jurnal keperawatan -...
TRANSCRIPT
-
Volume 3, Nomor 1, Tahun 2013 ISSN : 2086-9703
JURNAL KEPERAWATAN
Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Biomedik
di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun Akademik 2013-2014.
Pemberian Jus Labu Siam Terhadap Kadar Kolesterol Darah Pada Lansia Di Daerah Pesisir
Senggarang
Motivasi Belajar Bahasa Inggris Mahasiswa Stikes Hang Tuah Tanjungpinang
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Terhadap Pencegahan Penyakit Stroke Pada
Lansia Di Rw 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat
Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi Dengan Tindakan Pencegahan Hipertensi Pada
Lansia
Pengaruh Air Rebusan Buah Mahkota Dewa Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita
Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang
Perbandingan Keefektifan Belimbing Manis Dan Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kota Tanjungpinang
Penerbit:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang
Kepulauan Riau, Indonesia
-
JURNAL KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
VOLUME 3 NOMOR 1 TAHUN 2013
PENELITIAN HAL
Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah
Biomedik di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun Akademik 2013-2014.
(Nur Meity Sulistia Ayu)
225 - 249
Pemberian Jus Labu Siam Terhadap Kadar Kolesterol Darah Pada Lansia Di Daerah
Pesisir Senggarang Tahun 2014
(Endang Abdullah, Lidia Wati, Komala Sari)
250 - 256
Motivasi Belajar Bahasa Inggris Mahasiswa Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun
2014
(Umu Fadhilah)
257 - 299
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Terhadap Pencegahan Penyakit
Stroke Pada Lansia Di Rw 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat Tahun 2013
(Nurmalitasari)
300 - 310
Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi Dengan Tindakan Pencegahan
Hipertensi Pada Lansia
(Marisi Manalu)
311 - 323
Pengaruh Air Rebusan Buah Mahkota Dewa Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah
Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang
Tahun 2013
(Arifin Chan, Soni Hendra Sitindaon, Dian Tri Raharjo)
324 - 329
Perbandingan Keefektifan Belimbing Manis Dan Mentimun Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kota
Tanjungpinang
(Yudith Rezki Noviansyah,Yusnaini Siagian, Nurul Husni)
330 - 338
-
JURNAL KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
Terbit dua kali setahun pada bulan Januari dan Juli
Penanggung Jawab :
Heri Priatna
Penasehat :
Nur meity Sulistia Ayu
Penyunting :
Ketua :
Ernawati
Sekretaris :
Rian Yuliana
Bendahara :
Ria Muazizah
Penyunting Pelaksana :
Wasis Pujiati
Liza Wati
Yusnaini Siagian
Hotmaria Julia Dolok Pasaribu
Linda Widiastuti
Pelaksana Tata Usaha:
Siti Halimah
Cian Ibnu Sina
Ummu Fadhilah
Distribusi dan Pemasaran :
Agus Bahtiar
Ade Pardi
Anas Fajri
Alamat Redaksi:
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
Jl. Baru Km.8 atas Tanjungpinang 29122
Kepulauan Riau - Telp / Fax. (0771) 8038388
-
PRAKATA
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang berfungsi untuk memfasilitasi
para penulis ilmiah keperawatan dan non keperawatan menghasilkan karya-karya terbaiknya
melalui penulisan karya ilmiah untuk menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan.
Bertolak dari pandangan diatas maka Stikes Hang Tuah Tanjungpinang merasa perlu
memberikan wadah bagi para dosen/peneliti dalam bidang keperawatan baik dari Stikes Hang
Tuah Tanjungpinang maupun dari luar untuk turut menyebarluaskan hasil penelitiannya.
Diharapkan Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Stikes Hang Tuah ini mampu menambah
khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi bagi para
dosen-dosen yang lain agar melakukan penelitian.
Pembaca yang budiman, semoga jurnal ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi
pembaca. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan jurnal. Oleh
karena itu tak lupa kami mohon saran dan kritik demi kelancaran penerbitan edisi jurnal
keperawatan berikutnya.
Tanjungpinang, Januari 2013
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
Drs.Heri Priatna, SStFT,SKM, MM
-
225
PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MAHASISWA PADA MATA KULIAH BIOMEDIK DI STIKES HANG
TUAH TANJUNGPINANG TAHUN AKADEMIK 2013-2014.
Nur Meity Sulistia Ayu1
ABSTRAK
Prestasi belajar mahasiswa dapat dipengaruhi oleh gaya belajar. Setiap mahasiswa memiliki satu gaya belajar yang
dominan apakah visual, auditori atau kinestetik. Mata kuliah Biomedik adalah mata kuliah dasar dalam ilmu
keperawatan yang harus dikuasai oleh setiap mahasiswa keperawatan untuk menjadi perawat profesional.
Penguasaan kompetensi mahasiswa pada mata kuliah Biomedik ditunjukkan melalui prestasi belajar mahasiswa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Stikes
Hang Tuah Tanjungpinang pada mata kuliah Biomedik Tahun Akademik 2013-2014. Peneltian ini merupakan
studi korelasi dengan populasi semua mahasiswa Stikes hang Tuah Tanjungpinang yang mengambil mata kuliah
Biomedik TA 2013-2014. Sampel penelitian ini menggunakan teknik total sampling berjumlah 83 mahasiswa.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki gaya belajar visual (68,67%) dan
memiliki indeks prestasi rendah (74,69%). Analisis uji statistik menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa
value < (0,001 < 0,05) yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara gaya belajar ternadap indeks prestasi
mahasiswa pada mata kuliah Biomedik Stikes Hang Tuah Tanjungpinang TA. 2013-2014. Penelitian ini
merekomendasikan hendaknya mahasiswa bisa mengenali gaya belajar yang sesuai dengan dirinya, sehingga jika
metode/strategi pada saat proses belajar mengajar di kelas tidak sesuai dengan gaya belajarnya, mahasiswa mampu
menentukan sendiri cara yang paling mudah baginya untuk menyerap pelajaran yang diberikan baik itu pada saat
belajar di kelas maupun di Laboratorium.Institusi dapat memrogamkan dosen mengikuti pelatihan pengembangan
metode dan strategi pembelajaran.
Kata kunci : Gaya belajar, Prestasi Belajar, Biomedik, Mahasiswa Keperawatan.
Daftar Pustaka : 26 (1997-2009)
ABSTRACT
Student achievement can be influenced by the style of learning. Each student has a dominant learning style wether
is visual, auditory or kinesthetic. Biomedical major are basic courses in nursing science that must be mastered by
every nursing students to become professional nurses. Mastery of competencies of students in the course of
Biomedical demonstrated through the academic achievement of students. The purpose of this study was to analize
the influence of learning style to academic achievement in Biomedical major of student Stikes Hang Tuah
Tanjungpinang in academic year 2013-2014. This study is a correlation study with populations of all students
Stikes Hang Tuah Tanjungpinang who took Biomedical major in academic year 2013-2014. This research samples
using total sampling technique amounted to 83 students. The results showed that most respondents have a visual
learning style (68.67%) and has a low performance index (74.69%). Statistical test analysis using Chi-Square test
showed that the value < (0.001
-
238
LATAR BELAKANG
Pendidikan nasional yang
berdasarkan Pancasila dan Undang
undang dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta
beradaban bangsa yang martabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembang potensi
perserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhklaq mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
manjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan salah satu
hal yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik
dalam keluarga, masyarakat dan bangsa.
Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh
tingkat keberhasilan pendidikan. Dan
keberhasilan pendidikan akan dicapai suatu
bangsa apabila ada usaha untuk
meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu
sendiri. Guna menujudkan fungsi tersebut
pemerintah menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional sebagaiman tercantum
dalam Undang undang Nomer 20 tahun
2003 tentang sistem Pendidikan Nasional.
Mampu menjamin pemeratan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu dan
relevansi serta efisiensi manajemen
pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu usaha
untuk membantu perserta didik dalam usaha
mengembangkan dan menitikberatkan pada
kemampuan pengetahuan, kecakapan nilai
sikap serta pola tingkah laku yang berguna
bagi hidupnya. Dalam pendidikan terjadi
suatu kegiatan belajar dimana kegiatan
belajar tersebut terdapat beberapa hal pokok
yang terjadi. Dengan belajar akan
membawa pada perubahan, dan perubahan
tersebut terjadi karena adanya usaha dan
kecakapan meraih prestasi dalam proses
belajar mengajar di sekolah interaksi antara
dosen dan minat amat penting karena
interaksi yang terjadi ini akan
mempengaruhi output dalam membimbing
dan mengarahkan mahasiswa untuk
melakukan pemusatan perhatian terhadap
suasana yang diharapkan mahasiswa.
Setiap orang belajar dengan
berbagai cara yang berbeda-beda dan semua
cara sama baiknya. Kenyataannya, kita
semua memiliki gaya belajar hanya
biasanya satu gaya mendominasi.menurut
Baldler dan Grinder dalam Bobbi De porter
(2000:85) Meskipun banyak orang
memiliki akses ketiga modalitas visual,
auditorial, dan kinestetik hampir semua
orang cenderung pada satu modalitas
belajar yang berperan sebagai saringan
untuk pembelajaran, modalitas, mereka
juga memanfaatkan kombinasi modalitas
-
239
tertentu yang memberikan mereka bakat
dan kekurangan alami tertentu.
Menurut kamus besar ilmu
pengetahuan (2006), gaya (lat: tyus menjadi
yun:tipus yang diguratkan, modal,cetakan)
penjabaran ilmu wakat tentang pembagian
dalam manusia dalam golongan menurut
watak masing-masing. Pembagian manusia
dalam tipe-tipe (jenis-jenis) dan
penggambaran tipe itu.
Tugas utama mahasiswa untuk
mencapai prestasi belajar dan tujuan
pendidikan adalah melalui kegiatan belajar.
Kegiatan belajar yang berlangsung baik
akan membantu tercapainya sebuah prestasi
yang memang sesuai dengan potensi dan
keahlian yang dimilikinya. Berapa aspek
keahlian yang dimiliki oleh mahasiswa
adalah keahlian dalam aspek kognitif,
efektif dan psikomotor. Menurut Bobbi De
Porter (2000:85) Kesulitan belajar itu
sendiri cukup membuat mahasiswa
memahami diri atau mengalami downshift
menyebabkan belajar mandek. Mahasiswa
dhadapi dua masalah yaitu belajar yang
sulit dan resiko jika tidak mengetahui cara
belajar untuk mengatasi masalah tersebut
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hang Tuah Tanjungpinang didirikan pada
tahun 2007 dengan SK Dirjen Dikti No.
