jurnal rodiyah tingkat pengetahuan.docx
DESCRIPTION
jurnalTRANSCRIPT
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP TERHADAPHIV/AIDS MAHASISWA YANG TINGGAL DI ASRAMA
KALIMANTAN TIMUR DI YOGYAKARTA 2007
Disusun olehRodiyah
INTISARI
Latar Belakang : AIDS adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan data diperoleh dari Ditjen PP & PL Depkes RI 2007 penderita AIDS di Indonesia sudah mencapai 2906 kasus. Meningkatnya kasus HIV/AIDS, berarti meningkat pula jumlah orang dengan HIV/AIDS. Semua mahasiswa yang tinggal di asrama rentan terkena atau terinfeksi HIV/AIDS mengingat asrama merupakan tempat saling berinteraksi dan bersosialisasi antara satu dengan yang lainnya.Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Lokasi penelitian di asrama mahasiswa Kalimantan Timur di Yogyakarta pada bulan Juni 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur sebanyak 150 responden dengan menggunakan total sampling. Instrumen/alat pengumpulan data pengetahuan yang digunakan adalah kuesioner. Uji analisis dengan menggunakan chi square.Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan Chi square diperoleh nilai sig pada Pearson Chi-Square adalah 0.000. karena p < 0.05 berarti signifikan, yang berarti terdapat hubungan pada tingkat yang kuat antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.Kesimpulan : Ada hubungan pada tingkat yang kuat antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.Kata Kunci : HIV/AIDS, Pengetahuan, Sikap, Mahasiswa.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang dikenal dengan AIDS
disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang dapat menyerang
sistem kekebalan tubuh. Pada saat sistem kekebalan tubuh menurun, seseorang akan
lebih rentan atau mudah terkena beberapa jenis penyakit (sindrom). Penyakit tersebut
disebut sebagai infeksi oportunistik.
Beberapa data menunjukkan bahwa penderita HIV ataupun AIDS pada kelompok
muda (usia produktif) meningkat tajam. Hal ini terjadi karena (a) kaum muda lebih
rentan tekena infeksi HIV/AIDS; (b) perilaku seksual yang tidak sehat dan tidak
bertanggung jawab; (c) jumlah kaum muda lebih besar; (d) perkembangan teknologi
yang semakin maju; (e) anak muda pada posisi “transisi perilaku” atau masa gonjang-
ganjing sehingga mudah sekali terpengaruh dan keinginan untuk “coba-coba” tinggi.
Jumlah HIV/AIDS di Indonesia sampai saat ini adalah : 786 dengan kematian:
418. Secara kumulatif pengidap infeksi HIV dan kasus AIDS 1 Januari 1987 s.d. 30
September 2007, terdiri dari: 5904 HIV dan 10384 AIDS. Jumlah HIV dan AIDS: 16288
dengan kematian: 2287. (www.yayasanspiritia.com , 2007).
Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari Ditjen PP & PL Depkes RI 2007,
peringkat tertinggi penderita HIV/AIDS ada pada golongan usia 15-19 tahun dengan
total penderita 268, usia 20-29 tahun total penderita 5587, usia 30-39 tahun total
penderita 2906. Golongan usia tersebut adalah usia mahasiswa pada umumnya.
Kelompok masyarakat yang paling rentan menjadi sasaran sekaligus merasakan
dampak negatifnya adalah kaum muda usia produktif, yaitu genersi muda yang
diharapkan akan mewarisi sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang.
Di Indonesia, pada awalnya persentase penularan HIV melalui hubungan seksual
lebih dominan (lebih dari 60 %), namun sekarang telah digeser oleh pengguna
psikotropika-narkotika terutama pemakai jarum suntik yang tidak steril dan dipakai
secara bergantian (Injected Drug Use).
Kasus HIV/AIDS di Kota Yogyakarta merupakan yang paling tinggi angka
kejadiannya, dibandingkan kota-kota lain yang ada di Jawa Tengah, yaitu sebanyak 34
kasus dari 49 kasus (69,38 %) yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kabupaten Sleman 37 kasus; Kabupaten Bantul 14 kasus (28,57 %); Kabupaten Kulon
Progo 1 kasus (2,04 %) (www.google.co.id , 2007).
Semua anggota asrama rentan terkena atau terinfeksi HIV/AIDS mengingat
asrama merupakan tempat saling berinteraksi dan bersosialisasi antara satu dengan yang
lainnya.
B. Rumusan Masalah
“Apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap mahasiswa
terhadap HIV/AIDS di lingkungan Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta?
C. Tujuan Umum Penelitian
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS
mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.
Tujuan khusus
a) Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan mahasiswa yang tinggal di Asrama
Kalimantan Timur terhadap HIV/AIDS.
b) Untuk mengetahui sikap mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur
terhadap HIV/AIDS.
II Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian pengetahuan
Menurut Ashari (1990), pengetahuan adalah pemahaman subjek mengenai objek yang
dihadapinnya. Subjek yang dimaksud adalah manusia sebagai kesatuan berbagai
macam kesanggupan yang digunakan untuk mengetahui sesuatu, sedangkan yang
dimaksud objek dalam pengetahuan adalah benda atau hal yang diselidiki oleh
pengetahuan itu.
a. Tingkatan pengetahuan, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt- behavior). Pengetahuan yang
dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu : Tahu (know), Memahami
(comprehensin), Analisis (analysis), Aplikasi (application), Sintesis (synthesis), Evaluasi
(evaluation).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : Tingkat pendidikan, Informasi,
Budaya, Pengalaman, Sosial ekonomi
2. Sikap
a. Pengertian
Sikap atau attitude dapat kita terjemahkan dengan sikap terhadap objek
tertentu, yang dapat merupakan sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh
kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objektif tadi. (Gerungan,
2002). Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri,
orang lain, objek atau isu-isu (Azwar, 2003).
Sikap merupaka respon atau reaksi yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek (Azwar, 2003).
b. Stuktur sikap
1. Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku
atau apa yang benar bagi objek sikap. Isu seperti apa yang itu merupakan
stereotype atau sesuatu yang telah terpolakan dalam fikirannya.
2. Komponen efektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang
terhadap suatu objek sikap atau disamakan sengan perasaan yang dimiliki
terhadap sesuatu, namun perasaan pribadi sering kali sangat berbeda
perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.
3. Komponen perilaku atau konatif menunjukkan bagaimana perilaku atau
kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan
objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa
kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Karena itu adalah
logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang akan mencerminkannya
dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek.
c. Fungsi sikap
Fungsi sikap bagi manusia telah dirumuskan menjadi empat macam, yaitu:
1) Fungsi instrumental, fungsi peyesuaian atau fungsi manfaat.
Fungsi ini menyatakan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk
memaksimalkan hal-hal yang diinginkan dan meminimalkan hal-hal yang
tidak diinginkan, seseorang akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal
yang dirasakannya akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap
negatif terhadap hal-hal yang dirasakannya akan merugikan dirinya.
2) Fungsi pertahanan Ego
Sewaktu individu mengalami hal yang tidak menyenangkan dan dirasa akan
mengancam egonya atau sewaktu ia mengetahui fakta dan kebenaran yang
tidak mengenakkan bagi dirinya maka sikapnya dapat berfungsi sebagai
mekanisme pertahanan ego yang akan melindunginya dari kepahitan
kenyataan tersebut.
3) Fungsi pernyataan nilai
Nilai adalah konsep dasar mengenai apa yang dipandang sebagai hal yang baik
dan diinginkan.
4) Fungsi pengetahuan
Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu,
mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya (Azwar,
2003).
d. Karakteristik sikap
Sikap dapat diungkap dan dipahami dari beberapa karakteristik (dimensi) sikap
yaitu:
1) Sikap mempunyai arah
Artinya sikap terpilah pada dua pilihan yaitu apakah setuju atau tidak setuju,
apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak
memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek.
2) Sikap mempunyai intensitas
Artinya pandangan seseorang terhadap sesuatu yang sama belum tentu sama
antara individu yang satu dengan yang lainnya.
3) Sikap mempunyai keluasaan
Artinya kesetujuan atau tidak kesetujuan terhadap sesuatu objek sikap dapat
mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula
mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap.
4) Sikap mempunyai konsistensi
Adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan
responnya terhadap objek sikap
5) Sikap mempunyai spontanitas
Yaitu menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan
sikapnya secara spontan atau secara terbuka tanpa harus melakukan
pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya
(Azwar, 2003).
e. Pembentukan dan perubahan sikap
Menurut Ahmadi (2002), terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi
prasangka oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya keluarga, norma,
golongan agama dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan
yang besar dalam membentuk sikap putra- putrinya.
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap :
1. Faktor intern yaitu faktor yang terdapat dalam diri pribadi manusia itu sendiri.
Faktor ini berupa selectivity atau daya pillih seseorang untuk menerima atau
mengolah pengaruh yang datang dari luar, dan pilihan tersebut disesuaikan
dengan motif dan sikap dalam diri manusia.
2. Faktor ekstern yaitu berupa faktor yang terdapat di luar pribadi manusia.
Faktor ini berupa interaksi sosial kelompok. Misalnya, surat kabar, radio,
televisi, majalah dan lain sebagainya. Pengetahuan memegang peranan penting
dalam penentuan sikap yang utuh. Sikap dapat berubah-ubah karena faktor-
faktor dalam individu seperti perberbedaan bakat, minat, pengalaman,
intensitas, perasaan dan lingkungan (Purwanto, 1999).
