jurnal korelasi pearson baru

Upload: zurniatiazdkempon

Post on 18-Jul-2015

199 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 5/15/2018 Jurnal Korelasi Pearson Baru

    1/7

    Elly Swandewi Murti, dkk: Efektivi;as Promosl Kesahatan dengan Peer Education

    E FE KTIV ITA S PROMOSI K ES EHATAN DENGAN PEER EDUCAT ION PADAKELOMPOK DASAW ISMA OALAM UPAYA PENEMUANTERSANGKA PENDER ITA 18 PARU

    Elly Swandewl MurW I Yayl Suryo PrabandarJ2, Bambang Slglt Rlyantol, Kantor Pelayanan Kesehatan Kuta TImur, Dinas Kesehatan Badung, Bali2 Minat Perilaku dan Promosi Kesehatan, UGM, YogyakartaJ Bagian Interna, FK UGM, Yogyakarta

    ABSTRACTBackground: Lung tuberculosis is still a public health problem in Indonesia, and has a great social impact.Various control efforts have been implemented although they did not give expected result. The communityshowed that they did not understand appropriately the health information. The lack of community's knowledgeregarding lung TB disease will influence community's behavior in controlling lung TB. Therefore, a more effectivehealth promotion is needed. Dasawisma is one of community's participation which effected family. Health promotionwith peer education method is expected could improve knowledge and behavior of group as dasawisma incontrolling lung TB especially in the effort of finding lung TB patient.Objective: To find out the effectiveness of health promotion with peer education by improving knowledge andbehavior of dasawisma group toward the effort of finding suspected lung TB.Method: This was a quasi experimental study with non-equivalent control group design. Participant of theresearch were 77 dasawisma mother that was selected purposively and divided into experiment (38) andcontrol (39) groups. Data collection was conducted by using questionnaires of knowledge and behavior. Dataanalysis used paired t-test and independent t-test with significance level of p=O,05.Result: The mother's knowledge and behavior of dasawisma mother who obtained health promotion throughpeer education were heigher than the mother's knowledge and behavior of dasawisma mother who did notreceive the peer education in one month after the health promotion.Conclusion: Heallh promotion through peer education was more effeclive in improving knowledge and behaviorof dasawisma mother in the effort of finding suspected lung TB patient compared with heallh promotion throughlarge group health educalion in control group.Keywords: health promotion, peer education. tuberculosis

    PENDAHULUANTuberkulosis (TB) merupakan salah satu

    penyakit menular yang masih menjadi masalahkesehatan, baik di negara berkembang maupun dinegara maju. Tuberkulosis menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab utama kematian di dunia.Setiap tahun terdapat 8,9 juta kasus baru TB dengankematian 1,7 juta kasus, sehingga pada tahun 1993WHO menyatakan global emegency untuk TB. 1.2

    Indonesia merupakan negara ke tiga terbesarpenyumbang TB di dunia setelah India dan Cina.Survei prevalensi TB tahun 2004 menyebutkan bahwapenyakit TB merupakan penyebab kematian nomortiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakitsaluran pernapasan. Perkiraan insidensi penyakit TBuntuk tahun 2005 di Indonesia adalah 107 kasusbaru TB BTA positif per 100.000 penduduk, 75%menyerang kelompok usia produktif dan kelompokmasyarakat dengan sosio ekonomi lemah.J,4Dampak sosial yang ditimbulkan penyakit TB cukupbesar, dapat meningkatkan kemiskinan yang pada

    akhimya dapat mengganggu stabilitas ekonomi suatunegara.