195/D/O./2007 dengan visi organisasi
yakni: Pada tahun 2017 STIKES Hang
Tuah Tanjungpinang menjadi institusi
pendidikan tinggi kesehatan unggulan di
Provinsi Kepulauan Riau, berdaya saing
global yang berwawasan kepulauan, dan
menjunjung tinggi nilai budaya bangsa serta
berjiwa pancasila. STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang memiliki tiga Program
Studi mulai dari Diploma Tiga
Keperawatan, Sarjana Keperawatan hingga
Profesi Ners. Mata kuliah Biomedik adalah
mata kuliah dasar dalam ilmu keperawatan
yang harus dikuasai oleh setiap perawat
professional. Berdasarkan studi
pendahuluan pada September 2013
mahasiswa memiliki cara yang berbeda satu
sama lainnya, ada yang gemar mencatat
atau meringkas apa yang dijelaskan oleh
dosen atau yang ditulis dipapan tulis. Ada
pula yang senang mendengarkan dan ada
juga yang lebih suka praktek mengerjakan
soal secara langsung atau
mendemonstrasikan. Melalui cara seperti
itulah yang menjadi gaya belajar setiap
mahasiswa secara individu.
Hal tersebut memiliki kaitan yang
erat dalam mendukung proses belajar
dimana proses belajar yang baik akan
sengat membantu mahasiswa dalam
memahami mata pelajaran dengan baik dan
tentunya bias mengetahui kesulitan belajar
mahasiswa yang sedang dhadapi dan
berusaha untuk mencari permecahannya
-
240
sehingga tercapailah tujuan dari
pembelajaran, selain itu tercapailah prestasi
belajar yang memuaskan bagi mahasiswa.
Tetapi berdasarkan pengamatan
selama ini yang terjadi tidaklah demikian
dalam arti tidak semua mahasiswa dengan
gaya belajar yang berbeda-beda dengan
tingkat kesulitan yang sama ketika
mengerjakan soal mendapatkan prestasi
belajar yang sama baiknya. Hal inilah yang
menimbulkan sebuah permasalahan apakah
ada keterkaitan anatar gaya belajar dalam
hal ini khususnya tipe belajar dan terhadap
prestasi belajar.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti
tertarik meneliti Pengaruh Gaya Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pada
Mata Kuliah Biomedik di Stikes Hang Tuah
Tanjungpinang Tahun Akademik 2013-
2014.
BAHAN DAN METODE
PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis
penilitian cross sectional yang menekankan
pada waktu pengukurann observasi data
variabel independen dan dependen hanya
satu kali, pada satu saat. Tidak semua
subjek penelitian harus diobservasi pada
hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi
baik variabel independen maupun dependen
dinilai hanya satu kali saja.
Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa yang mengikuti mata kuliah
Biomedik di Stikes Hang Tuah
Tanjungpinang Tahun Akademik 2013-
2014. Pengambilan sampel menggunakan
metode total sampling berjumlah 83
mahasiswa. Waktu penelitian ini dilakukan
pada Oktober 2013 sampai April 2014.
Peneliti menggunakan metode
angket tertutup yaitu terdiri atas pertanyaan
dengan jumlah jawaban tertentu sebagai
pilihan dengan kata lain responden tinggal
memilih jawaban yang tersedia untuk
mendapatkan informasi mengenal diri
responden. Penelitian ini juga
menggunakan metode dokumentasi dari
hasil ujian UTS dan UAS serta ujian harian
(pre test/post test) pada mata kuliah
Biomedik yang di rekapitulasi menjadi nilai
indeks prestasi (IP) mata kuliah Biomedik.
HASIL PENELITIAN
1. Analisis Univariat
Analisis univariat ini untuk
mendeskripsikan distribusi frekuensi
distribusi frekuensi gaya belajar mahasiswa
dan distribusi indeks prestasi mahasiswa
pada mata kuliah Biomedik di Stikes Hang
Tuah Tanjungpinang Tahun Akademik
2013-2014.
a. Gaya Belajar Mahasiswa
-
241
Berdasarkan hasil kuesioner
mengenai gaya belajar mahasiswa yang
mengambil mata kuliah Biomedik di Stikes
Hang Tuah Tanjungpinang Tahun
Akademik 2013-2014 didapatkan gambaran
sebaran distribusi frekuensi yang disajikan
dalam bentuk prosentase sebagai berikut:
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Gaya Belajar Mahasiswa
Stikes Hang Tuah TA. 2013-2014 (N= 83)
Gaya Belajar Jumlah
(n)
Prosentase
(%)
Visual
Auditori
Kinestetik
57
17
9
68,67%
20,48%
10,84%
Jumlah (N) 83 100%
Tabel 1 menunjukkan bahwa
mayoritas responden memiliki gaya belajar
visual (68,67 %) dan minoritas responden
yang memiliki gaya belajar kinestetik
(10,84%).
b. Indeks Prestasi Mahasiswa
Berdasarkan hasil observasi data
sekunder dari Bagian Administrasi
Akademik (BAAK) didapatkan data indeks
prestasi mahasiswa yang mengambil mata
kuliah Biomedik di Stikes Hang Tuah
Tanjungpinang Tahun Akademik 2013-
2014 didapatkan gambaran sebaran
distribusi frekuensi yang disajikan dalam
bentuk prosentase sebagai berikut:
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Indeks Prestasi Mahasiswa pada
Mata Kuliah Biomedik
Stikes Hang Tuah TA. 2013-2014 (N= 83)
Gaya Belajar Jumlah
(n)
Prosentase
(%)
Tinggi > 2,75
Rendah
-
242
Tabel 3.
Analisis Pengaruh Gaya Belajar terhadap Prestasi
Belajar Mahaiswa pada Mata Kuliah Biomedik Stikes
Hang Tuah TA. 2013-2014 (N= 83)
Gaya
Belajar
Mhs
Prestasi Belajar Total
value Rendah Tinggi
n % n % n %
Visual 44 77,19 13 22,81 57 100 0,001
Auditori 10 58,82 7 41,18 17 100
Kinestet
ik
7 77,77 2 22,23 9 100
Total 62 74,69 21 25,30 83 100
= 0,05
Tabel 3 memperlihatkan bahwa
responden dengan gaya belajar auditori
memiliki prosentase hampir seimbang
antara yang memiliki indeks prestasi tinggi
(41,18) dengan yang rendah (58,82%).
Sedangkan responden dengan gaya belajar
visual dan kinestetik mayoritas memiliki
indeks prestasi rendah. Analisis uji Chi
Square di peroleh bahwa value sebesar
0,001 lebih kecil dibandingkan dengan nilai
= 0,05 yang artinya bahwa Ho ditolak.
Hasil analisis menyimpulkan bahwa ada
pengaruh antara gaya belajar ternadap
indeks prestasi mahasiswa pada mata kuliah
Biomedik Stikes Hang Tuah
Tanjungpinang TA. 2013-2014.
PEMBAHASAN
1. Gaya belajar mahasiswa pada
mata kuliah Biomedik TA. 2013-2014.
Gaya belajar adalah kunci untuk
mengembangkan kinerja dalam pekerjaan,
di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar
pribadi. Ketika menyadari bahwa
bagaimana seseorang menyerap dan
mengolah informasi, belajar dan
berkomunikasi menjadi sesuatu yang
mudah dan menyenangkan (Nunan, 1991:
168). Gaya belajar merupakan cara
termudah yang dimiliki oleh individu dalam
menyerap, mengatur dan mengolah
informasi yang masuk ke otak. Sedangkan
menurut Zaini (2002) gaya belajar atau tipe
belajar adalah karakteristik atau pilihan
individu untuk mengumpulkan informasi,
menafsirkan, mengorganisasi, merespon,
dan memikirkan informasi yang diterima.
Nilai pada variabel gaya belajar
diperoleh dari perhitungan jawaban yang
diberikan kepada mahasiswa pada
kuesioner. Hasil jawaban mahasiswa
selajutnya diskoring sesuai dengan rumus
dan hasilnya berupa skor. Dalam
pertanyaan yang diajukan terdapat 3 option
jawaban yang menunjukkan bahwa apabila
jawaban yang paling dominan pada kolom
A maka mahasiswa bergaya belajar visual,
jika dominan pada kolom B maka
mahasiswa bergaya belajar auditory dan
jika dominan jawaban di kolom C maka
mahasiswa bergaya belajar kinestetik.
-
243
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden memiliki
gaya belajar visual dan Auditori dan
sebagian kecil dari responden yang diambil
memiliki gaya belajar kinestetik. Felder &
Soloman (2001) menyatakan bahwa
kebanyakan orang-orang adalah pelajar
visual dan hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Liu dan Ginther (1999)
yang menemukan bahwa sebagian besar
pelajar di Amerika merupakan pelajar
visual (40%), 20-30% adalah pelajar
auditori dan 30-40% adalah kinestetik,
visual/kinestetik atau kombinasi dari tipe
belajar tersebut (Sankey, 2001).
Menggunakan strategi
pembelajaran kombinasi visual dan
auditorial atau auditori dan kinestetik dalam
belajar dapat meningkatkan minat siswa
dalam belajar matematika karena dalam
pembelajaran kombinasi dilakukan diskusi
dan memeragakan dalam kelompok, disini
seluruh panca indera mahasiswa bekerja
sehingga mahasiswa lebih focus dan
konsentrasi dan dituntun untuk aktif, saling
bekerja sama dengan teman
sekelompoknya, siswa yang kurang paham
pada materi yang dipelajari dapat bertanya
kepada teman yang lebih paham, dan untuk
siswa auditori membantu siswa
mengembangkan kemampuannyadalam
belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas
persentase keterlibatan mahasiswa dalam
proses pembelajaran secara umum
menunjukan peningkatan, sesuai dengan
peryataan yang diungkapan oleh Rose
(2002) bahwa pembelajaran
multisensoriakan menjadi solusi bagi gaya
belajar yang berbeda yang dimiliki siswa.
Jika mahasiswa menggunakan teknik dan
cara yang paling sesuai dengan
kecendrungan gaya belajar yang
dimilikinya, maka mahasiswa akan
menyerap pelajaran dengan lebih mudah
dan efesien.
Pada jawaban yang diperoleh, ada
beberapa mahasiswa yang mengatakan
bahwa lebih senang apabila dosen memberi
tugas yang dikerjakan secara berkelompok.
Hal ini mengindikasikan kecenderungan
gaya belajar sosial. Selanjutnya ada
mahasiswa yang lebih suka dosen
menjelaskan materi kuliah secara jelas dan
terperinci. Strategi belajar kelompok
memungkinkan kegiatan turotial di antara
mahasiswa sendiri, sehingga diharapkan
mengurangi rasa malu untuk bertanya.
