jurnal mitra pendidikan (jmp online) vol 2, no. 2, 205-216
TRANSCRIPT
Frangki Atihuta 205
Frangki Atihuta / JMP Online Vol. 2 No. 2 Februari (2018) 205-216
UJI AKTIVITAS EKSTRAK KOMBINASI BATANG DAN DAUN SURUHAN
(Piperumia pellucida L.H.B Kunth) SEBAGAI ANTI DIABETES
PADA TIKUS PUTIH
Frangki Atihuta
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura, Ambon
INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK
URL : http://e-jurnalmit rapendidikan.com
JMP Online
Vol 2, No. 2, 205-216.
© 2018 Kresna BIP.
e-ISSN 2550-0481
p-ISSN 2614-7254
Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)
Dikirim : 25 Februari 2018 Revisi pertama : 01 Maret 2018 Diterima : 02 Maret 2018 Tersedia online : 06 Maret 2018
Diabetes Mellitus merupakan penyakit menahun dan
progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah
(hiperglikemia) terus menerus karena kekurangan hormon
insulin, baik secara relatif maupun absolut di dalam tubuh.
Dalam tanaman banyak terdapat komponen kimia yang dapat
digunakan sebagai obat. Penelitian ini dilakukan untuk
menguji aktivitas ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan
(Piperumia Pellucida . L.H.B. Kunth) terhadap kadar glukosa
darah tikus putih jantan diabetes yang diinduksi streptozotosin.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 Maret 2014 sampai
dengan tanggal 18 April 2014 dengan sampel penelitian 14
ekor tikus putih jantan diabetes, galur Wistar, umur 2 – 3
bulan, BB 206 gram. Tikus dibagi secara acak dalam dua
kelompok penelitian yaitu kelompok I, II, yang berturut-turut
mendapat perlakuan dengan akuades, ekstrak kombinasi
batang dan daun suruhan dosis 500 mg/Kg BB. Perlakuan
diberikan satu kali sehari selama 14 hari. Hasil pengukuran
kadar glukosa dalam darah (mg/dl) dianalisis secara statistika
menggunakan metode SPSS versi 16.0. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak kombinasi batang dan daun
suruhan dosis 500 mg / Kg BB dapat menurunkan kadar
glukosa darah tikus putih jantan diabetes yang diinduksi
streptozotosin.
Kata Kunci : Ekstrak Kombinasi Batang dan Daun Suruhan (Piperumia Pellucida L.H.B Kunth), Glukosa Darah, Streptozotosin, Antidiabetes
Email : [email protected]
Frangki Atihuta 206
Frangki Atihuta / JMP Online Vol. 2 No. 2 Februari (2018) 205-216
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diabetes Mellitus merupakan penyakit menahun dan progresif, ditandai dengan
kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus menerus karena kekurangan hormon insulin, baik secara relatif maupun absolut di dalam tubuh (Santoso, 2008). Penyakit
diabetes mellitus d itandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi nilai normal atau lebih dari 200 mg/dl dan kadar gula darah puasa diatas atau sama dengan 126 mg/dl. Diagnosis khas diabetes mellitus pada umumnya adalah terdapat
keluhan khas diabetes mellitus yaitu, poliuria (banyak kencing), polidipsia (sering haus), polifagia (banyak makan) dan penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya
serta keluhan lainnya (Misnadiarly, 2006). Santoso (2008) menyatakan bahwa berdasarkan etio loginya, diabetes mellitus
dapat dibedakan menjadi diabetes mellitus t ipe 1 dan t ipe 2. Pada t ipe 1 terdapat
destruksi dari sel β pankreas sehingga tidak memproduksi insulin lagi yang disebabkan karena sistem imun menyerang (reaksi autoimun) sel-sel beta pankreas,
seperti kerusakan genet ik pada beberapa makromolekul yang berfungsi sebagai pensintesis, pembungkus dan pelepas insulin atau sel β tidak mengenal sinya l glukosa atau replikas i normal. Faktor luar yang menyebabkan kerusakan fungsi sel-sel
β adalah virus seperti pada gondok, kerusakan sitotoksik dan pelepasan ant ibod i yang dibuat peka limosit. Pada akhirnya mengakibatkan sel-sel β tidak bisa menyerap
glukosa dari darah dan kadar gula dalam darah meningkat. Tipe ini sering disebut insulin dependent diabetes mellitus atau IDDM karena pasien mutlak membutuhkan insulin.