    Kegiatan penanggulangan TB khususnya TBparu di Indonesia telah menerapkan strategi DOTSdengan kebijakan penemuan penderita TB secarapassive promotive case finding. Hasil surveiprevalensi TB 2004 menyebutkan cakupan penemuanpenderita TB di Indonesia tahun 2004 baru mencapai54% dengan angka kesembuhan 87%, sedang diProvinsi Bali cakupan penemuan penderita TB tahun2005 sebesar 61% dengan angka kesembuhan 88%dan di Kabupaten Badung cakupan penemuanpenderita tahun 2005 sebesar 63% dengan angkakesembuhan 91%.3.4.5

    Berdasarkan data di atas dapat dilihat meskipunangka kesembuhan cukup tinggi (>85%), namunbelum dapat menemukan penderita TB sesuaidengan target yang diharapkan, yaitu 70% dariperkiraan penderita baru yang ada. Diperkirakanmasih terdapat penderita TB yang belum ditemukandan terakses dengan pelayanan kesehatan,

    128 Berita Kedokleran Masyarakat, Vol. 22, No.3, September 2006

  • 5/15/2018 Jurnal Korelasi Pearson Baru

    2/7

    ~.

    Sarita Kedokteran MasyarakatVol. 22. No.3, September 2006 halaman 128 134

    sehingga dapat menjadi sumber penularan. Salahsatu penyebab utama rendahnya cakupan penderitaTB adalah rendahnya pengetahuan dan pemahamanmasyarakat tentang penyakit TB, terutama dalammengenal gejala penyakit TB dan risiko yangditimbulkan oleh penyakit TB, ditambah lagi denganadanya stigma di masyarakat yang menganggappenyakit TB sebagai penyakit keturunan yangmemalukan semakin mempersulit penemuanpenderita TB.3.67

    Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukanstrategi promosi kesehatan dengan metode yangtepat, sehingga informasi yang diterima dapatmeningkatkan pengetahuan dan pemahamanmasyarakat tentang penyakit TB. Pengetahuanmerupakan domain yang sangat penting bagiterbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan akanmerangsang terjadinya perubahan sikap dan bahkantindakan seorang individu." Metode promosikesehatan yang paling sering digunakan untukberbagi pengetahuan dan fakta kesehatan adalahmetode ceramah karena pertimbangan waktu, biaya,tenaga, dan sarana." Namun Ewles dan Sirnnett'?mengungkapkan bahwa metode ceramah yangdilaksanakan sering merupakan proses komunikasisatu arah dan cenderung membosankan, sehinggapesan yang disampaikan mudah dilupakan setelahbeberapa saat. Beberapa penelitian menunjukkanbahwa metode ceramah yang selama inidilaksanakan kurang efektif, sehingga perlu dicarimetode lain dalam meningkatkan pengetahuan danpemahaman masyarakat dalam penanggulanganTB.11Salah satu metode pendidikan kesehatan yangakan dilakukan dalam penelitian ini adalah metodepeer education.

    Peer education diharapkan lebih bermanfaatkarena alih pengetahuan dilakukan antarkelompoksebaya yang mempunyai hubungan lebih akrab,"bahasa" yang digunakan sama, dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dengan cara penyampaianyang santai, sehingga sasaran lebih nyamanberdiskusi tentang permasalahan yang dihadapitermasuk masalah yang sensitif.12.13 PenelitianKatzenstein et a J . 1 4 membuktikan peer educationdapat menurunkan insidensi HIV pada pekerja pabrikdi Zimbabwe.Salah satu strategi pengendalian TB yangdirekomendasi oleh WHO adalah meningkatkan

    keterlibatan kelompok lokal yang ada di masyarakat,salah satunya adalah kelompok dasawisma yangdapat menyentuh unit terkecil masyarakat yaitukeluarga.15,16Oleh karena itu, permasalahan dalampenelitian ini adalah apakah promosi kesehatandengan peer education efektif dalam meningkatkanpengetahuan dan perilaku kelompok dasawismaterhadap upaya penemuan tersangka penderita TBparu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuimetode promosi kesehatan yang lebih efektif dalammeningkatkan pengetahuan dan perilaku kelompakdasawisma tehadap upaya penemuan tersangkapenderita TB paru.