Lebih dari itu, mahasiswa lebih percaya diri
jika penyelesaiaan jawabannya mirip
dengan temannya.
Pembelajaran secara berkelompok
selain memiliki keunggulan pemahaman
yang diperoleh secara mandiri dan kegiatan
-
244
tutorial diantara teman sekaligus memiliki
kelemahan jika ada mahasiswa yang pasif
dan titip nama pada kelompoknya. Dari
sudut pandang pengampu, strategi ini
mengurangi sebagian beban dosen untuk
memahamkan mahasiswa karena dosen
hanya berfungsi sebagai fasilitator yang
membimbing proses penyelesaian dengan
menunjukkan materi yang relevan untuk
dirujuk sebagai panduan. Kelemahannya
tidak semua dosen bersedia berkeliling
kelas memantau karya kelompok.
2. Distribusi indeks prestasi mahasiswa
pada mata kuliah Biomedik TA. 2013-
2014.
Hasil penelitian menunjukan
sebagian besar responden menunjukkan
indeks prestasi belajar rendah. Dalam hal
ini pelajar dengan gaya belajar kinestetik
lebih sedikit dengan pelajar visual dan
audio namun mayoritas pelajar kinestetik
mendapatkan indeks prestasi pada mata
kuliah Biomedik yang rendah, sedangkan
untuk gaya belajar visual dan audio
sebagian mahasiswanya masih menunjukan
indeks prestasi tinggi.
Menurut pengamatan peneliti,
sebagian mahasiswa dengan gaya belajar
kinestetik ini sebenarnya termasuk kategori
mahasiswa berprestasi, namun kesalahan
metode pembelajaran yang dilakukan oleh
dosen saat mengajar dikelas yang hanya
terfokus untuk pelajar visual dan audio
sehingga membuat mahasiswa tidak
mampu mengembangkan potensinya.
Dosen dapat menggunakan lebih banyak
metode pembelajaran di laboratorium yang
sesuai dengan gaya belajar kinestetik.
Kegiatan pembelajaran di
laboratorium merupakan metode yang tepat
untuk menstimulasi mahasiswa dengan
gaya belajar kinestetik, hal ini disebabkan
kecenderungan orang kinestetik dalam
menangkap pelajaran yang mereka terima
dengan cara menyentuhnya dan
memperagakannya secara langsung.
Sedangkan untuk mahasiswa dengan gaya
belajar visual dan audio cenderung
mendapatkan hasil belajar memuaskan
dengan metode ceramah maupun visualisasi
yang dapat dilaksanakan di kelas. Hal ini
menunjukkan bahwa metode/strategi yang
digunakan pada saat proses belajar
mengajar berlangsung yang sesuai dengan
tipe belajar mahasiswa akan berpengaruh
pada hasil belajar mahasiswa.
Beberapa peneliti telah menemukan
bahwa kecocokan atau ketidakcocokan
antara strategi pengajaran dengan gaya
belajar secara signifikan mempengaruhi
keberhasilan pelajar (Dunn, dkk, 1989
dikutip dari Pranata, 2009). Penelitian yang
dilakukan oleh Pangabean (2009) juga
menunjukkan sebagian besar mahasiswa
-
245
yang mendapatkan hasil belajar sangat
memuasakan didapat pada pelajar visual
(72,5%) ini disebabkan metode
pembelajaran yang dilakukan cenderung
menguntungkan pelajar visual dengan
menggunakan metode LCD, OHP dan white
board. Hal yang sama juga dibuktikan
dalam penelitian Sundari (2009)
menunjukkan sebagian besar mahasiswa
yang mendapat prestasi belajar sangat
memuaskan didapat pada pelajar visual
(n=28, 50,9%) hal ini juga disebabkan
metode pembelajaran yang digunakan
didalam kelas dengan metode ceramah,
diskusi dan visualisasi cenderung
menguntungkan mahasiswa dengan gaya
belajar visual.
Penelitian yang berkaitan dengan
hal ini juga telah dilakukan oleh Husain
(2000) dengan hasil penelitian bahwa
kelompok visual tidak memperoleh
pencapaian belajar yang lebih baik dari
kelompok audio dan kinestetik, hal ini
disebabkan proses pembelajaran yang
dilakukan cenderung menguntungkan
pelajar audio dan kinestetik yaitu dengan
menstimulasi pendengaran dan peragaan
pengucapan bahasa kedua. Sehingga dapat
dibuktikan mahasiswa yang diberikan
pembelajaran yang sesuai dengan gaya
mengajar dosen akan memperoleh hasil
belajar yang lebih baik. Oleh karena itu,
peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan
variasi dalam metode/strategi mengajar
dengan gaya belajar mahasiswa baik gaya
visual, audio dan kinestetik akan sangat
membantu mahasiswa dalam memperoleh
hasil maupun prestasi belajar yang optimal.
3. Pengaruh Gaya Belajar
terhadap Prestasi Belajar Mahaiswa
pada Mata Kuliah Biomedik Stikes Hang
Tuah TA. 2013-2014
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
gaya belajar mahasiswa terhadap indeks
prestasi mahasiswa pada Mata Kuliah
Biomedik Stikes Hang Tuah TA. 2013-
2014. Gaya belajar sangat berpengaruh
terhadap indeks prestasi mahasiswa
mahasiswa karena kecenderungan kepuasan
sebagian besar mahasiswa diukur dari
kelulusan pada mata kuliah dari pada
pemahaman terhadap isi mata kuliah.
Akibat dari alasan di atas bahwa setelah
selesai menempuh suatu mata kuliah
mahasiswa cenderung lupa.
Pengaruh gaya belajar dalam
prestasi adalah proses cara belajar siswa itu
sendiri dalam memahami materi yang telah
diberikan. Gaya belajar yang tidak baik
maka hasilnya tidak akan baik pula. Mutu
pendidikan dan lingkungan sekitarpun juga
menentukan prestasi dalam belajar. Maka
dari itu gaya belajar sangatlah berpengaruh
dalam prestasi belajar. Prestasi belajar yang
-
246
baik pasti ditentukan oleh bagaimana proses
belajar dia untuk menuju hasil prestasi yang
baik. Proses atau gaya belajar pasti berbeda-
beda dan masing-masing memiliki gaya
belajar sendiri-sendiri.
Dosen seringkali tidak
mengidentifikasi gaya belajar mahasiswa
untuk menentukan strategi
pembelajarannya. Hal ini disebabkan
karena jumlah mahasiswa dalam satu kelas
terlalu besar, sehingga seringkali dosen
lupa bahwa pada program studi memiliki
karakteristik yang berbeda. Perbandingan
teori dan praktik seringkali tidak
memperhatikan gaya belajar mahasiswa
selama strategi praktik dilaksanakan, pada
hal tidak semua mahasiswa memiliki gaya
belajar pemahaman konsep melalui
praktikum atau pengalaman. Gaya belajar
seharusnya disesuaikan dengan
karakteristik mata kuliah sehingga dapat
dirumuskan strategi pembelajaran yang
beragam yang dimungkinkan strategi
tersebut lebih mempengaruhi prestasi
belajar mahasiswa program studi
pendidikan biologi.
Gaya belajar memiliki nilai positif
dan negatif begitu juga dengan dampaknya
kepada orang tersebut dan di sekelilingnya.
Memang betul ada pola belajar yang tidak
baik dan karena itu menghasilkan prestasi
belajar yang buruk tetapi kalau pola belajar
baik sudah dijamin mendapat hasil yang
memuaskan. Mutu pendidikan yang pun
juga mempengaruhi kelangsungan pola
belajar seorang murid begitu juga dengan
lingkungan murid tersebut. Tetapi yang
paling mempengaruhi pola belajar terhadap
prestasi belajar adalah murid itu sendiri.
Jika dia punya motivasi yang tinggi untuk
mengembangkan pola belajar maka pola
belajar tersebut akan membaik dan hasil
prestasinyapun juga akan membaik
(Sularso, 2006).
4. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam
deskriptif korelasi yang hanya bertujuan
untuk menghubungkan pengaruh gaya
belajar mahasiswa terhadap indeks prestasi
mahasiswa pada mata kuliah Biomedik.
Oleh karena itu peneliti tidak dapat melihat
lebih lanjut apakah gaya belajar mana yang
paling berpengaruh terhadap indeks prestasi
mahasiswa.
Instrumen penelitian ini hanya
menggunakan lembar observasi untuk
melihat hasil Indeks Prestasi mata kuliah
Biomedik. Sedangkan indikator untuk
melihat prestasi belajar tidak hanya dari
nilai IP saja, tetapi banyak indikator lainnya
yang dapat digunakan untuk mengetahui
prestasi belajar seseorang seperti
kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual.
-
247
PENUTUP
Kesimpulan penelitian ini adalah
bahwa sebagian besar responden memiliki
gaya belajar visual (68,67 %) dan auditori
(20,48%) dan sebagian kecil dari responden
yang diambil memiliki gaya belajar
kinestetik (10,84%). Sebagian besar
responden responden menunjukkan indeks
prestasi belajar rendah (74,69%). Hasil
penelitian juga menyimpulkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara gaya
belajar mahasiswa terhadap indeks prestasi
mahasiswa pada Mata Kuliah Biomedik
Stikes Hang Tuah TA. 2013-2014 dengan
value sebesar 0,001.
Penelitian menyarankan
hendaknya mahasiswa bisa mengenali gaya
belajar yang sesuai dengan dirinya,
sehingga jika metode/strategi pada saat
proses belajar mengajar di kelas tidak
sesuai dengan gaya belajarnya, mahasiswa
mampu menentukan sendiri cara yang
paling mudah baginya untuk menyerap
pelajaran yang diberikan baik itu pada saat
belajar di kelas maupun ketika belajar di
Laboratorium pada mata kuliah Biomedik.
Dosen juga disarankan perlu
melakukan penyesuaian metode dan
strategi dalam mengajar dengan gaya
belajar mahasiswa ketika proses belajar
mengajar berlangsung dan menyadari
adanya perbedaan gaya belajar setiap
mahasiswa. Dosen juga perlu memodifikasi
strategi, media dan metode mengajar yang
menarik minat mahasiswa sehingga
diperoleh hasil belajar yang optimal.
Perlu dilakukan identifikasi
terhadap gaya belajar mahasiswa secara
periodik sehingga gambaran gaya belajar
mahasiswa akan diketahui secara
keseluruhan. Institusi memrogamkan bagi
dosen untuk mengikuti pelatihan-pelatihan
yang berhubungan dengan pengembangan
metode dan strategi mengajar.