Pengetahuan memegang peranan penting dalam penentuan sikap dan
membentuk kepercayaan yang akan mempengaruhi persepsi manusia terhadap
suatu kenyataan. Menjadi dasar pengambilan keputusan atau di samping itu
pengetahuan juga memberikan persepsi terhadap suatu kesalahan dan turut
menentukan sikap terhadap suatu objek (Notoatmojo, 2003).
3. HIV/AIDS
a. Pengertian HIV/AIDS
HIV kepanjangan dari Human Immunodeficiency Virus. HIV hanya menular
pada manusia. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh yang melindungi tubuh
terhadap infeksi.
AIDS (Acquired Immuno Defisiency Syndrome) adalah kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh. Penyebabnya adalah virus HIV
yang menyerang sel-sel kekebalan tubuh. Virus HIV ditemukan dalam jumlah besar
pada darah, air mani dan cairan vagina (BKKBN Provinsi DIY, 2005).
b. Cara penularan HIV/AIDS
Penularan HIV akan terjadi bila ada kontak langsung atau percampuran cairan tubuh
yang mengandung HIV, yaitu :
1) Melalui hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV, baik melalui
vagina (genetalia), dubur (anus), maupun mulut (oral).
2) Melalui tranfusi darah atau produk darah yang mengandung HIV.
3) Melalui jarum suntik atau alat-alat penusuk (tindik, tato,cukur kumis/ jenggot),
yang tercemar HIV, oleh karena itu pemakaian jarum suntik secara bersama-sama
oleh para pecandu narkotika akan mudah menularkan HIV diantara mereka bila
salah satu diantaranya seorang pengidap HIV.
4) Ibu hamil yang mengidap HIV kepada bayi dalam kandungannya
(BKKBN Provinsi DIY, 2005).
Mengingat pola transmisi HIV atau penularan HIV seperti disebutkan di
atas, maka terdapat orang-orang yang memiliki prilaku beresiko tinggi terinveksi
HIV, diantaranya :
1) Wanita dan laki-laki berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual
tanpa pengaman (kondom).
2) Wanita pekerja seksual dan pria pekerja seksual serta pelanggannya.
3) Penyalahgunaan narkotika dengan suntikan yang menggunakan jarum suntik
secara bersama-sama (bergantian).
4) Menggunakan alat tindik, tato, jarum atau benda yang dilalui melalui tubuh yang
bekas pakai.
5) Tidak memakai alat-alat medis dan non medis terutama yang berhubungan
dengan cairan tubuh manusia.
6) Orang-orang yang melakukan hubungn seksual yang tidak wajar, seperti
hubungan seks melalui dubur dan oral (BKKBN Provinsi DIY, 2005).
c. Gejala HIV/AIDS
Gejala HIV/AIDS menurut mansjoer (1999) yaitu sebagai berikut :
7) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan.
8) Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan.
9) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan.
10) Penurunan kesadaran dan sistem gangguan neurologi.
d. Pencegahan HIV/AIDS
Penyebaran HIV/AIDS dapat dicegah dengan berbagai cara, antara lain :
1. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual
a) Memperkuat iman agar tidak terjerumus kedalam hubunan seksual diluar
nikah.
b) Hanya melakukan hubungan seksual dengan pasangan sendiri (suami/isteri
yang sah).
c) Bila salah seorang pasangan anda terinfeksi HIV, maka sebaiknya
menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual.
d) Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
2. Pencegahan penularan melalui darah
a) Pastikan bahwa darah yang dipakai untuk tranfusi tidak tercemar HIV.
b) Jika anda pengidap HIV (+) jangan mendonorkan darah anda kepada orang
lain. Begitu pula jangan berperilaku resiko tinggi, misalnya berhubungan
seksual dengan banyak pasangan.
c) Desinfeksi atau bersihkan alat-alat tajam, seperti jarum, alat cukur, alat tusuk
untuk tindik dengan menggunakan larutan desinfeksi atau dengan
pemanasan.
3. Pencegahan penularan melalui ibu-anak (perinatal)
Diperkirakan 50% bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV (+) akan
terinfeksi HIV sebelum, selama, dan sesudah persalinan. Oleh karena itu ibu
yang mengidap HIV (+) sebaiknya tidak memutuskan untuk hamil.