Menurut Setiawan dan Suhartono (2005), bahan diabetonik yang dapat menyebabkan stres oksidatif pada sel β sehinga tidak mampu memproduksi insulin
diantaranya adalah streptozotosin. Streptozotosin (STZ) atau 2-deoksi-2-3-(metil-3-nitrosoureido) -D-gluko piranose. Streptozotosin merupakan derivat nitrosuria yang diisolasi dari Streptomyces achromogenes yang mempunyai aktivitas secara langsung
merusak sel β sehingga lebih banyak digunakan dalam pembuatan hewan uji DM. (Rees dan Alcolado, 2005).
Berdasarkan penelitian, penderita diabetes di Indonesia pada tahun 2000 mencapai 8,4 juta orang dan menduduki peringkat 4 dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus mengalami peningkatan dua
kali lipat pada tahun 2030, menjadi 21,3 juta orang (Wild, et al., 2004). Sementara itu, berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi diabetes
mellitus tertinggi terdapat di Kalimantan dan Maluku Utara (11,1%) diikuti oleh Riau dan Nanggro Aceh Darusalam (Departemen Kesehatan RI, 2009).
Tindakan pengendalian diabetes mellitus untuk mencegah meningkatnya angka
kematian yang cukup tinggi sangatlah diperlukan, khususnya dengan menjaga tingkat kadar gula darah sedekat mungkin dengan batas normal (Dinas Kesehatan RI, 2005).
Penanganan penyakit diabetes mellitus terlebih dahulu d ilakukan secara non-farmako logis yaitu dengan diet dan olahraga untuk mencapai target gula darah yang diinginkan. Bila kedua cara nonfarmako logis belum mampu mencapai target gula
darah yang diinginkan, maka pengobatan kuratif diabetes mellitus dapat dibantu dengan pengobatan farmakologi namun bergantung pada tipe diabetesnya. Untuk
Frangki Atihuta 207
Frangki Atihuta / JMP Online Vol. 2 No. 2 Februari (2018) 205-216
diabetes tipe 1, penanganan farmako logis dilakukan hanya dengan disuntikan insulin ke dalam tubuh. Sedangkan untuk diabetes tipe 2 lazimnya digunakan obat-obatan ant idiabetes oral, diantaranya adalah Metformin dan Glibenklamida. Namun
pengkonsumsian obat-obatan ant idiabetes dalam jangka panjang beresiko buruk terhadap kesehatan dan resiko resistensi, sehingga dosis pemberian obat semakin
lama semakin t inggi. Untuk mengurangi resiko kesehatan diatas, perlu dikembangkan alternatif lain secara herbal (dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan) yang relatif lebih aman bagi para penderita diabetes tipe 2 (Agoes, 1991).
Banyak jenis tanaman yang dapat dibudidayakan karena bermanfaat bagi manusia dalam hal pengobatan. Dalam tanaman banyak terdapat komponen kimia yang
dapat digunakan sebagai obat. Salah satunya adalah Suruhan atau Peperomia pellucida L.H.B Kunth, yang secara empiris tumbuhan ini telah digunakan dalam pengobatan demam, penyakit perut, atau pengobatan luar lainnya (Heyne 1987). Suruhan
merupakan tumbuhan semak yang dapat hidup pada daerah tropis dan lembab. Suruhan tersebar luas di setiap daerah di Indonesia yang umumnya dikonsumsi dengan cara
diseduh, tetapi ada juga yang mengkonsumsinya sebagai lalapan segar (Cao, 2011). Menurut Hembing (2004), bagian yang berkhasiat dari suruhan adalah batang dan daunnya untuk mengatasi nyeri pada rematik, penyakit asam urat, sakit kepala, sakit
perut, abses, bisul, jerawat, radang kulit, luka terpukul dan luka bakar ringan. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tanaman suruhan
mempunyai potensi sebagai antiinflamasi (Wijaya dan Monica, 2004), antipiretik (Khan, et al., 2007), antimikroba dan anti kanker (Wei, et al., 2011), dan memiliki efek analgetik (Mulya ni 2011).