Peneliti selanjutnya disarankan
untuk melakukan penelitian dengan desain
dan metode penelitian yang berbeda
berkaitan dengan gaya belajar mahasiswa
dan prestasi belajar mahasiswa baik pada
mata kuliah Biomedik atau mata kuliah
yang lainnya. Peneliti dapat memperbanyak
lagi responden serta lebih memperbanyak
lagi faktor-faktor apakah yang
mempengaruhi hasil prestasi belajar.
KEPUSTAKAAN
Abdullah, E. (2009). Profil Stikes Hang
Tuah Tanjungpinang:
Tanjungpinang: Stikes Hang Tuah.
Adisendjaja, Y. H. (2008) Sains dan
Pembelajaran Sains, Bandung:
Jurusan Pendidikan Biologi
FPMIPA UPI
-
248
A.M.R Santoso. (2001) Right Brain.
Mengembangkan Kemampuan Otak
Kanan Untuk Kehidupan Yang
Lebih berkualitas, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Arikunto, S. (2007). Manajemen
Penelitian, Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Dalyono, M. (1997). Psikologi Pendidikan,
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Danim, S. (2003). Riset Keperawatan
Sejarah & metodologi, Jakarta: EGC.
Departemen Ilmu Keperawatan FK USU.
(2007). Buku Panduan Program
Pendidikan Akademik Program
Studi Ilmu Keperawatan, Medan:
USU Press.
Deporter, B, dkk. (2004). Quantum
Teaching:Mempraktikkan Quantum
Learning di Ruang-ruang Kelas,
Bandung: Kaifa.
Deporter, B & Hernacki, M. (2003).
Quantum Learning:Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan,
Bandung: Kaifa.
Felder, R & Soloman, B. 2001. Learning
Styles and Strategies. Dikuti dari :
http://www2.ncsu.edu Dibuka
tanggal 21 juni 2010
Husain, D. (2000). Learning and
Personality Styles in Second
Language Acquisition : Gaya Belajar
dan Gaya Kepribadian dalam
Perolehan Bahasa Kedua. Dikutip
dari : http://www.pascaunhas.net
Dibuka tanggal 12 Juni 2010
Ir. Winardi, A. (2008). Memahami Gaya
Belajar Anak.
http://www.bpkpenabur-bdg.sch.id
Dibuka tanggal 20 Juni 2010
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT.
Asdi Mahasatya.
Nurhidayah R, Endah dkk, (2009). Buku
Penuntun Teori Praktikum
Keperawatan Dasar, Medan: USU
Press.
Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan
Metodologi Riset Keperawatan,
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
http://www2.ncsu.edu/http://www.pascaunhas.net/http://www.bpkpenabur-bdg.sch.id/
-
249
Pollit & Hungler. (1999). Nursing Research
Principles and Methodes,
Philadelpia: Lippincott.
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar.
(Bandung: Bumi Aksara, 2006), h.
30.
Pranata, M. (2009). Menyoal
Kecocoktidakan Gaya Pembelajaran
Desain. Dikutip dari :
http://desaingrafisindonesia.files.wor
dpress.com Dibuka tanggal 12
September 2010.
Santoso, Singgih. (2006). Menguasai
Statistik di Era Informasi dengan
SPSS 15, Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya, Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Susanto, H. (2006). Meningkatkan
Konsentrasi Siswa Melalui
Optimalisasi Modalitas Belajar
Siswa. Diambil tanggal 18 Oktober
2009 dari
http://www.bpkpenaburbdg.sch.id
Syah, Muhibbin. (2003). Psikologi Belajar,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. 1994. Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Edisi 2.,
Jakarta: Balai Pustaka.
Pangabean, A. (2009). Gambaran Prestasi
Belajar Mahasiswa PSIK FK USU
Program Reguler Berdasarkan Tipe
Belajar Mahasiswa, Skripsi
Penelitian Program studi Ilmu
keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Tidak
dipublikasikan.
Sundari. (2009). Hubungan Tipe Belajar
dengan Prestasi Belajar Mahasiswa
Program Ekstensi Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera
Utara, Skripsi Penelitian Program
studi Ilmu keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera
Utara. Tidak dipublikasikan.
1. Nur Meity Sulistia Ayu, S. Kep, Ns, M.
Kep, CWT : Dosen STIKES Hang
Tuah Tanjungpinang.
http://desaingrafisindonesia.files.wordpress.com/http://desaingrafisindonesia.files.wordpress.com/http://www.bpkpenaburbdg.sch.id/
-
250
PEMBERIAN JUS LABU SIAM TERHADAP KADAR
KOLESTEROL DARAH PADA LANSIA DI DAERAH PESISIR
SENGGARANG
Endang Abdullah1, Lidia Wati2, Komala Sari3
ABSTRAK
Pola makanan modern sekarang yang banyak mengandung kolesterol, disertai intensitas makan yang tinggi, stres
yang menekan sepanjang hari, obesitas dan merokok membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan.
mengkonsumsi obat kimia yaitu obat golongan Statin, dapat menimbulkan efek samping, diantaranya kerusakan
otot. Labu siam mempunyai banyak kandungan gizi salah satunya serat nabati yang dapat mengurangi penyerapan
kolesterol dalam usus. Serat nabati termasuk golongan pektin dapat menurunkan kolesterol darah. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian jus labu siam terhadap kadar kolesterol darah pada
lansia. Desain penelitian adalah eksperimen semu. Populasi pada penelitian ini berjumlah 118 pasien dengan
jumlah sampel 17 orang. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon diperoleh p=0,000 (p
-
251
merupakan penyebab utama dari penyakit
jantung koroner (Ariati, 2012).
Menurunkan kadar kolesterol
dilakukan dengan mengkonsumsi obat
kimia yaitu obat golongan Statin, menurut
Michele dalam Wiadnya (2014) dapat
menimbulkan efek samping, diantaranya
kerusakan otot, mulai myositis (radang otot)
hingga rhabdomyolisis yaitu nyeri otot
disertai pecahnya protein otot. Mengingat
banyaknya efek samping yang dapat
diakibatkan oleh pengobatan secara kimia,
akhir-akhir ini upaya pencegahan dan
pengobatan penyakit diarahkan pada
potensi kekayaan alam Indonesia yang
memiliki keanekaragaman hayati terbesar
di dunia untuk dimanfaatkan secara rasional
yang berkhasiat dalam menurunkan kadar
kolesterol dalam darah dengan risiko efek
samping lebih ringan salah satunya adalah
labu siam atau dengan nama latin Shecium
edule (Wiadnya, 2014).
Menurut Agustini (2006) dalam
Wiadnya (2014), labu siam adalah
tumbuhan suku labu yang dapat dimakan
buah dan pucuk mudanya. Labu siam
dikenal masyarakat sebagai sayuran yang
mudah didapat dan mempunyai banyak
kandungan gizi salah satunya serat nabati
yang dapat mengurangi penyerapan
kolesterol dalam usus. Serat nabati
termasuk golongan pektin dapat
menurunkan kolesterol darah. Labu siam
juga mengandung sejenis alkaloid yang
berkasiat menormalkan tekanan
darah. Labu siam mengandung pektin yang
berkadar metoksil rendah sehingga labu
siam dapat dijadikan serat makanan. Pektin
merupakan serat makanan yang dapat larut
(soluble dietary fibers) yang diketahui
dapat mencegah hiperkolesterolemia,
kanker usus dan diabetes. Dalam
mekanisme kerjanya, pektin mampu
mengikat kolesterol yang terdapat pada
sistem pencernaan, sehingga mencegahnya
untuk diserap menuju aliran darah
(Wiadnya, 2014).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain
penelitian eksperimen semu (quasi
experiment) yaitu penelitian yang menguji
coba suatu intervensi pada sekelompok
subjek dengan atau tanpa kelompok
pembanding namun tidak dilakukan
randomisasi untuk memasukkan subjek ke
dalam kelompok perlakuan atau kontrol
(Dharma, 2011).
Populasi pada penelitian ini yaitu
pasien hiperkolesterolemia yang berjumlah
118 pasien. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan simple
random sampling, yaitu pengambilan
sampel secara acak sederhana dengan cara
memasukkan nama-nama populasi kedalam
kaleng lalu dikocok undi. Nama yang
-
252
keluar hingga berjumlah 17 orang akan
menjadi responden dalam penelitian ini.
Instrumen yang digunakan pada penelitian
ini adalah Lembar observasi yang
didalamnya tercatat: usia, kadar kolesterol
sebelum perlakuan, ceklist pemberian jus
labu siam dan kadar kolesterol setelah
perlakuan pemberian jus labu siam. Alat
ukur yang digunakan dalam penelitian ini
adalah set pengukur kolesterol darah.
Uji statistik yang peneliti pakai yaitu
statistik komparasi non parametrik,
merupakan uji beda mean bila datanya
berskala nominal atau ordinal. Olah data
statistik komparasi non parametik yang
peneliti gunakan yaitu wilcoxon test,
HASIL PENELITIAN
a. Distribusi frekuensi kolesterol total
sebelum diberikan terapi Jus Labu
Siam
Berdasarkan pelaksanaan pretest
yang telah dilakukan pada
responden eksperimen, maka di
dapatkan mengenai data distribusi
frekuensi kolesterol total responden
sebagai berikut.
Tabel 6.1
Distribusi Frekuensi Kadar Kolesterol Total Sebelum
Dilakukan Pemberian Jus Labu Siam Pada Pasien
Hiperkolesterolemia Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kampung Bugis Tahun 2014
Mean SD MIN MAX
Pretest 222
mg/dl
22,14 200 279
Dari tabel 6.1 diatas dapat diketahui bahwa
kadar kolesterol total dari 17 responden
sebelum dilakukan pemberian jus labu siam
dengan rerata 222mg/dl + 22,14, koleterol
yang tertinggi adalah 279 mg/dl dan
terendah adalah 200 mg/dl.
b. Distribusi frekuensi kolesterol total
setelah diberikan terapi jus labu
siam
Berdasarkan pelaksanaan postest
yang telah dilakukan pada
responden eksperimen, maka di
dapatkan data mengenai data
frekuensi kolesterol total kasus
hiperkolesterolemia sebagai
berikut:
Tabel 6.2
Distribusi Frekuensi Kadar Kolesterol Total Sebelum
Dilakukan Pemberian Jus Labu Siam Pada Pasien
Hiperkolesterolemia Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kampung Bugis Tahun 2014
Mean SD MIN MAX
Posttest 215 mg/dl
18,92 196 265
Dari tabel 6.2 diatas dapat diketahui
bahwa kadar kolesterol total dari 17
responden setelah dilakukan pemberian jus
labu siam rerata 215 mg/dl + 18,92.
Ttertinggi adalah 265 mg/dl dan yang
terendah adalah 196 mg/dl.
