pergaulan abnormal dengan

persentase sebesar 26,4 %, 64 responden

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 3

Page 4: jurnal IKM hubungan antara faktor psikologis, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik dengan kegemukan anak SD

LAPORAN PENELITIAN 2013

dengan pergaulan normal dengan

persentase 7 3,6 %.

Dari 87 responden, terdapat 17 responden

hiperaktif dengan persentase sebesar 17 %,

70 responden tidak hiperaktif dengan

persentase 80,5 %

Dari 87 responden, terdapat 19 responden

dengan tingkah laku abnormal dengan

persentase sebesar 21,8 %, 68 responden

dengan tingkah laku normal dengan

persentase 78,2 %

Dari 87 responden, terdapat 36 responden

dengan asupan kalori lebih dengan

persentase sebesar 41,4 %, 51 responden

dengan asupan kalori tidak lebih dengan

persentase 58,6 %

Dari 87 responden, terdapat 50 responden

dengan kebiasaan sarapan sering dengan

persentase sebesar 57,5 %, 37 responden

dengan kebiasaan sarapan tidak sering

dengan persentase 42,5 %

Dari 87 responden, terdapat 53 responden

dengan kebiasaan makan fastfood sering

dengan persentase sebesar 60,9 %, 34

responden dengan kebiasaan makan

fastfood tidak sering dengan persentase

39,1 %

Dari 87 responden, terdapat 60 responden

dengan kebiasaan jajan sering dengan

persentase sebesar 60,0 %, 27 responden

dengan kebiasaan jajan tidak sering

dengan persentase 31 %

Dari 87 responden, terdapat 35 responden

dengan makan sayur dan buah sering

dengan persentase sebesar 40,2 %, 52

responden dengan makan sayur dan buah

tidak sering dengan persentase 59,8 %

Dari 87 responden, terdapat 46 responden

dengan tingkat aktivitas fisik aktif dengan

persentase sebesar 52,9 %, 41 responden

dengan tingkat aktivitas fisik aktif dengan

persentase 47,1 %

Dari 87 responden, terdapat 73 responden

kebiasaan menonton televisi lebih dengan

persentase sebesar 83,9 %, 14 responden

dengan kebiasaan menonton televisi cukup

dengan persentase 16,1 %

Dari 87 responden, terdapat 56 responden

kebiasaan olahraga sering dengan

persentase sebesar 64,4 %, 31 responden

dengan kebiasaan olahraga tidak sering

dengan persentase 35,6 %

Hasil Bivariat

Risiko anak laki-laki untuk menjadi gemuk

adalah 4 kali lipat lebih besar

dibandingkan dengan anak perempuan.

Setelah diuji secara statistik (Chi-square),

didapatkan p < 0,05. Ada hubungan

bermakna antara jenis kelamin dengan

kegemukan pada anak.

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 4

Page 5: jurnal IKM hubungan antara faktor psikologis, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik dengan kegemukan anak SD

LAPORAN PENELITIAN 2013

Risiko anak dengan faktor emosi abnormal

untuk menjadi gemuk adalah 4 kali lipat

lebih besar dibandingkan anak dengan

emosi normal. Setelah diuji secara statistik

(Chi-square), didapatkan p < 0,05. Ada

hubungan bermakna antara masalah emosi

dengan kegemukan pada anak.

Risiko anak dengan hubungan sosial

abnormal untuk menjadi gemuk adalah 5

kali lipat lebih besar dibandingkan anak

dengan emosi normal. Setelah diuji secara

statistik (Chi-square), didapatkan p < 0,05.

Ada hubungan bermakna antara masalah

sosial dengan kegemukan pada anak.

Risiko anak dengan pergaulan abnormal

untuk menjadi gemuk adalah 8 kali lipat

lebih besar dibandingkan anak dengan

pergaulan normal. Setelah diuji secara

statistik (Chi-square), didapatkan p < 0,05.

Ada hubungan bermakna antara pergaulan

dengan kegemukan pada anak.