Secara empiris penggunaan tumbuhan suruhan sebagai bahan obat tradisional telah banyak digunakan di Indonesia. Bagian dari tumbuhan suruhan yang sering
digunakan adalah bagian batang dan daun. penggunaan batang dan daun tumbuhan suruhan ini terus berkembang di masyakat, namun kajian ilmiah terkait penggunaan batang dan daun suruhan masih terbatas dan belum banyak dilakukan. Oleh karena itu,
maka perlu dilakukannya penelitian terkait dengan penggunaan batang dan daun suruhan sebagai bahan antidiabetes.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Uji Aktivitas Ekstrak Kombinasi Batang Dan Daun Suruhan (Piperumia Pellucida L.H.B Kunth) Sebagai Anti Diabetes Pada Tikus Putih.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah pemberian ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan dapat menurunkan
kadar glukosa darah tikus yang diinduksi streptozotosin?. 2. Apakah terdapat perbedaan penurunan glukosa darah tikus yang diinduksi
streptozotosin antara kelompok yang diberikan ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan dan kelompok kontrol?.
Frangki Atihuta 208
Frangki Atihuta / JMP Online Vol. 2 No. 2 Februari (2018) 205-216
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk 1. Menganalisis Apakah pemberian kombinasi ekstrak batang dan daun suruhan
dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus yang diinduksi streptozotosin. 2. Menganalisis perbedaan penurunan glukosa darah tikus yang diinduksi
streptozotosin antara kelompok yang diberikan ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan dan kelompok kontrol.
KAJIAN PUSTAKA
Klasifikasi Tumbuhan Suruhan
Kedudukan tanaman Suruhan ( Peperomia pellucida L H. B.Kunth) dalam klasifikasi menurut (United Sateds Depertemen Of Argicultur Natural Resource Conservation Service, 2011) adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Piperales
Suku : Piperaceae Marga : Peperomia Jenis : Peperomia pellucida H.B.K
Nama daerah tumbuhan suruhan adalah seladaan (Jawa), saladaan (Sunda),
ketupang ayer (Sumatera), gotu garoko (Maluku) (Nurhayati 2011).
Morfologi Tumbuhan Suruhan
Peperomia pellucida L. Kunth atau sering dikenal dengan tumbuhan suruhan merupakan tumbuhan dengan morfologi sebagi berikut : Akar Tanaman suruhan
memiliki akar serabut yang tertanam pada permukaan tanah (dangkal) dan berwarna
putih). Batang Tanaman suruhan memiliki tinggi batang 20 sampai 40 cm, tegak,
bercabang, bulat, tebalnya sekitar 5 mm, berair, dan lunak warnanya hijau pucat atau hijau muda. Dahan berbuku-buku serupa tumbuhan sirih. Daun suruhan memiliki bentuk daun tunggal, duduk spiral, lonjong, panjang 1-4 cm. Lebar daun suruhan ini
sekitar 0.5-2 cm berbentuk hati dan panjang sekitar 4 cm, ujung runcing, pangkal bertoreh, tepi rata, pertulangan melengkung, permukaan licin, lunak dan berwarna
hijau. Bunga suruhan tersusun dalam rangkaian berbentuk bulir yang panjangnya 1-6 cm, warnanya hijau, terletak di ujung tangkai dan buah berbentuk bulat, ujung runcing, sangat kecil dengan diameter kurang dari 1 mm tersusun seperti buah lada, berbentuk
bujur dan berwarna hijau ketika muda dan coklat apabila matang (United Sateds
Depertemen Of Argicultur Natural Resource Conservation Service, 2011).