Dalam analisa bivariat ini terdapat
data rentang dan data untuk mengetahui ada
atau tidaknya pengaruh pemberian jus labu
-
253
siam (variabel independen) terhadap
penurunan kadar kolesterol total (variabel
dependen) yang dilakukan uji kemaknaan
menggunakan uji Wilcoxon, data tersebut
sebagai berikut :
Tabel 6.3
Analisa Pengaruh Pemberian Jus Labu Siam
Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total Pada
Pasien Hiperkolesterolemia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kampung Bugis Tahun 2013
Mean SD MIN MAX p Value
Pretest 222
mg/dl
22,14 200 279 0.000
Posttest 215
mg/dl
18,92 196 265
Dari tabel 6.3 diatas dapat diketahui
bahwa dari 17 responden yang
mendapatkan jus labu siam rerata kadar
kolesterol sebelum 222 dan sesudah 215.
Rerata penurunan berkisar 7 mg/dl.
Hasil uji statistik dengan
menggunakan t test diperoleh p=0,000 (p
-
254
Labu siam (Sechium edule) juga
mengandung banyak vitamin. Vitamin C
yang terdapat didalamnya mempunyai efek
membantu reaksi hidroksilasi dalam
pembentukan asam empedu sehingga
meningkatkan ekskresi kolesterol. Selain
itu, vitamin C juga berfungsi sebagai anti
oksidan. Kandungan vitamin B3 (niacin)
dalam labu siam (Sechium edule) dapat
menurunkan produksi VLDL, sehingga
kadar IDL dan LDL menurun. Labu siam
(Sechium edule) juga mempunyai
kandungan vitamin A dan vitamin E yang
berfungsi sebagai antioksidan (Wiadnya,
2014).
Menurut Hanuragadi (2011),
komposisi gizi labu siam dapat dilihat pada
tabel 2.5. Buah labu siam memiliki kadar
serat yang cukup baik, yaitu 1,7 gram per
100 gram. Konsumsi serat dalam jumlah
yang cukup sangat baik untuk mengatasi
sembelit dan aman untuk lambung yang
sensitif atau radang usus
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
Ada pengaruh pemberian Jus Labu Siam
terhadap penurunan Kadar Kolesterol Total
pada kasus Hiperkolesterolemia di Wilayah
Kerja Puskesmas Pinang Kencana Tahun
2014, dengan p value 0,000.
SARAN
Bagi puskesmas Pinang Kencana,
agar lebih mensosialisasikan tentang
kolesterol dan pencegahannya dan
penanganannya dalam untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat dalam
menurunkan kadar kolesterol, penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan pertimbangan
untuk dikembangkannya tentang
pengobatan herbal dalam pelayanan
puskesmas terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Ariati, Reci. et.al (2012). Pengaruh Fraksi
Air Kelopak Bunga Rosella
(Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap
Kadar Koleaterol Darah Tikus
Putih Jantan Hiperkolesterol Dan
Hiperkolesterol-Disfungsi Hati.
Tesis Program Pascasarjana
Universitas Andalas Padang.
hhtp://pasca.unand.ac.id. Diakses:
15 Januari 2014.
Arikunto, S. (2013). Metodologi Penelitian
Kesehatan Dan Kedokteran.
Yogyakarta : Bursa Ilmu.
Dahlan, M. Sopiyudin (2010). Statistik
Untuk Kedokteran dan Kesehatan.
Deskriptif, Bivariat, dan
Multivariat Dilengkapi Aplikasi
Denagan Menggunakan SPSS.
Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
-
255
Dharma, Kelana Kusuma (2011).
Metodologi Penelitian
Keperawatan (Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan
Hasil Penelitian). Jakarta: Trans
Info Media.
Hannie (2013). Jus Labu Siam.
http://dapuralba15.com. Diakses: 15
Januari 2015.
Hanuragadi, Teguh (2011). Turunkan
Kolesterol-Cegah Hipertensi
Dengan Labu Siam. http://aneka-
tanamanobat.com. Diakses : 27
Januari 2014.
Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho. (2000). Keperawatan Gerontik
&Geriatrik. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Pedoman Skripsi,
Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika.
Putri, Olivia Bunga (2012). Pengaruh
Pemberian Ekstrak Buah Labu Siam
(Sechuim edulle) Terhadap
Penurunan Kadar Glukosa Darah
Tikus Wistar Yang Diinduksi
Aloskan. Karya Tulis Ilmiah
Program Pendidikan Sarjana
Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
http//:eprints.undip.ac.id. Diakses:
15 Januari 2014.
Salomon, Nell (2014). Cara Mengatasi
Kolesterol Jahat Secara Alami.
Tahukah Bahwa Labu Siam Bagus
Untuk Menurunkan Kolesterol
Jahat Jika Dikonsumsi Rutin?
http://www.indonesiasehat.net.
Diakses: 15 Januari 2014.
Wiadnya, Ida Bagus Rai. et.al (2014).
Efektivitas Pemberian Filtrat Labu
Siam (Sechium Edule) Terhadap
Penurunan Kadar Kolesterol Total
Pada Darah Hewan Coba Tikus
Putih (Rattus norvegicus) Strain
Wistar. Jurnal Media Bina Ilmiah,
Volume 8. No. 1.
http://www.lpsdimataram.com.
Diakses: 15 Januari 2014.
1. Endang Abdullah, S.Kp, M.Si :
Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
2. Lidia Wati, S.Kep, Ns : Dosen
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
http://dapuralba15.com/http://aneka-tanamanobat.com/http://aneka-tanamanobat.com/http://www.indonesiasehat.net/http://www.lpsdimataram.com/
-
256
3. Komala Sari, S.Kep, Ns : Dosen
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
-
257
MOTIVASI BELAJAR BAHASA INGGRIS MAHASISWA STIKES
HANGTUAH TANJUNGPINANG
Umu Fadhilah1
ABSTRAK
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi mahasiswa sukses dalam belajar bahasa Inggris, salah satunya adalah
motivasi. Motivasi adalah salah satu aspek penting yang dibutuhkan oleh mahasiswa dalam belajar bahasa Inggris.
Dalam penelitian ini, penulis meneliti jenis-jenis motivasi dalam belajar bahasa Inggris, dan tingkatan motivasi
dalam belajar bahasa Inggris, mahasiswa STIKES HangTuah Tanjungpinang Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kuantitatif. Obyek penelitian adalah 99 Mahasiswa STIKES HangTuah Tanjungpinang. Data
penelitian ini dianalisa dengan menggunakan kuesioner dan SPSS 20 Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
didapatkan sebanyak Berdasarkan tabel di atasa maka Berdasarkan tabel 43 didapatkan sebanyak (49,5%)
motivasi instrinsik responden rendah, sebanyak (42,4%) motivasi ekstrinsik responden rendah, sebanyak (58,6%)
motivasi integritas responden tinggi, dan sebanyak (55,6%) motivasi instrumental responden tinggi. Sedangkan
motivasi responden secara keseluruhan didapatkan sebanyak (55,6%) tinggi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa memiliki motivasi integritave dan instrumental yang tinggi akan tetapi memiliki motivasi
Instrinsik dan Ekstrinsik yang masih rendah.
Kata kunci : Motivasi, belajar Bahasa Inggris
ABSTRACT
There are many factors that affect student success in learning the English language, one of which is the motivation.
Motivation is one of the important aspects needed by the students in learning English. In this study, the authors
examined the types of motivation in learning English, and the level of motivation in learning English, students
STIKES HangTuah Tanjungpinang This study used quantitative descriptive approach. The research object is 99
students STIKES HangTuah Tanjungpinang. The research data was analyzed using a questionnaire and SPSS 20
Results of this study indicate that gained as much as Based on the table by table 43 Atasa then obtained as much
(49.5%) of respondents low intrinsic motivation, as many (42.4%) of respondents low extrinsic motivation , as
many (58.6%) respondents' motivation high integrity, and as many (55.6%) respondents instrumental motivation
high. While the motivation of respondents overall earned as much (55.6%) high. From this study it can be
concluded that the students have the motivation and instrumental integritave high but have intrinsic and extrinsic
motivation is still low.
Key words : Motivation, learning English
-
280
PENDAHULUAN
Bahasa Inggris merupakan mata kuliah
Humaniora dan merupakan kopetensi dari
mata kuliah pengembangan kepribadian.
Mata kuliah ini membekali mahasiswa
untuk mampu berkomunikasi secara aktif
dalam berbahasa Inggris yang nantinya
mahasiswa mempunyai kopetensi dalam
berbahasa inggris baik secara oral maupun
tulisan.
Mata kuliah Bahasa Inggris untuk
keperawatan ini berisi tentang kompetensi
berbahasa yang mengacu pada
keterampilan dan prosedure keperawatan
professional yang berlaku secara
International yang nantinya setelah
menyelesaikan studi, mahasiswa tidak asing
lagi dengan istilah dalam prosedure
keperawatan dan membantu mereka dalam
menggunakan bahasa Inggris untuk
menjalankan proses keperawatan.
Dari pengamatan penulis, ternyata
masih banyak mahasiswa STIKES
HangTauah Tanjungpinang yang kurang
memiliki motivasi dalam belajar bahasa
Inggris sehingga hasil belajar bahasa
Inggrisnya sangat kurang. Dari hasil suryey
didapatkan 20 % mahasiswa sangat excited
(semangat),80% mahasiswa biasa-biasa
saja bahkan terkesan malas untuk belajar
bahasa inggris. hal ini bisa dilihat dari hasil
ujian semester 75% mahasiswa masih
mendapatkan nilai dibawah standar
(dibawah 70).
Dengan adanya beragam reaksi dan
motivasi dalam pembelajaran bahasa
inggris tentu didasarkan oleh faktor yang
beragam pula. Bagi mahasiswa yang
memiliki semangat ketika proses belajar
bahasa inggris, rata-rata mereka yang
memiliki kemampuan yang baik dalam
belajar bahasa inggris, sementara
mahasiswa yang bereaksi biasa-biasa saja
bahkan cenderung malas, mereka memiliki
kemampuan yang kurang atau kesulitan
dalam memahami pelajaran bahasa Inggris
Melihat beragam reaksi tersebut,
Pengajar yang mengajarkan bahasa inggris
berusaha memberikan motivasi dengan cara
berusaha semaksimal mungkin membuat
proses belajar bahasa inggris yang menarik
dan menyenangkan bagi mahasiswa, dan
terus meyakinkan mahasiswa bahwa bahasa
inggris bukanlah pelajaran yang sangat sulit
seperti kebanyakan mahasiswa asumsikan
selama ini. Beberapa metode sudah di coba
pengajar dalam keberhasilan pengajaran
bahasa Inggris. Seperti metode role play,
audio visual, drama serta mengaitkan
materi dengan hal-hal yang berkaitan
dengan profesi mereka, Dengan cara
tersebut diharapkan akan meningkatkan
motivasi mahasiswa, sehingga meningkat
pula keberhasilan Mahasiswa dalam
pembelajaran bahasa inggris,
Namun walaupun telah melakukan hal-
hal yang positif dalam upaya meningkatkan
motivasi mahasiswa, masih saja terdapat
-
281
beberapa mahasiswa yang belum
sepenuhnya aktif, sehingga hasil belajarnya
pun tidak mengalami perubahan yang
signifikan kearah yang lebih baik.