Risiko anak dengan hiperaktif untuk

menjadi gemuk adalah 0,291 kali lipat

lebih besar dibandingkan anak dengan

tidak mempunyai masalah kelompok dan

pertemanan. Setelah diuji secara statistik

(Chi-square), didapatkan p > 0,05. Tidak

ada hubungan bermakna antara masalah

hiperaktif dengan kegemukan pada anak

Risiko anak dengan tingkah laku abnormal

untuk menjadi gemuk adalah 8,4 kali lipat

lebih besar dibandingkan anak dengan

tidak mempunyai masalahtingkah laku.

Namun setelah diuji secara statistik (Chi-

square), didapatkan p >0,05. Tidak ada

hubungan bermakna antara tingkah laku

dan kepatuhan dengan kegemukan pada

anak.

Risiko anak dengan asupan kalori lebih

untuk menjadi gemuk adalah 5,6 kali lipat

lebih besar dibandingkan anak dengan

tidak mengkonsumsi asupan kalori lebih.

Setelah diuji secara statistik (Chi-square),

didapatkan p < 0,05. Ada hubungan

bermakna antara asupan kalori dengan

kegemukan pada anak.

Risiko anak dengan kebiasaan sarapan

untuk menjadi gemuk adalah 0,32 kali

lipat lebih besar dibandingkan anak tidak

kebiasaan sarapan. Setelah diuji secara

statistik (Chi-square), didapatkan p < 0,05.

Ada hubungan bermakna antara kebiasaan

sarapan dengan kegemukan pada anak.

Risiko anak dengan kebiasaan sering

makan fast food untuk menjadi gemuk

adalah 3,2 kali lipat lebih besar

dibandingkan dengan anak tidak sering

makan fastfood memiliki kebiasaan makan

fast food. Setelah diuji secara statistik

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 5

Page 6: jurnal IKM hubungan antara faktor psikologis, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik dengan kegemukan anak SD

LAPORAN PENELITIAN 2013

(Chi-square), didapatkan p < 0,05. Ada

hubungan bermakna antara kebiasaan

makan fast food dengan kegemukan pada

anak.

Risiko anak dengan kebiasaan sering jajan

untuk menjadi gemuk adalah 4,3 kali lipat

lebih besar dibandingkan dengan anak

tidak sering memiliki kebiasaan jajan di

sekolah. Setelah diuji secara statistik (Chi-

square), didapatkan p < 0,05. Ada

hubungan bermakna antara kebiasaan jajan

dengan kegemukan pada anak.

Risiko anak dengan kebiasaan sering

makan sayur dan buah untuk menjadi

gemuk adalah 0,66 kali lipat lebih besar

dibandingkan dengan anak tidak sering

memiliki kebiasaan makan sayur dan buah.

Setelah diuji secara statistik (Chi-square),

didapatkan p >0,05. Tidak ada hubungan

bermakna antara kebiasaan makan sayur

dan buah dengan kegemukan pada anak.

Risiko anak aktif untuk menjadi gemuk

adalah 0,33 kali lipat lebih besar

dibandingkan dengan anak tidak aktif.

Setelah diuji secara statistik (Chi-square),

didapatkan p < 0,05. Ada hubungan

bermakna antara tingkat aktivitas dengan

kegemukan pada anak.

Risiko anak dengan kebiasaan menonton

televisi lebih menjadi gemuk adalah 0,92

kali lipat lebih besar dibandingkan anak

dengan kebiasaan menonton televisi

cukup. Setelah diuji secara statistik (Chi-

square), didapatkan p > 0,05. Tidak ada

hubungan bermakna antara kebiasaan

menonton televisi dengan kegemukan pada

anak.

Risiko anak dengan kebiasaan olahraga

sering menjadi gemuk adalah 0,08 kali

lipat lebih besar dibandingkan anak

dengan olahraga tidak sering. Namun

setelah diuji secara statistik (Chi-square),

didapatkan p < 0,05. Ada hubungan

bermakna antara kebiasaan olahraga

dengan kegemukan pada anak.