Diabetes Mellitus
Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang mengalami peningkatan terus menerus dari tahun ke tahun. Diabetes adalah penyakit
metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin, dan resistensi insulin atau keduanya.
Frangki Atihuta 209
Frangki Atihuta / JMP Online Vol. 2 No. 2 Februari (2018) 205-216
Hiperglikemia yang berlangsung lama (kronik) pada Diabetes Melitus akan menyebabkan kerusakan gangguan fungsi, kegagalan berbagai organ, terutama mata, organ, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah lainnya (Suastika K., et al., 2011).
Faktor Penyebab Diabetes
Beberapa faktor yang dapat menunjang timbulnya Diabetes Mellitus yaitu Faktor Gaya hidup. Gaya hidup merupakan perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas sehari-hari. Makanan cepat saji, olahraga tidak teratur dan minuman bersoda
adalah salah satu gaya hidup yang dapat memicu terjadinya DM tipe 2 (ADA, 2009). Diet yang tidak sehat. Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga, menekan
nafsu makan, sering mengkonsumsi makan siap saji (Abdurrahman, 2014).
Gejala diabetes
Berdasarkan Perkeni (2011) Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme yang bersifat kronis dengan karakteristik 11 hiperglikemia. Berbagai
komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nefropati, dan gangren. Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian, ada beberapa gejala yang harus
diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsia
(sering haus) dan polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu sering pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali sangat
mengganggu (pruritus) dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas (perkeni 2011).
Diabetes dan Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan penyebab terjadinya penyakit degeneratif sepert i
kanker, aterosklerosis, diabetes melitus, jantung koroner akibat peningkatan dan penumpukan radikal bebas dalam tubuh. Untuk mencapai kondisi stabil, oksigen
radikal bebas akan menangkap elektron dari senyawa-senyawa penyusun sel maupun organ, baik karbohidrat, protein ataupun lemak. Radikal bebas akan merusak DNA sel yang dapat mengakibatkan pertumbuhan sel yang abnormal. Radikal bebas juga
dapat menyerang organel-organel sel yang mengakibatkan kematian sel yang berujung pada penurunan fungsi organ dan penyakit degeneratif. Selain itu, oksidasi
radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan pada sel beta pankreas sehingga menurunkan kemampuan untuk memproduksi insulin (Tjokroprawiro, 2012).
METODE PENELITIAN
Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen laboratorium. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Dasar Universitas Pattimura.
Frangki Atihuta 210
Frangki Atihuta / JMP Online Vol. 2 No. 2 Februari (2018) 205-216
2. Waktu penelitian Penelitian dilakukan dari tanggal 18 Maret 2014 sampai dengan tanggal 18 April 2014.
Populasi dan Sampel
1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan, umur 2-3 bulan dengan berat 200 gram.
2. Sampel Pada penelitian ini, jumlah sampel sebanyak 14 ekor tikus yang terbagi dalam 2
kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 7 ekor tikus.
Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi Melakukan pengamatan terhadap aktivitas anti diabetes pada tikus putih. 2. Kepustakaan
Melalui tinjauan pustaka dari referensi yang relevan yang menjadi sumber pustaka yaitu buku, jurnal, serta laporan hasil penelitian.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan program SPSS 16.0. Data dianalisis secara deskriptif untuk melihat distribusi data. Apabila data terdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji one way. Namun apabila tidak terdistribusi normal, analisis
dilanjutkan dengan menggunakan uji kruskall-walis dan akan dilanjutkan dengan uji mann-withney untuk uji beda antar kelompok.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Berat Badan Tikus
Berdasarkan hasil penelitian, kondisi fisik dari 14 ekor tikus, selama 30 hari memperlihatkan keadaan yang sangat aktif sebelum diinduksi dengan streptozotosin.