Oleh karena itu motivasi
mahasiswa hingga saat ini diyakini sebagai
unsur
pembelajaran yang menentukan
keberhasilan belajar mahasiswa. (Chaer,
2009) dalam (Yanti,Arni 2013 )
menyatakan bahwa Dalam pembelajaran
bahasa kedua ( Bahasa Inggris) ada asumsi
yang menyatakan bahwa orang yang di
dalam dirinya ada keinginan, dorongan,
atau tujuan yang ingin dicapai dalam bahasa
kedua cenderung akan lebih berhasil
dibandingkan dengan orang yang belajar
tanpa dilandasi oleh suatu dorongan, tujuan,
atau motivasi itu hal serupa juga
dikemukakan oleh (Yusuf Heri 2013 )
bahwa motivasi pembelajar dalam
mempelajari bahasa asing merupakan
penggerak utama yang membawanya pada
keberhasilan mempelajari bahasa asing
tersebut. Brown (2007) menyatakan bahwa
motivasi merupakan variabel afektif yang
harus dipertimbangkan dalam proses
pembelajaran bahasa. Motivasi belajar yang
dimaksud adalah suatu dorongan mental
yang muncul dari dalam dan luar
mahasiswa untuk melaksanakan tugas
secara keseluruhan berdasarkan tanggung
jawab masing-masing. Bagi mahasiswa
tugas dan tanggung jawab terlihat pada
aktivitas belajar yang dikerjakan akibat
dorongan yang diberikan oleh pengajar.
karena itu setiap individu atau mahasiswa
memiliki kondisi internal yang berperan
dalam aktivitas dirinya sehari-hari dan salah
satu kondisi internal tersebut adalah
motivasi. Hal inilah yang melatar belakangi
peneliti tertarik melakukan penelitian
tentang gambaran dan jenis - jenis motivasi
belajar bahasa Inggris pada Mahasiswa
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah
Tanjungpinang
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA
PEMIKIRAN
Kajian pustaka (Teori Motivasi)
Definisi Motivasi
Istilah motivasi berasal dari verba latin
movere (to move) yang berarti
menggerakkan (Pintrich 2002) Istilah ini
menggambarkan adanya kekuatan yang
mendorong individu bergerak melakukan
sesuatu secara terus menerus, mendorong
kita terus bergerak dan membantu kita
menyelesaikan tugas (Pintrich 2002 ).
Sekarang ini, motivasi telah
konseptualisasikan kedalam berbagai cara
meliputi dorongan dari dalam (inner force),
keadaan yang berlangsung terus menerus
(enduring traits),respon perilaku terhadap
rangsangan (behavioral responses to
stimuli) dan seperangkat kepercayaan atau
penilaian (a set of beliefs and affects)
(Pintrich 2002). Cara yang dimaksud dapat
-
282
dikaitkan dengan beberapa pendapat
sebagai berikut :
Pendapat pertama Menurut pandangan
dari Budiawan (2008) diadaptasi dari
Bornstein (1987) yang menganggap
motivasi sebagai suatu dorongan dari dalam
(inner drive), impuls,dan emosi, yang
menggerakkan seseorang melakukan
aktivitas tertentu. Secara umum motivasi
diartikan sebagai usaha untuk memperoleh
tujuan yang terorganisir. Unsur motivasi
diantaranya adalah usaha, tujuan,yang
terorganisir dan kebutuhan
Budiawan(2008)
Pendapat kedua mendefinisikan
motivasi berkaitan dengan melakukan
sesuatu, mempelajari hal baru, dan
mendorong kita melakukanya lagi ketika
mengalami kegagalan. Tileston (2004)
Pendapat ketiga menurut pandang
(Usman Uzer M : 2000) Motivasi adalah
suatu perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi adalah suatu proses untuk
menggiatkan motif-motif menjadi
perbuatan / tingkah laku untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan / keadaan
dan kesiapan dalam diri individu yang
mendorong tingkah lakunya untuk berbuat
sesuatu dalam mencapai tujuan.
Sedangkan menurut pendapat (Chaer,
2009) Dalam pembelajaran bahasa Asing
(Inggris ) ada asumsi yang menyatakan
bahwa orang yang di dalam dirinya ada
keinginan, dorongan, atau tujuan yang ingin
dicapai dalam bahasa kedua cenderung
akan lebih berhasil dibandingkan dengan
orang yang belajar tanpa dilandasi oleh
suatu dorongan, tujuan, atau motivasi itu
Motivasi dapat didefinisikan sebagai
pendorong seseorang untuk melakukan
suatu kegiatan, Motivation relates to the
drive to do something, to study new things,
and encourages us to try again when we
fail. (Tileston dalam Marlina: 2007).
Dalam pembelajaran bahasa asing, Hines
and Rutherford menyatakan Motivation is
the feeling nurtured primarily by the
classroom teacher in the learning situation
as he engages in carefully planned as well
as intuitive practices which will satisfy one
or more of the basic, universal, cognitive,
and affective human needs
Definisi motivasi berdasarkan para
Peneliti di atas pada hakekatnya adalah
suatu dorongan dan penggerak aktif dalam
diri mahasiswa untuk melakukan aktivitas
belajar. Motivasi belajar bisa dikatakan
sebagai energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya feeling dan
didahului dengan tanggapan terhadap
tujuan-tujuan belajar. Motivasi belajar
menentukan secara langsung terhadap
intensitas belajar. Seseorang yang memiliki
motivasi belajar tinggi akan melakukan
kegiatan belajar secara optimal (Wiyono,
2003).
-
283
Crookes dan Schmidt dalam Budiawan
( 2008) memperluas definisi motivasi dalam
pembelajaran bahasa dengan
menyimpulkan bahwa motivasi dalam
pembelajaran bahasa mempunyai fitur
internal dan ekxternal ada empat faktor
internal dan attitudinal dalam struktur
motivasi :
1. Minat pada bahasa sasaran yang
didasari oleh keberadaan
sikap,pengalaman,dan latar
belakang pengetahuan mahasiswa.
2. Relevansi yang melibatkan
persepsi yang dibutuhkan
seseorang seperti prestasi,afiliasi,
dan kekuatan yang ditemui pada
waktu mengikuti pembelajaran
bahasa sasaran
3. Harapan akan keberhasilan atau
kegagalan.
4. Hasil, berupa imbalan ekstrinsik
yang dirasakan mahasiswa, dari
sisi eksternal motivasi
pembelajaran bahasa dapat berupa
karakteristik perilaku mahasiswa
dan termasuk didalamnya adalah :
a. Mahasiswa memutuskan
memilih, menaruh perhatian,
an membuat ikatan dengan
pembelajaran bahasa sasaran
(Inggris )
b. Tekun belajar untuk suatu
periode tertentu dan akan
kembali belajar setelah
terjadinya pemutusan belajar
sementara (interupsi)
c. Mahasiswa memelihara
tingkat aktivitas belajar yang
tinggi
Berdasarkan urain diatas dapat
disimpulkan bahwa motivasi
merupakan sebuah proses seseorang,
kita tidak dapat mengamati secara
langsung tetapi menafsirkannya dari
tingkah laku tersebut sebagai pilihan
tugas,usaha, kesinambungan dan
verbalisasi (misalnya saya sangat
ingin melakukan ini). Motivasi
meliputi tujuan yang memberikan
dorongan dan arahan untuk melakukan
tindakan.
Motivasi membutuhkan
kegiatan fisik dan mental. Kegiatan
mental mengikuti
usaha,kesinambungan, dan tindakan
lainnya. Kegiatan, mental yamg
meliputi tindakan, kognitif, seperti
perencanaan, latihan,
pengorganisasian, pengawasan,
pembuatan keputusan, pemecahan
masalah, dan penilaian pengembangan.
Dengan kata lain motivasi merupakan
energi yang mendorong mahasiswa
menentukan tujuan, usaha-usaha untuk
mencapainya, dan tidak menyerah
ketika menghadapi kendala bahkan
kegagalan. (Budiawan 2008)
-
284
Dalam kaitanya dengan
Pembelajarn Bahasa Asing (Inggris)
motivasi di bedakan menjadi 2
kelompok, yaitu motivasi belajar dan
motivasi belajar bahasa. Kedua
motivasi ini yang akan menjadi acuan
bagi penulis dalam menggambarkan
motivasi yang dimiliki mahasiswa
dalam belajar bahasa Inggris
Motivasi belajar (Motivasi
instrinsik dan ekstrinsik)
Gunarsa (2004) Secara umum
macam-macam motivasi dibedakan
menjadi dua,yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
merupakan dorongan atau keinginan yang
kuat yang berasal dari dalam diri seseorang.
Semakin kuat motivasi instrinsik yang
dimiliki oleh seseorang, semakin besar
kemungkinan ia memperlihatkan tingkah
laku yang kuat untuk mencapai tujuan.
Aliran motivasi instrinsik menganggap
bahwa manusia telah memiliki kemampuan
bawaan dari lahir (innate) untuk
mengembangkan dan melakukan kegiatan
yang berkaitan dengan pembelajaran,
dorongan eksternal tidak penting karena
dorongan pembelajaran berada dalam diri
individu. Aliaran ini berpandangan bahwa
manusia dilahirkan untuk mencari
kesempatan mengembangkan kemampuan
dan mencari sesuatu yang baru, peristiwa
dan kegiatan yang agak berbeda dari
harapan mereka.
Dalam kaitanyan dengan pembelajaran
bahasa, motivasi instrinsik (Tileston 2004)
merupakan keinginan yang muncul dari
dalam diri mahasiswa untuk melakukan
sesuatu dengan tujuan mendapatkan tujuan
karena ingin menemukan sesuatu,
menjawab pertanyaan , atau ingin
mengalami pencapaiaan yang ia lakukan
sendiri (prestasi ), dengan demikian
motivasi instrik siswa akan belajar giat
untuk kepuasan sendiri dalam
pembelajaran, sehingga motivasi instrik ini
diyakini sebagai motivator utama yang
potensial dalam proses pembelajaran.