PEMBAHASAN

Penelitian tentang hubungan antara

faktor psikologis , kebiasaan makan , dan

aktivitas fisik dengan kegemukan pada

anak usia 6 - 7 tahun di SD Yapenka, SDN

03 Pafi, dan SDN 04 Pagi di Kelurahan

Cipete Selatan, Jakarta, Tahun 2013

dilaksanakan selama ± 6 minggu. Pada penelitian ini kami

menggunakan uji Chi-Square untuk

menganalisis domain yang terdapat pada

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 6

Page 7: jurnal IKM hubungan antara faktor psikologis, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik dengan kegemukan anak SD

LAPORAN PENELITIAN 2013

beberapa kuesioner yang kami lampirkan

yaitu, Strengths and Difficulties

Questionnaire, Children Physical Activity

Quesionnaire, Food Recall 2X24 hours

Questionnaire, serta kuesioner kebiasaan

makan, dan kuesioner aktivitas fisik.

Pada penelitian ini responden yaitu

anak usia 6-7 tahun sebagai responden

dibagi menjadi dua kategori yaitu anak

dengan status gizi gemuk dan anak dengan

status gizi tidak gemuk. Dimana

didapatkan anak gemuk berjumlah 24

orang (27,6%), sedangkan anak tidak

gemuk berjumlah 63 orang (72,4%).

Hubungan Faktor Psikologis dengan

Kegemukan Anak

Faktor psikologis yang dinilai

dalam penelitian ini meliputi 5 aspek, yaitu

gejala emosional untuk menilai masalah

emosi anak, masalah sosial anak, masalah

pergaulan anak, masalah hiperaktif anak,

dan masalah tingkah laku anak.

Berdasarkan tabel 5.2.2 terdapat

hubungan antara masalah emosi dengan

kegemukan pada anak, hal ini berdasarkan

uji chi-square didapatkan nilai p<0,05

(p=0,006) hal ini menunjukkan bahwa

hipotesis 0 ( Ho ) ditolak yaitu Ada

hubungan bermakna antara masalah emosi

dengan kegemukan pada anak. Sedangkan

hasil dari tabel 5.2.3 didapatkan p < 0,05.

Ada hubungan bermakna antara masalah

sosial dengan kegemukan pada anak. Serta

hasil dari tabel 5.2.4, setelah diuji secara

statistik (Chi-square), didapatkan p < 0,05.

Ada hubungan bermakna antara masalah

pergaulan dengan kegemukan pada anak.

Hal ini sesuai dengan pernyataan S.

Munsch dalam jurnalnya yang berjudul

Psychological correlates of childhood

obesity (International Journal of Obesity

2010) yang menyatakan bahwa anak

obesitas mengalam konflik internal

terhadap paradigma masyarakat terhadap

anak dengan obesitas yang membuat anak

dengan obesitas tersebut mengalami rasa

tidak puas pada dirinya, dan kurang

percaya diri, sehingga anak tersebut

mengalami beberapa kesulitan dalam

mengontrol emosi dan kesulitan untuk

beradaptasi sehingga anak dengan obesitas

cenderung mengalami kesulitan dalam

pergaulan. Menurut jurnal tersebut, S.

Munsch juga memaparkan mengenai

masalah psikologis anak yang sering

ditemukan juga yaitu Attention-deficit

hypereactivity disorders (ADHD), namun

hal tersebut kurang signifikan jika

dihubungkan oleh anak dengan obesitas.

Hal tersebut sesuai dengan hasil analisis

bivariat penelitian ini, yaitu dapat dilihat

pada tabel 5.2.5, diuji secara statistik (Chi-

square), didapatkan p= 0,104 (p > 0,05).

Hasil tersebut menunjukkan tidak ada

hubungan bermakna antara masalah

hiperaktif dengan kegemukan pada anak.