Namun setelah diinduksi dengan streptozotosin pada 7 ekor tikus kelompok perlakuan, tikus memperlihatkan keadaan lemas dan tidak aktif. Berat badan rata-rata pada
kelompok kontrol yaitu 206,0 mg/bb dan berat badan rata-rata tikus pada kelompok perlakuan adalah 203,0 mg/bb. Hasil pengukuran berat badan sebelum dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada tabel 1.
Table 1. Penggukuran Rata-Rata Berat Badan pada Tikus Galur Wistar
Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan
No 1
Berat Badan
Kontrol Perlakuan stz Perlakuan Ekstrak
206,0 195,8 203,0
Sumber : Data Primer, Diolah (2014)
Frangki Atihuta 211
Frangki Atihuta / JMP Online Vol. 2 No. 2 Februari (2018) 205-216
Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa berat badan sebelum diberikan perlakuan streptozotosin dan ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan (Piperomia pelucida L.H.B. kunth) menunjukkan bahwa berat badan tikus masih dalam kondisi berat
normal. Setelah diberikan streptozotosin selama 6 hari maka terjadi penurunan pada berat badan awal (kontrol). Kemudian dilanjutkan dengan pemberian ekstrak
kombinasi batang dan daun suruhan (Piperomia pelucida L.H.B. kunth) menunjukkan terjadi peningkatan setelah pemberian ekstrak selama 14 hari.
Kadar Glukosa Darah
Pengukuran kadar glukosa darah pada tikus wistar dilakukan baik pada
kelompok kontrol maupun perlakuan. Disamping itu pengukuran dilakukan baik setelah induksi streptozotosin maupun setelah pemberian ekstrak. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Table 2. Pengukuran Kadar Glukosa Darah pada Tikus Galur Wistar
kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan
No
Kadar Glukosa Darah ( mg/dl)
Kelompok
Kontrol
Setelah Induksi stz
Setelah Pemberian Ekstrak
1 105,54 201,54 189,72
2 74,85 208,72 193,43
3 172,69 381,23 210.68
4 132,46 206,00 182,56
5 107,88 340,27 200,00
6 133,32 209,40 179,32
7 69,80 111 101
Sumber : Data Primer, Diolah (2014)
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa kadar glukosa darah pada kelompok kontrol
masih dalam kondisi normal. Setelah diberikan streptosotozin sebanyak 2 ml selama 6 hari, terjadi peningkatan kadar glukosa darah tikus. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian ekstrak sebanyak 10 ml selama 14 hari. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
kadar glukosa darah, maka diketahui telah terjadi penurunan glukosa darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol dan perlakuan terdapat nilai yang berbeda.
Frangki Atihuta 212
Frangki Atihuta / JMP Online Vol. 2 No. 2 Februari (2018) 205-216
Tabel 3. Hasil Analisis Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Tikus Galur
Wistar Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Perlakuan Minimum Maksimum Standar
Deviasi Mean
Kontrol 1.84 2.24 0.140 2.037
Stz 2.05 2.58 0.175 2.345
Stz+ekstrak 2.00 2.32 0.108 2.244
Sumber : Data Primer, Diolah (2014)
Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukan bahwa pada glukosa darah pada perlakuan streptozotosin nilai mean adalah 2.345 lebih tinggi dari kontrol yaitu 2.037
dan streptozotosin + esktrak yaitu 2.244. Begitu pula pada standar deviasi nilai perlakuan streptosotozin lebih tingggi dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan streptosotozin + ekstrak.
Tabel 4. Perubahan Kadar Glukosa Darah Baik pada Kelompok Kontrol
dan Kelompok Perlakuan
Kelompok N Mean Rank Sig.