    BAHAN DAN CARA PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian quasi ex-

    perimental dengan rancangan non-equivalent con-trol group design with pretest and postest,"menggunakan dua kelompok yaitu kelompokeksperimen yang mendapat perlakuan promosikesehatan dengan peer education dan kelornpokkontrol mendapat perlakuan promosi kesehatandengan metode ceramah oleh tenaga kesehatan.Lakasi penelitian di Kecamatan Kula UtaraKabupaten Badung dengan pertimbangan cakupanpenemuan penderita TB di kecamatan ini masihsangat rendah yaitu 20% pada tahun 2005.

    Populasi pada penelitian ini adalah ibudasawisma di Kecamatan Kuta Utara dengan kriteriainklusi: 1)berumur 25-50 tahun; 2) tingkat pendidikanSO, SLTP, SLTA; 3) bersedia menjadi subjekpenelitian. Pemilihan sam pel penelitian ditetapkandengan teknik purposive sampling. Sampel kelompokeksperimen adalah ibu dasawisma DusunKayutulang Oesa Canggu berjumlah 38 orang dansam pel kelompok kontrol adalah ibu dasawismaDusun Aseman Kawan berjumlah 39 oranq."

    Penelitian pada kelompok eksperimen dimulaidengan pemilihan peer educator yang selanjutnyamendapat pelalihan untuk meningkatkanpengetahuan dan keterampilan peer educatortentangpenyakit TB, sehingga dapat meneruskan informasiyang didapat kepada ibu dasawisma dalamkelompoknya (peer group) dengan metode diskusikelompok atau orang per orang bila diperlukan dandalam suasana non formal, sedangkan ibudasawisma pada kelompok kontrol diberi ceramahtentang penyakit TB oleh tenaga kesehatan.

    Bente Kedokteran Masyarakal, Vol. 22, No.3, September 2006 129

  • 5/15/2018 Jurnal Korelasi Pearson Baru

    3/7

    EI/y Swandewi Murti, dkk: Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Peer Education

    Data dikumpulkan dengan menggunakankuesioner pengetahuan dan perilaku yang telah diujicoba sebelumnya dan dikumpulkan pada saatpretest (sebelum perlakuan), postest 1 (sesaatsetelah perlakuan), postest 2 (satu bulan setelahperlakuan). Pengukuran perilaku pada saatpostest2 selain diperoleh dari responden, juga diperoleh danpeer educator/ketua dasawisma untuk cek silang.Analisis data menggunakan program SPSS denganuji statistik paired t-tesi dan independent I-testdengan taraf siqniflkansi p=O,05.

    HAS IL P EN EL IT IA N DAN P EMBAHAS AN1. Karakteristikpeer educator

    Peer educator dalam penelitian ini adalah ibudasawisma yang dipilih oleh Kepala Dusun danKetua TP PKK Dusun Kayutulang Oesa Cangguberjumlah sepuluh orang. Umur peer educatorberkisar antara 25 sampai 32 tahun dengan rerataumur 27,70 tahun. Tingkat pendidikan pee r educe -toradalah SLTP (40%) dan SLTA(60%).

    Selanjutnya untuk meningkalkan pengetahuandan keterampilan peereducatordilakukan pelatihanselama dua hari dengan materi tentang penyakit T8paru dan teknik komunikasi. Pengetahuan peeredu-cator tentang materi pelatihan yang diberikandievaluasi dengan melaksanakan pretes dan postes,Standarisasi terhadap pengetahuan peer educatoradalah dengan melihat nilai postest terhadappengetahuan = 70% menjawab benar. Hasil postespengetahuan peer educator berkisar antara 86%-100% menjawab benar, sehingga semua peer edu-cator dinyatakan lulus dan memiliki tingkatpengetahuan yang relatif sama.

    2. Karakteristik respondenUmur responden berkisar antara 25 sampai 50

    tahun dengan rerata umur pada kelompok eksperi-men 36,55 tahun dan rerata umur pada kelompokkontrol33,87 tahun. Tingkat pendidikan respondenbervariasi dari tamat SO sampai SLTA dan palingbanyak adalah SLTA, yaitu 44,7% pada kelompokeksperimen dan 53,8% pada kelompok kontrol.Berdasarkan uji statistik yang dilakukan sebelumpromosi kesehatan terbukti bahwa tidak adaperbedaan yang bermakna pad a umur dan tingkatpendidikan responden kelompok eksperimen dankelompok kontrol (p>0,05). Demikian juga denganhasil pretest, uji independent t-test menunjukkantidak ada perbedaan yang bermakna antarapengetahuan dan perilaku responden kelompokeksperimen dan kelompok kontrol (p>O,05).