Dyan and Deci (2000)menunjukkan
bahwa motivasi instrinsik adalah yang
paling penting baik dan itu mendefinisikan
sebagai keinginan untuk terlibat dalam
suatu kegiatan untuk kepuasan melekat
daripada beberapa konsekuensi dipisahkan
(1) Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan
segala sesuatu yang diperoleh melalui
pengamatan sendiri, ataupun melalui
saran,anjuran, atau dorongan dari orang
lain.Borwn dalam Budiawan (2008)
mengemukakan bahwa motivasi ekstrinsik
umumnya dipicu oleh faktor -faktor luar
seperti orang tua, guru, atau lingkungan
sosial. Perilaku yang termotivasi secara
ekstrinsik dilakukan atas dasar penghargaan
dari faktor luar atau untuk menghindari
hukuman. Penghargaan yang dimaksud
umumnya dalam bentuk hadiah,uang,nilai
-
285
bagus,dsb. Akan tetapi, salah satu dampak
yang tidak dari motivasi ekstrinsik menurut
Brown bersifat adiktif.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa motivasi
instrinsik dan motivasi ekstrinsik memiliki
pengaruh penting terhadap individu dalam
melakukan sesuatu, terutama dalam
kaitanya dengan pembelajaran.
Pembelajaran yang dimaksud disini adalah
pembelajaran bahasa . Dengan demikian
motivasi yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah motivasi belajar
bahasa inggris.
motivasi belajar bahasa Asing
(Inggris) : integratif dan istrumental
Dalam kaitanya dengan pembelajaran
bahasa, Gardner dan Lambert (1985) seperti
dikutip Budiawan (2008) mengajukan dua
unsur utama motivasi mempelajari bahasa
yang mereka namakan orientasi
(orientation) yakni motivasi intregatif
(integrative motivation) : keinginan
mempelajari sebuah bahasa karena ia ingin
belajar lebih tentang masyarakat
kebudayaan lain dan untuk menjadi bagian
dari komunitas penutur bahasa asing itu,dan
motivasi intrumental (instrumental
motivasion): keinginan untuk mempelajari
sebuah bahasa untuk mencapai tujuan
akademik atau keberhasilan di bidang
pekerjaan. Sebaliknya mahasiswa yang
memiliki orientasi instrumental
mempelajari bahasa asing untuk mencapai
akademis atau tujuan yang berhubungan
dengan karir masa depan. Hal senada
dikemukakan oleh Gardner dan Lambert
(1972: 3) dalam Chaer (2009: 251) motivasi
yang berkaitan dengan pembelajaran
bahasa kedua mempunyai dua fungsi, yaitu
fungsi integratif dan fungsi instrumental.
Motivasi berfungsi integratif kalau motivasi
itu mendorong seseorang untuk
mempelajari suatu bahasa karena adanya
keinginan untuk berkomunikasi dengan
masyarakat penutur bahasa itu atau menjadi
anggota masyarakat bahasa tersebut.
Sedangkan motivasi berfungsi instrumental
kalau motivasi itu mendorong seseorang
untuk memiliki kemauan mempelajari
bahasa kedua itu karena tujuan yang
bermanfaat atau karena dorongan ingin
memperoleh suatu pekerjaan atau mobilitas
sosial pada lapisan atas masyarakat
tersebut.
Dari penjelasan diatas diperoleh
gambaran yang jelas tentang Motivasi
dalam pembelajaran Bahasa Inggris
terlihat melalui adanya motivasi
instrumental, integratif, intrinsik, dan
ekstrinsik yang mendorong aktivitas
belajar.
Pengelolaan keempat motivasi
tersebut dapat menunjang keberhasilan
proses pembelajaran Bahasa Inggris.
meskipun motivasi tersebut berbeda
tujuan dan hasrat misalnhya tujuan
-
286
mahasisawa dalam pembelajaran
bahasa asing memiliki tujuan sosial dan
budaya, dengan kata lain mempelajari
budaya dan dan perilaku penutur bahasa
itu (Integrative motivation), sebaliknya
memiliki tujuan praktis, biasanya
berkaitan dengan tujuan akdemis dan
bisnis(motivasi instrumental).
Peranan dan Manfaat Motivasi dalam
pembelajaran bahasa asing (inggris)
Dalam kaitanya dengan pembelajaran
bahasa (Hines dan Rutherford 1982 dalam
Budiawan 2008) motivasi merupakan
perasaan terasuhi (nurtured) oleh guru kelas
(dosen) karena situasi pembelajaran
dilakukan dengan sangat terencana,
demikian juga halnya dengan latihan-
latihan yang bersifat intuitif memberikan
kepuasan pada salah satu kebutuhan
dasar,universal,kognitif,dan kebutuhan
efektif manusia. Brown,harre,glelete dalam
Budiawan 2008 menempatkan motivasi
sebagai isu sentral. Pentinnya peranan
motivasi dalam pembelajaran bahasa asing
(Inggris)dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Motivasi yang tinggi dapat
mengarahkan pembelajar (mahasiswa)
melakukan usaha-usaha secara lebih
giat untuk belajar bahasa kedua
(Inggris )
2. Motivasi yang tinggi mendorong
pembelajar mencari dan menentukan
strategi belajar yang sesuai dengan
kondisi dirinya dan asupan atau
kemampuan kebahasaan yang menjadi
sasaran belajarnya.
3. Motivasi mendorong seorang
pembelajar berusaha mencari dan
menentukan strategi metakognitif yang
memungkinkanya belajar dengan muda
4. Motivasi yang dimiliki seorang
pembelajar akan melakukan berbagai
upaya menaggulangi kendala-kendala
belajar dan mengupayakan
terwujudnya kemudahan-kemudahan
yang mendukung proses belajar.
5. Motivasi membantu mengaktifkan,
mengarahkan, dan memelihara
perilaku manusia, termasuk perilaku
untuk melakukan upaya-upaya meraih
kemampuan berbahasa kedua(bahasa
Inggris)
Berdasarkan Uraian para Pakar
Diatas maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa dalam belajaran Bahasa
Inggris sebagai bahasa asing. Mahasiswa
harus memiliki motivasi yang tinggi.
Dianatara motivasi belajar bahasa Inggris
adalah motivasi Instrinsik,motivasi
Ekstrinsik,motivasi Integrative. dan
motivasi Istrumental dan keem[pat jenis
inilah yang menjadi gambaran motivasi
yang dimiliki bagi mahasiswa STIKES
HangTuah Tanjungpinang dalam belajar
Bahasa Inggris.
-
287
23. Kerangka Pemikiran
Kerangka teori
Pada penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti, menggunakan beberapa faktor
motivasi dalam pembelajarn bahasa inggris
menurut Budiawan (2008), (cit Gardner
dan Lambert (1985) dan Gunarsa (2004).
Adapun faktor-faktor yang berhubungan
dengan motivasi belajar bahasa inggris
menurut pakar di atas adalah sebagai
berikut.
1. intrinsik, 2. ekstrinsik, 3.
integratif 4. Instrumental. Beberapa faktor
tersebut akan digambarkan seperti pada
kerangka teori berikut
METODE PENELITIAN
Populasi sampel
Populasi.
Populasi adalah keseluruhan objek
penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Sedangkan
pengertian populasi menurut Nursalam
(2009) populasi adalah subjek (manusia ;
klien) yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh mahasiswa STIKES Hang
Tuah Tanjungpinang T.A 2013-2014 yaitu
sebanyak 99 orang dengan rincian
mahasiswa SI semester 1 berjumlah 20
orang, mahasiswa semester III berjumlah
34 orang, mahasiswa D3 tingkat II
berjumlah 45 orang,
Sample.
Sampel adalah objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2010). Sedangkan
pengertian sampel menurut Nursalam
(2009) sampel terdiri dari bagian populasi
terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling
(proses menyeleksi porsi dari populasi yang
dapat mewakili populasi yang ada).
Tehnik Pengambilan Sample.
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner kepada responden.
Kemudian peneliti menghubungi responden
dan meminta kesediaannya untuk mengisi
kuesioner, serta sebelumnya diminta untuk
mengisi lembar informed consent terlebih
dahulu sebelum mengisi kuesioner yang
diberikan.Pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah sampling
jenuh.Sampling jenuh adalah teknik
penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel
(Setiadi, 2007).Berarti dalam penelitian ini
sampel yang diambil adalah semua
mahasiswa STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang Tahun 2014 yang berjumlah
99 orang yang sedang mengikuti proses
pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris.
3 Desain Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan desain
penelitian deskriptif kuantitatif, dengan
pendekatan atau desain cross sectional
-
288
observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat (point time
approach).Artinya tiap subjek penelitian
hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status
karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa
semua subjek penelitian diamati pada waktu
yang sama. Penelitian cross sectional ini
sering disebut juga dengan penelitian
transversal (Notoatmodjo, 2010).Penelitian
ini mengidentifikasi melalui pemberian
kuesioner pada responden dalam hal ini
yaitu Mahasiswa Keperawatan di STIKES
Hang Tuah Tanjungpinang yang mengikuti
mata kuliah bahasa Inggris pada semester
ganjil tahun ajaran 2013/2014 melaku,
kemudian dianalisis untuk mencari
gambaran motivasi yang dimiliki
mahasiswa STIKES HangTuah
Tanjungpinang dalam belajar bahasa
Inggris
Seperti yang telah digambarkan pada
kerangka konsep penelitian ini, variabel
yang akan diteliti adalah : variabel
dependen yaitu motivasi belajar Bahasa
inggris pada mahasiswa STIKES
HangTuah Tanjungpinang dan Variable
independen nilai Akhir hasil belajar
mahasiswa.
Pengumpulan Data
Observasi adalah kegiatan pengumpulan
data melalui pengamatan langsung terhadap
aktivitas responden atau partisipan yang
terencana, dilakukan secara aktiv dan
sistematis (kelana,2011). Data yang
dikumpulkan peneliti dengan
menggunakan metoda observasi
partisipasif berupa metoda kuesioner yaitu
pengumpulan data dengan cara
memberikan daftar pertanyaan/pernyataan
tertulis dengan beberapa pilihan jawaban
kepada responden. Jenis kuesioner adalah
kuesioner tertutup dan langsung, dimana
responden diminta memilih jawaban yang
sesuai dengan keadaan dirinya sendiri
Dalam pengumpulan data peneliti
dibantu tim yang terdiri dari 3 anggota dan
2 mahasiswa. Sebelumnya anggota tim
diberi arahan tentang cara mengumpulkan
data, yaitu dengan karakteristik responden
yang akan diambil, tempat pengambilan
sampel dan menjelaskan masing-masing
pertanyaan kuesioner. Hal ini dilakukan
supaya pada saat pengumpulan data tidak
terjadi kesalah pahaman atau salah
persepsi.