4. Pencegahan penularan melalui gaya hidup
Banyak gaya hidup yang ditimbulkan oleh berbagai hal misalnya karena
pergaulan yang salah, sehingga melakukan gaya hidup yang berisiko seperti
minum-minuman berakohol, sehingga menggunakan narkoba, sering melakukan
hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, melakukan berbagai macam
tindakan kekerasan, pencurian dan kejahatan lainnya. Semua itu merupakan
gaya hidup yang berbahaya. Kita dapat menanggulanginya dengan cara yang
positif misalnya dengan mengadakan kegiatan–kegiatan positif, kreatif atau
keterampilan lainnya yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain
(BKKBN, 1999).
e. Beberapa Kesalahan Persepsi terhadap HIV/AIDS
Ada beberapa kesalahan persepsi terhadap HIV/AIDS yang berkembang di
masyarakat dan belum tentu kebenarannya tetapi banyak yang mempercayai bawa
persepsi mereka itu benar, diantaranya:
1) HIV/AIDS adalah penyakit kutukan Tuhan. Hal ini tidak benar karena setiap
orang dapat tertular. Baik orang dewasa, remaja, atau bayi sekalipun.
2) HIV/AIDS adalah penyakit orang barat atau turis. Pada kenyataanya penyebaran
HIV/AIDS tidak tergantung pada suatu daerah tertentu dan tidak hanya
berdasarkan ras.
3) HIV/AIDS hanya menular melalui hubungan seksual, pada kenyataanya
HIV/AIDS justru sering diakibatkan oleh penggunaan jarum suntik secara
bergantian di kalangan pengguna NAPZA, selain itu virus ini dapat menular
melalui tranfusi darah yang tercemar virus HIV, atau dari ibu pada bayi yang
dikandungnya.
4) HIV/AIDS adalah penyakit kaum homoseksual, awalnya memang demikian,
namun saat ini justru paling banyak diderita kaum heteroseksual.
5) HIV/AIDS hanya akan diderita oleh pekerja seksual, tidak hanya pekerja seksual
tetapi setiap orang dapat tertular jika berperilaku beresiko tinggi tertular
HIV/AIDS.
6) HIV/AIDS dapat menular melalui kontak sosial sehari-hari. HIV/AIDS tidak akan
menular melalui kontak sosial seperti makan bersama, bersalaman, menggunakan
kamar mandi dan WC bersama penderita HIV/AIDS (Kusmiati, 2000).
B. Landasan Teori
AIDS merupakan penyakit menular seksual, hingga saat ini masih menjadi
masalah pelik tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia (Mustofa, 2002).
Pengetahuan mengenai HIV/AIDS adalah informasi yang menerangkan
berbagai aspek HIV dan penyakit AIDS yang meliputi pengertian, penyebab, cara
penularan, pencegahan, dan cara pengobatan. Informasi yang benar diharapkan dapat
menekan risiko penularan PMS (Penyakit Menular Seksual) dan HIV/AIDS
(Widjanarko, 1999).
Diharapkan dengan pengetahuan yang baik mengenai HIV/AIDS akan
terbentuk sikap positif terhadap HIV AIDS dan berperilaku positif dalam rangka
mengantisipasi atau mencegah terjadinya kasus, baik untuk diri sendiri
C. KERANGKA TEORI
↓
↓
Gambar 1: Kerangka teori terbentuknya perilaku oleh Notoatmojo (2003).
Tingkat Pengetahuan tentang HIV AIDS
Sikap Mahasiswa
Faktor internalFaktor eksternalSosial budayaPengalaman
Informasi
D. KERANGKA KONSEP
Gambar 2: Kerangka Konsep.
E. HIPOTESIS
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS
mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta tahun 2007.
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
korelasi dengan pendekatan cross sectional dilaksanakan di Asrama Mahasiswa
Kalimantan Timur di Yogyakarta pada bulan Mei-Juni 2007
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang tinggal di Asrama
Kalimantan Timur di Yogyakarta sejumlah 150 mahasiswa. Penelitian ini
menggunakan teknik total sampling yaitu mengambil jumlah total sampel yang
diperoleh selama penelitian dilakukan sesuai dengan kriteria inklusi sbb:
a. Terdaftar sebagai anggota asrama mahasiswa Kalimantan Timur.
b. Bertempat tinggal di asrama mahasiswa Kalimantan Timur.
c. Masih aktif kuliah dan tercatat sebagai mahasiswa di Yogyakarta.
d. Bersedia menjadi responden.