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 7

Page 8: jurnal IKM hubungan antara faktor psikologis, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik dengan kegemukan anak SD

LAPORAN PENELITIAN 2013

Hubungan Kebiasaan Makan dengan

Obesitas Anak

Kebiasaan makan yang dinilai

dalam penelitian ini meliputi 5 aspek, yaitu

asupan kalori lebih, kebiasaan makan fast

food, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan,

dan kebiasaan makan sayur dan buah.

Berdasarkan tabel 5.2.7 terdapat

hubungan antara asupan kalori lebih

dengan kegemukan pada anak, hal ini

berdasarkan uji chi-square didapatkan nilai

p<0,05 (p=0,02) hal ini menunjukkan

bahwa hipotesis 0 ( Ho ) ditolak yaitu Ada

hubungan bermakna antara masalah emosi

dengan kegemukan pada anak. Hasil ini

sesuai dengan penelitian yang pernah

dilakukan oleh M Aristo, Arief Cahyadi,

Andika Chandra, dkk (artikel penelitian

FK UI 2007) yaitu ada hubungan

bermakna antara asupan kalori dengan

prevalensi obesitas menurut klasifikasi

IMT dan Z-score. Sedangkan hasil dari

tabel 5.2.8 didapatkan p=0,322 (p < 0,05).

Mengenai kebiasaan sarapan tersebut telah

dijabarkan dalam International Journal

Obesity tahun 2010, dalam artikel

penelitian yang ditulis oleh CJ Huang dkk,

berjudul Association of Breakfast Skipping

with Obesity. Dalam penelitian tersebut

didapatkan hasil bahwa melewatkan

sarapan dapat memicu terjadinya obesitas.

Sedangkan hasil dari tabel 5.2.9 setelah

diuji secara statistik (Chi-square),

didapatkan p= 0,031 (p < 0,05), terdapat

hubungan antara kebiasaan makan fast

food dengan kegemukan. Hasil ini sesuai

dengan penelitian Nurjanah Hayati degan

judul Faktor-faktor Perilaku yang

Berhuubungan dengan Kejadian Obesitas

di Kelas 4 dan 5 SD Pembangunan Jaya

Bintaro, Tangerang Selatan tahun 2009

yang hasilnya menunjukkan ada hubungan

antara kebiasaan makan fast food dengan

kejadian obesitas.

Hubungan Faktor Aktivitas Fisik

dengan Kegemukan Anak

Faktor aktivitas fisik yang dinilai

dalam penelitian ini meliputi 3 aspek, yaitu

perilaku aktif anak, kebiasaan olah raga,

dan kebiasaan menonton tv. Berdasarkan

tabel 5.2.12 terdapat hubungan antara

aktivitas fisik dengan kegemukan pada

anak, hal ini berdasarkan uji chi-square

didapatkan nilai p<0,05 (p=0,024) hal ini

menunjukkan bahwa hipotesis 0 ( Ho )

ditolak yaitu Ada hubungan bermakna

antara aktivitas fisik dengan kegemukan

pada anak. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dipublikasikan oleh

International Journal of Obesity 2009

yaitu penelitian dari MI Goran dkk yang

berjudul Role of Psychal Activity in

Prevention of Obesity yang menunjukkan

bahwa aktivitas fisik yang kurang dapat

memicu kejadian obesitas. Sedangkan

hasil dari tabel 5.2.13 didapatkan p=0,000

(p < 0,05). Ada hubungan bermakna antara

kebiasaan olahraga dengan kegemukan

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 8

Page 9: jurnal IKM hubungan antara faktor psikologis, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik dengan kegemukan anak SD

LAPORAN PENELITIAN 2013

pada anak Hal ini tidak sesuai dengan

pernyataan Nurjanah Hayati dalam

penelitiannya yang berjudul Faktor-

Faktor Perilaku yang Berhubungan

Dengan Kejadian Obesitas di Kelas 4 dan

5 SD Pembangunan jaya Bintaro,

tangerang Selatan Tahun 2009 yang

menunjukkan hasil tidak bermakna

hubungan antara olahraga dengan angka

kejadian obesitas anak.

KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan

peneliti, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut.