Kadar Glukosa Darah
Kontrol 7 5.14
Stz 7 16.14 .004
STZ + Ekstrak 7 11.71
Total 21
Sumber : Data Primer, Diolah (2014)
Hasil uji statistik Shapiro-Wilk pada glukosa darah antara control dan perlakuan streptozotosin + ekstrak menunjukkan data tidak normal pada perlakuan
streptosotozin + ekstrak yaitu nilai p = 0.002 < dari nilai kemaknaan 0.05. Hasil uji Kruskall-Walis menunjukkan bahwa nilai P=0.004 < 0.05. Pengujian kemudian dilanjutkan dengan uji Mann Whitney untuk melihat perbedaan masing-masing
kelompok. Hasil pengujian Mann-Whitney dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.
Tabel 5. Hasil Perbedaan Kelompok Menggunakan Uji Lanjut Mann Whitney
pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Kelompok Perlakuan Nilai P
Control STZ 0.004*
STZ + Ekstrak 0.11*
STZ STZ + Ekstrak 0.73
Nilai p = 0.05; * = bermakna Sumber : Data Primer, Diolah (2014)
Frangki Atihuta 213
Frangki Atihuta / JMP Online Vol. 2 No. 2 Februari (2018) 205-216
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, adanya peningkatan kadar glukosa darah tikus pada kelompok perlakuan setelah diinduksi dengan streptozotosin disebabkan
karena streptozotosin merupakan zat dibetagonik yang dapat menganggu sel β dan mengakibatkan penurunan sekresi insulin (Nugroho 2006). Streptozotosin diabsorbsi
ke dalam darah dan dibawa menuju ke dalam pankreas masuk ke dalam sel β pulau langerhans melalui tansporter glukosa GLUT2 dan menyebabkan alkilasi DNA. Alkilasi DNA oleh streptozotosin melalui gugus nitrosourea yang bersifat toksik pada
sel beta pankreas sehingga menyebabkan hiperglikemia. (Szkudelski, 2001). Menurut Tiwari (2002), hiperglikemia akan memperburuk dan memperparah
pembentukan reaktive oxygen species (ROS) diantaranya radikal superoksida (O2-),
radikal hidroksil (OH-). ROS akan meningkatkan pembentukan ekspresi Tumour necrosis factor-α (TNF-α) dan memperparah stres oksidatif yang dapat mengakibatkan
resistensi insulin. TNF-α dapat mengakibatkan penurunan fungsi insuline-sensitive glucose transporter (GLUT-4).
Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho dan Nigsih (2004) menyatakan Induksi Streptozotosin akan menyebabkan terjadinya alkilasi DNA. Kerusakan DNA akan memicu produksi enzim poli (ADP ribosa), yaitu enzim yang diperlukan untuk
memperbaiki kerusakan DNA. Enzim ini memerlukan NAD (nikotinamida adenine dinukleotida) sebagai substratnya, sehingga kandungan NAD+ dalam sel menurun.
Menurunnya kadar NAD+ selular juga menyebabkan penurunan jumlah ATP sehingga sintesis dan sekresi insulin dapat terhambat yang menyebabkan hiperglikemia.
Berdasarkan pada hasil pengukuran kadar glukosa menunjukan adanya
penurunan kadar glukosa darah tikus setelah pemberian ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan. Penurunan kadar glukosa darah terjadi dikarenakan adanya perbaikan
jaringan pankreas, sehingga dapat meningkatkan sekresi insulin akibatnya glukosa dalam darah dapat diserap ke dalam sel dan dapat diubah menjadi energi atau disimpan dalam bentuk glikogen dalam hati dan otot. Adanya perbaikan jaringan pankreaas
disebabkan karena ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan mempunyai zat bioaktif
alami yaitu flavonoid yang dapat mengurangi kerusakan sel pankreas dengan cara
meregenerasi sel-sel β pankreas di sekitarnya, sehingga meningkatkan pelepasan insulin. Hal ini sejalan dengan penelitian Elsha Ukieyanna (2012), yang meyatakan
kandungan flavonoid yang dimiliki oleh tanaman suruhan adalah sebesar 4.058 ± 0.352 mg QE/g. Flavonoid berperan sebagai antioksidan alami dalam memperbaiki kerusakan jaringan pankreas yang disebabkan oleh alkilasi DNA akibat induksi
streptozotosin. Hal ini disebabkan karena flavonoid mampu berperan menagkap radikal bebas. (Nugroho 2006).