    Keadaan tersebut mengisyaratkan bahwakondisi awal responden pada kelompok eksperimendan kelompok kontrol dalam keadaan sebanding(homogen), sehingga memenuhi syarat untukpenelitian eksperimental. Homogenitas kelompokdalam penelitian eksperimental diperlukan untukmenghindari ancaman terhadap validitas internal daneksternal."3. Pengetahuanresponden

    Pengaruh promosi kesehatan terhadap perkern-bangan pengetahuan responden kelompokeksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihatdengan membandingkan nilai pengetahuan pretest,postest 1dan postest 2. Uji statistik yang digunakanuntuk membandingkan rerata perkembanganpengetahuan responden adalah uji paired t-testdanhasil uji dapat dilihat pada Tabel1.

    Tabel1. Perbandingan Rerata Nilai Pretest, Postest1, Postest2 PengetahuanResponden pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

    Kelompok Eksperimen Kelompok KontrolPengetahuan Rerata SO Selisih p Rerata SO Selisih t pPretest 11,63 1,05 11,44 1,80 2,97 10,49 0.000,34 13,17 0.000Postes! 1 14.97 1,44 14,41 1.80Pretest 11,63 1.05 11,44 1,80 3,41 11.28 0,000,76 28,65 0.000Postest 2 16,39 0.72 14,85 1,42Pastes! 1 14,97 1,44 14,41 1,80 0,44 1,43 0,161,42 6,59 0,000Poslest 2 16,39 0,72 14.85 1,42

    130 Berila Kedokteran Masyarakat, Vol. 22, No.3, September 2006

  • 5/15/2018 Jurnal Korelasi Pearson Baru

    4/7

    Serita Kedokteran MasyarakatVol. 22, No.3, September 2006 halaman 128 - 134

    Hasil anal isis statistik perkembangan penge-tahuan responden menunjukkan adanya peningkatanrerata nilai pengetahuan yang bermakna padakelompok eksperimen maupun kelompok kontrol,kecuali dari postest 1 ke postest 2 pada kelompokkontrol, dan peningkatan rerata nilai pengetahuanpad a kelompok eksperimen lebih tinggi daripadakelompok kontrol.

    Pengaruh promosi kesehatan dengan metodepeer education dan metode ceramah terhadappengetahuan responden dapat dilihat denganmembandingkan rerata kenaikan nilai pengetahuanresponden pada kedua kelompok. Hasil uji statistikdengan independent t-testmenunjukkan perbedaanrerata kenaikan nilai pengetahuan responden daripretest ke postest 1 antara kedua kelompok tidakbermakna, sedang perbedaan rerata kenaikan nilaipengetahuan responden dari pretest ke postest 2dan dari postest 1 ke postest 2 antara keduakelompok menunjukkan perbedaan yang bermakna.Perbandingan peningkatan pengetahuan respondenpada kelompok eksperimen dan kelompok kontroldapat dilihat pada Gambar 1.

    c 20~ 14.97 16.39~15 .. ~G > 11'~14~41 14.85g o 10a .> 11.44~1 9 5:: !. .a :: O+-----,------r-----.--------,