- Presentase kejadian anak gemuk di SD

Yapenka, SDN 03 Pagi, SDN 04 Pagi di

kelurahan Cipete Selatan yang berusia

6-7 tahun berjumlah 24 orang (27,6%),

sedangkan anak tidak gemuk berjumlah

63 orang (72,4%).

- Diantara variabel dari faktor psikologis

seperti emosi, sosial, pergaulan, hiperaktif,

dan tingkah laku, terdapat hubungan

yang bermakna secara statistik pada

variabel emosi, sosial, dan pergaulan

terhadap kejadian anak gemuk usia 6-7

tahun di di SD Yapenka, SDN 03 Pagi,

SDN 04 Pagi kelurahan Cipete Selatan.

- Diantara variabel kebiasaan makan

seperti asupan kalori lebih, kebiasaan

sarapan, kebiasaan makan fast food,

kebiasaan jajan, serta makan buah dan

sayur hanya variabel makan buah dan

sayur yang ditemukan tidak terdapat

hubungan bermakna secara statistik

dengan kejadian anak gemuk usia 6-7

tahun di di SD Yapenka, SDN 03 Pagi,

SDN 04 Pagi kelurahan Cipete Selatan.

- Diantara variabel aktivitas fisik

seperti tingkat aktivitas, kebiasaan

menonton televisi, serta kebiasaan

olahraga, hanya variabel kebiasaan

olahraga yang ditemukan tidak

terdapat hubungan bermakna secara

statistik dengan kejadian anak gemuk

usia 6-7 tahun di di SD Yapenka, SDN

03 Pagi, SDN 04 Pagi kelurahan Cipete

Selatan.

Saran

Puskesmas

Dari kesimpulan diatas didapatkan

hampir semua aspek dari tiga kategori

dalam penelitian ini yaitu faktor

psikologis, kebiasaan makan dan aktivitas

fisik berperan dalam angka kejadian anak

gemuk anak usia 6-7 tahun di SD

Yapenka, SDN 03 Pagi, SDN 04 Pagi di

wilayah kelurahan Cipete Selatan. Dari

keterangan diatas, diharapkan puskesmas

untuk meningkatkan lagi kepedulian dan

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 9

Page 10: jurnal IKM hubungan antara faktor psikologis, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik dengan kegemukan anak SD

LAPORAN PENELITIAN 2013

upaya penanganan anak gemuk, dengan

edukasi kepada masyarakat melalui

kader dan pihak sekolah serta melakukan

pengembangan program penyuluhan gizi

pada orang tua dan murid serta digiatkan

kembali upayapemantauan kesehatan

murid di wilayah kerja puskesmas.

Peneliti

Peneliti menyadari masih banyak

kekurangan dalam melakukan penelitian

ini, tidak semua faktor diteliti dan

dianalisis dengan parameter yang tepat

karena keterbatasan waktu, dana, dan

tenaga. Oleh karena itu, sangat diharapkan

ada peneliti lain yang berminat

melanjutkan prnrlitian ini dengan membuat

penelitian lanjutan dan membahas lebih

mendalam lagi faktor-faktor lainnya selain

yang telah kami lakukan

demikesempurnaan penelitian ini. Jumlah

sampel dan waktu penelitian juga

disarankan untuk diperbesar agar dapat

melihat hasi yang lebih baik lagi.

Masyarakat

Perlunya perhatian lebih khususnya

orang tua anak untuk lebih meningkatkan

kepeduliannya terhadap masalah gizi anak,

serta menerapkan pola hidup yang sehat

dengan memperhatikan kebiasaan makan

anak maupun aktivitasnya dan memahami

perilaku anak dengan baik.

PENGHARGAAN

Pada kesempatan kali ini, penyusun

ingin mengucapkan banyak terima kasih

kepada dr. Novia I Sudharma, M epi

selaku pembimbing dari Fakultas

Kedokteran Universitas Trisakti, dr. Rina

K. Kusumaratna, Mkes, selaku kepala

bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti,

dr. Ni Putu selaku kepala puskesmas

Kecamatan Cilandak, kepala puskesmas

Cipete Selatan drg.Yariani, dr. Vibiayu

Putri selaku dokter penanggungjawab

mahasiswa Kedokteran Trisakti, dr.