Aktivitas antioksidan memungkinkan flavonoid untuk menangkap atau menetralkan radikal bebas (seperti ROS) terkait dengan gugus OH. Flavonoid akan mendonorkan atom hidrogen ke radikal peroksi membentuk radikal flavonoid yang
mudah bereaksi dengan radikal bebas sehingga rantai reaksi radikal berhenti (Elsha Ukieyanna 2012). Flavonoid berfungsi sebagai agen penurun oksidator sebelum
merusak sel. sehingga kerusakan sel dapat dikurangi. Selain itu flavonoid juga dapat menstimulasi pengambilan glukosa pada jaringan perifer.
Frangki Atihuta 214
Frangki Atihuta / JMP Online Vol. 2 No. 2 Februari (2018) 205-216
Flavonoid dapat mengatur aktivitas ekspresi enzim yang terlibat dalam jalur metabolisme karbohidrat. Dengan kata lain proses inflamasi dapat terhambat dan menekan aktivitasi proinflamasi TNF α, sehingga terjadinya perbaikan pada sel β
pankreas melalui regenerasi sel serta membaiknya organ sel β pankreas. Perbaikan peningkatan insulin, berakibat kadar glukosa darah menurun yang dapat dilihat setelah
pemberian ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan (Botutihe 2010). Penelitian yang dilakukan Suryani dkk (2013) tentang Pengaruh Ekstrak Metanol Biji Mahoni terhadap Peningkatan Kadar Insulin, Penurunan ekspresi TNF-α dan perbaikan
jaringan pankreas tikus diabetes. Mendapatkan adanya peningkatkan kadar insulin dan perbaikan TNF-α,setelah diberikan ekstrak.
Selain itu juga hasil penelitian uji antidiabetik infusa kelopak bunga rosella (hibiscus sabdariffa linn.) pada tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi streptozotosin yang dilakukan oleh Atique dkk (2011) menyatakan adanya penurunan
kadar glukosa darah setelah diberikan infusa kelopak bunga rosella, hal ini disebabkan karena adanya kandungan flavonoid sebagai antioksidan didalam ekstrak methanol biji
mahoni dan ekstrak air herba cuplikan. Hal ini mendukung hasil penelitian peneliti, dimana terdapat penurunan kadar glukosa darah tikus yang diinduksi streptozotosin setelah diberikan ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan (piperumia pelucida
L.H.B.Kunt ). Dengan demikian hipotesis HI dapat diterima yaitu bahwa adanya pengaruh pemberian ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan (piperumia pelucida
L.H.B.Kunt ) terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus yang diinduksi streptozotosin, dengan nilai rata-rata adalah 2.345 mengalami penuruan jika
dibandingkan dengan nilai rata streptozotosin + esktrak yaitu 2.244.
Saran
Bagi peneliti lain agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek dari ekstrak kombinasi batang dan daun suruhan (piperumia pelucida L.H.B. Kunth)
terhadap perbaikan jumlah sel beta pankreas sehingga dapat menemukan studi yang pasti mengenai manfaat ekstrak batang dan suruhan terhadap pengobatan penyakit
diabetes. DAFTAR PUSTAKA
Cao Hu Jiao. 2011. Philipine Medicinal Plant: Pansit-pansitan. Manila : Manila Medical Society.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia .2005. Pharmaceutical Care Untuk
Penyakit Diabetes Mellitus. Departemen Kesehatan Republik Indonesia .2009. Profil kesehatan Indonesia.
Frangki Atihuta 215
Frangki Atihuta / JMP Online Vol. 2 No. 2 Februari (2018) 205-216
Dewanto, A. 2008, Analisis Makroskopik Mikroskopik dan Penentuan Senyawa Identitas dari Simplisia Herba Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molkenb), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Endrinaldi, 2007. Pengaruh Pemberian Vitamin C dan E Terhadap Kadar MDA dan Kolesterol Darah Kelinci Diabetes Melitus (DM) Akibat Induksi Aloksan.