Variabel Bebas
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa tentang HIV/
AIDS, yang meliputi :– Pengertian
– Cara penularan
– Gejala-gejala
– Cara pencegahan
– Kesalahan persepsi
Variable TerikatSikap tentang HIV/AIDS
D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
2. Definisi Operasional Variabel
Pengetahuan tentang HIV/AIDS merupakan kemampuan responden menjawab
pertanyaan dalam kuesioner yang mencakup pengertian, penyebab, cara
penularan, gejala, dan cara pencegahan. Skala nominal. Tingkat pengetahuan
dalam penelitian ini hanya sampai tingkat tahu. Responden menjawab pertanyaan
dengan memilih jawaban benar atau salah, untuk jawaban benar diberikan skor
atau angka 1 sedangkan untuk jawaban salah diberikan skor 0,.
a. Sikap terhadap HIV/AIDS adalah keenderungan mahasiswa yang tinggal di
Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta terhadap kasus HIV/AIDS. Responden
menjawab pertanyaan dengan memilih jawaban antara lain: sangat setuju, setuju,
tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skala ordinal. Kemudian hasil skor atau
perolehan jawaban benar dijumlahkan. Total nilai tertinggi untuk pertanyaan sikap
adalah 68, sehingga pertanyaan tentang sikap dapat dikategorikan menjadi 4
yaitu :
Sangat baik : > 48 Jawaban benar
Baik : 33-48 Jawaban benar.
Tidak baik : 16-32 Jawaban benar.
Sangat tidak baik : < 16 Jawaban benar
E. Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data
Data primer diperoleh dengan cara sebagai berikut :
a. Membagikan kuesioner kepada responden dengan jumlah pertanyaan pengetahuan
sebanyak 48 soal dengan pilihan jawaban benar dan salah sedangkan pertanyaan
sikap sebanyak 17 soal dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju,
dan sangat tidak setuju. Sebelum mengisi kuesioner, responden menandatangani
surat persetujuan sebagai bukti bahwa meraka bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini
b. Memberikan penjelasan jika terdapat kalimat yang tidak jelas atau tidak
dimengerti.
c. Segera mengambil kembali kuesioner yang telah selesai diisi.
Data sekunder diperoleh melalui daftar presensi atau daftar hadir
mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur.
F. Instrumen penelitian
Kuesioner tingkat pengetahuan mengenai HIV/AIDS dengan menggunakan
pertanyaan tertutup, selanjutnya responden memilih salah satu jawaban dengan ketentuan
untuk pertanyaan favourable, jawaban benar diberi nilai satu (1) dan jawaban salah diberi
nilai nol (0), sedangkan untuk pertanyaan unfavourable, jawaban benar diberi nilai nol
(0) dan jawaban salah diberi nilai satu (1). Untuk kuesioner sikap mahasiswa terhadap
HIV/AIDS menggunakan skala Likert, pada pertanyaan mendukung (favourablespositif),
skor 4 untuk kategori SS (sangat setuju), skor 3 untuk kategori S (setuju), skor 2 untuk
kategori TS (tidak setuju), skor 1 untuk kategori STS (sangat tidak setuju). Pada
pertanyaan tidak mendukung (unfavourablesnegatif), skor 1 untuk kategori SS (sangat
setuju), skor 2 untuk kategori S (setuju), skor 3 untuk kategori TS (tidak setuju), skor 4
untuk kategori STS (sangat tidak setuju).
G. Analisis Data
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif yaitu
teknik statistik yang digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka. Baik
hasil pengukuran maupun konversi dari data kualitatif menjadi data kuantitatif.
Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat.
Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel yang diduga berhubungan (Notoatmojo,
2002). Uji statistik yang digunakan pada analisis ini adalah uji Chi-Square dengan
tingkat kemaknaan 95%.
Rumus Chi Square :
B k ( Oij – Eij )2
X2 = ∑ ∑ -------------------
i j Eij
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Asrama mahasiswa Kalimantan Timur di Yogyakarta terletak di Jl. Miliran No. 28
Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta.. Asrama mahasiswa
Kalimantan Timur yang ada di Yogyakarta hanya boleh dihuni oleh mahasiswa putra
daerah yang berasal dari Kalimantan Timur yang berkuliah atau sedang menempuh
pendidikan di kota Yogyakarta. Bagi Mahasiswa baru yang ingin tinggal di asrama
Kalimantan Timur hanya perlu menunjukkan tanda pengenal berupa KTP (Kartu Tanda
Penduduk) Kalimantan Timur yang masih berlaku serta melengkapi beberapa
administrasi berupa melengkapi data diri pribadi mahasiswa baru yang telah di tentukan
oleh pihak asrama, namun pada dasarnya mahasiswa baru yang ingin tinggal di asrama
Kalimantan Timur tidak di persulit dalam pengurusannya. Fasilitas yang dimiliki Asrama
Kalimantan Timur antara lain bangunan asrama yang sudah permanen, halaman asrama
yang luas, 1 ruang tamu, 1 kamar tidur untuk 1 orang, 1 buah televisi, 1 buah lemari es,
garasi yang luas dan aman untuk menyimpan kendaraan mahasiswa yang tinggal di
asrama Kalimantan Timur.
Mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur hanya di bebani biaya
listrik setiap bulan sesuai pemakaian. Asrama Kalimantan Timur juga memiliki dana
pemasukan berupa uang kas yang berasal dari mahasiswa dan dikelola oleh pengurus
asrama. Saat ini asrama mahasiswa Kalimantan Timur sudah memiliki bangunan
permanen sendiri yang merupakan aset pemerintah daerah Kalimantan Timur.
2. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang tinggal di asrama
Kalimantan Timur di Yogyakarta sebanyak 150 mahasiswa yang telah memenuhi kriteria
yang ditentukan oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan selama bulan Mei 2007. Data yang
diperoleh tentang karakteristik responden berupa umur, jenis kelamin, dan sumber
informasi. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dengan jumlah butir soal
pengetahuan sebanyak 48 item dan sikap 17 item sehingga ada 65 butir soal yang harus
dijawab oleh setiap responden.
Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dilakukan editing, cording,
transferring, dianalisis dan disajikan berupa distribusi frekuensi/proporsi. Berikut hasil
analisis tentang karakteristik mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di
Yogyakarta pada saat penelitin dilakukan yaitu bulan Juni 2007.
a. Karakteristik Umum Responden
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di asrama mahasiwa Kalimantan
Timur di Yogyakarta pada bulan Mei 2007 diperoleh mahasiswa sebanyak 150,
dengan karakteristik umum responden sebagai berikut :
Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Asrama Kalimantan
Timur di Yogyakarta Tahun 2007.
No Umur (Tahun) Frekuensi Persentase (%)
1
2
3
< 19 tahun
20 – 25
26 – 30
7
134
9
4,7
89,3
6,0
Jumlah 150 100
Sumber : Data Primer, 2007.
Dari tabel 1 diketahui bahwa sebagian responden berumur 20-25 tahun yakni 80 orang
(89,3 %) sedang yang berumur 26-30 tahun sebanyak 9 orang (6,0 %), dan yang
berumur < 19 tahun sejumlah 7 orang (4,7 %).
Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Asrama
Kalimantan Timur di Yogyakarta Tahun 2007.
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1
2
Laki-laki
Perempuan
125
25
83,3
16,7
Jumlah 150 100
Sumber : Data Primer, 2007.
Dari table 2 diketahui responden terdiri dari laki-laki sebanyak 125 orang (83,3 %)
dan perempan sebanyak 25 orang (16,7 %).
Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sumber Informasi di Asrama Kalimantan
Timur di Yogyakarta Tahun 2007.
No Sumber Informasi Frekuensi Prosentase (%)
1
2
3
4
5
Televisi
Radio
Majalah
Tenaga kesehatan
Kampus/ Dosen
95
32
16
3
4
63,3
21,3
10,7
2,0
2,7
Jumlah 150 100
Sumber : Data Primer, 2007.
Dari tabel 3 diketahui sebagian besar informasi diperoleh dari televisi sebanyak 95
orang (63,3 %), dan yang paling sedikit diperoleh dari tenaga kesehatan 3 orang (2,0
%).
b. Analisis Kuantitatif
Selain mendeskripsikan karakteristik responden, penulis juga menganalisis
tingkat pengetahuan dan sikap responden terhadap HIV/AIDS. Tingkat pengetahuan
dan sikap ini diperoleh dari pengumpulan data primer menggunakan kuesioner.
Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan Mahasiswa terhadap HIV/AIDS
Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta Tahun 2007.
No Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1
2
3
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
121
25
4
80,7
16,7
2,7
Jumlah 150 100
Sumber : Data Primer, 2007.
Dari tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang
baik terhadap HIV/AIDS yaitu sebanyak 121 orang (80,7%), dan yang
berpengetahuan kurang baik sebanyak 4 orang (2,7 %).
Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Sikap Mahasiswa terhadap HIV/AIDS di Asrama
Kalimantan Timur di Yogyakarta Tahun 2007.
No Sikap Frekuensi Persentase (%)
1
2
3
Sangat baik
Baik
Kurang baik
124
23
3
82,7
15,3
2,0
Jumlah 150 100
Sumber : Data Primer, 2007.
Dari tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap yang sangat
baik terhadap HIV/ AIDS yaitu sebanyak 124 orang (82,7 %), sedangkan yang
bersikap kurang baik ada 3 orang (2,0 %).
c. Analisis Chi Square
Tabel 6 : Tabel Silang Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Terhadap
HIV/AIDS di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta Tahun 2007.
Tingkat
Pengetahuan
Sikap X2
Sangat Baik Baik Kurang
Baik
f % f % f % f %
Baik 117 78,0 4 2,7 ,0 ,0 121 80,7
Cukup Baik 7 4,7 18 12,0 ,0 ,0 25 16,7
Kurang Baik ,0 ,0 1 ,0 3 2,0 4 2,7
X2 124 82,7 23 15,3 3 2,0 150 100
Sumber : Data Primer, 2007.