    Pretes Posies 1 Postes 21 Eksperimen - Kontrol I

    Gambar 1. Perbandingan Rerata PengetahuanResponden pad a Kelompok Eksperimen

    dan Kelompok KontrolHasil analisis tersebut di atas menunjukkan

    bahwa promosi kesehatan dengan peer educationdan promosi kesehatan dengan metode ceramah olehtenaga kesehatan dapat meningkatkan pengetahuanresponden. Hal ini mendukung teori bahwa promosikesehatan mengandung unsur pendidikan kesehatanyang pada hakekatnya adalah proses belajar yangdapat meningkatkan penqetahuan." Selanjutnya,hasil anal isis juga menunjukkan bahwa promosikesehatan dengan peer education dapat lebihmeningkatkan pengetahuan responden dan lebih

    mampu mempertahankan retensi pengetahuan,kemungkinan disebabkan oleh karena prosespendidikan kesehatan oleh peer educator kepadakelompoknya dilaksanakan secara kontinyu. Haltersebut sesuai dengan pendapat Blankhart, 12 bahwakegiatan peer education dapat dilakukan di manasaja, kapan saja, dalam suasana infomal, mengguna-kan "bahasa" yang sama, dalam kelompak sebayayang mempunyai hubungan lebih akrab, sehinggainteraksi dapat terjadi setiap saat. Proses belajardalam peer education juga melibatkan pesertasecara aktif, sehingga pengetahuan yang diperolehlebih mantap dan akan bertahan lebih lama20,sedangkan pada promosi kesehatan dengan metodeceramah tidak terjadi peningkatan pengetahuan yangbermakna dari postest 1 ke postest 2, kemungkinandisebabkan oleh karena pesan yang disampaikanmudah dilupakan setelah beberapa lama, sesuaidengan pendapat Ewles dan Simnett." bahwametode ceramah pada garis besarnya adalah prosessatu arah dengan sedikit kesempatan untukmengukur jumlah orang yang dapat belajar ataumengerti, dan hanya sebagian kecil yang tampaknyadapat diingat pada akhir pertemuan dan akanberkurang dalam beberapa hari lagi. Teori StimulusRespon (S-O-R) juga menyatakan bahwa responyang paling kuat pada saat baru menerima stimu-lus, semakin jauh jarak dari stimulus akan semakinlemah respon tersebut,"4. Perilaku responden

    Pengaruh promosi kesehatan terhadap perkem-bangan perilaku responden dapat dilihat denganmembandingkan nilai perilaku pretes dan postes.Nilai pretest diperoleh dari hasll pengukuran perilakusebelum dilakukan promosi kesehatan, sedang nilaipostes diperaleh dari hasil pengukuran perilaku satubulan setelah promosi kesehatan. Pengukuranpastes perilaku selain dilaksanakan oleh respondensendiri, juga dilaksanakan oleh peer educator padakelompok eksperimen, dan ketua dasawisma pad akelompok kontrol dengan menggunakan kuesioneryang sama untuk memperoleh data yang lebih akuratdan mengurangi bias yang mung kin timbul.

    Hasil uji paired t-iesi pad a perilaku respondenkelompok eksperimen dan kelompok kontralmenunjukkan adanya peningkatan perilaku yangbermakna dari pretest ke pastest. Hasil pengukuranpostest perilaku responden menurut responden

    Berita Kedokferan Masyarakat. Vol. 22, No.3, September 2006. 131

  • 5/15/2018 Jurnal Korelasi Pearson Baru

    5/7

    Elly Swandewi Murti, dkk: Efektivilas Promosi Kesehatan dengan Peer Education

    send iri dan menu rut peer educator pada kelom pokeksperimen serta menurut ketua dasawisma padakelompok kontrol tidak menunjukkan perbedaanyang bemakna, berarti hasil pengukuran postestperilaku relatif sama dan dapat dipercaya, hasil ujidapat dilihat pada Tabel 2.

    pendapat Simon-Morton, et al.a yang mengatakanbahwa pengetahuan merupakan domain yang sangatpenting bagi terbentuknya tindakan seseorang danpengetahuan akan merangsang terjadinya perubahanperilaku seseorang.