Bagian Kimia Fakultas Kedoketeran Universitas Andalas. Elsha Ukieyanna.2012. aktivitas antioksidan, kadar fenolik, dan flavonoid total
tumbuhan suruhan (peperomia pellucida l. kunth) Skripsi. Institute Pertanian
Bogor. Gianello Mikhail Domingo P. Cera, Nicole Rose B. Ramos, Nerisse Isabella T. Siazon.
2009. In vitro Evaluation of Potential Chemotherapeutic and Chemopreventive Properties of P. pellucida (L.) Kunth on HCT 116
Gunawan SG. 2007. Farmakologi Dan Terapi, Ed ke-5. Jakarta: Gaya Baru.
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan.Terjemahan K. Padmawinata. Edisi II. Bandung
Hembing W. 2008. Bebas Diabetes Melitus Ala Hembing. Jakarta: Puspa Swara. Kamus Besar Bahasa Indonesia .( 2008). Gramedia, Jakarta Khan, A., Rahman, M., dan Islam, S. 2007. Antipyretic Activity of Peperomia
pellucida Leaves in Rabbit. Turk J Biol. 32(1): 37-41 Lestari, P. 201). Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Senyawa Triterpenoida/Steroida
Dari Herba Suruhan (Peperomiae pellucidae herba). Skripsi. Medan: Fakultas farmas is i Universitas Sumatera Utara.
Mulyani, D. 2011. Uji Efek Analgetik Herba Suruhan (Peperomia pellucida) Pada
Mencit Putih Betina. Scientia. 1(2): 34-38 Mulyani,S., Toga, L. 2011. Analisis f lavonoid dan tannin dengan cara mikrokopis
mikrokimiawi. Jurnal. Yogyakarta : universitas gajah mada. Santoso, Mardi. 2008. Senam Diabetes Indonesia Seri 4 Persatuan Diabetes
Indonesia. Jakarta.
Soemanto P, Tjokorda GDP, Andreas AS, Tri Ambarwati., , 2007. Diabetes Melitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit Dalam. Semarang : CV. Agung
Semarang Susanti, N, 2010, Buku Panduan Skripsi Sistem Informasi, Fakultas Teknik,
Universitas Muria Kudus, Kudus Sulistyowati, Y., Septriana, Rafika., M. 2013. Effect of Water Extract Herbs Ciplukan
(Physalis angulata L) on Blood Sugar and Lipid Profile of Sprague Dawley Male Rats Injected By Streptozotocin and Lipopholysacharide. Abstract book of Asia
Pacific Conggres of Clinical Nutrition. Jepang Suryani, Nany, Tinny Endang , Aulanni'am. 2013. Pengaruh Ekstrak Metanol Biji
Mahoni terhadap Peningkatan Kadar Insulin, Penurunan Ekspresi TNF-α dan
Perbaikan Jaringan Pankreas Tikus Diabetes. Banjar baru Suyono, slamet. 2007. Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu Jakarta: depertemen
penyakit dalam .FKUI Tasmisi . 2008. Flavonoid dalam Purnomo, M. 2001. Isolasi Flavonoid dari Daun
Beluntas (Pluchea indica Less) yang mempunyai Aktivitas Antimikroba.
Frangki Atihuta 216
Frangki Atihuta / JMP Online Vol. 2 No. 2 Februari (2018) 205-216
Tjokroprawiro, A. 2001. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Mellitus. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Wahyu, W. 2008. Potensi antidioksidan sebagai antidiabetes.universitas Kristen
maranatha, Bandung. Wei, S.L., Wee, W., Siong, J.Y.F., dan Syamsumir, D.F. 2011. Characterization of
Anticancer, Antimicrobial, Antioxidant Properties and Chemical Compositions of Peperomia pellucida Leaf Extract.