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 121 orang (80,7 %)
berpengetahuan baik, 117 orang (78,0 %) bersikap sangat baik, dan 4 orang (2,7%)
bersikap baik. Dari 25 orang (16,7 %) berpengetahuan cukup baik, 7 orang (4,7 %)
bersikap sangat baik, dan 18 orang (12,0 %) bersikap baik. Dari 4 orang (2,7 %)
berpengetahuan kurang baik, 1 orang (,0 %) bersikap baik, dan 3 orang (2,0 %)
bersikap kurang baik.
Ada kecenderungan semakin baik pengetahuan maka semakin baik sikap
seseorang. Setelah dilakukan uji statistik chi-square didapatkan hasil: bahwa
pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi sikap terhadap HIV/AIDS
mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.
Hasil perhitungan menggunakan rumus chi-square diperoleh nilai asyimp.
Sig. (2-sided)=0,00 (p<0,05) dan X2 tabel = 5.991, bahwa X2 hitung lebih kecil dari
X2 tabel yang berarti Ho ditolak, yang berarti signifikan, sehingga terdapat hubungan
antara tingkat pengetahuan dan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di
asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.
d. Uji Korelasi
Uji korelasi dilakukan untuk menguji hubungan antara dua variabel dapat
dilihat dengan tingkat signifikan.
Tabel 7: Koefisien Korelasi Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Mahasiswa terhadap
HIV/AIDS di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta Tahun 2007.
pengetahuan sikap
pengetahuan Pearson Correlation 1 .814(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 150 150
sikap Pearson Correlation .814(**) 1
Sig. (2-tailed) .000
N 150 150
Sumber : Data Primer, 2007.
Berdasarkan tabel 7 diketahui keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan sikap Mahasiswa terhadap HIV/AIDS di Asrama Kalimantan Timur di
Yogyakarta Tahun 2007 sebesar 0,814 yang berarti keeratan hubungannya adalah
sangat kuat.
B. Pembahasan
Menurut hasil analisis data yang diperoleh dari 150 responden (mahasiswa yang tinggal di
asrama Kalimantan TImur). Responden penelitian ini sebagian besar berada pada kelompok umur
20-25 Tahun (89,3 %), 26-39 Tahun (6,0 %), dan yang paling sedikit kelompok umur < 19 tahun (4,7
%). Sebagian besar responden terdiri dari laki-laki 125 orang (83,3%) dan perempuan 25 orang
(16,7%).
Pertanyaan yang paling banyak diketahui responden adalah tingkat pengetahuan
tentang HIV/AIDS. Hal ini berarti mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur di
Yogyakarta cukup tahu tentang HIV/AIDS. Faktor yang mempengauhi pengetahuan
seseorang salah satunya adalah informasi (Soekanto. 2003). Bahwa yang pernah mendapat
informasi tentang HIV/AIDS 100% dari responden, informasi tersebut dapat diperoleh dari
bermacam-macam sumber yang terbanyak diperoleh dari televisi sebanyak 95 responden
(63,3 %), radio 32 responden (21,3 %), majalah 16 responden (10,7 %), dan tenaga kesehatan
3 responden (2,0 %).
Sikap terhadap HIV/AIDS Mahasiswa di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta
sebagian besar sangat baik yaitu 124 responden (82,7 %) dari 150 responden. Semakin baik
pengetahuan maka semakin baik sikap seseorang. Hal ini sesuai denga kondisi mahasiswa
yang tinggal di asrama yaitu dari 121 orang berpengetahuan baik, 117 orang bersikap sangat
baik, dan 4 orang bersikap baik. Dari 25 orang berpengetahuan cukup baik, 7 orang bersikap
sangat baik, dan 18 orang bersikap baik. Dari 4 orang berpengetahuan kurang baik, 1 orang
bersikap baik, dan 3 orang bersikap kurang baik.
Berdasarkan Hasil perhitungan menggunakan rumus Chi-Square diperoleh nilai
asyimp. Sig. (2-sided)=0,00 (p<0,05) dan X2 tabel = 5.991, bahwa X2 hitung lebih kecil dari
X2 tabel yang berarti Ho ditolak, terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap
terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.
Keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS
mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta dikatagorikan sangat
kuat setelah diuji dengan koefisien korelasi dan didapatkan hasil sebesar 0,814. Uji korelasi
bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel dapat dilihat dengan tingkat
signifikan, jika ada hubungannya seberapa kuat hubungan tersebut. Keeratan hubungan ini
dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi.
Berdasarkan penelitian Yuni (2006) bahwa terdapat perbedaan pengetahuan antara
Pekerja Seks Komersil (PSK) pengguna kondom dengan Pekerja Seks Komersil (PSK) bukan
pengguna kondom. PSK pengguna kondom memiliki pengetahuan lebih tinggi dibandingkan
dengan PSK bukan pengguna kondom. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pengetahuan berpengaruh terhadap perikalu seseorang, dan terbentuknya perilaku itu melalui
proses pengetahuan sikap-perilaku atau praktik.
Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau obyek.
Secara teori perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru mengikuti tahap-tahap yaitu
melalui proses perubahan pengetahuan (knowledge)-sikap (attitude)-praktik (practice).
Faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang menyebabkan perubahan sikap adalah
faktor intern (faktor yang terdapat dalam diri pribadi manusia itu sendiri) dan faktor ekstern
(berupa interaksi sosial diluar kelompok, misalnya surat kabar, telivisi, akses internet) ini
sesuai dengan kondisi mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta
yang sebagian besar yaitu 95 mahasiswa mendapat informasi tentang HIV/AIDS dari televisi.
Tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur
terhadap HIV/AIDS sebagian besar cukup baik. Keseluruhan responden pernah mendapat
informasi tentang HIV/AIDS.
C. Keterbatasan Penelitian
Banyaknya jumlah sampel/responden yang diteliti, hal ini menyebabkan peneliti tidak
bisa membagikan sendiri kuesioner langsung ke responden, tetapi dengan bantuan asisten
yang sebelumnya telah dilatih untuk membagikan. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan
pengertian bagi responden yang membutuhkan keterangan tentang kuesioner.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang diperoleh dari penelitian dapat disimpulakan sebagai berikut :
1. Karakteristik responden Sebagian besar berusia 20-25 tahun (89,3%), untuk jenis kelamin
responden sebagian besar laki-laki 125 responden (83,3%), dan sumber informasi
terbanyak diperoleh dari televisi 95 responden (63,3%).
2. Berdasarkan data yang di peroleh tingkat pengetahuan mahasiswa yang tinggal di asrama
Kalimantan Timur di Yogyakarta terhadap HIV/AIDS sebagian besar di kategorikan baik
sejumlah 121 responden (80,7%) dan cukup baik sebanyak 25 responden (16,7%).
Sedangkan yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik hanya 4 responden
(2,7%).
3. Sikap mahasiswa terhadap HIV/AIDS sebagian besar sangat baik sejumlah 124 responden
(82,7%) dan yang bersikap baik sebanyak 23 responden (15,3%). Sedangkan yang
bersikap kurang baik hanya 3 responden (2,0%).
4. Terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) antara tingkat pengetahuan dengan sikap
terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta
dengan menggunaklan uji chi square diperoleh nilai p =0,00 (p<0,05).
5. Keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS
mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta sangat kuat yaitu
didapat hasil sebesar 0,814. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji korelasi.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah
sebagai berikut :
Bagi pengurus asrama Kalimantan Timur:
Dapat saling memantau baik sikap maupun perilaku mahasiswa yang tinggal di asrama
agar terhindar dari perilaku yang tidak baik.
Setiap individu diharapkan selalu meningkatkan pengetahuan mahasiswa terhadap
HIV/AIDS, dengan cara saling bertukar informasi terbaru tentang HIV/AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, 2004, HIV/AIDS dan Permasalahannya, Jakarta : Rineka Cipta.
Ahmadi, A, 2002, Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S, 2003, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
BKKBN, 2005, Buku Pegangan Tentang Pembangunan Keluarga Sejahtera Sadar
HIV/AIDS Bagi Kader, Jakarta.
DepKes RI, 1995, Sosial Budaya Dasar M. A 103, Jakarta.
Dinas Kesehatan, 2004, Profil Kesehatan Kabupaten Kota, Yogyakarta.
Eni Hastuti, 2004, Tingkat Pengetahuan tentang HIV/AIDS Pada Remaja di SMK Budhi
Dharma Piyungan Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Yuni Ramayang Sari, 2006, Studi Komparasi Tingkat Pengetahuan tentang HIV/AIDS pada
Pekerja Seks Komersil pengguna dan Bukan Pengguna Kondom di Pasar Kembang,
Yogyakarta.
Mansjoer, A dkk, 1999, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga, Jakarta: FKUII.
Mustofa, 2002, Fenomena HIV/AIDS, Jakarta : Pustaka Pelajar.
Notoatmojo, S, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka cipta.
Notoatmojo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka cipta.
Purwanto, 1999, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rahmat, 2004, Jumlah Pengidap HIV/AIDS di Yogyakarta Bertambah,
http://www.pikiran/rakyat.com. Diakses tanggal 2 Januari 2007.
Siwi, 2006, Perda HIV/AIDS Mendesak Disusun, http://www.kompas.com . Diakses tanggal 2
Januari 2007.
Soekanto, S, 2003, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Subandriyo, 2005, Kasus HIV/AIDS di Indonesia Terus Meningkat,
http://www.kespro.Info.com.
Sugiyono, 2002, Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfa Beta.