    Tabel2. Perbandlngan Rerata Nllal Pretest danPostest Perllaku Responden pada Kelompok Eksperlmen dan Kelompok Kontrol

    Perllaku Kelompok Eksperlmen Kelompok KonlrolRerata SO Sellslh t p Rerala SO Sellslh pPretest 4,76 1.10 4,64 1,184,32 19,04 0,000 2.18 8,67 0.000Postest 9,08 1,60 6,82 1,34Postes:(menurut 9.08 1,60 6,82 1,34responden) 0,24 1,71 0,095 0,31 1,64 0,110Postest(menurut peer 8,84 1,41 6,51 1,17educator/ketuadasawismal

    Hasl' uji i ndependen t t -tes t untuk membanding-kan rerata kenaikan nilai perilaku responden pad akedua kelompok menunjukkan adanya perbedaanyang bermakna pada rerata kenaikan nilai perilakuresponden pada kelompok eksperimen dan kelompokkontrol. Perbandingan peningkatan perilakuresponden pada kelompok eksperimen dan kelompokkontrol dapat dilihat pada Gambar 2.

    10~"OB:::I 8:. :: E 6,82

    II> 6 4,1..III 4~ 4,64(I> 2" 0

    Pretes PostesI_EkSPerimen -+-Kontrol

    Gambar 2. Perbandingan Rerata Perilaku Respondenpada Kelompok Eksperlmen dan Kelompok Kontrol

    Hasil analisis tersebut di atas menunjukkanbahwa promosi kesehatan dengan metode peeredu-cation dan metode ceramah oleh tenaga kesehatan.dapat meningkatkan perilaku responden. Hal inikarena adanya pendidikan kesehatan yang dapatmeningkatkan pengetahuan sebagai dasarperubahan perilaku. Hal tersebut sesuai dengan

    Selanjutnya basil anal isis juga menunjukkanadanya perbedaan yang bermakna antara reratakenaikan nilai perilaku responden pad a keduakelompok. Hal ini menyatakan bahwa promosi kese-hatan melalui peer education lebih meningkatkanperilaku responden/ibu dasawisma dibandingkandengan promosi kesehatan melalui metode ceramah.Hal ini dimungkinkan karena proses pendidikankesehatan pada peer education terjadi secarakontinyu, mengikuti teori adopsi inovasi dari Rogersdan Shoemaker" yang menyatakan bahwa sese-orang akan melalui suatu proses atau tahapan sejakmenerima informasi atau pengetahuan tentangsesuatu yang baru sarnpai pada saat menerima ataumenolak ide baru itu dan tidak setiap orang mem-punyai kecepatan yang sama dalam menerimainovasi.

    Inti dari peer education terletak pad a perananpeer educator pad a setiap tahapan inovasi. Peereducator dapat bertindak sebagai faktor penguatdalam mempengaruhi keyakinan kelompoknya untukberubah ke perilaku yang diinginkan. Bakar" jugaberpendapat bahwa pengetahuan dan perilaku akanlebih baik apabila diberikan pendidikan secaraberulang-ulang baik menggunakan media maupuntidak menggunakan media. Hasil penelitian ini di-dukung oleh penelitian Morisky, et a/.14 yang mem-buktikan adanya peningkatan pengetahuan tentangHIV dan perubahan perilaku seksual berisiko yangsignifikan pada PSK di Phillpina setelah mendapat

    132 Sarita Kedokteran Masyarakat, Vol. 22, No.3, September 2006

  • 5/15/2018 Jurnal Korelasi Pearson Baru

    6/7

    Barita Kedoktaran MasyarakatVol. 22, No.3, September 2006 halaman 128 - 134

    intervensi dengan peer education. PenelitianMariani" juga membuktikan adanya peningkatanpengetahuan dan perilaku pada perempuan PUStentang kesehatan reproduksi setelah mendapatintervensi dengan pendekatan peer education.Selanjutnya, hasil penelitian ini bertentangan denganpenelilian Noya24 yang menyimpulkan bahwa metodeceramah sehari kesehatan reproduksi (CSKR) lebihbaik daripada metode peer education dalammeningkatkan pengetahuan siswa SLTA tentangpencegahan HIV/AIDS dan PMS. Hal inidimungkinkan karena pengelolaan CSKR yang baikdan ceramah yang diberikan bukan dalam bentukceramah satu arah, tetapi berbentuk ceramah yangdisertai tanya jawab, diskusi serta pemutaran film,sedangkan pada metode peer education didapatkanpendampingan siswa sebagai peer educator belumefektif.