Proses pengumpulan data dilakukan
sebagai berikut :
1. Pengambilan data dilakukan oleh
peneliti sendiri dimana peneliti
mengadakan pendekatan
kepadaMahasiswa STIKES di dalam
kelas masing-masing
2. Responden diberi penjelasan cara
pengisian kuesioner dan apabila ada
yang kurang jelas, dipersilakan untuk
bertanya.
-
289
3. Pengumpulan data dengan cara
membagikan kuesioner secara
langsung oleh peneliti, selama
pengisian kuesioner peneliti berada
di sekitar responden.
5. Setelah semua pernyataan diisi, lembar
kuesioner diambil dan dikumpulkan
oleh peneliti
6. Analisa data
Alat Pengumpulan Data.
Alat pengumpulan data atau instrumen
dalam penelitian ini adalah instrumen
berupa kuesioner motivasi belajar yang
dibuat sendiri oleh peneliti. Kuisioner
adalah suatu bentuk atau dokumen yang
berisi beberapa item pertanyaan atau
penyataan yang dibuat berdasarkan
indikator-indikator suatu variabel
(Kelana,2011). Kuesioner motivasi belajar
terdiri dari 50 pertanyaan yang bersifat
positif. Skoring menggunakan skala Likert
dengan rentang minimal-maksimal 1-5
yakni nilai 5 dengan menjawab SS =
Sangat setuju , nilai 4 dengan menjawab S
= Setuju , nilai 3 dengan R= Ragu- ragu
(sama banyaknya antara setuju dan tidak
setuju), nilai 2 dengan TS= Tidak Setuju
(lebih banyak tidak setuju daripada setuju),
nilai 1 dengan dan STS= Sangat tidak setuju
sedangkan untuk pernyataan negative
diberikan skor 2. Skor 2 diberikan pada
jawaban tidak setuju, sedangkan untuk
pernyataan negative diberikan skor 3. Skor
1 diberikan pada jawaban tidak setuju untuk
pernyataan positif, sedangkan untuk
pernyataan negative diberikan skor 4.
Pilihan jawaban yang bervariasi, dan
responden memilih jawaban yang telah
tersedia.
PEMBAHASAN
Interpretasi dan Hasil
Interpretasi dan diskusi hasil ini
didahului dengan pembahasan tentang
variabel motivasi instrinsik, ekstrinsik,
integritas dan instrumental.. Kemudian
dilanjutkan dengan pembahasan serta
kesimpulan dari keseluruhan motivasi
yang dimiliki oleh mahasiswa STIKES
dalam belajar Bahasa Inggris.
Instrinsik Motivasi
Berdasarkan hasil penelitian (58,3%)
responden memiliki motivasi Instrinsik
yang rendah. Dari hasil tersebut
disimpulkan bahwa mahasiswa memiliki
motivasi Instrinsik yang rendah dalam
belajar bahasa Inggris. Hal ini sangat
berpengaruh dalam keberhasilan
Mahasiswa dalam belajar bahasa Inggris.
Karena motivasi instrik adalah keinginan
yang timbul dalam diri seseorang dan
merupakan sebuah awal dalam memacu
motivasi-motvasi yang yang lain yaitu,
motivasi Ekstrinsik,
integrative,instrumental dalam belajar
bahasa Inggris.
Motivasi intrinsik mengacu pada
belajar sendiri memiliki penghargaan
sendiri (Arnold, 2000). Artinya peserta
-
290
didik yang rela dan sukarela (tidak wajib)
mencoba untuk mempelajari apa yang
mereka pikir itu layak atau penting bagi
mereka. Ketika mahasiswa memiliki
motivasi intrinsik, mereka memiliki hasrat
untuk belajar dan mereka tidak memiliki
kebutuhan untuk hasil eksternal. Tidak ada
dampak negatif dalam memiliki motivasi
intrinsik. Selain itu, motivasi intrinsik
mendorong mahasiswa untuk belajar tanpa
imbalan, karena kebutuhan bawaan atau
datang dari dalam atau tergantung pada
kemauan mereka sendiri. Lightbown dan
Spada (1999) menyebutkan bahwa dosen
tidak memiliki banyak efek pada motivasi
intrinsik mahasiswa karena mahasiswa
berasal dari latar belakang yang berbeda
dan satu-satunya cara untuk memotivasi
mahasiswa adalah dengan membuat kelas
lingkungan yang mendukung.
Dyan and Deci (2000)menunjukkan
bahwa motivasi instrinsik adalah yang
paling penting baik dan itu mendefinisikan
sebagai keinginan untuk terlibat dalam
suatu kegiatan untuk kepuasan melekat
daripada beberapa konsekuensi dipisahkan
Menurut (Tileston 2004) motivasi
instrinsik merupakan keinginan yang
muncul dari dalam diri Mahasiswa untuk
melakukan sesuatu dengan tujuan
mendapatkan tujuan karena ingin
menemukan sesuatu, menjawab pertanyaan
, atau ingin mengalami pencapaiaan yang ia
lakukan sendiri (prestasi ), dengan
demikian motivasi instrik Mahasiswa akan
belajar giat untuk kepuasan sendiri dalam
pembelajaran, sehingga motivasi instrik ini
diyakini sebagai motivator utama yang
potensial dalam proses pembelajaran
bahasaasing (Inggris).
Dari hasil item kuestioner motivasi
Instrinsik maka didapatkan beberapa hasil
yaitu pada kuestioner 1, 2,3,4mahasiswa
sebanyak (62.6 % ) menyatakan bahwa
mereka menyatakan bahwa mereka sangat
menikmati belajar bahasa inggris dan
belajar bahasa inggris adalah hobi serta
belajar bahasa inggris adalah merupakan
tantangan yang di nikmati. Sedangkan pada
keestioner 7,8,9,10,11,1213. Sebanyak
(45.5%) mahasiswa memiliki usaha dan
pengharapan untuk bisa belajar bahasa
inggris lebih baik lagi dari pada
sebelumnya.
Hal ini mengambarkan bahwa sebagian
mahasiswa memiliki keinginan,kemauan
dan usaha yang cukup dalam diri mereka
untuk belajar bahasa inggris meskipun
sebagian mahasiswa lagi tidak memiliki
kemauan,keinginan dan usaha untuk belajar
bahasa inggris. Keinginan dan kemauan
inilah yang menjadi dasar dari motivasi
instrinik yang harus dimiliki oleh setipa
mahasiswa. Karena tanpa adanya motivasi
instrinsik ini maka keberhasilan dalam
belajar bahasa inggris dapat di wujudkan.
Ekstrinsik
-
291
Berdasarkan hasil penelitian sebanyak
(42.4%) motivasi ekstrinsik responden
rendah. Dari hasil tersebut disimpulkan
bahwa mahasiswa memiliki motivasi
Ekstrinsik yang rendah dalam belajar
bahasa Inggris. Motivasi ekstrinsik sangat
berperan penting dalam pembelajaran
bahasa inggris setelah motivasi instrinsik
karena Motivasi Ekstrinsik adalah
dorongan segala sesuatu yang diperoleh
melalui pengamatan sendiri, ataupun
melalui saran,anjuran, atau dorongan dari
orang lain. Borwn dalam Budiawan (2008)
mengemukakan bahwa motivasi ekstrinsik
umumnya dipicu oleh faktor -faktor luar
seperti orang tua, guru, atau lingkungan
sosial. Perilaku yang termotivasi secara
ekstrinsik dilakukan atas dasar penghargaan
dari faktor luar atau untuk menghindari
hukuman. Penghargaan yang dimaksud
umumnya dalam bentuk hadiah,uang,nilai
bagus,dsb. Saville-Troike, M. (2006).
Sebagai motivasi ekstrinsik berdasarkan
hasil eksternal seperti imbalan dan
hukuman. Motivasi ini bisa membawa
dampak negatif kepada Mahasiswa, karena
dengan motivasi ekstrinsik, Mahasiswa
tidak belajar dengan niat yang kuat atau
akan tetapi mereka mempelajarinya karena
mereka didorong oleh kepentingan dalam
imbalan atau hukuman. Ketika seorang
mahasiswa belajar karena dia dijanjikan
imbalan atau karena dia ingin imbalan, dia
akan sangat termotivasi untuk datang ke
kelas dan belajar dan mencapai tujuan yang
ditetapkan baginya. Tapi ketika imbalan
tersebut diambil, atau kadang-kadang
bahkan jika mereka tidak melihat hukuman
apapun, mahasiswa tidak akan tertarik
untuk datang ke kelas dan belajar bahasa
lagi.Berbeda dengan penelitian Achmadi,
2010 tentang pembelajaran Bahasa Inggris
pada mahasiswa jurusan perhotelan
akademi parawisata indonesia. Mereka
memiliki motivasi ekstrinsik yang tinggi
dalam belajar bahasa inggris sekitar (60,
5%) mahasiswa menyatakan bahwa mereka
antusias menguasai bahasa Inggris. Hal ini
dikarenakan responden menilai bahasa
Inggris mutlak diperlukan untuk
pencapaian karir. Penelitaian dari Alviana
2013 dari Universitas Brawijaya bahwa
motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
paling dominan yang dimiliki oleh
mahasiswa tahun pertama dengan
persentase (53%).Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata mahasiswa universitas
brawijaya tahun pertama memiliki motivasi
ekstrinsik untuk belajar bahasa Inggris
karena mereka didorong oleh keluarga,
kelompok, atau masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa motivasi
ekstrinsik adalah jenis motivasi dari luar
yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar
mahasiswa yang mempengaruhi belajar
bahasa Inggris mahasiswa. Faktor -faktor
luar tersebut meliputi,Pujian dan hadiah,
-
292
peraturan/tata tertib kampus, suri tauladan
orangtua, dosen, dan seterusnya merupakan
contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik
yang dapat menolong mahasiswa untuk
belajar bahasa Inggris.
Dari hasil item kuestioner motivasi
ekstrinsik maka kita dapat menggambarkan
motivasi mahasiswa Stikes HangTuah
Tanjungpinang yang didapatkan beberapa
hasil kuestioner. Pada kuestioner 15,16,
18,19 alasan mahasiwa untuk belajar
bahasa inggris adalah karena orang tua,
status sosial,teman, keluarga,lingkungan
rata-rata sebanyak (48.5 %). Pada
kuestioner yang menyatakan tentang
motivasi mereka karena mengajar dosen
yang menyenangkan sebanyak menjawab
setuju (45%) dan (23.2 %) menjawab sangat
setuju 15%. Pada kuestioner yang