Kalimatullah Al Ulya selaku pembimbing

mahasiswa Kedokteran Trisakti di

puskesmas Cipete Selatan.

Para dokter, paramedik, dan

seluruh staf puskesmas kecamatan

Cilandak dan kelurahan Cipete Selatan

serta semua pihak yang telah membantu

kami selama penyusunan peneltian ini.

Kami menyadari laporan penelitian

ini masih jauh dari sempurna. Atas segala

keterbatasan yang kami miliki, maka

semua saran dan kritikan yang

membangun akan kami terima dengan

lapang hati. Besar harapan kami semoga

laporan penelitian yang kami susun ini

dapat memberi manfaat yang besar pula

bagi teman-teman klinik, pembaca dan

kami sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 10

Page 11: jurnal IKM hubungan antara faktor psikologis, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik dengan kegemukan anak SD

LAPORAN PENELITIAN 2013

1. WHO. Childhood Obesity. 2010. (http://who.int/dietphysicalactivity/childhood_why/en/index.html, accessed on December 20th 2013)

2. CDC. Obesity In Children. 2010. (http://www.cdc.gov/heathyyouth/obesity/facts.html, accessed on Descember 21st 2013)

3. Kowalski K, Crocker P, Doner R. The Physical Activity Questionnaire (CPAQ). 2011. (http://performwell.org/index.php/findsurveyassessment, accessed on December November 22nd 2013.

4. RISKESDAS,Riset Kesehatan Dasar 2010, Balitbangkes Riset Kesehatan Dasar 2010. Status Gizi Anak Umur 6-12 Tahun. 2010( http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/2010/, accessed on November 29th

2013).

5. SK Kemenkes 2010, SK Kemenkes 2010. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak. 2010 (http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/11/buku-sk-antropometri-2010.pdf, accessed on Desember 2nd

2013).

6. Sartika RA. Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5-15 tahun di Indonesia. MAKARA 2011; 15: 37-43

7. Sartika RA. Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5-15 tahun di Indonesia. MAKARA 2011; 15: 37-43

8. Hardiansyah, Riyadi H, Napitupulu V. Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat. Departemen Gizi

Masyarakat FEMA IPB, Departemen Gizi FKUI 2012.

9. Hardiansyah, Riyadi H, Napitupulu V. Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat. Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB, Departemen Gizi FKUI 2012.

10. Rebound adiposity, Ronald-Cachera MF, Deheeger M, Maillot M, Bellisle F. Obesity in Children and Adults. Int J Obes 2006; 30: S11-7.

11. TV Viewing , National Obesity Observatory. TV Viewing and Obesity in Children and Older People.2012. ( http://www.noo.org.uk/uploads/doc/vid_15867_TV_viewing.pdf, accessed on December 5th 2013).

12. Sarapan, Huang CJ. Hu HT, Fan YC, Liao YM, Tsai PS. Associations of breakfast skipping with obesity and health-related quality of life: evidence from a national survey in Taiwan. Int J Obes 2010; 34:720-5.

13. Mariza Y. Kusumastuti A. Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan dan Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. JNC 2013; 2:207- 213.

14. Fastfood, Currie J, Vigna S, Moretti E, Pathania V. The Effect of Fast Food Restaurants on Obesity and Weight Gain. AEA 2010; 2: 32-63.

15. Mariza Y. Kusumastuti A. Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan dan Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. JNC 2013; 2:207- 213.

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 11

Page 12: jurnal IKM hubungan antara faktor psikologis, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik dengan kegemukan anak SD

LAPORAN PENELITIAN 2013

16. Psikologis, M L. Pérez. García K, Herrera R. Psychological, Behavioral and Familial Factors in Obese Cuban Children and Adolescents. MEDICC Review 2013; 15: 24-8.

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 12