    5. Pembahasan metodologisPenelitian ini merupakan penelilian eksperimen

    semu dengan rancangan non-equivalent controlgroup design with pre-test and post-test danmenggunakan dua kelompok, yaitu kelompokeksperimen dan kelompok kontrol. Rancangan inidigunakan dengan pertimbangan bahwa dalampenelltian sosial sulit untuk menggunakaneksperimen murni yang melakukan random dengankarakteristik subjek yang benar-benar sama.Kelemahan dari rancangan penelitian ini adalahadanya ancaman terhadap validitas internalterutama history, maturasi, testing dan instrumentasimaupun validitas eksternai." Upaya yang dilakukanuntuk mengontrol ancaman validitas ini adalahdengan menggunakan kelompok responden yangmemenuhi persyaratan penelitian eksperimental,yaitu adanya kesetaraan kelompok sebelumperlakuan. Penelitian ini belum dapat mengontroladanya kemungkinan responden mendapatkaninformasi dari sumber lain selama penelitian yangdapat mempengaruhi hasil uji, sehingga dapatmenimbulkan bias historylmaturasi.25 8agi penelilianlain disarankan menambah variabel perancu untukmengendalikan hal ini.

    6. Implikasi praktis hasil penelitianHasil penelitian membuktikan bahwa promosi

    kesehatan dengan peer education pada kelompokdasawisma cukup efektif dalam meningkatkanpengetahuan dan perilaku ibu dasawisma dalamupaya penemuan tersangka penderita T8 paru,sehingga metode ini dapat dipakai sebagai salahsatu alternatif promosi kesehatan berbasis masya-rakat dalam meningkatkan pengetahuan atau pema-haman dan perilaku masyarakat tentang penyakitT8 yang pada akhirnya berdampak pada pening-katan cakupan penemuan penderita T8 di Kabupaten8adung. Kelompok dasawisma merupakankelompok masyarakat yang dapat menjadi sumberdaya yang potensial untuk digali. Masyarakat yangberdaya akan mempunyai jejaring yang kuat dansumber daya lain bagi program pengendalian TB.

    Promosi kesehatan dengan peer educationpada kelompok dasawisma dalam upaya penemuantersangka penderita T8 di Kabupaten Badung dapatdilaksanakan melalui beberapa kegiatan yaitu:a. Pemilihan peer educator dari kelompok dasa-

    wisma yang ada di Kabupaten 8adung (sebagailangkah awal dapat ditargetkan satu peer edu-catoratau dusun)b. Pelatihan peer educator dilaksanakan selamadua hari oleh dokter atau petugas puskesmasyang telah mendapat pelatihan tentang TB.

    c. Pemantauan peer educator dalam melaksana-kan promosi kesehatan tentang TB pada kelom-poknya (dilaksanakan setiap bulan oleh petugaskesehatan di puskesmas atau puskesmaspembantu selama tiga bulan)

    d. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan promosikesehatan dengan peer education tentang TBsetiap triwulan.Promosi kesehatan dengan peer education

    pada kelompok dasawisma dalam upaya meningkat-kan penemuan tersangka penderita T8 dapatdilaksanakan di tingkat puskesmas. Pelaksanaanprogram ini tidak terlepas dari dukungan DinasKesehatan Kabupaten 8adung yang berfungsisebagai regulator dan pengambil kebijakan dalambidang kesehatan termasuk pembiayaan bagikelangsungan program pengendalian TB.

    Berita Kedokteran Masyarakat, 'Vol. 22, No.3, September 2006. 133

  • 5/15/2018 Jurnal Korelasi Pearson Baru

    7/7

    Elly Swandewi Murti, dkk: Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Peer Education

    KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

    Promosi kesehatan dengan peer educationdapat meningkatkan pengetahuan ibu dasawismadalam upaya penemuan tersangka penderita TB paru.Promosi kesehatan dengan peer education dapatmeningkatkan perilaku ibu dasawisma dalam upayapenemuan tersangka penderita TB paru. Promosikesehatan melalui peer education lebih efektif dalammenlngkatkan pengetahuan dan perilaku ibudasawisma terhadap upaya penemuan tersangkapenderita TB paru serta lebih mampu mempertahan-kan retensi pengetahuan dibandingkan denganpromosi kesehatan melalui metode ceramah olehtenaga kesehatan pada kelompok kontrol.

    SaranBagi pengambil kebijakan di Dinas Kesehatan

    Kabupaten Badung dapat memakai metode peereducation pada kelompok dasawisma sebagai salahsatu alternatif promosi kesehatan berbasismasyarakat dalam upaya penanggulangan TB paru,terutama dalam meningkatkan cakupan penemuanpenderita TB paru, mengingat peer education dapatdilakukan dl mana saja, kapan saja dan dalamsuasana informal.

    Bag; peneliti lain yang ingin melanjutkanpenelitian ini, disarankan untuk melakukan evaluasiperilaku peer educator setelah pelatihan danmenambah variabel perancu yang dapat mengurangiancaman terhadap valid itas penelitian sepertisumber informasi lain yang diperoleh respondensebelum dan selama penelitian yang dapatmempengaruhi hasil penelitian, melaksanakanobservasi langsung pada pengukuran perilakuresponden atau menggunakan rater.KEPUSTAKAAN1. CDC. World TB day - March 24, 2004. Morbid-

    ity and Mortality Weekly Report,2004;53(10):209.

    2. WHO. Global Tuberculosis Control. WHO Re-port 2006. Geneva. 2006.

    3. Departemen Kesehatan RI. Tuberculosis Preva-lence Survey in Indonesia 2004. Depkes RI.Jakarta. 2005.

    4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman NasionalPenanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI.Jakarta. 2003.

    5. Dinas Kesehatan Propinsi Bali. Laporan HasilKegiatan P2 Tuberkulosis di Bali. Sub DinasPPM & PLP Dinkes Propinsi Bali. Denpasar.2005.

    6. Aditama, T.Y. 2000. Sepuluh MasalahTuberkulosis dan Penanggulangannya. JournalRespirologi Indonesia, 2000;20(1 ):8-12.

    7. Watkins, R.E., Plant, A.J. 2004. Pathways toTreatment for Tuberculosis in Bali. Patient Per-spective. Qualitative Health Re-search.2004;14(5): 691-703.

    8. Simons-Morton, B.G., Greene, W.H., Gottlieb,N.H. 1995. Introduction to Health Education andHealth Promotion. 2nd ed. Lilinois. WavelandPress Inc.1995.

    9. WHO. 1988. Education for Health: A Manualon Health Education in Primary Health Care.Geneva. 1988.

    10. Ewles, L. dan Simnett, I. Promosi Kesehatan :Petunjuk Praktis. Emilia, O. (Alih Bahasa).Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.1994.

    11. Tjahjowati, S., Prawitasari, Y.E., Pramono, D.Metode Alternatif Pendidikan Kesehatan bagiKader Posyandu. Berita KedokteranMasyarakat. 1997;XIII(3):137-149.

    12. Blankhart, M. Peer Education. 2002. Availablefrom: [Accessed17 December 2005]

    13. AUSAID. Modul Pelatihan Peer EducatoruntukKader Posyandu. Yayasan Bina Mandiri, LenteraPKBI, Yogyakarta. 1988.

    14. UNAIDS. Peer Education and HIV/AIDS : Con-cepts, Uses and Challenges. 1999. Availablefrom: [Accessed 17December 2005}.

    15. Bastian, I. The Tsunami of Tuberculosis. TheMedical Journal ofAustralia, 2005; 182(6):263-4.

    134 Berila Kedokteran Masyarakat; Vol. 22, No.3, September 2006